UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMBELAJARAN
BACA TU/LIS AL QUR'AN DENGAN METODE DEMONSTRASI
ISISWA KELAS V MIN M LANGEN SALAMAN
TAHUN PELAJARAN 2 0 0 7 / 2 0 0 8
S K R I P S I
Oleh:
SITI UTAMI
N IM :11406423
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
S A L A T I G A
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMBELAJARAN
BACA TULIS AL QUR'AN DENGAN METODE DEMONSTRASI
SISW A KELAS V MIN M LANGEN SALAMAN
TAHUN PELAJARAN 2 0 0 7 / 2 0 0 8
S K R I P S I
<Diajukan untukjMemenu.fi Tugas
cfan Mefengfapi Syarat (juna MemperoCef
QelarSarjana cfalam iCmu Taroiyaf
Oleh:
SITI UTAMI
NIM: 11406423
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
S A L A T I G A
DEPARTEMEN AGAMA
SEKOLAH TINGGI ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
JL. Stadion No. 03 Telp. 323433, 323706, Kode Pos 50721 Salatiga
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp : 1 (satu) naskah Salatiga, 23 Agustus 2008 Hal : Pengajuan Naskah Skripsi
Kepada
Yth. Ketua STAIN Di Salatiga
Assalamu 'alaikum Wr. Wb.
Bersama ini kami kirimkan naskah skripsi mahasiswa : Nama : Siti Utami
NIM :11406423
Program Studi : Pendidikan Agama Islam (PAI) Judul : UPAYA MENINGKATKAN
KEMAMPUAN PEMBELAJARAN BACA TULIS AL QUR’AN DENGAN METODE DEMONSTRASI SISWA KELAS V MIN MLANGEN SALAMAN TAHUN
PELAJARAN 2007/2008.
NIP. 150 299 493 Untuk diajukan dalam sidang Munaqasyah Skripsi
DEPARTEMEN AGAMA
SEKOLAH TINGGI ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
JL. Stadion No. 03 Telp. 323433,323706, Kode Pos 50721 Salatiga
PENGESAHAN SKRIPSI
JUDUL
NAMA NIM
PROGRAM STUDI
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMBELAJARAN BACA TULIS AL QUR’AN DENGAN METODE DEMONSTRASI SISWA KELAS V MIN MLANGEN SALAMAN, TAHUN PELAJARAN 2007/2008
SITI UTAMI 11406423
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
Salatiga, 23 Agustus 2008
Dewan Penguji
PRAKATA
Alhamdulillahi robbil ‘alamiin. Puji syukur kehadirat Allah SWT atas
petunjuk dan pertolongan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini
semata-mata adalah atas Rahmat Yang Maha Pengasih Lagi Penyayang.
Penulis menyadari bahwa telah banyak pihak yang memberikan bantuan
berupa dorongan, arahan dan data yang diperlukan mulai dari persiapan, tempat
dan pelaksanaan penelitian hingga tersusunnya skripsi ini. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada yang terhorm at:
1. Bapak Drs H. Muh Serozi, M. Ag selaku Pembantu Ketua Bidang Akademik.
2. Bapak Jaka Siswanta, M.Pd selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan
meluangkan waktu dan kesempatan dengan segala keikhlasannya memberikan
bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna sejak awal proses penyusunan
dan penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini.
3. Bapak-bapak dan Ibu-ibu Dosen Pengajar Akademik yang telah berkenan
memberikan ilmu pengetahuan Ketarbiyahan kepada penulis.
4. Bapak-bapak dan Ibu-ibu pengajar yang berkenan memudahkan urusan
administrasi dan membantu penulis.
5. Ibu Munfa’atun selaku Kepala Sekolah MIN Mlangen Salaman, yang telah
memberi izin untuk melakukan penelitian.
Magelang, 1 Agustus 2008
Penulis
HALAMAN MOTTO
Surat AI-Insyirah (hal 32-22) Ayat 1 -8
L$^$
(<jj} 43jj
(jj
«iH
jJl
v£«£j& liji ^ ly J y liiT
£« Ol^ (<jj) «ijO ^
(J 13
A rtin y a:
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang 1. Bukankah kami Telah melapangkan untukmu dadamu 7
2. Dan kami Telah menghilangkan daripadamu bebanmu, 3. Yang memberatkan punggungmu 7
4. Dan kami tinggikan bagimu sebutan (nama) mu,
5. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, 6. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
7. Maka apabila kamu Telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain,
8. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.
HALAMAN PERSEMBAHAN
Ku persembahkan skripsi ini untuk :
1. Keluarga tercinta yang selalu mendukung dari awal semester sampai
pembuatan skripsi
2. Dosen pembimbing skripsi yang dengan keikhlasan dan kesabarannya
selalu memberikan arahan-arahan sampai terselesaikannya skripsi ini.
3. Semua dosen pengajar Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.
ABSTRAK
Siti Utami : Upaya Meningkatkan Kemampuan Pembelajaran Baca Tulis Al 11406423 Qur’an Dengan Metode Demonstrasi Siswa Kelas V MIN Mlangen Salaman Tahun Pelajaran 2007/2008. Skripsi Jurusan Tarbiyah, STAIN Salatiga 2008. Pembimbing : Jaka Siswanta, M.Pd
Kata Kunci : Meningkatkan Kemampuan Pembelajaran Baca Tulis Al Qur’an Metode Demonstrasi
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui keberhasilan penggunaan metode demonstrasi dalam Pembelajaran Baca Tulis Al Q ur’an siswa kelas V MIN Mlangen Salaman Tahun Pelajaran 2007/2008.
Penelitian ini dilaksanakan pada semester II Tahun Pelajaran 2007/2008 di MIN Mlangen Salaman, Magelang, dengan penelitian kongkrit, dengan siswa kelas V sebagai obyek penelitian. Karena jumlah siswa kurang dari 100, maka seluruh populasi menjadi obyek penelitian, dengan teknik sampling, total sampling. Dengan teknik penelitian menggunakan metode dekomentasi, metode tes dan metode pengamatan. Penelitian mencakup kemampuan membaca dan menulis Al Qur’an dengan menggunakan metode demonstrasi.
HALAMAN JU D U L... i
HALAMAN PENGAJUAN SKRIPSI... ii
HALAMAN PERSETUJUAN... iii
HALAMAN PENGESAHAN... iv
PRAKATA... v
HALAMAN M O T O ... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN... vii
ABSTRAK... viii
DAFTAR ISI... ix
DAFTAR T ABEL... xi
DAFTAR LAMPIRAN... xii
BAB I : PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang M asalah... 1
B. Rumusan M asalah... 10
C. Tujuan Penelitian... 10
D. Manfaat Penelitian... 10
E. Hipotesis Tindakan... 11
F. Definisi Operasional... 11
G. Metode Penelitian... 14
BAB II : LANDASAN TEORI... 19
A. Meningkatkan Kemampuan Pembelajaran... 19
B. Metode Demonstrasi... 26
DAFTAR ISI
BAB I I I : PELAKSANAAN PENELITIAN... 34
A. Lokasi Penelitian... 34
B. Subyek Yang Diteliti... 34
C. Pelaksanaan Penelitian... 34
1. Siklus 1... 35
2. Siklus 2... 39
3. Siklus 3... 43
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 49
A. Hasil Penelitian... 49
B. Pembahasan... 51
BAB V : PENUTUP... 54
A. Kesimpulan... 54
B. Saran-saran... 54
DAFTAR PUSTAKA... 58
DAFTAR TABEL
Deskripsi Data
1. Tabel 1, Siklus I
Kemampuan membaca yang diperoleh siswa dalam pembelajaran
Baca Tulis Al Qur’a n ... 36
2. Tabel 2 Siklus I
Kemampuan menulis yang diperoleh siswa dalam pembelajaran
Baca Tulis Al Qur’a n ... 37
3. Tabel 3, Siklus II
Kemampuan membaca yang diperoleh siswa dalam pembelajaran
Baca Tulis Al Qur’a n ... 40
4. Tabel 4, Siklus II
Kemampuan menulis yang diperoleh siswa dalam pembelajaran
Baca Tulis Al Qur’a n ... 42
5. Tabel 5, Siklus III
Kemampuan membaca yang diperoleh siswa dalam pembelajaran
Baca Tulis Al Qur’a n ... 45
6. Tabel 6, Siklus III
Kemampuan menulis yang diperoleh siswa dalam pembelajaran
LAMPIRAN
I. LAMPIRAN 1
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1... 59
2. Soal-soal Latihan Siklus 1... 62
3. Kunci Jawaban Siklus 1... 62
II. LAMPIRAN 2
1. Rencana Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II... 63
2. Soal-soal Latihan Siklus II... 66
3. Kunci Jawaban Siklus I I ... 68
III. LAMPIRAN 3
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II I... 69
2. Soal-soal Latihan Siklus II I... 72
3. Kunci Jawaban Siklus III... 74
IV. LAMPIRAN 4
Hasil Tes Siklus I, II dan III... 75
BABI PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran dan pelestarian baca tulis Al Qur’an terkondisikan oleh
prioritas mengenalkan Al Qur'an pada anak-anak sejak dini mendahului
pembelajaran lainnya. Penanaman nilai-nilai Qurani dalam rumah tangga seolah-olah menjadi komitmen universal setiap keluarga muslim, sehingga
wajib belajar Baca Tulis Al Qur'an seolah-olah sudah m enyatu dengan
tumbuh kembang anak. Orang tua merasa wajib menyediakan waktu khusus mengajar Al Qur'an atau mengirimkan anaknya pada lembaga pendidikan
Baca Tulis Al Qur'an.
