• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMBELAJARAN BACA TULIS AL QUR'AN DENGAN METODE DEMONSTRASI SISWA KELAS V MIN MILANGEN SALAMAN TAHUN PELAJARAN 2007/2008 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMBELAJARAN BACA TULIS AL QUR'AN DENGAN METODE DEMONSTRASI SISWA KELAS V MIN MILANGEN SALAMAN TAHUN PELAJARAN 2007/2008 - Test Repository"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMBELAJARAN

BACA TU/LIS AL QUR'AN DENGAN METODE DEMONSTRASI

ISISWA KELAS V MIN M LANGEN SALAMAN

TAHUN PELAJARAN 2 0 0 7 / 2 0 0 8

S K R I P S I

Oleh:

SITI UTAMI

N IM :11406423

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

S A L A T I G A

(2)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMBELAJARAN

BACA TULIS AL QUR'AN DENGAN METODE DEMONSTRASI

SISW A KELAS V MIN M LANGEN SALAMAN

TAHUN PELAJARAN 2 0 0 7 / 2 0 0 8

S K R I P S I

<Diajukan untukjMemenu.fi Tugas

cfan Mefengfapi Syarat (juna MemperoCef

QelarSarjana cfalam iCmu Taroiyaf

Oleh:

SITI UTAMI

NIM: 11406423

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

S A L A T I G A

(3)

DEPARTEMEN AGAMA

SEKOLAH TINGGI ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

JL. Stadion No. 03 Telp. 323433, 323706, Kode Pos 50721 Salatiga

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lamp : 1 (satu) naskah Salatiga, 23 Agustus 2008 Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

Kepada

Yth. Ketua STAIN Di Salatiga

Assalamu 'alaikum Wr. Wb.

Bersama ini kami kirimkan naskah skripsi mahasiswa : Nama : Siti Utami

NIM :11406423

Program Studi : Pendidikan Agama Islam (PAI) Judul : UPAYA MENINGKATKAN

KEMAMPUAN PEMBELAJARAN BACA TULIS AL QUR’AN DENGAN METODE DEMONSTRASI SISWA KELAS V MIN MLANGEN SALAMAN TAHUN

PELAJARAN 2007/2008.

NIP. 150 299 493 Untuk diajukan dalam sidang Munaqasyah Skripsi

(4)

DEPARTEMEN AGAMA

SEKOLAH TINGGI ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

JL. Stadion No. 03 Telp. 323433,323706, Kode Pos 50721 Salatiga

PENGESAHAN SKRIPSI

JUDUL

NAMA NIM

PROGRAM STUDI

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMBELAJARAN BACA TULIS AL QUR’AN DENGAN METODE DEMONSTRASI SISWA KELAS V MIN MLANGEN SALAMAN, TAHUN PELAJARAN 2007/2008

SITI UTAMI 11406423

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

Salatiga, 23 Agustus 2008

Dewan Penguji

(5)

PRAKATA

Alhamdulillahi robbil ‘alamiin. Puji syukur kehadirat Allah SWT atas

petunjuk dan pertolongan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini

semata-mata adalah atas Rahmat Yang Maha Pengasih Lagi Penyayang.

Penulis menyadari bahwa telah banyak pihak yang memberikan bantuan

berupa dorongan, arahan dan data yang diperlukan mulai dari persiapan, tempat

dan pelaksanaan penelitian hingga tersusunnya skripsi ini. Untuk itu penulis

mengucapkan terima kasih kepada yang terhorm at:

1. Bapak Drs H. Muh Serozi, M. Ag selaku Pembantu Ketua Bidang Akademik.

2. Bapak Jaka Siswanta, M.Pd selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan

meluangkan waktu dan kesempatan dengan segala keikhlasannya memberikan

bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna sejak awal proses penyusunan

dan penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini.

3. Bapak-bapak dan Ibu-ibu Dosen Pengajar Akademik yang telah berkenan

memberikan ilmu pengetahuan Ketarbiyahan kepada penulis.

4. Bapak-bapak dan Ibu-ibu pengajar yang berkenan memudahkan urusan

administrasi dan membantu penulis.

5. Ibu Munfa’atun selaku Kepala Sekolah MIN Mlangen Salaman, yang telah

memberi izin untuk melakukan penelitian.

Magelang, 1 Agustus 2008

Penulis

(6)

HALAMAN MOTTO

Surat AI-Insyirah (hal 32-22) Ayat 1 -8

L$^$

(<jj} 43jj

(jj

«iH

jJl

v£«£j& liji ^ ly J y liiT

£« Ol^ (<jj) «ijO ^

(J 13

A rtin y a:

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang 1. Bukankah kami Telah melapangkan untukmu dadamu 7

2. Dan kami Telah menghilangkan daripadamu bebanmu, 3. Yang memberatkan punggungmu 7

4. Dan kami tinggikan bagimu sebutan (nama) mu,

5. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, 6. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

7. Maka apabila kamu Telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain,

8. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.

(7)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Ku persembahkan skripsi ini untuk :

1. Keluarga tercinta yang selalu mendukung dari awal semester sampai

pembuatan skripsi

2. Dosen pembimbing skripsi yang dengan keikhlasan dan kesabarannya

selalu memberikan arahan-arahan sampai terselesaikannya skripsi ini.

3. Semua dosen pengajar Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.

(8)

ABSTRAK

Siti Utami : Upaya Meningkatkan Kemampuan Pembelajaran Baca Tulis Al 11406423 Qur’an Dengan Metode Demonstrasi Siswa Kelas V MIN Mlangen Salaman Tahun Pelajaran 2007/2008. Skripsi Jurusan Tarbiyah, STAIN Salatiga 2008. Pembimbing : Jaka Siswanta, M.Pd

Kata Kunci : Meningkatkan Kemampuan Pembelajaran Baca Tulis Al Qur’an Metode Demonstrasi

Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui keberhasilan penggunaan metode demonstrasi dalam Pembelajaran Baca Tulis Al Q ur’an siswa kelas V MIN Mlangen Salaman Tahun Pelajaran 2007/2008.

Penelitian ini dilaksanakan pada semester II Tahun Pelajaran 2007/2008 di MIN Mlangen Salaman, Magelang, dengan penelitian kongkrit, dengan siswa kelas V sebagai obyek penelitian. Karena jumlah siswa kurang dari 100, maka seluruh populasi menjadi obyek penelitian, dengan teknik sampling, total sampling. Dengan teknik penelitian menggunakan metode dekomentasi, metode tes dan metode pengamatan. Penelitian mencakup kemampuan membaca dan menulis Al Qur’an dengan menggunakan metode demonstrasi.

(9)

HALAMAN JU D U L... i

HALAMAN PENGAJUAN SKRIPSI... ii

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

PRAKATA... v

HALAMAN M O T O ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN... vii

ABSTRAK... viii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR T ABEL... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB I : PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang M asalah... 1

B. Rumusan M asalah... 10

C. Tujuan Penelitian... 10

D. Manfaat Penelitian... 10

E. Hipotesis Tindakan... 11

F. Definisi Operasional... 11

G. Metode Penelitian... 14

BAB II : LANDASAN TEORI... 19

A. Meningkatkan Kemampuan Pembelajaran... 19

B. Metode Demonstrasi... 26

DAFTAR ISI

(10)

BAB I I I : PELAKSANAAN PENELITIAN... 34

A. Lokasi Penelitian... 34

B. Subyek Yang Diteliti... 34

C. Pelaksanaan Penelitian... 34

1. Siklus 1... 35

2. Siklus 2... 39

3. Siklus 3... 43

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 49

A. Hasil Penelitian... 49

B. Pembahasan... 51

BAB V : PENUTUP... 54

A. Kesimpulan... 54

B. Saran-saran... 54

DAFTAR PUSTAKA... 58

(11)

DAFTAR TABEL

Deskripsi Data

1. Tabel 1, Siklus I

Kemampuan membaca yang diperoleh siswa dalam pembelajaran

Baca Tulis Al Qur’a n ... 36

2. Tabel 2 Siklus I

Kemampuan menulis yang diperoleh siswa dalam pembelajaran

Baca Tulis Al Qur’a n ... 37

3. Tabel 3, Siklus II

Kemampuan membaca yang diperoleh siswa dalam pembelajaran

Baca Tulis Al Qur’a n ... 40

4. Tabel 4, Siklus II

Kemampuan menulis yang diperoleh siswa dalam pembelajaran

Baca Tulis Al Qur’a n ... 42

5. Tabel 5, Siklus III

Kemampuan membaca yang diperoleh siswa dalam pembelajaran

Baca Tulis Al Qur’a n ... 45

6. Tabel 6, Siklus III

Kemampuan menulis yang diperoleh siswa dalam pembelajaran

(12)

LAMPIRAN

I. LAMPIRAN 1

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1... 59

2. Soal-soal Latihan Siklus 1... 62

3. Kunci Jawaban Siklus 1... 62

II. LAMPIRAN 2

1. Rencana Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II... 63

2. Soal-soal Latihan Siklus II... 66

3. Kunci Jawaban Siklus I I ... 68

III. LAMPIRAN 3

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II I... 69

2. Soal-soal Latihan Siklus II I... 72

3. Kunci Jawaban Siklus III... 74

IV. LAMPIRAN 4

Hasil Tes Siklus I, II dan III... 75

(13)

BABI PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran dan pelestarian baca tulis Al Qur’an terkondisikan oleh

prioritas mengenalkan Al Qur'an pada anak-anak sejak dini mendahului

pembelajaran lainnya. Penanaman nilai-nilai Qurani dalam rumah tangga seolah-olah menjadi komitmen universal setiap keluarga muslim, sehingga

wajib belajar Baca Tulis Al Qur'an seolah-olah sudah m enyatu dengan

tumbuh kembang anak. Orang tua merasa wajib menyediakan waktu khusus mengajar Al Qur'an atau mengirimkan anaknya pada lembaga pendidikan

Baca Tulis Al Qur'an.

