• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prediksi komposisi glyceryl monostearate dan stearic acid sebagai emulsifying agent dengan aplikasi desain faktorial dalam lip balm dengan pewarna ekstrak buah naga merah (Hylocereus Polyrhizus Web.) - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Prediksi komposisi glyceryl monostearate dan stearic acid sebagai emulsifying agent dengan aplikasi desain faktorial dalam lip balm dengan pewarna ekstrak buah naga merah (Hylocereus Polyrhizus Web.) - USD Repository"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

PREDIKSI KOMPOSISIGLYCERYL MONOSTEARATEDANSTEARIC ACIDSEBAGAIEMULSIFYING AGENTDENGAN APLIKASI DESAIN

FAKTORIAL DALAMLIP BALMDENGAN PEWARNA EKSTRAK BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizusWeb.)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Lies Dewi

NIM : 088114091

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita

adalah untuk mencoba, karena didalam mencoba

itulah kita menemukan dan belajar membangun

kesempatan untuk berhasil

-Mario

Teguh-Kupersembahkan karya ini untuk :

Orang Tuaku atas kasih sayangnya

Kakakku Hong-Hong

Adikku Wiryon

Sahabat-Sahabatku

Teman-Teman Farmasi 2008

(5)
(6)

vi PRAKATA

Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus

Kristus atas berkat serta penyertaan-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Prediksi Komposisi Glyceryl Monostearate

dan Stearic Acid sebagai Emulsifying agent dengan Aplikiasi Desain Faktorial

dalam Lip Balm dengan Pewarna Ekstrak Buah Naga Merah (Hylocereus

polyrhizusWeb.)” dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Farmasi (S.Farm) pada

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Selama perkuliahan, penelitian serta proses penyusunan skripsi, penulis

mendapat bantuan dari berbagai pihak berupa doa, semangat, dukungan, sarana,

bimbingan, nasihat, kritik serta saran yang membangun. Oleh karena itu, penulis

ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ipang Djunarko, M. Sc., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta

2. Prof. Dr. Sri Noegrohati, Apt. , selaku Dosen Pembimbing penulis yang

dengan sabar telah memberikan bimbingan, saran, dan kritik kepada penulis.

3. Prof. Dr. C.J.Soegihardjo, Apt., selaku Dosen Penguji yang telah bersedia

meluangkan waktu untuk mengiji, serta atas kritik dan saran yang membangun

(7)

vii

4. Rini Dwiastuti, M. Sc., Apt., selaku Dosen Penguji yang telah bersedia

meluangkan waktu untuk menguji, serta atas kritik dan saran yang diberikan

kepada penulis.

5. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt., atas bimbingan, saran dan kritik kepada

penulis selama penyusunan proposal hingga penyusunan skripsi.

6. Segenap dosen Fakultas Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta atas

kesabarannya dalam mengajar selama proses perkuliahan penulis.

7. Pak Musrifin, Mas Iswandi, Mas Agung, Mas Ottok, Mas Heru, Mas Wagiran,

dan Mas Bimo atas bantuan serta kerja samanya selama penulis melakukan

penelitian.

8. Evelyn Puspita Rini dan Agata Dessynta Putri, patner terbaikku selama

penelitian, penyusunan skripsi, dan selama perkuliahan. Terima Kasih atas

doa, keceriaan, semangat, motivasi, kerja sama, masukan, dan semangatnya

selama penyusunan skripsi ini.

9. Sahabat – sahabatku Fenny Anggraini Prastyo dan Elizabeth Solaiman atas

doa, dukungan, semangat, motivasi selama penyusunan skripsi ini.

10. Teman-teman patner lab solid : Intan Chintya Dewi, Arum Mangastuti

Poernomo, Yessi Lusiana Dewi, Sin Lie Fransisca Martina Octaviani, Dhea

Gretha Zagoto, Anastasia Mardila, Ananda Siwi Lesmana, Natalia Noveli

Hardita, Budiastuti Nurrochmach, Dian Prasanti, Mariana, dan Yohana Tika

Ameliawati atas kecerian, kehebohan, dan canda tawa selama proses

(8)

viii

11. Fenny Noviana, S. Farm., Dian Verina Indriani, S. Farm., Apt., Cinthya

Wijayani, S.Farm., Dinar Cartur Mardianti, S. Farm., dan Lia Natalia

Setiomulyo, S. Farm., atas saran, masukkan, dan semangat yang diberikan

kepada penulis.

12. Teman-teman FST 2008 atas kebersamaannya dengan penulis selama proses

kuliah.

13. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebut satu

persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak

kekurangan dan kesalahan mengingat keterbatasan serta kemampuan dan

pengetahuan penulis. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini berguna bagi para pembaca.

(9)
(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……….. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………. ii

HALAMAN PENGESAHAN ………. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ……….. iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ……… v

PRAKATA ……….. vi

PENYATAAN KEASLIAN KARYA ……… ix

DAFTAR ISI ……… x

A. Latar Belakang ……….. 1

1. Permasalahan ………. 4

2. Keaslian Penelitian ………. 5

3. Manfaat Penelitian ……….. 5

B. Tujuan Penelitian ………... 6

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ……… 7

(11)

xi

1. Morfologi ………. 7

2. Kerusakan Bibir ……….. 8

B. Buah Naga Merah ………. 9

H. Hydrophilic-Lipophilic Balance(HLB) ……… 17

I. Emulsifying agent ………. 17

1. Glyceryl monostearate ……… 18

2. Stearic acid ………. 19

J. Metode Desain Faktorial ……….. 19

K. Landasan Teori ……… 21

L. Hipotesis ……… 22

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ……….... 23

A. Jenis Rancangan Penelitian ……… 23

B. Variabel Penelitian ……… 23

C. Definisi Operasional ………. 26

(12)

xii

E. Alat Penelitian ……….. 27

F. Tata Cara Penelitian ………. 27

1. Pembuatanlip balm ………. 27

2. Uji kualitas sediaanlip balm ………. 27

G. Analisis Hasil ……… 32

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ……… 34

A. Pembuatan BasisLip Balm ………. 40

B. PembuatanLip Balm ……….. 42

C. Pengujian Tipe Emulsi ………. 43

D. Uji Kualitas SediaanLip Balmdengan Pewarna Ekstrak Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus Web.) ……… 46

1. Daya lekat dan daya sebar ………... 46

2. Ukuran droplet ………. 48

3. Pergeseran ukuran droplet ……… 52

4. Stabilitas warna ……… 53

E. EfekGlyceryl Monostearate,Stearic Aciddan Interaksinya terhadap Daya Lekat, Daya Sebar, Ukuran Droplet, dan Pergeseran Ukuran Droplet SediaanLip Balm ……… 55

1. Daya lekat sediaanlip balm ………. 55

2. Daya sebar sediaanlip balm ……… 58

3. Ukuran droplet ………. 60

4. Pergeseran ukuran droplet ………... 62

(13)

xiii

1. Daya lekat ……… 66

2. Daya sebar ……… 67

3. Pergeseran ukuran droplet ……….. 68

4. Contour plot super imposed ……… 68

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ………. 70

A. Kesimpulan ………... 70

B. Saran ……… 70

DAFTAR PUSTAKA ……….. 71

LAMPIRAN ………... 74

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel I. Komposisi buah naga merah per 100 gram daging buah …. 11

Tabel II. Klasifikasi surfaktan berdasarkan nilai HLB ……….. 17

Tabel III. Formula komposisilip balm ……… 27

Tabel IV. Formula modifikasi dalam 100g ………. 28

Tabel V. Range penggunaan bahan yang diperbolehkan …………. 39

Tabel VI. Nilai HLB hasil perhitungan formulalip balm ……… 44

Tabel VII. Hasil pengukuran daya lekat dan daya sebarlip balm48 jam 47

Tabel VIII. Hasil pengukuran ukuran droplet 48 jam ………. 48

Tabel IX. Hasil uji T berpasangan respon ukuran droplet ………….. 50

Tabel X. Hasil pengukuran pergeseran ukuran droplet ………. 53

Tabel XI. Hasil uji stabilitas warna dengan antioksidan vitamin C …. 54

Tabel XII. Hasil uji stabilitas warna dengan antioksidan BHT dan

vitamin E ……… 55

Tabel XIV. Analisis variansi daya lekatlip balm ……… 56

Tabel XV. Hasil perhitungan nilai efek daya lekatlip balm …………. 57

Tabel XVI. Analisis variansi daya sebarlip balm……… 58

Tabel XVII. Hasil perhitungan nilai efek daya sebarlip balm ………… 59

(15)

xv

Tabel XIX. Analisis variansi pergeseran ukuran dropletlip balm …….. 62

Tabel XX. Hasil perhitungan nilai efek pergeseran ukuran droplet

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur bibir ... 7

Gambar 2. Buah naga merah (Hylocereus polyrhizus Web.) ………….. 9

Gambar 3. Struktur betasianin ……….. 12

Gambar 4. Strukturglyceryl monostearate ………. 18

Gambar 5. Strukturstearic acid ……… 19

Gambar 6. Uji kualitatif ekstrak buah naga merah dengan spektrofotometri visibel ……… 35