Tetapi, dalam pembelajaran banyak faktor yang mempengaruhi.
Sehingga belum tercapai sebagaimana yang diharapkan dan belum dapat
diwujudkan oleh semua jenjang dan jenis pendidikan Madrasah di Indonesia, khususnya di Madrasah Ibtidaiyah. Hal ini antara lain karena kondisi
lingkungan yang berbeda-beda, ruangan dan peralatan yang belum memenuhi syarat, dana yang terbatas dan kurang terarah penggunaannya, serta
kemampuan tenaga kependidikan yang masih perlu ditingkatkan. Hal terakhir
ini meliputi kemampuan dan disiplin mereka dalam melaksanakan proses belajar mengajar, dalam mengelola sarana dan dana, dan dalam
menyelenggarakan evaluasi belajar, serta kemampuan dan disiplin dalam memanfaatkan potensi yang ada pada masyarakat, baik orang tua siswa, pemerintah daerah maupun masyarakat lainnya. (Direktorat Pembinaan
PERGURA1S, 1999 : 3)
Keadaan seperti tersebut diatas lebih terasa pada madrasah yang berada
diluar Ibukota, Propinsi/Kabupaten dan diluar Kotamadya, didaerah
perbatasan dan daerah terpencil. Sebagaimana yang teijadi pada proses
pembelajaran Baca Tulis Al Qur’an siswa kelas V di MIN Mlangen Salaman.
Dalam kurikulum 2004 (Standar Kompetensi) disebutkan bahwa
tujuan pembelajaran Baca Tulis Al Qur'an sesuai dengan silabus untuk
siswa Sekolah Madrasah Kelas V yaitu mampu menerapkan kaidah ilmu
Tajwid dalam bacaan Al Q ur'an, dan memahami lafal dan arti hadist
tentang keutamaan memberi.
Rumusan Standar Kompetensi ini tidak selalu tercapai dalam proses
pembelajaran Baca Tulis Al Qur'an. Untuk mendukung pencapaian
kompetensi yang ditetapkan, diperlukan dukungan dari berbagai pihak yang
berkepentingan dalam pendidikan di Madrasah, baik pengelola Madrasah,
orang tua peserta didik, tokoh masyarakat, peserta didik, semua guru. Dalam
hal ini guru menjadi penentu dalam mencapai keberhasilan pembelajaran
sebab ia dituntut untuk melakukan kreasi agar tercipta suasana belajar yang
efektif. Dengan kata lain dibutuhkan guru yang professional.
Peningkatan dan pengembangan kemampuan profesional tersebut
meliputi, berbagai aspek antara lain kemampuan guru dalam menguasai
kurikulum dan materi pemgajaran, kemampuan dalam menggunakan metode
dan sarana dalam proses belajar mengajar, melaksanakan penilaian proses dan
hasil belajar, dan kemampuan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber
1. Dalam rangka penguasaan terhadap kurikulum, setiap guru harus
berupaya:
a. Mengkaji dan memahami struktur program kurikulum yang berlaku.
b. Memahami tujuan pengajaran.
c. Mengkaji materi pelajaran.
d. Mengkaji dan mengembangkan berbagai metode pengajaran yang
tercantum dalam kurikulum.
e. Mengetahui tata urutan penyajian dan alokasi waktu yang tersedia.
f. Mengkaji dan mengembangkan sarana belajar mengajar.
g. Mengkaji dan mengembangkan cara penilaian proses dan hasil belajar.
h. Mengembangkan kurikulum dalam program tahunan, program
semester dan persiapan mengajar.
i. Memahami buku pedoman dan petunjuk pelaksanaan kurikulum.
j. Memiliki buku referensi yang memadai, selain buku paket/buku
pegangan guru dan siswa yang sah sebagai bahan pengembangan
materi pelajaran.
k. Mengembangkan dan memanfaatkan sumber belajar.
2. Dalam rangka pembuatan program tahunan, program semester dan
rencana persiapan pembelajaran, setiap guru harus berupaya :
a. Membuat program semester, dengan melakukan hal-hal sebagai
berikut:
1) Menjabarkan alokasi waktu pada GBPP sesuai dengan waktu
2) Menjabarkan materi setiap pokok bahasan untuk mata pelajaran
yang diajarkan.
3) Melaksanakan program semester yang telah disusun.
4) Mengkaji hambatan yang dijumpai dalam penerapan program
semester sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya.
5) Mengkaji dan menetapkan metode dan sarana belajar yang
diperlukan dalam setiap pokok bahasan.
b. Membuat rencana persiapan pembelajaran dengan memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
1) Sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai guru harus sudah
membuat rencana persiapan pembelajaran.
2) Rencana persiapan pembelajaran dimaksud harus diketahui dan
diteliti oleh Kepala Madrasah sebelum disajikan.
3) Dalam membuat rencana persiapan pembelajaran guru harus:
a) Merumuskan tujuan pengajaran.
b) Mengembangkan bahan pengajaran.
c) Mengembangkan metode mengajar yang sesuai.
d) Mamilih dan mengembangkan alat peraga yang sesuai.
e) Memilih/memanfaatkan sumber belajar yang sesuai.
f) Mengembangkan alat penilaian yang dapat menunjang
3. Dalam rangka penguasaan dan penggunaan metode, pembuatan alat
peraga dan pendayagunaan alat praktek, setiap guru harus berupaya:
a) M emilih serta mengembangkan berbagai metode mengajar.
b) Mengembangkan alat peraga.
c) Mendayagunakan seoptimal mungkin semua alat pelajaran.
d) Memanfaatkan Kelompok Kerja Guru untuk membantu sesama guru
dalam pemanfaatan alat pelajaran.
4. Dalam rangka pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, setiap guru harus
memperhatikan hal-hal sebagai berik u t:
a) Mengatur ruangan dan menciptakan suasana belajar mengajar yang
sesuai dan menyenangkan.
b) Menciptakan suasana interaksi belajar mengajar yang hidup.
c) Menyajikan materi pelajaran secara sistematis.
d) Membuat kesimpulan materi yang telah disajikan.
e) Melaksanakan ulangan harian dan ulangan umum.
f) Memotivasi siswa untuk berpartisipasi dalam proses belajar mengajar.
g) Membuat catatan/batas pelajaran.
5. Pelaksanaan program perbaikan dan pengayaan, antara lain dilakukan
dengan :
a) Mengukur taraf penguasaan minimal baik perorangan maupun
b) Perbaikan program dengan cara :
- Memberikan penjelasan kembali materi yang belum dikuasai.
- Memberikan tugas tambahan baik di dalam maupun di luar jam
tatap muka.
c) Memberikan pengayaan kepada siswa yang telah menguasai bahan
pengajaran.
d) Membantu kawan-kawannya yang belum mencapai ketuntasan baik
kelompok maupun perorangan berupa membaca/mempelajari bahan baru atau tugas lain, yang waktu pelaksanaannya dapat dilakukan di dalam maupun di luar jam tatap muka. (Depag, 1999 : 15)
Peserta didik dipandang sebagai makhluk Allah dengan fitrah yang
dimiliki sebagai individu dan makhluk sosial. Seperti peserta didik memiliki
perbedaan minat (interest), kemampuan (ability), kesenangan (preference), pengalaman, cara belajar (learning style) dan kecerdasan (intelegency).
(Depag, 2003 :2).