Tetapi, dalam pembelajaran banyak faktor yang mempengaruhi.

Sehingga belum tercapai sebagaimana yang diharapkan dan belum dapat

diwujudkan oleh semua jenjang dan jenis pendidikan Madrasah di Indonesia, khususnya di Madrasah Ibtidaiyah. Hal ini antara lain karena kondisi

lingkungan yang berbeda-beda, ruangan dan peralatan yang belum memenuhi syarat, dana yang terbatas dan kurang terarah penggunaannya, serta

kemampuan tenaga kependidikan yang masih perlu ditingkatkan. Hal terakhir

ini meliputi kemampuan dan disiplin mereka dalam melaksanakan proses belajar mengajar, dalam mengelola sarana dan dana, dan dalam

menyelenggarakan evaluasi belajar, serta kemampuan dan disiplin dalam memanfaatkan potensi yang ada pada masyarakat, baik orang tua siswa, pemerintah daerah maupun masyarakat lainnya. (Direktorat Pembinaan

PERGURA1S, 1999 : 3)

(14)

Keadaan seperti tersebut diatas lebih terasa pada madrasah yang berada

diluar Ibukota, Propinsi/Kabupaten dan diluar Kotamadya, didaerah

perbatasan dan daerah terpencil. Sebagaimana yang teijadi pada proses

pembelajaran Baca Tulis Al Qur’an siswa kelas V di MIN Mlangen Salaman.

Dalam kurikulum 2004 (Standar Kompetensi) disebutkan bahwa

tujuan pembelajaran Baca Tulis Al Qur'an sesuai dengan silabus untuk

siswa Sekolah Madrasah Kelas V yaitu mampu menerapkan kaidah ilmu

Tajwid dalam bacaan Al Q ur'an, dan memahami lafal dan arti hadist

tentang keutamaan memberi.

Rumusan Standar Kompetensi ini tidak selalu tercapai dalam proses

pembelajaran Baca Tulis Al Qur'an. Untuk mendukung pencapaian

kompetensi yang ditetapkan, diperlukan dukungan dari berbagai pihak yang

berkepentingan dalam pendidikan di Madrasah, baik pengelola Madrasah,

orang tua peserta didik, tokoh masyarakat, peserta didik, semua guru. Dalam

hal ini guru menjadi penentu dalam mencapai keberhasilan pembelajaran

sebab ia dituntut untuk melakukan kreasi agar tercipta suasana belajar yang

efektif. Dengan kata lain dibutuhkan guru yang professional.

Peningkatan dan pengembangan kemampuan profesional tersebut

meliputi, berbagai aspek antara lain kemampuan guru dalam menguasai

kurikulum dan materi pemgajaran, kemampuan dalam menggunakan metode

dan sarana dalam proses belajar mengajar, melaksanakan penilaian proses dan

hasil belajar, dan kemampuan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber

(15)

1. Dalam rangka penguasaan terhadap kurikulum, setiap guru harus

berupaya:

a. Mengkaji dan memahami struktur program kurikulum yang berlaku.

b. Memahami tujuan pengajaran.

c. Mengkaji materi pelajaran.

d. Mengkaji dan mengembangkan berbagai metode pengajaran yang

tercantum dalam kurikulum.

e. Mengetahui tata urutan penyajian dan alokasi waktu yang tersedia.

f. Mengkaji dan mengembangkan sarana belajar mengajar.

g. Mengkaji dan mengembangkan cara penilaian proses dan hasil belajar.

h. Mengembangkan kurikulum dalam program tahunan, program

semester dan persiapan mengajar.

i. Memahami buku pedoman dan petunjuk pelaksanaan kurikulum.

j. Memiliki buku referensi yang memadai, selain buku paket/buku

pegangan guru dan siswa yang sah sebagai bahan pengembangan

materi pelajaran.

k. Mengembangkan dan memanfaatkan sumber belajar.

2. Dalam rangka pembuatan program tahunan, program semester dan

rencana persiapan pembelajaran, setiap guru harus berupaya :

a. Membuat program semester, dengan melakukan hal-hal sebagai

berikut:

1) Menjabarkan alokasi waktu pada GBPP sesuai dengan waktu

(16)

2) Menjabarkan materi setiap pokok bahasan untuk mata pelajaran

yang diajarkan.

3) Melaksanakan program semester yang telah disusun.

4) Mengkaji hambatan yang dijumpai dalam penerapan program

semester sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya.

5) Mengkaji dan menetapkan metode dan sarana belajar yang

diperlukan dalam setiap pokok bahasan.

b. Membuat rencana persiapan pembelajaran dengan memperhatikan

hal-hal sebagai berikut:

1) Sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai guru harus sudah

membuat rencana persiapan pembelajaran.

2) Rencana persiapan pembelajaran dimaksud harus diketahui dan

diteliti oleh Kepala Madrasah sebelum disajikan.

3) Dalam membuat rencana persiapan pembelajaran guru harus:

a) Merumuskan tujuan pengajaran.

b) Mengembangkan bahan pengajaran.

c) Mengembangkan metode mengajar yang sesuai.

d) Mamilih dan mengembangkan alat peraga yang sesuai.

e) Memilih/memanfaatkan sumber belajar yang sesuai.

f) Mengembangkan alat penilaian yang dapat menunjang

(17)

3. Dalam rangka penguasaan dan penggunaan metode, pembuatan alat

peraga dan pendayagunaan alat praktek, setiap guru harus berupaya:

a) M emilih serta mengembangkan berbagai metode mengajar.

b) Mengembangkan alat peraga.

c) Mendayagunakan seoptimal mungkin semua alat pelajaran.

d) Memanfaatkan Kelompok Kerja Guru untuk membantu sesama guru

dalam pemanfaatan alat pelajaran.

4. Dalam rangka pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, setiap guru harus

memperhatikan hal-hal sebagai berik u t:

a) Mengatur ruangan dan menciptakan suasana belajar mengajar yang

sesuai dan menyenangkan.

b) Menciptakan suasana interaksi belajar mengajar yang hidup.

c) Menyajikan materi pelajaran secara sistematis.

d) Membuat kesimpulan materi yang telah disajikan.

e) Melaksanakan ulangan harian dan ulangan umum.

f) Memotivasi siswa untuk berpartisipasi dalam proses belajar mengajar.

g) Membuat catatan/batas pelajaran.

5. Pelaksanaan program perbaikan dan pengayaan, antara lain dilakukan

dengan :

a) Mengukur taraf penguasaan minimal baik perorangan maupun

(18)

b) Perbaikan program dengan cara :

- Memberikan penjelasan kembali materi yang belum dikuasai.

- Memberikan tugas tambahan baik di dalam maupun di luar jam

tatap muka.

c) Memberikan pengayaan kepada siswa yang telah menguasai bahan

pengajaran.

d) Membantu kawan-kawannya yang belum mencapai ketuntasan baik

kelompok maupun perorangan berupa membaca/mempelajari bahan baru atau tugas lain, yang waktu pelaksanaannya dapat dilakukan di dalam maupun di luar jam tatap muka. (Depag, 1999 : 15)

Peserta didik dipandang sebagai makhluk Allah dengan fitrah yang

dimiliki sebagai individu dan makhluk sosial. Seperti peserta didik memiliki

perbedaan minat (interest), kemampuan (ability), kesenangan (preference), pengalaman, cara belajar (learning style) dan kecerdasan (intelegency).

(Depag, 2003 :2).

