• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepuasan seksual pada kelompok berat badan normal dan berat badan obesitas - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Kepuasan seksual pada kelompok berat badan normal dan berat badan obesitas - USD Repository"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

i

KEPUASAN SEKSUAL PADA KELOMPOK BERAT BADAN NORMAL

DAN BERAT BADAN OBESITAS

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh : Priscilla Pritha Pratiwindya

089114113

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN MOTTO

“All our dreams can come true if we have the

courage to pursue them”

(walt disney)

(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini, aku persembahkan bagi Allah Bapa di Surga bersama

malaikat-malaikat-Nya

Bapak Ignatius Tanto Kusnandar

Ibu A.M. Tenny Iskandriati

Sheila Sitarani Savitri

Gregorius Agung Adinata dan Angela Dewi Gayatri 

Serta sahabat-sahabat kesayanganku

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam daftar pustaka sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah.

Yogyakarta, 28 Februari 2014 Penulis

(7)

vii

KEPUASAN SEKSUAL PADA KELOMPOK BERAT BADAN NORMAL DAN BERAT BADAN OBESITAS

Priscilla Pritha Pratiwindya

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh citra tubuh terhadap perbedaan kepuasan seksual pada kelompok berat normal dan kelompok berat obesitas. Subjek pada penelitian kali ini berjumlah 97 pria dan 97 wanita yang aktif secara seksual dengan rentang usia 20-65 tahun dengan metode purposive sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berbentuk skala. Skala penelitian ini terdiri dari skala Interpersonal Exchange Model Sexual Satisfaction (IEMSS) yang dikembangkan oleh Byers (1995) yang sudah diterjemahkan dan skala Contour Drawing Scale yang dikembangkan oleh Thompson (1984). Koefisien realibitas dari skala IEMSS ini adalah 0.933 untuk GMREL, 0.937 untuk GMSEX, dan 0.383 untuk exchange quastionnaire. Sedangkan berdasar reliabilitas skala asli Contour Drawing Scale adalah 0.78. Hasil yang diperoleh dari data yang diolah dengan menggunakan analisis kovarian menunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan kepuasan seksual pada kelompok berat badan normal dan kelompok berat obesitas serta (2) tidak ada pengaruh citra tubuh terhadap kepuasan seksual pada kelompok berat badan normal dan obesitas.

(8)

viii

SEXUAL SATISFACTION VIEWED FROM NORMAL AND OBESITY WEIGHT GROUP

Priscilla Pritha Pratiwindya ABSTRACT

Current research is aimed to investigated the effect of body image on differences of sexual satisfaction based normal weight group and obesity group. The subject of this research about 97 men and 97 women who in relationship with sexually active with their partners with the use of purposive sampling. Scale used to collected the data. The scales of this research are the scale of Interpersonal Exchange Model Sexual Satisfaction developed by Byers (1995) and has translated before hand and Contour Drawing Rating Scale developed by Thompson (1984). The reliability of the IEMSS are 0.933 for GMREL, 0.937 for GMSEX, dan 0.383 for exchange questionnaire. The reliability of the CDR based on original research are 0.78. The result from processed data with analyses covariate shows that viewed from normal and obesity group there are difference significant sexual satisfaction. Research also shows that there are no significant body image effect on sexual satisfaction.

(9)

ix

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Priscilla Pritha Pratiwindya

Nomor Mahasiswa : 089114113

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

“Kepuasan Seksual Pada Kelompok Berat Badan Normal dan Berat Badan Obesitas”

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 28 Februari 2014 Yang menyatakan,

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala penyertaan dan berkah yang melimpah sehingga Skripsi dengan judul “Kepuasan Seksual Pada Kelompok Berat Badan Normal dan Berat Badan Obesitas” ini

dapat diselesaikan dengan baik.

Selama menulis Skripsi ini, penulis menyadari bahwa ada begitu banyak pihak yang telah berkontribusi besar dalam proses pengerjaan Skripsi ini. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Priyo Widiyanto, M.Si selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma atas keramahan dan kebaikan – kebaikannya selama ini. 2. Bapak C. Siswa Widyatmoko, S.Psi., M.Psi sebagai dosen pembimbing

skripsi. Terima kasih atas ilmu, perhatian, dan dukungan yang telah diberikan hingga skripsi ini selesai.

3. Alm. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani sebagai dosen yang selalu menginspirasi dan sangat memotivasi kami sebagai mahasiswa berjuang hingga akhir sampai titik darah penghabisan. Damai di Surga ya, bu. 4. Bapak Agung Santoso, M.A atas kesempatan-kesempatan belajar statistik

di sela-sela kesibukannya.

(11)

xi

6. Mas Gandung, Ibu Nanik, Mas Doni, dan Mas Muji, Pak Gie, terima kasih atas keramahan dan pelayanan yang begitu hangat selama menimba ilmu di Fakultas Psikologi

7. Komunitas Besar Indonesia dan Komunitas Extra Large. Terimakasih atas kesempatan bisa bergabung bersama teman- teman semua.

8. Bapak Tanto dan Ibu Tenny tersayang. Makasih ya untuk perhatian, doa, materi dan semangat yang luar biasa.

9. Mbak Sheila Sitarani, Mas Unggul, mas Geo, dan dek Dea. Makasih ya udah ngeramein hari-harinya Nante Pritha :’)

10.Keluarga Soelastro dan Keluarga Ismukadinoto untuk pertanyaan “kapan selesainya?” . heheheheh ....

11.Sahabat aku Veronica Hesti Nur Endahsari. Makasih atas perhatian, doa, semangat, perjuangan. Semoga masih ada tahun-tahun berikutnya untuk kita berjuang lagi.

12.Teman – teman kesayangan aku Arisa Theresia, Galuh Sekardhita, Fransisca Mya, Anna Novilia. Terimakasih atas semangatnya dari kita bareng-bareng sampai kita sendiri-sendiri :’)

13.Benedictus Anggit dan Lucia Kardiwiyono untuk semangat di akhir-akhir perjuangan penulisan skripsi ini. Terima kasih untuk kebersamaan, keceriaan, semangat, pengalaman yang telah terjalin selama ini.

(12)

xii

15.Heni Ariyanti atas bantuan dan informasinya di akhir penulisan ini. Tanpamu, aku ga bisa bikin halaman , hen :D

16.Teman – Teman Psikologi 2008 semuanya. Di Psikologi kita berbagi :D 17.@angonkarep untuk menjadi tempat pelarian aku dikala perjuangan ini

terasa lelah 

Saya menyadari dalam pembuatan skripsi ini ada kesalahan yang saya perbuat. Oleh karena itu saya mengucapkan maaf kepada semua pihak yang telah dirugikan. Penelitian ini juga masih jauh dari kata sempurna sehingga besar harapan saya untuk mendapatkan kritik dan saran yang membangun demi perkembangan penelitian selanjutnya. Akhir kata, saya ucapkan terima kasih.

Yogyakarta, 28 Februari 2014 Penulis,

(13)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

(14)

xiv

1. Definisi Kepuasan Seksual ... 8

2. Pengukuran Kepuasan Seksual ... 9

3. Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Seksual ... 11

4. Aspek dalam Interpersonal Exchange Model Sexual Satisfation ... 16

B. Indeks Massa Tubuh ... 18

1. Definisi Indeks Massa Tubuh ... 18

2. Penghitungan Indeks Masssa Tubuh ... 19

3. Penggolongan Indeks Massa Tubuh ... 19

C. Citra Tubuh ... 20

1. Definisi Citra Tubuh ... 20

2. Pengukuran Citra Tubuh... 21

3. Aspek Citra Tubuh ... 22

4. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Citra Tubuh ... 23

D. Dinamika Indeks Massa Tubuh dengan Kepuasan Seksual ... 24

E. Hipotesis dan Pertanyaan Penelitian ... 29

(15)

xv

D. Subjek Penelitian ... 32

E. Prosedur Penelitian ... 33

F. Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 34

1. Skala Interpersonal Exchange Model Sexual Satisfaction ... 34

2. Skala Contour Drawing Rating Scale ... 38

G. Validitas dan Reliabilitas Alat Pengumpul Data ... 38

1. Validitas Alat Ukur... 38

2. Reliabilitas Alat Ukur Kuantitatif ... 40

H. Metode Analisis Data ... 42

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Pelaksanaan Penelitian ... 43

B. Data Demografik Subjek ... 44

C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 47

1. Data Deskriptif Citra Tubuh Subjek Semua Kelompok Berat 47 2. Data Deskriptif Kepuasan Seksual ... 48

D. Analisis Data ... 49

(16)

xvi

2. Bagi Penelitian Selanjutnya ... 56

C. Kekuatan dan Keterbatasan ... 56

1. Kekuatan Penelitian ... 56

2. Keterbatasan Penelitian ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 58

(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Penggolongan Kelompok Indeks Massa Tubuh ... 19

