SERTA VEKTOR OLEH SISWI-SISWI KELAS XB SMA SANTA MARIA YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh
Maria Immaculata Lulut Cahyani NIM: 041424038
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
PETA KONSEP SEBAGAI ALTERNATIF ALAT EVALUASI PEMAHAMAN SISWA PADA POKOK BAHASAN BESARAN DAN SATUAN
SERTA VEKTOR OLEH SISWI-SISWI KELAS XB SMA SANTA MARIA YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh
Maria Immaculata Lulut Cahyani NIM: 041424038
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
vii ABSTRAK
Maria Immaculata Lulut Cahyani, “Peta Konsep Sebagai Alternatif Alat Evaluasi Pemahaman Siswa pada pokok besaran dan satuan serta vektor oleh siswi-siswi kelas XB SMA Santa Maria Yogyakarta ”. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah peta konsep dapat digunakan sebagai salah satu alternatif alat evaluasi untuk mengukur pemahaman siswa pada pokok bahasan besaran dan satuan serta vektor. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 14 Agustus sampai 27 Agustus 2009 di kelas XB SMU Santa Maria Yogyakarta.
Instrumen yang digunakan adalah tes pemahaman dan tes peta konsep. Tes pemahaman dibuat berdasarkan kriteria pemahaman. Kualitas tes pemahaman ditentukan melalui ujicoba dan validasi isi. Sedangkan tes peta konsep dibuat oleh siswa berdasarkan kemampuan siswa memetakan konsep-konsep pada materi yang diujikan.
Ada dua macam data yang diperlukan dalam penelitian ini; yaitu (1) data yang berkaitan dengan pemahaman konsep dan (2) data berkaitan dengan kemampuan siswa membuat peta konsep.
Penggunaan peta konsep sebagai salah satu alat untuk mengukur pemahaman konsep, disimpulkan dari korelasi antara skor tes pemahaman dan skor peta konsep. Nilai korelasi dinyatakan dengan koefisien korelasi yang dihitung mengunakan korelasi product-moment dari Pearson pada taraf signifikansi 0,05.
viii ABSTRACT
Maria Immaculata Lulut Cahyani. “Concept Map as An Alternative for Evaluation Instrument of Students’ Comprehention on Magnification & Units and Vector by 10Th B Grade Student of Santa Maria High School Yogyakarta.” Yogyakarta: Physics Education Study Program, Department of Mathematics and Science Education, The Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.
This research has a purpose to know what a concept map can be used as an alternative to measure students’ comprehension about physics concepts. The observation was carried out on September14th until September 27th 2009 in the XB grade of Santa Maria Yogyakarta High school.
The instrument used was a understanding test and conceptual maps test. Comprehension tests based on the criteria of understanding. Quality of understanding tests was determined by testing and validation of content. The concept maps test created by students based on students' ability to map the concept of tested material.
There are two kinds of data which are needed in this research. The first is data that has relationship with concept understanding and the second is data that has relationship with in making concept map are made by students.
To know whether a concept map can be used as one of an equipment to measure concept understanding or not, it will be conclude if there is any correlation between the understanding test scores and concept map scores. There is any correlation or not will be stated by correlation coefficient and analyzed using product-moment correlation from Pearson and the standard of significant is 0,05.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala karunia dan penyertaanNya yang senantiasa hadir seperti udara yang kuhirup setiap hari, sehingga penelitian dengan judul “Peta Konsep Sebagai Alternatif Alat Evaluasi Pemahaman Siswa Pada Pokok Besaran dan Satuan serta Vektor oleh Siswi-Siswi Kelas Xb Smu Santa Maria Yogyakarta” dapat terselesaikan dengan baik.
Penelitian ini merupakan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di FPMIPA Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik atas kerjasama, bantuan, gagasan, serta dukungan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu peneliti mengucapkan terimakasih kepada:
1 Bapak Drs. Fr. Kartika Budi M.Pd, selaku dosen pembimbing sekaligus dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan waktu untuk membimbing dengan penuh kesabaran dan keramahan.
2 Bapak Drs. A. Atmadi, M.Si selaku kaprodi.
3 Sr. M. Cornelia OSF.S.Ag, selaku kepala sekolah SMU Santa Maria
Yogyakarta yang telah mengizinkan dan menyediakan tempat untuk peneliti melakukan penelitian.
4 Dra. MF Sutilah, selaku guru fisika SMU Santa Maria Yogyakarta yang tak henti-hentinya mendukung dan memberi semangat kepada peneliti untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
x
6 Dosen–dosen Pendidikan Fisika, terimakasih untuk ilmu yang telah diberikan kepada saya.
7 Sekretariat FKIP dan JPMIPA untuk segala bantuannya selama saya menempuh pendidikan.
8 Bapak-Ibuku tercinta dan Mas Gatot atas segala kasih sayang, kepercayaan, kesabaran dan dukungan dalam doa, semangat, dan biaya sehingga saya dapat menyelesaikan studi ini
9 Ignatius Joko Pitoyo, Joseph Bagas Jatmiko Bayuputra dan Claudius Banyu Ardhie- keluarga kecilku sekaligus kereta api hidupku terimakasih atas segala cinta,
semangat, kesabaran, doa dan dukungan dan kesempatan. Aku bersyukur hidup bersama kalian..
10 Mbak anit dan Bara yang telah mengisi hari-hari keluargaku, menyediakan tempat untuk sejenak bermain, dan maaf atas segala kerusakan mainan dan bukunya. 11 Bapak-Ibu Daryanto terima kasih atas segala kasih sayang, semangat, doa dan
dukungannya
12 Keluarga Baturono dan keluarga Botton : Mbak Ani-Mas Agus sekeluarga, Mba Gun sekeluarga, Mas Gendut-Mba Iwuk yang sangat sabar dan telaten, Mas Yono-Alm. Mbak Nanik-Ajeng-Kristin-Wisnu, Mas Tulus –Mbak Ninok-calon adek beserta seluruh keluarga yang tidak dapat disebutkan detail satu-persatu, terima kasih atas kasih sayang, cinta, dukungan dan doa selama penulis menyelesaikan skripsi. 13 Teman-teman kost “BEE”, terima kasih atas dukungan, semangat, kebersamaannya