Berdasarkan kutipan di atas maka timbulah permasalahan dalam pembelajaran Baca Tulis Al Qur'an. Peserta didik dalam satu kelas biasanya
memiliki kemampuan yang beragam yang pandai, sedang, dan kurang. (Depag, 2003:17) Sebenarnya tidak ada peserta didik pandai dan bodoh,
yang lebih tepat adalah peserta didik dengan kemampuan lambat atau cepat
dalam belajar. Dalam materi yang sama, bagi peserta didik yang satu memerlukan satu atau dua kali pertemuan untuk dapat memahami isinya, namun bagi peserta didik lain perlu tiga atau empat kali pertemuan untuk
Untuk itu guru perlu mengatur kapan peserta didik bekerja secara
perorangan, berpasangan, berkelompok, atau klasikal. Jika kelompok, kapan
peserta didik yang kurang dan kapan peserta didik dikelompokkan secara
campuran berbagai kemampuan sehingga teijadi tutor sebaya.
Kecenderungan kegiatan belajar mengajar seringkah sulit diwujudkan
dalam praktek kegiatan belajar mengajar di kelas. Hal ini karena proses
belajar mengajar yang melibatkan guru dan siswa pelaksanaannya masih belum maksimal. Seperti halnya dalam proses belajar mengajar pada mata
pelajaran Baca Tulis Al Qur'an masih ditemukan gejala rendahnya penguasaan materi pembelajaran. Pada sisi lain strategi penyampaian materi pembelajaran bertumpu pada metode-metode secara monoton. Dampaknya
kegiatan pembelajaran tidak interaktif, kurang menarik, dan terkesan
mengejar target penyelesaian pokok bahasan.
Keberhasilan sebuah kegiatan pembelajaran sangat tergantung pada
faktor motifasi dan metode. Motifasi merupakan daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu aktifitas. Ada dua jenis motifasi yakni
motifasi dari dalam diri peserta didik (instrinsik) dan motifasi yang berasal
dari luar peserta didik (ekstrinsik). (Depag, 2003: 8).
Berdasarkan kutipan diatas dan pengalaman penulis, maka pemecahan
masalah yang dihadapi dalam pembelajaran Baca Tulis Al Qur'an adalah
dengan cara memotifasi dan menggunakan metode yang tepat. Dalam tindakan kelas ini penulis menggunakan metode demontrasi. Selain itu
peserta didik juga akan lebih tertarik jika materi yang dipelajari berguna atau
penting bagi dirinya.
Hal ini dikaitkan dengan kecenderungan yang ada dalam dirinya, seperti
bakat, minat dan pengetahuan yang selama ini dimiliki. Untuk itu kegiatan
pembelajaran perlu melihat kecenderungan ini agar materi yang dipelajari
berguna bagi peserta didik.
M elihat kenyataan bahwa proses pembelajaran Baca Tulis Al
Qur'an belum sesuai yang diharapkan di sekolah, maka dalam rangka
meningkatkan kualitas sumber daya manusia, perlu ditetapkan strategi
pengembangan komponen yang terkait secara terpadu, dengan
memprioritaskan 6 (enam) komponen pengembangan sebagai b erik u t:
1. Pengembangan kemampuan professional guru, yang m eliputi:
a) Penguasaan kurikulum dan materi pelajaran.
b) Penguasaan pendekatan/metode, pembuatan alat bantu/media
pengajaran dan pendayagunaan alat laboratorium/alat praktek.
c) Pembuatan program semester dan program persiapan mengajar.
d) Kegiatan belajar mengajar.
2. Pengembangan Pengelolaan Lingkungan, Prasarana dan Sarana yang
meliputi:
a) Pengelolaan lingkungan.
b) Pengelolaan prasarana dan sarana.
3. Pengelolaan Sekolah.
a) Penyusunan program.
c) Prosedur dan mekanisme keija.
d) Supervisi, monitoring, evaluasi dan pelaporan.
e) Peningkatan disiplin kepala sekolah.
f) Peningkatan disiplin guru.
g) Peningkatan disiplin siswa.
h) Pengelolaan dana.
4. Pengembangan Supervisi, m eliputi:
a) Aspek-aspek yang disupervisi.
b) Sasaran supervisi.
c) Metode dan teknik supervisi.
d) Program pembinaan.
e) Alat-alat supervisi.
5. Pengembangan Tes dan Penilaian Belajar
a) Mekanisme tes dan penilaian belajar.
b) Kemampuan guru mengelola tes dan penilaian belajar
c) Prinsip-prinsip dasar penilaian.
6. Hubungan Sekolah dan masyarakat m eliputi:
a) Hubungan sekolah dengan orang tua siswa.
b) Hubungan sekolah dengan dunia usaha dan tokoh masyarakat.
c) Hubungan sekolah dengan lembaga pendidikan lain.
B. Rumusan Masalah
Pokok permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berik u t:
1. Adakah peningkatan aktifitas siswa didalam pembelajaran Baca Tulis Al
Qur'an dengan menggunakan metode demonstrasi pada Siswa Kelas V
MIN Mlangen Salaman ?
2. Adakah peningkatan prestasi siswa didalam pembelajaran Baca Tulis Al
Qur'an dengan menggunakan metode demonstrasi pada Siswa Kelas V
MIN Mlangen Salaman ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk menegetahui apakah penerapan pembelajaran dengan metode
demonstrasi dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam mata pelajaran
Baca Tulis Al Quran.
2. Untuk mengetahui apakah penerapan pembelajaran dengan metode
demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata
pelajaran Baca Tulis Al Quran.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi yang jelas
tentang penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran Baca Tulis Al
Quran. Dan informasi tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat teoritik
1. Secara teoritik, diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
pengembangan pendidikan pada umumnya dalam bidang Baca Tuls Al
Qur’an, khususnya dapat memperkaya khasanah dunia Pendidikan Islam
yang diperoleh dari penelitian.
2. Secara praktis, apabila terbukti bahwa penggunaan metode demonstrasi
ini dapat meningkatkan kualitas dan hasil belajar siswa, maka dapat
dimanfaatkan penggunaan metode demonstrasi ini dalam pembelajaran
Baca Tulis Al Quran di sekolah lain.
E. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah :
1. Strategi pembelajaran dengan metode demonstrasi dapat meningkatkan
aktifitas siswa dalam belajar mata pelajaran Baca Tulis Al Quran.
2. Strategi pembelajaran dengan metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Baca Tulis Al Q uran siswa
kelas V di MIN M langen Salaman.
F. Definisi Operasional
1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu perubahan yang relatif permanen dalam
suatu kecenderungan tingkah laku yang merupakan hasil latihan
penguatan. Penguatan itulah yang merupakan sebab adanya perubahan
tersebut. Kita mengatakan bahwa siswa telah mengalami belajar bila ia
dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya ia tidak dapat melakukannya
(Ahmad Tafsir, 1995:60).
Bertitik tolak pada pendapat di atas, dapat dipahami bahwa
belajar merupakan proses yang lebih banyak terjadi (dialami) siswa,
sedang mengajar merupakan kegiatan yang lebih dominan dialami oleh
guru, m eskipun antara kegiatan belajar dan kegiatan mengajar
merupakan dua kegiatan yang berbeda namun keduanya saling
berkaitan dengan tujuan akhir yang sama.
2. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran yaitu proses yang menekankan pada pola interaksi
antara guru dan murid yang erat hubungannya dengan mengajar dan
belajar ( WJS Poerwodarminto, 1986 : 22).
Suatu kegiatan yang menyangkut pembinaan anak mengenai segi
kognitif dan psikomotor semata-mata, yaitu supaya anak lebih banyak
pengetahuannya, lebih cakap, berpikir kritis, sistematis dan obyektif, serta
terampil dalam mengerjakan sesuatu.(Mimbar Pendidikan, 1974)
Pengajaran (O nderwijs) itu tidak lain dan tidak bukan ialah salah
satu bagian dari pendidikan. Jelasnya, pengajaran tidak lain ialah
pendidikan dengan cara memberikan ilmu atau pengetahuan serta
kecakapan. (Ahmad Tafsir, 1995:7)
Dari pendapat-pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada
3. Pengertian Al Quran
Menurut pendapat Subhi Salih bahwa Al Quran merupakan kalam
Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad S A W secara mutawatir
yang tertulis dalam bentuk mushaf dan membacanya sebagai ibadah. Dan
pendapat di atas maka sebagai umat Islam mempunyai kewajiban untuk mempelajannya. Selain membaca Al Quran merupakan sebuah ibadah
juga sebagai pegangan hidup agar mendapat keselamatan di dunia dan
akhirat. (Depag, 1993:5)
4. Pengertian Membaca Al-Qur’an
Pengertian membaca Al-Q ur’an adalah kecakapan yang
diperagakan oleh siswa dalam membaca Al-Q ur’an dilihat dari tiga
komponen utama yaitu makhraj, tajwid dan kelancaran bacaan makhraj
berkaitan dengan pengucapan huruf-huruf arab secara benar dan jelas.