Tabel 2 Reliabilitas Skala Alih Bahasa Interpersonal Exchange Model Sexual Satisfaction... 41

Tabel 3 Data Demografik Jenis Pekerjaan Subjek ... 44

Tabel 4 Data Demografik Tingkat Pendidikan Subjek ... 45

Tabel 5 Statistik Deskriptif Subjek Berdasar Kelompok Indeks Massa Tubuh ... 46

Tabel 6 Nilai Rata – rata Ketidakpuasan Citra Tubuh pada Subjek Normal dan Obesitas ... 47

Tabel 7 Data Statistik Deskriptif Interpersonal Exchange Model Sexual Satisfaction Berdasar Kelompok Berat Normal dan Obesitas .. 48

Tabel 8 Uji Linearitas ... 50

Tabel 9 Uji Normalitas ... 51

Tabel 10 Uji Homogenitas ... 51

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kepuasan seksual merupakan salah satu aspek penting yang mempengaruhi kehidupan seksual individu secara keseluruhan (Shebini, Kazem, Maty & Nihad, 2011). Hal itu dikarenakan seksualitas terhubung dalam setiap aspek kehidupan baik dari sisi fisik, mental, dan spiritual (Rosen & Bachmann, 2008). Launmann, dkk.,(2006) mengungkapkan bahwa kehidupan seksualitas yang baik akan meningkatkan kesejahteraan psikologis individu tersebut.

(19)

Sisi penting tersebut juga tak lepas dari berbagai faktor biologis dan psikologis yang mempengaruhi kepuasan seksual. Faktor biologis yang dianggap jelas mempengaruhi kepuasan seksual adalah frekuensi hubungan seksual (Heiman, dkk., 2011; Cheung, Wong, Liu, Yip, Fan & Lam, 2008; Philippsohn & Hartmann, 2008), pengalaman orgasme (Barrientos & Paez, 2006) dan tingkat masturbasi (Cheung, dkk., 2008; Mannila & Osmo, 1997). Sedangkan, faktor psikologis yang memiliki kaitan erat dengan kepuasan seksual adalah pengungkapan diri (MacNeil & Byers, 2009; Byers & Demmon, 1999), komunikasi pada pasangan (Montesi, Fauber, Gordon & Heimberg, 2010; Litzinger & Gordon, 2005; Areton, 2000), kedekatan emosional (Butzer & Campbell, 2008), dan citra tubuh (Algars, dkk., 2009; Holt & Lyness, 2007; Areton, 2000; Wiederman, 2000).

(20)

Masalah berat badan dalam suatu hubungan tidak hanya terjadi saat berat badan pasangannya bertambah, namun juga pada saat salah satu pasangan tersebut berusaha untuk menurunkan berat badan. Hal itu membuat pasangan mereka cemburu dan mengganggap bahwa pasangan mereka berusaha untuk menarik lawan jenis lainnnya (Ledyard & Morisson, 2008).

Sobal (1985) mengungkapkan bahwa kepuasan seksual merupakan aspek yang penting dalam hubungan pernikahan, namun masih sangat terbatas penelitian yang mampu membuktikan bahwa berat badan memiliki peranan yang penting dalam suatu hubungan. Review tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rada, Prejbeanu, Albu, & Manolescu (2011) yang dilakukan pada kelompok sampel individu dengan berat normal dan berat berlebih. Dari hasil penelitian tersebut ditemukan bahwa ada keterkaitan antara berat badan dengan fungsi seksual yang mempengaruhi kepuasan seksual pada seseorang. Individu yang memiliki berat badan berlebih dianggap memiliki fungsi seksual yang kurang baik dan memiliki kepuasan seksual yang lebih rendah daripada kelompok berat normal.

(21)

mengalami peningkatan gairah, lubrikasi, hasrat seksual, dan kepuasan seksual secara menyeluruh.

Hasil review literature yang dilakukan oleh Sobal (1985) dan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rada, Prejbeanu, Albu, & Manolescu (2011) tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Opperman (2011). Secara kontradiktif, Opperman (2011) menemukan bahwa indeks massa tubuh tidak berhubungan dengan kepuasan seksual. Namun penelitian tersebut juga memiliki kelemahan yaitu terlalu banyak subjek dengan berat badan normal, sehingga faktor tersebut diperkirakan mempengaruhi hasil penelitian (Opperman, 2011).

Selain itu, selaras dengan hasil penelitian Opperman (2011), Widiatmojo (2006) melakukan penelitian pada 44 wanita dan hasil dari penelitian tersebut adalah faktor berat adan berkorelasi negatif namun tidak signifikan dengan kepuasan seksual. Dengan kata lain, tidak ada hubungan antara berat badan dengan kepuasan seksual. Namun Widiatmojo (2006) mengungkapkan bahwa penelitian tersebut memiliki kelemahan yaitu subjek sangat sedikit dan semuanya berjenis kelamin perempuan. Kadioglu, dkk., (2009) dalam penelitiannya juga menemukan bahwa pada subjek wanita yang mengalami obesitas, berat badan tidak mempengaruhi kualitas dan fungsi seksual seseorang.

(22)

individu dengan berat badan normal bahkan individu dengan berat tubuh yang kurang dari normal atau bisa disebut underweight. Beberapa kasus citra tubuh negatif banyak ditemui oleh individu obesitas dan underweight. Pada individu yang obesitas citra tubuh negatif dialami pria dan wanita, sedangkan kasus citra tubuh negatif pada individu underweight lebih banyak dialami pada pria (Cash, Theriault, & Natasha, 2004). Banyak kasus ditemukan bahwa pada individu dengan citra tubuh negatif, mereka biasanya cenderung suka menyalahkan diri sendiri, merasa tidak percaya diri, dan menilai rendah dirinya yang kemudian pada akhirnya menimbulkan depresi (Loth, Mond, Wall & Dianne, 2011; Byers & Jonet, 2009).

Dampak negatif tersebut bisa berakibat fatal pada hubungan yang sedang dijalin bersama pasangannya. Citra tubuh yang negatif pada setiap individu kerapkali menimbulkan perasaan bahwa mereka tidak lagi disukai oleh pasangan mereka sendiri dan membuat mereka menarik diri dari pasangannya (Cheng & Nany, 2010). Mereka tidak lagi terlibat pada keintiman dan keromantisan yang dibutuhkan pada setiap pasangan dalam pernikahan. Frekuensi keintiman dan keromantisan yang berkurang membuat hasrat dan gairah seksual pada pasangan menjadi menurun (Brotto, Petkau, Labrie & Rosemary, 2011; Meston & Andrea, 2007) dan kualitas kepuasan seksual pada pasangan tersebut menjadi berkurang.

(23)

menyarankan penting untuk melihat kembali kepuasan seksual dan indeks massa tubuh, maka dari itu penelitian ini ingin mengatasi kelemahan penelitian yang dilakukan oleh Opperman (2011) dengan menggunakan subjek yang memiliki berat badan normal dan berat badan obesitas dengan jumlah yang seimbang. Selain itu, peneliti juga ingin mengatasi kelemahan penelitian yang dilakukan oleh Widiatmojo (2006) dengan menggunakan subjek pria dan wanita.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti merasa penting untuk diadakan penelitian kembali mengenai pengaruh citra tubuh terhadap kepuasan seksual pada kelompok – kelompok berat badan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adakah pengaruh citra tubuh terhadap kepuasan seksual pada kelompok berat badan normal dan obesitas ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui pengaruh citra tubuh terhadap kepuasan seksual pada kelompok berat normal dan obesitas.

(24)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian diharapkan dapat membantu menambah hasil penelitian mengenai pengaruh citra tubuh terhadap kepuasan seksual. b. Hasil penelitian diharapkan dapat membantu menunjukkan kejelasan

tentang perbedaan kepuasan seksual pada kelompok berat normal dan obesitas.

2. Manfaat Praktis

(25)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kepuasan Seksual

1. Definisi Kepuasan Seksual

Kepuasan seksual dianggap memiliki konstruk yang belum jelas, namun beberapa peneliti berusaha untuk membatasi konstruk kepuasan seksual supaya menjadi lebih jelas. Byers (1995) mengungkapkan bahwa kepuasan seksual adalah sebuah respon afektif yang timbul dari evaluasi subjektif seseorang tentang dimensi positif dan negatif terkait dengan hubungan seksual pada seseorang. MacNeil dan Byers (1997) juga beranggapan bahwa kepuasan seksual merupakan dimensi yang penting dalam komponen seksualitas karena mencakup aspek negatif dan positif dalam setiap hubungan seksual.

