• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran Fiqih Materi Ketentuan Shalat Jenazah Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) Siswa Kelas VII B MTs Sudirman Truko Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017 - Te

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran Fiqih Materi Ketentuan Shalat Jenazah Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) Siswa Kelas VII B MTs Sudirman Truko Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017 - Te"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN FIQIH MATERI KETENTUAN SHALAT JENAZAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEAD

TOGETHER) SISWA KELAS VII B MTS SUDIRMAN TRUKO KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG

TAHUN PELAJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

M. DIDIK HASANI NIM. 114-13-016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(2)
(3)

Imam Mas Arum M, Pd. Dosen IAIN Salatiga

PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi Lamp : 1 Eksemplar

Dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa:

Nama : M. Didik Hasani NIM : 114-13-016

Judul : PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN

FIQIH MATERI KETENTUAN SHALAT JENAZAH

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) SISWA KELAS

VII B MTS SUDIRMAN TRUKO KECAMATAN BRINGIN

KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN

2016/2017

Dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga untuk ditujukan dalam sidang munaqasah.

Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salatiga, September 2018

Dosen Pembimbing,

(4)

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN Jalan Lingkar Salatiga KM.2 Telepon (0298) 6031364 Kode Pos 50716 Salatiga

Website:http://tarbiyah.iainsalatiga.ac.id e-mail: tarbiyah@iainsalatiga.ac.id

SKRIPSI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN FIQIH MATERI

KETENTUAN SHALAT JENAZAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) SISWA KELAS

VII B MTS SUDIRMAN TRUKO KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN

SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017

DI SUSUN OLEH : M. DIDIK HASANI NIM 114-13-016

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan

Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Salatiga, pada tanggal ……… dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Mufiq, S.Ag, M.Phil

Sekretaris Penguji : Imam Mas Arum, M.Pd

Penguji I : Siti Rukhayati, M.Ag

(5)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : M. Didik Hasani

NIM : 114 13 016

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya

sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik

ilmiah. Skripsi ini diperbolehkan untuk di Publikasikan oleh Perpustakaan IAIN

Salatiga.

Salatiga, September 2018 Yang menyatakan

(6)

MOTTO

ۡةَصًٱَف َث ۡغَشَف اَرِإَف

Fa-idzaa faraghta faanshab 7. "Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain,"

Wa-ila rabbika faarghab 8. "Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap."

(7)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

 Kedua orang tuaku, yang senantiasa mendo‟akan dan memberikan dukungan.

 Keluargaku yang selalu mendukung, mendo'akan dan memberikan segalanya, baik moral maupun spritual bagi kelancaran studi, semoga

Allah senantiasa meridhoinya.

(8)

ABSTRAK

Hasani, M. Didik. 2018. Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran Fiqih Materi Ketentuan Shalat Jenazah Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) Siswa Kelas VII B MTs Sudirman Truko Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017. Skripsi. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK). Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Kata Kunci : Hasil Belajar, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Tujuan dalam penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar siswa dengan menerapkan Model Pembelajaran NHT (Numbered Head Together) pada mata pelajaran fiqih tentang Shalat jenazah siswa kelas VII MTs Sudirman Truko Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas ini merupakan siklus yang dirancang dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII MTs Sudirman Truko Kecamatan Bringin. Analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif.

(9)

KATA PENGANTAR ميحرلا نمحرلا الله مسب

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Rabb yang

Maha Rahman dan Rahim yang telah mengangkat manusia dengan berbagai

keistimewaan. Dan dengan hanya petunjuk serta tuntunan-Nya, penulis

mempunyai kemampuan dan kemauan sehingga penulisan skripsi ini bisa

terselesaikan.

Sholawat dan salam penulis haturkan kepada Uswatun Khasanah Nabi

Muhammad SAW, semoga beliau senantiasa dirahmati Allah SWT. Amin

Sebagai insan yang lemah, penulis menyadari bahwa tugas penulisan ini bukanlah

merupakan tugas yang ringan, tetapi merupakan tugas yang berat. Akhirnya

dengan berbekal kekuatan serta kemauan dan bantuan dari berbagai pihak, maka

terselesaikanlah skripsi yang sederhanan ini dengan judul “PENINGKATAN

HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN FIQIH MATERI KETENTUAN

SHALAT JENAZAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) SISWA KELAS VII B MTS

SUDIRMAN TRUKO KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG

TAHUN PELAJARAN 2016/2017” Dengan tersusunnya skripsi ini, penulis ucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor Intitut Agama Islam

Negeri Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan.

(10)

4. Bapak Imam Mas Arum, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang

telah dengan sabarnya memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis

dalam penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu

selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi.

6. Keluarga dan seluruh pihak yang selalu mendorong dan memberikan

motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga.

7. Teman-teman Jurusan S1 Pendidikan Agama Islam angkatan 2013, yang

telah memberikan banyak cerita dan canda selama menempuh pendidikan

di IAIN Salatiga.

8. Para sahabat-sahabatku yang tidak bisa saya sebut namanya satu-persatu,

yang selama ini selalu membantu dan memotivasiku dari sejak kecil

sampai saat ini.

Atas segala hal tersebut, penulis hanya bisa berdo‟a, semoga Allah SWT

mencatatnya sebagai amal sholeh yang akan mendapat balasan yang berlipat

ganda. Aamiin.

Akhirnya penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih banyak

kekurangan atau bahkan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik

yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini akan penulis terima dengan rasa

senang hati dan terbuka. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pribadi dan

bagi pembaca pada umumnya.

Amin amin yarobbal ‘alamin

Salatiga, September 2018 Penulis

(11)

NIM 114-13-016

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN BERLOGO ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

DEKLARASI ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GRAFIK dan GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Hipotesis Tindakan ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

(12)

BAB II KAJIAN PUSTAKA .. ... 7

A. Kajian Teori ... 7

1. Pengertian Belajar ... 7

2. Ranah Hasil Belajar... 10

3. Definisi Hasil Belajar ... 11

4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ... 12

a. Hakikat Pembelajaran Kooperatif ... 12

b. Definisi NHT ... 16

c. Langkah-langkah Pembelajaran NHT ... 17

5. Kelebihan dan Kelemahan Tipe NHT ... 20

6. Shalat Jenazah ... 23

7. Penelitian Tindakan Kelas... 24

a. Definisi PTK ... 24

b. Prinsip PTK ... 16

c. Model PTK ... 17

B. Kerangka Berfikir ... 31

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN ... 33

A. Jenis Penelitian ... 33

B. Setting Penelitian ... 34

1. Tempat Penelitian ... 34

2. Waktu Penelitian ... 34

3. Subyek dan Karakteristik Penelitian ... 34

4 Variabel Penelitian ... 34

5. Rencana Pelaksanaan Tindakan ... 35

6. Indikator Keberhasilan ... 41

7. Teknik Analisis Data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Deskripsi Kondisi Awal ... 43

B. Deskripsi Siklus I ... 44

(13)

2. Pelaksanaan Tindakan ... 46

a. Kegiatan Pendahuluan ... 46

b. Kegiatan Inti ... 46

c. Kegiatan Penutup ... 49

3. Hasil Pengamatan dan Observasi ... 49

4. Refleksi ... 54

C. Deskripsi Siklus II ... 55

1. Perencanaan Tindakan ... .. 55

2. Pelaksanaan Tindakan ... 57

a. Kegiatan Pendahuluan ... 58

b. Kegiatan Inti ... 58

c. Kegiatan Penutup ... 60

3. Hasil Pengamatan dan Observasi ... 61

4. Refleksi ... 65

D. Pembahasan ….. ... 67

Bab V PENUTUP……… ... 69

A. Kesimpulan……. ... 69

B. Saran ... 69

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Ketuntasan Belajar Pra Siklus ... 1

