BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Profil Yayasan Sosial Kristen Salib Putih
Lahirnya Yayasan Sosial Kristen Salib Putih bermula pada kedatangan pasangan suami istri yang berbeda kebangsaan ke Indonesia pada tahun 1882 sebagai ambtenaar atau pengawai sipil pemerintah Hindia-Belanda. Pasangan suami istri tersebut adalah Abraham Theodorus Johanes van Emmerick (1858) dari Belanda dan Alice Cleverly (1871) dari Inggris.
Peran mereka bermula dari tahun 1901 saat meletusnya gunung Kelut di Jawa Timur. Banyak warga disekitar gunung Kelud mengungsi. Ada sekitar 300 jiwa yang mengungsi sampai ke Salatiga. Awalnya mereka datang untuk singgah meminta makan dan minum, namun keterbatasan bekal dan tenaga membuat mereka tidak bisa melanjutkan perjalanan. Keadaan tersebut, para pengungsi sangat membutuhkan tempat penampungan untuk berteduh dan beristirahat.
Melihat keadaan para pengungsi, rasa kemanusiaan pasangan suami istri ini terketuk untuk memberikan bantuan. Akhirnya mereka tinggal sementara di rumah keluarga van Emmerick di Salatiga.
mendirikan barak-barak penampungan dan mulai menempatinya pada tanggal 14 Mei 1902. Inilah yang menjadi awal pelayanan Salib Putih.
Perkembangan Yayasan ini melalui perluasan tanah untuk menampung para pengungsi. Semakin luasnya tanah karena adanya hibah dari seorang wedana dan juga pembelian tanah dari masyarakat sekitar oleh keluarga van Emmerick. Tanah ini dikelola dan dibangun berbagai saran prasarana untuk pelayanan banyak orang yang membutuhkan,
Nama Salib Putih diberikan pada perkumpulan ini berdasarkan penemuan marmer putih berbentuk salib. Marmer ini ditemukan ketika membuka lahan untuk perkumpulan yaitu disebelah timur jalan raya (±30m). Oleh karena itu, perkumpulan ini oleh keluarga van Emmerick diberi nama Witte Kruis Kolonie (WKK).
Van Emmerick meninggal pada tanggal 9 Juli 1924. Pelayanan WKK kemudian dilanjutkan oleh istrinya. Ketika Jepang masuk Indonesia, Cleverly ditangkap dan dipenjarakan, sehingga tugas pelayanan diserahkan pada orang-orang pribumi kepercayaan keluarga van Emmerick.
Tahun 1959 diadakan transmigrasi besar-besaran ke Kalianda Lampung karena penghuni semakin banyak dan adanya rencana pemerintah untuk menempatkan Romusa Indonesia dari Thailand ke Salib Putih. Pada tahun 1960 sebagian rawatan diberikan tanah diarea Salib Putih yang sekarang menjadi desa Bendosari Salatiga.
Adapun pelayanan panti-panti yang terdapat di Salib Putih adalah pelayanan sebagai berikut:
1. Panti Asuhan (1956),
2. Panti Wredha dan Panti Karya (1960), 3. Panti Karya Taruna (PKT) (1970),
4. Balai Pengobatan atau Rumah Sakit Bantu.
Keberadaan Panti Asuhan, Panti Wredra dan Panti Karya mendapat pengesahan dari Departemen Sosial Republik Indonesia pada tanggal 19 Juli 1977 dengan surat anda pendaftaran no 376/Y/PSSM/1977. Kemudian pada 25 Febuari 1986 di daftarkan ulang dalam hal ini Menteri Sosial Republik Indonesia nomor: 066-12/KPTS/BB/II/86. Salib Putih dikukuhkan tanggal 5 April 1995 melalui Kanwil Depsos Provinsi Jawa Tenggah No. 007/ORSOS/85/95. Yayasan Sosial Kristen Salib Putih dalam melakukan kegiatan pelayanannya melalui dasar hukum sebagai berikut:
sebagaimana diubah dengan Undang-Undang no 28 tahun 2004 tentang Yayasan.