Berdasarkan kutipan di atas maka timbulah permasalahan dalam pembelajaran Baca Tulis Al Qur'an. Peserta didik dalam satu kelas biasanya

memiliki kemampuan yang beragam yang pandai, sedang, dan kurang. (Depag, 2003:17) Sebenarnya tidak ada peserta didik pandai dan bodoh,

yang lebih tepat adalah peserta didik dengan kemampuan lambat atau cepat

dalam belajar. Dalam materi yang sama, bagi peserta didik yang satu memerlukan satu atau dua kali pertemuan untuk dapat memahami isinya, namun bagi peserta didik lain perlu tiga atau empat kali pertemuan untuk

(19)

Untuk itu guru perlu mengatur kapan peserta didik bekerja secara

perorangan, berpasangan, berkelompok, atau klasikal. Jika kelompok, kapan

peserta didik yang kurang dan kapan peserta didik dikelompokkan secara

campuran berbagai kemampuan sehingga teijadi tutor sebaya.

Kecenderungan kegiatan belajar mengajar seringkah sulit diwujudkan

dalam praktek kegiatan belajar mengajar di kelas. Hal ini karena proses

belajar mengajar yang melibatkan guru dan siswa pelaksanaannya masih belum maksimal. Seperti halnya dalam proses belajar mengajar pada mata

pelajaran Baca Tulis Al Qur'an masih ditemukan gejala rendahnya penguasaan materi pembelajaran. Pada sisi lain strategi penyampaian materi pembelajaran bertumpu pada metode-metode secara monoton. Dampaknya

kegiatan pembelajaran tidak interaktif, kurang menarik, dan terkesan

mengejar target penyelesaian pokok bahasan.

Keberhasilan sebuah kegiatan pembelajaran sangat tergantung pada

faktor motifasi dan metode. Motifasi merupakan daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu aktifitas. Ada dua jenis motifasi yakni

motifasi dari dalam diri peserta didik (instrinsik) dan motifasi yang berasal

dari luar peserta didik (ekstrinsik). (Depag, 2003: 8).

Berdasarkan kutipan diatas dan pengalaman penulis, maka pemecahan

masalah yang dihadapi dalam pembelajaran Baca Tulis Al Qur'an adalah

dengan cara memotifasi dan menggunakan metode yang tepat. Dalam tindakan kelas ini penulis menggunakan metode demontrasi. Selain itu

peserta didik juga akan lebih tertarik jika materi yang dipelajari berguna atau

penting bagi dirinya.

(20)

Hal ini dikaitkan dengan kecenderungan yang ada dalam dirinya, seperti

bakat, minat dan pengetahuan yang selama ini dimiliki. Untuk itu kegiatan

pembelajaran perlu melihat kecenderungan ini agar materi yang dipelajari

berguna bagi peserta didik.

M elihat kenyataan bahwa proses pembelajaran Baca Tulis Al

Qur'an belum sesuai yang diharapkan di sekolah, maka dalam rangka

meningkatkan kualitas sumber daya manusia, perlu ditetapkan strategi

pengembangan komponen yang terkait secara terpadu, dengan

memprioritaskan 6 (enam) komponen pengembangan sebagai b erik u t:

1. Pengembangan kemampuan professional guru, yang m eliputi:

a) Penguasaan kurikulum dan materi pelajaran.

b) Penguasaan pendekatan/metode, pembuatan alat bantu/media

pengajaran dan pendayagunaan alat laboratorium/alat praktek.

c) Pembuatan program semester dan program persiapan mengajar.

d) Kegiatan belajar mengajar.

2. Pengembangan Pengelolaan Lingkungan, Prasarana dan Sarana yang

meliputi:

a) Pengelolaan lingkungan.

b) Pengelolaan prasarana dan sarana.

3. Pengelolaan Sekolah.

a) Penyusunan program.

(21)

c) Prosedur dan mekanisme keija.

d) Supervisi, monitoring, evaluasi dan pelaporan.

e) Peningkatan disiplin kepala sekolah.

f) Peningkatan disiplin guru.

g) Peningkatan disiplin siswa.

h) Pengelolaan dana.

4. Pengembangan Supervisi, m eliputi:

a) Aspek-aspek yang disupervisi.

b) Sasaran supervisi.

c) Metode dan teknik supervisi.

d) Program pembinaan.

e) Alat-alat supervisi.

5. Pengembangan Tes dan Penilaian Belajar

a) Mekanisme tes dan penilaian belajar.

b) Kemampuan guru mengelola tes dan penilaian belajar

c) Prinsip-prinsip dasar penilaian.

6. Hubungan Sekolah dan masyarakat m eliputi:

a) Hubungan sekolah dengan orang tua siswa.

b) Hubungan sekolah dengan dunia usaha dan tokoh masyarakat.

c) Hubungan sekolah dengan lembaga pendidikan lain.

(22)

B. Rumusan Masalah

Pokok permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berik u t:

1. Adakah peningkatan aktifitas siswa didalam pembelajaran Baca Tulis Al

Qur'an dengan menggunakan metode demonstrasi pada Siswa Kelas V

MIN Mlangen Salaman ?

2. Adakah peningkatan prestasi siswa didalam pembelajaran Baca Tulis Al

Qur'an dengan menggunakan metode demonstrasi pada Siswa Kelas V

MIN Mlangen Salaman ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk menegetahui apakah penerapan pembelajaran dengan metode

demonstrasi dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam mata pelajaran

Baca Tulis Al Quran.

2. Untuk mengetahui apakah penerapan pembelajaran dengan metode

demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata

pelajaran Baca Tulis Al Quran.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi yang jelas

tentang penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran Baca Tulis Al

Quran. Dan informasi tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat teoritik

(23)

1. Secara teoritik, diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi

pengembangan pendidikan pada umumnya dalam bidang Baca Tuls Al

Qur’an, khususnya dapat memperkaya khasanah dunia Pendidikan Islam

yang diperoleh dari penelitian.

2. Secara praktis, apabila terbukti bahwa penggunaan metode demonstrasi

ini dapat meningkatkan kualitas dan hasil belajar siswa, maka dapat

dimanfaatkan penggunaan metode demonstrasi ini dalam pembelajaran

Baca Tulis Al Quran di sekolah lain.

E. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah :

1. Strategi pembelajaran dengan metode demonstrasi dapat meningkatkan

aktifitas siswa dalam belajar mata pelajaran Baca Tulis Al Quran.

2. Strategi pembelajaran dengan metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Baca Tulis Al Q uran siswa

kelas V di MIN M langen Salaman.

F. Definisi Operasional

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu perubahan yang relatif permanen dalam

suatu kecenderungan tingkah laku yang merupakan hasil latihan

penguatan. Penguatan itulah yang merupakan sebab adanya perubahan

tersebut. Kita mengatakan bahwa siswa telah mengalami belajar bila ia

dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya ia tidak dapat melakukannya

(Ahmad Tafsir, 1995:60).

(24)

Bertitik tolak pada pendapat di atas, dapat dipahami bahwa

belajar merupakan proses yang lebih banyak terjadi (dialami) siswa,

sedang mengajar merupakan kegiatan yang lebih dominan dialami oleh

guru, m eskipun antara kegiatan belajar dan kegiatan mengajar

merupakan dua kegiatan yang berbeda namun keduanya saling

berkaitan dengan tujuan akhir yang sama.

2. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran yaitu proses yang menekankan pada pola interaksi

antara guru dan murid yang erat hubungannya dengan mengajar dan

belajar ( WJS Poerwodarminto, 1986 : 22).

Suatu kegiatan yang menyangkut pembinaan anak mengenai segi

kognitif dan psikomotor semata-mata, yaitu supaya anak lebih banyak

pengetahuannya, lebih cakap, berpikir kritis, sistematis dan obyektif, serta

terampil dalam mengerjakan sesuatu.(Mimbar Pendidikan, 1974)

Pengajaran (O nderwijs) itu tidak lain dan tidak bukan ialah salah

satu bagian dari pendidikan. Jelasnya, pengajaran tidak lain ialah

pendidikan dengan cara memberikan ilmu atau pengetahuan serta

kecakapan. (Ahmad Tafsir, 1995:7)

Dari pendapat-pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada

(25)

3. Pengertian Al Quran

Menurut pendapat Subhi Salih bahwa Al Quran merupakan kalam

Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad S A W secara mutawatir

yang tertulis dalam bentuk mushaf dan membacanya sebagai ibadah. Dan

pendapat di atas maka sebagai umat Islam mempunyai kewajiban untuk mempelajannya. Selain membaca Al Quran merupakan sebuah ibadah

juga sebagai pegangan hidup agar mendapat keselamatan di dunia dan

akhirat. (Depag, 1993:5)

4. Pengertian Membaca Al-Qur’an

Pengertian membaca Al-Q ur’an adalah kecakapan yang

diperagakan oleh siswa dalam membaca Al-Q ur’an dilihat dari tiga

komponen utama yaitu makhraj, tajwid dan kelancaran bacaan makhraj

berkaitan dengan pengucapan huruf-huruf arab secara benar dan jelas.

Tajwid merupakan ilmu yang terkait dengan cara membaca Al-Qur’an.

