• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peta konsep sebagai alternatif alat evaluasi pemahaman siswa pada pokok bahasan besaran dan satuan serta vektor oleh siswi-siswi kelas XB SMA Santa Maria Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Peta konsep sebagai alternatif alat evaluasi pemahaman siswa pada pokok bahasan besaran dan satuan serta vektor oleh siswi-siswi kelas XB SMA Santa Maria Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

SERTA VEKTOR OLEH SISWI-SISWI KELAS XB SMA SANTA MARIA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh

Maria Immaculata Lulut Cahyani NIM: 041424038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

PETA KONSEP SEBAGAI ALTERNATIF ALAT EVALUASI PEMAHAMAN SISWA PADA POKOK BAHASAN BESARAN DAN SATUAN

SERTA VEKTOR OLEH SISWI-SISWI KELAS XB SMA SANTA MARIA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh

Maria Immaculata Lulut Cahyani NIM: 041424038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

vii ABSTRAK

Maria Immaculata Lulut Cahyani, “Peta Konsep Sebagai Alternatif Alat Evaluasi Pemahaman Siswa pada pokok besaran dan satuan serta vektor oleh siswi-siswi kelas XB SMA Santa Maria Yogyakarta ”. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah peta konsep dapat digunakan sebagai salah satu alternatif alat evaluasi untuk mengukur pemahaman siswa pada pokok bahasan besaran dan satuan serta vektor. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 14 Agustus sampai 27 Agustus 2009 di kelas XB SMU Santa Maria Yogyakarta.

Instrumen yang digunakan adalah tes pemahaman dan tes peta konsep. Tes pemahaman dibuat berdasarkan kriteria pemahaman. Kualitas tes pemahaman ditentukan melalui ujicoba dan validasi isi. Sedangkan tes peta konsep dibuat oleh siswa berdasarkan kemampuan siswa memetakan konsep-konsep pada materi yang diujikan.

Ada dua macam data yang diperlukan dalam penelitian ini; yaitu (1) data yang berkaitan dengan pemahaman konsep dan (2) data berkaitan dengan kemampuan siswa membuat peta konsep.

Penggunaan peta konsep sebagai salah satu alat untuk mengukur pemahaman konsep, disimpulkan dari korelasi antara skor tes pemahaman dan skor peta konsep. Nilai korelasi dinyatakan dengan koefisien korelasi yang dihitung mengunakan korelasi product-moment dari Pearson pada taraf signifikansi 0,05.

(9)

viii ABSTRACT

Maria Immaculata Lulut Cahyani. “Concept Map as An Alternative for Evaluation Instrument of Students’ Comprehention on Magnification & Units and Vector by 10Th B Grade Student of Santa Maria High School Yogyakarta.” Yogyakarta: Physics Education Study Program, Department of Mathematics and Science Education, The Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.

This research has a purpose to know what a concept map can be used as an alternative to measure students’ comprehension about physics concepts. The observation was carried out on September14th until September 27th 2009 in the XB grade of Santa Maria Yogyakarta High school.

The instrument used was a understanding test and conceptual maps test. Comprehension tests based on the criteria of understanding. Quality of understanding tests was determined by testing and validation of content. The concept maps test created by students based on students' ability to map the concept of tested material.

There are two kinds of data which are needed in this research. The first is data that has relationship with concept understanding and the second is data that has relationship with in making concept map are made by students.

To know whether a concept map can be used as one of an equipment to measure concept understanding or not, it will be conclude if there is any correlation between the understanding test scores and concept map scores. There is any correlation or not will be stated by correlation coefficient and analyzed using product-moment correlation from Pearson and the standard of significant is 0,05.

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala karunia dan penyertaanNya yang senantiasa hadir seperti udara yang kuhirup setiap hari, sehingga penelitian dengan judul “Peta Konsep Sebagai Alternatif Alat Evaluasi Pemahaman Siswa Pada Pokok Besaran dan Satuan serta Vektor oleh Siswi-Siswi Kelas Xb Smu Santa Maria Yogyakarta” dapat terselesaikan dengan baik.

Penelitian ini merupakan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di FPMIPA Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik atas kerjasama, bantuan, gagasan, serta dukungan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1 Bapak Drs. Fr. Kartika Budi M.Pd, selaku dosen pembimbing sekaligus dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan waktu untuk membimbing dengan penuh kesabaran dan keramahan.

2 Bapak Drs. A. Atmadi, M.Si selaku kaprodi.

3 Sr. M. Cornelia OSF.S.Ag, selaku kepala sekolah SMU Santa Maria

Yogyakarta yang telah mengizinkan dan menyediakan tempat untuk peneliti melakukan penelitian.

4 Dra. MF Sutilah, selaku guru fisika SMU Santa Maria Yogyakarta yang tak henti-hentinya mendukung dan memberi semangat kepada peneliti untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

(11)

x

6 Dosen–dosen Pendidikan Fisika, terimakasih untuk ilmu yang telah diberikan kepada saya.

7 Sekretariat FKIP dan JPMIPA untuk segala bantuannya selama saya menempuh pendidikan.

8 Bapak-Ibuku tercinta dan Mas Gatot atas segala kasih sayang, kepercayaan, kesabaran dan dukungan dalam doa, semangat, dan biaya sehingga saya dapat menyelesaikan studi ini

9 Ignatius Joko Pitoyo, Joseph Bagas Jatmiko Bayuputra dan Claudius Banyu Ardhie- keluarga kecilku sekaligus kereta api hidupku terimakasih atas segala cinta,

semangat, kesabaran, doa dan dukungan dan kesempatan. Aku bersyukur hidup bersama kalian..

10 Mbak anit dan Bara yang telah mengisi hari-hari keluargaku, menyediakan tempat untuk sejenak bermain, dan maaf atas segala kerusakan mainan dan bukunya. 11 Bapak-Ibu Daryanto terima kasih atas segala kasih sayang, semangat, doa dan

dukungannya

12 Keluarga Baturono dan keluarga Botton : Mbak Ani-Mas Agus sekeluarga, Mba Gun sekeluarga, Mas Gendut-Mba Iwuk yang sangat sabar dan telaten, Mas Yono-Alm. Mbak Nanik-Ajeng-Kristin-Wisnu, Mas Tulus –Mbak Ninok-calon adek beserta seluruh keluarga yang tidak dapat disebutkan detail satu-persatu, terima kasih atas kasih sayang, cinta, dukungan dan doa selama penulis menyelesaikan skripsi. 13 Teman-teman kost “BEE”, terima kasih atas dukungan, semangat, kebersamaannya

serta hiburan setiap hari

14 Teman-teman Pendidikan Fisika angkatan 2004-2007, yang telah bekerjasama dalam menempuh studi di Pendidikan Fisika .

15 Semua pihak yang belum dapat disebutkan.

Peneliti sangat menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun serta menyempurnakan tulisan ini. Supaya dapat berguna bagi perkembangan pendidikan dan pembelajaran di sekolah.

(12)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi

ABSTRAK... vi

ABSTRACT... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR... xiii

DAFTAR BAGAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian... 3

D. Manfaat Penelitian... 3

BAB II DASAR TEORI... 5

A. Hakekat Peta Konsep... 5

1. Pengertian Konsep ... 5

2. Pengertian Peta Konsep ... 7

B. Hakekat evaluasi ... 16

1. Pengertian Evaluasi ... 16

2. Tujuan dan Fungsi Evaluasi ... 18

3. Alat Evaluasi ... 19

C. Pemahaman Konsep ... 21

D. Peta Konsep Sebagai Alternatif Alat Evaluasi Pemahaman Siswa ... 23

E. Pengukuran dan Satuan Pengukuran... 26

F. Kerangka Berpikir ... 42

G. Hipotesis... 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 44

A. Jenis Penelitian... 44

(13)

xii

E. Instrumen Penelitian... 48

1. Tes Peta Konsep ... 48

2. Tes Pemahaman ... 48

F. Uji keandalan instrumen... 52

G. Treatmen ... 54

H. Metode Analisis Data... 55

1. Penentuan Skor Tes Pemahaman ... 55

2. Penentuan Skor Tes Peta Konsep ... 58

I. Analisa Data ... 62

J. Uji Normalitas Dan Uji Homogenitas... 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 64

A. Data Penelitian... 64

1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 64

2. Deskripsi data Skor Tes Pemahaman dan Skor Tes Peta Konsep ... 67

3. Deskripsi Pemahaman Siswa Pada Pokok Besaran dan Satuan Serta Vektor dalam Peta Konsep yang Dibuat Siswa ... 73

B. Analisis Data... 79

1. Uji Normalitas ... 79

2. Uji Homogenitas ... 81

3. Korelasi antara Tes Pemahaman dan Tes Peta Konsep ... 82

C. Pembahasan... 84

D. Peta konsep sebagai Alternatif Alat Evaluasi Pemahaman Siswa ...,... 85

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 88

A. Kesimpulan... 88

B. Keterbatasan Penelitian... 88

1. Keterbatasan pada Sampel Penelitian ... 88

2. Kesulitan yang Dihadapi Siswa ... 89

C. Saran... 89 DAFTAR PUSTAKA

(14)