Gambar 7. Absorbansi spektrum ekstrak buah naga merah ……… 36

Gambar 8. Gugus kromofor dan auksokrom betasianin ………... 36

Gambar 9. Hasil uji tipe emulsilip balmmenggunakanmethylen blue … 45 Gambar 10. Hasil uji tipe emulsilip balmmenggunakansudanIII ……… 45

Gambar 11. Kurva droplet frekuensi F1 ……….. 50

Gambar 12. Kurva droplet frekuensi Fa ……….. 51

Gambar 13. Kurva droplet frekuensi Fb ……….. 51

Gambar 14. Kurva droplet frekuensi Fab ……… 52

Gambar 15. Grafik hubungan efek faktorglyceryl monostearate,stearic aciddan interaksinya terhadap respon daya lekatlip balm (log detik) ………... 57

(17)

xvii

Gambar 17. Grafik hubungan efek faktorglyceryl monostearate,stearic

acid, dan interaksinya terhadap respon ukuran dropletlip balm

(µm) ……… 61

Gambar 18. Grafik hubungan efek faktorglyceryl monostearate,stearic

acid, dan interaksinya terhadap respon pergeseran ukuran

droplet (%). ………. 64

Gambar 19. Contour plotdaya lekatlip balm ……… 66

Gambar 20. Contour plotdaya sebarlip balm ……… 67

Gambar 21. Contour plotpergeseran ukuran dropletlip balm ………….. 68

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Determinasi Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus Web.) 75

Lampiran 2. Notasi desain faktorial dan percobaan desain faktorial …… 76

Lampiran 3. Data perhitungan HLB dan penentuanlevel ……… 77

Lampiran 4. Penimbangan bahan-bahan (g) ……… 79

Lampiran 5. Penentuan rentang daya lekat dan daya sebarlip balm …… 80

Lampiran 6. Data uji kualitas dan stabilitaslip balm ……… 82

Lampiran 7. Data statistik distribusi ukuran droplet ……… 88

Lampiran 8. Data statistik daya lekat dan daya sebarlip balm ……….. 90

Lampiran 9. Data persamaan daya lekatlip balm ……… 92

Lampiran 10. Data persamaan daya sebarlip balm ……….. 93

Lampiran 11. Data persamaan pergeseran ukuran dropletlip balm …….. 94

Lampiran 12. Perhitungan efek faktor ukuran droplet ………. 95

Lampiran 13. Foto ukuran droplet ………. 96

Lampiran 14. Stabilitas warna ……….. 97

Lampiran 15. Material safety data sheetdari bahan yang digunakan …… 100

(19)

xix INTISARI

Betasianin merupakan pigmen larut air yang terdapat dalam daging buah naga merah (Hylocereus polyrhizus Web.) yang dapat digunakan sebagai pewarna alami. Lip balm merupakan sediaan kosmetik yang mengandung basis minyak dan lilin. Penggunaan emulsifying agent diharapkan dapat menurunkan tegangan permukaan.antara dua komponen tersebut. Glyceryl monostearate dan

stearic acid merupakan emulsifying agent yang digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan komposisi glyceryl monostearate dan stearic acid

yang memenuhi daya lekat, daya sebar, dan pergeseran ukuran droplet.

Penelitian ini menggunakan aplikasi desain faktorial 22. Glyceryl monostearatedanstearic acid ditetapkan sebagai variabel bebas pada level tinggi dan level rendah. Evaluasi dilakukan terhadap respon daya lekat, daya sebar, dan ukuran droplet. Stabilitas sediaan yang diteliti dan diamati ialah pergeseran distribusi ukuran droplet dan stabilitas warna selama satu bulan. Analisis persamaan dilakukan dengan program R dengan ukuran signifikan jika p<0,05.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa glyceryl monostearate

merupakan faktor yang dominan terhadap respon daya lekat, daya sebar, dan pergeseran ukuran droplet pada level yang diteliti, sedangkan stearic acid

merupakan faktor dominan terhadap ukuran droplet. Dari persamaan melalui program R dapat dibuat grafik contour plot dan dicari area yang memenuhi respon yang diteliti sesuai denganlip balmyang dikehendaki.

(20)

xx ABSTRACT

Betacyanin is a water soluble pigment which can be found in the flesh of the red dragon fruit (Hylocereus polyrizus Web.). It can be used as natural colorant. Lip balm is a cosmetic which contain oil and wax as its base. The usage of emulsifiying agent is expected to reduce the surface tension between two components. Glyceryl monostearate and stearic acid are used as emulsifying agent in the study. The study aims to determine the compositon of glyceryl monostearate and stearic acid which complied adhesion response, spread ability, and droplet size shift. the lip balm.

This study uses a factorial design application 22. Glyceryl monostearate and stearic acid are defined as the independent variable at a high-low level. An evaluation is done to the response of lip balm such as : adhesion, spreadability, and droplet size. The stabilitiy of the preparation is studied and observed in terms of droplet size shift and colorant stability for one month period. Equation analysis performed with R Program with the significant if p<0.05.

The research result shows that glyceryl monostearate is the dominant factor on the adhesion response, spread ability, and droplet size shift on the level of the study, while stearic acid is the dominant factor of the droplet size. From the equation of R Program, it can be produced a contour plot graph and searched area that complied responses of the study according with lip balm which is desired.

(21)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara tropis dengan matahari yang bersinar

sepanjang tahun. Hal ini menyebabkan kulit mengalami kekeringan Salah satu

bagian kulit yang sering mengalami kekeringan akibat paparan sinar matahari

adalah bibir. Bibir merupakan kulit yang memiliki ciri yang spesifik, sehingga

mempunyai sifat yang lebih peka dan sensitif dibandingkan dengan kulit lainnya.

Kulit bibir yang kering dapat memicu untuk timbulnya bakteri dan menyebabkan

terjadinya penyakit pada bibir. Selain itu kulit bibir yang kering akibat paparan

sinar matahari dapat menyebabkan bibir pecah-pecah (chapping) dan kerusakan

yang lebih parah yaitu actinic cheilitis yang memicu untuk terjadinya kanker

Kanker dapat terjadi karena paparan sinar uv yang mengakibatkan terbentuknya

reactive oxygen species (Werning, 2007). Oleh sebab itu, diperlukan sediaan yang

memberikan lapisan occlusive sehingga dapat menjaga kelembaban pada bibir

serta antioksidan yang dapat mencegah radikal bebas.

Lip balm merupakan salah satu produk kosmetik yang diaplikasikan

khusus di bibir. Perbedaan lipstik dan lip balm terletak pada kegunaannya. Pada

lipstik terdapat pigmen yang dapat memberikan warna ke bibir sedangkan lip

balm merupakan produk khusus untuk perawatan pada bibir yang kering,

terkelupas, dan pecah-pecah yang disebabkan oleh udara maupun kondisi tertentu

(22)

Pada sediaan kosmetik bibir sering ditambahkan pewarna. Pewarna

memberikan daya tarik tersendiri bagi konsumen. Pewarna sintetis mulai

ditinggalkan dan diganti dengan pewarna alami. Hal ini terkait dengan

keamanannya. Berdasarkan Keputusan Direktur Jendral Pengawasan Obat dan

Makanan Nomor 00386/C/SK/II/90 tentang zat warna tertentu yang dinyatakan

sebagai bahan berbahaya dalam obat, makanan dan kosmetika terdapat beberapa

zat warna yang dilarang penggunaanya; merupakan pewarna untuk tekstil; dalam

sediaan kosmetika karena berpengaruh buruk terhadap kesehatan pemakai antara

lain: Jingga KI (C.I. Pigment Orange 5, D&C Orange No. 17), Merah K3 (C.I.

Pigment Red 53, D&C Red No.8), Merah K10 (Rhodamin B, C.I. Food Red 15,

D&C Red No. 19) dan Merah K11 (C.I 45170: 1) (Anonim, 1990). Berdasarkan

hasil pengawasan Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia pada

tahun 2005 dan 2006 di beberapa provinsi, ditemukan 27 merek kosmetika yang

mengandung bahan yang dilarang digunakan dalam sediaan kosmetika. Salah satu

yang termasuk di dalamnya adalah zat warna Rhodamin B dan Merah K3.