2. Surat Ijin Operasional (SIOP) dari Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Jawa Tenggah No. 007/ORSOS/2007/2010 (Yang berlaku 3 tahun dan dilakukan perpanjangan kembali).
Yayasan Sosial Kristen Salib Putih mempunyai tugas pokok dan fungsi, yaitu:
1. Mendirikan, menyelenggarakan serta memelihara panti-panti seperti Panti Asuhan, Panti Karya dan Panti Wredha.
2. Menyelenggarakan perawatan kesehatan bagi warga rawatan dan masyarakat umum yang diwujudkan dengan pendirian Balai Pengobatan Salib Putih.
3. Memberikan pelayanan papan, jasmani, pendidikan dan pembinaan baik dalam hal intelektualitas, etika moralitas, mental spiritualitas dan sosialitas bagi warga rawatan dan masyarakat umum.
4. Mengembangkan kehidupan sosial ekonomi bagi keluarga yang terlantar dan atau tertinggal yang dilakukan secara cuma-Cuma.
Berkaitan dengan tujuan pokoknya, maka Yayasan Sosial Kristen Salib Putih menyediakan sarana dan prasarana sebagai berikut:
1. Papan dan fasilitas pendukung
Karya. Tempat tinggal tersebut diberikan berbagi fasilitas seperti kebutuhan air, listrik, komunikasi, dll.
2. Pangan dan sandang
Pangan dan sandang ini, meliputi dapur panti, bahan makanan, peralatan makan, pakaian, dll.
3. Kesehatan
Sarana kesehatan ditunjang dengan adanya Balai Pengobatan dan peralatan kesehatan yang tersedia.
4. Pendidikan
Sarana dan prasaranan pendidikan ini meliputi peralatan olahraga, hiburan, halaman dan gedung, tempat ibadah, fasilitas kerohanian, dll.
5. Usaha kemandirian
Usaha mandiri meliputi kandang sapi, lahan perkebunan, bangunan untuk produksi makanan kecil, dll.
6. Managerial
Yayasan Sosial Kristen Salib Putih dilengkapi dengan unit pelayanan seperti kantor, peralatan kantor, gedung, dll.
Struktur organisasi Yayasan Sosial Kristen Salib Putih dapat dilihat pada gambar 4.1 dibawah ini:
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Yayasan Sosial Kristen Salib Putih
4.1.2 Sistem Pengendalian Intern Pada Yayasan Sosial Kristen Salib Putih Pengelolaan Yayasan Sosial Kristen Salib Putih harus sehat, hal ini ditujukan agar harta yang dimiliki dapat aman. Pentingnya keamanan harta, menunjukan bahwa Yayasan ini memerlukan sistem pengendalian intern yang baik.
Yayasan Sosial Kristen Salib Putih mempunyai dua (2) sumber pendanaan yaitu pendanaan yang berasal dari sumbangan dan pendanaan yang berasal dari hasil usaha dalam panti atau yang biasa disebut dengan Unit Ekonomi Produktif. Pengelolaan kedua sumber dana ini berbeda-beda baik administrasinya maupun yang menanganinya.
BAPELSIN GKJ
PEMBINA
PENGAWAS
PENGURUS
PANTI ASUHAN PANTI KARYA PANTI WREDHA BALAI PENGOBATAN ADM & PERSONALIA
Sumber pendanaan Yayasan Sosial Kristen Salib Putih dari sumbangan, berasal dari dua (2) pihak yaitu sumbangan rutin dan sumbangan tidak rutin. Berdasarkan jenisnya, sumbangan juga dibagi menjadi 2 macam yaitu:
1. Sumbangan yang berupa uang tunai
Jumlah sumbangan ini tidak ditentukan nominalnya. Sumbangan dalam bentuk uang tunai diberikan melalui Bendahara Pelaksana. Bendahara Pelaksana bertugas sebagai Kasir yaitu untuk menerima dan mengeluarkan kas. Dalam hal pembukuan, bukti transaksi yang ada akan di bukukan dan di simpan oleh bagian Pembuku.