xiii DAFTAR TABEL

Tabel

Tabel 1 Definisi Satuan SI untuk Besaran Pokok ...,,... 28

Tabel 2 Satuan SI untuk Besaran Turunan ... 30

Tabel 3 Dimensi untuk Besaran Turunan... 31

Tabel 4 Kisi-kisi Pemahaman... 50

Tabel 5 Kisi-kisi Variabel yang Diukur... 53

Tabel 6 Kriteria Skor Tes Pemahaman... 55

Tabel 7 Kriteria Skoring Penyusunan Peta Konsep... 62

Tabel 8 Skor Tes Pemahaman Konsep... 68

Tabel 9 Skoring Peta Konsep Dari Unsur Penyusun Peta Konsep... 69

Tabel 10 Statistik Deskriptif ... 70

Tabel 11 Deskripsi Frekuensi Tes Pemahaman ... 71

Tabel 12 Deskripsi Frekuensi Tes Peta Konsep... 72

Tabel 13 Contoh Hirarki Pada Peta Konsep Yang Dibuat Siswa... 73

Tabel 14 Contoh Konsep Pada Peta Konsep Yang Dibuat Siswa ... 75

Tabel 15 Contoh Yang Muncul Pada Peta Konsep Yang Dibuat Siswa... 78

Tabel 16 Deskripsi Uji Normalitas Tes Pemahaman Konsep... 79

Tabel 17 Deskripsi Uji Normalitas Tes Peta Konsep... 80

Tabel 18 Deskripsi Uji Homogenitas Tes Pemahaman Dan Tes Peta Konsep ... 81

Tabel 19 Hasil Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Tes Pemahaman dan Peta Konsep... 82

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman

2.1 Peta Konsep Paling Sederhana... 10

2.2 Peta konsep yang agak kompleks... 11

2.3 (a) Peta Konsep yang Mengandung Perantara... 12

(b) Peta Konsep yang Perantaranya dijadikan bagian dari proposisinya ... 12

2.4 Bagian-bagian Peta Konsep ... 14

4.1 Histogram Deskripsi Frekuensi Pemahaman Konsep Siswa pada Pokok Bahasan Besaran dan Satuan serta Vektor... 71

(16)

xv DAFTAR BAGAN

Bagan halaman 2.1 Desain pelaksanaan penelitian ... 47

(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Evaluasi memiliki peranan penting dalam proses pendidikan karena dalam

proses evaluasi tersebut kita dapat melihat, menentukan sejauh mana, dalam hal

apa dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai. Selain itu evaluasi juga

merupakan salah satu kegiatan utama yang harus dilakukan oleh seorang guru

dalam kegiatan pembelajaran. Guru akan mengetahui perkembangan hasil belajar,

intelegensi, tingkat pemahaman, bakat khusus, minat, hubungan sosial, sikap dan

kepribadian siswa atau peserta didik lewat proses evaluasi.

Dalam proses evaluasi diperlukan instrumen atau alat evaluasi. Alat evaluasi

tersebut dikelompokkan menjadi dua, yakni alat tes dan nontes. Khusus untuk

evaluasi hasil pembelajaran siswa di kelas, alat evaluasi yang paling banyak

digunakan adalah tes. Di Indonesia bentuk soal pilihan ganda dan bentuk soal

uraian menjadi pilihan alat evaluasi yang kerap digunakan.

Dalam situasi akademik, obyek pengukuran atau obyek evaluasi yang perlu

menjadi sorotan utama adalah karakteristik individu siswa, seperti pengetahuan,

pemahaman ataupun keahlian siswa diberbagai bidang ilmu pengetahuan.

Sedangkan kedua bentuk tes ini memiliki keterbatasan masing-masing dalam

mengungkap pengetahuan dan pemahaman siswa mengenai konsep-konsep atau

(18)

Permasalahan yang dihadapi selanjutnya adalah bagaimana evaluator

menentukan dan menyusun suatu alat evaluasi agar tujuan yang ingin dievaluasi

dapat tercapai dan tepat sasaran. Salah satu solusi yang ditempuh yaitu

penggunaan peta konsep sebagai alternatif alat evaluasi pemahaman siswa.

Penggunaan peta konsep sebagai alat evaluasi tersebut diharapkan dapat

menjadi alat penilaian yang ideal, yaitu dapat memperlihatkan struktur

pemahaman siswa yang hasilnya sesuai dengan keadaan dan dapat diandalkan.

Beberapa para ahli pendidikan telah melakukan riset untuk mewujudkan peta

konsep sebagai alat evaluasi yang dapat mengungkap pemahaman. Penelitian

tersebut misalnya berkisar tentang penggunaan peta konsep sebagai alat

pendeteksi miskonsepsi siswa. Penelitian yang lain yaitu penggunaan peta konsep

untuk mempermudah konsep sulit dalam pembelajaran dan penggunaan peta

konsep untuk meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa. Dalam artikelnya

mengenai alat evaluasi, Novak (1990) dalam Holil (2008) menjelaskan adanya

potensi penggunaan peta konsep untuk peningkatan belajar dan mengajar sains

dalam ruang kelas. Tentunya potensi tersebut dapat mencakup fungsi peta

konsep sebagai alat evaluasi pemahaman siswa dalam belajar sains di kelas.

Untuk itu penulis melaksanakan penelitian dengan judul “Peta Konsep sebagai

Alternatif Alat Evaluasi Pemahaman Siswa”. Dengan menerapkan peta konsep

dalam pembelajaran fisika diharapkan akan diperoleh salah satu alternatif alat

(19)

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka yang

menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah peta konsep dapat

dijadikan alternatif alat evaluasi pemahaman siswa?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui apakah peta konsep dapat dijadikan alternatif alat evaluasi

pemahaman siswa

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat menambah referensi mengenai

alternatif alat evaluasi, terutama alat evaluasi yang dapat menggambarkan

pemahaman siswa. Selain itu penelitian ini menindaklanjuti

penelitian-penelitian sebelumnya mengenai peta konsep.

Apabila hasil penelitian ini baik, peta konsep dapat menjadi salah satu

(20)

4

BAB II DASAR TEORI

A. Hakikat Peta Konsep

1. Pengertian Konsep

Konsep menjadi sangat berarti bagi siswa dalam penguasaan materi di

berbagai bidang ilmu pengetahuan karena dalam materi tercakup fakta,

konsep dan hubungan antar konsep. Konsep memiliki pengertian yang

bermacam-macam. Masing-masing ahli memiliki pendapat yang

berbeda-beda, sehingga belum ada batasan pasti mengenai pengertian konsep ini.

Salah satu batasan yang dikemukakan oleh Dahar, bahwa konsep

merupakan dasar untuk berpikir, untuk belajar aturan-aturan dan akhirnya

untuk memecahkan masalah. Konsep-konsep itu merupakan penyajian

internal dari sekelompok stimulus, konsep-konsep itu tidak dapat

diamati, dan harus disimpulkan dari perilaku.

Dengan demikian konsep itu sangat penting bagi manusia dalam berpikir

dan belajar.

Dahar (1989) menyiratkan bahwa konsep-konsep dapat berbeda dalam

tujuh dimensi yaitu:

a. Atribut. Setiap konsep memiliki atribut yang berbeda baik ditinjau

(21)

permukaan datar dan sambungan-sambungan yang mengarah kebawah

yang mengangkat permukaan dari lantai.

b. Struktur. Struktur yaitu cara bagaimana atribut tersebut saling terkait.

Ada tiga macam struktur yaitu (1) struktur konjungtif yaitu konsep di

mana terdapat contoh konsep, seperti percepatan adalah perubahan

kecepatan tiap satuan waktu. Dua atribut yaitu perubahan kecepatan dan

selang waktu harus ada agar memenuhi konsep percepatan, (2) konsep

disjungtif yaitu konsep di mana satu dari dua atau lebih sifat harus ada,

(3) konsep relasional menyatakan hubungan tertentu antara

atribut-atribut konsep, seperti superposisi.

c. Keabstrakan. Ada konsep yang begitu konkrit dan abstrak, misalnya:

jarak dan elektron.

d. Generalitas atau keumuman. Bila diklasifikasikan konsep dapat berbeda

dalam posisi superordinat atau subordinat, misalnya energi merupakan

superordinat dari energi kinetik.

e. Ketepatan, menyangkut apakah ada sekumpulan aturan untuk

membedakan contoh-contoh dari non contoh.

f. Kekuatan ditentukan sejauh mana orang setuju bahwa konsep itu penting.