serta hiburan setiap hari
14 Teman-teman Pendidikan Fisika angkatan 2004-2007, yang telah bekerjasama dalam menempuh studi di Pendidikan Fisika .
15 Semua pihak yang belum dapat disebutkan.
Peneliti sangat menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun serta menyempurnakan tulisan ini. Supaya dapat berguna bagi perkembangan pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi
ABSTRAK... vi
ABSTRACT... vii
KATA PENGANTAR... viii
DAFTAR ISI... x
DAFTAR TABEL... xii
DAFTAR GAMBAR... xiii
DAFTAR BAGAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian... 3
D. Manfaat Penelitian... 3
BAB II DASAR TEORI... 5
A. Hakekat Peta Konsep... 5
1. Pengertian Konsep ... 5
2. Pengertian Peta Konsep ... 7
B. Hakekat evaluasi ... 16
1. Pengertian Evaluasi ... 16
2. Tujuan dan Fungsi Evaluasi ... 18
3. Alat Evaluasi ... 19
C. Pemahaman Konsep ... 21
D. Peta Konsep Sebagai Alternatif Alat Evaluasi Pemahaman Siswa ... 23
E. Pengukuran dan Satuan Pengukuran... 26
F. Kerangka Berpikir ... 42
G. Hipotesis... 43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 44
A. Jenis Penelitian... 44
xii
E. Instrumen Penelitian... 48
1. Tes Peta Konsep ... 48
2. Tes Pemahaman ... 48
F. Uji keandalan instrumen... 52
G. Treatmen ... 54
H. Metode Analisis Data... 55
1. Penentuan Skor Tes Pemahaman ... 55
2. Penentuan Skor Tes Peta Konsep ... 58
I. Analisa Data ... 62
J. Uji Normalitas Dan Uji Homogenitas... 63
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 64
A. Data Penelitian... 64
1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 64
2. Deskripsi data Skor Tes Pemahaman dan Skor Tes Peta Konsep ... 67
3. Deskripsi Pemahaman Siswa Pada Pokok Besaran dan Satuan Serta Vektor dalam Peta Konsep yang Dibuat Siswa ... 73
B. Analisis Data... 79
1. Uji Normalitas ... 79
2. Uji Homogenitas ... 81
3. Korelasi antara Tes Pemahaman dan Tes Peta Konsep ... 82
C. Pembahasan... 84
D. Peta konsep sebagai Alternatif Alat Evaluasi Pemahaman Siswa ...,... 85
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 88
A. Kesimpulan... 88
B. Keterbatasan Penelitian... 88
1. Keterbatasan pada Sampel Penelitian ... 88
2. Kesulitan yang Dihadapi Siswa ... 89
C. Saran... 89 DAFTAR PUSTAKA
xiii DAFTAR TABEL
Tabel
Tabel 1 Definisi Satuan SI untuk Besaran Pokok ...,,... 28
Tabel 2 Satuan SI untuk Besaran Turunan ... 30
Tabel 3 Dimensi untuk Besaran Turunan... 31
Tabel 4 Kisi-kisi Pemahaman... 50
Tabel 5 Kisi-kisi Variabel yang Diukur... 53
Tabel 6 Kriteria Skor Tes Pemahaman... 55
Tabel 7 Kriteria Skoring Penyusunan Peta Konsep... 62
Tabel 8 Skor Tes Pemahaman Konsep... 68
Tabel 9 Skoring Peta Konsep Dari Unsur Penyusun Peta Konsep... 69
Tabel 10 Statistik Deskriptif ... 70
Tabel 11 Deskripsi Frekuensi Tes Pemahaman ... 71
Tabel 12 Deskripsi Frekuensi Tes Peta Konsep... 72
Tabel 13 Contoh Hirarki Pada Peta Konsep Yang Dibuat Siswa... 73
Tabel 14 Contoh Konsep Pada Peta Konsep Yang Dibuat Siswa ... 75
Tabel 15 Contoh Yang Muncul Pada Peta Konsep Yang Dibuat Siswa... 78
Tabel 16 Deskripsi Uji Normalitas Tes Pemahaman Konsep... 79
Tabel 17 Deskripsi Uji Normalitas Tes Peta Konsep... 80
Tabel 18 Deskripsi Uji Homogenitas Tes Pemahaman Dan Tes Peta Konsep ... 81
Tabel 19 Hasil Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Tes Pemahaman dan Peta Konsep... 82
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar halaman
2.1 Peta Konsep Paling Sederhana... 10
2.2 Peta konsep yang agak kompleks... 11
2.3 (a) Peta Konsep yang Mengandung Perantara... 12
(b) Peta Konsep yang Perantaranya dijadikan bagian dari proposisinya ... 12
2.4 Bagian-bagian Peta Konsep ... 14
4.1 Histogram Deskripsi Frekuensi Pemahaman Konsep Siswa pada Pokok Bahasan Besaran dan Satuan serta Vektor... 71
xv DAFTAR BAGAN
Bagan halaman 2.1 Desain pelaksanaan penelitian ... 47
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Evaluasi memiliki peranan penting dalam proses pendidikan karena dalam
proses evaluasi tersebut kita dapat melihat, menentukan sejauh mana, dalam hal
apa dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai. Selain itu evaluasi juga
merupakan salah satu kegiatan utama yang harus dilakukan oleh seorang guru
dalam kegiatan pembelajaran. Guru akan mengetahui perkembangan hasil belajar,
intelegensi, tingkat pemahaman, bakat khusus, minat, hubungan sosial, sikap dan
kepribadian siswa atau peserta didik lewat proses evaluasi.
Dalam proses evaluasi diperlukan instrumen atau alat evaluasi. Alat evaluasi
tersebut dikelompokkan menjadi dua, yakni alat tes dan nontes. Khusus untuk
evaluasi hasil pembelajaran siswa di kelas, alat evaluasi yang paling banyak
digunakan adalah tes. Di Indonesia bentuk soal pilihan ganda dan bentuk soal
uraian menjadi pilihan alat evaluasi yang kerap digunakan.
Dalam situasi akademik, obyek pengukuran atau obyek evaluasi yang perlu
menjadi sorotan utama adalah karakteristik individu siswa, seperti pengetahuan,
pemahaman ataupun keahlian siswa diberbagai bidang ilmu pengetahuan.
Sedangkan kedua bentuk tes ini memiliki keterbatasan masing-masing dalam
mengungkap pengetahuan dan pemahaman siswa mengenai konsep-konsep atau
Permasalahan yang dihadapi selanjutnya adalah bagaimana evaluator
menentukan dan menyusun suatu alat evaluasi agar tujuan yang ingin dievaluasi
dapat tercapai dan tepat sasaran. Salah satu solusi yang ditempuh yaitu
penggunaan peta konsep sebagai alternatif alat evaluasi pemahaman siswa.
Penggunaan peta konsep sebagai alat evaluasi tersebut diharapkan dapat
menjadi alat penilaian yang ideal, yaitu dapat memperlihatkan struktur
pemahaman siswa yang hasilnya sesuai dengan keadaan dan dapat diandalkan.
Beberapa para ahli pendidikan telah melakukan riset untuk mewujudkan peta
konsep sebagai alat evaluasi yang dapat mengungkap pemahaman. Penelitian
tersebut misalnya berkisar tentang penggunaan peta konsep sebagai alat
pendeteksi miskonsepsi siswa. Penelitian yang lain yaitu penggunaan peta konsep
untuk mempermudah konsep sulit dalam pembelajaran dan penggunaan peta
konsep untuk meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa. Dalam artikelnya
mengenai alat evaluasi, Novak (1990) dalam Holil (2008) menjelaskan adanya
potensi penggunaan peta konsep untuk peningkatan belajar dan mengajar sains
dalam ruang kelas. Tentunya potensi tersebut dapat mencakup fungsi peta
konsep sebagai alat evaluasi pemahaman siswa dalam belajar sains di kelas.
Untuk itu penulis melaksanakan penelitian dengan judul “Peta Konsep sebagai
Alternatif Alat Evaluasi Pemahaman Siswa”. Dengan menerapkan peta konsep
dalam pembelajaran fisika diharapkan akan diperoleh salah satu alternatif alat
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka yang
menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah peta konsep dapat
dijadikan alternatif alat evaluasi pemahaman siswa?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui apakah peta konsep dapat dijadikan alternatif alat evaluasi
pemahaman siswa
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat menambah referensi mengenai
alternatif alat evaluasi, terutama alat evaluasi yang dapat menggambarkan
pemahaman siswa. Selain itu penelitian ini menindaklanjuti
penelitian-penelitian sebelumnya mengenai peta konsep.
Apabila hasil penelitian ini baik, peta konsep dapat menjadi salah satu
4
BAB II DASAR TEORI
A. Hakikat Peta Konsep
1. Pengertian Konsep
Konsep menjadi sangat berarti bagi siswa dalam penguasaan materi di
berbagai bidang ilmu pengetahuan karena dalam materi tercakup fakta,
konsep dan hubungan antar konsep. Konsep memiliki pengertian yang
bermacam-macam. Masing-masing ahli memiliki pendapat yang
berbeda-beda, sehingga belum ada batasan pasti mengenai pengertian konsep ini.
Salah satu batasan yang dikemukakan oleh Dahar, bahwa konsep
merupakan dasar untuk berpikir, untuk belajar aturan-aturan dan akhirnya
untuk memecahkan masalah. Konsep-konsep itu merupakan penyajian
internal dari sekelompok stimulus, konsep-konsep itu tidak dapat
diamati, dan harus disimpulkan dari perilaku.
Dengan demikian konsep itu sangat penting bagi manusia dalam berpikir
dan belajar.
Dahar (1989) menyiratkan bahwa konsep-konsep dapat berbeda dalam
tujuh dimensi yaitu:
a. Atribut. Setiap konsep memiliki atribut yang berbeda baik ditinjau
permukaan datar dan sambungan-sambungan yang mengarah kebawah
yang mengangkat permukaan dari lantai.
b. Struktur. Struktur yaitu cara bagaimana atribut tersebut saling terkait.