Offman dan Mattheson (2005) membatasi kepuasan seksual adalah sebuah respon afektif yang timbul dari evaluasi subjektif seseorang tentang dimensi positif dan negatif terkait dengan hubungan seksual pada seseorang, termasuk persepsi kebutuhan pasangan yang akan dia temui, memenuhi kebutuhannya sendiri dan harapan yang dimiliki oleh pasangannya, serta evaluasi positif pada hubungan secara menyeluruh.

(26)

Oleh karena itu, setiap individu memiliki pendapatnya sendiri mengenai kepuasan seksual yang dialaminya.

Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan seksual adalah sesuatu yang hal penting dalam seksualitas yang mencakup pikiran dan perasaan seseorang yang timbul dari evaluasi subjektif seseorang tentang dimensi negatif dan positif terkait dengan relasi seksual yang sedang mereka jalin.

2. Pengukuran Kepuasan Seksual

Stulhofer, Busko, dan Brouillard (2010) melakukan review tentang pengukuran kepuasan seksual. Dalam review tersebut dijelaskan bahwa dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, kepuasan seksual diukur hanya dengan satu pernyataan “seberapa puaskah anda dalam kehidupan seksual?” atau dengan indikator kepuasan fisik dan emosional terkait dengan kehidupan seksualitas. Pernyataan tersebut tentu saja tidak bisa mengukur banyak hal terkait seksualitas.

Lebih lanjut, Stulhofer, Busko, dan Brouillard (2010) menjelaskan bahwa alat ukur kepuasan seksual mulai banyak berkembang dan mulai dengan beberapa pendekatan. Hal ini tampak pada beberapa skala, yaitu skala Whitley Inventory of Sexual Satisfaction, skala Index of Sexual Satisfaction dan skala Pinney Sexual Satisfaction yang dikembangkan khusus untuk melihat

(27)

Arrington, Cofrancesco, & Wu ( dalam Stulhofer, Busko, dan Brouillard, 2010) menjelaskan bahwa dalam dua dekade terakhir, mulai banyak perhatian mengenai alat ukur kepuasan seksual dengan validitas dan reliabilitas yang terpercaya. Beberapa alat ukur baru tersebut ialah Young’s Sexual Satisfaction Scale, Derogatis Sexual Functioning Inventory, Multidimensional Sexuality Questionnaire

yang meliputi berbagai pernyataan umum mengenai kepuasan seksual, serta skala Global Measure of Sexual Satisfaction (GMSEX) yang merupakan dasar dari jawaban yang multidimensional. Dalam skala GMSEX, dari satu pernyataan yang diajukan untuk melihat kepuasan seksual seseorang berdasarkan respon atas hubungannya bersama pasangannya. Pada item skala tersebut satu pernyataan dijawab menggunakan 5 jawaban yang multidimensional dihitung dari dengan menghitung skala 1-7 (Byers & MacNeil, 1995).

Pengukuran lainnya adalah Sexual Satisfaction Scale for Women (SSS-W) yang dikembangkan oleh Meston dan Trapnell

(2005). SSS-W mengukur kepuasan seksual dan distress yang dialami oleh wanita.

Namun, dalam konsep dyadic, Byers (2005) menganggap bahwa pengukuran kepuasan seksual masih sangat terbatas sehingga mulai dikembangkan pengukuran kepuasan seksual Interpersonal Exchange Model of Sexual Saatisfaction (IEMSS) (Byers, 2005; Byers

(28)

1998) dalam lingkup commited & closed relationship dan dikembangkan berdasarkan latar belakang dyadic. Skala ini dibuat berdasarkan social exchange theory dengan melihat reward dan cost yang didapatkan oleh pasangan tersebut. Skala IEMSS meliputi empat dimensi yaitu keseimbangan antara reward dan cost dalam hal seksual, kesesuaian antara hal yang diharapan dan hal yang sebenarnya terjadi, dimensi ketiga mengenai perasaan yang sama dalam hal reward dan cost dalam hal seksual, dan terakhir mengenai kualitas aspek nonseksual yang terjadi pada pasangan tersebut.

Dibandingkan dengan alat ukur lainnya, skala IEMSS telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Dalam penelitian sebelumnya, skala IEMSS telah diujicobakan di Kanada pada subjek pasangan (Byers, 1998 ; Lawrence & Byers, 1995) dan pada individu yang telah menikah di Cina (Renaud, Byers, & Pan, 1997).

3. Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Seksual

Kepuasan seksual sangat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor ini dapat dikelompokkan menjadi faktor psikologis, faktor fisik, dan faktor sosio-demografis.

a. Faktor Psikologis

(29)

1) Pengungkapan Diri

Pengungkapan diri yang baik kepada pasangan berhubungan dengan tingkat kepuasan seksual yang tinggi (Byers & Demmons, 1999; Macneil & Byers, 1997). Pasangan yang memiliki pengungkapan diri yang baik mengenai hal yang disukai dan tidak disukai dalam hubungan yang dijalin akan memiliki tingkat kepuasan seksual yang lebih baik.

2) Komunikasi

Litzinger dan Gordon (2005) menyatakan bahwa komunikasi memiliki peran penting dalam suatu hubungan termasuk dalam menjalin hubungan seksual bersama pasangan. Komunikasi yang baik bersama pasangan bisa dimulai pada topik yang sifatnya umum (Montesi, Fauber, Gordon, & Heimberg, 2010) maupun topik yang mengarah pada seksualitas dan sifatnya lebih intim (Babin, 2012). Dalam beberapa penelitian telah ditemukan bahwa komunikasi yang baik bersama pasangan akan meningkatkan kualitas kepuasan seksual serta meningkatkan kepuasan hubungan secara keseluruhan. (Wood, 2002).

3) Kedekatan Emosional

(30)

secara emosional akan merasa memiliki hubungan yang timbal balik dalam hubungan seksual mereka. Butzer & Campbell (2008) juga mengungkapkan bahwa pasangan yang memiliki tingkat kecemasan yang tinggi terhadap pasangannya ternyata memiliki tingkat kepuasan seksual yang rendah.

4) Citra Tubuh

Citra tubuh dilaporkan memiliki keterkaitan dengan fungsi seksual (Weavers & Byers, 2006; Wiederman, 2000) dan kepuasan seksual (Holt & Lyness, 2007). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Holt dan Lyness (2007) menemukan bahwa ada hubungan antara citra tubuh dengan kepuasan seksual tidak hanya dialami oleh wanita namun juga dialami oleh pria. Individu yang memiliki citra tubuh yang negatif akan memiliki kecenderungan untuk menghindari aktivitas seksual bersama pasangannya (Rocque & Cioe, 2011). Hal tersebut mengakibatkan kurangnya hasrat bersama pasangan yang berdampak pada kurangnya gairah. Pujols, Meston, dan Seal (2010) mengungkapkan bahwa seseorang dengan indeks massa tubuh yang tinggi akan mengalami citra tubuh yang negatif dan memiliki fungsi seksual yang rendah.

b. Faktor Fisik

(31)

individu tersebut untuk mengalami orgasme dan frekuensi pasangan tersebut melakukan hubungan seksual. Individu dengan indeks massa tubuh yang tinggi dilaporkan kerap mengalami masalah seksual seperti disfungsi ereksi. Berikut ini merupakan faktor fisik atau medis yang dialami oleh pasangan-pasangan terkait dengan pengalaman kepuasan seksual.

1) Frekuensi Hubungan Seksual

Frekuensi hubungan seksual merupakan salah satu prediktor yang kuat dalam kepuasan seksual (Smith, dkk., 2011; Cheung, dkk., 2008). Korelasi yang signifikan tersebut berlaku bagi pria dan wanita. Faktor yang berhubungan dengan tingkat kepuasan seksual seseorang dan pasangannya. Pasangan dengan frekuensi hubungan yang tinggi memiliki tingkat kepuasan seksual yang tinggi dibandingkan pasangan dengan frekuensi hubungan seksual yang rendah (Cheung, dkk., 2008).

2) Orgasme

(32)

Begitu pula yang terjadi sebaliknya, individu yang kurang mengalami orgasme mereasa tidak puas dengan kehidupan seksualnya. Hal ini dikarenakan pengalaman orgasme merupakan tanda bahwa individu tersebut telah memuaskan dirinya sendiri dan pasangannya ketika mereka berhubungan seksual. (Philippsohn & Hartmann, 2009; Mannila & Kontula, 1997).

3) Indeks Massa Tubuh

Beberapa penelitian menyatakan bahwa indeks massa tubuh atau berat badan memiliki keterkaitan dengan kepuasan seksual. Hal itu dikarenakan, berat badan bisa mengakibatkan disfungsi seksual yang nantinya bisa mempengaruhi kepuasan seksual. Namun hasil penelitian tersebut masih dianggap inkosisten.