Konsep dalam kehidupan sehari-hari memiliki dua arti yang berbeda.Satu arti

konsep adalah “rancangan”. Arti yang lain adalah “pengertian”. Euwe,dkk,

(1991: 8) menyatakan bahwa konsep adalah sesuatu yang terbentuk di dalam

(22)

mengenai benda-benda, gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa,

kondisi-kondisi, dan ciri-ciri.

Kartika Budi, (1991: 39) menjelaskan bahwa konsep dapat dibedakan

menjadi tiga kelompok, yaitu konsep fisis, konsep logika matematis, dan

konsep filosofis. Konsep fisis adalah konsep yang mengacu pada objek, sifat

yang menyatu pada objek, proses yang terjadi pada objek, dan relasi antara

konsep yang satu dengan konsep yang lain. Konsep logika matematis adalah

konsep yang mengacu pada struktur operasi yang dilakukan terhadap objek.

Misalnya; perkalian, penjumlahan, pengurangan. Konsep filosofis adalah

konsep yang berkaitan dengan sifat manusia. Misalnya; senang, jujur, kagum.

Dalam pembelajaran fisika yang kita hadapi adalah konsep-konsep fisis,

sedangkan konsep-konsep logika-matematis merupakan alat.Untuk itu perlu

disadari agar kegiatan belajar mengajar tidak bergeser menjadi kegiatan

belajar mengajar matematik, maka konsep-konsep fisis dalam pembelajaran

fisika perlu ditekankan. Siswa yang belajar fisika mencoba menafsirkan dan

menangkap makna dari konsep-konsep fisika yang dipelajari. Tafsiran

tersebut dapat berbeda-beda untuk setiap siswa. Satu konsep dapat memiliki

beberapa definisi. Tafsiran seseorang akan suatu konsep dinamakan konsepsi.

Dari keseluruhan penjelasan mengenai definisi konsep di atas, dapat

disimpulkan bahwa konsep merupakan dasar pemikiran yang terbentuk di

dalam pikiran manusia mengenai sesuatu objek atau benda, gejala-gejala atau

(23)

Penyajian dasar pemikiran tersebut tidak dapat diamati secara langsung,

karena harus disimpulkan melalui perilaku atau penerapan.

2. Pengertian Peta Konsep

Faktor yang paling penting yang mempengaruhi pembelajaran adalah apa

yang telah diketahui siswa sebelumnya (pengetahuan ataupun konsep awal

siswa). Kemudian pada proses selanjutnya siswa akan menerima, mendapat

dan menemukan pengetahuan atau konsep baru saat ia belajar. Tentu saja agar

proses belajar tersebut menjadi bermakna, maka konsep atau pengetahuan

baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang ada dalam struktur kognitif

siswa sebelumnya. Berbagai metode digunakan untuk mengetahui struktur

pengetahuan siswa, namun belum ada alat atau cara yang tepat yang

digunakan guru untuk mengetahui apa yang telah diketahui oleh para siswa

(Dahar, 1989: 149). Berkenaan dengan itu Novak dan Gowin (1985) dalam

Dahar (1988: 149) mengemukakan bahwa cara untuk mengetahui

konsep-konsep yang telah dimiliki siswa, supaya belajar bermakna berlangsung dapat

dilakukan dengan pertolongan peta konsep.

Peta konsep diusulkan dan dikembangkan Prof. Joseph D. Novak seorang ahli

psikologi pendidikan dari Universitas Cornell, AS pada tahun 1983. Peta

konsep ini dibuat berdasarkan teori Ausable tentang belajar yang bermakna,

yaitu merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep

(24)

dalam Asmin (2004), mendefinisikan peta konsep sebagai suatu alat skematis

untuk merepresentasikan suatu rangkaian konsep yang digambarkan dalam

suatu kerangka proposisi. Peta itu mengungkapkan hubungan-hubungan yang

berarti antara konsep-konsep dan menekankan gagasan-gagasan pokok. Peta

konsep disusun hierarkis, konsep esensial akan berada pada bagian atas peta

konsep.

Dan menurut Mohammad Nur ( 2000 : 36 ) dalam Sucipto (2008), “Peta

Konsep adalah suatu sajian visual atau suatu diagram tentang bagaimana

ide-ide penting atas suatu topik tertentu dihubungkan satu sama lain “.

Beberapa penelitian (Dorrow&O’neal, 1994; Robert Ornstein, 1992) dalam

Watson,Bruce and Kopernicek. (1990) menunjukkan bahwa proses berfikir

adalah kombinasi kompleks, kata, gambar skenario, warna dan bahkan suara

dan musik. Proses menyajikan dan menangkap isi pelajaran dalam peta-peta

konsep mendekati operasi alamiah dalam proses berfikir.

Pearsal (1996 : 199) dalam Wilantara, (2005:51) menyatakan bahwa dengan

peta konsep kita dapat melihat refleksi pengetahuan yang dimiliki siswa.

Dengan mencermati kompleksitas peta konsep tersebut kita dapat mendeteksi

konsep-konsep mana yang kurang tepat dan sekaligus perubahan konsepnya.

Untuk lebih melihat latar belakang susunan peta konsep tersebut ada baiknya

peta konsep itu digabung dengan interview klinis.

Agar pemahaman terhadap peta konsep lebih jelas, maka Dahar (1989: 153)

(25)

1. Peta konsep (pemetaan konsep) adalah suatu cara untuk memperlihatkan

konsep-konsep dan proposisi-proposisi suatu bidang studi, apakah itu

bidang studi fisika, kimia, biologi, matematika dan lain-lain. Dengan

membuat sendiri peta konsep siswa “melihat” bidang studi itu lebih jelas,

dan mempelajari bidang studi itu lebih bermakna.

2. Suatu peta konsep merupakan suatu gambar dua dimensi dari suatu

bidang studi atau suatu bagian dari bidang studi. Ciri inilah yang

memperlihatkan hubungan-hubungan proposisional antara

konsep-konsep. Hal inilah yang membedakan belajar bermakna dari belajar

dengan cara mencatat pelajaran tanpa memperlihatkan hubungan antara

konsep-konsep.

3. Ciri yang ketiga adalah mengenai cara menyatakan hubungan antara

konsep-konsep. Tidak semua konsep memiliki bobot yang sama. Ini

berarti bahwa ada beberapa konsep yang lebih inklusif dari pada

konsep-konsep lain.

4. Ciri keempat adalah hirarki. Bila dua atau lebih konsep digambarkan di

bawah suatu konsep yang lebih inklusif, terbentuklah suatu hirarki pada

peta konsep tersebut.

Dari deskripsi di atas, dapat disimpulkan bahwa peta konsep merupakan suatu

alat sistematis yang menyajikan konsep-konsep suatu materi beserta

(26)

Hubungan antara konsep-konsep tersebut dalam peta konsep dapat berupa

hubungan sederhana ataupun kompleks.Sehingga peta konsep dapat

dibedakan menjadi peta konsep sederhana dan kompleks.Peta konsep yang

paling sederhana terdiri dari dua konsep dan satu hubungan seperti pada

Gambar 2.1.

Gambar 2.1.Peta Konsep Paling Sederhana

Peta konsep tersebut memuat konsep kalor dan konsep konduksi.

Hubungannya adalah kalor berpindah secara konduksi. Hubungan berpindah

secara adalah hubungan proporsional, karena hubungan tersebut dinyatakan

dalam bentuk proposisi.

Bila peta konsep dikembangkan lagi dengan menambah konsep-konsep lain

beserta hubungannya, maka peta konsep akan menjadi kompleks. Berikut

contoh peta konsep yang lebih kompleks.

KALOR KONDUKSI

(27)

Gambar 2.2.Peta Konsep yang agak kompleks dalam Kartika Budi, Fr. Y.

1990. Peta dan Pemetaan Konsep Serta Peranannya Dalam Kegiatan Belajar

Mengajar Ilmu Pengetahuan Alam (Sains), dalam Widya Dharma.

Yogyakarta.

diletakkan paling bawah, atau sebaliknya. Konsep-konsep yang tingkatannya

kurang lebih sama diletakkan secara sejajar.