Ada tiga macam struktur yaitu (1) struktur konjungtif yaitu konsep di
mana terdapat contoh konsep, seperti percepatan adalah perubahan
kecepatan tiap satuan waktu. Dua atribut yaitu perubahan kecepatan dan
selang waktu harus ada agar memenuhi konsep percepatan, (2) konsep
disjungtif yaitu konsep di mana satu dari dua atau lebih sifat harus ada,
(3) konsep relasional menyatakan hubungan tertentu antara
atribut-atribut konsep, seperti superposisi.
c. Keabstrakan. Ada konsep yang begitu konkrit dan abstrak, misalnya:
jarak dan elektron.
d. Generalitas atau keumuman. Bila diklasifikasikan konsep dapat berbeda
dalam posisi superordinat atau subordinat, misalnya energi merupakan
superordinat dari energi kinetik.
e. Ketepatan, menyangkut apakah ada sekumpulan aturan untuk
membedakan contoh-contoh dari non contoh.
f. Kekuatan ditentukan sejauh mana orang setuju bahwa konsep itu penting.
Konsep dalam kehidupan sehari-hari memiliki dua arti yang berbeda.Satu arti
konsep adalah “rancangan”. Arti yang lain adalah “pengertian”. Euwe,dkk,
(1991: 8) menyatakan bahwa konsep adalah sesuatu yang terbentuk di dalam
mengenai benda-benda, gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa,
kondisi-kondisi, dan ciri-ciri.
Kartika Budi, (1991: 39) menjelaskan bahwa konsep dapat dibedakan
menjadi tiga kelompok, yaitu konsep fisis, konsep logika matematis, dan
konsep filosofis. Konsep fisis adalah konsep yang mengacu pada objek, sifat
yang menyatu pada objek, proses yang terjadi pada objek, dan relasi antara
konsep yang satu dengan konsep yang lain. Konsep logika matematis adalah
konsep yang mengacu pada struktur operasi yang dilakukan terhadap objek.
Misalnya; perkalian, penjumlahan, pengurangan. Konsep filosofis adalah
konsep yang berkaitan dengan sifat manusia. Misalnya; senang, jujur, kagum.
Dalam pembelajaran fisika yang kita hadapi adalah konsep-konsep fisis,
sedangkan konsep-konsep logika-matematis merupakan alat.Untuk itu perlu
disadari agar kegiatan belajar mengajar tidak bergeser menjadi kegiatan
belajar mengajar matematik, maka konsep-konsep fisis dalam pembelajaran
fisika perlu ditekankan. Siswa yang belajar fisika mencoba menafsirkan dan
menangkap makna dari konsep-konsep fisika yang dipelajari. Tafsiran
tersebut dapat berbeda-beda untuk setiap siswa. Satu konsep dapat memiliki
beberapa definisi. Tafsiran seseorang akan suatu konsep dinamakan konsepsi.
Dari keseluruhan penjelasan mengenai definisi konsep di atas, dapat
disimpulkan bahwa konsep merupakan dasar pemikiran yang terbentuk di
dalam pikiran manusia mengenai sesuatu objek atau benda, gejala-gejala atau
Penyajian dasar pemikiran tersebut tidak dapat diamati secara langsung,
karena harus disimpulkan melalui perilaku atau penerapan.
2. Pengertian Peta Konsep
Faktor yang paling penting yang mempengaruhi pembelajaran adalah apa
yang telah diketahui siswa sebelumnya (pengetahuan ataupun konsep awal
siswa). Kemudian pada proses selanjutnya siswa akan menerima, mendapat
dan menemukan pengetahuan atau konsep baru saat ia belajar. Tentu saja agar
proses belajar tersebut menjadi bermakna, maka konsep atau pengetahuan
baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang ada dalam struktur kognitif
siswa sebelumnya. Berbagai metode digunakan untuk mengetahui struktur
pengetahuan siswa, namun belum ada alat atau cara yang tepat yang
digunakan guru untuk mengetahui apa yang telah diketahui oleh para siswa
(Dahar, 1989: 149). Berkenaan dengan itu Novak dan Gowin (1985) dalam
Dahar (1988: 149) mengemukakan bahwa cara untuk mengetahui
konsep-konsep yang telah dimiliki siswa, supaya belajar bermakna berlangsung dapat
dilakukan dengan pertolongan peta konsep.
Peta konsep diusulkan dan dikembangkan Prof. Joseph D. Novak seorang ahli
psikologi pendidikan dari Universitas Cornell, AS pada tahun 1983. Peta
konsep ini dibuat berdasarkan teori Ausable tentang belajar yang bermakna,
yaitu merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep
dalam Asmin (2004), mendefinisikan peta konsep sebagai suatu alat skematis
untuk merepresentasikan suatu rangkaian konsep yang digambarkan dalam
suatu kerangka proposisi. Peta itu mengungkapkan hubungan-hubungan yang
berarti antara konsep-konsep dan menekankan gagasan-gagasan pokok. Peta
konsep disusun hierarkis, konsep esensial akan berada pada bagian atas peta
konsep.
Dan menurut Mohammad Nur ( 2000 : 36 ) dalam Sucipto (2008), “Peta
Konsep adalah suatu sajian visual atau suatu diagram tentang bagaimana
ide-ide penting atas suatu topik tertentu dihubungkan satu sama lain “.
Beberapa penelitian (Dorrow&O’neal, 1994; Robert Ornstein, 1992) dalam
Watson,Bruce and Kopernicek. (1990) menunjukkan bahwa proses berfikir
adalah kombinasi kompleks, kata, gambar skenario, warna dan bahkan suara
dan musik. Proses menyajikan dan menangkap isi pelajaran dalam peta-peta
konsep mendekati operasi alamiah dalam proses berfikir.
Pearsal (1996 : 199) dalam Wilantara, (2005:51) menyatakan bahwa dengan
peta konsep kita dapat melihat refleksi pengetahuan yang dimiliki siswa.
Dengan mencermati kompleksitas peta konsep tersebut kita dapat mendeteksi
konsep-konsep mana yang kurang tepat dan sekaligus perubahan konsepnya.
Untuk lebih melihat latar belakang susunan peta konsep tersebut ada baiknya
peta konsep itu digabung dengan interview klinis.
Agar pemahaman terhadap peta konsep lebih jelas, maka Dahar (1989: 153)
1. Peta konsep (pemetaan konsep) adalah suatu cara untuk memperlihatkan
konsep-konsep dan proposisi-proposisi suatu bidang studi, apakah itu
bidang studi fisika, kimia, biologi, matematika dan lain-lain. Dengan
membuat sendiri peta konsep siswa “melihat” bidang studi itu lebih jelas,
dan mempelajari bidang studi itu lebih bermakna.
2. Suatu peta konsep merupakan suatu gambar dua dimensi dari suatu
bidang studi atau suatu bagian dari bidang studi. Ciri inilah yang
memperlihatkan hubungan-hubungan proposisional antara
konsep-konsep. Hal inilah yang membedakan belajar bermakna dari belajar
dengan cara mencatat pelajaran tanpa memperlihatkan hubungan antara
konsep-konsep.
3. Ciri yang ketiga adalah mengenai cara menyatakan hubungan antara
konsep-konsep. Tidak semua konsep memiliki bobot yang sama. Ini
berarti bahwa ada beberapa konsep yang lebih inklusif dari pada
konsep-konsep lain.
4. Ciri keempat adalah hirarki. Bila dua atau lebih konsep digambarkan di
bawah suatu konsep yang lebih inklusif, terbentuklah suatu hirarki pada
peta konsep tersebut.
Dari deskripsi di atas, dapat disimpulkan bahwa peta konsep merupakan suatu
alat sistematis yang menyajikan konsep-konsep suatu materi beserta
Hubungan antara konsep-konsep tersebut dalam peta konsep dapat berupa
hubungan sederhana ataupun kompleks.Sehingga peta konsep dapat
dibedakan menjadi peta konsep sederhana dan kompleks.Peta konsep yang
paling sederhana terdiri dari dua konsep dan satu hubungan seperti pada
Gambar 2.1.
Gambar 2.1.Peta Konsep Paling Sederhana
Peta konsep tersebut memuat konsep kalor dan konsep konduksi.
Hubungannya adalah kalor berpindah secara konduksi. Hubungan berpindah
secara adalah hubungan proporsional, karena hubungan tersebut dinyatakan
dalam bentuk proposisi.
Bila peta konsep dikembangkan lagi dengan menambah konsep-konsep lain
beserta hubungannya, maka peta konsep akan menjadi kompleks. Berikut
contoh peta konsep yang lebih kompleks.