Tajwid merupakan ilmu yang terkait dengan cara membaca Al-Qur’an.
Kelancaran bacaan diukur dari kecepatan siswa membaca dan
merangkai kata perkata secara benar. (Anonim,2008:50)
5. Pengertian Menulis Al-Qur’an
Menulis adalah suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan
atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara (W.J.S
Poerwodarminto, 2007:1304). Adapun kemampuan menulis
kemampuan menulis Al Q ur’an adalah kecakapan yang diperagakan
oleh siswa dalam menulis Al-Qur’an meliputi huruf-huruf yang
dirangkai menjadi satu kalimat ataupun ayat-ayat A l-Q ur'an maupun
sakai dan tanda baca dengan benar.
6. Pengertian M etode D em onstrasi
a. Metode Demonstrasi adalah cara yang digunakan dalam penyajian
pelajaran dengan meragakan bagaimana membuat, mempergunakan
serta mempraktekan suatu benda atau alat baik asli maupun tiruan, atau
bagaimana mengeijakan sesuatu perbuatan atau tindakan yang mana
dalam memperagakan disertai dengan penjelasan lisan. (Darwyn Syah,
152)
b. Pengertian Metode
Metode yaitu merupakan cara-cara yang digunakan guru untuk
menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan
(Darwyn Syah, 133). Dalam kegiatan mengajar makin tepat metode
yang dipergunakan maka makin efektif dan efisien yang pada akhirnya
mengantarkan dan menunjang keberhasilan siswa dan keberhasilan
mengajar yang dilakukan guru.
G. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang penulis tetapkan di atas berupa
penelitian tindakan kelas. Sedangkan prosedur yang penulis lakukan dan
langkah-langkah penelitian tindakan kelas tersebut mengikuti prinsip-
prinsip dasar yang berlaku dalam tata tertib penelitian tindakan kelas yang
Menurut Suharjono (2007) penelitian tindakan kelas adalah
penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan
memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. Penelitian tindakan
kelas berfokus pada kelas atau pada proses belajar mengajar yang teijadi di
kelas, bukan pada input kelas (Silabus materi dan lain-lain) ataupun output
(Hasil belajar). Penelitian tindakan kelas harus tertuju atau mengenai hal-
hal yang terjadi di dalam kelas.
Definisi tersebut diatas dipeijelas oleh Suharsimi Arikunto (2008:2)
yang menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah sebuah kegiatan
penelitian yang dilakukan di kelas.
Dari kedua pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa secara
terperinci tahapan-tahapan dalam rancangan penelitian tindakan kelas
adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan tindakan
b. Pelaksanaan tindakan
c. Observasi
d. Analisis dan refleksi tindakan
2. Subyek Penelitian
Subyek penelitian tindakan kelas adalah siswa kelas V berjumlah
24 siswa dan guru mata pelajaran Baca Tulis Al Quran di MIN Mlangen,
Salaman. Dasar pertimbangan pilihan subyek yakni perlunya penerapan
tindakan dalam pembelajaran Baca Tulis Al Quran.
3. Langkah-langkah Siklus
Sesuai dengan jenis penelitian yang penulis pilih yaitu penelitian
tindakan kelas, maka tindakan ini menggunakan model penelitian tindakan
Kemmis dan Taggant (dalam Arikunto Suharsini, 2002:83), yaitu
berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap
siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observasi
(pengamatan) dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya
adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan dan refleksi.
Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa
identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan
kelas dapat dilihat pada gambar berikut in i:
Rencana
1. Rancangan / rencana awal, sebelum mengadakan penelitian menyusun
rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan termasuk di
2. Kegiatan dan pengamatan meliputi tindakan yang dilakukan oleh
peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta
mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya pembelajaran
kontekstual model pengajaran berbasis tugas.
3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau
dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan
yang diisi oleh pengamat.
4. Rancangan / rencana yang direvisi, berdasar basil refleksi pengamat
membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus
berikutnya. Observasi dibagi dalam tiga putaran yaitu piaran 1,2 dan3
dimana masing-masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur
kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang
diakhiri dengan tes formatif diakhir masing-masing putaran. Siklus ini
akan berkelanjutan dan akan dihentikan sesuai dengan kebutuhan
setelah dirasa cukup.
4. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode :
a. Metode Dekomentasi
Metode Dekomentasi dalam penelitian ini digunakan untuk
menjajagi data tentang belajar baca Tulis Al Qur’an.
b. Metode Tes
Metode Tes dalam penelitian ini untuk menjajagi prestasi
belajar Baca tulis Al Qur’an.
Metode Pengamatan dalam penelitian ini digunakan untuk
memperoleh data penelitian, aktivitas siswa selama proses
pembelajaran baca Tulis Al Qur’an.
5. Teknik Analisis Data
Dalam rangka menyusun dan mengelola data yang terkumpul,
sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat di pertanggung
jawabkan maka digunakan analisis data kuantitatif dan kualitatif. Dalam
penelitian ini ada dua instrumen yang digunakan tes hasil belajar untuk
mengukur penguasaan materi pembelajaran, sedang aktifitas siswa dalam
kegiatan belajar mengajar dianalisis dengan menggunakan statistik
deskriptif, sedang interpretasi hasil dianalisis secara kualitatif.
- Statistik Deskriptif
Rumus yang dipakai adalah
/> = — xl00% N
F = frekuensi
N= jumlah subjek
BAB II LANDASAN TEORI
A. Meningkatkan Kemampuan Pembelajaran Baca Tulis Al Qur’an
1. Pengertian Meningkatkan
Upaya peningkatan kualitas mutu pendidikan merupakan tugas
besar dan beijangka waktu panjang, karena masalahnya menyangkut
masalah pendidikan anak bangsa, meningkatkan kualitas mutu pendidikan
harus melalui proses pembelajaran yang baik dan terarah.
Meningkatkan adalah bertambahnya untuk memenuhi suatu
keinginan atau dorongan keinginan terhadap sesuatu (WJS Poerwodarminto,
2007:1304). Meningkat juga berarti usaha seseorang untuk mencapai
sesuatu yang diinginkan dan tidak berhenti sebelum tercapai tujuan tersebut.
Seseorang dikatakan meningkat dalam usaha untuk mencapai sesuatu yang
dihajatkan atau yang dicita-citakan dengan berbagai jalan, seseorang yang
ingin meningkat tidak mengenal lelah asalkan keinginannya terwujud.
Seseorang yang mengalami peningkatan adalah orang yang hari ini lebih
baik dari hari kemarin.
2. Pengertian Belajar
Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan
latihan. Artinya, tujuan kegiatan belajar ialah perubahan tingkah laku baik
yang menyangkut pengetahuan, ketrampilan maupun sikap bahkan
meliputi segenap aspek organisasi atau pribadi. Kegiatan belajar mengajar
seperti mengorganisasi pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar
mengajar, menilai proses dan hasil belajar (Depag, 1993:14).
Ada juga yang berpendapat bahwa belajar merupakan suatu
perubahan yang relatif permanen dalam suatu kecenderungan tingkah laku
yang merupakan hasil latihan penguatan. Penguatan itulah yang
merupakan sebab adanya perubahan tersebut. Belajar terjadi antara sebab
dan hasil tersebut. Kita mengatakan bahwa siswa telah mengalami belajar
bila ia dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya ia tidak dapat
melakukannya (Ahmad Tafsir, 1993:60)
Umar Hamalik (1990:4) mengatakan bahwa, belajar adalah suatu
proses perubahan tingkah laku melalui interaksi antara individu dan
lingkungan. Hasil kegiatan belajar mengajar tercermin dalam perubahan
perilaku, baik secara material, substansial, structural, fungsional maupun
secara behavioran.
Proses dalam hal ini, merupakan urutan kegiatan yang berlangsung
secara berkesinambungan, bertahap, bergilir, berkeseimbangan dan
terpadu, yang secara keseluruhan mewarnai dan memberikan karakteristik
terhadap belajar mengajar itu. Berkesinambungan berarti kegiatan
instruksional itu berlangsung terus menerus yang sesungguhnya tidak
pernah berhenti pada satu titik akhir, kendatipun tujuan terminal atau
tujuan akhir dinyatakan telah tercapai.
tampak atau yang dapat diamati, yakni berupa tindakan fisik atau
jasmaniah, sedangkan aspek fungsi adalah tindakan atau perbuatan yang
menunjukkan kepada unsur rohaniah.