Pernyataan yang menghubungkan konsep yang satu dengan yang lain disebut

sebagai konsep perantara. konsep perantara kecuali dapat dimunculkan

akibatnya

Menerima Kalor Melepas kalor

(28)

sebagai konsep yang merupakan unsur peta tersebut, dapat juga dijadikan

bagian dari proposisinya. Contoh dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

(Kartika Budi, Fr. Y. (1990:70 )).

Gambar 2.3. (a) Peta konsep yang mengandung konsep perantara

Gambar 2.3 (b) Peta konsep yang konsep perantaranya dijadikan bagian dari

proposisinya

Dari penjelasan mengenai peta konsep tersebut, maka dapat ditentukan

bagian- bagian peta konsep.

1. Jumlah tingkat hierarki (percabangan).

Didefinisikan sebagai struktur yang menunjukkan superordinat

bawahan-syarat hubungan antara konsep. Bila dua atau lebih konsep

Besarnya ditentukan oleh

GAYA

MASSA PERCEPATAN

Ditentukan oleh

Ditentukan oleh

GAYA

MASSA BESAR

PERCEPATAN

(29)

digambarkan di bawah suatu konsep yang lebih inklusif, terbentuklah

suatu hierarki pada peta konsep.

2. Konsep

penyajian internal dasar pemikiran yang terbentuk di dalam pikiran

manusia mengenai sesuatu objek atau benda, gejala-gejala atau

peristiwa-peristiwa, kondisi-kondisi, dan ciri-ciri yang menyertainya,.

Penyajian dasar pemikiran tersebut tidak dapat diamati secara langsung,

karena harus disimpulkan melalui perilaku atau penerapan.Konsep

disini diwujudkan dalam bentuk kata.

3. Proposition

a. Pernyataan yang menghubungkan konsep yang satu dengan yang

lain.

b. Tanda panah penghubung konsep

4. Crosslinks

Didefinisikan hubungan antara konsep-konsep yang berbeda yang

terletak di hierarki cabang.

5. Contoh

(30)

Bagian-bagian peta konsep dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4.Bagian-bagian peta konsep dalam Kartika Budi, Fr. Y. 1990. Peta dan Pemetaan Konsep Serta Peranannya Dalam Kegiatan Belajar

Mengajar Ilmu Pengetahuan Alam (Sains), dalam Widya Dharma. Yogyakarta.

3. Pengertian Pemetaan Konsep

Pemetaan konsep adalah proses untuk menghasilkan peta konsep.

Dalam proses pembuatan peta konsep bukan hanya menggambarkan

konsep-konsep yang penting, melainkan juga menghubungkan antara konsep-konsep-konsep-konsep

itu. Dalam menghubungkan konsep-konsep itu dapat digunakan dua prinsip,

yaitu diferensiasi progresif dan penyesuaian integratif. Seperti dikutip

Sutowijoyo (2002: 26) dari Ausubel dalam Holil, Anwar (2008) diferensiasi

3.b

Menerima Kalor Melepas kalor

(31)

progresif adalah suatu prinsip penyajian materi dari materi yang sulit

dipahami. Sedang penyesuaian integratif adalah suatu prinsip pengintegrasian

informasi baru dengan informasi lama yang telah dipelajari sebelumnya.Oleh

karena itu belajar bermakna lebih mudah berlangsung, jika konsep-konsep

baru dikaitkan dengan konsep yang inklusif. Untuk membuat suatu peta

konsep, siswa dilatih untuk mengidentifikasi ide-ide kunci yang berhubungan

dengan suatu topik dan menyusun ide-ide tersebut dalam suatu pola logis.

Kadang-kadang peta konsep merupakan diagram hirarki, kadang peta konsep

itu memfokus pada hubungan sebab akibat.

Menurut Dahar (1988:154) peta konsep memegang peranan penting dalam

belajar bermakna.Oleh karena itu siswa hendaknya pandai menyusun peta

konsep untuk meyakinkan bahwa siswa telah belajar bermakna.

Langkah-langkah berikut ini dapat diikuti untuk menciptakan suatu peta

konsep.

1. Mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi sejumlah

konsep.

2. Mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep sekunder yang menunjang

ide utama

3. Menempatkan ide utama di tengah atau di puncak peta tersebut

4. Mengelompokkan ide-ide sekunder di sekeliling ide utama yang secara

(32)

Berdasarkan pendapat di atas dapat dikemukakan langkah-langkah

menyusun peta konsep, yaitu :

1. Memilih suatu bahan bacaan

2. Menentukan atau mengidentifikasi konsep-konsep yang relevan

dalam bacaan

3. Mengelompokkan dan mengurutkan konsep-konsep dari yang paling

inklusif (umum) ke yang paling spesifik (khusus)

4. Mendefinisikan dan mengintepretasikan konsep-konsep tersebut

menurut pemahaman siswa

5. Menyusun konsep-konsep tersebut dalam peta konsep.

Konsep-konsep yang paling inklusif diletakkan di bagian atas atau di pusat

bagan tersebut. Dalam menghubungkan konsep-konsep tersebut

dihubungkan dengan kata hubung. Misalnya “merupakan”,

“dengan”, “diperoleh”, dan lain-lain.

B. Hakekat Evaluasi

1. Pengertian Evaluasi

Evaluasi secara etimologi berasal dari bahasa Inggris evaluation

yang bertarti value, yang secara secara harfiah dapat diartikan

(33)

Namun, dari sisi terminologis ada beberapa definisi yang dapat

dikemukakan, yakni:

a) Suatu proses sistematik untuk mengetahui tingkat keberhasilan

sesuatu.

b) Kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik dan

terarah berdasarkan atas tujuan yang jelas.

c) Proses penentuan nilai berdasarkan data kuantitatif hasil pengukuran

untuk keperluan pengambilan keputusan.

Meskipun kini memiliki makna yang lebih luas, namun pada awalnya

pengertian evaluasi pendidikan selalu dikaitkan dengan prestasi belajar

siswa. Menurut Cronbach dan Stufflebeam, proses evaluasi bukan sekedar

mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat

keputusan (dalam Arikunto, 2006:3).

Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan,

bagaimana pengajar (guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran yang

telah dilakukan. Pengajar harus mengetahui sejauh mana pebelajar

(learner) telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana

tujuan/kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai.

Tingkat pencapaian kompetensi atau tujuan instruksional dari kegiatan

(34)

Dalam penilaian dibutuhkan langkah-langkah atau metode penilaian.

Adapun langkah-langkah pokok dalam penilaian secara umum terdiri dari:

(1) perencanaan,

(2) pengumpulan data,

(3) verifikasi data,

(4) analisis data, dan

(5) interpretasi data.

2. Tujuan dan Fungsi Evaluasi

Dalam konteks pelaksanaan pendidikan, evaluasi memiliki beberapa

tujuan, antara lain sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kemajuan belajar siswa setelah mengikuti kegiatan

pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.

2. Untuk mengetahui efektivitas metode pembelajaran.

3. Untuk mengetahui kedudukan siswa dalam kelompoknya.

4. Untuk memperoleh masukan atau umpan balik bagi guru dan siswa

(35)

Selain fungsi di atas, penilaian juga dapat berfungsi sebagai alat seleksi,

penempatan, dan diagnostik guna mengetahui keberhasilan suatu proses

dan hasil pembelajaran. Penjelasan dari setiap fungsi tersebut adalah :

a. Fungsi seleksi. Evaluasi berfungsi atau dilaksanakan untuk keperluan

seleksi, peserta suatu lembaga pendidikan/kursus berdasarkan kriteria

tertentu.yaitu menyeleksi calon

b. Fungsi Penempatan. Evaluasi berfungsi atau dilaksanakan untuk

keperluan penempatan agar setiap orang (peserta pendidikan) mengikuti

pendidikan pada jenis dan atau jenjang pendidikan yang sesuai dengan

bakat dan kemampuannya masing-masing.

c. Fungsi Diagnostik. Evaluasi diagnostik berfungsi atau dilaksanakan

untuk mengidentifikasi kesulitan belajar yang dialami peserta didik,

menentukan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesulitan

belajar, dan menetapkan cara mengatasi kesulitan belajar tersebut.

3. Alat Evaluasi

Dalam pengertian umum, alat adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk

mempermudah seseorang melaksanakan tugas atau mencapai tujuan

secara lebih efektif dan lebih efisien. Dengan demikian alat evaluasi

(36)

melaksanakan evaluasi serta mencapai tujuan evaluasi. Alat evaluasi juga

dikenal dengan instrumen evaluasi.