KALOR KONDUKSI
Gambar 2.2.Peta Konsep yang agak kompleks dalam Kartika Budi, Fr. Y.
1990. Peta dan Pemetaan Konsep Serta Peranannya Dalam Kegiatan Belajar
Mengajar Ilmu Pengetahuan Alam (Sains), dalam Widya Dharma.
Yogyakarta.
diletakkan paling bawah, atau sebaliknya. Konsep-konsep yang tingkatannya
kurang lebih sama diletakkan secara sejajar.
Pernyataan yang menghubungkan konsep yang satu dengan yang lain disebut
sebagai konsep perantara. konsep perantara kecuali dapat dimunculkan
akibatnya
Menerima Kalor Melepas kalor
sebagai konsep yang merupakan unsur peta tersebut, dapat juga dijadikan
bagian dari proposisinya. Contoh dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
(Kartika Budi, Fr. Y. (1990:70 )).
Gambar 2.3. (a) Peta konsep yang mengandung konsep perantara
Gambar 2.3 (b) Peta konsep yang konsep perantaranya dijadikan bagian dari
proposisinya
Dari penjelasan mengenai peta konsep tersebut, maka dapat ditentukan
bagian- bagian peta konsep.
1. Jumlah tingkat hierarki (percabangan).
Didefinisikan sebagai struktur yang menunjukkan superordinat
bawahan-syarat hubungan antara konsep. Bila dua atau lebih konsep
Besarnya ditentukan oleh
GAYA
MASSA PERCEPATAN
Ditentukan oleh
Ditentukan oleh
GAYA
MASSA BESAR
PERCEPATAN
digambarkan di bawah suatu konsep yang lebih inklusif, terbentuklah
suatu hierarki pada peta konsep.
2. Konsep
penyajian internal dasar pemikiran yang terbentuk di dalam pikiran
manusia mengenai sesuatu objek atau benda, gejala-gejala atau
peristiwa-peristiwa, kondisi-kondisi, dan ciri-ciri yang menyertainya,.
Penyajian dasar pemikiran tersebut tidak dapat diamati secara langsung,
karena harus disimpulkan melalui perilaku atau penerapan.Konsep
disini diwujudkan dalam bentuk kata.
3. Proposition
a. Pernyataan yang menghubungkan konsep yang satu dengan yang
lain.
b. Tanda panah penghubung konsep
4. Crosslinks
Didefinisikan hubungan antara konsep-konsep yang berbeda yang
terletak di hierarki cabang.
5. Contoh
Bagian-bagian peta konsep dapat dilihat pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4.Bagian-bagian peta konsep dalam Kartika Budi, Fr. Y. 1990. Peta dan Pemetaan Konsep Serta Peranannya Dalam Kegiatan Belajar
Mengajar Ilmu Pengetahuan Alam (Sains), dalam Widya Dharma. Yogyakarta.
3. Pengertian Pemetaan Konsep
Pemetaan konsep adalah proses untuk menghasilkan peta konsep.
Dalam proses pembuatan peta konsep bukan hanya menggambarkan
konsep-konsep yang penting, melainkan juga menghubungkan antara konsep-konsep-konsep-konsep
itu. Dalam menghubungkan konsep-konsep itu dapat digunakan dua prinsip,
yaitu diferensiasi progresif dan penyesuaian integratif. Seperti dikutip
Sutowijoyo (2002: 26) dari Ausubel dalam Holil, Anwar (2008) diferensiasi
3.b
Menerima Kalor Melepas kalor
progresif adalah suatu prinsip penyajian materi dari materi yang sulit
dipahami. Sedang penyesuaian integratif adalah suatu prinsip pengintegrasian
informasi baru dengan informasi lama yang telah dipelajari sebelumnya.Oleh
karena itu belajar bermakna lebih mudah berlangsung, jika konsep-konsep
baru dikaitkan dengan konsep yang inklusif. Untuk membuat suatu peta
konsep, siswa dilatih untuk mengidentifikasi ide-ide kunci yang berhubungan
dengan suatu topik dan menyusun ide-ide tersebut dalam suatu pola logis.
Kadang-kadang peta konsep merupakan diagram hirarki, kadang peta konsep
itu memfokus pada hubungan sebab akibat.
Menurut Dahar (1988:154) peta konsep memegang peranan penting dalam
belajar bermakna.Oleh karena itu siswa hendaknya pandai menyusun peta
konsep untuk meyakinkan bahwa siswa telah belajar bermakna.
Langkah-langkah berikut ini dapat diikuti untuk menciptakan suatu peta
konsep.
1. Mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi sejumlah
konsep.
2. Mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep sekunder yang menunjang
ide utama
3. Menempatkan ide utama di tengah atau di puncak peta tersebut
4. Mengelompokkan ide-ide sekunder di sekeliling ide utama yang secara
Berdasarkan pendapat di atas dapat dikemukakan langkah-langkah
menyusun peta konsep, yaitu :
1. Memilih suatu bahan bacaan
2. Menentukan atau mengidentifikasi konsep-konsep yang relevan
dalam bacaan
3. Mengelompokkan dan mengurutkan konsep-konsep dari yang paling
inklusif (umum) ke yang paling spesifik (khusus)
4. Mendefinisikan dan mengintepretasikan konsep-konsep tersebut
menurut pemahaman siswa
5. Menyusun konsep-konsep tersebut dalam peta konsep.
Konsep-konsep yang paling inklusif diletakkan di bagian atas atau di pusat
bagan tersebut. Dalam menghubungkan konsep-konsep tersebut
dihubungkan dengan kata hubung. Misalnya “merupakan”,
“dengan”, “diperoleh”, dan lain-lain.
B. Hakekat Evaluasi
1. Pengertian Evaluasi
Evaluasi secara etimologi berasal dari bahasa Inggris evaluation
yang bertarti value, yang secara secara harfiah dapat diartikan
Namun, dari sisi terminologis ada beberapa definisi yang dapat
dikemukakan, yakni:
a) Suatu proses sistematik untuk mengetahui tingkat keberhasilan
sesuatu.
b) Kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik dan
terarah berdasarkan atas tujuan yang jelas.
c) Proses penentuan nilai berdasarkan data kuantitatif hasil pengukuran
untuk keperluan pengambilan keputusan.
Meskipun kini memiliki makna yang lebih luas, namun pada awalnya
pengertian evaluasi pendidikan selalu dikaitkan dengan prestasi belajar
siswa. Menurut Cronbach dan Stufflebeam, proses evaluasi bukan sekedar
mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat
keputusan (dalam Arikunto, 2006:3).
Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan,
bagaimana pengajar (guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran yang
telah dilakukan. Pengajar harus mengetahui sejauh mana pebelajar
(learner) telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana
tujuan/kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai.
Tingkat pencapaian kompetensi atau tujuan instruksional dari kegiatan
Dalam penilaian dibutuhkan langkah-langkah atau metode penilaian.
Adapun langkah-langkah pokok dalam penilaian secara umum terdiri dari:
(1) perencanaan,
(2) pengumpulan data,
(3) verifikasi data,
(4) analisis data, dan
(5) interpretasi data.
2. Tujuan dan Fungsi Evaluasi
Dalam konteks pelaksanaan pendidikan, evaluasi memiliki beberapa
tujuan, antara lain sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kemajuan belajar siswa setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
2. Untuk mengetahui efektivitas metode pembelajaran.
3. Untuk mengetahui kedudukan siswa dalam kelompoknya.
4. Untuk memperoleh masukan atau umpan balik bagi guru dan siswa
Selain fungsi di atas, penilaian juga dapat berfungsi sebagai alat seleksi,
penempatan, dan diagnostik guna mengetahui keberhasilan suatu proses
dan hasil pembelajaran. Penjelasan dari setiap fungsi tersebut adalah :
a. Fungsi seleksi. Evaluasi berfungsi atau dilaksanakan untuk keperluan
seleksi, peserta suatu lembaga pendidikan/kursus berdasarkan kriteria
tertentu.yaitu menyeleksi calon
b. Fungsi Penempatan. Evaluasi berfungsi atau dilaksanakan untuk
keperluan penempatan agar setiap orang (peserta pendidikan) mengikuti
pendidikan pada jenis dan atau jenjang pendidikan yang sesuai dengan
bakat dan kemampuannya masing-masing.
c. Fungsi Diagnostik. Evaluasi diagnostik berfungsi atau dilaksanakan
untuk mengidentifikasi kesulitan belajar yang dialami peserta didik,
menentukan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesulitan
belajar, dan menetapkan cara mengatasi kesulitan belajar tersebut.
