PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN FIQIH MATERI KETENTUAN SHALAT JENAZAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEAD
TOGETHER) SISWA KELAS VII B MTS SUDIRMAN TRUKO KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
M. DIDIK HASANI NIM. 114-13-016
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
Imam Mas Arum M, Pd. Dosen IAIN Salatiga
PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi Lamp : 1 Eksemplar
Dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa:
Nama : M. Didik Hasani NIM : 114-13-016
Judul : PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN
FIQIH MATERI KETENTUAN SHALAT JENAZAH
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) SISWA KELAS
VII B MTS SUDIRMAN TRUKO KECAMATAN BRINGIN
KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN
2016/2017
Dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga untuk ditujukan dalam sidang munaqasah.
Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salatiga, September 2018
Dosen Pembimbing,
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN Jalan Lingkar Salatiga KM.2 Telepon (0298) 6031364 Kode Pos 50716 Salatiga
Website:http://tarbiyah.iainsalatiga.ac.id e-mail: tarbiyah@iainsalatiga.ac.id
SKRIPSI
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN FIQIH MATERI
KETENTUAN SHALAT JENAZAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) SISWA KELAS
VII B MTS SUDIRMAN TRUKO KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN
SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017
DI SUSUN OLEH : M. DIDIK HASANI NIM 114-13-016
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan
Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga, pada tanggal ……… dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Mufiq, S.Ag, M.Phil
Sekretaris Penguji : Imam Mas Arum, M.Pd
Penguji I : Siti Rukhayati, M.Ag
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : M. Didik Hasani
NIM : 114 13 016
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang
lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik
ilmiah. Skripsi ini diperbolehkan untuk di Publikasikan oleh Perpustakaan IAIN
Salatiga.
Salatiga, September 2018 Yang menyatakan
MOTTO
ۡةَصًٱَف َث ۡغَشَف اَرِإَف
Fa-idzaa faraghta faanshab 7. "Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain,"Wa-ila rabbika faarghab 8. "Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap."
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
Kedua orang tuaku, yang senantiasa mendo‟akan dan memberikan dukungan.
Keluargaku yang selalu mendukung, mendo'akan dan memberikan segalanya, baik moral maupun spritual bagi kelancaran studi, semoga
Allah senantiasa meridhoinya.
ABSTRAK
Hasani, M. Didik. 2018. Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran Fiqih Materi Ketentuan Shalat Jenazah Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) Siswa Kelas VII B MTs Sudirman Truko Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017. Skripsi. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK). Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Kata Kunci : Hasil Belajar, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Tujuan dalam penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar siswa dengan menerapkan Model Pembelajaran NHT (Numbered Head Together) pada mata pelajaran fiqih tentang Shalat jenazah siswa kelas VII MTs Sudirman Truko Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas ini merupakan siklus yang dirancang dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII MTs Sudirman Truko Kecamatan Bringin. Analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif.
KATA PENGANTAR ميحرلا نمحرلا الله مسب
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Rabb yang
Maha Rahman dan Rahim yang telah mengangkat manusia dengan berbagai
keistimewaan. Dan dengan hanya petunjuk serta tuntunan-Nya, penulis
mempunyai kemampuan dan kemauan sehingga penulisan skripsi ini bisa
terselesaikan.
Sholawat dan salam penulis haturkan kepada Uswatun Khasanah Nabi
Muhammad SAW, semoga beliau senantiasa dirahmati Allah SWT. Amin
Sebagai insan yang lemah, penulis menyadari bahwa tugas penulisan ini bukanlah
merupakan tugas yang ringan, tetapi merupakan tugas yang berat. Akhirnya
dengan berbekal kekuatan serta kemauan dan bantuan dari berbagai pihak, maka
terselesaikanlah skripsi yang sederhanan ini dengan judul “PENINGKATAN
HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN FIQIH MATERI KETENTUAN
SHALAT JENAZAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) SISWA KELAS VII B MTS
SUDIRMAN TRUKO KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2016/2017” Dengan tersusunnya skripsi ini, penulis ucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor Intitut Agama Islam
Negeri Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan.
4. Bapak Imam Mas Arum, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
telah dengan sabarnya memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis
dalam penyusunan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu
selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi.
6. Keluarga dan seluruh pihak yang selalu mendorong dan memberikan
motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga.
7. Teman-teman Jurusan S1 Pendidikan Agama Islam angkatan 2013, yang
telah memberikan banyak cerita dan canda selama menempuh pendidikan
di IAIN Salatiga.
8. Para sahabat-sahabatku yang tidak bisa saya sebut namanya satu-persatu,
yang selama ini selalu membantu dan memotivasiku dari sejak kecil
sampai saat ini.
Atas segala hal tersebut, penulis hanya bisa berdo‟a, semoga Allah SWT
mencatatnya sebagai amal sholeh yang akan mendapat balasan yang berlipat
ganda. Aamiin.
Akhirnya penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih banyak
kekurangan atau bahkan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik
yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini akan penulis terima dengan rasa
senang hati dan terbuka. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pribadi dan
bagi pembaca pada umumnya.
Amin –amin yarobbal ‘alamin
Salatiga, September 2018 Penulis
NIM 114-13-016
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN BERLOGO ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
DEKLARASI ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
ABSTRAK ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GRAFIK dan GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Rumusan Masalah ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 4
E. Hipotesis Tindakan ... 5
F. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA .. ... 7
A. Kajian Teori ... 7
1. Pengertian Belajar ... 7
2. Ranah Hasil Belajar... 10
3. Definisi Hasil Belajar ... 11
4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ... 12
a. Hakikat Pembelajaran Kooperatif ... 12
b. Definisi NHT ... 16
c. Langkah-langkah Pembelajaran NHT ... 17
5. Kelebihan dan Kelemahan Tipe NHT ... 20
6. Shalat Jenazah ... 23
7. Penelitian Tindakan Kelas... 24
a. Definisi PTK ... 24
b. Prinsip PTK ... 16
c. Model PTK ... 17
B. Kerangka Berfikir ... 31
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN ... 33
A. Jenis Penelitian ... 33
B. Setting Penelitian ... 34
1. Tempat Penelitian ... 34
2. Waktu Penelitian ... 34
3. Subyek dan Karakteristik Penelitian ... 34
4 Variabel Penelitian ... 34
5. Rencana Pelaksanaan Tindakan ... 35
6. Indikator Keberhasilan ... 41
7. Teknik Analisis Data ... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43
A. Deskripsi Kondisi Awal ... 43
B. Deskripsi Siklus I ... 44
2. Pelaksanaan Tindakan ... 46
a. Kegiatan Pendahuluan ... 46
b. Kegiatan Inti ... 46
c. Kegiatan Penutup ... 49
3. Hasil Pengamatan dan Observasi ... 49
4. Refleksi ... 54
C. Deskripsi Siklus II ... 55
1. Perencanaan Tindakan ... .. 55
2. Pelaksanaan Tindakan ... 57
a. Kegiatan Pendahuluan ... 58
b. Kegiatan Inti ... 58
c. Kegiatan Penutup ... 60
3. Hasil Pengamatan dan Observasi ... 61
4. Refleksi ... 65
D. Pembahasan ….. ... 67
Bab V PENUTUP……… ... 69
A. Kesimpulan……. ... 69
B. Saran ... 69
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Ketuntasan Belajar Pra Siklus ... 1
Tabel 2.1 Sintak Pembelajaran NHT Menurut Slavin ... 18
Tabel 4.1 Hasil Belajar Fikih Pra Siklus ... 44
Tabel 4.2 Hasil Observasi Guru Siklus 1 ... 50
Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus 1 ... 52
Tabel 4.4 Hasil Pembelajaran Siklus 1 ... 53
Tabel 4.5 Hasil Observasi Guru Siklus 2 ... 62
Tabel 4.6 Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus 2 ... 63
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Model PTK Kemmis dan Mc Taggart ... 30
DAFTAR LAMPIRAN
Soal Evaluasi Siklus 1
Soal Evaluasi Siklus 2
Rencana Pembelajaran Siklus 1
Rencana Pembelajaran Siklus 2
Daftar Nilai Siswa Pra Siklus
Datar Nilai Siswa Siklus 1
Daftar Nilai Siswa Siklus 2
Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian
Lembar Konsultasi Skripsi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu indikator untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran
adalah hasil belajar. Hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar
dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun secara
terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan (Sudjana, 2006:
47). Tidak semua hasil belajar dari siswa itu baik. Beberapa kejadian justru
menunjukkan bahwa hasil belajar menjadi masalah yang serius. Hal ini salah
satunya juga terjadi pada siswa kelas VII MTs Sudirman Truko Kecamatan
Bringin Kabupaten Semarang. Persentase siswa yang tuntas pada pokok
materi sholat jenazah hanya mencapai 43,75%. Hasil tersebut dapat kita lihat
pada Tabel 1.1 dan secara detail terdapat dalam lampiran 1.1.