Tabel 2.1 Sintak Pembelajaran NHT Menurut Slavin ... 18

Tabel 4.1 Hasil Belajar Fikih Pra Siklus ... 44

Tabel 4.2 Hasil Observasi Guru Siklus 1 ... 50

Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus 1 ... 52

Tabel 4.4 Hasil Pembelajaran Siklus 1 ... 53

Tabel 4.5 Hasil Observasi Guru Siklus 2 ... 62

Tabel 4.6 Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus 2 ... 63

(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Model PTK Kemmis dan Mc Taggart ... 30

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Soal Evaluasi Siklus 1

Soal Evaluasi Siklus 2

Rencana Pembelajaran Siklus 1

Rencana Pembelajaran Siklus 2

Daftar Nilai Siswa Pra Siklus

Datar Nilai Siswa Siklus 1

Daftar Nilai Siswa Siklus 2

Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

Lembar Konsultasi Skripsi

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu indikator untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran

adalah hasil belajar. Hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar

dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun secara

terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan (Sudjana, 2006:

47). Tidak semua hasil belajar dari siswa itu baik. Beberapa kejadian justru

menunjukkan bahwa hasil belajar menjadi masalah yang serius. Hal ini salah

satunya juga terjadi pada siswa kelas VII MTs Sudirman Truko Kecamatan

Bringin Kabupaten Semarang. Persentase siswa yang tuntas pada pokok

materi sholat jenazah hanya mencapai 43,75%. Hasil tersebut dapat kita lihat

pada Tabel 1.1 dan secara detail terdapat dalam lampiran 1.1.

Tabel 1.1

Ketuntasan Belajar Siswa Kelas VII MTs Sudirman Truko

No Kriteria Frekuensi Persentase

1 Tuntas 14 43,75%

(18)

Jumlah 32 100%

Nilai Rata-rata Kelas 64

(19)

Hasil belajar tidak terlepas dari proses. Hasil belajar yang belum

memuaskan mengindikasikan adanya proses yang belum tepat. Oleh karena

itu dilaksanakan observasi terhadap proses pembelajaran yang berlangsung di

MTs Sudirman Truko Kecamatan Bringin. Saat observasi terlihat bahwa

model yang digunakan guru adalah model konvensional. Guru memberikan

materi melalui metode ceramah dan siswa hanya duduk, diam, dengar, catat

dan hafal (3DCH) sehingga Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) menjadi

monoton dan terlihat beberapa siswa tidak memperhatikan. Guru sebenarnya

sudah memberi kesempatan siswa untuk mengerjakan soal di depan kelas,

namun hanya siswa-siswa tertentu saja yang berani maju dan beberapa siswa

justru hanya sekedar meniru apa yang dilakukan siswa sebelumnya.

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk

menciptakan pembelajaran yang lebih berfokus pada siswa adalah model

Cooperatif Learning. Cooperative learning merupakan salah satu

pembelajaran yang mendorong siswa untuk menerima orang lain, membantu

orang lain, menghadapi tantangan dan bekerja dalam tim. Cooperative

learning menjadikan pembelajaran ini tidak terfokus pada penjelasan guru,

tetapi keterlibatan siswa untuk aktif dalam pembelajaran (Slavin, 2003: 87).

Salah satu bentuk pembelajaran kooperatif yang memberi peluang yang sama

kepada siswa terpilih untuk mengungkapkan pendapat, menjawab pertanyaan

guru dan mengerjakan soal adalah melalui tipe Numbered Head Together

(NHT).

(20)

Model ini cocok untuk memastikan akuntabilitas individu dalam diskusi

kelompok. Langkah pembelajaran kooperatif tipe NHT menurut Trianto

(2008), Slavin (2003), dan Ibrahim (2008) adalah penomoran, mengajukan

pertanyaan, berfikir bersama dan menjawab. Pembelajaran kooperatif tipe

NHT siswa menempatkan dalam tim belajar beranggotakan beberapa orang,

yang kemudian tiap siswa dalam kelompok diberi nomor sebagai dasar

penentuan siswa yang harus menjawab (Trianto, 2008: 16). Guru menyajikan

pelajaran, siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan seluruh anggota

tim telah menguasai pelajaran tersebut. Saat belajar berkelompok, siswa

saling membantu untuk menuntaskan materi yang dipelajari. Guru memantau

dan mengelilingi tiap kelompok untuk melihat adanya kemungkinan siswa

yang memerlukan bantuan guru. Kemudian guru memanggil salah satu nomor

secara acak untuk mempresentasikan jawaban dari hasil diskusi kelompok

mereka. Dengan demikian, siswa memiliki peluang yang sama untuk aktif

dalam kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran fiqih di

Kelas VII MTs Sudirman Truko Kecamatan Bringin, maka dilakukan

penelitian tindakan kelas dalam upaya meningkatkan hasil belajar fiqih

melalui perbaikan proses pembelajaran. Adanya teori dan hasil penelitian

mengenai tipe NHT menjadi dasar pemilihan model yang akan diterapkan

dalam pembelajaran fiqih sebagai upaya tindak lanjut atas permasalahan yang

terjadi. Penelitian ini diberi judul " Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran

(21)

Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) Siswa Kelas VII B MTs

Sudirman Truko Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran

2016/2017".

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, dapat diidentifikasi masalah

sebagai berikut.

1. Guru dalam menyampaikan materi pelajaran masih menggunakan metode

konvensional yaitu metode ceramah monoton dan pemberian tugas tanpa

memberikan kesempatan siswa untuk aktif dalam pembelajaran.

2. Sebagian besar siswa kelas VII MTs Sudirman Truko terlihat pasif dalam

pembelajaran. Siswa hanya duduk, diam, mendengarkan, memperhatikan

penjelasan guru dan mencatat.

3. Saat siswa diminta maju ke depan kelas untuk mengerjakan soal, masih

didominasi siswa tertentu dan lainnya hanya menyalin jawaban di papan

tulis.

C. Rumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini adalah, “Apakah penerapan model

NHT (Numbered Head Together) dapat meningkatkan hasil belajar mata

pelajaran fiqih tentang Ketentuan Sholat jenazah pada siswa kelas VII MTs

Sudirman Truko Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran

2016/2017?”.

(22)

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa

dengan menerapkan Model Pembelajaran NHT (Numbered Head Together)

mata pelajaran fiqih tentang Sholat jenazah pada siswa kelas VII MTs

Sudirman Truko Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran

2016/2017.

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini

adalah: “Penerapan Model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat

meningkatkan hasil belajar mata pelajaran fiqih materi ketentuan sholat

jenazah pada siswa kelas VII B MTs Sudirman Truko Kecamatan Bringin

Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2016/2017”.

F. Manfaat Penelitian

1. Memperbaiki proses pembelajaran yang berfokus pada siswa guna tujuan

pembelajaran fiqih.

2. Penerapan NHT memberi kesempatan siswa untuk lebih aktif dalam proses

pembelajaran sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Sebagai sumber referensi guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran

melalui penerapan metode pembelajaran yang tepat.

4. Menginspirasi guru untuk menerapkan pembelajaran tipe NHT pada materi

lainnya ataupun pada mata pelajaran lain.