(33)

menemukan bahwa indeks massa tubuh tidak berhubungan dengan kepuasan seksual.

c. Faktor Sosio - Demografis 1) Status Hubungan

Kepuasan seksual yang tinggi lebih dialami oleh pasangan yang sudah menikah dibandingkan dengan pasangan yang tinggal serumah ataupun pasangan pacaran. Hal ini dikarenakan pasangan yang sudah menikah dianggap lebih mampu untuk memuaskan pasangannya dalam hal seksualitas (Byers, 1995).

2) Pendidikan

Pada penelitian yang dilakukan Areton (2000) menunjukkan bahwa individu dengan status pendidikan yang lebih tinggi memiliki tingkat kepuasan seksual yang lebih tinggi juga dibandingkan dengan individu dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah.

(34)

cost dalam pengalaman hubungan seksual individu tersebut bersama

pasangannya (Delamater, Hyde, & Fong, 2008). IEMSS mengukur bagaimana tingkat penilaian diri individu tersebut atas reward dan cost yang sudah diberikan kepada pasangannya dan diterima dari

pasangannya. Reward adalah suatu hal yang dianggap positif, menguntungkan dan tidak memberikan kerugian pada individu tersebut dalam hubungan yang dijalin bersama pasangannya. Cost adalah sesuatu hal yang dianggap merugikan, tidak menguntungkan individu tersebut dalam suatu hubungan.

Reward dan cost dalam teori yang dikembangkan oleh Byers (1992) mampu menjelaskan pentingnya mengukur suatu hal yang dirasakan individu tersebut pada pasangannya dan bahwa sebenarnya ada dimensi-dimensi yang mendasari kepuasan seksual individu pada pasangannya.

(35)

B. Indeks Massa Tubuh

1. Definisi Indeks Massa Tubuh

Indeks massa tubuh merupakan pengukuran berat badan yang disesuaikan dengan tinggi badan. Cara tersebut dikalkulasikan sebagai berat badan dalam satuan kilogram dan tinggi badan dalam satuan meter (kg/m2). Indeks massa tubuh memang berbeda dengan ukuran lemak tubuh pada seseorang. Namun, berbagai penelitian menyatakan bahwa indeks massa tubuh seseorang berhubungan dengan ukuran lemak tubuh.

Indeks massa tubuh adalah membandingkan antara berat badan dan tinggi badan dengan mengukur ketebalan lemak tubuh yang terdapat di sekeliling tubuh dan kemudian dibandingkan dengan tabel yang sudah terstandarisasi.

Pengukuran indeks massa tubuh banyak digunakan karena dianggap lebih mudah diukur dan memiliki hasil yang cukup akurat. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa tingkat indeks massa tubuh berhubungan dengan lemak tubuh dan resiko penyakit yang mungkin akan dialami.

(36)

2. Penghitungan Indeks Massa Tubuh

Indeks massa tubuh seseorang dapat dihitung secara manual. Cara menghitung indeks massa tubuh dapat digunakan dengan rumus berat badan (BB) dibagi dengan tinggi badan (TB) kuadrat2.

IMT = (BB) / (TB)2 . Penghitungan indeks massa tubuh dapat dicontohkan sebagai berikut:

Berat Badan (BB) = 60kg

Tinggi Badan (TB) = 170cm , maka hasil indeks massa tubuh orang tersebut adalah = (60) / (1,7)2 = 20,7 . Dalam kata lain orang tersebut memiliki indeks massa tubuh sebesar 20,7 dan masih tergolong dalam kelompok normal.

3. Penggolongan Indeks Massa Tubuh

Penggolongan indeks massa tubuh yang dijabarkan dibawah ini merupakan penggolongan indeks massa tubuh untuk usia diatas 20 tahun. Penggolongan indeks massa tubuh yang sudah terstandarisasi digunakan untuk semua umur baik pria dan wanita. Berikut ini merupakan tabel golongan indeks massa tubuh :

Tabel 1.Penggolongan Kelompok Indeks Massa Tubuh

Indeks Massa Tubuh Tingkat Obesitas

Underweight < 18,5

Normal 18,5 – 24,9

Overweight 25,0 – 29,9

Obesitas 30,0 – 34,9 I

(37)

Pada penelitian dalam hal seksualitas dan citra tubuh kali ini, kelompok indeks massa tubuh akan dibagi menjadi dua bagian, yaitu kelompok pertama yaitu berat normal dan underweight, dan kelompok lain adalah berat overweight dan obesitas. Hal ini dikarenakan menurut klasifikasi yang dipaparkan oleh World Health Organization, tidak ada perbedaan yang signifikan dari segi penyakit dan tidak ada perbedaan lain yang mencolok pada kelompok underweight dan normal serta kelompok overweight dan obesitas, sehingga peneliti juga akan membagi 4 kelompok tersebut menjadi dua bagian saja.

C. Citra Tubuh

1. Definisi Citra Tubuh

Schilder (dalam Grogan, 1999) mendefinisikan citra tubuh sebagai gambaran tentang tubuh individu sendiri yang dibentuk dalam pikiran. Fisher juga mengungkapkan bahwa citra tubuh terkait dengan persepsi tentang tubuh, distorsi ukuran tubuh, dan persepsi sensasi badaniah. Grogan (1999) juga mengungkapkan bahwa citra tubuh adalah persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang terhadap tubuhnya.

(38)

terhadap penampilan luar dirinya atau juga bisa diartikan sebagai persepsi unik seseorang terhadap tubuhnya.

Berdasarkan berbagai definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa citra tubuh adalah pandangan seseorang akan tubuhnya berdasarkan penilaiannya sendiri. Penilaian ini sebagai hasil dari pemikiran serta perasaannya dan bukan gambaran yang terbentuk berdasarkan ukuran tubuh yang sebenarnya.

2. Pengukuran Citra Tubuh

Banyak alat ukur yang bisa mengukur citra tubuh terutama bagi subjek yang mengalami gangguan makan. Grogan (1999) melakukan review pengukuran citra tubuh pada subjek yang tidak mengalami gangguan makan. Salah satu teknik pengukuran citra tubuh yang sering digunakan adalah teknik siluet.

Teknik siluet merupakan salah satu teknik yang paling menjabarkan gambar tubuh dari yang paling kurus hingga paling besar, biasanya subjek diminta untuk memilih salah satu gambar yang paling mirip dengan kondisi tubuhnya saat ini dan gambar tubuh yang paling dia inginkan.

Thompson (1990) menyatakan paling tidak ada 21 macam contour drawings, darked silhouttes, dan fotografi yang pernah

(39)

tubuh, serta bagian tubuh yang tidak sama pada bagian kiri dan kanan). Selain itu, banyak figur dalam skala yang digunakan yang tidak memiliki validitas dan reliabilitas.

Teknik siluet memiliki kelebihan dibanding dengan penggunaan teknik yang lain dalam pengukuran citra tubuh. Teknik siluet dianggap tidak memiliki bias budaya sehingga hasil pengukuran tersebut tidak memiliki bias terhadap hasil penelitian.

Thomspon dan Gray (1995) mulai mengembangkan Contour Drawing Rating Scale (CDR) dengan bagian gambar tubuh yang lebih

realistik, detail, dan transparan. Skala CDR memiliki tingkat reliabilitas yang baik dengan korelasi sebesar 0,78 dan sudah teruji validitasnya dengan diujikan pada 495 subjek dengan hasil yang sesuai antara pemilihan gambar tubuh sesuai kondisi dengan tingkat indeks massa tubuh yang dilaporkan oleh subjek (Thompson & Grey, 1995). Teknik siluet ini memiliki kelebihan dengan administrasi yang lebih cepat dengan membandingkan antara bagian tubuh atas dan bawah dengan jelas.

3. Aspek Citra Tubuh

(40)

a. Elemen Persepsi

Persepsi terkait dengan perkiraan ukuran tubuh. Seperti misalnya persepsi tentang ukuran tubuh yang ideal dan proporsional.

b. Elemen Pikiran

Aspek pikiran berbicara tentang evaluasi daya tarik tubuh. Contohnya adalah pernyataan bahwa tubuhnya memikat dan ada beberapa bagian tubuhnya yang memukau bagi orang lain.

c. Elemen Perasaan

Emosi yang diasosiakan dengan bentuk dan ukuran tubuh merupakan aspek perasan. Hal itu tampak pada kepuasan dan penerimaan seseorang terhadap tubuh yang ia miliki.

4. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Citra Tubuh

Citra tubuh seseorang ternyata dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain :

a. Jenis Kelamin

(41)

b. Berat Badan

Pada wanita dengan indeks massa tubuh yang lebih tinggi memiliki ketidakpuasan tubuh dan lebih menghindari aktivitas atau situasi karena citra tubuh mereka negatif (Weaver & Byers, 2006). Berat badan juga memiliki dampak pada beberapa aspek citra tubuh dan hal itu dialami baik pada pria dan wanita (Algars, dkk., 2009) . c. Budaya

Budaya memberikan penilaian yang kurang sesuai terhadap bentuk tubuh. Saat ini, budaya di masyarakat kita lebih banyak menilai bahwa tubuh ideal adalah tubuh yang langsing. Hal ini berpengaruh terhadap citra tubuh seseorang, apalagi pada individu yang obesitas dan kelebihan berat badan. Hal itu mengakibatkan mereka memiliki citra tubuh yang rendah.

D. Dinamika Indeks Massa Tubuh dengan Kepuasan Seksual

(42)

melaporkan bahwa 88% pasangan menikah menikmati kehidupan seksual mereka dan 85% individu yang sudah menikah dilaporkan bahwa mereka sangat puas secara emosional dalam hubungan mereka.

Kepuasan seksual merupakan respon afektif invididu berdasarkan evaluasi positif dan negatif yang subjektif kemudian dihubungkan dengan hubungan seksual invidu tersebut dengan pasangannya (Byers,1995). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lawrence dan Byers (1995) mengungkapkan bahwa pasangan yang sudah menikah memiliki tingkat kepuasan seksual yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasangan yang belum menikah. Hal ini menunjukkan bahwa kepuasan seksual adalah salah satu hal yang penting bagi pasangan yang sudah menikah. Selain itu, individu yang sudah menikah lebih mampu untuk memenuhi kebutuhan pasangannya dan mampu memuaskan pasangannya dibandingkan dengan individu yang berpacaran (Laumann, 1994).

(43)

melaporkan bahwa mereka menikmati kehidupan seksual mereka dan 85% individu yang sudah menikah dilaporkan bahwa mereka sangat puas secara emosional dalam hubungan mereka.

Kepuasan seksual dipengaruhi oleh faktor biologis dan faktor psikologis. Faktor biologis yang mempengaruhi kepuasan seksual disebabkan karena berat badan atau indeks massa tubuh seseorang (Sum & Ling, tanpa tahun). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Smith, dkk., (2012) disebutkan bahwa individu dengan indeks massa tubuh yang tinggi memiliki kualitas seks yang rendah. Begitu juga dengan sebaliknya, bahwa individu dengan indeks massa tubuh yang normal lebih tidak bermasalah dibandingkan individu dengan indeks massa tubuh yang tinggi.

Faktor psikologis yang kerap terkait dengan indeks massa tubuh adalah citra tubuh. Meston & Bradford (2007) mengungkapkan bahwa individu dengan indeks massa tubuh yang normal lebih memiliki citra tubuh yang positif. Sedangkan, individu dengan citra tubuh yang negatif disebabkan karena tingginya indeks massa tubuh yang dimiliki.

(44)

Selain itu, citra tubuh yang negatif mengakibatkan frekuensi keintiman dan keromantisan yang berkurang sehingga membuat hasrat dan gairah seksual pada pasangan menjadi menurun (Brotto, Petkau, Labrie & Rosemary, 2011; Meston & Andrea, 2007) dan kualitas kepuasan seksual pada pasangan tersebut menjadi berkurang..

Individu dengan berat badan normal dianggap memiliki citra tubuh yang positif sehingga dengan citra tubuh yang positif tersebut akan mengakibatkan tingkat kepuasan seksual yang tinggi bersama pasangannya. Hal ini menyebabkan individu memiliki harga diri yang tinggi dan memiliki energi yang positif bersama pasangannya. Dengan demikian individu tersebut juga akan merasakan kepuasan dalam menjalin hubungan bersama pasangannya. Sebaliknya, ketika individu memiliki berat badan berlebih atau obesitas, individu tersebut akan memiliki citra tubuh yang negatif dan memiliki tingkat kepuasan seksual yang rendah. Hal ini menyebabkan individu memiliki harga diri yang rendah dan tidak memiliki energi yang positif bersama pasangannya. Dengan demikian individu tersebut juga tidak akan puas dalam menjalin hubungan bersama pasangannya.

(45)

tubuh memiliki hubungan dengan kepuasan seksual. Namun hasil lain ditemukan oleh Widiatmojo (2011) dan Opperman (2011) yang menemukan bahwa kepuasan seksual tidak memiliki kaitan yang erat dengan indeks massa tubuh seseorang. Hasil tersebut menyatakan bahwa tidak ada perbedaan kepuasan seksual pada individu dengan berat badan normal maupun berat badan berlebih.

Berdasarkan review literature dan ketidakkonsistenan hasil penelitian sebelumnya, peneliti akan meneliti mengenai perbedaan citra tubuh dan kepuasan seksual pada kelompok-kelompok indeks massa tubuh pada penelitian kali ini.

(46)

E. Hipotesis dan Pertanyaan Penelitian

1. Pertanyaan Penelitian:

a. Adakah pengaruh citra tubuh terhadap kepuasan seksual? Ho : Tidak ada pengaruh citra tubuh terhadap kepuasan seksual. Ha : Ada pengaruh citra tubuh terhadap kepuasan seksual. b. Adakah perbedaan kepuasan seksual pada subjek dengan

masing-masing kategori kelompok berat?

Ho : Tidak ada perbedaan tingkat kepuasan seksual pada kategori kelompok berat nomal dan obesitas.

(47)

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif (Sugiyono, 2008), yaitu penelitian yang bertujuan untuk melihat perbedaan dengan cara membandingkan kepuasan seksual dilihat dari kelompok berat badan.

.

B. Identifikasi Variabel

Penelitian ini melibatkan 3 variabel. Variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Independen : Kelompok Berat Badan dan Citra Tubuh 2. Variabel Dependen : Kepuasan Seksual

C. Definisi Operasional

Definisi operasional yang akan digunakan dalam penelitian ini, adalah:

1. Kepuasan Seksual

(48)

pertama yaitu The Global Measure of Sexual Satisfaction (GMSEX) yang akan mengukur kepuasan seksual secara keseluruhan, The Global Measure of Relationship Satisfaction (GMREL) yang akan mengukur kepuasan

hubungan secara menyeluruh, dan bagian IEMSS yang akan mengukur 4 aspek, yaitu: Reward (REW), Cost (CST), Equality, dan aspek non seksual. Dalam IEMSS, aspek kepuasan seksual ini akan dilihat secara deskriptif dengan melihat total skor pada aspek dengan rumus sebagai berikut: (REW - CST) + (CLREW- CLCST) + (EQREW , EQCST). Semakin tinggi total skor yang didapat menunjukkan bahwa aspek tingkat kepuasan seksual semakin baik. 2. Citra Tubuh

Citra tubuh dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Contour Drawing Rating Scale (CDR) (Thompson & Gray, 1995). Semakin tinggi selisih skor antara persepsi tubuh saat ini dan persepsi tubuh yang diinginkan maka menunjukkan bahwa semakin besar ketidakpuasan tubuh yang dimiliki subjek.

3. Indeks Massa Tubuh

(49)

D. Subjek Penelitian

Pengambilan subjek penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling. Purposive sampling digunakan ketika peneliti membutuhkan

pertimbangan khusus sehingga subjek layak untuk dijadikan sampel (Neuman, 1991). Dalam penelitian ini, kriteria subjek adalah pasangan pria dan wanita yang aktif secara seksual, dan ada dalam kategori berat badan underweight, normal, atau obesitas. Dalam hal ini, tidak ada batas usia

minimum dan maksimum, serta subjek dengan sadar bersedia untuk mengisi angket yang telah disediakan.

Pada kelompok indeks massa tubuh yang tinggi, peneliti meminta bantuan pada anggota komunitas berat badan (Extra Large & Curvy Community dan Komunitas Besar Indonesia) untuk mengisi kuesioner. Calon responden diberikan pamflet mencari responden penelitian menggunakan jejaring sosial dan para calon responden yang bersedia akan dikirim pemberitahuan selanjutnya dengan e-mail.

(50)

E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan skala yang disebar pada pasangan-pasangan yang aktif secara seksual. Topik seksualitas dan masalah berat badan merupakan hal yang sensitif untuk sebagian orang, oleh karena itu peneliti benar-benar berupaya menjaga identitas para responden. Untuk mendapatkan responden dengan indeks massa tubuh yang tinggi, peneliti berusaha mencari pada anggota komunitas berat badan yang sebagian besar berdomisili di luar area Yogyakarta. Untuk responden di luar kota, angket akan dikirim dan diterima peneliti dengan menggunakan jasa pengiriman surat. Selain itu, peneliti berusaha mencari responden dengan meminta bantuan dari beberapa lembaga yang fokus pada usaha penurunan dan peningkatan berat badan. Angket disebar dengan dua cara, yaitu dikirim dengan surat dan langsung diberikan kepada responden yang bersedia mengisi angket. Adapun prosedur pelaksanaan angket yang dikirim menggunakan jasa pengiriman surat adalah:

1. Peneliti telah menyiapkan 1 amplop coklat angket wanita, 1 amlop coklat. angket pria, 1 amplop coklat yang telah ditempel perangko dan alamat peneliti, serta 1 lembar inform consent.