Tabel 1.1
Ketuntasan Belajar Siswa Kelas VII MTs Sudirman Truko
No Kriteria Frekuensi Persentase
1 Tuntas 14 43,75%
Jumlah 32 100%
Nilai Rata-rata Kelas 64
Hasil belajar tidak terlepas dari proses. Hasil belajar yang belum
memuaskan mengindikasikan adanya proses yang belum tepat. Oleh karena
itu dilaksanakan observasi terhadap proses pembelajaran yang berlangsung di
MTs Sudirman Truko Kecamatan Bringin. Saat observasi terlihat bahwa
model yang digunakan guru adalah model konvensional. Guru memberikan
materi melalui metode ceramah dan siswa hanya duduk, diam, dengar, catat
dan hafal (3DCH) sehingga Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) menjadi
monoton dan terlihat beberapa siswa tidak memperhatikan. Guru sebenarnya
sudah memberi kesempatan siswa untuk mengerjakan soal di depan kelas,
namun hanya siswa-siswa tertentu saja yang berani maju dan beberapa siswa
justru hanya sekedar meniru apa yang dilakukan siswa sebelumnya.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk
menciptakan pembelajaran yang lebih berfokus pada siswa adalah model
Cooperatif Learning. Cooperative learning merupakan salah satu
pembelajaran yang mendorong siswa untuk menerima orang lain, membantu
orang lain, menghadapi tantangan dan bekerja dalam tim. Cooperative
learning menjadikan pembelajaran ini tidak terfokus pada penjelasan guru,
tetapi keterlibatan siswa untuk aktif dalam pembelajaran (Slavin, 2003: 87).
Salah satu bentuk pembelajaran kooperatif yang memberi peluang yang sama
kepada siswa terpilih untuk mengungkapkan pendapat, menjawab pertanyaan
guru dan mengerjakan soal adalah melalui tipe Numbered Head Together
(NHT).
Model ini cocok untuk memastikan akuntabilitas individu dalam diskusi
kelompok. Langkah pembelajaran kooperatif tipe NHT menurut Trianto
(2008), Slavin (2003), dan Ibrahim (2008) adalah penomoran, mengajukan
pertanyaan, berfikir bersama dan menjawab. Pembelajaran kooperatif tipe
NHT siswa menempatkan dalam tim belajar beranggotakan beberapa orang,
yang kemudian tiap siswa dalam kelompok diberi nomor sebagai dasar
penentuan siswa yang harus menjawab (Trianto, 2008: 16). Guru menyajikan
pelajaran, siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan seluruh anggota
tim telah menguasai pelajaran tersebut. Saat belajar berkelompok, siswa
saling membantu untuk menuntaskan materi yang dipelajari. Guru memantau
dan mengelilingi tiap kelompok untuk melihat adanya kemungkinan siswa
yang memerlukan bantuan guru. Kemudian guru memanggil salah satu nomor
secara acak untuk mempresentasikan jawaban dari hasil diskusi kelompok
mereka. Dengan demikian, siswa memiliki peluang yang sama untuk aktif
dalam kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran fiqih di
Kelas VII MTs Sudirman Truko Kecamatan Bringin, maka dilakukan
penelitian tindakan kelas dalam upaya meningkatkan hasil belajar fiqih
melalui perbaikan proses pembelajaran. Adanya teori dan hasil penelitian
mengenai tipe NHT menjadi dasar pemilihan model yang akan diterapkan
dalam pembelajaran fiqih sebagai upaya tindak lanjut atas permasalahan yang
terjadi. Penelitian ini diberi judul " Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran
Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) Siswa Kelas VII B MTs
Sudirman Truko Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran
2016/2017".
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, dapat diidentifikasi masalah
sebagai berikut.
1. Guru dalam menyampaikan materi pelajaran masih menggunakan metode
konvensional yaitu metode ceramah monoton dan pemberian tugas tanpa
memberikan kesempatan siswa untuk aktif dalam pembelajaran.
2. Sebagian besar siswa kelas VII MTs Sudirman Truko terlihat pasif dalam
pembelajaran. Siswa hanya duduk, diam, mendengarkan, memperhatikan
penjelasan guru dan mencatat.
3. Saat siswa diminta maju ke depan kelas untuk mengerjakan soal, masih
didominasi siswa tertentu dan lainnya hanya menyalin jawaban di papan
tulis.
C. Rumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini adalah, “Apakah penerapan model
NHT (Numbered Head Together) dapat meningkatkan hasil belajar mata
pelajaran fiqih tentang Ketentuan Sholat jenazah pada siswa kelas VII MTs
Sudirman Truko Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran
2016/2017?”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa
dengan menerapkan Model Pembelajaran NHT (Numbered Head Together)
mata pelajaran fiqih tentang Sholat jenazah pada siswa kelas VII MTs
Sudirman Truko Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran
2016/2017.
E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini
adalah: “Penerapan Model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat
meningkatkan hasil belajar mata pelajaran fiqih materi ketentuan sholat
jenazah pada siswa kelas VII B MTs Sudirman Truko Kecamatan Bringin
Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2016/2017”.
F. Manfaat Penelitian
1. Memperbaiki proses pembelajaran yang berfokus pada siswa guna tujuan
pembelajaran fiqih.
2. Penerapan NHT memberi kesempatan siswa untuk lebih aktif dalam proses
pembelajaran sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Sebagai sumber referensi guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
melalui penerapan metode pembelajaran yang tepat.
4. Menginspirasi guru untuk menerapkan pembelajaran tipe NHT pada materi
lainnya ataupun pada mata pelajaran lain.