Rhodamin B dilarang digunakan untuk produk kosmetika khususnya lipstik dan

perona mata. Hal ini disebabkan karena pemakaian jenis kosmetika tersebut pada

mulut dan kelopak mata yang merupakan daerah yang paling sensitif terhadap

pemakaian pewarna tekstil. Adanya penggunaan rhodamin pada mulut dapat

menimbulkan iritasi sampai dengan terjadi peradangan (Widana dan Yuningrat,

2007).

Indonesia merupakan negara yang kaya akan tumbuhan. Beberapa

(23)

pewarna yang memiliki potensi untuk dikembangkan yaitu buah naga merah

(Hylocereus polyrhizus Web.). Buah ini dapat memberi warna pada sediaan dan

mengandung antioksidan yang dapat mencegah terjadinya kanker akibat paparan

sinar matahari.

Buah naga merah mengandung zat warna betasianin. Betasianin

merupakan pigmen kelompok alkaloid yang larut dalam air dan dapat diekstraksi

dengan menggunakan air atau etanol 80%. Betasianin merupakan merupakan

golongan betalain yang merupakan zat warna warna merah. Betasianin memiliki

potensi untuk menjadi pewarna alami pada bahan pangan sehingga dapat menjadi

alternatif pengganti pewarna sintetik yang lebih aman untuk kesehatan.

Berdasarkan penelitian oleh Phebe, Chew, Suraini, Lai and Janna (2009),

konsentrasi betasianin pada daging buah naga merah yang diambil setelah 35 hari

setelah berbunga adalah 11,7 mg/mL. Pada penelitian ini penulis ingin mencoba

untuk menggunakan pewarna alami pada sediaan kosmetik yaitulip balm.

Lip balm merupakan sediaan kosmetik yang dibuat dengan basis

minyak dan lilin. Antara air dan kompenen minyak memiliki tegangan permukaan

yang cukup besar. Oleh sebab itu, penulis menggunakan emulsifying agent untuk

menurunkan tegangan permukaan antara air dan komponen minyak. Keberadaan

emulsifying agentdiharapkan dapat mempermudah pencampuran antara zat warna

dan basislip balm.

Dalam formulasi ini digunakan kombinasi emulsifying agent antara

glyceryl monostearate dan stearic acid. Glyceryl monostearate dan stearic acid

(24)

Penggunaan emulsifying agent yang aman secara oral disebabkan karena adanya

kemungkinan sediaan masuk ke saluran pencernaan. Glyceryl monostearate

efektif sebagai emulsifying agent dalam sistem w/o maupun o/w sehingga dapat

mendispersikan pewarna dalam minyak sedangkan stearic acid merupakan

emulsifying agent dalam sistem w/o. Kombinasi dari dua emulsifying agent

dengan sifat yang berbeda tersebut dikombinasikan agar didapat komposisi yang

dapat menghasilkan sediaan kosmetik lip balm yang stabil dan memiliki daya

lekat serta daya sebar yang baik.

Kombinasi keduaemulsifying agenttersebut diprediksi dengan metode

desain faktorial agar didapatkan sediaan yang sesuai dengan lipbalm dipasaran.

Desain faktorial merupakan salah satu metode optimasi formula. Metode ini

merupakan aplikasi persamaan regresi yang menggambarkan hubungan antara

variabel respon dengan satu atau lebih variabel bebas. Persamaan desain faktorial

: Y = Bo + B1(X1) + B2(X2) + B12(X1)(X2). Melalui persamaan ini dapat dibuat

contour plot dan dijadikan satu dalam contour plot super imposed untuk

mendapatkan formula yang sesuai dengan standar sebatas level emulsifying agent

yang diteliti. Metode ini juga dapat menjelaskan efek dari tiap-tiap faktor maupun

interaksi antar faktor secara langsung (James, 1999).

1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang diangkat oleh

(25)

a. Adakah pengaruh signifikan glyceryl monostearate, stearic acid atau

interaksi keduanya terhadap respon daya lekat, daya sebar, ukuran droplet

maupun pergeseran ukuran droplet dari sediaanlip balmyang dihasilkan?

b. Apakah didapatkan area komposisi daricontour plot super imposed yang

menghasilkan daya sebar, daya lekat, maupun pergeseran ukuran droplet

sesuai standar yang diinginkan padalevelyang diteliti?

2. Keaslian penelitian

Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan penulis, penelitian

mengenai prediksi komposisi glyceryl monostearate dan stearic acid sebagai

emulsifying agent dengan aplikasi desain faktorial dalam lip balm dengan

pewarna ekstrak buah naga merah (Hylocereus polyrhizus Web.) belum pernah

dilakukan.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis

Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui efek dan jumlah komposisi

dari campuran emulsifying agent yang digunakan terhadap respon yang

dikehendaki dari lip balm meliputi daya lekat, daya sebar, ukuran droplet,

pergeseran ukuran droplet.

b. Manfaat praktis

Menghasilkan bentuk sediaan kosmetik berupa lip balm dengan pewarna

alami ekstrak buah naga merah (Hylocereus polyrhizus Web.) yang stabil

(26)

c. Manfaat metodologis

Mengetahui komposisi formula dan efek dominan dari faktor yang

memenuhi daya lekat, daya sebar, ukuran droplet, dan pergeseran ukuran

droplet dengan metode desain faktorial.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk membuat sediaan

kosmetik berupa lip balm dengan ekstrak buah naga merah (Hylocereus

polyrhizusWeb.) sebagai pewarna.

2. Tujuan khusus

Secara khusus tujuan penelitian ini sebagai berikut.

a. Mengetahui pengaruh glyceryl monostearate dan stearic acid, maupun

interaksi keduanya terhadap respon daya lekat, daya sebar, ukuran droplet,

dan pergeseran ukuran dropletlip balm.

b. Mengetahui komposisi glyceryl monostearate dan stearic acid pada

contour plot superimposedyang memenuhi respon daya lekat, daya sebar,

ukuran droplet, dan pergeseran ukuran dopletlip balmsesuai standar yang

(27)

7

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Bibir 1. Morfologi

Bibir secara umum terbagi menjadi 3 bagian antara lain :

a. Cutaneus area

Cutaneus areaditutupi olehkeratinizing epithelium,folikel rambut, dan

kelenjar minyak.

b. Red area

Red area yang dilanjutkan dengan kulit bagian luar dan membran mucus

dari bibir bagian dalam. Bagian ini ditutupi olehnon-keratinising stratified

squamous epithelium. Pada bagian ini terdapat pembuluh darah yang

membuat bibir berwarna merah. Padared areatidak terdapat kelenjar

c. Oral mucosa

Oral mukosa terdiri darinon-keratinsing stratified squamous epithelium

(Verma, 2001).

Gambar 1. Struktur bibir (Singh, 2003) Keterangan :

1. Outer surface covered by skin 4. Inner Surface(mucosa)covered by

thick stratified squamous epithelium 6. Glands

(28)

2. Kerusakan bibir

Bibir memiliki warna merah. Warna merah itu disebabkan oleh warna

darah yang mengalir di dalam pembuluh di lapisan bawah kulit bibir. Di lapisan

ini warna itu terlihat lebih jelas karena pada bibir , lapisan stratum corneum

(lapisan tanduk) sangat tipis. Oleh sebab itu, kulit bibir lebih tipis dari kulit

sehingga bibir juga mudah luka dan mengalami pendarahan (Wibowo, 2005).

Sinar matahari dan udara merupakan salah satu pemicu kerusakan pada

bibir. Pada negara dengan iklim tropis biasanya sering dijumpai bibir kering dan

pecah-pecah. Penggunaan lip balm atau petroleum jelly dapat mengurangi

keparahannya (Campen, 2009).

Jenis kerusakan kulit bibir dan cara pengatasannya antara lain sebagai

berikut :

a. Actinic cheilitis

Actinic cheilitis merupakan hasil dari paparan sinar uv yang berasal

dari sinar matahari. Paparan dari sinar uv menyebabkan bibir menjadi kering

dan pecah-pecah. Terapi topikal pada actinic cheilitis termasuk agen

sitotoksik, immunomodulator chemical peels dan carbodioxide laser removal

(Werning, 2007).

b. Chapped lips

Chapping merupakan reaksi dari bibir dengan terbentuknya sisik

yang biasanya merupakan respon dari paparan cuaca maupun sinar matahari.