3. Alat Evaluasi
Dalam pengertian umum, alat adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk
mempermudah seseorang melaksanakan tugas atau mencapai tujuan
secara lebih efektif dan lebih efisien. Dengan demikian alat evaluasi
melaksanakan evaluasi serta mencapai tujuan evaluasi. Alat evaluasi juga
dikenal dengan instrumen evaluasi.
Dari sekian banyak alat evaluasi, secara umum dapat dikelompokkan
menjadi dua, yakni alat tes dan nontes.
1. Alat tes
Yang tergolong alat tes adalah :
1) Tes formatif, yaitu evaluasi yang bersangkutan dengan umpan
balik yang dimaksudkan untuk bahan memperbaiki proses
belajar-mengajar.
2) Tes sumatif yaitu evaluasi yang bersangkutan dengan pemberian
nilai, merupakan penentuan atau keputusan mengenai hasil belajar
siswa
3) Tes penempatan, yaitu evaluasi yang bersangkutan dengan usaha
penempatan siswa dalam situasi belajar mengajar yang tepat
2. Alat nontes
Yang tergolong alat nontes, misalnya skala bertingkat (rating scale),
Kuesioner (angket), wawancara, daftar cocok, pengamatan
C. Pemahaman Konsep
Pemahaman dan pengembangan konsep merupakan bagian yang sangat
penting dalam mencapai tujuan belajar fisika. Dalam proses belajar
mengajar diperlukan usaha agar siswa memahami konsep. Langkah awal
pemahaman suatu konsep adalah memahami definisi konsep tersebut
secara benar sesuai hakikat dan peruntukannya.Hal ini sangat penting,
karena suatu konsep akan fungsional dapat dipakai untuk memecahkan
berbagai macam masalah, bila konsep tersebut telah didefinisikan dengan
jelas dan benar. (Dalam Sumbangan Pikiran Terhadap Pendidikan
Matematika dan Fisika, yang dikaryakan oleh Marpaung dan Suparno,
Kartika Budi dengan artikelnya yang berjudul “Konsep: Pembentukan
dan Penanamannya”, (1987:233)).
Untuk dapat memutuskan apakah siswa memahami suatu konsep
diperlukan kriteria atau indikator-indikator yang dapat menunjukkan
pemahaman tersebut.
Menurut Kartika Budi (1991: 114), kriteria atau indikatror-indikator
tersebut antara lain :
1. dapat menyatakan pengertian konsep dalam bentuk definisi
menggunakan kalimat sendiri
2. dapat menjelaskan makna dari konsep bersangkutan kepada orang lain
4. dapat menerapkan konsep untuk :
a) menganalisis dan menjelaskan gejala-gejala alam
b) memecahkan masalah fisika baik secara teoritis maupun secara
praktis
c) memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi pada
suatu sistem bila kondisi tertentu dipenuhi.
5. dapat mempelajari konsep-konsep lain yang berkaitan dengan cepat
6. dapat membedakan konsep yang satu dengan konsep lain yang saling
berkaitan.
7. dapat membedakan konsepsi yang benar atau salah dan dapat dibuat
peta konsep dari sub pokok bahasan
Hasil belajar yang dicapai siswa dapat diketahui berdasarkan kriteria atau
indikator di atas.
Bloom (dalam Arikunto, 2005: 117) mengklasifikasikan hasil belajar
yang secara garis besar dibagi menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif,
ranah afektif, dan ranah psikomotor. Pemahaman termasuk dalam ranah
kognitif karena berkaitan dengan hasil belajar intelegensi. Hasil belajar
pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari hasil belajar pengetahuan
hafalan. Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau
arti dari suatu konsep (Sudjana, 1989: 50). Untuk itu maka diperlukan
Menurut Sudjana (1989: 51) pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga
kategori, yaitu; pemahaman tingkat rendah, pemahaman tingkat dua, dan
pemahaman tingkat tiga atau tingkat tinggi.Dengan semakin
bertambahnya konsep yang diketahui dan dipahami dan sekaligus
semakin tepat konsep fisika dimengerti siswa, maka siswa semakin
benar-benar menguasai fisika.
D. Peta konsep sebagai alternatif alat evaluasi pemahaman siswa
Tes seperti pilihan ganda yang selama ini dipandang sebagai alat ukur
(uji) keberhasilan siswa dalam menempuh jenjang pendidikan tertentu,
bukanlah satu-satunya alat ukur untuk menentukan keberhasilan
siswa.Tingkat keberhasilan siswa dalam menyerap pengetahuan sangat
beragam, maka diperlukan alat ukur yang beragam.
Peta konsep adalah salah satu bentuk alat evaluasi yang dapat mengukur
pemahaman siswa dari sisi yang berbeda. Dalam prosesnya, siswa
mengalami sendiri bagaimana ia harus menyusun konsep-konsep yang
ia temukan dalam materi, mendefinisikan pengertian konsep itu,
kemudian menyusunnya secara sistematis. Dari penyusunan peta
konsep tersebut siswa mengalami proses belajar sekaligus
memperlihatkan hasil belajar mereka mengenai pemahaman konsep.
Seperti dikutip oleh Sutowijoyo (2002: 31) dari Tukman dalam Holil,
Anwar (2008) penilaian yang meliputi hasil dan proses disebut penilaian
tujuan pembelajaran yang tidak dapat diukur dengan baik bila
menggunakan tes obyektif. Penilaian kinerja mengharuskan siswa
secara aktif mendemonstrasikan apa yang mereka ketahui. Yang paling
penting, penilaian kinerja dapat memberi motivasi untuk meningkatkan
pengajaran, pemahaman terhadap apa yang mereka perlu ketahui dan
yang dapat mereka kerjakan.
Dari pendapat dan uraian di atas, peta konsep dapat dipandang sebagai
alat penilaian kinerja dan dapat dijadikan alat evaluasi pemahaman
siswa.
Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa peta konsep
dapat dijadikan alat evaluasi. Hegarty-Hazel dan Prosser (1991) dalam
Davis, J. (2001). menggunakan peta konsep sebagai tugas rumah.
Penelitian tersebut untuk menilai hubungan antara memahami konsep
dengan strategi belajar .Penelitian Ruiz-Primo dan Shavelson (1996)
dalam Davis, J. (2001), mengemukakan peta konsep dapat dijadikan alat
evaluasi. Dalam penelitian itu, mereka menemukan adanya korelasi
positif antara penggunaan peta konsep sebagai alat evaluasi dengan
pemahaman siswa.
Tentu saja sebagai alat evaluasi, peta konsep harus memiliki sistem
penilaian untuk mengetahui pemahaman siswa mengenai konsep. Teori
belajar kognitif Ausubel, Novak dan Gowin (1984) dalam Dahar (1989:
143) menawarkan skema penilaian yang terdiri atas : Struktur hirarki,
Struktur hirarkis, yaitu struktur kognitif yang diatur secara hirarki
dengan konsep-konsep dan proposisi-proposisi yang lebih inklusif,
lebih umum, superordinat terhadap konsep-konsep dan
proposisi-proposisi yang kurang inklusif dan lebih khusus.
Perbedaan progresif menyatakan bahwa belajar bermakna merupakan
proses yang kontinyu, dimana konsep-konsep baru memperoleh lebih
banyak arti dengan bentuk lebih banyak kaitan-kaitan proporsional. Jadi
konsep-konsep tidak pernah tuntas dipelajari, tetapi selalu dipelajari,
dimodifikasi, dan dibuat lebih inklusif. Rekonsiliasi integratif
menyatakan bahwa belajar bermakna akan meningkat bila siswa
menyadari akan perlunya kaitan-kaitan baru antara kumpulan-kumpulan
konsep atau proposisi. Dalam peta konsep, rekonsiliasi integratif ini
diperlihatkan dengan kaitan-kaitan silang antara kumpulan-kumpulan
konsep (Dahar,1989: 162)
Selanjutnya Novak dan Gowin memberikan suatu aturan untuk
mengikuti penilaian numerik jika skoring dipandang perlu. Pertama,
skoring didasarkan atas proposisi yang valid. Kedua, untuk menghitung
level hirarkis yang valid dan untuk menskor tiap level sebanyak
hubungan yang dibuat. Ketiga, crosslink yang menunjukan hubungan
valid antara dua kumpulan (segmen) yang berbeda adalah lebih penting
daripada level hirarkis, karena mungkin saja ini pertanda adanya
penyesuaian yang integratif.Keempat, diharapkan siswa dapat
meyakinkan bahwa siswa mengetahui peristiwa atau obyek yang
ditunjukan oleh label konsep.