Interaksi adalah saling mempengaruhi yang bermula saling
berhubungan antara komponen-aspek-unsur yang satu dengan yang
lainnya, misalnya interaksi antara individu dan lingkungannya. Dan dapat
juga terjadi kondisi yang interaktif, edukatif atau interaksi instruktural
sehingga dapat tercapai tujuan belajar mengajar yang telah ditetapkan.
Pada gilirannya membawa pemikiran kita kearah prosedur instruksional
yang mencakup strategi belajar mengajar dan media instruksional serta
sumber-sumber belajar yang berdaya guna dan berhasil guna sehingga
pengajaran itu menjadi efektif.
Individu adalah satu kesatuan yang tak terbagi, misalnya individu
siswa yang memiliki karakteristik sendiri-sendiri sehingga individu yang
satu dan individu lainnya berbeda, baik secara horizontal (mental, emosional, sosial dan personal) maupun secara vertikal (berbeda dalam segi jasmani). Setiap individu berada dalam situasi tumbuh dan
berkembang, merupakan suatu kesatuan yang potensial yang jika disediakan lingkungan yang serasi, pertumbuhan dan perkembangan itu berlangsung lebih terarah dan lebih cepat.
Lingkungan adalah mencakup semua hal yang berpengaruh dan bermakna bagi individu. Lingkungan belajar dalam kelas meliputi unsur- unsur guru, fasilitas belajar, peralatan dan perlengkapan serta kelompok atau individu-individu siswa lainnya. Lingkungan belajar harus diciptakan agar siswa dapat belajar dengan efektif.
Dan pendapat dan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa proses
belajar merupakan proses yang lebih banyak teijadi (dialami) siswa,
sedang mengajar merupakan kegiatan yang lebih dominan dialami oleh
guru, meskipun antara kegiatan belajar dan kegiatan mengajar merupakan
dua kegiatan yang berbeda namun keduanya saling berkaitan dengan
tujuan akhir yang sama, yakni bagaimana supaya teijadi perubahan yang
optimal pada diri siswa.
3. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu proses yang berfungsi untuk
membimbing siswa di dalam kehidupannya. Yakni membimbing siswa
sesuai dengan tugas-tugas perkembangan, yang harus dijalani oleh seorang
siswa. Tugas perkembangan tersebut mencakup kebutuhan individu
sebagai anggota masyarakat dan sebagai makhluk ciptaan Allah SWT
(Depag, 1993:41)
Sementara itu Sikun Pribadi mengatakan bahwa , pembelajaran
adalah suatu kegiatan yang menyangkut pembinaan anak mengenai segi
kognitif dan psikomotor semata-mata, yaitu supaya anak lebih banyak
pengetahuannya, lebih cakap berpikir kritis, sistematis dan obyektif serta
terampil dalam mengerjakan sesuatu. (Ahmad Tafsir, 1995:7)
Dalam pengertian yang lain pembelajaran sering diartikan sama
dengan kegiatan mengajar. Yakni teijadinya dua aktivitas yang berbeda
antara pihak guru dengan pihak siswa. Aktivitas guru adalah mengajar
Adapun yang dimaksud dengan Al Qur’an dalam terminologi para
ulama seperti dijumpai dalam berbagai kitab Ulumul Qur’an dan buku-
buku lain yang membahas tentang ini, satu samalain ternyata berbeda-beda,
disamping ada pula unsur-unsur persamaan, namun demikian ada
sebagian ulama yang mencoba merumuskan definisi (ta’rif) Al Qur’an
dengan batasan yang relatif representatif. Di antaranya Shibhi Al Shalih,
yang merumuskan Al Qur’an adalah kitab (yang berfungsi sebagai kitab)
mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad S.A.W., yang tertulis
di dalam mushaf-mushaf dan dinukilkan (diriwayatkan) dengan jalan yang
mutawatir dan membacanya dianggap ibadah. (Depag, 1993 : 5)
Senada dengan Al - Shalih, tapi sedikit lebih lengkap, yakni
Muhammad Ali Al - Shabuni menta’rifkan Al Qur’an adalah firman Allah
(yang berfungsi sebagai mukjizat) diturunkan kepada penutup Nabi dan
Rosul (Muhammad) dengan melalui perantaraan Al - Amin - Jibril As,
yang tertulis dalam mushaf-mushaf, dinukilkan kepada kita dengan jalan
mutawatir diawali dengan surat Al Fatikhah dan ditutup dengan surat Al
Nas. (Depag, 1993:5)
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ta’rif Al
Qur’an yang dikemukakannya itu dapat diterima (disepakati) oleh para
ulama. Bahwa Al Qur’an adalah “Wahyu allah SWT, dalam bentuk lafal
Arab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, dengan melalui malaikat
Jibril As dan membacanya dianggap sebagai ibadah.
B. Metode Demonstrasi
1. Pengertian Metode
Metode ialah cara yang paling tepat dan cepat dalzpn melakukan
sesuatu. (Ahmad Tafsir, 1995 : 9) Karena metode berarti cara yang paling
tepat dan cepat, maka untuk kerja dalam suatu metode h^rus diperhitngkan
benar-benar secara ilmiah. Karena itulah suatu metode selalu merupakan
hail exsperimen. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode
pengajaran agama Islam adalah cara yang paling tepat dan cepat dalam
mengajarkan agama Islam. Pengajaran tepat ialah pengajaran bagi murid.
Sedangkan pengajaran cepat adalah pengajaran yang tidak memerlukan
waktu yang lama.
Ada juga yang berpendapat bahwa metode adalah cara yang di
dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai sesuatu tujuan (Depag,
1993: 145). Hal ini berlaku baik bagi guru maupun bagi siswa. Makin baik
metode itu, makin efektif juga pencapaian tujuan. Dengan memiliki
pengertian secara umum mengenai sifat berbagai metode, baik mengenai
kebaikan-kebaikannya maupun mengenai kelemahan-kelemahannya.
Seseorang akan lebih mudah menetapkan metode yang paling tepat untuk
situasi dan kondisi yang khusus dihadapinya.
Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara
mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur. Tetapi ada
juga pengertian lain, metode mengajar adalah tehnik penyajian yang
siswa di dalam kelas, baik secara individual atau secara kelompok /klasikal,
agar pelajaran itu dapat diserap dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik.
(Depag, 1993 : 142)
Seorang guru akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik
apabila ia menguasai dan mampu melaksanakan ketrampilan mengajar
dengan menggunakan metode yang sesuai dengan pelajaran, tujuan dan
pokok bahasan yang diajarkannya. Bahan belajar yang telah dikuasainya
belum tentu dapat dicerna oleh siswa bila tidak disampaikan dengan baik.
Proses penyampaian ini memerlukan kecakapan khusus. Dengan demikian
perlu penguasaan guru terhadap metode penyampaian agar para siswa
tidak pasif, melainkan terlibat aktif dalam interaksi belajar mengajar.
Seorang guru yang cakap dan disegani adalah guru yang menguasai setiap
metode sehingga para siswa terangsang untuk terus belajar.
Guru hendaknya memiliki pengetahuan yang cukup tentang alat-
alat dan media sebagai alat komunikasi, guna lebih mengefektifkan proses
belajar mengajar. Tiap setiap media / alat sesuai dengan setiap kondisi
belajar mengajar sehingga diperlukan pula keterampilan untuk memilih
dan menggunakan, serta mengusahakan media dengan baik. Memilih
media pendidikan harus sesuai dengan tujuan materi, metode serta
kemampuan guru dan minat siswa. Hal ini penting untuk diketahui karena
metode mengajar bersifat individual. Artinya seorang guru mungkin dapat
menggunakan suatu metode baik, sementara yang lain belum tentu
demikian Karena itu penggunaan suatu metode, ataupun perangkat
peralatan tidak dapat dipaksakan pada seorang guru, yang terpenting
adalah bagaimana gaya interaksi itu dapat mencapai tujuan, melalui
tumbuhnya hubungan yang positif dengan para siswa. Hal lain yang tak
kalah pentingnya adalah kemampuan untuk mengusahakan dalam proses
belajar mengajar.
Sebagai seorang pendidik, guru perlu mempertimbangkan metode
apa yang akan digunakan untuk menyajikan pesan pembelajaran, karena
memang tidak semua metode sesuai dan dapat digunakan untuk setiap
bidang studi yang akan diajarkan oleh guru kepada muridnya.