5. Memberikan masukan bagi sekolah dalam rangka pelaksanaan supervisi

(23)

6. Peneliti mendapat pengalaman langsung dalam proses belajar mengajar

pembelajaran Pendidikan Agama Islam sekaligus Model pembelajaran

yang dapat dilaksanakan dan dikembangkan kelak.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri atas :

Bagian Awal yang berisi Sampul, Halaman Berlogo, halaman judul

skripsi, Persetujuan Pembimbing, lembar pengesahan kelulusan, motto dan

persembahan, abstrak, kata pengantar dan daftar isi.

BAB I Pendahuluan, berisi latar belakang penelitian, rumusan

masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan, manfaat penelitian, dan

sistematika penulisan.

BAB II Kajian Pustaka, berisi Pengertian hasil belajar, metode NHT,

materi ketentuan sholat jenazah.

BAB III Pelaksanaan penelitian, paparan hasil penelitian yang terdiri

dari Jenis penelitian, Setting Penelitan, Tempat dan waktu penelitian

pelaksanaan siklus I dan silkus II.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi Diskripsi Kondisi

Awal, Diskripsi Siklus I dan II, analisis penelitian dan pembahasan penelitian.

Bab V Penutup, berisi kesimpulan dan saran.

Bagian Akhir, berisi datar pustaka, lampiran-lampiran dan daftar

(24)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT diharapkan para

guru memiliki pemahaman yang tepat terhadap tipe tersebut dalam membantu

proses belajar. Oleh karena itu, perlu pemahaman akan pokok-pokok bahasan

berikut.

A. Kajian Teori

1. Pengertian Belajar

Manusia sebagai mahluk hidup yang mempunyai akal dan pikiran

tidak akan pernah berhenti dari proses belajar. Belajar secara sadar atau

tidak telah dilakukan manusia secara terus menerus untuk memenuhi

segala kebutuhan akan pengetahuan.

Berikut ini pendapat tentang pengertian belajar:

a. Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan

terjadi sebagai hasil latihan dan pengalaman (Morgan dalam

Saptorini, 2004:3).

b. Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan seseorang

(25)

bukan diperoleh secara langsung dari proses pertumbuhan dirinya

secara alamiah (Gagne dalam Slameto, 2003).

c. Belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada

individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu

dan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi

dengan lingkungannya (Burton W. H dalam Usman 1994:4).

d. Belajar adalah suatu proses dimana ditimbulkan atau diubahnya

suatu kegiatan karena mereaksi dengan keadaan (Hilgard E.R

dalam Usman 1994: 5).

e. Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang

menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa

kecakapan, sikap, kebiasaan kepribadian atau suatu pengertian

(Witherington H. C. dalam Usman 1994:5).

Dari berbagai pendapat mengenai belajar tersebut, dapat

disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku dan

kemampuan seseorang karena bereaksi dengan keadaan. Belajar

merupakan suatu proses perubahan tingkah laku atau kecakapan manusia.

perubahan tingkah laku ini bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan

yang bersifat fisiologis atau proses kematangan. Perubahan yang terjadi

karena belajar dapat berupa perubahan-perubahan dalam kebiasaan,

kecakapan-kecakapan atau dalam ketiga aspek yakni pengetahuan, sikap,

dan keterampilan. Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling

(26)

bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak

bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh peserta

didik atau siswa.

Belajar bukan merupakan tujuan melainkan suatu proses untuk

mencapai tujuan, jadi belajar merupakan langkah-langkah atau prosedur

yang ditempuh (Hamalik, 2001) sehingga dapat dikatakan belajar sebagai

suatu kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat penting

dalam setiap penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Hal

ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu

tergantung dari proses yang dialami siswa, baik ketika di sekolah,

lingkungan rumah atau keluarga.

Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah suatu akibat dari proses

belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang

disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan.

Adapun Nasution (2003: 22) berpendapat bahwa hasil belajar adalah

suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai

pengetahuan tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam

diri pribadi individu yang belajar. Hasil belajar adalah hasil yang

diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata

pelajaran yang berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Untuk melihat

hasil belajar dilakukan suatu penilaian terhadap siswa yang bertujuan

untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai suatu materi atau

(27)

suatu institusi pendidikan yang ditujukan untuk menjamin tercapainya

kualitas proses pendidikan serta kualitas kemampuan peserta didik

sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan (Cullen, 2003 dalam Himam,

dalam Fatkhurrohman, 2004: 18). Hasil belajar dapat dilihat dari hasil

nilai ulangan harian (formatif), nilai ulangan tengah semester (Sub

sumatif), dan nilai ulangan semester (sumatif).

2. Ranah Hasil Belajar

Dalam pelaksanan penilaianya guru harus memperhatikan

prinsip-prinsip penilaian hasil belajar agar mendapatkan hasil yang maksimal.

Prinsip-prinsip penilaian hasil belajar itu sebagai berikut (Sudjana, 2006)

a. Valid/sahih artinya penilaian hasil belajar oleh pendidik harus

mengukur pencapaian kompetensi yang ditetapkan dalam standar

isi (standar kompetensi dan kompetensi dasar) dan standar

kelulusan. Penilaian valid adalah menilai apa yang seharusnya

dinilai dengan menggunakan alat yang sesuai untuk mengukur

kompetensi.

b. Obyektif artinya penilaian hasil belajar peserta didik hendaknya

tidak dipengaruhi oleh subyektivitas penilai, perbedaan latar

belakang agama, sosial ekonomi, budaya, bahasa, gender, dan

hubungan emosional.

c. Transparan/terbuka artinya penilaian hasil belajar oleh pendidik

(28)

keputusan hasil belajar dapat diketahui secara umum baik oleh

peserta didik, instansi terkait, maupun masyarakat.

3. Definisi Hasil Belajar

Menurut Subiyanto (2008), hasil belajar adalah sesuatu yang

digunakan untuk menilai hasil pelajaran yang telah diberikan kepada

siswa dalam waktu tertentu. Menurut Sutrisno (2008), hasil belajar

adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

belajarnya.

Selanjutnya Tonga (2011), secara umum hasil belajar dapat

diartikan sebagai suatu hasil pekerjaan yang telah dicapai dengan usaha

atau diperoleh dengan jalan keuletan bekerja yang dapat diukur dengan

alat ukur yang disebut dengan tes. Hasil belajar menurut Sudjana (2006:

22) adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman belajarnya.

Cara mengetahui hasil belajar siswa, guru dapat melakukan dengan

berbagai cara salah satunya adalah dengan melakukan evaluasi dan tes.

Evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjamin, dan

penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan

pada setiap jalur, jenjang dan jenis pendidikan sebagai bentuk

(29)

tentang Sisdiknas). Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk

mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan

dalam proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan dan perbaikan

hasil belajar peserta didik.

Menurut Lina (2009) hasil belajar merupakan bukti keberhasilan yang

telah dicapai oleh seseorang. Hasil belajar adalah usaha maksimal yang

dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Jadi

hasil belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang dari proses belajar

yang telah dilakukannya.

Berdasarkan pendapat tersebut maka definisi hasil belajar dalam

penelitian ini mengacu pada definisi hasil belajar sebagai penilaian hasil

usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka,

huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah

dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu.

4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)

a. Hakikat Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Cooperative learning mencakup suatu kelompok kecil siswa

yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah

masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu

untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Menurut Suherman dkk

(30)

teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya sebagai sebuah

tim dalam menyelesaikan atau membahas suatu masalah atau tugas.