Dari sekian banyak alat evaluasi, secara umum dapat dikelompokkan

menjadi dua, yakni alat tes dan nontes.

1. Alat tes

Yang tergolong alat tes adalah :

1) Tes formatif, yaitu evaluasi yang bersangkutan dengan umpan

balik yang dimaksudkan untuk bahan memperbaiki proses

belajar-mengajar.

2) Tes sumatif yaitu evaluasi yang bersangkutan dengan pemberian

nilai, merupakan penentuan atau keputusan mengenai hasil belajar

siswa

3) Tes penempatan, yaitu evaluasi yang bersangkutan dengan usaha

penempatan siswa dalam situasi belajar mengajar yang tepat

2. Alat nontes

Yang tergolong alat nontes, misalnya skala bertingkat (rating scale),

Kuesioner (angket), wawancara, daftar cocok, pengamatan

(37)

C. Pemahaman Konsep

Pemahaman dan pengembangan konsep merupakan bagian yang sangat

penting dalam mencapai tujuan belajar fisika. Dalam proses belajar

mengajar diperlukan usaha agar siswa memahami konsep. Langkah awal

pemahaman suatu konsep adalah memahami definisi konsep tersebut

secara benar sesuai hakikat dan peruntukannya.Hal ini sangat penting,

karena suatu konsep akan fungsional dapat dipakai untuk memecahkan

berbagai macam masalah, bila konsep tersebut telah didefinisikan dengan

jelas dan benar. (Dalam Sumbangan Pikiran Terhadap Pendidikan

Matematika dan Fisika, yang dikaryakan oleh Marpaung dan Suparno,

Kartika Budi dengan artikelnya yang berjudul “Konsep: Pembentukan

dan Penanamannya”, (1987:233)).

Untuk dapat memutuskan apakah siswa memahami suatu konsep

diperlukan kriteria atau indikator-indikator yang dapat menunjukkan

pemahaman tersebut.

Menurut Kartika Budi (1991: 114), kriteria atau indikatror-indikator

tersebut antara lain :

1. dapat menyatakan pengertian konsep dalam bentuk definisi

menggunakan kalimat sendiri

2. dapat menjelaskan makna dari konsep bersangkutan kepada orang lain

(38)

4. dapat menerapkan konsep untuk :

a) menganalisis dan menjelaskan gejala-gejala alam

b) memecahkan masalah fisika baik secara teoritis maupun secara

praktis

c) memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi pada

suatu sistem bila kondisi tertentu dipenuhi.

5. dapat mempelajari konsep-konsep lain yang berkaitan dengan cepat

6. dapat membedakan konsep yang satu dengan konsep lain yang saling

berkaitan.

7. dapat membedakan konsepsi yang benar atau salah dan dapat dibuat

peta konsep dari sub pokok bahasan

Hasil belajar yang dicapai siswa dapat diketahui berdasarkan kriteria atau

indikator di atas.

Bloom (dalam Arikunto, 2005: 117) mengklasifikasikan hasil belajar

yang secara garis besar dibagi menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif,

ranah afektif, dan ranah psikomotor. Pemahaman termasuk dalam ranah

kognitif karena berkaitan dengan hasil belajar intelegensi. Hasil belajar

pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari hasil belajar pengetahuan

hafalan. Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau

arti dari suatu konsep (Sudjana, 1989: 50). Untuk itu maka diperlukan

(39)

Menurut Sudjana (1989: 51) pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga

kategori, yaitu; pemahaman tingkat rendah, pemahaman tingkat dua, dan

pemahaman tingkat tiga atau tingkat tinggi.Dengan semakin

bertambahnya konsep yang diketahui dan dipahami dan sekaligus

semakin tepat konsep fisika dimengerti siswa, maka siswa semakin

benar-benar menguasai fisika.

D. Peta konsep sebagai alternatif alat evaluasi pemahaman siswa

Tes seperti pilihan ganda yang selama ini dipandang sebagai alat ukur

(uji) keberhasilan siswa dalam menempuh jenjang pendidikan tertentu,

bukanlah satu-satunya alat ukur untuk menentukan keberhasilan

siswa.Tingkat keberhasilan siswa dalam menyerap pengetahuan sangat

beragam, maka diperlukan alat ukur yang beragam.

Peta konsep adalah salah satu bentuk alat evaluasi yang dapat mengukur

pemahaman siswa dari sisi yang berbeda. Dalam prosesnya, siswa

mengalami sendiri bagaimana ia harus menyusun konsep-konsep yang

ia temukan dalam materi, mendefinisikan pengertian konsep itu,

kemudian menyusunnya secara sistematis. Dari penyusunan peta

konsep tersebut siswa mengalami proses belajar sekaligus

memperlihatkan hasil belajar mereka mengenai pemahaman konsep.

Seperti dikutip oleh Sutowijoyo (2002: 31) dari Tukman dalam Holil,

Anwar (2008) penilaian yang meliputi hasil dan proses disebut penilaian

(40)

tujuan pembelajaran yang tidak dapat diukur dengan baik bila

menggunakan tes obyektif. Penilaian kinerja mengharuskan siswa

secara aktif mendemonstrasikan apa yang mereka ketahui. Yang paling

penting, penilaian kinerja dapat memberi motivasi untuk meningkatkan

pengajaran, pemahaman terhadap apa yang mereka perlu ketahui dan

yang dapat mereka kerjakan.

Dari pendapat dan uraian di atas, peta konsep dapat dipandang sebagai

alat penilaian kinerja dan dapat dijadikan alat evaluasi pemahaman

siswa.

Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa peta konsep

dapat dijadikan alat evaluasi. Hegarty-Hazel dan Prosser (1991) dalam

Davis, J. (2001). menggunakan peta konsep sebagai tugas rumah.

Penelitian tersebut untuk menilai hubungan antara memahami konsep

dengan strategi belajar .Penelitian Ruiz-Primo dan Shavelson (1996)

dalam Davis, J. (2001), mengemukakan peta konsep dapat dijadikan alat

evaluasi. Dalam penelitian itu, mereka menemukan adanya korelasi

positif antara penggunaan peta konsep sebagai alat evaluasi dengan

pemahaman siswa.

Tentu saja sebagai alat evaluasi, peta konsep harus memiliki sistem

penilaian untuk mengetahui pemahaman siswa mengenai konsep. Teori

belajar kognitif Ausubel, Novak dan Gowin (1984) dalam Dahar (1989:

143) menawarkan skema penilaian yang terdiri atas : Struktur hirarki,

(41)

Struktur hirarkis, yaitu struktur kognitif yang diatur secara hirarki

dengan konsep-konsep dan proposisi-proposisi yang lebih inklusif,

lebih umum, superordinat terhadap konsep-konsep dan

proposisi-proposisi yang kurang inklusif dan lebih khusus.

Perbedaan progresif menyatakan bahwa belajar bermakna merupakan

proses yang kontinyu, dimana konsep-konsep baru memperoleh lebih

banyak arti dengan bentuk lebih banyak kaitan-kaitan proporsional. Jadi

konsep-konsep tidak pernah tuntas dipelajari, tetapi selalu dipelajari,

dimodifikasi, dan dibuat lebih inklusif. Rekonsiliasi integratif

menyatakan bahwa belajar bermakna akan meningkat bila siswa

menyadari akan perlunya kaitan-kaitan baru antara kumpulan-kumpulan

konsep atau proposisi. Dalam peta konsep, rekonsiliasi integratif ini

diperlihatkan dengan kaitan-kaitan silang antara kumpulan-kumpulan

konsep (Dahar,1989: 162)

Selanjutnya Novak dan Gowin memberikan suatu aturan untuk

mengikuti penilaian numerik jika skoring dipandang perlu. Pertama,

skoring didasarkan atas proposisi yang valid. Kedua, untuk menghitung

level hirarkis yang valid dan untuk menskor tiap level sebanyak

hubungan yang dibuat. Ketiga, crosslink yang menunjukan hubungan

valid antara dua kumpulan (segmen) yang berbeda adalah lebih penting

daripada level hirarkis, karena mungkin saja ini pertanda adanya

penyesuaian yang integratif.Keempat, diharapkan siswa dapat

(42)

meyakinkan bahwa siswa mengetahui peristiwa atau obyek yang

ditunjukan oleh label konsep.

E. Pengukuran dan Satuan Pengukuran

Sejak jaman dahulu, orang telah melakukan pengukuran, misalnya

mengukur luas tanah, menimbang berat badan, dan sebagainya.Hal

tersebut menunjukkan bahwa pengukuran sangat diperlukan di segala

bidang.Pengukuran memerlukan alat ukur yang diharapkan hasilnya

dapat menunjukkan informasi tertentu.Informasi-informasi itu dapat

menunjukkan fenomena atau gejala fisika yang digambarkan dalam

besaran fisis.