2. Sumbangan dalam bentuk barang atau natura.
Sumbangan dalam bentuk natura dapat diberikan melalui Bagian Rumah Tangga maupun diberikan langsung ke Panti. Sumbangan dalam bentuk natura ini dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
a. Makanan
Natura dalam bentuk makanan yaitu sumbangan berupa bahan makanan dan minuman. Adapun yang masuk dalam kategori natura dalam bentuk makanan ini adalah makanan dus, beras, gula pasir, minyak goreng, mie, kecap, saus, teh, sirup, roti, susu, kopi, minuman serbuk, krupuk, telur, sarden, kornet, permen, energen dan air mineral.
b. Alat kebersihan
pempers, kapur barus, hand body, bedak facial foam, molto, aneka sabun, pasta gigi dan sikat gigi.
Natura dalam bentuk makanan dan alat kebersihan, akan dilaporkan berdasarkan jumlahnya dan perkiraan harga yang ditentukan oleh Bagian Rumah Tangga. Pada akhir bulan, sumbangan dalam bentuk natura ini akan dilaporkan jumlah nominalnya kepada Bendahara Pelaksana.
Sumber pendanaan yang berasal dari Unit Ekonomi Produktif dikelola oleh Panti Karya. Ada 2 macam Unit Ekonomi Produktif yaitu:
1. Perternakan
Peternakan yang dikelola adalah perternakan sapi yang usahanya dimulai sekitar tahun 2008/2009. Jenis sapi yang dikelola merupakan sapi perah. Yayasan ini mempunyai sapi perah sebanyak 15 ekor yang terdiri dari 10 ekor sapi betina dewasa untuk sapi perahnya, 1 ekor sapi betina dara, 1 ekor sapi jantan dewasa dan 3 ekor sapi jantan pedet. Sapi perah akan diperah dua kali sehari yaitu pada pukul 05.00 WIB dan pukul 02.00 WIB. Susu hasil perahan ini disetorkan ke Kantor Unit Desa (KUD) Getasan.
2. Perkebunan
Pengelolaan perkebunan akan dipupuk mengunakan pupuk Urea dan pupuk kandang. Pemberian pupuk Urea dilakukan setiap bulan Oktober sedangkan pupuk kandang diberikan setiap 4 bulan sekali dimulai dari bulan Januari. Pada tahun 2014 ini, diperkirakan perkebunan kopi akan panen pada bulan Agustus dan perkebunan cengkeh akan panen sekitar bulan Oktober.
Unit Ekonomi Produktif setiap bulannya akan dilaporkan oleh Pengasuh Panti Karya yang mengelola keuangan harian kepada Bendahara Pelaksana. Pelaporannya adalah laporan global atau keseluruhan dari pembiayaan dan hasilnya selama satu bulan, jadi tidak ada rincian biaya apa saja yang telah dikeluarkan dalam pengelolaan Unit Ekonomi Produktif.
Sumber dana yang ada di Yayasan Sosial Salib Putih tidak lepas dari transaksi keuangan. Pada dasarnya Yayasan Sosial Kristen Salib Putih mempunyai 4 (empat) transaksi keuangan yaitu penerimaan kas, pengeluaran kas, penerimaan barang dan pengeluaran barang. Adapun prosedur dalam melaksanakan transaksi-transaksi ini adalah sbb:
1. Penerimaan Kas
a. Penerimaan kas dari donatur atau sumber penerimaan lain, diotorisasi oleh Bendahara Pelaksana sebagai Kasir.