5. Memberikan masukan bagi sekolah dalam rangka pelaksanaan supervisi
6. Peneliti mendapat pengalaman langsung dalam proses belajar mengajar
pembelajaran Pendidikan Agama Islam sekaligus Model pembelajaran
yang dapat dilaksanakan dan dikembangkan kelak.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri atas :
Bagian Awal yang berisi Sampul, Halaman Berlogo, halaman judul
skripsi, Persetujuan Pembimbing, lembar pengesahan kelulusan, motto dan
persembahan, abstrak, kata pengantar dan daftar isi.
BAB I Pendahuluan, berisi latar belakang penelitian, rumusan
masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan, manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB II Kajian Pustaka, berisi Pengertian hasil belajar, metode NHT,
materi ketentuan sholat jenazah.
BAB III Pelaksanaan penelitian, paparan hasil penelitian yang terdiri
dari Jenis penelitian, Setting Penelitan, Tempat dan waktu penelitian
pelaksanaan siklus I dan silkus II.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi Diskripsi Kondisi
Awal, Diskripsi Siklus I dan II, analisis penelitian dan pembahasan penelitian.
Bab V Penutup, berisi kesimpulan dan saran.
Bagian Akhir, berisi datar pustaka, lampiran-lampiran dan daftar
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT diharapkan para
guru memiliki pemahaman yang tepat terhadap tipe tersebut dalam membantu
proses belajar. Oleh karena itu, perlu pemahaman akan pokok-pokok bahasan
berikut.
A. Kajian Teori
1. Pengertian Belajar
Manusia sebagai mahluk hidup yang mempunyai akal dan pikiran
tidak akan pernah berhenti dari proses belajar. Belajar secara sadar atau
tidak telah dilakukan manusia secara terus menerus untuk memenuhi
segala kebutuhan akan pengetahuan.
Berikut ini pendapat tentang pengertian belajar:
a. Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan
terjadi sebagai hasil latihan dan pengalaman (Morgan dalam
Saptorini, 2004:3).
b. Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan seseorang
bukan diperoleh secara langsung dari proses pertumbuhan dirinya
secara alamiah (Gagne dalam Slameto, 2003).
c. Belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada
individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu
dan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi
dengan lingkungannya (Burton W. H dalam Usman 1994:4).
d. Belajar adalah suatu proses dimana ditimbulkan atau diubahnya
suatu kegiatan karena mereaksi dengan keadaan (Hilgard E.R
dalam Usman 1994: 5).
e. Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang
menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa
kecakapan, sikap, kebiasaan kepribadian atau suatu pengertian
(Witherington H. C. dalam Usman 1994:5).
Dari berbagai pendapat mengenai belajar tersebut, dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku dan
kemampuan seseorang karena bereaksi dengan keadaan. Belajar
merupakan suatu proses perubahan tingkah laku atau kecakapan manusia.
perubahan tingkah laku ini bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan
yang bersifat fisiologis atau proses kematangan. Perubahan yang terjadi
karena belajar dapat berupa perubahan-perubahan dalam kebiasaan,
kecakapan-kecakapan atau dalam ketiga aspek yakni pengetahuan, sikap,
dan keterampilan. Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling
bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak
bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh peserta
didik atau siswa.
Belajar bukan merupakan tujuan melainkan suatu proses untuk
mencapai tujuan, jadi belajar merupakan langkah-langkah atau prosedur
yang ditempuh (Hamalik, 2001) sehingga dapat dikatakan belajar sebagai
suatu kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat penting
dalam setiap penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Hal
ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu
tergantung dari proses yang dialami siswa, baik ketika di sekolah,
lingkungan rumah atau keluarga.
Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah suatu akibat dari proses
belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang
disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan.
Adapun Nasution (2003: 22) berpendapat bahwa hasil belajar adalah
suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai
pengetahuan tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam
diri pribadi individu yang belajar. Hasil belajar adalah hasil yang
diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata
pelajaran yang berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Untuk melihat
hasil belajar dilakukan suatu penilaian terhadap siswa yang bertujuan
untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai suatu materi atau
suatu institusi pendidikan yang ditujukan untuk menjamin tercapainya
kualitas proses pendidikan serta kualitas kemampuan peserta didik
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan (Cullen, 2003 dalam Himam,
dalam Fatkhurrohman, 2004: 18). Hasil belajar dapat dilihat dari hasil
nilai ulangan harian (formatif), nilai ulangan tengah semester (Sub
sumatif), dan nilai ulangan semester (sumatif).
2. Ranah Hasil Belajar
Dalam pelaksanan penilaianya guru harus memperhatikan
prinsip-prinsip penilaian hasil belajar agar mendapatkan hasil yang maksimal.
Prinsip-prinsip penilaian hasil belajar itu sebagai berikut (Sudjana, 2006)
a. Valid/sahih artinya penilaian hasil belajar oleh pendidik harus
mengukur pencapaian kompetensi yang ditetapkan dalam standar
isi (standar kompetensi dan kompetensi dasar) dan standar
kelulusan. Penilaian valid adalah menilai apa yang seharusnya
dinilai dengan menggunakan alat yang sesuai untuk mengukur
kompetensi.
b. Obyektif artinya penilaian hasil belajar peserta didik hendaknya
tidak dipengaruhi oleh subyektivitas penilai, perbedaan latar
belakang agama, sosial ekonomi, budaya, bahasa, gender, dan
hubungan emosional.
c. Transparan/terbuka artinya penilaian hasil belajar oleh pendidik
keputusan hasil belajar dapat diketahui secara umum baik oleh
peserta didik, instansi terkait, maupun masyarakat.
3. Definisi Hasil Belajar
Menurut Subiyanto (2008), hasil belajar adalah sesuatu yang
digunakan untuk menilai hasil pelajaran yang telah diberikan kepada
siswa dalam waktu tertentu. Menurut Sutrisno (2008), hasil belajar
adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya.
Selanjutnya Tonga (2011), secara umum hasil belajar dapat
diartikan sebagai suatu hasil pekerjaan yang telah dicapai dengan usaha
atau diperoleh dengan jalan keuletan bekerja yang dapat diukur dengan
alat ukur yang disebut dengan tes. Hasil belajar menurut Sudjana (2006:
22) adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya.
Cara mengetahui hasil belajar siswa, guru dapat melakukan dengan
berbagai cara salah satunya adalah dengan melakukan evaluasi dan tes.
Evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjamin, dan
penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan
pada setiap jalur, jenjang dan jenis pendidikan sebagai bentuk
tentang Sisdiknas). Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk
mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan
dalam proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan dan perbaikan
hasil belajar peserta didik.
Menurut Lina (2009) hasil belajar merupakan bukti keberhasilan yang
telah dicapai oleh seseorang. Hasil belajar adalah usaha maksimal yang
dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Jadi
hasil belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang dari proses belajar
yang telah dilakukannya.
Berdasarkan pendapat tersebut maka definisi hasil belajar dalam
penelitian ini mengacu pada definisi hasil belajar sebagai penilaian hasil
usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka,
huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah
dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu.