E. Pengukuran dan Satuan Pengukuran
Sejak jaman dahulu, orang telah melakukan pengukuran, misalnya
mengukur luas tanah, menimbang berat badan, dan sebagainya.Hal
tersebut menunjukkan bahwa pengukuran sangat diperlukan di segala
bidang.Pengukuran memerlukan alat ukur yang diharapkan hasilnya
dapat menunjukkan informasi tertentu.Informasi-informasi itu dapat
menunjukkan fenomena atau gejala fisika yang digambarkan dalam
besaran fisis.
1. Definisi Besaran dan Satuan
Fisika adalah ilmu pengetahuan yang didasarkan pada percobaan.
Semua penemuan dan pengembangan dikerjakan melalui percobaan
atau eksperimen.
Dan biasanya hasil percobaan dalam fisika dinyatakan dengan
bilangan. Bilangan-bilangan tersebut digunakan untuk
mendeskripsikan suatu fenomena fisika secara kuantitatif.
Dari uraian di atas, maka besaran didefinisikan sebagai sesuatu yang
dapat diukur dan hasilnya dapat dinyatakan dengan bilangan atau
Pada saat mengukur besaran, sebenarnya kita membandingkan antara
besaran yang diukur dengan besaran lain yang dianggap sebagai
patokan atau acuan standar. Untuk membedakan hasil pengukuran
satu dengan lainnya digunakan satuan. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa besaran merupakan segala sesuatu yang dapat
diukur, sedangkan satuan adalah pembanding dalam suatu
pengukuran.Untuk membuat pengukuran yang kuat dan handal,
diperlukan satuan pengukuran yang tidak berubah dan dapat
diduplikasi oleh pengamat di berbagai lokasi. System yang digunakan
para ilmuwan dan insinyur diseluruh dunia disebut “sistem
internasional” atau SI.
2. Besaran Pokok dan Besaran Turunan
a. Besaran Pokok
Besaran pokok adalah besaran yang berdiri sendiri tanpa harus
menurunkan dari besaran lainnya.
Dalam fisika, kita mempunyai 7 besaran pokok beserta satuannya,
Tabel 1.
Definisi Satuan SI untuk Besaran Pokok
No. Besaran Pokok Satuan SI Definisi
1. Panjang Meter Satu meter standar adalah jarak yang ditempuh
oleh cahaya dalam ruangan vakum dalam
selang waktu 299.7921 .458 sekon
2. Massa Kilogram Satu kilogram standar adalah massa silinder
logam yang terbuat dari platina-irridium, yang
aslinya disimpan di Sevres, Paris (di kantor
Biro Pengukuran Internasional)
3. Waktu Sekon Satu sekon standar adalah waktu yang
digunakan oleh atom cesium-133 untuk
bergetar sebanyak 9.192.631.770 kali.
4. Suhu Kelvin Satu kelvin standar adalah 2731,16 kali suhu
termodinamika titik tripel air.
5. Jumlah Zat Mol Satu mol standar adalah jumlah zat yang
mengandung unsur elementer zat tersebut
dalam jumlah sebanyak jumlah atom karbon
6. Kuat Arus Ampere Satu ampere standar adalah kuat arus tetap
yang jika dipertahankan mengalir dalam
masing-masing dari dua penghantar lurus
sejajar dengan panjang tak hingga dan
penampang lintang lingkaran yang dapat
diabaikan dengan jarak pemisah 1 meter dalam
ruang hampa. Akan menghasilkan gaya
interaksi antara kedua peghantar sebesar 2x10-7
Newton setiap meter penghantar.
7. Intensitas Cahaya Candela Satu candela adalah intensitas cahaya suatu
sumber cahaya yang memancarkan radiasi
monokromatik pada frekuensi 540x1012 hertz
dengan intensitas sebesar 6831 watt per
steradian dalam arah tersebut.
b. Besaran Turunan
Besaran turunan adalah besaran yang diperoleh dari besaran pokok dengan
jalan menurunkannya, yaitu dengan mengalikan atau membagi besaran
pokok yang satu dengan yang lain.
Tabel 2.
Satuan SI untuk Besaran Turunan
No. Besaran Turunan Rumus Satuan
1. Luas panjang x lebar m2
Dimensi suatu besaran menggambarkan bagaimana suatu besran yang
tersusun atas kombinasi besaran-besaran pokok. Dimensi menyatakan
km, 50 m, atau 2cm tetap mempunyai dimensi yang sama, yaitu panjang.
Dimensi tidak dipengaruhi oleh besar pengukuran.
Pada tabel 3 dibawah ini akan diberikan dimensi besaran pokok
Tabel 3.
Dimensi untuk Besaran Pokok
No. Besaran Pokok
Satuan SI Dimensi
1. Panjang M L
2. Massa Kg M
3. Waktu S T
4. Suhu K θ
5. Jumlah Zat Mol N
6. Kuat Arus A I
7. Intensitas Cahaya Cd J
Untuk dimensi besaran turunan, dapat disusun dari dimensi-dimensi besaran
pokok. Misalnya, dimensi kecepatan merupakan hasil bagi dari dimensi
Bila dituliskan sebagai berikut :
Kecepatan = panjangwaktu= TL = LT-1
Salah satu manfaat dimensi adalah untuk menganalisis apakah suatu
persamaan (rumus-rumus) fisika telah benar. Untuk itu, agar suatu persamaan
benar, dimensi di ruas kiri harus sama dengan dimensi di ruas kanan.
4. Alat Ukur
Alat ukur adalah media yang digunakan untuk pengukuran.Pembuatan
alat ukur tersebut disesuaikan dengan alat ukur standarisasi internasional
yang sudah disepakati para ilmuwan di dunia. Adapun jenis alat ukur
tersebut tersedia dalam berbagai macam jenis dan bentuk, sesuai dengan
besaran yang akan diukur.
Alat ukur tersebut diantaranya :
a. Alat ukur panjang
Untuk mengukur panjang suatu benda kita dapat menggunakan mistar,
jangka sorong serta mikrometer sekrup. Mistar dapat digunakan untuk
mengukur panjang meja (ketelitiannya sampai dengan 0,1 mm, 0,05 mm
atau 0,02 mm). Apabila kita akan mengukur diameter pipa, alat yang
tepat adalah jangka sorong (untuk mengukur diameter luar dan dalam).
Untuk mengukur ketebalan benda tipis, misalnya pelat-pelat baja atau
kertas lebih tepat menggunakan mikrometer sekrup.
Alat pengukur massa yang ada di pasaran antara lain neraca pasar,
timbangan pegas, timbangan beras, dan timbangan badan.
c. Alat ukur waktu
Yang dimaksud dengan pengukur waktu adalah alat yang dapat
menunjukkan waktu pada saat itu dan alat yang dapat menunjukkan
lamanya sebuah proses berlangsung. Alat pengukur waktu yang sering
digunakan yaitu jam pasir, arloji, beker dan stopwatch.
d. Alat ukur suhu
Untuk mengukur suhu kita dapat menggunakan termometer. Misalnya
termometer badan, termometer ruangan.
e. Alat ukur kuat arus
Untuk mengukur kuat arus biasanya digunakan amperemeter untuk arus
kecil.
f. Alat ukur intensitas cahaya
Alat ukur yang digunakan dilaboratorium untuk mengukur intensitas
cahaya dinamakan power meter.
5. Angka penting
Saat kita melakukan pengukuran hasil yang diperoleh belum tentu
hasil yang pasti, karena ditentukan oleh ketelitian alat dan pembacaan
Misalnya jangka sorong ketelitiannya sampai 0,1 mm, sedangkan pada
mikrometer sekrup sampai 0,01 mm. Apabila kita mengukur ketebalan
pelat menggunakan jangka sorong, seandainya diperoleh angka 5,3 mm.