Bibir menjadi sakit, pecah-pecah, hingga berdarah. Biasanya bibir terlihat

(29)

namun tidak menutup kemungkinan pada orang dewasa. Pengatasannya

dilakukan dengan menggunakan sediaan bibir yang mengandung emolien

(Taylor dan Fracis, 2002).

B. Buah Naga Merah

Gambar 2. Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus Web.)

Buah naga merupakan kelompok tanaman kaktus atau famili Cactaceae

(subfamili Hylocereanea). Buah ini termasuk dalam genus Hylocereus yang terdiri

dari beberapa spesies, diantaranya adalah buah naga merah yang biasa

dibudidayakan dan mempunyai nilai komersial tinggi. Klasifikasi buah naga

diketahui sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Cactales

Famili : Cactaceae

Subfamili : Hylocerenea

Genus : Hylocereus

(30)

1. Morfologi

Batang buah naga memiliki warna hijau kebiru-biruan atau keunguan.

Batang tersebut berbentuk siku atau segitiga dan mengandung air dalam bentuk

lendir. Batang ini berlapiskan lilin apabila sudah dewasa. Dari batang ini tumbuh

cabang yang bentuk dan warnanya sama dengan batang. Cabang batang tersebut

berfungsi sebagai daun untuk proses asimilasi. Kandungan cabang batang tersebut

ialah kambium yang berfungsi untuk pertumbuhan tanaman. Pada batang dan

cabang tanaman ini tumbuh duri-duri yang keras dan pendek. Letak duri tepi

siku-siku batang maupun cabang dan terdiri 4-5 buah duri disetiap titik tumbuh

(Kristanto, 2008).

Bunga buah naga berbentuk corong memanjang berukuran sekitar

30cm dan akan mulai mekar di sore hari dan. Buah naga akan mekar sempurna

pada malam hari. Setelah mekar warna mahkota bunga bagian dalam putih bersih

dan didalamnya terdapat benangsari berwarna kuning dan akan mengeluarkan bau

yang harum (Kristanto, 2008).

Buah naga mempunyai bentuk bulat panjang dan terletak mendekati

ujung cabang atau batang. Pada cabang atau batang bisa tumbuh lebih dari satu

dan terkadang berdekatan. Kulit buah tebal sekitar 1-2cm. Pada pemukaan kulit

buah terdapat sirip atau jumbai berukuran sekitar 2 cm (Kristanto, 2008).

Biji berbentuk bulat berukuran kecil dan tipis tapi sangat keras. Biji

(31)

dilakukan karena memerlukan waktu yang lama sampai berproduksi

(Kristanto,2008).

2. Komposisi

Komposisi buah naga merah diperlihatkan pada tabel dibawah ini.

Tabel I. Komposisi buah naga merah per 100 g daging buah (Anonim, 2009)

kandungan per 100 g daging buah air (g) 82,5-83,0 Tingkat kemanisan (brix) tidak diketahui Nilai pH tidak diketahui

3. Kegunaan

Buah naga merah (Hylocereus polyrhizus Web.) memiliki vitamin –

vitamin yang berkhasiat untuk tubuh, diantaranya ialah untuk mencegah demam

badan, menurunkan kolesterol, merawat kesehatan kulit, dan antioksidan yang

berfungsi mengangkal radikal bebas. Buah naga merah juga telah digunakan

(32)

C. Betasianin

Gambar 3. Struktur betasianin

(Stintzing, Kammerer, Schieber, Adama, Nacoulma, and Carle , 2004)

Betasianin merupakan komponen dalam pigmen betalain. Pigmen

betalain merupakan komponen warna yang utama dari bunga, buah, dan jaringan

tumbuhan lain yang berwarna merah. Betalain sebenarnya terdiri dari dua grup

pigmen : merah-violet yang dikenal dengan namabetacyanidinsdan warna kuning

dengan nama betaxanthins. Kedua pigmen tersebut merupakan pigmen yang larut

air. Betacyanidins merupakan konjugat dari cylo-DOPA dan betalamic acid.

Sedangkan betaxantins merupakan konjugat dari asam amino atau amina dan

betalamic acid. Seperti antosianin, betacyanidins biasanya terglikosilasi yang

disebut betasianin (Mortensen, 2006)

Penelitian terakhir buah dari family Cactaceae merupakan sumber

betalain yang menjanjikan. Berdasarkan penelitian oleh (Phebe, et al, 2009)

konsentrasi betasianin pada daging buah naga merah yang diambil setelah 35 hari

setelah berbunga adalah 11,7 mg/mL. Buah naga merah telah digunakan sebagai

(33)

D. Kosmetik

Kosmetik berasal dari kata Yunani “Kosmetikos” yang berarti

keterampilan menghias, mengatur. Definisi kosmetik dalam Peraturan Menteri

Kesehatan RI No. 445/MenKes/Permenkes/1998 : “Kosmetik adalah sediaan atau

paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis,

rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar), gigi, dan rongga mulut untuk

membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya

tetap dalam keadaan baik, dan memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan

untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit” (Traggono dan Latifah,

2007).

Dalam definisi kosmetika diatas yang dimaksud dengan “tidak

dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit” adalah

sediaan tersebut seyogianya tidak mempengaruhi struktur dan faal kulit.

cosmedic/medicated cosmetic” merupakan gabungan kosmetik dan obat yang

sifatnya dapat mempengaruhi faal kulit secara positif, namun bukan obat

(Traggono dan Latifah, 2007).

E. Lip balm

Lip balm merupakan produk kosmetik yang diaplikasikan khusus di

bibir. Perbedaan lipstik dan lip balm terletak pada kegunaannya. Pada lipstik

terdapat pigmen yang dapat memberikan warna ke bibir sedangkan lip balm

(34)

dan pecah-pecah yang disebabkan oleh udara maupun kondisi tertentu ( Lauren,et

al, 2009).

Secara umum metode pembuatan sediaan yang diaplikasikan di bibir

melalui tahap pencetakan hasil leburan sesuai tahapan berikut ini.

a. Melarutkan zat warna. Pelarutan ini bila perlu dapat dibantu dengan

pemanasan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

b. Penyiapan komponen basis lemak dan lilin dengan teknik peleburan/pelelehan,

penyaringan (bila perlu), dan pengadukan. Komponen basis tersebut dapat

dilelehkan bersamaan dalam satu wadah, tetapi sebaiknya dipisah antara lilin

dan lemak, setelah keduanya melebur, baru dicampur.

c. Pendispersian zat warna ke dalam campuran basis lemak dan lilin yang telah

dilebur dengan pengadukan sampai homongen, setelah suhu turun

ditambahkan pengharum.

d. Pencetakan pewarna bibir. Setelah dicetak, pewarna bibir akan segera

membeku dan siap untuk dikemas (Nowack, 1985).

F. Formulasi

Komposisi bahan-bahan untuk pembuatanlip balmantara lain:

1. Basis

a. Waxes(lilin)

Berfungsi untuk memberikan struktur pada stik dan menjaga sediaan

tetap padat bahkan dalam keadaan hangat.

(35)

Berfungsi sebagai pelarut pada beberapa formulasi dan agen

pendispersi untuk pewarna tidak larut.

c. Plastizier(material lemak)

Untuk memperbaiki tekstur, pengaplikasian, dan stabilitas dari sediaan

lip balm.

2. Pewarna

Merupakan komposisi penting untuk melihat poin komersial dan

penampilan. Terbagi atas dua jenis :

a. Dengan zat warna kulit dengan pelarut dari bahan celup yang mudah

berpenetrasi pada lapisan kulit luar disebut soluble dye. Contoh :

fluorescein, eosin.

b. Dengan menutupi bibir dengan lapisan pewarna yang disajikan untuk

menutupi beberapa kekasaran kulit dan memberikan penampilan yang

lembut disebut insoluble dyes. Contoh : kalsium, barium, alumunium,

strontium.

3. Pengawet

Kehidupan bakteri atau jamur sebenarnya tumbuh dengan lip balm

lambat karena lip balm biasanya berbentuk anhidrat. Bagaimanapun jika

produk ini digunakan pada bibir setelah meminum minuman yang manis maka

ada kemungkinan permukaannya dapat terkontaminasi sehingga mudah

ditumbuhi mikroorganisme. Oleh karena itu, direkomendasikan sejumlah kecil

(36)

4. Parfum (fragrance)

Digunakan untuk menutupi bau yang tak sedap dari lemak atau lilin

serta memberikan rasa yang menarik.

5. Antioksidan

Banyak bahan yang umumnya digunakan dalam lip balm yang mudah

teroksidasi dengan udara menghasilkan bau yang tidak menyenangkan atau

sering disebut bau tengik. Oleh karena itu antioksidan disarankan untuk

ditambahkan pada formulasilip balm.