4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)
a. Hakikat Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Cooperative learning mencakup suatu kelompok kecil siswa
yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah
masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu
untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Menurut Suherman dkk
teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya sebagai sebuah
tim dalam menyelesaikan atau membahas suatu masalah atau tugas.
Menurut Suherman dkk (2007:260) ada beberapa hal yang
perlu dipenuhi dalam cooperative learning agar lebih menjamin
para siswa bekerja secara kooperatif, hal tersebut meliputi: pertama
para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus merasa
bahwa mereka adalah bagian dari sebuah tim dan mempunyai
tujuan bersama yang harus dicapai. Kedua para siswa yang
tergabung dalam sebuah kelompok harus menyadari bahwa
masalah yang mereka hadapi adalah masalah kelompok dan bahwa
berhasil atau tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggung jawab
bersama oleh seluruh anggota kelompok itu. Ketiga untuk
mencapai hasil yang maksimum, para siswa yang tergabung dalam
kelompok itu harus berbicara satu sama lain dalam mendiskusikan
masalah yang dihadapinya.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara
sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antar
siswa untuk memahami materi pelajaran. Unsur-unsur
pembelajaran kooperatif paling sedikit ada empat macam yakni
(Fatkhurrohman, 2004: 78):
1) Saling ketergantungan positif, artinya dalam
pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang
sesama. Dengan saling membutuhkan antar sesama, maka
mereka merasa saling ketergantungan satu sama lain;
2) Interaksi tatap muka, artinya menuntut para siswa dalam
kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka
dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi
juga dengan sesama siswa. Dengan interaksi tatap muka,
memungkinkan para siswa dapat saling menjadi sumber
belajar, sehingga sumber belajar menjadi variasi. Dengan
interaksi ini diharapkan akan memudahkan dan membantu
siswa dalam mempelajari suatu materi.
3) Akuntabilitas individual, artinya meskipun pembelajaran
kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar
kelompok, tetapi penilaian dalam rangka mengetahui
tingkat penguasaan siswa terhadap suatu materi pelajaran
dilakukan secara individual. Hasil penilaian secara
individual tersebut selanjutnya disampaikan oleh guru
kepada kelompok agar semua anggota kelompok
mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan
bantuan dan siapa anggota kelompok yang dapat
memberikan bantuan
4) Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi, artinya
melalui pembelajaran kooperatif akan menumbuhkan
dikarenakan dalam pembelajaran kooperatif menekankan
aspek-aspek: tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman,
mengkritik ide dan bukan mengkritik orangnya, berani
mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang
lain, mandiri, dan berbagai sifat positif lainnya.
Menurut Ibrahim (2008 : 6), pembelajaran kooperatif memiliki
sejumlah karakteristik tertentu yang membedakan dengan
model-model pembelajaran lainnya antara lain :
1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk
menuntaskan materi belajarnya.
2) kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki
kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
3) bila memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras,
budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda.
4) penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang
individu.
Terdapat enam langkah-langkah kooperatif, dimulai dengan
guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan motivasi siswa untuk
belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi, seringkali dengan
bahan bacaan daripada secara verbal. Selanjutnya siswa
dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahapan ini diikuti
bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama untuk
kooperatif meliputi fersentasi hasil kerja kelompok atau evaluasi
tentang apa tang telah mereka pelajari dan memberi penghargaan
terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu. Adapun
langkah-langkah model pembelajaran kooperatif dapat di lihat pada
table berikut.
b. Definisi Numbered Heads Together (NHT)
NHT merupakan pembelajaran kooperatif yang dirancang
untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif
terhadap kelas tradisional (Slavin, 2003: 34).NHT yang
dikembangkan oleh Spencer Kagan melibatkan banyak siswa
dalam menelaah materi dalam suatu pelajaran dan mengecek
pemahaman terhadap isi materi yang dipelajari tersebut.
Pembelajaran kooperatiftipe NHT merupakan salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus
yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan
memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe
ini dikembangkan oleh Kagen (Ibrahim, 2001: 28) dengan
melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam
suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi
pelajaran tersebut. Ibrahim (2008: 29) mengemukakan tiga tujuan
yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengantipe
NHT yaitu:
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam
tugas-tugas akademik.
2) Pengakuan adanya keragaman
Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang
mempunyai berbagai latar belakang.
3) Pengembangan keterampilan sosial
Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial
siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi
tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau
menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok
dan sebagainya.
c. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Penerapan pembelajaran kooperatiftipeNHTmerujuk pada
konsep Kagen (dalam Ibrahim, 2008: 28) dengan tiga langkah yaitu:
1) Pembentukan kelompok
2) Diskusi masalah
3) Tukar jawaban antar kelompok.
Menurut Muslimin Ibrahim, dkk (2008:27-28) tahapan dalam
pembelajaran kooperatiftipe NHT antara lain yaitu penomoran,
mengajukan pertanyaan, berfikir bersama, dan menjawab.
1) Tahap 1: Penomoran
Guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggotakan
berguna untuk memudahkan dalam memanggil siswa
dengan penomoran kepala.
2) Tahap 2: Mengajukan pertanyaan
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa.
Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat spesifik
dan dalam bentuk kalimat tanya atau bentuk arahan.
3) Tahap 3: Berpikir bersama,
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban
pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya
mengetahui jawaban itu.
4) Tahap 4: Menjawab
Guru memanggil siswa dengan nomor tertentu,
kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan
tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan
untuk seluruh kelas.
Tabel 2.1
Sintak Pembelajaran kooperatif tipe NHT menurut Slavin (2003: 34)
1 Penomoran Guru membagi siswa ke dalam
kelompok beranggotakan 5
orang dan setiap anggota
kelompok diberi nomor 1-5
2 Mengajukan
pertanyaan
Guru mengajukan sebuah
pertanyaan kepada siswa.
Pertanyaan dapat bervariasi.
Pertanyaan dapat spesifik dan
dalam bentuk kalimat tanya
atau bentuk arahan.
3 Berpikir bersama Siswa menyatukan
pendapatnya terhadap jawaban
pertanyaan itu dan
meyakinkan tiap anggota
dalam timnya mengetahui
jawaban itu.
4 Menjawab Guru memanggil siswa dengan
nomor tertentu, kemudian
siswa yang nomornya sesuai
mengacungkan tangannya dan
mencoba untuk menjawab
pertanyaan untuk seluruh
Tabel tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
1) Penomoran: Guru membagi siswa dalam kelompok yang
beranggotakan 5 orang dan kepada setiap anggota diberi
nomor 1-5. Siswa bergabung engan anggotanya
masing-masing
2) Mengajukan pertanyaan: Guru mengajukan pertanyaan
berupa tugas untuk mengerjakan soal-soal di LKS.
3) Berpikir bersama: Siswa berpikir bersama dan
menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan
dalam media pembelajaran tersebut dan meyakinkan
tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban
tersebut.
4) Menjawab: Guru memanggil siswa dengan nomor tertentu,
kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan
tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan
atau mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya
untuk seluruh kelas. Kelompok lain diberi kesempatan
untuk berpendapat dan bertanya terhadap hasil diskusi
kelompok tersebut.
5) Guru mengamati hasil yang diperoleh masing-masing
kelompok dan memberikan semangat bagi kelompok yang
6) Guru memberikan soal latihan sebagai pemantapan
terhadap hasil dari pengerjaan pertanyaan di LKS.
5. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatiftipe NHT
Kelebihan dan kelemahan pembelajaran kooperatiftipe NHT menurut
Slavin (2003: 37) adalah
a. Kelebihan model pembelajaran kooperatiftipe Numbered Heads
together:
1) Setiap siswa menjadi siap semua
2) Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh
3) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai
4) Tidak ada siswa yang mendominasi dalam kelompok.
b. Kelemahan model pembelajaran kooperatiftipe Numbered Heads
Together:
1) Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru
2) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
6. Shalat Jenazah
a. Pengertian dan hukum shalat jenazah dan dalilnya
Menurut bahasa shalat jenazah berarti mendo‟akan jenazah,
sedangkan menurut istilah syariah berarti shalat yang dilaksanakan
memberikan tuntutan agar kita menyalatkan orang yang meninggal,
sebagaimana sabdanya:
هجام نب ا هاور . ْ مكَُتْوَم َلََع اوُّل َص
Artinya :“ Shalatkanlah oleh mu orang-orang yang meninggal “. ( HR Ibnu Majah )
Hukum melaksanakan shalat jenazah adalah fardhu kifayah
artinya apabila jenazah telah dishalatkan oleh beberapa orang maka
gugur kewajiban bagi orang lain. Akan tetapi jika tidak ada yang
menyalatkan maka semua muslim yang ada di lingkungan jenazah
tersebut berdosa. Menyalatkan jenazah non muslim (kafir dan
musyrik) haram hukumnya. Allah SWT berfirman :
ْنًَُِِّإ ۖ ٍِِشْثَق ٰىَلَع ْنُقَج َلَ َّ اًذَتَأ َتاَه ْنٌُِِْه ٍذَحَأ ٰىَلَع ِّلَصُج َلَ َّ
َىُْق ِساَف ْنُُ َّ اُْجاَه َّ َِِلُْس َس َّ ِ َّللَّاِت اُّشَفَك
“Dan janganlah kamu sekali-kali menyembahyangkan (jenazah)
seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri
(mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir
kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan
fasik”. (Qs. At-Taubah :84)
b. Syarat dan Rukun Shalat Jenazah
1) Syarat shalat jenazah yaitu :
a) Suci badan, pakaian, dan tempat shalat dari hadas dan
b) Shalat dilakukan sesudah jenazah selesai dimandikan dan
dikafani
c) Letak jenazah kea rah ka‟bah, kecuali apabila shalat gaib
2) Rukun shalat jenazah
a) Niat
b) Berdiri jika mampu
c) Takbir empat kali dengan takbiratul ihram
d) Membaca al-fatihah setelah takbiratul ihram
e) Membaca selawat atas nabi setelah takbir kedua
f) Membaca do‟a untuk jenazah sesudah takbir ketiga
g) Membaca salam
c. Tata cara shalat jenazah
1) Jika jenazahnya laki-laki, imam berdiri sejajar kepala jenazah,
jika jenazah perempuan, posisi imam berdiri sejajar dengan
pinnggang mayat.
2) Mengucapkan takbir yang pertama dengan mengangkat tangan
seperti takbiratul ihram, sambil berniat
3) Bersedekap atau meletakan tangan di dada seperti shalat biasa
4) Membaca ta’awuz dan Al-Fatihah
5) Takbir yang kedua dengan mengangkat tangan
6) Membaca selawat Nabi seperti seperti tahiyyat akhir pada
shalat biasa
Membaca do‟a untuk jenazah
)اَُ( ََُلُضًُ ْمِشْكَاَّ )اَُ( ٌََُْع ُفْعاَّ )اَُ( َِِفاَعَّ )اَُ( َُْوَحْسَّ )اَُ( ََُلْشِفْغا َّنَُِّللَأ َُْلِسْغاَّ )اَُ( ََُلَخْذَه ْعِسََّّ اَوَك َياٌَاَطَخْلا َيِه )اَُ( َِِّقًََّ ,ِدَشَثْلاَّ ِجْلَّثلاَّ ِءاَوْلااِت )اَُ(
ْيِه اًشٍَْخ ًلاَُْأَّ )اَُ( ٍِِساَد ْيِه اًشٍَْخ اًساَد )اَُ( َُْلِذْتَاَّ ِسًََّذلا َيِه ُضٍَْتَلَْا ُبَّْْثلا ىَّقٌٌَُ َُ( َِِجَّْص ْيِه اًشٍَْخ اًجَّْصَّ )اَُ( َِِلَُْأ
ِساٌَّلا َباَزَعَّ ِشْثَقْلا َةٌَْحِف )اَُ( َِِقَّ )ا
8) Takbir yang keempat dengan mengangkat tangan. Do‟a,setelah
takbir keempat :
َلََّ )اَُ( ٍَُشْجَأ اٌَْهِشْحَج َلَ َّنَُِّللَأ َيٌِْزَّلااًٌَِاَْْخِ ِلَِّ )اَُ( ََُلَّاٌََلْشِفْغَّ )اَُ( ٍَُذْعَت اٌَِّحْفَج
ًّلاِغ اٌَِتُْْلُق ًِف َيَلَعْجَج َلََّ ِىاَوٌْ ِلِْااِت اًَُْْقَثَس ُنٍِْحَّشلا ٌفُّْأَس َكًَِّإاٌََّتَس اٌَُْْهَأ َيٌِْزّلِل
9) Mengucapkan salam
7. Penelitian Tindakan Kelas
a. Definisi Penelitian Tindakan Kelas
Konsep penelitian tindakan bermula dari pandangan seorang
ahli psikologi sosial yang bermana Kurt Lewin (1946). Lewin
menggunakan pendekatan penelitian tindakan setelah usainya
perang dunia ke dua dalam usaha menyelesaikan berbagai masalah
sosial. Lewin pada saat itu mengemukakan dua ide pokok
penelitian tindakan yaitu; (1) keputusan bersama, dan (2)
komitmen untuk meningkatkan dan memperbaiki prestasi kerja.
penelitian tindakan yang menegaskan perlunya usaha kolaboratif
atau usaha secara bersama-sama dalam meningkat mutu prestasi
kerja.
Pada tahun 1953, ide Lewin dikembangkan oleh Stephen
Corey di New York sebagai pendekatan penelitian yang
diselenggarakan oleh guru-guru sekolah. Pada Tahun 1976 Jhon
Elliot menggunakan pendekatan ini untuk membantu guru
mengembangkan usaha inkuiri dalam pengajaran dan pembelajaran
di dalam kelas yang kemudian dikenal dengan penelitian tindakan
kelas (Wiriatmadja, 2008: 54).