(51)

3. Responden yang telah menerima angket akan membaca inform consent dan memberikan tanda tangan persetujuan untuk menjadi responden pada lembar angket. Angket yang telah diisi akan dimasukkan kembali pada amlop yang telah disediakan untuk dikirim kembali ke alamat yang sudah ditentukan oleh peneliti.

F. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara yang dipakai peneliti untuk mendapatkan data yang akan diselidiki. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan skala Interpersonal Exchange Model Sexual Satisfaction untuk mengukur kepuasan seksual dan menggunakan

skala Contour Drawing Rating Scale untuk mengukur ketidakpuasan citra tubuh.

1. Skala Interpersonal Exchange Model Sexual Satisfaction

Interpersonal Exchange Model Sexual Satisfaction (IEMSS)

merupakan skala yang dikembangkan berdasarkan social exchange theory (Byers, 1992). Skala ini digunakan untuk melihat kepuasan seksual pada seseorang yang didasarkan oleh reward dan cost yang diberikan diterima oleh individu tersebut kepada pasangannya. Reward dan cost dalam IEMSS dilihat dari 4 aspek terkait dengan kepuasan seksual.

Skala IEMSS terdiri dari 3 bagian. Bagian pertama merupakan The Global Measure of Sexual Satisfaction (GMSEX) yang mengukur

(52)

Measure of Relationship Satisfaction (GMREL) yang mengukur kepuasan

hubungan secara keseluruhan. Pada GMREL dan GMSEX, responden diminta memilih nilai skala 1-7 untuk pilihan jawaban: sangat buruk – sangat baik, sangat tidak menyenangkan – sangat menyenangkan, sangat negatif – sangat positif, sangat tidak memuaskan – sangat memuaskan, tidak berharga – sangat berharga. Nilai skala tersebut dirata-rata memiliki nilai 5 - 35. Angka tersebut memiliki arti bahwa semakin tinggi angka yang dimiliki berarti semakin tinggi kepuasan seksual dan kepuasan hubungan mereka.

Bagian ketiga merupakan exchange questionnaire. Menggunakan skala 1-9 pada 6 pernyataan. Pada respon tersebut, akan mengindikasikan (a) tingkat kesenangan dalam hal relasi seksual dari tingkat sama sekali tidak menyenangkan – amat sangat menyenangkan, (b) perbandingan antara harapan yang dimiliki, level tersebut dari jauh kurang menyenangkan dibandingkan harapan – jauh lebih menyenangkan dibandingkan harapan, dan (c) tingkat perbandingan hal yang menyenangkan, dari hal menyenangkan yang saya terima lebih tinggi – hal menyenangkan yang diterima oleh pasangan lebih tinggi. Pada item paralel digunakan untuk melihat tingkat sexual costs, relative sexual costs, and perceived equality of sexual costs.

(53)

Peneliti menggunakan skala ini karena skala ini terbukti validitasnya dan merupakan skala yang dikembangkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan pada skala kepuasan seksual sebelumnya. Selain itu, skala IEMSS memang digunakan untuk melihat kepuasan seksual pada pasangan.

Dalam penggunaan skala, proses yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

a. Memberitahu kepada author IEMSS melalui e-mail untuk meminta ijin menggunakan skalanya di Indonesia.

b. Melakukan proses penerjemahan tiap item skala.

c. Skala IEMSS diterjemahkan oleh tenaga ahli ke dalam Bahasa Indonesia dengan proses sebagai berikut :

1) Skala diterjemahkan oleh tenaga ahli, yaitu Dameria Sidabalok. Ia adalah seorang lulusan Magister Pendidikan Bahasa Inggris Unviersitas Sanata Dharma dan berprofesi sebagai guru bahasa Inggris. Dipilih dengan pertimbangan memahami bahasa Inggis dan dapat menerjemahkannya ke dalam bahasa formal akademik. 2) Skala diterjemahkan oleh Prima Putranti. Ia bekerja di PBB

(54)

3) Setelah skala diterjemahkan, hasil terjemahan tersebut didiskusikan dengan dosen pembimbing hingga terjemahan tersebut benar-benar dipahami sesuai dengan konteks aslinya.

4) Setelah itu, peneliti melakukan try out skala kepada 10 orang untuk melihat kesesuaian konteks dan bahasa serta pengertian setiap pernyataan. Try out ini bertujuan untuk melihat pemahaman calon responden dalam setiap pernyataan.

5) Dari try out tersebut diketahui bahwa untuk skala IEMSS bagian checklist reward dan cost terdapat kendala pemilihan bahasa pada

bagian checklist reward dan cost, setelah tata bahasa tersebut diperbaiki dan dicoba kembali kepada subjek yang lain ternyata masih terdapat kejanggalan bahasa. Maka dari itu diputuskan untuk tidak menggunakan bagian checklist reward dan cost pada skala IEMSS

6) Setelah itu, skala yang sudah diterjemahkan mulai diverifikasi oleh dosen-dosen psikologi Universitas Sanata Dharma yang pernah tinggal di luar negeri. Hal ini untuk melihat kembali kesesuaian terjemahan dengan bentuk pernyataan yang sesuai dengan bahasa Indonesia dan tidak melenceng dari konteks skala asli.

(55)

2. Skala Contour Drawing Rating Scale

Skala Contour Drawing Rating Scale (CDR) ini dikembangkan oleh Thompson & James (1995). Skala ini digunakan untuk melihat persepsi responden akan bentuk tubuh mereka sendiri dan bentuk tubuh yang sebenarnya mereka inginkan. Skala CDR berbentuk gambar tubuh wanita dan pria. Masing-masing bagian terdiri dari 9 gambar dari bentuk tubuh paling kecil hingga paling besar. Responden diminta untuk menilai bentuk tubuh mereka saat ini. Pada bagian selanjutnya, responden diminta untuk menilai bentuk tubuh yang sebenarnya mereka inginkan. Skala CDR dinilai berdasarkan rentang nilai antara bentuk tubuh yang sebenarnya dan bentuk tubuh yang diinginkan. Semakin besar selisih nilainya, maka semakin rendah citra tubuh yang dimiliki.

G. Validitas dan Reliabilitas Alat Pengumpul Data

1. Validitas Alat Ukur

Validitas berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2007).

a. Skala Interpersonal Exchange Model Sexual Satisfaction

(56)

Validitas konstruk untuk GMSEX diperoleh dengan korelasi yang signifikan -65 (p<001) dengan hasil dari Index Sexual Satisfaction (ISS). Validitas konstruk GMREL memperoleh hasil yang signifikan dengan Dyadic Adjustment Scale (DAS) r=69, p <001.

Tingkat reward yang tinggi memiliki korelasi yang negatif dengan ISS (r=-66, p<001) seperti item tunggal yang mengukur kepuasan seksual (r=.64, p <001). Tingkat cost memiliki korelasi yang signifikan dengan ISS (r =30, p<01) dan item tunggal yang mengukur kepuasan seksual (r=70, p<001). Beberapa peneliti juga menemukan bahwa skor yang tinggi pada GMSEX dan GMREL berhubungan degan indikator lain seperti sexual communication, sexual esteem, sexual cognitions, sexual desire, sexual frequency, dan communallity (MacNeil

& Byers, 2009;Cohen, 2008; Peck, dkk., 2004; Renaud & Byers, 2001).

b. Skala Contour Drawing Rating Scale

Validitas yang ada pada skala ini mengacu pada validitas skala Contour Drawing Rating Scale (CDR) yang telah ditetapkan. Dalam hal

(57)

CDR terbukti memiliki korelasi yang kuat dengan laporan berat individu tersebut sendiri dengan hasil r(n=32) = 0.71, p < 0.0005. Sedangkan hasil validitas dari self ratings dan quetelet’s body mass index adalah r= 0.59, p < 0.0005 (Thompson & Gray, 1995).

2. Reliabilitas Alat Ukur Kuantitatif

a. Reliabilitas Skala Interpersonal Exchange Model Sexual Satisfaction Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2008). Penelitian yang menggunakan skala Interpersonal Exchange Model Sexual Satisfaction (IEMSS) dilakukan

pada pasangan yang menikah, tinggal bersama, dan penelitian ini juga telah dilakukan di Cina. Hasil reliabilitas ditemukan bahwa IEMSS memiliki tingkat konsistensi internal yang tinggi, mulai dari 90 hingga 96 pada GMSEX dan 91 hingga 96 pada GMREL (Cohen, 2008; Shaffer, & Williamson, 2004; Peck, Renaud, Byers, & Pan, 1997; Lawrance & Byers, 1995).