1. Definisi Besaran dan Satuan

Fisika adalah ilmu pengetahuan yang didasarkan pada percobaan.

Semua penemuan dan pengembangan dikerjakan melalui percobaan

atau eksperimen.

Dan biasanya hasil percobaan dalam fisika dinyatakan dengan

bilangan. Bilangan-bilangan tersebut digunakan untuk

mendeskripsikan suatu fenomena fisika secara kuantitatif.

Dari uraian di atas, maka besaran didefinisikan sebagai sesuatu yang

dapat diukur dan hasilnya dapat dinyatakan dengan bilangan atau

(43)

Pada saat mengukur besaran, sebenarnya kita membandingkan antara

besaran yang diukur dengan besaran lain yang dianggap sebagai

patokan atau acuan standar. Untuk membedakan hasil pengukuran

satu dengan lainnya digunakan satuan. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa besaran merupakan segala sesuatu yang dapat

diukur, sedangkan satuan adalah pembanding dalam suatu

pengukuran.Untuk membuat pengukuran yang kuat dan handal,

diperlukan satuan pengukuran yang tidak berubah dan dapat

diduplikasi oleh pengamat di berbagai lokasi. System yang digunakan

para ilmuwan dan insinyur diseluruh dunia disebut “sistem

internasional” atau SI.

2. Besaran Pokok dan Besaran Turunan

a. Besaran Pokok

Besaran pokok adalah besaran yang berdiri sendiri tanpa harus

menurunkan dari besaran lainnya.

Dalam fisika, kita mempunyai 7 besaran pokok beserta satuannya,

(44)

Tabel 1.

Definisi Satuan SI untuk Besaran Pokok

No. Besaran Pokok Satuan SI Definisi

1. Panjang Meter Satu meter standar adalah jarak yang ditempuh

oleh cahaya dalam ruangan vakum dalam

selang waktu 299.7921 .458 sekon

2. Massa Kilogram Satu kilogram standar adalah massa silinder

logam yang terbuat dari platina-irridium, yang

aslinya disimpan di Sevres, Paris (di kantor

Biro Pengukuran Internasional)

3. Waktu Sekon Satu sekon standar adalah waktu yang

digunakan oleh atom cesium-133 untuk

bergetar sebanyak 9.192.631.770 kali.

4. Suhu Kelvin Satu kelvin standar adalah 2731,16 kali suhu

termodinamika titik tripel air.

5. Jumlah Zat Mol Satu mol standar adalah jumlah zat yang

mengandung unsur elementer zat tersebut

dalam jumlah sebanyak jumlah atom karbon

(45)

6. Kuat Arus Ampere Satu ampere standar adalah kuat arus tetap

yang jika dipertahankan mengalir dalam

masing-masing dari dua penghantar lurus

sejajar dengan panjang tak hingga dan

penampang lintang lingkaran yang dapat

diabaikan dengan jarak pemisah 1 meter dalam

ruang hampa. Akan menghasilkan gaya

interaksi antara kedua peghantar sebesar 2x10-7

Newton setiap meter penghantar.

7. Intensitas Cahaya Candela Satu candela adalah intensitas cahaya suatu

sumber cahaya yang memancarkan radiasi

monokromatik pada frekuensi 540x1012 hertz

dengan intensitas sebesar 6831 watt per

steradian dalam arah tersebut.

b. Besaran Turunan

Besaran turunan adalah besaran yang diperoleh dari besaran pokok dengan

jalan menurunkannya, yaitu dengan mengalikan atau membagi besaran

pokok yang satu dengan yang lain.

(46)

Tabel 2.

Satuan SI untuk Besaran Turunan

No. Besaran Turunan Rumus Satuan

1. Luas panjang x lebar m2

Dimensi suatu besaran menggambarkan bagaimana suatu besran yang

tersusun atas kombinasi besaran-besaran pokok. Dimensi menyatakan

(47)

km, 50 m, atau 2cm tetap mempunyai dimensi yang sama, yaitu panjang.

Dimensi tidak dipengaruhi oleh besar pengukuran.

Pada tabel 3 dibawah ini akan diberikan dimensi besaran pokok

Tabel 3.

Dimensi untuk Besaran Pokok

No. Besaran Pokok

Satuan SI Dimensi

1. Panjang M L

2. Massa Kg M

3. Waktu S T

4. Suhu K θ

5. Jumlah Zat Mol N

6. Kuat Arus A I

7. Intensitas Cahaya Cd J

Untuk dimensi besaran turunan, dapat disusun dari dimensi-dimensi besaran

pokok. Misalnya, dimensi kecepatan merupakan hasil bagi dari dimensi

(48)

Bila dituliskan sebagai berikut :

Kecepatan = panjangwaktu= TL = LT-1

Salah satu manfaat dimensi adalah untuk menganalisis apakah suatu

persamaan (rumus-rumus) fisika telah benar. Untuk itu, agar suatu persamaan

benar, dimensi di ruas kiri harus sama dengan dimensi di ruas kanan.

4. Alat Ukur

Alat ukur adalah media yang digunakan untuk pengukuran.Pembuatan

alat ukur tersebut disesuaikan dengan alat ukur standarisasi internasional

yang sudah disepakati para ilmuwan di dunia. Adapun jenis alat ukur

tersebut tersedia dalam berbagai macam jenis dan bentuk, sesuai dengan

besaran yang akan diukur.

Alat ukur tersebut diantaranya :

a. Alat ukur panjang

Untuk mengukur panjang suatu benda kita dapat menggunakan mistar,

jangka sorong serta mikrometer sekrup. Mistar dapat digunakan untuk

mengukur panjang meja (ketelitiannya sampai dengan 0,1 mm, 0,05 mm

atau 0,02 mm). Apabila kita akan mengukur diameter pipa, alat yang

tepat adalah jangka sorong (untuk mengukur diameter luar dan dalam).

Untuk mengukur ketebalan benda tipis, misalnya pelat-pelat baja atau

kertas lebih tepat menggunakan mikrometer sekrup.

(49)

Alat pengukur massa yang ada di pasaran antara lain neraca pasar,

timbangan pegas, timbangan beras, dan timbangan badan.

c. Alat ukur waktu

Yang dimaksud dengan pengukur waktu adalah alat yang dapat

menunjukkan waktu pada saat itu dan alat yang dapat menunjukkan

lamanya sebuah proses berlangsung. Alat pengukur waktu yang sering

digunakan yaitu jam pasir, arloji, beker dan stopwatch.

d. Alat ukur suhu

Untuk mengukur suhu kita dapat menggunakan termometer. Misalnya

termometer badan, termometer ruangan.

e. Alat ukur kuat arus

Untuk mengukur kuat arus biasanya digunakan amperemeter untuk arus

kecil.

f. Alat ukur intensitas cahaya

Alat ukur yang digunakan dilaboratorium untuk mengukur intensitas

cahaya dinamakan power meter.

5. Angka penting

Saat kita melakukan pengukuran hasil yang diperoleh belum tentu

hasil yang pasti, karena ditentukan oleh ketelitian alat dan pembacaan

(50)

Misalnya jangka sorong ketelitiannya sampai 0,1 mm, sedangkan pada

mikrometer sekrup sampai 0,01 mm. Apabila kita mengukur ketebalan

pelat menggunakan jangka sorong, seandainya diperoleh angka 5,3 mm.

Sedangkan menggunakan mikrometer sekrup didapatkan 5,28 mm.

Maka angka-angka hasil pengukuran tersebut ada angka pasti dan ada

angka taksiran. Pada pengukuran pertama diperoleh 5,3 mm, angka

5adalah angka pasti, sedangkan angka 3 adalah taksiran. Pada pengukuran

kedua diperoleh 5,28 dimana angka 5 dan 2 adalah angka pasti dan angka

8 adalah Taksiran.

Angka-angka hasil pengukuran tersebut, baik yang pasti maupun angka

taksiran dinamakan angka penting.

Ketentuan angka penting :

a. Semua angka bukan nol adalah angka penting.

Contoh :

256,56 meter : terdapat lima angka penting

b. Semua angka nol yang terletak diantara bukan angka nol adalah angka

penting.

205 : terdapat tiga angka penting

(51)

c. Angka nol disebelah kanan angka bukan nol tetapi tanpa desimal adalah

bukan angka penting, kecuali bila terdapat penjelasan khusus. Misalnya,

berupa garis dibawah angka terakhir yang masih dianggap penting.