6. Surfaktan

Surfaktan kadang-kadang ditambahkan dalam pembuatan pewarna

bibir untuk memudahkan dalam mendispersikan partikel-partikel pigmen

warna yang padat (Traggono dan Latifah, 2007).

G. Emulsi

Emulsi merupakan disperse koloid dimana fase air terdispersi pada

medium pendispersi yang terdiri dari komposisi yang berbeda. Fase terdispersi

kadang-kadang merupakan fase internal dan medium pendispersi merupakan fase

eksternal. Emulsi terdiri dari droplet dengan ukuran partikel tertentu (Schramm,

2005). Sistem emulsi distabilkan dengan kehadiran dari emulsifying agent

(Aulton, 2002). Secara prinsip emulsi terdiri dari 2 tipe antara lain :

1. Oil-in-water(O/W) untuk droplet minyak yang terdispersi pada medium air.

2. Water-in-oil (W/O) untuk droplet air yang terdispersi pada medium minyak

(37)

Emulsi secara luas digunakan untuk aplikasi eksternal maupun internal.

Keduanya dapat dalam bentuk o/w maupun w/o. Emulsi water-in-oil akan

memberikan efek oklusif dengan pelapisan dari lapisan atas stratum corneum dan

dapat mencegah penguapan dari sekresieccrine(Aulton, 2002).

H. Hydrophilic-Lipophilic Balance(HLB)

Nilai HLB mrupakan keseimbangan antara sifat lipofil dan hidrofil dari

suatu surfaktan. Untuk emulsi o/w, rantai hidrofobik berada pada fase minyak

sedangkan rantai hidrofilik berada pada fase air. Untuk emulsi w/o, rantai

hidrofilik terdapat pada fase air, sedangkan rantai hidrofobik berada fase minyak

(Tadros, 2005).

Kepentingan relatif dari keseimbangan hidrofilik dan lipofilik ialah

saat menggunakan campuran surfaktan yang terdiri dari variasi proporsi surfaktan

yang memiliki nilai HLB tinggi dan rendah. Ringkasan range HLB dan

aplikasinya dijelaskan dengan tabel di bawah ini.

Tabel II. Klasifikasi surfaktan berdasarkan nilai HLB (Tadros, 2005)

range HLB Aplikasi

Emulsifying agent merupakan substansi yang membantu menyatunya

(38)

yang tidak saling campur. Dalam penelitian ini, fase yang tidak saling campur

yaitu ekstrak betasianin dari kulit buah naga merah dan fase minyak dari basis lip

balmyang digunakan (Syamsudin, 2006).

Pemilihan emulsifying agent yang akan digunakan tidak bergantung

dari kemampuan dariemulsifying agentsaja, tetapi juga dari rute administrasi dan

toksisitasnya. Penggunaan non ionic emulsifying agent memiliki kecenderungan

tidak mengiritasi dan tidak terlalu toksik apabila dibandingkan dengan anionik

emulsifying agent (Aulton, 2002). Pada penelitian ini dipilih emulsifying agent

yang aman digunakan secara oral karena pengaplikasian sediaan memiliki

kemungkinan untuk masuk ke dalam saluran pencernaan.

Pada penelitian ini digunakan dua macamemulsifying agent, yaitu:

1. Glyceryl monostearate

Gambar 4. Strukturglyceryl monostearate(Rowe,et al, 2009) Glyceryl monostearate nonionik emulsifier yang digunakan sebagai

emulsifying agent, stabilizer, emollienst dan plastictizer pada berbagai macam

jenis makanan dan sediaan farmasetik. Glyceryl monostearate efektif digunakan

pada emulsi w/o maupun o/w dan merupakan agen pendispersi pigmen pada

minyak maupun padatan dalam lemak. Glyceryl monostearatememiliki titik leleh

55-60˚C. Nilai HLB glyceryl monostearate adalah 3,8 (Rowe, Sheskey, and

(39)

2. Stearic Acid

Gambar 5. Strukturstearic acid(Rowe,et al, 2009)

Stearic aciddigunakan secara luas pada sediaan farmasetik secara oral

dan topikal. Stearic acid merupakan bahan yang stabil. Penggunaan stearic acid

3-5% dapat berfungsi sebagai agen pengental. Bahan ini memiliki nilai HLB 15

(Rowe,et al, 2009).

Penggunaan campuran emulsifying agent dapat menghasilkan

campuran yang lebih baik dibandingkan penggunaan emulsifying agent tunggal.

Penggunaan campuran emulsifying agent yang salah satu emulsifying agentnya

memiliki nilai HLB yang lebih rendah dan yang lain memiliki nilai HLB lebih

tinggi daripada rHLB lipid, dapat menghasilkan campuran yang memiliki HLB

sama dengan HLBlipid(Rieger and Rhein, 1997).

J. Metode Desain Faktorial

Desain faktorial merupakan pendekatan eksperimental yang dilakukan

dengan meneliti efek dari suatu variabel eksperimental dengan menjaga variabel

lain konstan. Desain faktorial digunakan dalam percobaan untuk menentukan

secara simulasi efek dari beberapa faktor dan interaksinya yang signifikan.

Signifikan berarti perubahan besar pada responnya (Bolton, 1990).

Desain faktorial mengandung beberapa pengertian, yaitu faktor, level,

(40)

(Voight, 1984). Level merupakan nilai atau tetapan untuk faktor. Efek adalah

perubahan respon yang disebabkan variasi tingkat dari faktor. Efek faktor atau

interaksi merupakan rata-rata respon pada level tinggi dikurangi rata-rata respon

pada level rendah. Respon merupakan sifat atau hasi percobaan yang diamati.

Respon yang diamati harus dikuantitatifkan (Bolton, 1990).

Desain faktorial dualevelberarti ada dua faktor (misal A dan B ) yang

masing-masing faktor diuji dua level yang berbeda, yaitu level rendah dan level

tinggi. Dengan desain faktorial dapat didesain suatu percobaan untuk mengetahui

faktor dominan yang berpengaruh secara signifikan terhadap suatu respon

(Bolton, 1990).

Jumlah percobaan dalam desai faktorial adalah 2n, 2 menunjukkan

leveldan n menunjukkan jumlah faktor. Langkah untuk percobaan faktorial terdiri

dari kombinasi semualevel dari faktor. Desain percobaan dengan desain faktorial

22 dapat diperoleh dengan persamaan dengan konsep :

Y = B0+B1(X1) + B2(X2) + B12(X1)(X2)

Dimana :

Y = respon hasil percobaan

X1X2 =levelyang nilainya mulai (-1) sampai (+1)

B0,B1,B2,B12 = koefisien yang dapat dihitung dari hasil percobaan

B0 = rata-rata hasil semua percobaan

B1,B2,B12 =

(Voight, 1984). Level merupakan nilai atau tetapan untuk faktor. Efek adalah

perubahan respon yang disebabkan variasi tingkat dari faktor. Efek faktor atau

interaksi merupakan rata-rata respon pada level tinggi dikurangi rata-rata respon

pada level rendah. Respon merupakan sifat atau hasi percobaan yang diamati.

Respon yang diamati harus dikuantitatifkan (Bolton, 1990).

Desain faktorial dualevelberarti ada dua faktor (misal A dan B ) yang

masing-masing faktor diuji dua level yang berbeda, yaitu level rendah dan level

tinggi. Dengan desain faktorial dapat didesain suatu percobaan untuk mengetahui

faktor dominan yang berpengaruh secara signifikan terhadap suatu respon

(Bolton, 1990).

Jumlah percobaan dalam desai faktorial adalah 2n, 2 menunjukkan

leveldan n menunjukkan jumlah faktor. Langkah untuk percobaan faktorial terdiri

dari kombinasi semualevel dari faktor. Desain percobaan dengan desain faktorial

22 dapat diperoleh dengan persamaan dengan konsep :

Y = B0+B1(X1) + B2(X2) + B12(X1)(X2)

Dimana :

Y = respon hasil percobaan

X1X2 =levelyang nilainya mulai (-1) sampai (+1)

B0,B1,B2,B12 = koefisien yang dapat dihitung dari hasil percobaan

B0 = rata-rata hasil semua percobaan

B1,B2,B12 =

(Voight, 1984). Level merupakan nilai atau tetapan untuk faktor. Efek adalah

perubahan respon yang disebabkan variasi tingkat dari faktor. Efek faktor atau

interaksi merupakan rata-rata respon pada level tinggi dikurangi rata-rata respon

pada level rendah. Respon merupakan sifat atau hasi percobaan yang diamati.