Kelancaran bacaan diukur dari kecepatan siswa membaca dan

merangkai kata perkata secara benar. (Anonim,2008:50)

5. Pengertian Menulis Al-Qur’an

Menulis adalah suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan

atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara (W.J.S

Poerwodarminto, 2007:1304). Adapun kemampuan menulis

kemampuan menulis Al Q ur’an adalah kecakapan yang diperagakan

oleh siswa dalam menulis Al-Qur’an meliputi huruf-huruf yang

dirangkai menjadi satu kalimat ataupun ayat-ayat A l-Q ur'an maupun

sakai dan tanda baca dengan benar.

(26)

6. Pengertian M etode D em onstrasi

a. Metode Demonstrasi adalah cara yang digunakan dalam penyajian

pelajaran dengan meragakan bagaimana membuat, mempergunakan

serta mempraktekan suatu benda atau alat baik asli maupun tiruan, atau

bagaimana mengeijakan sesuatu perbuatan atau tindakan yang mana

dalam memperagakan disertai dengan penjelasan lisan. (Darwyn Syah,

152)

b. Pengertian Metode

Metode yaitu merupakan cara-cara yang digunakan guru untuk

menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan

(Darwyn Syah, 133). Dalam kegiatan mengajar makin tepat metode

yang dipergunakan maka makin efektif dan efisien yang pada akhirnya

mengantarkan dan menunjang keberhasilan siswa dan keberhasilan

mengajar yang dilakukan guru.

G. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang penulis tetapkan di atas berupa

penelitian tindakan kelas. Sedangkan prosedur yang penulis lakukan dan

langkah-langkah penelitian tindakan kelas tersebut mengikuti prinsip-

prinsip dasar yang berlaku dalam tata tertib penelitian tindakan kelas yang

(27)

Menurut Suharjono (2007) penelitian tindakan kelas adalah

penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan

memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. Penelitian tindakan

kelas berfokus pada kelas atau pada proses belajar mengajar yang teijadi di

kelas, bukan pada input kelas (Silabus materi dan lain-lain) ataupun output

(Hasil belajar). Penelitian tindakan kelas harus tertuju atau mengenai hal-

hal yang terjadi di dalam kelas.

Definisi tersebut diatas dipeijelas oleh Suharsimi Arikunto (2008:2)

yang menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah sebuah kegiatan

penelitian yang dilakukan di kelas.

Dari kedua pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa secara

terperinci tahapan-tahapan dalam rancangan penelitian tindakan kelas

adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan tindakan

b. Pelaksanaan tindakan

c. Observasi

d. Analisis dan refleksi tindakan

2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian tindakan kelas adalah siswa kelas V berjumlah

24 siswa dan guru mata pelajaran Baca Tulis Al Quran di MIN Mlangen,

Salaman. Dasar pertimbangan pilihan subyek yakni perlunya penerapan

tindakan dalam pembelajaran Baca Tulis Al Quran.

(28)

3. Langkah-langkah Siklus

Sesuai dengan jenis penelitian yang penulis pilih yaitu penelitian

tindakan kelas, maka tindakan ini menggunakan model penelitian tindakan

Kemmis dan Taggant (dalam Arikunto Suharsini, 2002:83), yaitu

berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap

siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observasi

(pengamatan) dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya

adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan dan refleksi.

Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa

identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan

kelas dapat dilihat pada gambar berikut in i:

Rencana

1. Rancangan / rencana awal, sebelum mengadakan penelitian menyusun

rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan termasuk di

(29)

2. Kegiatan dan pengamatan meliputi tindakan yang dilakukan oleh

peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta

mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya pembelajaran

kontekstual model pengajaran berbasis tugas.

3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau

dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan

yang diisi oleh pengamat.

4. Rancangan / rencana yang direvisi, berdasar basil refleksi pengamat

membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus

berikutnya. Observasi dibagi dalam tiga putaran yaitu piaran 1,2 dan3

dimana masing-masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur

kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang

diakhiri dengan tes formatif diakhir masing-masing putaran. Siklus ini

akan berkelanjutan dan akan dihentikan sesuai dengan kebutuhan

setelah dirasa cukup.

4. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode :

a. Metode Dekomentasi

Metode Dekomentasi dalam penelitian ini digunakan untuk

menjajagi data tentang belajar baca Tulis Al Qur’an.

b. Metode Tes

Metode Tes dalam penelitian ini untuk menjajagi prestasi

belajar Baca tulis Al Qur’an.

(30)

Metode Pengamatan dalam penelitian ini digunakan untuk

memperoleh data penelitian, aktivitas siswa selama proses

pembelajaran baca Tulis Al Qur’an.

5. Teknik Analisis Data

Dalam rangka menyusun dan mengelola data yang terkumpul,

sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat di pertanggung

jawabkan maka digunakan analisis data kuantitatif dan kualitatif. Dalam

penelitian ini ada dua instrumen yang digunakan tes hasil belajar untuk

mengukur penguasaan materi pembelajaran, sedang aktifitas siswa dalam

kegiatan belajar mengajar dianalisis dengan menggunakan statistik

deskriptif, sedang interpretasi hasil dianalisis secara kualitatif.

- Statistik Deskriptif

Rumus yang dipakai adalah

/> = — xl00% N

F = frekuensi

N= jumlah subjek

(31)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Meningkatkan Kemampuan Pembelajaran Baca Tulis Al Qur’an

1. Pengertian Meningkatkan

Upaya peningkatan kualitas mutu pendidikan merupakan tugas

besar dan beijangka waktu panjang, karena masalahnya menyangkut

masalah pendidikan anak bangsa, meningkatkan kualitas mutu pendidikan

harus melalui proses pembelajaran yang baik dan terarah.

Meningkatkan adalah bertambahnya untuk memenuhi suatu

keinginan atau dorongan keinginan terhadap sesuatu (WJS Poerwodarminto,

2007:1304). Meningkat juga berarti usaha seseorang untuk mencapai

sesuatu yang diinginkan dan tidak berhenti sebelum tercapai tujuan tersebut.

Seseorang dikatakan meningkat dalam usaha untuk mencapai sesuatu yang

dihajatkan atau yang dicita-citakan dengan berbagai jalan, seseorang yang

ingin meningkat tidak mengenal lelah asalkan keinginannya terwujud.

Seseorang yang mengalami peningkatan adalah orang yang hari ini lebih

baik dari hari kemarin.

2. Pengertian Belajar

Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan

latihan. Artinya, tujuan kegiatan belajar ialah perubahan tingkah laku baik

yang menyangkut pengetahuan, ketrampilan maupun sikap bahkan

meliputi segenap aspek organisasi atau pribadi. Kegiatan belajar mengajar

(32)

seperti mengorganisasi pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar

mengajar, menilai proses dan hasil belajar (Depag, 1993:14).

Ada juga yang berpendapat bahwa belajar merupakan suatu

perubahan yang relatif permanen dalam suatu kecenderungan tingkah laku

yang merupakan hasil latihan penguatan. Penguatan itulah yang

merupakan sebab adanya perubahan tersebut. Belajar terjadi antara sebab

dan hasil tersebut. Kita mengatakan bahwa siswa telah mengalami belajar

bila ia dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya ia tidak dapat

melakukannya (Ahmad Tafsir, 1993:60)

Umar Hamalik (1990:4) mengatakan bahwa, belajar adalah suatu

proses perubahan tingkah laku melalui interaksi antara individu dan

lingkungan. Hasil kegiatan belajar mengajar tercermin dalam perubahan

perilaku, baik secara material, substansial, structural, fungsional maupun

secara behavioran.

Proses dalam hal ini, merupakan urutan kegiatan yang berlangsung

secara berkesinambungan, bertahap, bergilir, berkeseimbangan dan

terpadu, yang secara keseluruhan mewarnai dan memberikan karakteristik

terhadap belajar mengajar itu. Berkesinambungan berarti kegiatan

instruksional itu berlangsung terus menerus yang sesungguhnya tidak

pernah berhenti pada satu titik akhir, kendatipun tujuan terminal atau

tujuan akhir dinyatakan telah tercapai.

(33)

tampak atau yang dapat diamati, yakni berupa tindakan fisik atau

jasmaniah, sedangkan aspek fungsi adalah tindakan atau perbuatan yang

menunjukkan kepada unsur rohaniah.

Interaksi adalah saling mempengaruhi yang bermula saling

berhubungan antara komponen-aspek-unsur yang satu dengan yang

lainnya, misalnya interaksi antara individu dan lingkungannya. Dan dapat

juga terjadi kondisi yang interaktif, edukatif atau interaksi instruktural

sehingga dapat tercapai tujuan belajar mengajar yang telah ditetapkan.

Pada gilirannya membawa pemikiran kita kearah prosedur instruksional

yang mencakup strategi belajar mengajar dan media instruksional serta

sumber-sumber belajar yang berdaya guna dan berhasil guna sehingga

pengajaran itu menjadi efektif.