Sedangkan menggunakan mikrometer sekrup didapatkan 5,28 mm.
Maka angka-angka hasil pengukuran tersebut ada angka pasti dan ada
angka taksiran. Pada pengukuran pertama diperoleh 5,3 mm, angka
5adalah angka pasti, sedangkan angka 3 adalah taksiran. Pada pengukuran
kedua diperoleh 5,28 dimana angka 5 dan 2 adalah angka pasti dan angka
8 adalah Taksiran.
Angka-angka hasil pengukuran tersebut, baik yang pasti maupun angka
taksiran dinamakan angka penting.
Ketentuan angka penting :
a. Semua angka bukan nol adalah angka penting.
Contoh :
256,56 meter : terdapat lima angka penting
b. Semua angka nol yang terletak diantara bukan angka nol adalah angka
penting.
205 : terdapat tiga angka penting
c. Angka nol disebelah kanan angka bukan nol tetapi tanpa desimal adalah
bukan angka penting, kecuali bila terdapat penjelasan khusus. Misalnya,
berupa garis dibawah angka terakhir yang masih dianggap penting.
900 : terdapat tiga angka penting
552130 : terdapat lima angka penting
d. semua angka nol yang berada di sebelah kanan tanda desimal dan angka
tersebut juga di sebelah kiri angka bukan nol adalah bukan angka
penting
0,0023 : terdapat dua angka penting
0,0000507 : terdapat tiga angka penting
e. semua angka di sebelah kanan tanda desimal dan mengikuti angka
bukan nol adalah angka penting
0,0402 : terdapat tiga angka penting
52,0 : terdapat tiga angka penting
f. Pada angka yang dapat ditulis dengan notasi baku ordernya bukan
merupakan angka penting
2.000 = 2 . 103 : terdapat satu angka penting
6. Besaran Skalar dan Besaran Vektor
Di samping besaran-besaran pokok yang telah kita pelajari yaitu
massa, waktu, suhu, panjang, intensitas cahaya, kuat arus, dan jumlah zat,
masih ada satu hal lagi dalam ilmu fisika yang perlu kita ketahui yaitu :
sifat yang menyangkut arah. Oleh karena itu besaran-besaran tersebut
masih dapat dibagi dalam dua golongan yaitu : besaran Skalar dan
atau nilai juga ditentukan oleh arahnya.
Contoh : kecepatan, percepatan, gaya dan sebagainya.
Notasi Vektor
Secara grafis vektor dapat dilukiskan sebagai sebuah anak panah. Panjang
2.
Aadalah vektor yang panjangnya sama dengan panjang A
tetapi
arahnya berlawanan dengan arah A
.
3. k A
adalah vektor yang panjangnya k kali panjang A
, dengan arah yang
sama dengan A
jika k positif. Dan berlawanan dengan A
Sifat assosiatif.
Operasi t erhadap vektor.
RESULTAN DUA VEKTOR.
Untuk menentukan vektor resultan ( vektor pengganti ) 2 buah vektor dapat
dilakukan dengan cara :
A. Jajaran genjang vektor.
a. Penjumlahan dua vektor
b. Pengurangan dua vektor
Untuk Selisih dilakukan penjumlahan dengan lawannya (invers jumlah).
A B A ( B)
C. Keadaan istimewa
Dua vektor yang saling tegak lurus.
/R
/ = /A/ /B/
2 2
arah R
: tg = / / / / B
A
D. Penguraian sebuah vektor.
/vX / / / cosv
/vY // / sinv
/ /v /vX /2 /vY /2
E. Memadu/menjumlahkan beberapa vektor yang sebidang antara lain.
Ada beberapa cara untuk memadu beberapa vektor sebidang antara lain:
a. Cara Grafis.
1. Cara jajaran genjang.
vAB adalah resultan dariAdan B
2. Cara polygon
vR adalah resultan dariA, B
dan C
b. Cara analitis.
Masing-masing vektor diuraikan menjadi komponen-komponen vektor searah
sumbu x dan sumbu y dari sistem koordinat Cartesius.
Vektor v x = v cos v y = v sin
v1
v2
v3
1
2
3
v1 x = v cos 1
v2 x = v cos 2
v3 x = v cos 3
v1 y = v sin 1
v2 y = v sin 2
v3 y = v sin 3
Resultan /vR / = (vX) ( vY)
2 2
Arah resultan : tg =
v v Y
X
F. Kerangka Berpikir
Konsep menurut dasar teori di atas merupakan dasar pemikiran
yang masih bersifat abstrak.Sehingga untuk mengetahui apakah
seseorang memahami konsep maka diperlukan media untuk
menggambarkan konsep-konsep tersebut beserta hubungannya ke dalam
peta konsep.
Biasanya peta konsep dijadikan rangkuman materi serta untuk
mendeteksi miskonsepsi dalam pembelajaran. Penelitian ini akan
menguji apakah peta konsep dapat dijadikan alat evaluasi pemahaman.
siswa. Untuk itu diperlukan sistem skoring agar variable bebas yaitu
alat evaluasi dan variable terikat yaitu pemahaman siswa dapat terukur.
Kemudian variable-variabel tersebut akan dicari hubungannya satu
sama lain. Untuk mengetahui apakah peta konsep dapat dijadikan alat
evaluasi, maka akan digunakan tes pemahaman dalam bentuk essay
sebagai pembanding. Hasil skoring dari kedua bentuk tes akan
menunjukkan apakah alat evaluasi tertentu dapat digunakan untuk
G. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah adanya korelasi
antara skor pemahaman siswa dalam bentuk tes essay dengan skor tes
peta konsep siswa. Hipotesis tersebut diajukan dengan melihat bahwa
apabila hasil perolehan skor tes pemahaman siswa tinggi maka hasil
perolehan skor tes peta konsep siswa juga tinggi. Dan apabila hasil
perolehan skor tes pemahaman siswa rendah maka perolehan skor tes
peta konsep siswa juga rendah. Itu berarti siswa yang tingkat
pemahaman konsepnya tinggi, kemampuan membuat peta konsep juga
tinggi. Dan siswa yang tingkat pemahaman konsepnya rendah,
kemampuan membuat peta konsep juga rendah. Dengan demikian peta
konsep dapat dipakai sebagai salah satu alternatif untuk mengukur
44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian yang akan dilakukan bersifat deskriptif eksploratif dan
kuantitatif. Penelitian ini akan mendeskripsikan apakah peta konsep dapat
dijadikan alat evaluasi pemahaman siswa mengenai Besaran dan Satuan
serta vektor. Penelitian ini lebih dahulu akan mengungkap dan
mengeksplorasi pemahaman siswa mengenai konsep-konsep dalam materi
Besaran dan Satuan serta Vektor. Kemudian siswa dibimbing untuk
menyusun konsep-konsep tersebut dalam peta konsep. Selanjutnya,
peneliti akan mengevaluasi peta konsep tersebut dan membandingkannya
dengan alat evaluasi lain yaitu tes essay. Data yang diperoleh yaitu
berupa hasil tes atau skoring peta konsep.Data akan dianalisis secara
statistik yaitu dengan menggunakan korelasi Pearson.
B. METODE MENENTUKAN SUBJEK 1. Populasi
Suharsimi Arikunto (2006) menyatakan populasi adalah keseluruhan
subjek penelitian. Sementara itu Hadi (1984) mengemukakan populasi
Dari populasi diambil contoh atau sampel yang diharap mewakili
populasi. Dalam hal ini populasi penelitian adalah siswa SMA Santa
Maria, Yogyakarta kelas X.
2. Sampel
Proses mengambil subjek atau objek yang ada pada populasi disebut
dengan sampel. Tentang sampel, Arikunto mengemukakan bahwa
sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi (Arikunto,1999).
Dalam penelitian ini, peneliti mendapat kelas yang sudah ditentukan,
yaitu kelas Xb.Mengingat jumlah kelas X terdiri dari 6 kelas,
sedangkan peneliti hanya mendapat satu kelas, yaitu kelas Xb maka
penelitian ini memiliki sampel yang terbatas dan kurang mewakili
populasi. Untuk itu penelitian ini terbatas sebagai referensi bagi
peneliti.