900 : terdapat tiga angka penting

552130 : terdapat lima angka penting

d. semua angka nol yang berada di sebelah kanan tanda desimal dan angka

tersebut juga di sebelah kiri angka bukan nol adalah bukan angka

penting

0,0023 : terdapat dua angka penting

0,0000507 : terdapat tiga angka penting

e. semua angka di sebelah kanan tanda desimal dan mengikuti angka

bukan nol adalah angka penting

0,0402 : terdapat tiga angka penting

52,0 : terdapat tiga angka penting

f. Pada angka yang dapat ditulis dengan notasi baku ordernya bukan

merupakan angka penting

2.000 = 2 . 103 : terdapat satu angka penting

(52)

6. Besaran Skalar dan Besaran Vektor

Di samping besaran-besaran pokok yang telah kita pelajari yaitu

massa, waktu, suhu, panjang, intensitas cahaya, kuat arus, dan jumlah zat,

masih ada satu hal lagi dalam ilmu fisika yang perlu kita ketahui yaitu :

sifat yang menyangkut arah. Oleh karena itu besaran-besaran tersebut

masih dapat dibagi dalam dua golongan yaitu : besaran Skalar dan

atau nilai juga ditentukan oleh arahnya.

Contoh : kecepatan, percepatan, gaya dan sebagainya.

Notasi Vektor

Secara grafis vektor dapat dilukiskan sebagai sebuah anak panah. Panjang

(53)

2. 

Aadalah vektor yang panjangnya sama dengan panjang A

tetapi

arahnya berlawanan dengan arah A

.

3. k A

adalah vektor yang panjangnya k kali panjang A

, dengan arah yang

sama dengan A

jika k positif. Dan berlawanan dengan A

Sifat assosiatif.

(54)

Operasi t erhadap vektor.

RESULTAN DUA VEKTOR.

Untuk menentukan vektor resultan ( vektor pengganti ) 2 buah vektor dapat

dilakukan dengan cara :

A. Jajaran genjang vektor.

(55)

a. Penjumlahan dua vektor

b. Pengurangan dua vektor

Untuk Selisih dilakukan penjumlahan dengan lawannya (invers jumlah).

A   B A ( B)

C. Keadaan istimewa

 Dua vektor yang saling tegak lurus.

/R

/ = /A/ /B/

 

2 2

arah R

: tg  = / / / / B

A

(56)

D. Penguraian sebuah vektor.

/vX / / / cosv

/vY // / sinv

/ /v  /vX /2 /vY /2

E. Memadu/menjumlahkan beberapa vektor yang sebidang antara lain.

Ada beberapa cara untuk memadu beberapa vektor sebidang antara lain:

a. Cara Grafis.

1. Cara jajaran genjang.

vAB adalah resultan dariAdan B

(57)

2. Cara polygon

vR adalah resultan dariA, B

dan C

b. Cara analitis.

Masing-masing vektor diuraikan menjadi komponen-komponen vektor searah

sumbu x dan sumbu y dari sistem koordinat Cartesius.

Vektor  v x = v cos  v y = v sin 

v1

v2

v3

1

2

3

v1 x = v cos 1

v2 x = v cos 2

v3 x = v cos 3

v1 y = v sin 1

v2 y = v sin 2

v3 y = v sin 3

(58)

Resultan /vR / = (vX)  ( vY)

2 2

Arah resultan : tg  = 

v v Y

X

F. Kerangka Berpikir

Konsep menurut dasar teori di atas merupakan dasar pemikiran

yang masih bersifat abstrak.Sehingga untuk mengetahui apakah

seseorang memahami konsep maka diperlukan media untuk

menggambarkan konsep-konsep tersebut beserta hubungannya ke dalam

peta konsep.

Biasanya peta konsep dijadikan rangkuman materi serta untuk

mendeteksi miskonsepsi dalam pembelajaran. Penelitian ini akan

menguji apakah peta konsep dapat dijadikan alat evaluasi pemahaman.

siswa. Untuk itu diperlukan sistem skoring agar variable bebas yaitu

alat evaluasi dan variable terikat yaitu pemahaman siswa dapat terukur.

Kemudian variable-variabel tersebut akan dicari hubungannya satu

sama lain. Untuk mengetahui apakah peta konsep dapat dijadikan alat

evaluasi, maka akan digunakan tes pemahaman dalam bentuk essay

sebagai pembanding. Hasil skoring dari kedua bentuk tes akan

menunjukkan apakah alat evaluasi tertentu dapat digunakan untuk

(59)

G. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah adanya korelasi

antara skor pemahaman siswa dalam bentuk tes essay dengan skor tes

peta konsep siswa. Hipotesis tersebut diajukan dengan melihat bahwa

apabila hasil perolehan skor tes pemahaman siswa tinggi maka hasil

perolehan skor tes peta konsep siswa juga tinggi. Dan apabila hasil

perolehan skor tes pemahaman siswa rendah maka perolehan skor tes

peta konsep siswa juga rendah. Itu berarti siswa yang tingkat

pemahaman konsepnya tinggi, kemampuan membuat peta konsep juga

tinggi. Dan siswa yang tingkat pemahaman konsepnya rendah,

kemampuan membuat peta konsep juga rendah. Dengan demikian peta

konsep dapat dipakai sebagai salah satu alternatif untuk mengukur

(60)

44

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian yang akan dilakukan bersifat deskriptif eksploratif dan

kuantitatif. Penelitian ini akan mendeskripsikan apakah peta konsep dapat

dijadikan alat evaluasi pemahaman siswa mengenai Besaran dan Satuan

serta vektor. Penelitian ini lebih dahulu akan mengungkap dan

mengeksplorasi pemahaman siswa mengenai konsep-konsep dalam materi

Besaran dan Satuan serta Vektor. Kemudian siswa dibimbing untuk

menyusun konsep-konsep tersebut dalam peta konsep. Selanjutnya,

peneliti akan mengevaluasi peta konsep tersebut dan membandingkannya

dengan alat evaluasi lain yaitu tes essay. Data yang diperoleh yaitu

berupa hasil tes atau skoring peta konsep.Data akan dianalisis secara

statistik yaitu dengan menggunakan korelasi Pearson.

B. METODE MENENTUKAN SUBJEK 1. Populasi

Suharsimi Arikunto (2006) menyatakan populasi adalah keseluruhan

subjek penelitian. Sementara itu Hadi (1984) mengemukakan populasi

(61)

Dari populasi diambil contoh atau sampel yang diharap mewakili

populasi. Dalam hal ini populasi penelitian adalah siswa SMA Santa

Maria, Yogyakarta kelas X.

2. Sampel

Proses mengambil subjek atau objek yang ada pada populasi disebut

dengan sampel. Tentang sampel, Arikunto mengemukakan bahwa

sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi (Arikunto,1999).

Dalam penelitian ini, peneliti mendapat kelas yang sudah ditentukan,

yaitu kelas Xb.Mengingat jumlah kelas X terdiri dari 6 kelas,

sedangkan peneliti hanya mendapat satu kelas, yaitu kelas Xb maka

penelitian ini memiliki sampel yang terbatas dan kurang mewakili

populasi. Untuk itu penelitian ini terbatas sebagai referensi bagi

peneliti.

C. VARIABEL PENELITIAN

Variabel merupakan sesuatu yang menjadi objek penelitan atau

(62)

Variabel dalam penelitian yakni:

1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah kondisi penelitian yang dimiliki individu

sebagai subjek penelitian (Coolican, 1994). Unsur yang menjadi

variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemahaman siswa

mengenai konsep-konsep yang terdapat dalam materi besaran dan

satuan serta vektor. Pemahaman tersebut akan diukur dengan tes

pemahaman siswa dalam bentuk tes pemahaman

2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah perilaku atau tanggapan yang diukur

(Coolican,1994). Hal yang menjadi variabel terikat dalam peneliti ini

adalah peta konsep yang akan dipergunakan sebagai alternatif alat

evaluasi pemahaman siswa pada pokok bahasan besaran dan satuan

(63)

D. DESAIN PENELITIAN

Bagan 1 Desain penelitian

Pemberian materi mengenai cara membuat peta konsep oleh pembimbing

Siswa membuat peta konsep berdasarkan materi yang telah ditentukan dengan bimbingan

Siswa melakukan latihan peta konsep berdasarkan materi yang telah ditentukan tanpa bimbingan

Evaluasi latihan peta konsep dan pembahasan di kelas

Mengulangi latihan membuat peta konsep hingga siswa benar-benar dapat membuat peta konsep

Mengadakan tes materi besaran dan satuan serta vektor dengan peta konsep

Mengadakan tes materi besaran dan satuan serta vektordengan tes bentuk essay pada hari yang sama

(64)

E.INSTRUMEN PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan dua macam instrumen yang meliputi:

1. Tes Peta konsep

Tes peta konsep ini digunakan untuk melihat pemahaman siswa

mengenai bahan materi yang akan diujikan. Berdasarkan ranah kognitif

taksonomi Bloom yang meliputi : ingatan, pemahaman dan aplikasi

(Wilantara, 2005:73), maka tes peta konsep akan menekankan

pemahaman siswa . Materi yang akan diujikan Besaran dan Satuan serta

vektor.