Individu adalah satu kesatuan yang tak terbagi, misalnya individu

siswa yang memiliki karakteristik sendiri-sendiri sehingga individu yang

satu dan individu lainnya berbeda, baik secara horizontal (mental, emosional, sosial dan personal) maupun secara vertikal (berbeda dalam segi jasmani). Setiap individu berada dalam situasi tumbuh dan

berkembang, merupakan suatu kesatuan yang potensial yang jika disediakan lingkungan yang serasi, pertumbuhan dan perkembangan itu berlangsung lebih terarah dan lebih cepat.

Lingkungan adalah mencakup semua hal yang berpengaruh dan bermakna bagi individu. Lingkungan belajar dalam kelas meliputi unsur- unsur guru, fasilitas belajar, peralatan dan perlengkapan serta kelompok atau individu-individu siswa lainnya. Lingkungan belajar harus diciptakan agar siswa dapat belajar dengan efektif.

(34)

Dan pendapat dan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa proses

belajar merupakan proses yang lebih banyak teijadi (dialami) siswa,

sedang mengajar merupakan kegiatan yang lebih dominan dialami oleh

guru, meskipun antara kegiatan belajar dan kegiatan mengajar merupakan

dua kegiatan yang berbeda namun keduanya saling berkaitan dengan

tujuan akhir yang sama, yakni bagaimana supaya teijadi perubahan yang

optimal pada diri siswa.

3. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu proses yang berfungsi untuk

membimbing siswa di dalam kehidupannya. Yakni membimbing siswa

sesuai dengan tugas-tugas perkembangan, yang harus dijalani oleh seorang

siswa. Tugas perkembangan tersebut mencakup kebutuhan individu

sebagai anggota masyarakat dan sebagai makhluk ciptaan Allah SWT

(Depag, 1993:41)

Sementara itu Sikun Pribadi mengatakan bahwa , pembelajaran

adalah suatu kegiatan yang menyangkut pembinaan anak mengenai segi

kognitif dan psikomotor semata-mata, yaitu supaya anak lebih banyak

pengetahuannya, lebih cakap berpikir kritis, sistematis dan obyektif serta

terampil dalam mengerjakan sesuatu. (Ahmad Tafsir, 1995:7)

Dalam pengertian yang lain pembelajaran sering diartikan sama

dengan kegiatan mengajar. Yakni teijadinya dua aktivitas yang berbeda

antara pihak guru dengan pihak siswa. Aktivitas guru adalah mengajar

(35)

Adapun yang dimaksud dengan Al Qur’an dalam terminologi para

ulama seperti dijumpai dalam berbagai kitab Ulumul Qur’an dan buku-

buku lain yang membahas tentang ini, satu samalain ternyata berbeda-beda,

disamping ada pula unsur-unsur persamaan, namun demikian ada

sebagian ulama yang mencoba merumuskan definisi (ta’rif) Al Qur’an

dengan batasan yang relatif representatif. Di antaranya Shibhi Al Shalih,

yang merumuskan Al Qur’an adalah kitab (yang berfungsi sebagai kitab)

mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad S.A.W., yang tertulis

di dalam mushaf-mushaf dan dinukilkan (diriwayatkan) dengan jalan yang

mutawatir dan membacanya dianggap ibadah. (Depag, 1993 : 5)

Senada dengan Al - Shalih, tapi sedikit lebih lengkap, yakni

Muhammad Ali Al - Shabuni menta’rifkan Al Qur’an adalah firman Allah

(yang berfungsi sebagai mukjizat) diturunkan kepada penutup Nabi dan

Rosul (Muhammad) dengan melalui perantaraan Al - Amin - Jibril As,

yang tertulis dalam mushaf-mushaf, dinukilkan kepada kita dengan jalan

mutawatir diawali dengan surat Al Fatikhah dan ditutup dengan surat Al

Nas. (Depag, 1993:5)

Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ta’rif Al

Qur’an yang dikemukakannya itu dapat diterima (disepakati) oleh para

ulama. Bahwa Al Qur’an adalah “Wahyu allah SWT, dalam bentuk lafal

Arab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, dengan melalui malaikat

Jibril As dan membacanya dianggap sebagai ibadah.

(36)

B. Metode Demonstrasi

1. Pengertian Metode

Metode ialah cara yang paling tepat dan cepat dalzpn melakukan

sesuatu. (Ahmad Tafsir, 1995 : 9) Karena metode berarti cara yang paling

tepat dan cepat, maka untuk kerja dalam suatu metode h^rus diperhitngkan

benar-benar secara ilmiah. Karena itulah suatu metode selalu merupakan

hail exsperimen. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode

pengajaran agama Islam adalah cara yang paling tepat dan cepat dalam

mengajarkan agama Islam. Pengajaran tepat ialah pengajaran bagi murid.

Sedangkan pengajaran cepat adalah pengajaran yang tidak memerlukan

waktu yang lama.

Ada juga yang berpendapat bahwa metode adalah cara yang di

dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai sesuatu tujuan (Depag,

1993: 145). Hal ini berlaku baik bagi guru maupun bagi siswa. Makin baik

metode itu, makin efektif juga pencapaian tujuan. Dengan memiliki

pengertian secara umum mengenai sifat berbagai metode, baik mengenai

kebaikan-kebaikannya maupun mengenai kelemahan-kelemahannya.

Seseorang akan lebih mudah menetapkan metode yang paling tepat untuk

situasi dan kondisi yang khusus dihadapinya.

Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara

mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur. Tetapi ada

juga pengertian lain, metode mengajar adalah tehnik penyajian yang

(37)

siswa di dalam kelas, baik secara individual atau secara kelompok /klasikal,

agar pelajaran itu dapat diserap dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik.

(Depag, 1993 : 142)

Seorang guru akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik

apabila ia menguasai dan mampu melaksanakan ketrampilan mengajar

dengan menggunakan metode yang sesuai dengan pelajaran, tujuan dan

pokok bahasan yang diajarkannya. Bahan belajar yang telah dikuasainya

belum tentu dapat dicerna oleh siswa bila tidak disampaikan dengan baik.

Proses penyampaian ini memerlukan kecakapan khusus. Dengan demikian

perlu penguasaan guru terhadap metode penyampaian agar para siswa

tidak pasif, melainkan terlibat aktif dalam interaksi belajar mengajar.

Seorang guru yang cakap dan disegani adalah guru yang menguasai setiap

metode sehingga para siswa terangsang untuk terus belajar.

Guru hendaknya memiliki pengetahuan yang cukup tentang alat-

alat dan media sebagai alat komunikasi, guna lebih mengefektifkan proses

belajar mengajar. Tiap setiap media / alat sesuai dengan setiap kondisi

belajar mengajar sehingga diperlukan pula keterampilan untuk memilih

dan menggunakan, serta mengusahakan media dengan baik. Memilih

media pendidikan harus sesuai dengan tujuan materi, metode serta

kemampuan guru dan minat siswa. Hal ini penting untuk diketahui karena

metode mengajar bersifat individual. Artinya seorang guru mungkin dapat

menggunakan suatu metode baik, sementara yang lain belum tentu

demikian Karena itu penggunaan suatu metode, ataupun perangkat

(38)

peralatan tidak dapat dipaksakan pada seorang guru, yang terpenting

adalah bagaimana gaya interaksi itu dapat mencapai tujuan, melalui

tumbuhnya hubungan yang positif dengan para siswa. Hal lain yang tak

kalah pentingnya adalah kemampuan untuk mengusahakan dalam proses

belajar mengajar.

Sebagai seorang pendidik, guru perlu mempertimbangkan metode

apa yang akan digunakan untuk menyajikan pesan pembelajaran, karena

memang tidak semua metode sesuai dan dapat digunakan untuk setiap

bidang studi yang akan diajarkan oleh guru kepada muridnya.

Metode dalam mengajar berperan sebagai alat untuk menciptakan

proses mengajar dan belajar. Dengan metode ini diharapkan terjadi

interaksi belajar mengajar antara siswa dengan guru dalam proses

pembelajaran. Interaksi belajar mengajar sering disebut juga dengan

interaksi edukatif. Dalam interaksi edukatif baik siswa maupun murid

menjalankan tugas dan peran masing-masing. Adapun kedudukan metode

dalam pengajaran menurut Syaiful Bahri Djamarah : kedudukan metode

dalam pengajaran m eliputi: 1) Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik, 2)

Metode sebagai strategi pengajaran, 3) Metode sebagai alat mencapai

tujuan. (Darwyn Syah, 2007:134)

Dalam pemilihan metode juga harus mempertimbangkan tujuan

khusus yang hendak dicapai dan keadaan siswa yang mengikuti kegiatan.