[image:9.595.97.517.213.618.2]Gambar 4.2 Kuitansi
c. Bukti kuitansi tersebut akan diberikan kepada Pembuku untuk dilampirkan dalam surat perintah penerimaan.
Gambar 4.3 Surat Perintah Penerimaan
2. Pengeluaran Kas
a. Uang kas dikeluarkan oleh Bendahara Pelaksana sebagai Kasir yang akan membawa uang.
b. Pengeluaran kas oleh Bendahara Pelaksana akan disertai dengan pembuatan kuitansi seperti pada saat penerimaan kas.
c. Bukti kuitansi dari Bendahara Pelaksana akan diberikan kepada Pembuku untuk dilampirkan dalam surat perintah pembayaran.
Gambar 4.4 Surat Perintah Pembayaran
3. Penerimaan barang
a. Penerimaan barang dalam hal ini adalah penerimaan sumbangan barang atau natura diotorisasi oleh Bagian Rumah Tangga.
Gambar 4.5 Tanda Terima
4. Pengeluaran barang
[image:14.595.100.511.225.610.2]a. Pengeluaran barang diotorisasi oleh Bagian Administrasi dan yang mengajukannya, dalam hal ini adalah Kepala Unit Panti. Bukti transaksi untuk pengeluaran barang adalah sebagai berikut:
Gambar 4.6 Bukti Pengeluaran Barang
b. Bukti ini akan diajukan kepada Bagian Rumah Tangga untuk ditinjak lanjuti.
c. Apabila barang tersedia maka Bagian Rumah Tangga akan memberikannya, namun bila tidak ada maka Kepala Unit Panti harus mengajukannya kepada Bendahara Pelaksana.
Yayasan Sosial Kristen Salib Putih melaksanakan pemeriksaan keuangan untuk menjaga keamanan harta. Pemeriksaan keuangan secara rutin dilaksanakan oleh 2 bagian yaitu Bendahara Pengurus dan Pengawas. Bendahara Pelaksana memeriksa keuangan setiap 10 hari dan setiap bulan. Pemeriksaan 10 hari ditujukan untuk memeriksa anggaran dalam membuat kegiatan 10 hari yang kemudian dalam setiap bulan akan dilaksanakan pemeriksaan lagi. Pengawas melaksanakan pemeriksaan keuanga setiap semester atau 6 (enam) bulan sekali. Pengawas juga bertugas untuk verifikasi data dengan catatan, kesesuaian laporan dengan data dan saldo. Pengawas berencana untuk melakukan pengawasan yang lebih luas dari pengawasan keuangan saja, yaitu untuk mengawasi kegiatan Yayasan. Setiap tahun laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Pengawas akan dipertanggungjawabkan oleh Pembina paling lambat 3 bulan setelah tutup buku yang biasanya jatuh di bulan Maret.
Yayasan Sosial Kristen Salib Putih secara periodik mencocokkan saldo kas. Pencocokkan ini dilakukan karena saldo kas bukan hanya ditangan atau dibawa oleh Bendahara Pelaksana, namun juga disimpan dibank yaitu di Giro BRI, Britama BRI, Simpedes BRI, BPD Jateng dan BCA.. Persediaan kas kecil yang dibawa oleh Bendahara maksimal Rp 250.00,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).
Pengurus dapat menjabat kembali dalam satu periode berikutnya dengan jabatan yang sama. Apabila Pembina, Pengawas dan Pengurus ingin tetap menjabat lagi, maka harus pada jabatan yang berbeda. Berbeda dengan Pembina, Pengawas dan Pengurus, untuk Staff Pelaksana terdapat perputaran jabatan yang situasional dalam hal ini apabila ada yang resign dan pensiun. Posisi kosong tersebut harus di isi, tergantung prestasi dan kemampuan pegawai yang ada.