Respon yang diamati harus dikuantitatifkan (Bolton, 1990).

Desain faktorial dualevelberarti ada dua faktor (misal A dan B ) yang

masing-masing faktor diuji dua level yang berbeda, yaitu level rendah dan level

tinggi. Dengan desain faktorial dapat didesain suatu percobaan untuk mengetahui

faktor dominan yang berpengaruh secara signifikan terhadap suatu respon

(Bolton, 1990).

Jumlah percobaan dalam desai faktorial adalah 2n, 2 menunjukkan

leveldan n menunjukkan jumlah faktor. Langkah untuk percobaan faktorial terdiri

dari kombinasi semualevel dari faktor. Desain percobaan dengan desain faktorial

22 dapat diperoleh dengan persamaan dengan konsep :

Y = B0+B1(X1) + B2(X2) + B12(X1)(X2)

Dimana :

Y = respon hasil percobaan

X1X2 =levelyang nilainya mulai (-1) sampai (+1)

B0,B1,B2,B12 = koefisien yang dapat dihitung dari hasil percobaan

B0 = rata-rata hasil semua percobaan

(41)

Untuk penerapan rumus ini diperlukan empat percobaan, yaitu X1dan

X2padalevelrendah, X1padaleveltinggi dan X2padalevelrendah, X1padalevel

rendah dan X2 pada level tinggi, X1 dan X2 pada level tinggi. Untuk

mempermudah perhitungan, level tinggi dari faktor diubah menjadi +1 dan level

rendah dari faktor diubah menjadi -1 (Bolton, 1990).

K. Landasan Teori

Buah naga merah (Hylocereus polyrhizus Web.) merupakan buah dari

family Cactaceae. Buah ini mengandung betasianin yang merupakan pigmen yang

larut air dengan warna merah-violet yang dapat digunakan sebagai pewarna dan

memiliki antioksidan yang dapat mencegah radikal bebas.

Lip balm merupakan sediaan kosmetik dengan basis minyak dan lilin.

Lapisan minyak merupakan oklusif yang mencegah penguapan air pada bibir yang

pecah-pecah dan terkelupas. Antara minyak dan air merupakan dua komponen

yang tidak saling larut. Hal ini disebabkan karena adanya tegangan permukaan

antara kedua fase. Keberadaan dari emulsifying agent akan menurunkan tegangan

permukaaan antara kedua fase tersebut. Glyceryl monostearate merupakan

emulsifying agent yang efektif untuk sistem emulsi w/o dan merupakan zat yang

dapat mendispersikan pigmen dalam minyak maupun padatan lemak. Sedangkan

stearic acid merupakan emulsifying agent tipe o/w. Penggunaan kombinasi

emulsifying agent diharapkan dapat mendekati rHLB fase minyak sehingga

(42)

Variasi komposisi glyceryl monostearate dan stearic acid

memungkinkan akan memberikan efek yang dapat diukur kebermaknaannya

dalam menentukan daya sebar, daya lekat, ukuran droplet, pergeseran ukuran

droplet, dan stabilitas warna. Oleh sebab itu, desain penelitian ini menggunakan

desain faktorial pada dualeveldan dua faktor untuk mengevaluasi secara simultan

efek dari variasi komposisi dua emulsifying agent yang berbeda. Signifikansi

komposisi glyceryl monostearate dan stearic acid terhadap kualitas sediaan lip

balm dianalisis dengan menggunakan program R. Melalui persamaan yang

didapat dari program R dapat dibuat contour plot. Contour plot tersebut dapat

memberi informasi mengenai areamenghasilkan respon yang dikehendaki sesuai

dengan standar yang beredar dipasaran.

L. Hipotesis

1. Variasi komposisi glyceryl monostearate dan stearic acid pada level yang

diteliti, serta interaksinya mempunyai efek yang signifikan terhadap daya

lekat, daya sebar, ukuran droplet, dan pergeseran ukuran droplet sediaan lip

balm dengan ekstrak buah naga merah (Hylocereus polyrhizus Web.) sebagai

pewarna.

2. Terdapatareakomposisi perbandingan glyceryl monostearatedanstearic acid

sebagai emulsifying agent pada level yang diteliti sesuai standar yang

(43)

23

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimental dengan model

rancangan penelitian secara desain faktorial.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah level tinggi dan level rendah

emulsifying agent yang digunakan yaitu glyceryl monostearate dan stearic

acid.

2. Variabel tergantung

Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah meliputi daya lekat, daya

sebar, dan ukuran droplet, dan stabilitas warna dari sediaanlip balm.

3. Variabel pengacau terkendali

Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah alat dan bahan yang

digunakan, wadah penyimpanan, suhu penyimpanan , dan suhu pemanasan.

4. Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah suhu dan

(44)

C. Definisi Operasional

1. Lip balmadalah suatu sediaan dengan basis minyak (wax) yang diaplikasikan

di bibir dengan tujuan untuk melembabkan bibir sehingga terhindar dari

kekeringan dan pecah-pecah.

2. Buah naga merah (Hylocereus polyrhizusWeb.) adalah buah dari jenis kaktus

dari marga Hylocereus dan Selenicerus yang buahnya berwarna merah muda

dengan daging buah merah. Pada penelitian ini digunakan daging buah naga

merah yang didapatkan dari perkebunan buah naga di Sendangsana, Kulon

Progo, Yogyakarta.

3. Betasianin adalah pigmen yang berasal dari tumbuhan yang mengandung

nitrogen dan mempunyai sifat larut dalam air berwarna merah-violet.

Ekstraksi pigmen betasianin menggunakan etanol 80%.

4. Faktor adalah besaran yang mempengaruhi respon, pada penelitian ini

digunakan dua faktor, yaituglyceryl monostearatedanstearic acid.

5. Leveladalah nilai atau tetapan untuk faktor, pada penelitian ini digunakan dua

level, yaitu level tinggi dan level rendah. Level tinggi glyceryl monostearate

adalah 10,375 g. Level rendah glyceryl monostearate adalah 6,225 g. Level

tinggi stearic acidadalah 2,125 g sedangkan level rendah stearic acidadalah

1,275 g.

6. Stearic acidadalahemulsifying agent tipeo/wdengan nilai HLB 15

7. Glyceryl monostearate adalah molekul organik yang berperan sebagai

nonionik emulsifier dan penstabil campuran polar maupun nonpolar dalam

(45)

8. Respon adalah besaran yang akan diamati perubahan efeknya. Respon yang

diamati dalam penelitian ini adalah sifat fisis sediaan lip balm meliputi daya

sebar, daya lekat, dan ukuran droplet, sedangkan stabilitas sediaan lip balm

yang diamati yaitu pergeseran ukuran droplet.

9. Efek adalah perubahan yang disebabkan karena adanya variasi faktor dan

level.

10. Stabilitas sediaan lip balm adalah parameter untuk mengetahui tingkat

kestabilanlip balm. Pada penelitian ini ialah pergeseran ukuran droplet.

11. Daya sebar adalah kemampuan lip balm untuk menyebar pada alat uji yang

diukur diameternya setelah pemberian beban 200 g selama 1 menit. Kriteria

daya sebar yang diinginkan adalah 1,7-2 cm.

12. Daya lekat adalah kemampuan lip balm untuk melekat pada bibir. Nilainya

didapatkan dengan menggunakan alat uji daya lekat yang dibebani beban

dengan berat 20 g dan dinyatakan dalam satuan detik. Kriteria daya sebar yang

diinginkan adalah 5-37 detik.

13. Distribusi ukuran droplet adalah sebaran ukuran patikel sebanyak 500 droplet

dalam sediaan lip balm yang diamati secara miksoskopik. Ukuran droplet

ditunjukkan dengan percentile 90 yang menggambarkan 90% ukuran droplet

yang muncul pada pembuatan sediaanlip balm.

14. Pergeseran ukuran droplet adalah presentase dari selisih ukuran droplet dalam

waktu penyimpanan satu bulan dengan ukuran droplet setelah pembuatan (48

jam). Kriteria pergeseran ukuran droplet yang diinginkan ialah < 10%. Untuk

(46)

% pergeseran ukuran droplet = ℎ − 100%

15. Desain faktorial adalah pendekatan eksperimental yang dilakukan dengan

meneliti efek dari suatu variabel eksperimental dengan menjaga variabel lain

konstan. Desain faktorial digunakan dalam percobaan untuk menentukan

secara simulasi efek dari beberapa faktor dan interaksinya yang signifikan.

Faktor yang digunakan yaitu glyceryl monostearate dan stearic acid dengan

dualevel, yaituleveltinggi danlevelrendah.