Banyak ahli memberikan definisi tentang penelitian tindakan
kelas (PTK) berikut ini akan disajikan beberapa definisi PTK yang
dikemukakan oleh para ahli tersebut, (1) Standford (1970)
mendefinisikan penelitian tindakan adalah ‘analysis, fact finding,
conceptualization, planing, execution, more fact finding or
evaluation; and then repetition of this whole circle of activities;
indeed, a spiral of such circles, (2) Tim proyek PGSM (1999)
mendefinisikan penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk
kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan
untuk meningkatkan kemantaban rasional dari tindakan mereka
dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap
tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi
Abdul dan Nur, Mohamad (2001) mendefinisikan penelitian
tindakan kelas sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat sistematis
dan siklustis, (4) Kemis, Stephen dalam D. Hopkins (1992)
mendefinisikan penelitian tindakan kelas adalah „action research is
a form of self reflective inquiry undertaken by participants in a
social (including educational) situation inorder to improve the
rationality and justice of (a) their own social or educational
pratices, (b) their understanding of these practices, and (c) the
situations in which practices are carried out’ (penelitian tindakan
adalah suatu bentuk penelaahan atau inkuri melalui refleksi diri
yang dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu dalam
situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki
rasionalitas dan kebenaran dari (a) praktek-praktek sosial atau
kependidikan yang mereka lakukan sendiri, (b) pemahaman
mereka terhadap praktek-praktek tersebut, (c) situasi di tempat
praktek itu dilaksanakan).
Mills (2003) mendefinisikan penelitian tindakan kelas
sebagai berikut; „Any systematic inquiry conducted by teacher
researchers ... to gather information about how their particular
schools operate, how they teach, and how well their students
learn‟. Rapoport (1991) mendefinisikan penelitian tindakan kelas sebagai berikut; „Action research aims to contribute both to the
and to the goals of social science (including education) by joint
collaboration within a mutually acceptable ethical framework.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas sebagai sebuah
proses investigasi terkendali yang berdaur ulang (bersiklus) dan
bersifat reflektif mandiri, yang memiliki tujuan untuk melakukan
perbaikan-perbaiakan terhadap sistem, cara kerja, proses, isi,
kompetensi, atau situasi.
b. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas
Hopkins (1993) menyebutkan ada 6 (enam) prinsip dasar
yang melandasi penelitian tindakan kelas.
1) Prinsip pertama, bahwa tugas guru yang utama adalah
menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan berkualitas.
Untuk itu, guru memilki komitmen dalam mengupayakan
perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran secara
terus menerus. Dalam menerapkan suatu tindakan untuk
memperbaiki kualitas pembelajaran ada kemungkinan
tindakan yang dipilih tidak/kurang berhasil, maka ia harus
tetap berusaha mencari alternatif lain.
2) Prinsip kedua bahwa meneliti merupakan bagian integral
dari pembelajaran, yang tidak menuntut kekhususan waktu
penelitian tindakan selaras dengan pelaksanaan
pembelajaran, yaitu: persiapan (planning), pelaksanaan
pembelajaran (action), observasi kegiatan pembelajaran
(observation), evaluasi proses dan hasil pembelajaran
(evaluation), dan refleksi dari proses dan hasil pembelajaran
(reflection).
3) Prinsip ketiga bahwa kegiatan meneliti, yang merupakan
bagian integral dari pembelajaran, harus diselenggarakan
dengan tetap bersandar pada alur dan kaidah ilmiah. Alur
pikir yang digunakan dimulai dari pendiagnosisan masalah
dan faktor penyebab timbulnya masalah, pemilihan tindakan
yang sesuai dengan permasalahan dan penyebabnya,
merumuskan hipotesis tindakan yang tepat, penetapan
skenario tindakan, penetapan prosedur pengumpulan data
dan analisis data.
4) Prinsip keempat bahwa masalah yang ditangani adalah
masalah-masalah pembelajaran yang riil dan merisaukan
tanggungjawab profesional dan komitmen terhadap
pemerolehan mutu pembelajaran. Prinsip ini menekankan
bahwa diagnosis masalah bersandar pada kejadian nyata
yang berlangsung dalam konteks pembelajaran yang
5) Prinsip kelima bahwa konsistensi sikap dan kepedulian
dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas
pembelajaran sangat diperlukan. Hal ini penting karena
upaya peningkatan kualitas pembelajaran tidak dapat
dilakukan sambil lalu, tetapi menuntut perencanaan dan
pelaksanaan yang sungguh-sungguh.
6) Prinsip keenam adalah cakupan permasalahan penelitian
tindakan tidak seharusnya dibatasi pada masalah
pembelajaran di ruang kelas, tetapi dapat diperluas pada
tataran di luar ruang kelas, misalnya: tataran sistem atau
lembaga. Perspektif yang lebih luas akan memberi
sumbangan lebih signifikan terhadap upaya peningkatan
kualitas pendidikan.
c. Model Penelitian Tindakan Kelas
Model penelitian tindakan kelas menurut Wiriatmadja (2007)
ada beberapa macam, diantaranya adalah model Lewin yang
ditafsirkan oleh Kemmis, Model Lewin menurut Elliot, Model
McKernan dan Model Spiral Kemmis dan Taggart. Model Lewin
yang ditafsirkan oleh Kemmis menggambarkan sebuah spiral dari
beberapa siklus kegiatan. Kegiatan yang terdapat pada siklus terdiri
dari mengidentifikasi gagasan umum, menyusun rencana umum,
mengembangkan langkah tindakan yang pertama,
mengevaluasi dan memperbaiki rancangan umum.
Model Lewin menurut Elliot merupakan revisi dari model
Lewin dengan menegaskan bahwa masalah yang diangkat dalam
penelitian tetap berada dalam lingkup permasalahan yang dihadapi
guru/ dosen dalam praktek kesehariannya di kelas, dan merupakan
sesuatu yang ingin diubah atau diperbaiki. Sedangkan model Spiral
dari Kemmis dan Taggart menjelaskan secara mendetail
tahap-tahap penelitian tindakan. Tahapan tersebut dimulai dari rencana
(plan), kemudian dilakukan tindakan (act), pengamatan (observe)
dan refleksi (reflect).
Dalam penelitian ini model yang digunakan adalah Model
Kemmis dan Taggart yang merinci apa yang dilakukan dari
perencanaan sampai dengan refleksi.Bagan tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:
Refleksi
Tindakan/ Observasi
Refleksi
Rencana awal/ Rancangan
Rencana yang direvisi
Siklus 1
Gambar 2.1
Model PTK Kemmis dan Mc Taggart
B. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir adalah penjelasan sementara terhadap suatu gejala yang
menjadi obyek permasalahan.kerangka berfikir disusun berdasarkan pada tinjauan
pustaka dan hasil penelitian yang relevan. Kerangka berfikir ini merupakan suatu
argumentassi kita dalam merumuskan hipotesis. Penyususnan kerangka berfikir
dengan menggunakan argument-argumen yang dapat dipertanggungjawabkan ini
akhirnya melahirkan kesimpulan. Kesimpulan tersebut yang menjadi rumusan
hipotesis sebagai jawaban sementara terhadap pemecahan masalah penelitian kita.
Berdasarkan informasi-informasi yang telah terkumpul pada kajian
pustaka, model pembelajaran NHT merupakan sebuah konsep pembelajaran yang
melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu
pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut
Penggunan pembelajaran kooperatif tipe NHT ini selain guru menjelaskan
materi, disini siswa juga akan dibuat aktif belajar, terlibat untuk berdiskusi dengan
teman kelompoknya. Pembelajaran tidak hanya monoton guru yang aktif, tetapi
siswa dapat aktif dalam kegiatan diskusi kelompok dan mempresentasikannya
digambarkan sebagai berikut.