Yayasan Sosial Kristen Salib Putih memberikan waktu cuti kepada Staff Pelaksana selama 12 hari per tahun. Cuti dapat diambil satu kali yaitu 12 hari langsung atau 2 kali 6 hari. Bagi Staff pelaksana yang tidak mengambil waktu cutinya, maka tidak akan mendapatkan kompensasi. Walaupun demikian masih ada Staff Pelaksana yang tidak mengambil waktu cutinya.
Pengawas dan Pengurus untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai karyawan di Yayasan Sosial Kristen Salib Putih.
Karyawan diwajibkan beragama Kristen karena dalam pratik kegiatan Yayasan dilaksanakan berdasarkan Iman Kristen, sebab program kegiatan yang dilaksanakan di Yayasan diturunkan dari tujuan dan maksut yaitu dibidang sosial dan keagamaan. Yayasan ini menjunjung mempunyai filosofi dasar yaitu melayani dengan Kasih, sehingga dalam perawatan dan pengasuhan kalayan berdasarkan Iman Kristen dengan adanya kegiatan-kegiatan keagamaan yang menunjang seperti diadaannya renungan dan perayaan hari besar keagamaan. Renungan rutin diadakan satu minggu sekali yaitu pada hari Kamis, namun demikian pada saat diadakan pertemuan lain seperti rapat, terlebih dahulu diadakan renungan. Adanya renungan ini, merupakan upaya Yayasan unuk menguatkan dan memberikan semangat kerja yang penuh tanggungjawab. Selain itu dalam mengelola keuangan, tidak lepas dengan adanya kepercayaan dan kejujuran yang ditanamkan oleh para karyawan melalui pemaknaan Iman Kristen. Perayaan hari besar keagamaan yang wajib dilaksanakan setiap tahun adalah Paskah dan Natal.
karyawan yang lain belum mendapatkan pelatihan karena keterbatasan dana. Selain itu keterbatasan dana menyebabkan tidak diadakannya pendidikan lanjut untuk karyawan, karena itu Yayasan merekrut karyawan dengan pendidikan yang sesuai dengan kualifikasi pendidikan yang dibutuhkan. Keterbatasan dana ini juga menjadi faktor dalam kurangnya profesionalitas karyawan dalam melaksankan tugas dan kewajibannya, karena pada dasarnya orang yang bekerja menginginkan umpan balik berupa gaji yang sesuai dengan kualisi pekerjaannya, namun karyawan di Yayasan Sosial Kristen Salib Putih lebih menekankan pada pelayanan.
4.2 Pembahasan
Sistem pengendalian intern di Yayasan Sosial Kristen Salib Putih merupakan salah satu upaya untuk melindungi dan menjaga harta dari dalam (intern) Yayasan. Pengendalian ini memerlukan unsur-unsur yang menyusunnya. Yayasan mempunyai struktur organisasi yang membagian tugas dan wewenang unit-unit yang ada dalam Yayasan untuk melaksanakan kegiatan pokoknya. Sistem pengendalian intern ini lebih menekankan pada struktur organisasi yang memisahkan tanggungjawab fungsional secara tegas terutama dalam memisahkan fungsi operasi dan penyimpanan darifungsi akuntansi.
Struktur organisasi yang memisahkan tanggungjawab fungsional secara tegas, sistem otorisasi dan praktik yang sehat, belum cukup untuk membuat sistem pengendalian intern baik. Unsur yang paling penting dalam sistem pengendalian intern adalah karyawan. Jika perusahaan memiliki karyawan yang kompeten dan jujur, unsur pengendalian lain dapat dikurangi sampai batas minimum, oleh karena itu karyawan menjadi kunci dalam sistem pengendalian intern. Karyawan saja tidak dapat menjamin sistem pengendalian intern akan baik karena karyawan mempunyai kelemahan manusiawi seperti merasa jenuh dengan pekerjaan, terlibat dalam masalah pribadi, terkadang malas dan terkadang tergiur dalam urusan keuangan, untuk itu diperlukanlah ketiga unsur sistem pengendalian intern yang lain untuk menghindarkan karyawan dari penyimpangan pekerjaannya.