Metode dalam mengajar berperan sebagai alat untuk menciptakan
proses mengajar dan belajar. Dengan metode ini diharapkan terjadi
interaksi belajar mengajar antara siswa dengan guru dalam proses
pembelajaran. Interaksi belajar mengajar sering disebut juga dengan
interaksi edukatif. Dalam interaksi edukatif baik siswa maupun murid
menjalankan tugas dan peran masing-masing. Adapun kedudukan metode
dalam pengajaran menurut Syaiful Bahri Djamarah : kedudukan metode
dalam pengajaran m eliputi: 1) Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik, 2)
Metode sebagai strategi pengajaran, 3) Metode sebagai alat mencapai
tujuan. (Darwyn Syah, 2007:134)
Dalam pemilihan metode juga harus mempertimbangkan tujuan
khusus yang hendak dicapai dan keadaan siswa yang mengikuti kegiatan.
Metode juga alat mencapai tujuan. Tujuan pengajaran tidak akan pernah
tidak digunakan dalam kegiatan pengajaran. Komponen tersebut adalah
metode mengajar. Dengan adanya metode mengajar siswa dapat
dihubungkan dengan bahan atau sumber belajar. Dengan perantara metode
pengajaran ini siswa dapat menguasai bahan pelajaran yang tercermin
dalam perubahan tingkah laku baik kognitif, avektif maupun psikomotor
yang merupakan tujuan dari pengajaran.
Dalam kegiatan belajar mengajar terdapat beberapa metode.
Sebagai bahan pembanding penulis akan memaparkan beberapa metode,
antara la in :
1. Metode Ceramah a. Pengertian
Metode ceramah ialah sebuah bentuk interaksi melalui
penerangan dan penuturan secara lisan oleh seorang guru terhadap
kelasnya. Dalam pelaksanaan ceramah untuk menjelaskan
uraiannya, guru dapat menggunakan alat-alat pembantu.
Metode ceramah mempunyai kebaikan-kebaikan dan kelemahan-
kelemahan
b. Kebaikan-kebaikannya antara lain :
1. Guru menguasai seluruh kelas karena ketertiban kelas mudah
dijaga
2. Organisasi kelas sederhana
3. Dapat memberikan penjelasan yang sama kepada sejumlah siswa tentang bahan pelajaran yang sukar dan penting dalam
waktu yang relatif singkat
4. Hal-hal yang penting dan mendesak dapat segera disampaikan
kepada para siswa
5. Melatih murid untuk menggunakan pendengarannya dengan
baik serta menangkap dan menyimpulkan isi ceramah dengan
cepat dan tepat
c. Kelemahan-kelemahannya antara lain :
1. Guru tidak bisa mengetahui secara pasti sampai dimana para
siswa telah mengerti (memahami) keterangan-keterangan guru
2. Dalam diri sisiwa besar kemungkinan akan terbentuk konsep-
konsep yang lain dari pada kata-kata yang dimaksudkan oleh
guru. Kesukaran utama bagi murid terletak dalam memahami
dan menafsirkan istilah-istilah
3. Siswa cenderung bersifat pasif
4. Para siswa sukar mengkonsentrasikan perhatian mereka
terhadap keterangan guru terutama pada siang guru dan sore
hari (Depag, 1993 : 146)
2. Metode Tanya Jawab
a. Pengertian
Metode Tanya jawab dalam belajar adalah penggunaan
pertanyaan sebagai stimulasi dan jawaban-jawabannya merupakan
pengarahan dalam aktifitas belajar murid-murid.
Metode tanya jawab mempunyai kebaikan-kebaikan atau
b. K eb a ik an -k e b a ik a n n y a :
1. Guru dapat mengetahui bahan pelajaran yang masih kabur atau
belum dipamahi oleh siswa.
2. Baik sekali untuk melatih murid agar berani mengembangkan
pendapatnya dengan lisan secara teratur.
3. Murid-murid dapat menanyakan langsung kepada guru tentang
bahan pelajaran yang sulit.
4. Kelas akan hidup karena siswa aktif berpikir atau
menyampaikan pikirannya melalui berbicara dan murid menjawab atau memberikan penjelasan.
c. Kelemahan-kelemahannya:
1. Waktu yang digunakan kadang-kadang tidak sesuai dengan
hasil yang diperoleh, karena apabila terjadi perbedaan pendapat
akan banyak waktu terpakai untuk menyelesaikannya.
2. Kemungkinan akan teijadi penyimpangan perhatian dari pokok
permasalahan, terutama bila terdapat jawaban-jawaban yang menarik perhatian, tetapi bukan sasaran yang dituju.
3. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kadang-kadang hanya
terdiri beberapa aspek bahan pelajaran. (Depag, 1993 : 148)
3. Metode Demonstrasi
a. Pengertian
Metode demonstrasi adalah proses belajar mengajar dengan cara mempertunjukkan gerakan-gerakan bukan bacaan atau suatu proses dengan prosedur yang benar disertai keterangan-keterangan
terhadap seluruh kelas. (Depag, 1993 : 153)
kelemahan-kelemahan.
b. Kebaikan-kebaikannya:
1. Perhatian murid dapat dipusatkan kepada hal-hal yang
dianggap penting oleh guru, sehingga hal yang penting itu
dapat diamati secara teliti.
2. Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan hanya membaca atau mendengarkan, karena murid
mendapat gambaran yang tepat dari hasil pengamatannya.
3. Karena gerakan dan proses dipertunjukkan maka tidak memerlukan keterangan-keterangan yang banyak.
4. Beberapa persoalan yang menimbulkan pertanyaan atau
keraguan dapat diperjelas waktu proses demonstrasi. c. Kelemahan-kelemahannya:
1. Untuk mengadakan demonstrasi diperlukan alat-alat yang
khusus kadang-kadang alat itu sukar didapat
2. Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam rangka
pemahaman isi bahan pelajaran maupun pada pelaksanaan
pertunjukan.
3. Memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bermain
sempit, menyebabkan para pemain menjadi kurang bebas. 4. Sering kelas lain menjadi terganggu oleh suara para pemain.
(Depag, 1993 : 152)
Dalam proses pembelajaran, metode memiliki kedudukan yang sangat
penting dalam upaya untuk pencapaian tujuan pembelajaran. Karena tanpa
metode sudah dapat dipastikan suatu pesan yang akan disampaikan tidak akan
berproses, atau diterima secara efektif dalam kegiatan belajar mengajar, karena antara guru sebagai komunikator dan murid sebagai komunikan atau
penerima pesan tidak terdapat kesesuaian sehingga tujuan yang diinginkan pun
tidak tercapai. Oleh karena itu agar tujuan yang hendak dicapai beijalan sesuai dengan apa yang diinginkan, metode yang digunakan pun harus tepat, berdaya
guna, dan tidak asal-asalan.
Pemilihan metode yang tepat disini adalah jika metode tersebut memuat nilai-nilai intrinsik dan ekstrinsik sejalan dengan pesan pembelajaran
yang secara fungsional dapat digunakan untuk merealisasikan nilai-nilai yang
ada dalam tujuan pembelajaran Baca Tulis Al Qur’an.
Dengan kata lain, metode pendidikan yang “tidak tepat” akan menjadi
penghalang kelancaran jalannya proses pembelajaran, sehingga akan banyak tenaga dan waktu yang terbuang sia-sia. Oleh karena itu metode yang
diterapkan oleh seorang guru baru akan “berdaya guna” dan “berhasil guna”
jika mampu digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan.
\
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian tindakan kelas ini adalah MIN Mlangen
Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang. Dengan pertimbangan
permasalahan yang ada (Pembelajaran Baca Tulis Al Qur’an). Juga karena
lokasi tersebut merupakan tempat mengajar peneliti.
B. Subyek Yang Diteliti
Subyek yang diteliti adalah siswa-siswi kelas V MIN Mlangen yang
berjumlah 24 siswa, terdiri atas 13 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan;
yang pada Tahun Pelajaran 2007/2008 tercatat sebagai siswa kelas V MIN
Mlangen Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang.
C. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 18 April - 13 Juni Tahun
Ajaran 2007/2008, siswa kelas V di MIN Mlangen Salaman pada semester 2.