C. VARIABEL PENELITIAN
Variabel merupakan sesuatu yang menjadi objek penelitan atau
Variabel dalam penelitian yakni:
1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah kondisi penelitian yang dimiliki individu
sebagai subjek penelitian (Coolican, 1994). Unsur yang menjadi
variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemahaman siswa
mengenai konsep-konsep yang terdapat dalam materi besaran dan
satuan serta vektor. Pemahaman tersebut akan diukur dengan tes
pemahaman siswa dalam bentuk tes pemahaman
2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah perilaku atau tanggapan yang diukur
(Coolican,1994). Hal yang menjadi variabel terikat dalam peneliti ini
adalah peta konsep yang akan dipergunakan sebagai alternatif alat
evaluasi pemahaman siswa pada pokok bahasan besaran dan satuan
D. DESAIN PENELITIAN
Bagan 1 Desain penelitian
Pemberian materi mengenai cara membuat peta konsep oleh pembimbing
Siswa membuat peta konsep berdasarkan materi yang telah ditentukan dengan bimbingan
Siswa melakukan latihan peta konsep berdasarkan materi yang telah ditentukan tanpa bimbingan
Evaluasi latihan peta konsep dan pembahasan di kelas
Mengulangi latihan membuat peta konsep hingga siswa benar-benar dapat membuat peta konsep
Mengadakan tes materi besaran dan satuan serta vektor dengan peta konsep
Mengadakan tes materi besaran dan satuan serta vektordengan tes bentuk essay pada hari yang sama
E.INSTRUMEN PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan dua macam instrumen yang meliputi:
1. Tes Peta konsep
Tes peta konsep ini digunakan untuk melihat pemahaman siswa
mengenai bahan materi yang akan diujikan. Berdasarkan ranah kognitif
taksonomi Bloom yang meliputi : ingatan, pemahaman dan aplikasi
(Wilantara, 2005:73), maka tes peta konsep akan menekankan
pemahaman siswa . Materi yang akan diujikan Besaran dan Satuan serta
vektor.
Siswa akan menerima bacaan mengenai materi Besaran dan
Satuan. serta vektor. Kemudian siswa memilih konsep-konsep yang harus
mereka susun dalam bentuk peta konsep.
2. Tes Pemahaman
Tipe soal lain adalah tes pemahaman dalam bentuk essay. Pemilihan tipe
soal berupa tes essay dikarenakan bentuk tes ini juga dapat menggali
pemahaman siswa. Berikut merupakan tabel kisi-kisi soal bentuk essay
yang menggambarkan hubungan variabel yang akan diukur, yaitu konsep
Berdasarkan kriteria pemahaman pada dasar teori, maka untuk menyusun
instrument tes pemahaman kriteria pemahaman dibatasi pada 5 hal yaitu:
1. dapat menyatakan pengertian konsep dalam bentuk definisi
menggunakan kalimat sendiri
2. dapat menganalisis hubungan antara konsep dalam suatu materi
3. memecahkan masalah fisika, baik secara teoritis maupun secara
praktis
4. dapat membedakan konsep yang satu dengan konsep lain yang
saling berkaitan.
5. dapat membedakan konsepsi yang benar atau salah dan dapat
dibuat peta konsep dari sub pokok bahasan
Penyusunan tes dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menentukan materi pokok.
2. Menentukan kriteria- kriteria pemahaman.
3. Menentukan indikator- indikator
4. Menyusun kisi-kisi yang memuat distribusi soal menurut indikator
yang akan diukur, materi dan kriteria-kriteria pemahaman.
Kisi-kisi soal tes pemahaman disajikan dalam tabel dibawah ini:
Tabel 4.
Kisi-kisi Tes Pemahaman
nantinya dapat
dibuat ke dalam
peta konsep dari
sub pokok bahasan
F. UJI KEANDALAN INSTRUMEN
Kualitas instrumen ditunjukkan oleh kesahihan dan keterandalannya
dalam mengungkapkan apa yang akan diukur. Suatu alat ukur disebut
memiliki validitas bilamana alat ukur tersebut isinya layak mengukur obyek
yang seharusnya diukur dan sesuai dengan kriteria tertentu (Chabib Thoha,
1991:109-110).
Untuk menjamin validitas instrumen dilakukan dengan menyusun
kisi-kisi soal seperti yang terdapat tabel 4 pada poin instrumen di atas dan kisi-kisi-kisi-kisi
umum seperti pada tabel 5 di bawah, sehingga akan tersusun secara valid.
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:162-163), kisi-kisi adalah sebuah tabel
yang menunjukkan hubungan antara hal-hal yang disebutkan dalam baris dan
Ada dua macam kisi-kisi yang harus disusun sebelum menyusun instrumen,
yaitu:
1. Kisi-kisi umum adalah kisi-kisi yang dibuat untuk menggambarkan semua
variabel yang akan diukur, dilengkapi dengan semua kemungkinan sumber
data, semua metode, dan instrumen yang dipakai.
2. Kisi-kisi khusus, yaitu kisi-kisi yang dibuat untuk menggambarkan
rancangan butir-butir yang akan disusun untuk sebuah instrumen
Berikut merupakan tabel yang berisikan kisi-kisi umum yang
menggambarkan semua variabel yang diukur.
Tabel 5.
Kisi-kisi Variabel yang diukur Variabel
penelitian
Sumber Data Metode Instrumen
Peta konsep
- Soal bentuk essay
Selain menyusun tabel kisi-kisi di atas, validitas instrumen juga
mencobakan instrumen sebelum dipakai untuk penelitian pada dua orang
siswa diluar kelas yang diuji. Dua siswa tersebut tidak termasuk dalam
kelompok sampel penelitian. Tujuan dari uji coba ini untuk mengetahui
apakah siswa memahami maksud soal yang ditanyakan.
G. TREATMEN
Treatmen adalah perlakuaan peneliti kepada apa yang mau diteliti agar
nantinya mendapatkan data yang di inginkan (Suparno,2000:23).
Treatmen yang diberikan kepada siswa :
1. Sebelum pembelajaran, siswa mendapat penjelasan materi mengenai cara
membuat peta konsep oleh pembimbing. Dari peta konsep sederhana
berlanjut ke peta konsep yang lebih kompleks.
2. Dalam materi tersebut siswa dibimbing untuk menentukan dan
mengidentifikasi konsep-konsep yang ada dalam suatu bacaan yang akan
diberikan.
3. Selanjutnya konsep-konsep yang sudah diidentifikasi akan didefinisikan
oleh siswa berdasarkan pemahaman mereka.
4. melatih siswa menyusun konsep-komsep tersebut ke dalam peta konsep.
5. setelah menyelesaikan peta konsep, siswa diminta untuk mengerjakan tes
H. METODE ANALISIS DATA
1. Penentuan Skor Tes Pemahaman
Skor tes pemahaman ditentukan dengan kriteria sebagai berikut:
Tabel 6
Kiteria Skoring Tes Pemahaman
No soal Kriteria Skor
1 Setiap jawaban benar, yaitu dapat
mendefinisikan besaran pokok dan
besaran turunan dengan tepat
Jawaban kurang tepat atau tidak
lengkap. yaitu apabila dalam
mendefinisikan kedua besaran tidak
tepat dan tidak lengkap
Jawaban salah, yaitu apabila salah
dalam mendefinisikan kedua
besaran.
dengan tepat. Masing-masing contoh
bernilai 0,5 (diharuskan memberi
contoh masing-masing besaran
sebanyak 2 buah)
Memberikan alasan yang tepat
0,5-2
mengapa dikelompokkan sebagai
besaran skalar atau besaran vektor
Jawaban salah 0
3 Setiap menyebutkan banyaknya
angka penting dengan tepat, maka
alasan pengukuran tegak lurus.
Jawaban kurang tepat, alasan tidak
masing-masing diberi skor 1.
Dapat menyebutkan hasil
pengukuran mikrometer sekrup
gaya dengan tepat
perhitungan benar, hasil kurang tepat
Jawaban salah
1
0,5
0
8 Analisis perhitungan vektor tepat
Setiap analisa yang diberi gambar,
mendapat skor 1
Setiap hasil perhitungan kurang tepat
Jawaban salah
Analisis vektor resultan kurang tepat
Analisis vektor resultan salah
2
1
0
10 Gambar vektor resultan benar
Analisis hubungan atau persamaan
vektor tepat
Analisis vektor resultan salah
1
1