Unsur-unsur yang ada dalam sistem pengendalian intern di Yayasan Sosial Kristen Salib Putih akan dibahas sebagai berikut:
4.2.1 Struktur Organisasi yang Memisahkan Tanggungjawab Fungsional secara Tegas
Yayasan Sosial Kristen Salib Putih mempunyai 2 sumber dana yang pengelolaanya berbeda-beda, sehingga dalam pemisahan fungsionalnya berbeda. Sumber dana sumbangan yang menurut bentuknya dibagi menjadi uang tunai dan barang atau natura yang pengelolaan fungsionalnya berbeda pula.
Sumbangan dalam bentuk uang tunai pemisahan fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi akuntansi telah dipisahkan. Pemisahan fungsi ini dapat dilihat dari pemisahan fungsi akuntansi antara yang membawa uang, mencatat transaksi, membukukan transaksi dan menyimpan bukti dari transaksi yang ada. Selain itu antara fungsi operasi dan fungsi penyimpanan juga tidak memiliki tangungjawab yang penuh terhadap transaksi keuangan. Adanya pemisahan ini, akan mengurangi resiko penyimpangan keuangan karena secara tidak langsung pemisahan fungsi ini merupakan sebuah pengecekan internal diantara unit organisasi Yayasan.
pemisahan fungsi akuntansi merupakan pengecekan intern. Pengecekan intern tidak dapat dilaksanakan bila hanya ada satu bagian saja yang bertidak penuh, sebab pengecekan ini mencerminkan catatan akuntansi yang diselenggarakan sebenarnya oleh fungsi operasi dan penyimpanan.
4.2.2 Sistem Wewenang dan Prosedur Pencatatan yang Memberikan Perlindungan Cukup terhadap Kekayaan, Utang, Pendapatan dan Biaya
Sistem wewenang digunakan untuk memberikan persetujuan atas transaksi keuangan oleh pejabat yang berwenang. Adanya sistem wewenang mengakibatkan tidak semua karyawan dapat menyetujui transaksi keuangan yang ada, sehingga hanya pejabat yang berwenanglah yang dapat mengesahkan bukti transaksi tersebut. Sistem wewenang tidak lepas dari prosedur pencatatan, karena sistem wewenang ini lebih menekankan pada pemberian persetujuan atau mengesahkan bukti transaksi melalui pemberian tanda tangan.
bersangkutan, Bendahara Pelaksana (Mengetahui) dan Bendahara Pengurus (Menyetujui).
Penerimaan barang mengunakan bukti tanda terima yang diwewenangi oleh Bagian Rumah tangga. Bukti ini rangkap 3 dengan pembagian pertama asli untuk donatur, yang kedua untuk Bagian Rumah Tangga dan yang terakhir untuk Kepala Administrasi dan Personalia. Pengeluaran barang diwewenangi oleh Kepala Unit Panti yang mengajukan dan Bagian Administrasi.
Hal diatas menunjukan bahwa sistem wewenang dari penerimaan kas dan pengeluaran kas adalah Kepala Unit Panti yang bersangkutan, Bendahara Pelaksana dan Bendahara Pengurus. Penerimaan barang diotorisasi oleh Bagian Rumah Tangga dan Pengeluaran barang diotorisasi oleh Kepala Unit Panti yang mengajukan dan Bagian Administrasi.
4.2.3 Praktik yang Sehat dalam Melaksanakan Tugas dan Fungsi Setiap Unit Organisasi
Pratik yang sehat dalam menjalankan kegiatan di Yayasan Sosial Kristen Salib Putih dapat membantu menjaga keamanan harta dan menghindari penyimpangan atau kecurangan keuangan. Praktik yang sehat menunjang tugas dan fungsi dari setiap unit organisasi. Berikut penjabaran praktik yang sehat di Yayasan Sosial Kristen Salib Putih.