(58)

b. Reliabilitas Skala Alih Bahasa Interpersonal Exchange Model Sexual Satisfaction

Reliabilitas menunjukkan sejauh mana pengukuran dapat memberikan hasil yang relatif konsisten jika dilakukan pengukuran ulang pada subjek yang sama. Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (rxx¹) yang angkanya berada dalam rentang 0 sampai 1.00. Oleh karena itu, nilai reliabilitas yang mendekati 1.00 menandakan bahwa semakin tinggi reliabilitasnya, begitu pun sebaliknya. Pengukuran koefisien reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan teknik Alpha Cronbach program SPSS for Windows 16. Hasilnya adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Reliabilitas Skala Alih Bahasa Interpersonal Exchange Model Sexual Satisfaction

c. Reliabilitas Skala Contour Drawing Rating Scale

(59)

ulang menggunakan jasa ekspedisi sehingga dianggap menghabiskan banyak waktu.

Dalam penelitian aslinya, korelasi yang digunakan adalah product moment sehingga dapat diketahui bahwa koefisien reliabilitasnya r=.78 dan memiliki tingkat signifikansi p < .0005.

H. Metode Analisis Data

(60)

43

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

(61)

B. Data Demografik Subjek

1. Pekerjaan

Tabel 3. Data Demografik Jenis Pekerjaan Subjek Jenis

Pekerjaan NORMAL OBESITAS

N % N % normal, subjek paling banyak memiliki pekerjaan sebagai PNS dan karyawan swasta dengan masing-masing persentase sebesar 28%, sedangkan 17% subjek menjadi ibu rumah tangga, 7% subjek menjadi guru, 6% menjadi polisi dan sebanyak 5% subjek merupakan pensiunan serta 7% subjek tidak menjawab data demografik pekerjaan.

(62)

pertama pada subjek obesitas, data pekerjaan belum dimasukkan sebagai data demografik.

2. Pendidikan

Tabel 4. Data Demografik Tingkat Pendidikan Subjek Tingkat

Pendidikan Normal Obesitas

N % N % ini terdiri dari berbagai tingkat pendidikan mulai dari SMP, SMA / STM, dan pendidikan tinggi S1 / S2. Pada kelompok subjek dengan berat normal, sebanyak 65% memiliki pendidikan S1, sedangkan pendidikan D3 sebesar 15%, kemudian subjek dengan tingkat pendidikan SMA sebesar 10%, tingkat pendidikan S2 sebesar 8% dan subjek dengan tingkat pendidikan SMP sebesar 2%.

(63)

3. Data Deskriptif Indeks Massa Tubuh

Tabel 5. Statistik Deskriptif Subjek Berdasar Kelompok Indeks Massa Tubuh

Tabel 5 diatas menggambarkan kelompok indeks massa tubuh subjek pria dan wanita. Pada subjek wanita, paling banyak ditemukan kelompok indeks massa tubuh normal dengan persentase 38.5%. Kemudian disusul dengan kelompok subjek yang obesitas sebanyak 27.1%, kelompok subjek yang overweight sebanyak 22.9% dan sebanyak 11.5% subjek yang tergolong kelompok underweight.

Pada subjek pria, persentase paling banyak ditemukan dari kelompok indek massa tubuh normal sebesar 49.4%, kelompok overweight 36.2%, kelompok obesitas 10.3%, dan terakhir kelompok underweight dengan persentase 4.1%.

(64)

tidak ada perbedaan yang signifikan dari segi penyakit dan tidak ada perbedaan lain yang mencolok pada kelompok underweight dan normal serta kelompok overweight dan obesitas, sehingga peneliti juga akan membagi 4 kelompok tersebut menjadi dua bagian saja.

C.Deskripsi Hasil Penelitian

1. Data Deksriptif Citra Tubuh Subjek Semua Kelompok Berat

Tabel 6. Nilai Rata-rata Ketidakpuasan Citra Tubuh pada Subjek Normal dan Obesitas

Tabel 6 menjelaskan rata-rata dari nilai tersebut adalah 1.04 untuk kelompok subjek normal dan 2.15 pada kelompok subjek obesitas. Pada kelompok berat normal, menunjukkan mean teoritik 1.5 yang lebih besar dari mean empiris. Dengan demikian, ketidakpuasan citra tubuh pada kelompok berat normal tergolong puas puas terhadap tubuhnya.

(65)

2. Data Deksriptif Kepuasan Seksual

Tabel 7. Data Statistik Deskriptif Interpersonal Exchange Model Sexual Satisfaction Berdasar Kelompok Berat Normal dan Obesitas

Normal Obesitas tubuh normal dan obesitas, tampak bahwa dalam hal reward -cost subjek normal mendapatkan mean 4.77 yang lebih rendah daripada subjek obesitas dengan mean 4.93. Hal ini menunjukkan bahwa secara deskriptif, dalam hal keseimbangan hal-hal yang menyenangkan dan merugikan, lebih banyak subjek obesitas yang merasa sudah mendapatkan reward / hal - hal menguntungkan dan cost / hal-hal merugikan yang lebih seimbang daripada subjek dengan dengan berat normal.

Dalam hal CLrew – CLcost menunjukkan harapan / ekspektasi yang

dimiliki mengenai seberapa menguntungkan dan seberapa merugikan

hubungan seksual mereka “seharusnya”. Dibandingkan dengan ekspektasi

yang dimiliki, subjek normal mendapatkan mean 4.30 yang lebih rendah dari subjek obesitas dengan mean 4.37. Hal ini menandakan berarti lebih banyak subjek pada kelompok berat obesitas yang mendapatkan harapan / ekspektasi yang lebih menguntungkan dalam hal hubungan seksual mereka

(66)

Namun, dalam hal equality reward (kesetaraan dalam hal yang menguntungkan), subjek berat normal mendapatkan mean 3.28 yang lebih tinggi daripada subjek obesitas dengan mean 3.21. Selain itu, dalam hal equality cost, subjek berat normal mendapatkan mean 3.47 yang lebih juga

lebih kecil dari subjek obesitas dengan mean 3.55. Hal ini menunjukkan bahwa dalam hal kesetaraan, subjek normal merasa mendapatkan tingkat reward / hal menguntungkan yang lebih besar apabila dibandingkan

dengan kelompok subjek dengan berat obesitas.

Namun secara keseluruhan, dalam hal kepuasan seksual, dari data deskriptif didapatkan hasil bahwa subjek normal mendapatkan mean sebesar 27.16 sedangkan subjek obesitas mendapatkan mean 24.87. Secara deskriptif, hal ini menunjukkan bahwa subjek normal merasakan kepuasan seksual yang lebih tinggi daripada kelompok subjek berat obesitas.

Dari segi kepuasan hubungan, subjek normal mendapatkan mean 28.57 sedangkan subjek obesitas mendapatkan mean 26.70. Hal ini menunjukkan bahwa secara deskriptif, subjek normal merasakan kepuasan hubungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan subjek obesitas.

D. Analisis Data

1. Uji Asumsi

(67)

dilkukan, peneliti akan melakukan uji normalitas, uji homogenitas, dan uji linearitas. Uji normalitas dan linearitas digunakan untuk melihat distribusi data. Uji normalitas dengan menggunakan metode Kolmogrov - Smirnov, sedangkan uji linearitas menggunakan compare means, apabila nilai signifikan lebih besar (>) dari 0.05 maka distribusi data memenuhi syarat normalitas.

Sedangkan uji homogenitas berfungsi untuk mengetahui kesamaan varian dari kelompok-kelompok data yang akan diuji. Salah satu metode yang digunakan untuk menguji homogenitas adalah Levene’s Test (Santoso, 2010). Apabila nilai probabilitas kelompok sampel lebih besar dari 0.05 (p>0.05), maka varian kedua kelompok sampel adalah sama atau identik dan jika nilai probabilitas kelompok sampel kurang dari 0.05 (p<0.05) maka kedua kelompok sampel memiliki varian yang tidak identik atau berbeda. Berikut adalah hasil uji homogenitas dan hasil uji analisis kovarian dari variabel kepuasan seksual yang telah dianalisis.

Tabel 8.Uji Linearitas

Variabel F Asymp.Sig. (2-tailed)

Kepuasan seksual * citra tubuh 0.609 0.657

(68)

Tabel 9.Uji Normalitas

N K-S Asymp.Sig. (2-tailed)

191 1.295 0.070

Hasil normalitas dapat diketahui dari nilai signifikansi yang didapatkan sebesar 0.070 yang lebih besar dari (>) 0.05 maka dapat dikatakan bahwa uji distribusi data memenuhi syarat normalitas.