16.Contour plot adalah kurva hasil respon yang dibuat melalui persamaan desain

faktorial yang secara statistik mempunyai nilai p<0,05.

17.Contour plot super imposed adalah penggabungan dari contour plot yang

didapatkan melalui persamaan desain faktorial.

D. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah buah naga merah

(Hylocereus polyrhizus Web.) dari perkebunan buah naga merah di daerah

Sendangsana, Kulon Progo, Yogyakarta, white oil dan paraffin liquid dari PT

Brataco Chemica Yogyakarta, beeswax dari PT Brataco Chemica Yogyakarta,

carnauba wax dari CV. Total Equipment Semarang, lanolin dari Laboratorium

Solid-Semi Solid Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, madu dari Progo

Yogyakarta, Vitamin C dari Laboratorium Solid-Semi Solid Univesitas Sanata

Dharma Yogyakarta, glyceryl monostearate dari Multi Kimia Raya Semarang,

stearic acid dari Laboratorium Solid-SemiSolid Universitas Sanata Dharma

(47)

Laboratorium Solid-Semi Solid Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, etanol

80% dari Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta, methylen blue dari Laboratorium Solid-Semi Solid Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta, dan sudan III dari Laboratorium

Farmakognosi-Fitokimia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

E. Alat Penelitian

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat-alat gelas (

Pyrex-Germany), neraca analitik (Mettler Toledo GB3003-Switzerland), oven,

waterbath (Tamson Zoetermeer 0023-Holland), termometer, cawan porselen,

mortir stamper, cetakan lip balm, alat uji daya lekat, alat uji daya sebar, gelas

objek (2,54 cm x 7,62 cm dan tebal 0.8 mm microscope slides-China), stopwatch,

rotary evaporator (Kika Labortechnik), alumunium foil, spektrofotometri visibel

(Optima SP3000), kaca kalibrasi, mikroskop (Motic), dan diagram Munsell Color

System.

F. Tata Cara Penelitian

1. Pembuatan lip balm dengan ekstrak buah naga merah (Hylocereus polyrizusWeb.)

Tabel III. Formula komposisilip balm(Howard I. Malbach, 2000)

(48)

Formulalip balmdi atas dimodifikasi menjadi :

Tabel IV. Formula modifikasi dalam 100 g

Formula F1 Fa Fb Fab

Emolien White oil 23 23 23 23 Paraffin 25 25 25 25

Wax Beeswax 8 8 8 8

Carnauba wax 4 4 4 4

Plastizizer Lanolin 7 7 7 7

Pewarna

Ekstrak Buah Naga

Merah 5 5 5 5

Pearl Madu 9 9 9 9

Antioksidan Vitamin C 2 2 2 2 Pengawet Metil paraben (nipagin) 0,5 0,5 0,5 0,5

Aroma Vanili 4 4 4 4

Emulsifying agent

Glyceryl Monostearate 6,225 10,375 6,225 10,375 Stearic acid 1,275 1,275 2,125 2,125

Pembuatan sediaan lip balm dengan ekstrak buah naga merah (Hylocereus

polyrhizusWeb.)

a. Ekstraksi pigmen betasianin pada daging buah naga

Buah naga yang telah dipilih dicuci hingga bersih kemudian daging

buah dipisahkan dari kulitnya. Daging buah yang telah dipisahkan diambil

sebanyak 20 g. Selanjutnya ditambahkan 40mL etanol 80% kemudian diblender

selama 15 menit. Campuran kemudian disaring dengan kain saring dan filtratnya

dikumpulkan.

Filtrat di evaporasi menggunakan rotary evaporator pada suhu 40˚C

hingga membentuk filtrat yang lebih pekat. Filtrat yang dapatkan kemudian

dipindahkan ke cawan porselin dan dimasukkan ke oven pada kurang dari 50˚C

(49)

disimpan pada wadah yang ditutup dengan alumunium foil. Penyimpanan

dilakukan pada kondisi gelap pada suhu 4˚C.

b. Pembuatan basislip balm

Carnauba wax dilelehkan diatas waterbath pada suhu 80–86oC.

Setelah meleleh sempurna, waterbath diatur suhunya pada 66–68oC. Setelah

mencapai suhu tersebut, beeswax dilelehkan di atas waterbath. Setelah beeswax

meleleh sempurna, suhu kembali diturunkan. Di cawan yang berbeda lanolindan

stearic acid mulai dilelehkan di ataswaterbath.

c. Pembuatan sediaanlip balm

Setengah formula emolien (white oil dan paraffin) dimasukkan ke

dalam campuran wax. Setelah mencapai suhu 45˚C ditambahkan glyceryl

monostearate. Setelah meleleh sempurna dari semua bahan, lanolin dan stearic

aciddimasukkan ke dalam campuran dan diaduk hingga homogen.

Sambil menunggu campuran basis lip balm meleleh, pigmen hasil

ekstraksi buah naga ditambahkan sedikit aquadest kemudian dilarutkan. Setelah

larut, pigmen dicampur dengan vitamin C, madu, metil paraben (nipagin), dan

vanili di dalam mortir dan diaduk hingga homogen. Setelah campuran membentuk

masa yang homogen, tambahkan ½ formula dari oil (white oil dan paraffin) ke

dalam campuran pigmen dan di aduk hingga homogen. Pencampuran ini

dilakukan tanpa pemanasan.

Setelah homogen, campuran basis lip balm di turunkan dariwaterbath

dan dimasukkan ke dalamnya campuran pigmen kemudian di aduk hingga

(50)

dalam pot lip balm sambil diketuk-ketuk secara perlahan agar campuran sampai

ke dasar pot dan memberikan permukaan yang rata. Pembuatan sediaan lip balm

di lakukan sebanyak 3 kali replikasi pada setiap formula. Setelah dingin, lip balm

ditutup dengan alumunium foil dan disimpan dalam suhu ruangan selama kurang

lebih 48 jam kemudian diuji. Pengujian dilakukan selama 1 bulan.

2. Uji kualitas sediaan lip balm dengan ekstrak buah naga merah sebagai pewarna

a. Penentuan tipe emulsi

Sejumlah kecil lip balm digoreskan di atas gelas objek kemudian

ditambahkan 1 tetes methylen blue dan ditutup dengan penutup. Cara yang

sama dilakukan dengan menggunakan sudan III. Setelah itu dilakukan

pengamatan bentuk emulsi (tipe w/o atau o/w) secara mikroskopik.

(Kusumowardani, 2010).

b. Uji daya lekatlip balm

Seperangkat alat uji daya lekat lip balm, gelas objek, anak

timbangan 1000 g dan 20 g, dan pencatat waktu (stopwatch) disiapkan.

Sebanyak 0,03 g lip balm dioleskan pada gelas objek yang telah ditentukan

luasnya (2,54 cm x 6 cm), gelas objek lain diletakkan di atas olesan lip balm

tersebut, kemudian ditekan dengan beban 1000 g selama 5 menit. Gelas objek

dipasang pada alat uji, kemudian dilepaskan beban seberat 20 g dan dicatat

waktunya hingga kedua gelas objek terpisah. Pengujian ini dilakukan setelah

(51)

c. Uji daya sebarlip balm

Sediaanlip balmditimbang sebanyak 0,1g dan diletakkan ditengah

kaca bulat berskala yang sebelumnya telah diolesi dengan gelatin. Kaca bulat

lain yang telah ditimbang diletakkan di atasnya kemudian ditambahkan beban

seberat 200g. Setelah itu didiamkan selama 1 menit dan diukur diameter

penyebarannya. Pengujian ini dilakukan setelah dibuat (48jam) dan setelah

disimpan selama 1 bulan.

d. Pengujian mikromeritik

Mikroskop dilakukan kalibrasi terlebih dahulu dengan kaca

kalibrasi. Setelah dikalibrasi, sejumlah kecil sediaan lip balmdigoreskan tipis

pada gelas objek kemudian ditambahkan 1 tetes metylene blue dan ditutup

dengan gelas penutup. Sebanyak 500 partikel diukur diameternya. Pengujian

ini dilakukan setelah dibuat (48jam) dan setelah disimpan selama 1 bulan

(Kusumowardani, 2010).

e. Uji stabilitas warnalip balm

Warna dari sediaan lip balm yang telah dibuat dilihat

kesesuaiannya dengan diagram Munsell Color System, kemudian diambil

gambarnya dengan mencatat kode warna yang sesuai dengan diagram Munsell

tersebut. Uji ini dilakukan setelah pembuatan (48 jam), 1 minggu, 2 minggu, 3

(52)

G. Analisis Hasil

Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data stabilitas warna,

daya lekatlip balm, daya sebarlip balm, distribusi ukuran droplet dan pergeseran

ukuran droplet 48 jam setelah pembuatan sampai penyimpanan selama 1 bulan.