Menurut Suherman dkk (2007:260) ada beberapa hal yang

perlu dipenuhi dalam cooperative learning agar lebih menjamin

para siswa bekerja secara kooperatif, hal tersebut meliputi: pertama

para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus merasa

bahwa mereka adalah bagian dari sebuah tim dan mempunyai

tujuan bersama yang harus dicapai. Kedua para siswa yang

tergabung dalam sebuah kelompok harus menyadari bahwa

masalah yang mereka hadapi adalah masalah kelompok dan bahwa

berhasil atau tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggung jawab

bersama oleh seluruh anggota kelompok itu. Ketiga untuk

mencapai hasil yang maksimum, para siswa yang tergabung dalam

kelompok itu harus berbicara satu sama lain dalam mendiskusikan

masalah yang dihadapinya.

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara

sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antar

siswa untuk memahami materi pelajaran. Unsur-unsur

pembelajaran kooperatif paling sedikit ada empat macam yakni

(Fatkhurrohman, 2004: 78):

1) Saling ketergantungan positif, artinya dalam

pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang

(31)

sesama. Dengan saling membutuhkan antar sesama, maka

mereka merasa saling ketergantungan satu sama lain;

2) Interaksi tatap muka, artinya menuntut para siswa dalam

kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka

dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi

juga dengan sesama siswa. Dengan interaksi tatap muka,

memungkinkan para siswa dapat saling menjadi sumber

belajar, sehingga sumber belajar menjadi variasi. Dengan

interaksi ini diharapkan akan memudahkan dan membantu

siswa dalam mempelajari suatu materi.

3) Akuntabilitas individual, artinya meskipun pembelajaran

kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar

kelompok, tetapi penilaian dalam rangka mengetahui

tingkat penguasaan siswa terhadap suatu materi pelajaran

dilakukan secara individual. Hasil penilaian secara

individual tersebut selanjutnya disampaikan oleh guru

kepada kelompok agar semua anggota kelompok

mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan

bantuan dan siapa anggota kelompok yang dapat

memberikan bantuan

4) Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi, artinya

melalui pembelajaran kooperatif akan menumbuhkan

(32)

dikarenakan dalam pembelajaran kooperatif menekankan

aspek-aspek: tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman,

mengkritik ide dan bukan mengkritik orangnya, berani

mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang

lain, mandiri, dan berbagai sifat positif lainnya.

Menurut Ibrahim (2008 : 6), pembelajaran kooperatif memiliki

sejumlah karakteristik tertentu yang membedakan dengan

model-model pembelajaran lainnya antara lain :

1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk

menuntaskan materi belajarnya.

2) kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki

kemampuan tinggi, sedang dan rendah.

3) bila memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras,

budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda.

4) penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang

individu.

Terdapat enam langkah-langkah kooperatif, dimulai dengan

guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan motivasi siswa untuk

belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi, seringkali dengan

bahan bacaan daripada secara verbal. Selanjutnya siswa

dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahapan ini diikuti

bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama untuk

(33)

kooperatif meliputi fersentasi hasil kerja kelompok atau evaluasi

tentang apa tang telah mereka pelajari dan memberi penghargaan

terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu. Adapun

langkah-langkah model pembelajaran kooperatif dapat di lihat pada

table berikut.

b. Definisi Numbered Heads Together (NHT)

NHT merupakan pembelajaran kooperatif yang dirancang

untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif

terhadap kelas tradisional (Slavin, 2003: 34).NHT yang

dikembangkan oleh Spencer Kagan melibatkan banyak siswa

dalam menelaah materi dalam suatu pelajaran dan mengecek

pemahaman terhadap isi materi yang dipelajari tersebut.

Pembelajaran kooperatiftipe NHT merupakan salah satu tipe

pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus

yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan

memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe

ini dikembangkan oleh Kagen (Ibrahim, 2001: 28) dengan

melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam

suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi

pelajaran tersebut. Ibrahim (2008: 29) mengemukakan tiga tujuan

yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengantipe

NHT yaitu:

(34)

Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam

tugas-tugas akademik.

2) Pengakuan adanya keragaman

Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang

mempunyai berbagai latar belakang.

3) Pengembangan keterampilan sosial

Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial

siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi

tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau

menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok

dan sebagainya.

c. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

Penerapan pembelajaran kooperatiftipeNHTmerujuk pada

konsep Kagen (dalam Ibrahim, 2008: 28) dengan tiga langkah yaitu:

1) Pembentukan kelompok

2) Diskusi masalah

3) Tukar jawaban antar kelompok.

Menurut Muslimin Ibrahim, dkk (2008:27-28) tahapan dalam

pembelajaran kooperatiftipe NHT antara lain yaitu penomoran,

mengajukan pertanyaan, berfikir bersama, dan menjawab.

1) Tahap 1: Penomoran

Guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggotakan

(35)

berguna untuk memudahkan dalam memanggil siswa

dengan penomoran kepala.

2) Tahap 2: Mengajukan pertanyaan

Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa.

Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat spesifik

dan dalam bentuk kalimat tanya atau bentuk arahan.

3) Tahap 3: Berpikir bersama,

Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban

pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya

mengetahui jawaban itu.

4) Tahap 4: Menjawab

Guru memanggil siswa dengan nomor tertentu,

kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan

tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan

untuk seluruh kelas.

Tabel 2.1

Sintak Pembelajaran kooperatif tipe NHT menurut Slavin (2003: 34)

(36)

1 Penomoran Guru membagi siswa ke dalam

kelompok beranggotakan 5

orang dan setiap anggota

kelompok diberi nomor 1-5

2 Mengajukan

pertanyaan

Guru mengajukan sebuah

pertanyaan kepada siswa.

Pertanyaan dapat bervariasi.

Pertanyaan dapat spesifik dan

dalam bentuk kalimat tanya

atau bentuk arahan.

3 Berpikir bersama Siswa menyatukan

pendapatnya terhadap jawaban

pertanyaan itu dan

meyakinkan tiap anggota

dalam timnya mengetahui

jawaban itu.

4 Menjawab Guru memanggil siswa dengan

nomor tertentu, kemudian

siswa yang nomornya sesuai

mengacungkan tangannya dan

mencoba untuk menjawab

pertanyaan untuk seluruh

(37)

Tabel tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1) Penomoran: Guru membagi siswa dalam kelompok yang

beranggotakan 5 orang dan kepada setiap anggota diberi

nomor 1-5. Siswa bergabung engan anggotanya

masing-masing

2) Mengajukan pertanyaan: Guru mengajukan pertanyaan

berupa tugas untuk mengerjakan soal-soal di LKS.

3) Berpikir bersama: Siswa berpikir bersama dan

menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan

dalam media pembelajaran tersebut dan meyakinkan

tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban

tersebut.

4) Menjawab: Guru memanggil siswa dengan nomor tertentu,

kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan

tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan

atau mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya

untuk seluruh kelas. Kelompok lain diberi kesempatan

untuk berpendapat dan bertanya terhadap hasil diskusi

kelompok tersebut.

5) Guru mengamati hasil yang diperoleh masing-masing

kelompok dan memberikan semangat bagi kelompok yang

(38)

6) Guru memberikan soal latihan sebagai pemantapan

terhadap hasil dari pengerjaan pertanyaan di LKS.

5. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatiftipe NHT

Kelebihan dan kelemahan pembelajaran kooperatiftipe NHT menurut

Slavin (2003: 37) adalah

a. Kelebihan model pembelajaran kooperatiftipe Numbered Heads

together:

1) Setiap siswa menjadi siap semua

2) Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh

3) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai

4) Tidak ada siswa yang mendominasi dalam kelompok.

b. Kelemahan model pembelajaran kooperatiftipe Numbered Heads

Together:

1) Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru

2) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

6. Shalat Jenazah

a. Pengertian dan hukum shalat jenazah dan dalilnya

Menurut bahasa shalat jenazah berarti mendo‟akan jenazah,

sedangkan menurut istilah syariah berarti shalat yang dilaksanakan

(39)

memberikan tuntutan agar kita menyalatkan orang yang meninggal,

sebagaimana sabdanya:

هجام نب ا هاور . ْ مكَُتْوَم َلََع اوُّل َص

Artinya :“ Shalatkanlah oleh mu orang-orang yang meninggal “. ( HR Ibnu Majah )

Hukum melaksanakan shalat jenazah adalah fardhu kifayah

artinya apabila jenazah telah dishalatkan oleh beberapa orang maka

gugur kewajiban bagi orang lain. Akan tetapi jika tidak ada yang

menyalatkan maka semua muslim yang ada di lingkungan jenazah

tersebut berdosa. Menyalatkan jenazah non muslim (kafir dan

musyrik) haram hukumnya. Allah SWT berfirman :

ْنًَُِِّإ ۖ ٍِِشْثَق ٰىَلَع ْنُقَج َلَ َّ اًذَتَأ َتاَه ْنٌُِِْه ٍذَحَأ ٰىَلَع ِّلَصُج َلَ َّ

َىُْق ِساَف ْنُُ َّ اُْجاَه َّ َِِلُْس َس َّ ِ َّللَّاِت اُّشَفَك

“Dan janganlah kamu sekali-kali menyembahyangkan (jenazah)

seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri

(mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir

kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan

fasik”. (Qs. At-Taubah :84)

b. Syarat dan Rukun Shalat Jenazah

1) Syarat shalat jenazah yaitu :

a) Suci badan, pakaian, dan tempat shalat dari hadas dan

(40)

b) Shalat dilakukan sesudah jenazah selesai dimandikan dan

dikafani

c) Letak jenazah kea rah ka‟bah, kecuali apabila shalat gaib

2) Rukun shalat jenazah

a) Niat

b) Berdiri jika mampu

c) Takbir empat kali dengan takbiratul ihram

d) Membaca al-fatihah setelah takbiratul ihram

e) Membaca selawat atas nabi setelah takbir kedua

f) Membaca do‟a untuk jenazah sesudah takbir ketiga

g) Membaca salam

c. Tata cara shalat jenazah

1) Jika jenazahnya laki-laki, imam berdiri sejajar kepala jenazah,

jika jenazah perempuan, posisi imam berdiri sejajar dengan

pinnggang mayat.

2) Mengucapkan takbir yang pertama dengan mengangkat tangan

seperti takbiratul ihram, sambil berniat

3) Bersedekap atau meletakan tangan di dada seperti shalat biasa

4) Membaca ta’awuz dan Al-Fatihah

5) Takbir yang kedua dengan mengangkat tangan

6) Membaca selawat Nabi seperti seperti tahiyyat akhir pada

shalat biasa

(41)

Membaca do‟a untuk jenazah

)اَُ( ََُلُضًُ ْمِشْكَاَّ )اَُ( ٌََُْع ُفْعاَّ )اَُ( َِِفاَعَّ )اَُ( َُْوَحْسَّ )اَُ( ََُلْشِفْغا َّنَُِّللَأ َُْلِسْغاَّ )اَُ( ََُلَخْذَه ْعِسََّّ اَوَك َياٌَاَطَخْلا َيِه )اَُ( َِِّقًََّ ,ِدَشَثْلاَّ ِجْلَّثلاَّ ِءاَوْلااِت )اَُ(

ْيِه اًشٍَْخ ًلاَُْأَّ )اَُ( ٍِِساَد ْيِه اًشٍَْخ اًساَد )اَُ( َُْلِذْتَاَّ ِسًََّذلا َيِه ُضٍَْتَلَْا ُبَّْْثلا ىَّقٌٌَُ َُ( َِِجَّْص ْيِه اًشٍَْخ اًجَّْصَّ )اَُ( َِِلَُْأ

ِساٌَّلا َباَزَعَّ ِشْثَقْلا َةٌَْحِف )اَُ( َِِقَّ )ا

8) Takbir yang keempat dengan mengangkat tangan. Do‟a,setelah

takbir keempat :

َلََّ )اَُ( ٍَُشْجَأ اٌَْهِشْحَج َلَ َّنَُِّللَأ َيٌِْزَّلااًٌَِاَْْخِ ِلَِّ )اَُ( ََُلَّاٌََلْشِفْغَّ )اَُ( ٍَُذْعَت اٌَِّحْفَج

ًّلاِغ اٌَِتُْْلُق ًِف َيَلَعْجَج َلََّ ِىاَوٌْ ِلِْااِت اًَُْْقَثَس ُنٍِْحَّشلا ٌفُّْأَس َكًَِّإاٌََّتَس اٌَُْْهَأ َيٌِْزّلِل

9) Mengucapkan salam

7. Penelitian Tindakan Kelas

a. Definisi Penelitian Tindakan Kelas

Konsep penelitian tindakan bermula dari pandangan seorang

ahli psikologi sosial yang bermana Kurt Lewin (1946). Lewin

menggunakan pendekatan penelitian tindakan setelah usainya

perang dunia ke dua dalam usaha menyelesaikan berbagai masalah

sosial. Lewin pada saat itu mengemukakan dua ide pokok

penelitian tindakan yaitu; (1) keputusan bersama, dan (2)

komitmen untuk meningkatkan dan memperbaiki prestasi kerja.

(42)

penelitian tindakan yang menegaskan perlunya usaha kolaboratif

atau usaha secara bersama-sama dalam meningkat mutu prestasi

kerja.

Pada tahun 1953, ide Lewin dikembangkan oleh Stephen

Corey di New York sebagai pendekatan penelitian yang

diselenggarakan oleh guru-guru sekolah. Pada Tahun 1976 Jhon

Elliot menggunakan pendekatan ini untuk membantu guru

mengembangkan usaha inkuiri dalam pengajaran dan pembelajaran

di dalam kelas yang kemudian dikenal dengan penelitian tindakan

kelas (Wiriatmadja, 2008: 54).

Banyak ahli memberikan definisi tentang penelitian tindakan

kelas (PTK) berikut ini akan disajikan beberapa definisi PTK yang

dikemukakan oleh para ahli tersebut, (1) Standford (1970)

mendefinisikan penelitian tindakan adalah ‘analysis, fact finding,

conceptualization, planing, execution, more fact finding or

evaluation; and then repetition of this whole circle of activities;

indeed, a spiral of such circles, (2) Tim proyek PGSM (1999)

mendefinisikan penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk

kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan

untuk meningkatkan kemantaban rasional dari tindakan mereka

dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap

tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi

(43)

Abdul dan Nur, Mohamad (2001) mendefinisikan penelitian

tindakan kelas sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat sistematis

dan siklustis, (4) Kemis, Stephen dalam D. Hopkins (1992)

mendefinisikan penelitian tindakan kelas adalah „action research is

a form of self reflective inquiry undertaken by participants in a

social (including educational) situation inorder to improve the

rationality and justice of (a) their own social or educational

pratices, (b) their understanding of these practices, and (c) the

situations in which practices are carried out’ (penelitian tindakan

adalah suatu bentuk penelaahan atau inkuri melalui refleksi diri

yang dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu dalam

situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki

rasionalitas dan kebenaran dari (a) praktek-praktek sosial atau

kependidikan yang mereka lakukan sendiri, (b) pemahaman

mereka terhadap praktek-praktek tersebut, (c) situasi di tempat

praktek itu dilaksanakan).