Metode juga alat mencapai tujuan. Tujuan pengajaran tidak akan pernah

(39)

tidak digunakan dalam kegiatan pengajaran. Komponen tersebut adalah

metode mengajar. Dengan adanya metode mengajar siswa dapat

dihubungkan dengan bahan atau sumber belajar. Dengan perantara metode

pengajaran ini siswa dapat menguasai bahan pelajaran yang tercermin

dalam perubahan tingkah laku baik kognitif, avektif maupun psikomotor

yang merupakan tujuan dari pengajaran.

Dalam kegiatan belajar mengajar terdapat beberapa metode.

Sebagai bahan pembanding penulis akan memaparkan beberapa metode,

antara la in :

1. Metode Ceramah a. Pengertian

Metode ceramah ialah sebuah bentuk interaksi melalui

penerangan dan penuturan secara lisan oleh seorang guru terhadap

kelasnya. Dalam pelaksanaan ceramah untuk menjelaskan

uraiannya, guru dapat menggunakan alat-alat pembantu.

Metode ceramah mempunyai kebaikan-kebaikan dan kelemahan-

kelemahan

b. Kebaikan-kebaikannya antara lain :

1. Guru menguasai seluruh kelas karena ketertiban kelas mudah

dijaga

2. Organisasi kelas sederhana

3. Dapat memberikan penjelasan yang sama kepada sejumlah siswa tentang bahan pelajaran yang sukar dan penting dalam

waktu yang relatif singkat

(40)

4. Hal-hal yang penting dan mendesak dapat segera disampaikan

kepada para siswa

5. Melatih murid untuk menggunakan pendengarannya dengan

baik serta menangkap dan menyimpulkan isi ceramah dengan

cepat dan tepat

c. Kelemahan-kelemahannya antara lain :

1. Guru tidak bisa mengetahui secara pasti sampai dimana para

siswa telah mengerti (memahami) keterangan-keterangan guru

2. Dalam diri sisiwa besar kemungkinan akan terbentuk konsep-

konsep yang lain dari pada kata-kata yang dimaksudkan oleh

guru. Kesukaran utama bagi murid terletak dalam memahami

dan menafsirkan istilah-istilah

3. Siswa cenderung bersifat pasif

4. Para siswa sukar mengkonsentrasikan perhatian mereka

terhadap keterangan guru terutama pada siang guru dan sore

hari (Depag, 1993 : 146)

2. Metode Tanya Jawab

a. Pengertian

Metode Tanya jawab dalam belajar adalah penggunaan

pertanyaan sebagai stimulasi dan jawaban-jawabannya merupakan

pengarahan dalam aktifitas belajar murid-murid.

Metode tanya jawab mempunyai kebaikan-kebaikan atau

(41)

b. K eb a ik an -k e b a ik a n n y a :

1. Guru dapat mengetahui bahan pelajaran yang masih kabur atau

belum dipamahi oleh siswa.

2. Baik sekali untuk melatih murid agar berani mengembangkan

pendapatnya dengan lisan secara teratur.

3. Murid-murid dapat menanyakan langsung kepada guru tentang

bahan pelajaran yang sulit.

4. Kelas akan hidup karena siswa aktif berpikir atau

menyampaikan pikirannya melalui berbicara dan murid menjawab atau memberikan penjelasan.

c. Kelemahan-kelemahannya:

1. Waktu yang digunakan kadang-kadang tidak sesuai dengan

hasil yang diperoleh, karena apabila terjadi perbedaan pendapat

akan banyak waktu terpakai untuk menyelesaikannya.

2. Kemungkinan akan teijadi penyimpangan perhatian dari pokok

permasalahan, terutama bila terdapat jawaban-jawaban yang menarik perhatian, tetapi bukan sasaran yang dituju.

3. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kadang-kadang hanya

terdiri beberapa aspek bahan pelajaran. (Depag, 1993 : 148)

3. Metode Demonstrasi

a. Pengertian

Metode demonstrasi adalah proses belajar mengajar dengan cara mempertunjukkan gerakan-gerakan bukan bacaan atau suatu proses dengan prosedur yang benar disertai keterangan-keterangan

terhadap seluruh kelas. (Depag, 1993 : 153)

(42)

kelemahan-kelemahan.

b. Kebaikan-kebaikannya:

1. Perhatian murid dapat dipusatkan kepada hal-hal yang

dianggap penting oleh guru, sehingga hal yang penting itu

dapat diamati secara teliti.

2. Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan hanya membaca atau mendengarkan, karena murid

mendapat gambaran yang tepat dari hasil pengamatannya.

3. Karena gerakan dan proses dipertunjukkan maka tidak memerlukan keterangan-keterangan yang banyak.

4. Beberapa persoalan yang menimbulkan pertanyaan atau

keraguan dapat diperjelas waktu proses demonstrasi. c. Kelemahan-kelemahannya:

1. Untuk mengadakan demonstrasi diperlukan alat-alat yang

khusus kadang-kadang alat itu sukar didapat

2. Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam rangka

pemahaman isi bahan pelajaran maupun pada pelaksanaan

pertunjukan.

3. Memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bermain

sempit, menyebabkan para pemain menjadi kurang bebas. 4. Sering kelas lain menjadi terganggu oleh suara para pemain.

(Depag, 1993 : 152)

(43)

Dalam proses pembelajaran, metode memiliki kedudukan yang sangat

penting dalam upaya untuk pencapaian tujuan pembelajaran. Karena tanpa

metode sudah dapat dipastikan suatu pesan yang akan disampaikan tidak akan

berproses, atau diterima secara efektif dalam kegiatan belajar mengajar, karena antara guru sebagai komunikator dan murid sebagai komunikan atau

penerima pesan tidak terdapat kesesuaian sehingga tujuan yang diinginkan pun

tidak tercapai. Oleh karena itu agar tujuan yang hendak dicapai beijalan sesuai dengan apa yang diinginkan, metode yang digunakan pun harus tepat, berdaya

guna, dan tidak asal-asalan.

Pemilihan metode yang tepat disini adalah jika metode tersebut memuat nilai-nilai intrinsik dan ekstrinsik sejalan dengan pesan pembelajaran

yang secara fungsional dapat digunakan untuk merealisasikan nilai-nilai yang

ada dalam tujuan pembelajaran Baca Tulis Al Qur’an.

Dengan kata lain, metode pendidikan yang “tidak tepat” akan menjadi

penghalang kelancaran jalannya proses pembelajaran, sehingga akan banyak tenaga dan waktu yang terbuang sia-sia. Oleh karena itu metode yang

diterapkan oleh seorang guru baru akan “berdaya guna” dan “berhasil guna”

jika mampu digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan.

\

(44)

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian tindakan kelas ini adalah MIN Mlangen

Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang. Dengan pertimbangan

permasalahan yang ada (Pembelajaran Baca Tulis Al Qur’an). Juga karena

lokasi tersebut merupakan tempat mengajar peneliti.

B. Subyek Yang Diteliti

Subyek yang diteliti adalah siswa-siswi kelas V MIN Mlangen yang

berjumlah 24 siswa, terdiri atas 13 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan;

yang pada Tahun Pelajaran 2007/2008 tercatat sebagai siswa kelas V MIN

Mlangen Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang.

C. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 18 April - 13 Juni Tahun

Ajaran 2007/2008, siswa kelas V di MIN Mlangen Salaman pada semester 2.

Penelitian pembelajaran Baca Tulis Al Qur’an dilaksanakan sebanyak 3 kali

tatap muka. Tatap muka tersebut menggunakan jam pelajaran Al Qur’an

Hadist dimulai pukul 07.00-08.20.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 3 siklus, Setiap siklus

memiliki beberapa tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan,

(45)

1. Siklus I

a. Perencanaan

Perencanaan dimulai dengan mempersiapkan materi Baca Tulis Al Qur’an dengan pokok bahasan tajwid dalam bacaan Al-Qur’an dengan sub pokok bahasan membaca Al-Qur’an dengan fasih dan tertib dengan fokus

bacaan idhar. Adapun materi pokok pembelajaran adalah praktek

membaca Al-Qur’an dengan tertib fokus pada bacaan idhar. Metode yang

digunakan yaitu metode ceramah, tanya jaw ab dan penugasan. b. Pelaksanaan Tindakan

Guru menyajikan materi pelajaran sesuai dengan skenario

pembelajaran. Pada siklus I ini guru membimbing secara langsung agar

siswa aktif melakukan kegiatan. Sebelum kegiatan dimulai siswa tetap duduk seperti semula yaitu model duduk kelas tradisional, duduk berbaris ke belakang. Pelaksanaan kegiatan pada Siklus I berlangsung selama 1 kali

tatap muka ( 2 x 40 menit). c. Pengamatan

f

Selama pembelajaran langsung dilakukan observasi untuk mengetahui pengaruh kegiatan pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar dalam proses pembelajaran Baca Tulis Al Qur’an. Pada

pembelajaran ini siswa yang masuk sebanyak 24 siswa.