1. Yayasan Sosial Kristen Salib Putih belum menggunakan penomoran formulir yang tercetak komputerisasi, karena masih direncanakan. Bukti transaksi kemungkinnan dapat disalah gunakan karena penomoran formulir merupakkan upaya untuk mempertanggungjawabkan bukti oleh pihak yang berwenang. Selain itu formulir merupakan sebuah alat untuk melakukan otorisasi terhadap transaksi keuangan. Adanya penomoran yang tercetak dapat menetapkan pertanggungjawaban terlaksannya transaksi keuangan. 2. Pemeriksaan mendadak (surprised audit) merupakan pemeriksaan keuangan
3. Transaksi pengeluaran kas dan penerimaan kas yang ada di Yayasan Sosial Kristen Salib Putih dilaksanakan oleh Bendahara Pelaksana, Kepala Unit Panti, Bendahara Pengurus dan Pembukuan sehingga lebih dari satu unit organisasi dalam yayasan yang terlibat dalam transaksi ini. Transaksi penerimaan barang dilaksanakan oleh Bagian Rumah Tangga dan Kepala Administrasi dan Personalia sedangkan transaksi pengeluaran barang atas dasar pengajuan dari Kepala Unit Panti dengan diketahui Bagian Administrasi untuk direalisasikan oleh bagian rumah tangga. Pemisahan atau pembagian tugas dilaksanakan untuk pengecekan intern. Pengecekan intern ini melibatkan beberapa unit organisasi yang terdapat di Yayasan, sehingga menunjang adanya praktik yang sehat karena tidak satu karyawan saja yang menyetujui transaksi.
4. Perputaran jabatan (job rotation) di Yayasan Sosial Kristen Salib Putih dilaksanakan pada setiap unit organ yang ada yaitu Pembinna, Pengawas, Pengurus dan Staff Pelaksana. Perputaran jabatan dilaksanakan agar karyawan tidak jenuh dengan pekerjaan yang laksanakannya. Selain itu perputaran jabatan akan menghindari persekolan antar unit organisasi sehingga akan menunjang adanya pratik yang sehat di Yayasan.
Yayasan memberikan kesempatan untuk tidak melaksanakan tugasnya dalam jangka waktu tertentu. Seharusnya waktu cuti ini dapat dimanfaatkan oleh karyawan untuk beristirahat atau sekedar berkumpul dengan keluarga karena cuti merupakan hak dari Staff Pelaksana.
6. Pencocokan fisik yang dilakukan di Yayasan Sosial Kristen Salib Putih hanya pada saldo kas saja, yaitu mencocokan saldo kas yang ada ditangan dan dibank dengan yang ada dicatatan. Perhitungan fisik seperti peralatan, gedung dan tanah tidak dilaksanakan, sehingga nilai sesungguhnya dari peralatan, gedung dan tanah belum diketahui. Pencocokan fisik pada kekayaan Yayasan sebenarnya harus dilakukan untuk menjaga kekayaan Yayasan dan mengecek ketelitian dan data akuntansinya terutama dalam saldo-saldo yang ada didalamnya.
4.2.4 Karyawan Yang Sesuai Dengan Mutu Dan Tanggungjawabnya
Karyawan merupakan unsur yang paling penting dalam Yayasan, karena bila kualitas karyawan baik maka akan menunjang pengendalian yang baik pula. Unsur yang terpenting dalam sistem pengendalian intern adalah bagaimana karyawan dapat menjalankan fungsinya dalam organisasi atau lebih tetapnya mengarah pada karyawan yang bermutu. Karyawan yang bermutu dapat diperoleh melalui seleksi karyawan pada saat perekrutan karyawan.