Gambar 2.2
Kerangka Berfikir
Berdasarkan gambar tersebut dapat diketahui bahwa pembelajaran
kooperatif tipe NHT sebagai variabel bebas, sedangkan hasil belajar fiqih sebagai
variabel terikat. Keadaan pembelajaran yang selama ini masih terfokus pada guru
yang menyebabkan siswa kurang aktif, dengan pelaksanaan pembelajaran
kooperatif tipe NHT ini akan meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran
sehingga hasil belajarnya akan mengalami peningkatan. Pembelajaraan kooperatif
tipe NHT
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian tindakan adalah cara suatu kelompok atau seseorang dalam
mengorganisasi suatu kondisi sehingga mereka dapat mempelajari
pengalaman mereka dapat diakses oleh orang lain (Sukardi, 2003). Ciri
utama dalam penelitian tindakan kelas yaitu adannya tindakan-tindakan
(aksi) tertentu serta adanya siklus untuk memperbaiki proses pembelajaran
di kelas.
Penelitian ini menggunakan desain tindakan model Kemmis & Mc
Taggart. Model ini merupakan pengembangan dari konsep dasar yang
diperkenalkan oleh Kurt Lewin, hanya saja komponen acting (tindakan)
dengan obserfing (pengamatan) dijadikan sebagai suatu kesatuan karena
keduanya merupakan kegiatan yang tak terpisahkan terjadi dalam waktu
yang sama. Model yang dikemukakan oleh Kemmis & Mc Taggart terdiri
dari empat komponen, yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Keempat komponen yang berupa untaian tersebut dipandang sebagai suatu
siklus. Pengertian siklus dalam hal ini adalah putaran kegiatan yang terdiri
dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi (Wijaya Kusumah &
B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MTs Sudirman Truko, yang
beralamat di Truko, kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada pembelajaran fiqih kelas
kelas VII.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari sampai dengan
Februari tahun 2017 pada semseter II tahun ajaran 2016/2017, pada
mata pelajaran fiqih.
3. Subjek Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII MTs Sudirman
Truko, dengan jumlah murid 32 siswa. Karakteristik subjek yang akan
diteliti bahwa siswa kelas kelas VII MTs Sudirman Truko mempunyai
sikap yang pemalu untuk mengeluarkan pendapat dan kemampuan
berpikir siswa sangat tinggi. Hal tersebut menyebabkan pembelajaran
masih terfokus pada guru, sedangkan siswa lebih banyak mencatat apa
yang ada di papan tulis. Saat guru meminta siswa untuk maju
mengerjakan di papan tulis, masih didominasi oleh siswa-siswa tertentu
yang memiliki kemampuan.
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat.
a) Variabel bebas
Variabel bebas (X), adalah variabel yang mempengaruhi, dalam hal
ini adalah penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT.
b) Variabel Terikat
Variabel terikat (Y), adalah variabel yang dipengaruhi, dalam hal
ini adalah hasil belajar fiqih.
5. Rencana Pelaksanaan Tindakan
Langkah-langkah dan desain penelitian ini mengikuti prinsip dasar
yang dikemukakan oleh Kemmis dan Taggart (dalam Wiriatmadja,
2008: 11). Pelaksanaan tindakan dilakukan sampai target yang
diinginkan tercapai. Langkah-langkah pelaksanaan penelitian adalah
sebagai berikut.
1. Persiapan (Planning)
Dalam tahap persiapan, peneliti melakukan observasi untuk
mengetahui permasalahan yang terjadi pada siswa. Selanjutnya
pengkajian teori dan hasil penelitian. Kemudian peneliti
mengajukan judul untuk mengatasi permasalahan yang ada pada
siswa, dan tahap persiapan yang terakhir adalah pengajuan
proposal.
Penelitian pada siklus I dilaksanakan pada
tanggal 13 Februari 2018 Masing-masing pertemuan
dilaksanakan pukul 07.00 - 08.10 WIB. Kegiatan Siklus I meliputi
4 tahap, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, hasil
pengamatan atau observasi, dan refleksi. Berikut uraian di ketiga
pertemuan ditinjau dari 4 tahap tersebut.
a) Perencanaan
Langkah–langkah yang dilakukan dalam tahap perencanaan
adalah sebagai berikut:
1) Diskusi dengan guru untuk menentukan materi dan
waktu pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
2) Menyusun skenario pembelajaran yang sesuai dengan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
3) Menyiapkan media yang digunakan dalam pembelajaran
sesuai dengan skenario yang telah ada. Diantaranya
menyiapkan: puzlle urutan sholat jenazah untuk
pembagian kelompok, Identitas kelompok untuk
mempermudah penamaan kelompok; Topi bernomor dan
berwarna sebagai identitas siswa; Pembuatan Sumpit
Bernomor dan Berwarna untuk proses pemanggilan
siswa; Mendesain Lembar Kerjas Siswa (LK) untuk
kelompok), membuat Rewards sticker smile untuk hadiah
kepada siswa yang mengerjakan soal.
4) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sesuai
skenario dan berdasarkan standar proses KTSP
5) Menyusun lembar observasi untuk kegiatan guru dan
lembar observasi untuk aktifitas belajar siswa
6) Membuat instrumen penilaian yang digunakan untuk
mengukur hasil belajar pada siklus I.
7) Mencari pakar untuk memvalidasi instrument yang
disusun.
b. Tindakan
Pada tahap ini kegiatan pembelajaran dilaksanakan 3 kali
pertemuan. Setiap siklus pembelajaran dilakukan dengan
menggunakan materi yang berbeda. Berikut tahap-tahap yang
dilakukan dalam pelaksanaan tindakan.
1) Pendahuluan
a) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam,
dilanjutkan berdoa dan menanyakan kabar siswa.
b) Guru memotivasi siswa dan melakukan apersepsi.
c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
2) Kegiatan Inti
a) Guru melakukan kegiatan eksplorasi
c) Guru melakukan kegiatan elaborasi
d) Guru membagi kelompok (Pembagian Kelompok)
e) Guru membagikan topi bernomor dan berwarna
(Penomoran)
f) Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LK)
g) Siswa bertanya jawab tentang materi yang disampaikan
(Bertanya)
h) Guru melakukan kegiatan konfirmasi
i) Guru melakukan pemanggilan siswa (Pemanggilan
Siswa)
j) Siswa terpilih mengerjakan soal yang diberikan
(Menjawab)
3) Penutup
a) Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran
b) Guru memberikan evaluasi kapada siswa
c) Guru menutup pembelajaran
c. Observasi
Tahap observasi dilakukan bersama tahap tindakan.
Setiap tindakan atau aktivitas yang dilakukan siswa diamati
oleh obsever dengan menggunakan lembar observasi
keaktifan siswa, dan mengamati jalannya pembelajaran yang
dilakukan oleh guru dalam penggunaan model pembelajara
d. Refleksi
Pada tahap ini peneliti mendeskripsikan semua
kemunculan baik dari aktivitas belajar siswa selama treatment
dilaksanakan, serta aktivitas guru dari kegiatan siklus I sampai
dengan siklus II setelah siswa mencapai ketuntasan
sebagaimana indikator kinerja. Penelitian ini termasuk
penelitian kualitatif.
e. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan oleh
peneliti dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
dokumentasi, observasi, dan tes.