Penelitian pembelajaran Baca Tulis Al Qur’an dilaksanakan sebanyak 3 kali
tatap muka. Tatap muka tersebut menggunakan jam pelajaran Al Qur’an
Hadist dimulai pukul 07.00-08.20.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 3 siklus, Setiap siklus
memiliki beberapa tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan,
1. Siklus I
a. Perencanaan
Perencanaan dimulai dengan mempersiapkan materi Baca Tulis Al Qur’an dengan pokok bahasan tajwid dalam bacaan Al-Qur’an dengan sub pokok bahasan membaca Al-Qur’an dengan fasih dan tertib dengan fokus
bacaan idhar. Adapun materi pokok pembelajaran adalah praktek
membaca Al-Qur’an dengan tertib fokus pada bacaan idhar. Metode yang
digunakan yaitu metode ceramah, tanya jaw ab dan penugasan. b. Pelaksanaan Tindakan
Guru menyajikan materi pelajaran sesuai dengan skenario
pembelajaran. Pada siklus I ini guru membimbing secara langsung agar
siswa aktif melakukan kegiatan. Sebelum kegiatan dimulai siswa tetap duduk seperti semula yaitu model duduk kelas tradisional, duduk berbaris ke belakang. Pelaksanaan kegiatan pada Siklus I berlangsung selama 1 kali
tatap muka ( 2 x 40 menit). c. Pengamatan
f
Selama pembelajaran langsung dilakukan observasi untuk mengetahui pengaruh kegiatan pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar dalam proses pembelajaran Baca Tulis Al Qur’an. Pada
pembelajaran ini siswa yang masuk sebanyak 24 siswa.
Untuk mengetahui kemampuan ketrampilan yang dimiliki tiap siswa dan penguasaan bahan pembelajaran tentang Baca Tulis Al Qur’an, dilakukan observasi. Dengan cara siswa mendemontrasikan membaca Al- Qur’an secara tartil fokus pada bacaan idhar
Kemampuan ketrampilan kooperatif siswa pada penelitian siklus I tabel I, menunjukkan kemampuan ketrampilan kooperatif yang diperoleh
siswa pada siklus I, ketrampilan kooperatif yang diamati secara langsung
pada siklus I adalah ketrampilan dalam mengajukan pertanyaan, menjawab
pertanyaan, menanggapi pengertian hukum bacaan dan membaca fokus
pada bacaan idhar, yang diperoleh siswa dalam pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an.
Tabel 1. Kemampuan Membaca Yang Diperoleh Siswa Dalam
Pembelajaran Baca Tulis Al Qur’an.
No K em am puan M embaca f %
1 Kemampuan menanyakan hukum bacaan 3 12,50
2 Menanggapi pengertian hukum bacaan 2 8,33
3 Menjawab pertanyaan tentang hukum bacaan 4 16,66
4 Latihan membaca Al-Qur’an dengan fokus 24 100
pada bacaan idhar.
Rata-rata 34,33%
Pada Tabel 1 tersebut di atas diketahui bahwa kemampuan siswa
dalam membaca Al Qur’an melalui empat aspek kemampuan, meliputi,
kemampuan menanyakan hukum bacaan, kemampuan menanggapi
pengertian hukum bacaan, menjawab pertanyaan tentang hukum bacaan,
Pada aspek menanyakan hukum bacaan diketahui bahwa dari 24
siswa hanya 3 orang siswa yang mampu menanyakan hukum bacaan,
dengan demikian secara prosentase hanya mencapai 12,5%. Pada aspek
menanggapi pengertian hukum bacaan, yang mampu menanggapi hanya 2
orang siswa, secara prosentase hanya mencapai 8,33%. Pada aspek
menjawab pertanyaan yang mampu menjawab 4 orang, secara prosentase
hanya mencapai 16,66 %. Menurut kategori tingkat keaktifan siswa,
berarti dalam pembelajaran dikatakan siswa cukup aktif.
Tabel 2 menunjukkan kemampuan penguasaan menulis dalam
pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an yang diperoleh siswa. Pada tabel 2 siklus 1 ini yang diamati adalah tulisan ayat-ayat Al-Qur’an, menulis ayat-
ayat Al Qur’an, memahami tulisan-tulisan Al-Qur’an, membedakan ayat- ayat Al-Qur’an yang mengandung bacaan idhar dan tidak.
Tabel 2. Kemampuan Menulis Yang Diperoleh Siswa Dalam Pembelajaran Baca Tulis Al Quran
No Kemampuan Menulis f % 1 Menulis ayat-ayat Al-Qur’an 4 16,66
2 Memahami tulisan-tulisan Al-Qur’an 2 8,33 3 Membedakan tulisan yang mengandung
Pada Tabel 2 siklus 1 tersebut di atas, diketahui bahwa kemampuan siswa dalam menulis yang meliputi 4 aspek kemampuan, meliputi, menulis ayat-ayat Al Qur’an, memahami tulisan-tulisan Al Qur’an, membedakan tulisan yang mengandung hukum bacaan Idhar dan tidak, dan latihan menulis ayat Al Qur’an yang mengandung hukum bacaan Idhar.
Pada aspek menulis ayat-ayat Al Qur’an diketahui bahwa dari 24 siswa hanya 4 siswa yang mampu menulis ayat-ayat Al Qur’an yang mengandung tulisan bacaan Idhar, dengan demikian secara prosentase hanya mencapai 16,66 %. Pada aspek memahami, yang mampu memahami 2 orang siswa, secara prosentase hanya mencapai 8,33 %. Pada aspek membedakan tulisan yang mengandung hukum bacaan Idhar dan tidak ada 3 oarang, secara prosentase hanya mencapai 12,50 %. Pada akhir pembelajaran siswa diberi tes tertulis, dari hasil tes tersebut nilai rata-rata siswa secara keseluruhan sebesar 5,8 (terlampir halaman 42 ). d. Refleksi
Hasil belajar dari siklus I ini belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Nilai rata-rata hasil tes tertulis belum memuaskan dan sebagian siswa belum aktif dalam bertanya, menjawab pertanyaan, maupun mengemukakan pendapat selama pembelajaran berlangsung.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Perencanaan dimulai dengan mempersiapkan materi dengan pokok
bahasan tajwid dalam Al-Qur’an dengan sub pokok bahasan mendemontrasikan bacaan Al-Qur’an sesuai hukum tajwid dengan benar,
adapun materi pokok pembelajaran adalah praktek membaca Al-Qur’an
dengan tartil fokus pada bacaan idhar. Guru menyediakan lembar evaluasi menyiapkan media pembelajaran yang diperlukan yaitu alat dan bahan
sesuai dengan pokok bahasan. Siswa yang beijumlah 24 siswa dibagi menjadi 5 kelompok sehingga masing-masing kelompok beijumlah 5
siswa dan satu kelomok beijumlah 4 siswa. Proses pembelajaran Baca Tulis Al Qur’an pada siklus 2 ini menggunakan metode demonstrasi, adapun media yang digunakan adalah tulisan Al Qur’an yang mengandung
bacaan Idhar.
b. Pelaksanaan Tindakan
Guru menyajikan materi pelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran. Pada siklus 2 dalam menyajikan materi pembelajaran berbeda dengan penyajian materi pada siklus 1. Pada siklus 2, guru
menggunakan tulisan bacaan-bacaan Al Qur’an, guru membagi siswa
menjadi kelompok sesuai dengan perencanaan pembelajaran. Setiap
kelompok berdiskusi tentang materi pembelajaran. Guru memberikan LKS yang masing-masing dikeijakan secara individual. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus 2 ini berlangsung selama 1 (satu) kali tatap muka
( 2 x 40 menit).
Guru menindak lanjuti pembelajaran pada siklus 2 ini dengan menerangkan materi kembali, membuat kesimpulan dan memberi kesempatan untuk bertanya,
c. Pengamatan
Selama pembelajaran langsung dilakukan observasi untuk mengetahui pengaruh kegiatan pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar dalam proses pembelajaran Baca Tulis Al Qur’an. Pada pembelajaran ini siswa yang masuk sebanyak 24 siswa, untuk mengetahui kemampuan ketrampilan yang dimiliki dan penguasaan bahan pembelajaran setiap siswa tentang pembelajaran Baca Tulis Al Qur’an dilakukan observasi.
Kemampuan ketrampilan kooperatif siswa pada penelitian siklus 2.
Tabel 3 menunjukkan kemampuan ketrampilan kooperatif yang diperoleh siswa pada siklus 2. Ketrampilan yang diamati secara langsung pada siklus 2 ini adalah ketrampilan dalam mengajukan pertayaan, menjawab pertanyaan, menanggapi pengertian hukum bacaan, dan membaca yang diperoleh siswa dalam pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an.