Mills (2003) mendefinisikan penelitian tindakan kelas

sebagai berikut; „Any systematic inquiry conducted by teacher

researchers ... to gather information about how their particular

schools operate, how they teach, and how well their students

learn‟. Rapoport (1991) mendefinisikan penelitian tindakan kelas sebagai berikut; „Action research aims to contribute both to the

(44)

and to the goals of social science (including education) by joint

collaboration within a mutually acceptable ethical framework.

Berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas sebagai sebuah

proses investigasi terkendali yang berdaur ulang (bersiklus) dan

bersifat reflektif mandiri, yang memiliki tujuan untuk melakukan

perbaikan-perbaiakan terhadap sistem, cara kerja, proses, isi,

kompetensi, atau situasi.

b. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas

Hopkins (1993) menyebutkan ada 6 (enam) prinsip dasar

yang melandasi penelitian tindakan kelas.

1) Prinsip pertama, bahwa tugas guru yang utama adalah

menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan berkualitas.

Untuk itu, guru memilki komitmen dalam mengupayakan

perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran secara

terus menerus. Dalam menerapkan suatu tindakan untuk

memperbaiki kualitas pembelajaran ada kemungkinan

tindakan yang dipilih tidak/kurang berhasil, maka ia harus

tetap berusaha mencari alternatif lain.

2) Prinsip kedua bahwa meneliti merupakan bagian integral

dari pembelajaran, yang tidak menuntut kekhususan waktu

(45)

penelitian tindakan selaras dengan pelaksanaan

pembelajaran, yaitu: persiapan (planning), pelaksanaan

pembelajaran (action), observasi kegiatan pembelajaran

(observation), evaluasi proses dan hasil pembelajaran

(evaluation), dan refleksi dari proses dan hasil pembelajaran

(reflection).

3) Prinsip ketiga bahwa kegiatan meneliti, yang merupakan

bagian integral dari pembelajaran, harus diselenggarakan

dengan tetap bersandar pada alur dan kaidah ilmiah. Alur

pikir yang digunakan dimulai dari pendiagnosisan masalah

dan faktor penyebab timbulnya masalah, pemilihan tindakan

yang sesuai dengan permasalahan dan penyebabnya,

merumuskan hipotesis tindakan yang tepat, penetapan

skenario tindakan, penetapan prosedur pengumpulan data

dan analisis data.

4) Prinsip keempat bahwa masalah yang ditangani adalah

masalah-masalah pembelajaran yang riil dan merisaukan

tanggungjawab profesional dan komitmen terhadap

pemerolehan mutu pembelajaran. Prinsip ini menekankan

bahwa diagnosis masalah bersandar pada kejadian nyata

yang berlangsung dalam konteks pembelajaran yang

(46)

5) Prinsip kelima bahwa konsistensi sikap dan kepedulian

dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas

pembelajaran sangat diperlukan. Hal ini penting karena

upaya peningkatan kualitas pembelajaran tidak dapat

dilakukan sambil lalu, tetapi menuntut perencanaan dan

pelaksanaan yang sungguh-sungguh.

6) Prinsip keenam adalah cakupan permasalahan penelitian

tindakan tidak seharusnya dibatasi pada masalah

pembelajaran di ruang kelas, tetapi dapat diperluas pada

tataran di luar ruang kelas, misalnya: tataran sistem atau

lembaga. Perspektif yang lebih luas akan memberi

sumbangan lebih signifikan terhadap upaya peningkatan

kualitas pendidikan.

c. Model Penelitian Tindakan Kelas

Model penelitian tindakan kelas menurut Wiriatmadja (2007)

ada beberapa macam, diantaranya adalah model Lewin yang

ditafsirkan oleh Kemmis, Model Lewin menurut Elliot, Model

McKernan dan Model Spiral Kemmis dan Taggart. Model Lewin

yang ditafsirkan oleh Kemmis menggambarkan sebuah spiral dari

beberapa siklus kegiatan. Kegiatan yang terdapat pada siklus terdiri

dari mengidentifikasi gagasan umum, menyusun rencana umum,

mengembangkan langkah tindakan yang pertama,

(47)

mengevaluasi dan memperbaiki rancangan umum.

Model Lewin menurut Elliot merupakan revisi dari model

Lewin dengan menegaskan bahwa masalah yang diangkat dalam

penelitian tetap berada dalam lingkup permasalahan yang dihadapi

guru/ dosen dalam praktek kesehariannya di kelas, dan merupakan

sesuatu yang ingin diubah atau diperbaiki. Sedangkan model Spiral

dari Kemmis dan Taggart menjelaskan secara mendetail

tahap-tahap penelitian tindakan. Tahapan tersebut dimulai dari rencana

(plan), kemudian dilakukan tindakan (act), pengamatan (observe)

dan refleksi (reflect).

Dalam penelitian ini model yang digunakan adalah Model

Kemmis dan Taggart yang merinci apa yang dilakukan dari

perencanaan sampai dengan refleksi.Bagan tersebut dapat

digambarkan sebagai berikut:

Refleksi

Tindakan/ Observasi

Refleksi

Rencana awal/ Rancangan

Rencana yang direvisi

Siklus 1

(48)

Gambar 2.1

Model PTK Kemmis dan Mc Taggart

B. Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir adalah penjelasan sementara terhadap suatu gejala yang

menjadi obyek permasalahan.kerangka berfikir disusun berdasarkan pada tinjauan

pustaka dan hasil penelitian yang relevan. Kerangka berfikir ini merupakan suatu

argumentassi kita dalam merumuskan hipotesis. Penyususnan kerangka berfikir

dengan menggunakan argument-argumen yang dapat dipertanggungjawabkan ini

akhirnya melahirkan kesimpulan. Kesimpulan tersebut yang menjadi rumusan

hipotesis sebagai jawaban sementara terhadap pemecahan masalah penelitian kita.

Berdasarkan informasi-informasi yang telah terkumpul pada kajian

pustaka, model pembelajaran NHT merupakan sebuah konsep pembelajaran yang

melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu

pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut

Penggunan pembelajaran kooperatif tipe NHT ini selain guru menjelaskan

materi, disini siswa juga akan dibuat aktif belajar, terlibat untuk berdiskusi dengan

teman kelompoknya. Pembelajaran tidak hanya monoton guru yang aktif, tetapi

siswa dapat aktif dalam kegiatan diskusi kelompok dan mempresentasikannya

(49)

digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2.2

Kerangka Berfikir

Berdasarkan gambar tersebut dapat diketahui bahwa pembelajaran

kooperatif tipe NHT sebagai variabel bebas, sedangkan hasil belajar fiqih sebagai

variabel terikat. Keadaan pembelajaran yang selama ini masih terfokus pada guru

yang menyebabkan siswa kurang aktif, dengan pelaksanaan pembelajaran

kooperatif tipe NHT ini akan meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran

sehingga hasil belajarnya akan mengalami peningkatan. Pembelajaraan kooperatif

tipe NHT

(50)

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian tindakan adalah cara suatu kelompok atau seseorang dalam

mengorganisasi suatu kondisi sehingga mereka dapat mempelajari

pengalaman mereka dapat diakses oleh orang lain (Sukardi, 2003). Ciri

utama dalam penelitian tindakan kelas yaitu adannya tindakan-tindakan

(aksi) tertentu serta adanya siklus untuk memperbaiki proses pembelajaran

di kelas.