Seleksi karyawan yang tepat dapat memungkinkan Yayasan akan mendapatkan karyawan yang berkualitas. Proses seleksi di Yayasan Sosial Kristen Salib Putih untuk mendapatkan Staff Pelaksana melalui beberapa tahapan yaitu seleksi administrasi, tes tertulis dan wawancara. Proses seleksi ini dilaksanakn oleh Pengurus Yayasan, sedangkan perekrutan Pengawas dan Pengurus ditetukan atau ditunjuk oleh Pembina sesuai dengan kualifikasi pekerjaan yang dibutuhkan. Seleksi karyawan dilaksanakana untuk menunjang kecakapan karyawan baru dalam menjalankan tanggungjawabnya pekerjaannya di Yayasan. Kesuksesan dalam seleksi karyawan dapat menjadi kunci dalam berjalannya sistem pengendalian intern yang baik karena dengan adanya karyawan baru yang sesuai dengan harapan, maka dia akan menjalankan fungsinya sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan sesuai tanggungjawabnya.
pada Pengurus Panti karena keterbatan biaya. Karyawan selain Pengurus Panti belum terfasilitasi untuk meningkatkan kualitasnya. Peningkatan kualitas karyawan penting agar karyawan dapat bekerja lebih baik, karena peningkatan kualitas karyawan dapat meingkatkan hasil pekerjaannya yang akan menunjang ketercapaian tujuan dari Yayasan. Selain dengan pelatihan, untuk meningkatkan kualitas karyawan dapat dilakukan dengan pemberian pendidikan lanjut. Namun pendidikan lanjut untuk karyawan belum dapat dilaksanakan karena keterbatasan dana. Yayasan dalam melaksanakan seleksi karyawan telah memilih karyawan sesuai dengan pendidikan minimal yang harus dimiliki oleh karyawan. Pendidikan minimal ini ditujukan agar karyawan yang bekerja di Yayasan Sosial Kristen Salib Putih memiliki kualifikasi minimal yang telah diharapkan. Karyawan yang bermutu menunjang adanya sistem pengendalian intern yang baik, untuk itu adanya karyawan yang bermutu dapat menjadi prioritas dalam berjalannya kegiatan di Yayasan Sosial Kristen Salib Putih.
4.2.5 Komponen Sistem Pengendalian Intern Lainnya
Penanaman nilai-nilai etika Iman Kristen berkenaan dengan peringatan hari besar keagamaan dan renungan yang diadakan setiap Kamis dan pada pertemuan-pertemuan merupakan salah satu upaya yang dilaksanakan oleh Yayasan untuk menjunjung tinggi Iman Kristen sebagai landasan dalam pelaksanaan kegiatan Yayasan dalam memberikan semangat kerja yang penuh dengan tanggungjawab serta menanamkan kepercayaan dan bekerja penuh dengan kejujuran. Lingkungan keagamaan yang terbentuk di Yayasan ini, membantu berjalannya sistem pengendalian intern yang telah ada, karena lingkungan keagamaan ini senantiasa menanamkan nilai-nilai luhur kepada karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya.
Komitmen akan kompetensi dijunjung dalam menjalankan pekerjaan oleh Pembina, Pengawas, Pengurus dan Staff Pelaksana. Komitmen merupkan salah satu hal yang harus dimiliki oleh setiap karyawan yaitu untuk melayani dengan Kasih berdasarkan Iman Kristen. Pembina dalam melaksanakan tugasnya bertugas sebagai dewan komisaris yang bekerja sebagai wakil dari Pemilik Yayasan. Pelaksanaan audit yang dilaksanakan oleh Pengawas lebih menekankan pada tugas Pengawas sebagai komite audit. Falsafat manajemen dan gaya operasinya berkaitan dengan maksud dan tujuan Yayasan yaitu dibidang sosila dan keagamaan dengan sloglan “Melayani dengan Kasih”. Semua pekerjaan dan
kegiatan yang ada di Yayasan tidak lepas atau berdasarkan pada maksud dan tujuan tersebut.