Untuk mengetahui kemampuan ketrampilan yang dimiliki tiap siswa dan penguasaan bahan pembelajaran tentang Baca Tulis Al Qur’an, dilakukan observasi. Dengan cara siswa mendemontrasikan membaca Al- Qur’an secara tartil fokus pada bacaan idhar

(46)

Kemampuan ketrampilan kooperatif siswa pada penelitian siklus I tabel I, menunjukkan kemampuan ketrampilan kooperatif yang diperoleh

siswa pada siklus I, ketrampilan kooperatif yang diamati secara langsung

pada siklus I adalah ketrampilan dalam mengajukan pertanyaan, menjawab

pertanyaan, menanggapi pengertian hukum bacaan dan membaca fokus

pada bacaan idhar, yang diperoleh siswa dalam pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an.

Tabel 1. Kemampuan Membaca Yang Diperoleh Siswa Dalam

Pembelajaran Baca Tulis Al Qur’an.

No K em am puan M embaca f %

1 Kemampuan menanyakan hukum bacaan 3 12,50

2 Menanggapi pengertian hukum bacaan 2 8,33

3 Menjawab pertanyaan tentang hukum bacaan 4 16,66

4 Latihan membaca Al-Qur’an dengan fokus 24 100

pada bacaan idhar.

Rata-rata 34,33%

Pada Tabel 1 tersebut di atas diketahui bahwa kemampuan siswa

dalam membaca Al Qur’an melalui empat aspek kemampuan, meliputi,

kemampuan menanyakan hukum bacaan, kemampuan menanggapi

pengertian hukum bacaan, menjawab pertanyaan tentang hukum bacaan,

(47)

Pada aspek menanyakan hukum bacaan diketahui bahwa dari 24

siswa hanya 3 orang siswa yang mampu menanyakan hukum bacaan,

dengan demikian secara prosentase hanya mencapai 12,5%. Pada aspek

menanggapi pengertian hukum bacaan, yang mampu menanggapi hanya 2

orang siswa, secara prosentase hanya mencapai 8,33%. Pada aspek

menjawab pertanyaan yang mampu menjawab 4 orang, secara prosentase

hanya mencapai 16,66 %. Menurut kategori tingkat keaktifan siswa,

berarti dalam pembelajaran dikatakan siswa cukup aktif.

Tabel 2 menunjukkan kemampuan penguasaan menulis dalam

pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an yang diperoleh siswa. Pada tabel 2 siklus 1 ini yang diamati adalah tulisan ayat-ayat Al-Qur’an, menulis ayat-

ayat Al Qur’an, memahami tulisan-tulisan Al-Qur’an, membedakan ayat- ayat Al-Qur’an yang mengandung bacaan idhar dan tidak.

Tabel 2. Kemampuan Menulis Yang Diperoleh Siswa Dalam Pembelajaran Baca Tulis Al Quran

No Kemampuan Menulis f % 1 Menulis ayat-ayat Al-Qur’an 4 16,66

2 Memahami tulisan-tulisan Al-Qur’an 2 8,33 3 Membedakan tulisan yang mengandung

(48)

Pada Tabel 2 siklus 1 tersebut di atas, diketahui bahwa kemampuan siswa dalam menulis yang meliputi 4 aspek kemampuan, meliputi, menulis ayat-ayat Al Qur’an, memahami tulisan-tulisan Al Qur’an, membedakan tulisan yang mengandung hukum bacaan Idhar dan tidak, dan latihan menulis ayat Al Qur’an yang mengandung hukum bacaan Idhar.

Pada aspek menulis ayat-ayat Al Qur’an diketahui bahwa dari 24 siswa hanya 4 siswa yang mampu menulis ayat-ayat Al Qur’an yang mengandung tulisan bacaan Idhar, dengan demikian secara prosentase hanya mencapai 16,66 %. Pada aspek memahami, yang mampu memahami 2 orang siswa, secara prosentase hanya mencapai 8,33 %. Pada aspek membedakan tulisan yang mengandung hukum bacaan Idhar dan tidak ada 3 oarang, secara prosentase hanya mencapai 12,50 %. Pada akhir pembelajaran siswa diberi tes tertulis, dari hasil tes tersebut nilai rata-rata siswa secara keseluruhan sebesar 5,8 (terlampir halaman 42 ). d. Refleksi

Hasil belajar dari siklus I ini belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Nilai rata-rata hasil tes tertulis belum memuaskan dan sebagian siswa belum aktif dalam bertanya, menjawab pertanyaan, maupun mengemukakan pendapat selama pembelajaran berlangsung.

(49)

2. Siklus II

a. Perencanaan

Perencanaan dimulai dengan mempersiapkan materi dengan pokok

bahasan tajwid dalam Al-Qur’an dengan sub pokok bahasan mendemontrasikan bacaan Al-Qur’an sesuai hukum tajwid dengan benar,

adapun materi pokok pembelajaran adalah praktek membaca Al-Qur’an

dengan tartil fokus pada bacaan idhar. Guru menyediakan lembar evaluasi menyiapkan media pembelajaran yang diperlukan yaitu alat dan bahan

sesuai dengan pokok bahasan. Siswa yang beijumlah 24 siswa dibagi menjadi 5 kelompok sehingga masing-masing kelompok beijumlah 5

siswa dan satu kelomok beijumlah 4 siswa. Proses pembelajaran Baca Tulis Al Qur’an pada siklus 2 ini menggunakan metode demonstrasi, adapun media yang digunakan adalah tulisan Al Qur’an yang mengandung

bacaan Idhar.

b. Pelaksanaan Tindakan

Guru menyajikan materi pelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran. Pada siklus 2 dalam menyajikan materi pembelajaran berbeda dengan penyajian materi pada siklus 1. Pada siklus 2, guru

menggunakan tulisan bacaan-bacaan Al Qur’an, guru membagi siswa

menjadi kelompok sesuai dengan perencanaan pembelajaran. Setiap

kelompok berdiskusi tentang materi pembelajaran. Guru memberikan LKS yang masing-masing dikeijakan secara individual. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus 2 ini berlangsung selama 1 (satu) kali tatap muka

( 2 x 40 menit).

(50)

Guru menindak lanjuti pembelajaran pada siklus 2 ini dengan menerangkan materi kembali, membuat kesimpulan dan memberi kesempatan untuk bertanya,

c. Pengamatan

Selama pembelajaran langsung dilakukan observasi untuk mengetahui pengaruh kegiatan pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar dalam proses pembelajaran Baca Tulis Al Qur’an. Pada pembelajaran ini siswa yang masuk sebanyak 24 siswa, untuk mengetahui kemampuan ketrampilan yang dimiliki dan penguasaan bahan pembelajaran setiap siswa tentang pembelajaran Baca Tulis Al Qur’an dilakukan observasi.

Kemampuan ketrampilan kooperatif siswa pada penelitian siklus 2.

Tabel 3 menunjukkan kemampuan ketrampilan kooperatif yang diperoleh siswa pada siklus 2. Ketrampilan yang diamati secara langsung pada siklus 2 ini adalah ketrampilan dalam mengajukan pertayaan, menjawab pertanyaan, menanggapi pengertian hukum bacaan, dan membaca yang diperoleh siswa dalam pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an.

Tabel 3. Kemampuan Yang Diperoleh Siswa Dalam Pembelajaran Baca Tulis Al Qur’an

No Kemampuan Membaca f % 1 Kemampuan menanyakan hukum bacaan 6 25 2 Menanggapi pengertian hukum bacaan 8 33,33 3 Menjawab pertanyaan tentang hukum-hukum bacaan 11 45,83 4 Latihan membaca Al-Qur’an dengan fokus bacaan 24 100

idhar

(51)

Pada tabel 3 siklus 2 tersebut di atas diketahui bahwa kemampuan

siswa dalam membaca Al Qur’an melalui 4 aspek kemampuan meliputi,

kemampuan menanyakan hukum bacaan, kemampuan menanggapi

pengertian hukum bacaan, menjawab pertanyaan tentang hukum bacaan,

dan dalam latihan membaca Al Qur’an fokus pada bacaan Idhar.

Pada aspek menanyakan hukum bacaan diketahui, 6 orang siswa

yang mampu menanyakan hukum bacaan, dengan demikian secara

prosentase mencapai 25 %. Pada aspek menanggapi pengertian hukum

bacaan, yang mampu menanggapi 8 orang siswa, secara prosentase

mencapai 33,33 %. Pada aspek menjawab pertanyaan, yang mampu

menjawab 11 orang siswa secara prosentase mencapai 45,83 %. Menurut

kategori tingkat keaktifan siswa , sudah dapat dikatakan aktif dalam proses

pembelajaran

Tabel 4 menunjukkan kemampuan penguasaan menulis dalam

pembelajaran baca tulis Al-Qur’an yang diperoleh siswa. Pada tabel 4

siklus 2 ini yang diamati adalah tulisan ayat-ayat Al-Qur’an, menulis ayat-

ayat Al Qur’an, memahami tulisan-tulisan Al-Qur’an, membedakan ayat-

ayat Al-Qur’an yang mengandung hukum bacaan idhar.