Tabel 10. Uji Homogenitas

F Df1 Df2 Sig

3.030 1 189 0.083

Asumsi homogenitas ini menghasilkan nilai uji F Levene sebesar 3.030 dengan nilai signifikansi 0.083. Terlihat pada nilai signifikansi 0.083 yang berarti lebih besar dari (>) 0.05 sehingga berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa antar varian kelompok tidak mempunyai perbedaan. 2. Uji Hipotesis

Tabel 11. Hasil Ringkasan Analisis Kovarian

Sumber Varian Type III Sum

of Squares Df

Total 1235077.000 190

(69)

Hasil Uji F pada kelompok indeks massa tubuh menunjukkan nilai sebesar 5.323 dengan signifikansi sebesar 0.022. Hal ini dikarenakan nilai signifikansi 0.022 < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak. Jadi dengan kata lain ada perbedaan kepuasan seksual padakelompok berat badan normal dan obesitas.

Hasil Uji F pada citra tubuh menunjukkan bahwa besarnya kepuasan seksual pada kelompok berat badan setelah dikendalikan variabel citra tubuh didapatkan nilai F sebesar 0.001 dengan nilai signifikansi sebesar 0.976 yang lebih besar (>) dari 0.05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa citra tubuh tidak berpengaruh terhadap perbedaan kepuasan seksual pada kelompok berat normal dan obesitas.

E. Pembahasan

(70)

Namun kontradiktif dari hasil penelitian diatas, Opperman (2011), Widiatmojo (2009) dan Smith, dkk., (2011) menemukan bahwa berat badan tidak terkait secara langsung terhadap kepuasan seksual seseorang. Namun penelitian tersebut juga memiliki beberapa kelemahan yaitu tidak melibatkan variabel citra tubuh yang terkait dengan berat badan, selain itu subjek yang digunakan tidak.

Berdasarkan inkosistensi dan kelemahan penelitian sebelumnya, penelitian kali ini berusaha untuk melihat kembali mengenai pengaruh citra tubuh terhadap perbedaan kepuasan seksual pada kelompok berat normal dan obesitas.

Namun dari hasil yang didapat pada penelitian kali ini ditemukan bahwa variabel citra tubuh tidak memiliki pengaruh terhadap kepuasan seksual pada kelompok berat badan normal dan obesitas. Dari hasil deskriptif ditemukan bahwa kedua kelompok berat badan rata-rata memiliki perasaan puas terhadap tubuhnya. Hasil penelitian ini memiliki kesamaan hasil dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Weaver dan Byers (2006) yang menunjukkan bahwa hanya aspek citra tubuh tertentu yang berhubungan dengan kepuasan seksual yaitu aspek citra tubuh dysphoria. Selain itu, Widiatmojo (2006) juga mengungkapkan bahwa aspek citra tubuh yang terkait dengan citra tubuh lebih terkait pada aspek daya tarik fisik seperti rambut, wajah, dan bibir.

(71)

tingkat kepuasan seksual yang lebih rendah yaitu 24.87 dibandingkan kelompok berat normal dengan rata-rata 27.17.

Apabila dilihat lebih dalam lagi dari data deskriptif IEMSS, kelompok berat obesitas mendapatkan equality cost yang lebih tinggi dan equality reward yang lebih rendah dibandingkan pada kelompok berat normal. Hal

tersebut menandakan bahwa pada kelompok berat obesitas, mereka merasa mendapatkan tingkat keuntungan yang lebih rendah dan tingkat kerugian yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang didapatkan pasangannya. Dalam hal ini mereka merasa lebih mendapatkan kerugian atau lebih memberikan kerugian bagi pasangannya dalam hal seksualitas.

(72)

55

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil analisis data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa:

1. Ada perbedaan kepuasan seksual ditinjau dari kelompok berat normal dan kelompok berat obesitas.

2. Citra tubuh tidak memberikan pengaruh terhadap kepuasan seksual pada kelompok berat normal dan obesitas.

3. Hasil analisis deskriptif citra tubuh dan Interpersonal Exchange Model Sexual Satisfaction (IEMSS) menunjukkan:

a. Kelompok berat normal dan obesitas memiliki ketidakpuasan citra tubuh yang rendah.

b. Kelompok berat normal mendapat skor equality reward yang lebih tinggi daripada kelompok berat obesitas.

c. Kelompok berat normal mendapat skor equality cost yang lebih rendah dibandingkan kelompok berat obesitas.

(73)

B. Saran

1. Bagi Subjek / Individu yang Sedang Menjalin Hubungan.

Individu diharapkan untuk tetap menilai positif dirinya sendiri sehingga dapat menghargai dirinya sendiri dan mampu menghargai keinginan pasangan sehingga mampu meningkatkan kepuasan seksual bersama pasangannya.

2. Bagi Penelitian Selanjutnya

Penelitian selanjutnya juga dapat mengatasi keterbatasan pada penelitian kali ini dengan melakukan analisis data subjek sebagai pasangan dan bukan sebagai individual serta dapat melakukan cek kembali apakah citra tubuh merupakan variabel yang mampu menjadi mediator antara hubungan indeks massa tubuh dengan kepuasan seksual.

C. Kekuatan dan Keterbatasan

1. Kekuatan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel yang seimbang dari kelompok indeks massa tubuh. Selain itu, pada kelompok berat obesitas, sampel diambil juga dari beberapa anggota-anggota komunitas yang terkait dengan berat badan.

2. Keterbatasan Penelitian

(74)
(75)

58

DAFTAR PUSTAKA

Algars,M., Santilla, P., Varjonen, M., Witting, K., Johansson., A., Jern, P., Sandnabba. N.K. (2009). The adult body : how age, gender, and body mass index are related to body image. Journal of aging and health 21(18) 1112-1132. DOI: 10.1177/0898264309348023. http://jah.sagepub.com/content/21/8/1112

Areton, L.W. (2000). Factors in the sexual satisfaction of obese women in relationships. A dissertation presented to the institute for the advanced study of human sexuality. In partial fulfillment of the reqirements for the degree doctor of philosophy. University of Georgia.

Azwar, Saiffudin. (2007). Reliabilitas dan Validitas. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. Azwar, Saiffudin. (2008). Metode Penelitian. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Babin, B.A. (2012). An examination of predictors of nonverbal and verbal communication of pleasure during sex and sexual satisfaction. Journal of social and personal relationships 1-23. DOI: 10.1177/0265407512454523.

Barrienttos, J.E., & Paez, D. (2006). Psychosocial variables of sexual satisfaction in chile. Journal of sex & marital therapy, 32:351-368. DOI: 10.1080/00926230600834695.

Beach, V., & Martin. D., (1985). Obesity, sexuality, and psychological treatment for women,. Women & therapy, 4:1, 53-60 . DOI :10.1300/J015V04N01_06

Benokraitis, N.V. (2009). Marriages & Families : Changes, Choices, and constraints, Sixth Edition. Pearson Education.

Boyes, A.D., & Latner, J.D. (2009). Weight stigma in existing romantic relationships. Journal of sex & marital therapy, 35 : 282-293. DOI : 10.1080/00926230902851280.

Butzer, B., & Campbell, L. (2008). Adult attachment, sexual satisfaction, and relationship satisfaction : a study of married couples. Personal relationships, 15 : 141-154.

Gambar

Tabel 1.Penggolongan Kelompok Indeks Massa Tubuh
Tabel 2. Reliabilitas Skala Alih Bahasa Interpersonal Exchange Model
Tabel 3. Data Demografik  Jenis Pekerjaan  Subjek
Tabel 4. Data Demografik Tingkat  Pendidikan Subjek
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebaliknya individu dengan tingkat kepuasan kerja yang rendah, cenderung untuk memiliki sikap negatif terhadap pekerjaannya.” Hal ini berarti bahwa individu dengan tingkat

signifikan antara harga diri dan kepuasan seksual pada wanita yang

tangible , empathy , dan responsivenes , 2) seberapa tinggi tingkat loyalitas pelanggan, 3) adakah hubungan antara tingkat kepuasan pelanggan dengan loyalitas pelanggan.

Hal ini berarti bahwa wanita etnis Minang di tempat kerja lebih sering mengalami pelecehan seksual seperti mendapatkan komentar yang tidak menyenangkan tentang

Lebih lanjut Gray dan Leyland (2008) menyatakan bahwa remaja yang mengalami obesitas dapat dikaitkan dengan keadaan psychological well-being , karena pada umumnya

cenderung untuk memiliki sikap negatif terhadap pekerjaannya” Hal ini berarti bahwa individu dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi, secara emosional akan lebih

Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Bandura dan Locke (2003) yang menyatakan bahwa karakteristik individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi adalah ketika individu

Pada tingkat individual, kepuasan merupakan variabel psikologi yang paling sering diteliti dalam suatu model intention to leave. Aspek kepuasan yang ditemukan berhubungan