1) Metode Dokumentasi
Dokumentasi merupakan dokumen yang diperoleh
selama penelitian. Dalam penelitian ini dokumen yang
diperoleh berupa dokumen mengenai data siswa,
dokumentasi saat pelaksanaan penelitian tindakan kelas.
2) Metode Observasi
Observasi merupakan kegiatan mengamati terhadap
hal yang menjadi fokus penelitian. Observasi dalam
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa
dan aktivitas guru selama proses pembelajaran
Tes dilakukan untuk pengumpulan informasi
tentang pemahaman
siswa terhadap penggunaan metode eksperimen pada
pembelajaran. Tes di laksanakan pada awal penelitian,
pada akhir setiap tindakan, dan pada akhir setelah
diberikan serangkaian tindakan. Sebelum tes diberikan
kepada siswa terlebih dahulu tes tersebut divaliditas dan
direalibilitas.
f. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen dalam penelitian ini menggunakan lembar
observasi dan lembar tes. Lembar observasi pada penelitian ini
terdapat 2 macam yaitu lembar observasi untuk aktifitas guru
dan lembar observasi untuk aktifitas siswa.
Lembar observasi digunakan sebagai pedoman untuk
memperoleh data yang diinginkan. Lembar observasi guru
beserta kisi-kisinya disusun berdasarkan sintaks Number Head
Together dan sesuai standar KTSP, adapun lembar observasi
siswa disusun sesuai dengan aktifitas yang ingin diamati.
Lembar Observasi guru dan kisi-kisi dapat dilihat pada
lampiran…. dan lembar observasi siswa dapat dilihat pada
lampiran….
Penggunaan lembar observasi guru dilakukan dengan cara
penggunaan lembar observasi siswa dilakukan dengan cara
memberikan tanda centang sesuai kategori yang telah
ditentukan pada lembar observasi. Berikut kriteria yang
digunakan dalam pemberian skor pada lembar observasi
aktifitas guru.
Skor 0 = Jika pelaksanaan yang dilakukan guru dalam
kategori kurang baik.
Skor 1 = Jika pelaksanaan yang dilakukan gurudalam
kategori cukup baik.
Skor 2 = Jika pelaksanaan yang dilakukan guru dalam
kategori sangat baik.
Lembar tes dikemas dalam bentuk soal tes tertulis
berbentuk pilihan ganda dan isian. Soal tes tertulis digunakan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam pembelajaran
pada setiap siklus.
6. Indikator Keberhasilan
Dalam penelitian, indikator keberhasilan merupakan ketentuan
atau patokan suatu penelitian dikatakan berhasil atau tidak. Dalam
penelitian ini yang menjadi indikator keberhasilan setelah pelaksanaan
tindakan adalah sebagai berikut.
b. Rata-rata kelas telah mengalami peningkatan setelah pelaksanaan
tindakan yang dapat dilihat melalui perbandingan pada tiap
siklus.
c. Telah memenuhi syarat minimal klasikal yang dapat dilihat dari
ketercapaian klasikal siswa yang tuntas mencapai minimal 85%.
7. Teknik Analisis Data
Data yang didapat dari penelitian ini terdapat data kualitatif dan
kuantitatif. Kuantitatif digunakan untuk membandingkan data yang
diperoleh dari hasil tes berbentuk angka – angka yang dilaksanakan
pada pra siklus, siklus I, dan siklus II. Sedangkan data kualitatif akan
digunakan untuk menganalisis guna mendeskripsikan hasil observasi
dan refleksi dari tiap-tiap siklus.
Penelitian ini termasuk dalam jenis Penelitian Tindakan Kelas. Ciri
utama dalam penelitian tindakan kelas yaitu adannya tindakan-tindakan
(aksi) tertentu serta adanya siklus untuk memperbaiki proses
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi Awal
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan berdasarkan permasalahan yang terjadi di kelas VII MTs Sudirman Truko. Langkah pertama yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah pengamatan kegiatan belajar mengajar
di kelas. Observasi dilaksanakan selama 1 minggu dalam pembelajaran fiqih
pada tanggal 30 Januari – 6 Februari 2017. Hasil observasi menunjukkan
bahwa proses kegiatan belajar mengajar lebih didominasi guru, Guru
menjelaskan materi dengan metode ceramah dilanjutkan dengan pemberian
pertanyaan kepada siswa. Adapun pada proses latihan soal, Guru hanya
menunjuk siswa yang dianggap bisa untuk mengerjakan soal di papan tulis.
Selama proses pembelajaran terlihat bahwa siswa kurang bersemangat. Hal
soal guru memberikan pertanyaan sebagian besar dari mererka menunggu
jawaban guru atau jawaban dari teman yang mengerjakan di papan tulis.
Hasil dari proses pembelajaran tersebut tidak optimal. Hal ini salah
satunya dilihat dari rekap hasil ulangan harian yang ditampilkan Tabel 4.1.
Meskipun nilai tertinggi yang diraih siswa sebesar 80, namun masih terdapat
siswa yang mendapat nilai 55. Rata-rata dari 32 siswa tersebut hanya
mencapai 64. Nilai ini masih di bawah KKM di tentukan yaitu 65. Selain itu,
siswa yang masuk dalam kategori tuntas juga hanya mencapai 43,75%,
Adapun yang 66,25% lainya tidak mencapai KKM. Hal ini tidak sesuai
dengan Kriteria Ketuntasan Minimal yang telah ditetapkan dalam kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) VII MTs Sudirman Truko yang
menyatakan bahwa suatu kelas dikatakan telah tuntas belajarnya apabila
sekurang-kurangnya 75% siswa telah mencapai KKM. Oleh karena itu perlu
adanya tindakan perbaikan guna meningkatkan hasil belajar fiqih pada kelas
VII MTs Sudirman Truko. Salah satunya dengan dilakukan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK).
Tabel 4.1
Hasil Belajar Fiqih pada Pra Siklus
Jumlah
Siswa yang Tuntas Siswa yang Belum
Tuntas
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
32 80 55 64 14 43,75% 18 56,25%
Penelitian pada siklus I dilaksanakan pada tanggal 13 Februari 2017 Masing-masing pertemuan dilaksanakan pukul 07.00 - 08.10 WIB. Kegiatan
Siklus I meliputi 4 tahap, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,
hasil pengamatan atau observasi, dan refleksi. Berikut uraian diketiga
pertemuan ditinjau dari 4 tahap tersebut.
1. Perencanaan Tindakan
Tahap perencanaan diperlukan sebagai pedoman pada pelaksanaan
tindakan dalam pembelajaran. Perencanaan pembelajaran disusun dengan
memperhatikan sintaks model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Berikut kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan
tindakan.
a) Diskusi dengan guru untuk menentukan materi dan waktu
pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
b) Menyusun skenario pembelajaran yang sesuai dengan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT.
c) Menyiapkan media yang digunakan dalam pembelajaran sesuai
dengan skenario yang telah ada. Diantaranya menyiapkan: gambar
urutan sholat jenazah untuk pembagian kelompok, Identitas
kelompok untuk mempermudah penamaan kelompok; Topi
bernomor dan berwarna sebagai identitas siswa; Pembuatan Sumpit
Bernomor dan Berwarna untuk proses pemanggilan siswa;