Penelitian ini menggunakan desain tindakan model Kemmis & Mc

Taggart. Model ini merupakan pengembangan dari konsep dasar yang

diperkenalkan oleh Kurt Lewin, hanya saja komponen acting (tindakan)

dengan obserfing (pengamatan) dijadikan sebagai suatu kesatuan karena

keduanya merupakan kegiatan yang tak terpisahkan terjadi dalam waktu

yang sama. Model yang dikemukakan oleh Kemmis & Mc Taggart terdiri

dari empat komponen, yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

Keempat komponen yang berupa untaian tersebut dipandang sebagai suatu

siklus. Pengertian siklus dalam hal ini adalah putaran kegiatan yang terdiri

dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi (Wijaya Kusumah &

(51)

B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MTs Sudirman Truko, yang

beralamat di Truko, kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang.

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada pembelajaran fiqih kelas

kelas VII.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari sampai dengan

Februari tahun 2017 pada semseter II tahun ajaran 2016/2017, pada

mata pelajaran fiqih.

3. Subjek Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII MTs Sudirman

Truko, dengan jumlah murid 32 siswa. Karakteristik subjek yang akan

diteliti bahwa siswa kelas kelas VII MTs Sudirman Truko mempunyai

sikap yang pemalu untuk mengeluarkan pendapat dan kemampuan

berpikir siswa sangat tinggi. Hal tersebut menyebabkan pembelajaran

masih terfokus pada guru, sedangkan siswa lebih banyak mencatat apa

yang ada di papan tulis. Saat guru meminta siswa untuk maju

mengerjakan di papan tulis, masih didominasi oleh siswa-siswa tertentu

yang memiliki kemampuan.

(52)

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat.

a) Variabel bebas

Variabel bebas (X), adalah variabel yang mempengaruhi, dalam hal

ini adalah penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT.

b) Variabel Terikat

Variabel terikat (Y), adalah variabel yang dipengaruhi, dalam hal

ini adalah hasil belajar fiqih.

5. Rencana Pelaksanaan Tindakan

Langkah-langkah dan desain penelitian ini mengikuti prinsip dasar

yang dikemukakan oleh Kemmis dan Taggart (dalam Wiriatmadja,

2008: 11). Pelaksanaan tindakan dilakukan sampai target yang

diinginkan tercapai. Langkah-langkah pelaksanaan penelitian adalah

sebagai berikut.

1. Persiapan (Planning)

Dalam tahap persiapan, peneliti melakukan observasi untuk

mengetahui permasalahan yang terjadi pada siswa. Selanjutnya

pengkajian teori dan hasil penelitian. Kemudian peneliti

mengajukan judul untuk mengatasi permasalahan yang ada pada

siswa, dan tahap persiapan yang terakhir adalah pengajuan

proposal.

(53)

Penelitian pada siklus I dilaksanakan pada

tanggal 13 Februari 2018 Masing-masing pertemuan

dilaksanakan pukul 07.00 - 08.10 WIB. Kegiatan Siklus I meliputi

4 tahap, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, hasil

pengamatan atau observasi, dan refleksi. Berikut uraian di ketiga

pertemuan ditinjau dari 4 tahap tersebut.

a) Perencanaan

Langkah–langkah yang dilakukan dalam tahap perencanaan

adalah sebagai berikut:

1) Diskusi dengan guru untuk menentukan materi dan

waktu pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

2) Menyusun skenario pembelajaran yang sesuai dengan

model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

3) Menyiapkan media yang digunakan dalam pembelajaran

sesuai dengan skenario yang telah ada. Diantaranya

menyiapkan: puzlle urutan sholat jenazah untuk

pembagian kelompok, Identitas kelompok untuk

mempermudah penamaan kelompok; Topi bernomor dan

berwarna sebagai identitas siswa; Pembuatan Sumpit

Bernomor dan Berwarna untuk proses pemanggilan

siswa; Mendesain Lembar Kerjas Siswa (LK) untuk

(54)

kelompok), membuat Rewards sticker smile untuk hadiah

kepada siswa yang mengerjakan soal.

4) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sesuai

skenario dan berdasarkan standar proses KTSP

5) Menyusun lembar observasi untuk kegiatan guru dan

lembar observasi untuk aktifitas belajar siswa

6) Membuat instrumen penilaian yang digunakan untuk

mengukur hasil belajar pada siklus I.

7) Mencari pakar untuk memvalidasi instrument yang

disusun.

b. Tindakan

Pada tahap ini kegiatan pembelajaran dilaksanakan 3 kali

pertemuan. Setiap siklus pembelajaran dilakukan dengan

menggunakan materi yang berbeda. Berikut tahap-tahap yang

dilakukan dalam pelaksanaan tindakan.

1) Pendahuluan

a) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam,

dilanjutkan berdoa dan menanyakan kabar siswa.

b) Guru memotivasi siswa dan melakukan apersepsi.

c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

2) Kegiatan Inti

a) Guru melakukan kegiatan eksplorasi

(55)

c) Guru melakukan kegiatan elaborasi

d) Guru membagi kelompok (Pembagian Kelompok)

e) Guru membagikan topi bernomor dan berwarna

(Penomoran)

f) Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LK)

g) Siswa bertanya jawab tentang materi yang disampaikan

(Bertanya)

h) Guru melakukan kegiatan konfirmasi

i) Guru melakukan pemanggilan siswa (Pemanggilan

Siswa)

j) Siswa terpilih mengerjakan soal yang diberikan

(Menjawab)

3) Penutup

a) Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran

b) Guru memberikan evaluasi kapada siswa

c) Guru menutup pembelajaran

c. Observasi

Tahap observasi dilakukan bersama tahap tindakan.

Setiap tindakan atau aktivitas yang dilakukan siswa diamati

oleh obsever dengan menggunakan lembar observasi

keaktifan siswa, dan mengamati jalannya pembelajaran yang

dilakukan oleh guru dalam penggunaan model pembelajara

(56)

d. Refleksi

Pada tahap ini peneliti mendeskripsikan semua

kemunculan baik dari aktivitas belajar siswa selama treatment

dilaksanakan, serta aktivitas guru dari kegiatan siklus I sampai

dengan siklus II setelah siswa mencapai ketuntasan

sebagaimana indikator kinerja. Penelitian ini termasuk

penelitian kualitatif.

e. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan oleh

peneliti dalam penelitian tindakan kelas ini adalah

dokumentasi, observasi, dan tes.

1) Metode Dokumentasi

Dokumentasi merupakan dokumen yang diperoleh

selama penelitian. Dalam penelitian ini dokumen yang

diperoleh berupa dokumen mengenai data siswa,

dokumentasi saat pelaksanaan penelitian tindakan kelas.

2) Metode Observasi

Observasi merupakan kegiatan mengamati terhadap

hal yang menjadi fokus penelitian. Observasi dalam

penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa

dan aktivitas guru selama proses pembelajaran

(57)

Tes dilakukan untuk pengumpulan informasi

tentang pemahaman

siswa terhadap penggunaan metode eksperimen pada

pembelajaran. Tes di laksanakan pada awal penelitian,

pada akhir setiap tindakan, dan pada akhir setelah

diberikan serangkaian tindakan. Sebelum tes diberikan

kepada siswa terlebih dahulu tes tersebut divaliditas dan

direalibilitas.

f. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan lembar

observasi dan lembar tes. Lembar observasi pada penelitian ini

terdapat 2 macam yaitu lembar observasi untuk aktifitas guru

dan lembar observasi untuk aktifitas siswa.

Lembar observasi digunakan sebagai pedoman untuk

memperoleh data yang diinginkan. Lembar observasi guru

beserta kisi-kisinya disusun berdasarkan sintaks Number Head

Together dan sesuai standar KTSP, adapun lembar observasi

siswa disusun sesuai dengan aktifitas yang ingin diamati.