Siswa akan menerima bacaan mengenai materi Besaran dan

Satuan. serta vektor. Kemudian siswa memilih konsep-konsep yang harus

mereka susun dalam bentuk peta konsep.

2. Tes Pemahaman

Tipe soal lain adalah tes pemahaman dalam bentuk essay. Pemilihan tipe

soal berupa tes essay dikarenakan bentuk tes ini juga dapat menggali

pemahaman siswa. Berikut merupakan tabel kisi-kisi soal bentuk essay

yang menggambarkan hubungan variabel yang akan diukur, yaitu konsep

(65)

Berdasarkan kriteria pemahaman pada dasar teori, maka untuk menyusun

instrument tes pemahaman kriteria pemahaman dibatasi pada 5 hal yaitu:

1. dapat menyatakan pengertian konsep dalam bentuk definisi

menggunakan kalimat sendiri

2. dapat menganalisis hubungan antara konsep dalam suatu materi

3. memecahkan masalah fisika, baik secara teoritis maupun secara

praktis

4. dapat membedakan konsep yang satu dengan konsep lain yang

saling berkaitan.

5. dapat membedakan konsepsi yang benar atau salah dan dapat

dibuat peta konsep dari sub pokok bahasan

Penyusunan tes dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menentukan materi pokok.

2. Menentukan kriteria- kriteria pemahaman.

3. Menentukan indikator- indikator

4. Menyusun kisi-kisi yang memuat distribusi soal menurut indikator

yang akan diukur, materi dan kriteria-kriteria pemahaman.

(66)

Kisi-kisi soal tes pemahaman disajikan dalam tabel dibawah ini:

Tabel 4.

Kisi-kisi Tes Pemahaman

(67)
(68)

nantinya dapat

dibuat ke dalam

peta konsep dari

sub pokok bahasan

F. UJI KEANDALAN INSTRUMEN

Kualitas instrumen ditunjukkan oleh kesahihan dan keterandalannya

dalam mengungkapkan apa yang akan diukur. Suatu alat ukur disebut

memiliki validitas bilamana alat ukur tersebut isinya layak mengukur obyek

yang seharusnya diukur dan sesuai dengan kriteria tertentu (Chabib Thoha,

1991:109-110).

Untuk menjamin validitas instrumen dilakukan dengan menyusun

kisi-kisi soal seperti yang terdapat tabel 4 pada poin instrumen di atas dan kisi-kisi-kisi-kisi

umum seperti pada tabel 5 di bawah, sehingga akan tersusun secara valid.

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:162-163), kisi-kisi adalah sebuah tabel

yang menunjukkan hubungan antara hal-hal yang disebutkan dalam baris dan

(69)

Ada dua macam kisi-kisi yang harus disusun sebelum menyusun instrumen,

yaitu:

1. Kisi-kisi umum adalah kisi-kisi yang dibuat untuk menggambarkan semua

variabel yang akan diukur, dilengkapi dengan semua kemungkinan sumber

data, semua metode, dan instrumen yang dipakai.

2. Kisi-kisi khusus, yaitu kisi-kisi yang dibuat untuk menggambarkan

rancangan butir-butir yang akan disusun untuk sebuah instrumen

Berikut merupakan tabel yang berisikan kisi-kisi umum yang

menggambarkan semua variabel yang diukur.

Tabel 5.

Kisi-kisi Variabel yang diukur Variabel

penelitian

Sumber Data Metode Instrumen

Peta konsep

- Soal bentuk essay

Selain menyusun tabel kisi-kisi di atas, validitas instrumen juga

(70)

mencobakan instrumen sebelum dipakai untuk penelitian pada dua orang

siswa diluar kelas yang diuji. Dua siswa tersebut tidak termasuk dalam

kelompok sampel penelitian. Tujuan dari uji coba ini untuk mengetahui

apakah siswa memahami maksud soal yang ditanyakan.

G. TREATMEN

Treatmen adalah perlakuaan peneliti kepada apa yang mau diteliti agar

nantinya mendapatkan data yang di inginkan (Suparno,2000:23).

Treatmen yang diberikan kepada siswa :

1. Sebelum pembelajaran, siswa mendapat penjelasan materi mengenai cara

membuat peta konsep oleh pembimbing. Dari peta konsep sederhana

berlanjut ke peta konsep yang lebih kompleks.

2. Dalam materi tersebut siswa dibimbing untuk menentukan dan

mengidentifikasi konsep-konsep yang ada dalam suatu bacaan yang akan

diberikan.

3. Selanjutnya konsep-konsep yang sudah diidentifikasi akan didefinisikan

oleh siswa berdasarkan pemahaman mereka.

4. melatih siswa menyusun konsep-komsep tersebut ke dalam peta konsep.

5. setelah menyelesaikan peta konsep, siswa diminta untuk mengerjakan tes

(71)

H. METODE ANALISIS DATA

1. Penentuan Skor Tes Pemahaman

Skor tes pemahaman ditentukan dengan kriteria sebagai berikut:

Tabel 6

Kiteria Skoring Tes Pemahaman

No soal Kriteria Skor

1  Setiap jawaban benar, yaitu dapat

mendefinisikan besaran pokok dan

besaran turunan dengan tepat

 Jawaban kurang tepat atau tidak

lengkap. yaitu apabila dalam

mendefinisikan kedua besaran tidak

tepat dan tidak lengkap

 Jawaban salah, yaitu apabila salah

dalam mendefinisikan kedua

besaran.

dengan tepat. Masing-masing contoh

bernilai 0,5 (diharuskan memberi

contoh masing-masing besaran

sebanyak 2 buah)

 Memberikan alasan yang tepat

0,5-2

(72)

mengapa dikelompokkan sebagai

besaran skalar atau besaran vektor

 Jawaban salah 0

3  Setiap menyebutkan banyaknya

angka penting dengan tepat, maka

alasan pengukuran tegak lurus.

 Jawaban kurang tepat, alasan tidak

masing-masing diberi skor 1.

 Dapat menyebutkan hasil

pengukuran mikrometer sekrup

(73)

gaya dengan tepat

perhitungan benar, hasil kurang tepat

 Jawaban salah

1

0,5

0

8  Analisis perhitungan vektor tepat

 Setiap analisa yang diberi gambar,

mendapat skor 1

 Setiap hasil perhitungan kurang tepat

 Jawaban salah

 Analisis vektor resultan kurang tepat

 Analisis vektor resultan salah

2

1

0

10  Gambar vektor resultan benar

 Analisis hubungan atau persamaan

vektor tepat

 Analisis vektor resultan salah

1

1

Gambar

Gambar                                                                                                               halaman
Gambar 2.1.
Gambar 2.2.Peta Konsep yang agak kompleks dalam Kartika Budi, Fr. Y.
Gambar 2.3. (a) Peta konsep yang mengandung konsep perantara
+7

Referensi

Dokumen terkait

yang didasarkan pada efektivitas implementasi model pembelajaran siswa aktif.. yang dapat meningkatkan keterampilan menulis yang dikembangkan dalam. pembelajaran

Analisis Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Aktivitas siswa yang berada pada kriteria baik sekali mendukung pembelajaran IPA menggunakan model konvensional dalam

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANLAN BOGOR. BOGOR

Menggolongkan subyek menjadi dua kelompok antara kelompok eksperimen, yaitu SD Negeri Watuagung 02 yang dikenai variabel perlakuan menggunakan model pembelajaran Realistic

e) Bahasa yang digunakan dalam KBM. f) Memotivasi dan mengaktifkan peserta didik. g) Memberikan umpan balik terhadap peserta didik. h) Penggunaan media dan metode pembelajaran.

[r]

itu, Penulis menyarangkan agar apabila terjadi hal yang sama, maka adalah lebih baik ditempuh suatu upaya melalui perbuatan melawan hukum ( unjust enrichment ), sehingga

[r]