(52)

Tabel 4. Kemampuan Menulis Yang Diperoleh Siswa Dalam

Pembelajaran Baca Tulis Al Qur’an

No K em am puan menulis f %

1 Menulis ayat-ayat al-qur’an 11 45,83 2 Memahami tulisan-tulisan Al-Qur’an 6 25 3 Membedakan tulisan yang mengandung hukum bacaan

idhar dan tidak

ayat-ayat Al Qur’an, memahami tulisan-tulisan Al Qur’an, membedakan

tulisan yang mengandung bacaan idhar dan tidak, dan latihan menulis ayat-

ayat Al Qur’an yang mengandung hukum bacaan Idhar.

- Pada aspek menulis ayat-ayat Al Qur’an diketahui ada 11 orang

siswa, yang mampu menulis ayat-ayat Al Qur’an yang mengandung tulisan

bacaan idhar, dengan demikian secara prosentase mencapai 45,83 %.

Pada aspek memahami, yang mampu memahami ada 6 oarang

siswa, secara prosentase mencapai 25 %. Pada aspek membedakan tulisan

yang mengandung bacaan idhar dan tidak ada 8 orang siswa, secara

prosentase mencapai 33,33 %. Pada akhir pembelajaran siswa diberi tes

tertulis, dari hasil tes tersebut nilai rata-rata siswa secara keseluruhan

(53)

d. Refleksi

Hasil dari siklus 2 dalam pembelajaran Baca Tulis Al Qur’an

dengan menggunakan metode demonstrasi menunjukkan adanya kemajuan

dibanding dengan siklus 1. Siswa lebih aktif dalam mengikuti proses

pembelajaran. Walaupun masih ada siswa yang pasif dalam diskusi terlihat

diam selama kegiatan berlangsung, sehingga belum dapat menghasilkan

ketrampilan kooperatif yang diharapkan, maka masih perlu dilakukan

perbaikan terhadap pembelajaran selanjutnya. Diantaranya dengan

memisahkan kelompok laki-laki dan perempuan dalam pembentukan

kelompok, agar siwa tidak malu-malu lagi pada saat diskusi kelompok. Pada

siklus selanjutnya guru perlu lebih membantu dan mengarahkan siswa agar

ketrampilan kooperatif dan penguasaan bahan pembelajaran lebih meningkat

menjadi baik.

3. Siklus III

a. Perencanaan

Pembelajaran pada siklus ke 3 ini diawali dengan pembentukan

kelompok dengan mengadakan perubahan anggota kelompok yaitu

memisahkan antara kelompok laki-laki dan kelompok perempuan. Setiap

kelompok satu diantaranya adalah siswa yang mempunyai kecerdasan atau

kepandaian lebih sehingga bisa menjadi tutor sebaya bagi siswa lain.

Selain itu guru melanjutkan tugas pada siklus kedua yang belum

terselesaikan dengan tujuan memperbaiki korelasi pada siklus 2.

(54)

Pada pembelajaran siklus ini guru menerangkan dan membahas

materi pokok Baca Tulis Al Qur’an dengan sub pokok bahasan bacaan

Ikhfa’ media yang digunakan adalah tulisan-tulisan Al Qur’an yang

mengandung bacaan Ikhfa’.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan penelitian tindakan pada siklus 3 ini diuraikan sebagai

berikut:

1. Guru membuka pembelajaran dengan mengucap salam dan mengabsen

jumlah siswa yang hadir.

2. Guru melaksanakan apersepsi.

3. Guru menggunakan tulisan-tulisan Al Q ur’an dan melakukan tanya

jawab pada siswa untuk menggali pengetahuan yang dimiliki siswa.

4. Guru menerangkan materi pelajaran yang dikaitkan dengan bacaan

Ikhfa’.

5. Guru melakukan perubahan terhadap pembagian siswa dalam

kelompok diskusi kemudian memberi tugas.

6. Guru memanggil siswa untuk membaca bacaan Al Qur’an yang ada

bacaan Ikhfa’.

7. Pada saat ke depan guru menanyakan kepada siswa tentang bacaan-

bacaan yang mengandung bacaan Ikhfa’.

8. Guru memberi kesempatan pada kelompok untuk bertanya menjawab

pertanyaan dan mengemukakan pendapat.

(55)

10. Guru menindaklanjuti pembelajaran hari itu dengan membuat

kesimpulan.

11. Guru menutup pelajaran dengan mengucap salam, c. Pengamatan

Selama pembelajaran langsung diadakan observasi untuk

mengetahui pengaruh kegiatan pembelajaran, dalam meningkatkan hasil

belajar dalam proses pembelajaran Baca Tulis Al Qur’an, pada

pembelajaran ini siswa yang masuk sebanyak 24 anak.

Untuk mengetahui kemampuan ketrampilan yang dimiliki dan penguasaan bahan pembelajaran setiap siswa tentang pembelajaran baca

Tulis Al Q ur’an dilakukan observasi.

Tabel 5 menunjukkan kemampuan ketrampilan kooperatif yang diperoleh siswa pada siklus 3. Ketrampilan yang diamati secara langsung

pada siklus ini adalah ketrampilan dalam mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, menanggapi pengertian hukum bacaan dan

membaca yang diperoleh siswa dalam pembelajaran baca tulis Al-Qur’an.

Tabel 5. Kemampuan Membaca Yang Diperoleh Siswa Dalam Pembelajaran Baca Tulis Al Qur’an

No Kemampuan membaca f % 1 Kemampuan menanyakan hukum bacaan 8 33,33 2 Menanggapi pengertian hukum bacaan 13 54,16 3 Menjawab pertanyaan tentang hukum bacaan 15 62,50 4 Latihan membaca Al-Qur’an dengan fokus bacaan Ikhfa' 24 100

Rata-rata 62,50%

(56)

Pada tabel 5 siklus 3 tersebut di atas diketahui bahwa kemampuan

siswa dalam membaca Al Qur’an melalui 4 aspek kemampuan, meliputi,

menanyakan kemampuan hukum bacaan, kemampuan menanggapi

pengertian hukum bacaan, menjawab pertanyaan tentang hukum bacaan,

dan latihan membaca Al Qur’an fokus bacaan Ikhfa’.

Pada aspek menanyakan hukum bacaan, ada 8 orang siswa yang

mampu menanyakan hukum bacaan, dengan demikian secara prosentase

mencapai 33,33 %. Pada aspek menanggapi pengertian hukum bacaan ada

13 orang siswa, secara prosentase mencapai 54,16 %. Pada aspek

menjawab pertanyaan yang mampu menjawab ada 15 orang siswa, secara

prosentase mencapai 62,50 %. Menurut kategori keaktifan, siswa sudah

dapat dikatakan aktif dalam proses pembelajaran.

Tabel 6 menunjukkan kemampuan penguasaan menulis dalam

pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an yang diperoleh siswa. Pada tabel 6

siklus 3 ini yang diamati adalah ayat-ayat Al-Qur’an, memahami tulisan-

tulisan Al-Qur’an, menanggapi pengertian hukum bacaan, dan

membedakan ayat-ayat Al -Q u r’an yang mengandung bacaan ikhfa’ dan

Gambar

tabel I, menunjukkan kemampuan ketrampilan kooperatif yang diperoleh
Tabel 2 menunjukkan kemampuan penguasaan menulis dalam
Tabel 3 menunjukkan kemampuan ketrampilan kooperatif yang
Tabel 4 menunjukkan kemampuan penguasaan menulis dalam
+5

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat yang dimaksud disini adalah manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaan. Jangan sampai keberadaan seorang muslim

Panitia Tata Pengaturan Air Propinsi Daerah Tingkat I mempunyai forum Membantu Gubernur dalam melaksanakan wewenang koordinasi tata pengaturan air yang berdasarkan Pasal 8

Jika ada pekerjaan galian atau pengerukan yang dilakukan sebelum caisson, palung dan cofferdam terpasang pada tempatnya, maka setelah selesai pembuatan dasar pondasi, Kontraktor

Rasio early warning system (X1) yang dijelaskan oleh indikator rasio beban klaim, rasio likuiditas, rasio cadangan teknis , rasio pertumbuhan premi, rasio retensi sendiri

Tabel 4.4 : Hasil uji deskriptif harga saham, Current Ratio, Debt To 36 Equity Ratio,Return On Equity dan Earnings Per Share..

dilakukandalam mencapai tujuan belajar. 2) Dalam belajar juga tidak lepas dari adanya faktor yang mempengaruhi..

Hubungan Asupan Zat Gizi Makro, Status Gizi, Aktifitas Fisik Dan Gaya Hidup Terhadap Daya Tahan Kardiorespiratori Pada Mahasiswa UKM Sepakbola Universitas Negeri Lampung

Hasil studi empiris yang dilakukan pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2014 menunjukkan bahwa Rasio Likuiditas yang di proxy oleh