Melalui model rancangan desain faktorial dapat dihitung besarnya efek glyceryl

monostearate, stearic acid, dan interaksinya dalam menentukan respon daya

sebar, daya lekat, ukuran droplet, dan pergeseran ukuran droplet dari sediaan lip

balm dengan ekstrak buah naga merah (Hylocereus polyrhizus Web.) sebagai

pewarna.

Data daya lekat, daya sebar, dan pergeseran ukuran droplet setelah

pembuatan (24 jam) dianalisis signifikansinya dengan data penyimpanan setelah 1

bulan menggunakan uji T berpasangan apabila distribusi data yang didapat normal

dan menggunakan uji Wilcoxonapabila distribusi data yang didapat tidak normal.

Dari hasil analisis akan diperoleh nilai p (probability value). Apabila nilai p

kurang dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara

pengukuran dan jika p lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat perbedaan diantara pengukuran.

Analisis data daya lekat, daya sebar, dan ukuran droplet 48 jam setelah

pembuatan dan pergeseran ukuran droplet setelah 1 bulan penyimpanan

menggunakan Program R. Dari hasil analisis, akan diperoleh hasil persamaan

dengan nilai p (probability value). Apabila nilai p yang diperoleh kurang dari 0,05

maka dapat disimpulkan bahwa setiap faktor dan interaksinya dapat memberikan

(53)

Hasil persamaan yang signifikan dapat digunakan untuk memprediksi

area optimum dengan membuat contour plot masing-masing respon.

Masing-masing contour plot tersebut digabungkan menjadi contour plot superimposed

yang memberikan informasi mengenai komposisi glyceryl monostearate dan

stearic acidyang memenuhi daya lekat, daya sebar, dan pergeseran ukuran droplet

(54)

34

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sediaan yang dibuat pada penelitian ini adalah lip balm. Lip balm

merupakan kosmetik yang bahan serta cara pembuatannya mirip dengan

pembuatan lipstik. Perbedaan lipstik dan lip balm terletak pada kegunaannya,

dimana lipstik memiliki pigmen yang dapat memberikan warna ke bibir sehingga

lebih cenderung bersifat sebagai dekoratif sedangkan lip balm lebih khusus untuk

perawatan pada bibir yang kering, terkelupas, dan pecah-pecah yang disebabkan

oleh udara maupun kondisi tertentu ( Lauren,et al, 2009).

Penelitian ini menggunakan daging buah naga karena menurut

penelitian Phebe, et al (2009) konsentrasi betasianin pada daging buah naga

merah yang diambil setelah 35 hari setelah berbunga adalah 11,7 mg/mL

sedangkan pada kulitnya terdapat 8,72mg/mL.

Ekstrak buah naga didapatkan dengan ekstraksi menggunakan blender.

Pelarut yang digunakan ialah etanol 80%. Filtrat yang didapatkan kemudian di

saring menggunakan kain saring dan dievaporasi menggunakanrotary evaporator

dengan suhu 40˚C. Penggunaan suhu rendah bertujuan untuk mencegah rusaknya

pigmen betasianin yang dapat rusak pada pemanasan di atas suhu 50˚C.

Lip balm yang dibuat pada penelitian ini ditambahkan pewarna dari

ekstrak buah naga merah (Hylocereus polyrhizus Web.) yang memiliki warna

merah keuguan. Warna yang dihasilkan merupakan senyawa betasianin. Adanya

(55)

Kandungan lain yang terdapat dalam buah naga merah ialah vitamin C

sebanyak 8-9 mg (Anonim, 2009). Manfaat utama vitamin C yaitu sebagai

antioksidan. Vitamin C dapat melindungi kulit dari pengaruh buruk sinar UV yang

dapat menyebabkan penuaan dini bahkan kanker kulit. Selain itu, asam askorbat

juga mampu memblokir terjadinya oksidasi DOPA sehingga mencegah

pembentukan melanin. Kemampuan asam askorbat lainnya adalah merangsang

pembentukan kolagen dan memperbaiki kulit yang terluka (Traggono dan Latifah,

2007).

Pada penelitian ini dilakukan uji kualitatif pada ekstrak yang didapat

dengan menggunakan spektrofotometri visibel. Menurut penelitian Woo, Ngou,

Ngo, Soong, and Tang (2011) disebutkan bahwa betasianin memberikan serapan

pada panjang gelombang 537nm. Hasil yang didapatkan dari pengukuran

menggunakan spektrofotometri visibel sebagai berikut :

(56)

Gambar 7. Absorbansi spektrum ekstrak buah naga merah (Phebe,et al, 2011)

Pada gambar 6 dapat dilihat bahwa terdapat absorbansi maksimum

pada panjang gelombang 535–540 nm sedangkan pada gambar 7 yang berasal dari

literatur memiliki pola spektra yang sama dengan gambar 6 pada panjang

gelombang 450-600 nm. Oleh sebab itu, dapat dipastikan bahwa ekstrak yang

digunakan mengandung pigmen betasianin. Betasianin dapat dibaca serapannya

dengan spektrofotometri visibel karena memiliki gugus kromofor yang panjang

dan auksokrom. Gugus kromofor dan auksokrom betasianin ditunjukkan dengan

gambar sebagai berikut.

(57)

Berdasarkan gambar 8, terlihat bahwa betasianin merupakan senyawa

polar. Hal ini terlihat dari struktur betasianin yang terikat dengan glikosida dan

terdapat gugus karboksilat yang dapat larut dalam pelarut organik seperti etanol.

Pada penelitian ini digunakan emulsifying agent karena basislip balm

yang digunakan merupakan minyak, sedangkan ekstrak buah naga yang

digunakan merupakan ekstrak yang larut air sehingga terdapat perbedaan tegangan

permukaan antara kedua komponen tersebut. Adanya perbedaan tegangan

permukaan ini yang membuat emulsifying agent penting untuk digunakan agar

menghasilkanlip balmyang homogen.

Emulsifying agent yang digunakan merupakan campuran emulsifying

agent. Penggunaan campuran emulsifying agent dapat menghasilkan campuran

yang lebih baik dibanding penggunaan emulsifying agent tunggal. Penggunaan

campuran emulsifying agent yang salah satuemulsifying agentnya memiliki nilai

HLB yang lebih rendah dan yang lain memiliki nilai HLB lebih tinggi daripada

HLBlipid, maka dapat menghasilkan campuran yang memiliki HLB sama dengan

HLB lipid (Rieger and Rhein, 1997). Pada penelitian ini digunakan campuran

emulsifying agentberupaglyceryl monostearatedanstearic acid.

Campuran emulsifying agent tersebut merupakan campuran dari

emulsifying agent dengan tipe yang berbeda. Glyceryl monostearate efektif

digunakan pada emulsi w/o dan merupakan agen pendispersi pigmen pada minyak

maupun padatan dalam lemak (Rowe, et al, 2009). Glyceryl monostearate

memiliki HLB 3,8 sehingga cenderung mempunyai sifat lipofil. Stearic acid

Gambar

Tabel I. Komposisi buah naga merah per 100 gram daging buah …. 11 Tabel II. Klasifikasi surfaktan berdasarkan nilai HLB …………….
Tabel XIX. Analisis variansi pergeseran ukuran droplet lip balm …….. 62 Tabel XX. Hasil perhitungan nilai efek pergeseran ukuran droplet
Gambar 17. Grafik hubungan efek faktor glyceryl monostearate, stearic
Gambar 1. Struktur bibir (Singh, 2003)Keterangan :
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitiaan ini diperoleh bahwa gliserol merupakan faktor dominan dalam menentukan sifat fisik krim yang meliputi daya sebar krim, viskositas krim dan stabilitas krim

HPMC merupakan faktor yang dominan dalam menentukan respon sifat fisik dengan kontribusi sebesar 97,98% untuk viskositas dan 88,91% untuk daya sebar sedangkan propilen glikol

Variasi dari Tween 80 dan gliserin memberikan pengaruh yang signifikan terhadap respon daya sebar pada sediaan krim ekstrak batang jarak cina, sedangkan pada

Nilai efek yang didapat baik dari viskositas maupun daya sebar, respon yang diberikan berbanding terbalik dan sudah sesuai, dimana pada umumnya apabila viskositas

Grafik Hubungan Antara Gliserol dengan Propilenglikol pada Level Tinggi Carbopol 940 pada Respon Pergeseran Viskositas.... Contour Plot Daya Sebar Gel