Tabel 3. Kemampuan Yang Diperoleh Siswa Dalam Pembelajaran Baca Tulis Al Qur’an
No Kemampuan Membaca f % 1 Kemampuan menanyakan hukum bacaan 6 25 2 Menanggapi pengertian hukum bacaan 8 33,33 3 Menjawab pertanyaan tentang hukum-hukum bacaan 11 45,83 4 Latihan membaca Al-Qur’an dengan fokus bacaan 24 100
idhar
Pada tabel 3 siklus 2 tersebut di atas diketahui bahwa kemampuan
siswa dalam membaca Al Qur’an melalui 4 aspek kemampuan meliputi,
kemampuan menanyakan hukum bacaan, kemampuan menanggapi
pengertian hukum bacaan, menjawab pertanyaan tentang hukum bacaan,
dan dalam latihan membaca Al Qur’an fokus pada bacaan Idhar.
Pada aspek menanyakan hukum bacaan diketahui, 6 orang siswa
yang mampu menanyakan hukum bacaan, dengan demikian secara
prosentase mencapai 25 %. Pada aspek menanggapi pengertian hukum
bacaan, yang mampu menanggapi 8 orang siswa, secara prosentase
mencapai 33,33 %. Pada aspek menjawab pertanyaan, yang mampu
menjawab 11 orang siswa secara prosentase mencapai 45,83 %. Menurut
kategori tingkat keaktifan siswa , sudah dapat dikatakan aktif dalam proses
pembelajaran
Tabel 4 menunjukkan kemampuan penguasaan menulis dalam
pembelajaran baca tulis Al-Qur’an yang diperoleh siswa. Pada tabel 4
siklus 2 ini yang diamati adalah tulisan ayat-ayat Al-Qur’an, menulis ayat-
ayat Al Qur’an, memahami tulisan-tulisan Al-Qur’an, membedakan ayat-
ayat Al-Qur’an yang mengandung hukum bacaan idhar.
Tabel 4. Kemampuan Menulis Yang Diperoleh Siswa Dalam
Pembelajaran Baca Tulis Al Qur’an
No K em am puan menulis f %
1 Menulis ayat-ayat al-qur’an 11 45,83 2 Memahami tulisan-tulisan Al-Qur’an 6 25 3 Membedakan tulisan yang mengandung hukum bacaan
idhar dan tidak
ayat-ayat Al Qur’an, memahami tulisan-tulisan Al Qur’an, membedakan
tulisan yang mengandung bacaan idhar dan tidak, dan latihan menulis ayat-
ayat Al Qur’an yang mengandung hukum bacaan Idhar.
- Pada aspek menulis ayat-ayat Al Qur’an diketahui ada 11 orang
siswa, yang mampu menulis ayat-ayat Al Qur’an yang mengandung tulisan
bacaan idhar, dengan demikian secara prosentase mencapai 45,83 %.
Pada aspek memahami, yang mampu memahami ada 6 oarang
siswa, secara prosentase mencapai 25 %. Pada aspek membedakan tulisan
yang mengandung bacaan idhar dan tidak ada 8 orang siswa, secara
prosentase mencapai 33,33 %. Pada akhir pembelajaran siswa diberi tes
tertulis, dari hasil tes tersebut nilai rata-rata siswa secara keseluruhan
d. Refleksi
Hasil dari siklus 2 dalam pembelajaran Baca Tulis Al Qur’an
dengan menggunakan metode demonstrasi menunjukkan adanya kemajuan
dibanding dengan siklus 1. Siswa lebih aktif dalam mengikuti proses
pembelajaran. Walaupun masih ada siswa yang pasif dalam diskusi terlihat
diam selama kegiatan berlangsung, sehingga belum dapat menghasilkan
ketrampilan kooperatif yang diharapkan, maka masih perlu dilakukan
perbaikan terhadap pembelajaran selanjutnya. Diantaranya dengan
memisahkan kelompok laki-laki dan perempuan dalam pembentukan
kelompok, agar siwa tidak malu-malu lagi pada saat diskusi kelompok. Pada
siklus selanjutnya guru perlu lebih membantu dan mengarahkan siswa agar
ketrampilan kooperatif dan penguasaan bahan pembelajaran lebih meningkat
menjadi baik.
3. Siklus III
a. Perencanaan
Pembelajaran pada siklus ke 3 ini diawali dengan pembentukan
kelompok dengan mengadakan perubahan anggota kelompok yaitu
memisahkan antara kelompok laki-laki dan kelompok perempuan. Setiap
kelompok satu diantaranya adalah siswa yang mempunyai kecerdasan atau
kepandaian lebih sehingga bisa menjadi tutor sebaya bagi siswa lain.
Selain itu guru melanjutkan tugas pada siklus kedua yang belum
terselesaikan dengan tujuan memperbaiki korelasi pada siklus 2.
Pada pembelajaran siklus ini guru menerangkan dan membahas
materi pokok Baca Tulis Al Qur’an dengan sub pokok bahasan bacaan
Ikhfa’ media yang digunakan adalah tulisan-tulisan Al Qur’an yang
mengandung bacaan Ikhfa’.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan penelitian tindakan pada siklus 3 ini diuraikan sebagai
berikut:
1. Guru membuka pembelajaran dengan mengucap salam dan mengabsen
jumlah siswa yang hadir.
2. Guru melaksanakan apersepsi.
3. Guru menggunakan tulisan-tulisan Al Q ur’an dan melakukan tanya
jawab pada siswa untuk menggali pengetahuan yang dimiliki siswa.
4. Guru menerangkan materi pelajaran yang dikaitkan dengan bacaan
Ikhfa’.
5. Guru melakukan perubahan terhadap pembagian siswa dalam
kelompok diskusi kemudian memberi tugas.
6. Guru memanggil siswa untuk membaca bacaan Al Qur’an yang ada
bacaan Ikhfa’.
7. Pada saat ke depan guru menanyakan kepada siswa tentang bacaan-
bacaan yang mengandung bacaan Ikhfa’.
8. Guru memberi kesempatan pada kelompok untuk bertanya menjawab
pertanyaan dan mengemukakan pendapat.
10. Guru menindaklanjuti pembelajaran hari itu dengan membuat
kesimpulan.
11. Guru menutup pelajaran dengan mengucap salam, c. Pengamatan
Selama pembelajaran langsung diadakan observasi untuk
mengetahui pengaruh kegiatan pembelajaran, dalam meningkatkan hasil
belajar dalam proses pembelajaran Baca Tulis Al Qur’an, pada
pembelajaran ini siswa yang masuk sebanyak 24 anak.
Untuk mengetahui kemampuan ketrampilan yang dimiliki dan penguasaan bahan pembelajaran setiap siswa tentang pembelajaran baca
Tulis Al Q ur’an dilakukan observasi.
Tabel 5 menunjukkan kemampuan ketrampilan kooperatif yang diperoleh siswa pada siklus 3. Ketrampilan yang diamati secara langsung
pada siklus ini adalah ketrampilan dalam mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, menanggapi pengertian hukum bacaan dan
membaca yang diperoleh siswa dalam pembelajaran baca tulis Al-Qur’an.
Tabel 5. Kemampuan Membaca Yang Diperoleh Siswa Dalam Pembelajaran Baca Tulis Al Qur’an
No Kemampuan membaca f % 1 Kemampuan menanyakan hukum bacaan 8 33,33 2 Menanggapi pengertian hukum bacaan 13 54,16 3 Menjawab pertanyaan tentang hukum bacaan 15 62,50 4 Latihan membaca Al-Qur’an dengan fokus bacaan Ikhfa' 24 100
Rata-rata 62,50%
Pada tabel 5 siklus 3 tersebut di atas diketahui bahwa kemampuan
siswa dalam membaca Al Qur’an melalui 4 aspek kemampuan, meliputi,
menanyakan kemampuan hukum bacaan, kemampuan menanggapi
pengertian hukum bacaan, menjawab pertanyaan tentang hukum bacaan,
dan latihan membaca Al Qur’an fokus bacaan Ikhfa’.
Pada aspek menanyakan hukum bacaan, ada 8 orang siswa yang
mampu menanyakan hukum bacaan, dengan demikian secara prosentase
mencapai 33,33 %. Pada aspek menanggapi pengertian hukum bacaan ada
13 orang siswa, secara prosentase mencapai 54,16 %. Pada aspek
menjawab pertanyaan yang mampu menjawab ada 15 orang siswa, secara
prosentase mencapai 62,50 %. Menurut kategori keaktifan, siswa sudah
dapat dikatakan aktif dalam proses pembelajaran.
Tabel 6 menunjukkan kemampuan penguasaan menulis dalam
pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an yang diperoleh siswa. Pada tabel 6
siklus 3 ini yang diamati adalah ayat-ayat Al-Qur’an, memahami tulisan-
tulisan Al-Qur’an, menanggapi pengertian hukum bacaan, dan
membedakan ayat-ayat Al -Q u r’an yang mengandung bacaan ikhfa’ dan