Lembar Observasi guru dan kisi-kisi dapat dilihat pada

lampiran…. dan lembar observasi siswa dapat dilihat pada

lampiran….

Penggunaan lembar observasi guru dilakukan dengan cara

(58)

penggunaan lembar observasi siswa dilakukan dengan cara

memberikan tanda centang sesuai kategori yang telah

ditentukan pada lembar observasi. Berikut kriteria yang

digunakan dalam pemberian skor pada lembar observasi

aktifitas guru.

Skor 0 = Jika pelaksanaan yang dilakukan guru dalam

kategori kurang baik.

Skor 1 = Jika pelaksanaan yang dilakukan gurudalam

kategori cukup baik.

Skor 2 = Jika pelaksanaan yang dilakukan guru dalam

kategori sangat baik.

Lembar tes dikemas dalam bentuk soal tes tertulis

berbentuk pilihan ganda dan isian. Soal tes tertulis digunakan

untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam pembelajaran

pada setiap siklus.

6. Indikator Keberhasilan

Dalam penelitian, indikator keberhasilan merupakan ketentuan

atau patokan suatu penelitian dikatakan berhasil atau tidak. Dalam

penelitian ini yang menjadi indikator keberhasilan setelah pelaksanaan

tindakan adalah sebagai berikut.

(59)

b. Rata-rata kelas telah mengalami peningkatan setelah pelaksanaan

tindakan yang dapat dilihat melalui perbandingan pada tiap

siklus.

c. Telah memenuhi syarat minimal klasikal yang dapat dilihat dari

ketercapaian klasikal siswa yang tuntas mencapai minimal 85%.

7. Teknik Analisis Data

Data yang didapat dari penelitian ini terdapat data kualitatif dan

kuantitatif. Kuantitatif digunakan untuk membandingkan data yang

diperoleh dari hasil tes berbentuk angka – angka yang dilaksanakan

pada pra siklus, siklus I, dan siklus II. Sedangkan data kualitatif akan

digunakan untuk menganalisis guna mendeskripsikan hasil observasi

dan refleksi dari tiap-tiap siklus.

Penelitian ini termasuk dalam jenis Penelitian Tindakan Kelas. Ciri

utama dalam penelitian tindakan kelas yaitu adannya tindakan-tindakan

(aksi) tertentu serta adanya siklus untuk memperbaiki proses

(60)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Awal

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan berdasarkan permasalahan yang terjadi di kelas VII MTs Sudirman Truko. Langkah pertama yang

dilakukan dalam penelitian ini adalah pengamatan kegiatan belajar mengajar

di kelas. Observasi dilaksanakan selama 1 minggu dalam pembelajaran fiqih

pada tanggal 30 Januari – 6 Februari 2017. Hasil observasi menunjukkan

bahwa proses kegiatan belajar mengajar lebih didominasi guru, Guru

menjelaskan materi dengan metode ceramah dilanjutkan dengan pemberian

pertanyaan kepada siswa. Adapun pada proses latihan soal, Guru hanya

menunjuk siswa yang dianggap bisa untuk mengerjakan soal di papan tulis.

Selama proses pembelajaran terlihat bahwa siswa kurang bersemangat. Hal

(61)

soal guru memberikan pertanyaan sebagian besar dari mererka menunggu

jawaban guru atau jawaban dari teman yang mengerjakan di papan tulis.

Hasil dari proses pembelajaran tersebut tidak optimal. Hal ini salah

satunya dilihat dari rekap hasil ulangan harian yang ditampilkan Tabel 4.1.

Meskipun nilai tertinggi yang diraih siswa sebesar 80, namun masih terdapat

siswa yang mendapat nilai 55. Rata-rata dari 32 siswa tersebut hanya

mencapai 64. Nilai ini masih di bawah KKM di tentukan yaitu 65. Selain itu,

siswa yang masuk dalam kategori tuntas juga hanya mencapai 43,75%,

Adapun yang 66,25% lainya tidak mencapai KKM. Hal ini tidak sesuai

dengan Kriteria Ketuntasan Minimal yang telah ditetapkan dalam kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) VII MTs Sudirman Truko yang

menyatakan bahwa suatu kelas dikatakan telah tuntas belajarnya apabila

sekurang-kurangnya 75% siswa telah mencapai KKM. Oleh karena itu perlu

adanya tindakan perbaikan guna meningkatkan hasil belajar fiqih pada kelas

VII MTs Sudirman Truko. Salah satunya dengan dilakukan Penelitian

Tindakan Kelas (PTK).

Tabel 4.1

Hasil Belajar Fiqih pada Pra Siklus

Jumlah

Siswa yang Tuntas Siswa yang Belum

Tuntas

Jumlah Persentase Jumlah Persentase

32 80 55 64 14 43,75% 18 56,25%

(62)

Penelitian pada siklus I dilaksanakan pada tanggal 13 Februari 2017 Masing-masing pertemuan dilaksanakan pukul 07.00 - 08.10 WIB. Kegiatan

Siklus I meliputi 4 tahap, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,

hasil pengamatan atau observasi, dan refleksi. Berikut uraian diketiga

pertemuan ditinjau dari 4 tahap tersebut.

1. Perencanaan Tindakan

Tahap perencanaan diperlukan sebagai pedoman pada pelaksanaan

tindakan dalam pembelajaran. Perencanaan pembelajaran disusun dengan

memperhatikan sintaks model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

Berikut kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan

tindakan.

a) Diskusi dengan guru untuk menentukan materi dan waktu

pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

b) Menyusun skenario pembelajaran yang sesuai dengan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT.

c) Menyiapkan media yang digunakan dalam pembelajaran sesuai

dengan skenario yang telah ada. Diantaranya menyiapkan: gambar

urutan sholat jenazah untuk pembagian kelompok, Identitas

kelompok untuk mempermudah penamaan kelompok; Topi

bernomor dan berwarna sebagai identitas siswa; Pembuatan Sumpit

Bernomor dan Berwarna untuk proses pemanggilan siswa;

Gambar

Gambar 2.2 Kerangka Berfikir
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
+5

Referensi

Dokumen terkait

Klaim Pizza Hut India bahwa mereka adalah perusahaan Internasional dengan hati India, sepenuhnya telah dibuktikan dengan menyediakan menu yang sesuai dengan

Hasil survei yang didapat menunjukan bahwa potensi lokal yang terdapat di wilayah Kulon Progo berupa daerah pegunungan, dataran rendah, kawasan hutan mangrove dan

Disamping itu juga dibutuhkan kerjasama antara guru, orang tua, masyarakat sekolah, dan siswa agar saling membantu dalam proses pembelajaran, agar setiap individu dapat diterima

Dengan demikian pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan penerapan alat peraga telah meningkatkan hasil belajar matematika materi kubus dan balok pada siswa

Model fungsi transfer pada TR 450VA dan 1300VA setelah dilakukan analisis deteksi outlier memiliki hasil parameter yang signifikan, uji asumsi residual white noise

[r]

DAFTAR NMA MAHASISWA DAN TEMPAT PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN III PROGRAM DIPLOMA III REGULER SEMESTER VI JURUSAN KEBIDANAN.. POLTEKKES KEMENKES BANJARMASIN TAHUN AKADEMIK 2015/2016

Pada penulisan ilmiah ini yang berjudul â Sistem penerimaan calon siswa pada SMUN 4 Depok dengan menggunakan Microsoft Access 2000 â menjelaskan bagaimana bagian pendaftaran