Imbalan Pasti
•
Imbalan pasti adalah imbalan yang diberikan kepada
pekerja dengan jumlah yang telah ditentukan.
•
Jumlah yang ditentukan dapat berbentuk:
–
Sebuah formula atau rumusan tertentu
–
Sebuah jumlah nominal tertentu.
–
Fasilitas tertentu yang dijanjikan = misalnya
fasilitas kesehatan
•
Imbalan pasti dapat diterima sekaligus pada saat
Contoh
• Perusahaan menjanjikan pembayaran pesangon kepada karyawannya
pada saat berhenti bekerja di usia pensiun normal sebesar 200.000.000.
• Karyawan memiliki masa kerja sampai pensiun selama 20 tahun.
• Berdasarkan metode Projected Unit Credit (asumsi diabaikan), unit menurut periode jasa = 200.000.000/20 = 10.000.000.
• Sehingga pengakuan di laba rugi dan neraca sebagai berikut:
Tahun Beban tahun berjalan Kewajiban akhir tahun
1 10,000,000 10,000,000 2 10,000,000 20,000,000 3 10,000,000 30,000,000 dst
20 10,000,000 200,000,000
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4
Beban Imbalan Kerja (10) (10) (10) (10)
Imbalan Kerja yang Memerlukan
Perhitungan Aktuaria
•
Program winduan
•
Tunjangan cuti besar
•
Tunjangan kecelakaan dinas
•
Tunjangan kematian
Imbalan jangka
panjang
•
Program pesangon
•
Pensiun
Projected Unit Credit
•
Pengakuan dan Pengukuran diperlukan :
– Nilai Kewajiban Imbalan Pasti – Biaya Jasa Kini
•
Metode yang digunakan : Projected Unit Credit
– Metode ini sering disebut sebagai metode imbalan yang
diakru yang diperhitungkan secara prorata sesuai periode jasa
– Sebagai metode imbalan dibagi tahun jasa
– Menganggap setiap periode jasa akan menghasilkan satu unit
tambahan imbalan dan mengukur setiap unit secara terpisah untuk menghasilkan kewajiban final.
•
Metode ini akan mengalokasikan imbalan ke:
– Periode berjalan untuk menentukan Biaya Jasa Kini
– Periode berjalan dan periode-periode lalu untuk menentukan
Metode dan Asumsi Aktuaria
• Untuk melakukan perhitungan aktuaria digunakan asumsi-asumsi aktuarial.
• Asumsi Aktuarial tidak boleh bias dan cocok satu dengan yang lain (mutually compatible).
• Asumsi Aktuarial terdiri dari:
– Asumsi Demografis mengenai karakteristik masa depan dari pekerja dan mantan pekerja (dan tanggungan mereka) yang berhak atas imbalan
• Mortalitas selama dan sesudah masa kerja
• Tingkat perputasan pekerja, cacat dan pensiun dini • Proporsi dari peserta program dengan tanggungannya • Tingat klait program kesehatan
– Asumsi keuangan, berhubungan dengan:
• Tingkat diskonto
• Tiingkat gaji dan imbalan masa datang
• Jaminan kesehatan, biaya kesehatan di masa datang dan biaya administrasi
Perhitungan Aktuaria
•
Nilai sekarang Manfaat Imbalan kerja yang akan
dibayarkan pada yang akan datang (PVFB) untuk
masa kerja yagn telah dilalui:
•
PBO = PVFB x masa kerja lalu / total masa kerja
Kewajiban Kini (Present Value of
Obligation (PBO) :
•
Kenaikan nilai kewajiban kini atas jawa pekerja
dalam periode berjalan
•
CSC = PVFB / Total Masa Kerja
Perhitungan Aktuaria
• Manfaat : 2x masa kerja x gaji pada saat pensiun
• Usia masuk : 20 tahun
• Usia pensiun : 55 tahun
• Usia valuasi : 30 tahun
• Gaji Valuasi : 2.000.000
• Asumsi : tingkat diskonto 10%, tingkat kenaikan gaji 6%
• Asumsi aktuaria: tingkat mortalita, pengunduran diri dan catata diabaikan untuk mepermudah pemahaman.
X=20 tahun Usia
masuk pensiun
X=55 tahun Usia Pensiun X=30 tahun
Usia Valuasi
Perhitungan Aktuaria
• Manfaat : 2x masa kerja x gaji pada saat pensiun
• Usia masuk : 20 tahun
• Usia pensiun : 55 tahun
• Usia valuasi : 30 tahun
• Gaji Valuasi : 2.000.000
• Asumsi : tingkat diskonto 10%, tingkat kenaikan gaji 6%
• Asumsi aktuaria: tingkat mortalita, pengunduran diri dan catata diabaikan untuk mepermudah pemahaman.
•
Future Benefit :
2 x 35 x 2.000.000 x (1+6%) ^ 25 =
600.861.900
•
PVFB
:
600.861.900 / (1 + 10% )^25 = 55.457.148
•
PBO
:
55.457.148 x 10 / 35 = 15.844.899
Perhitungan Aktuaria
• Manfaat : 2x masa kerja x gaji pada saat pensiun
• Usia masuk : 20 tahun
• Usia pensiun : 60 tahun
• Usia valuasi : 35 tahun
• Gaji Valuasi : 5.000.000
• Asumsi : tingkat diskonto 10%, tingkat kenaikan gaji 5%
Perhitungan Aktuaria
• Manfaat : 2,5 x masa kerja x gaji pada saat pensiun
• Usia masuk : 31 tahun
• Usia pensiun : 56 tahun
• Usia valuasi : 35 tahun
• Gaji Valuasi : 2.698.500
• Asumsi : tingkat diskonto 12%, tingkat kenaikan gaji 10%
Imbalan Kerja sesuai UU 13 /
2003
•
UPH = Uang Penghargaan Masa Kerja
•
Besaran UPH = 15% x (Uang Pesangon + Penghargaan Masa
kerja)
•
Untuk karyawan yang berhenti kerja karena mencapai usia
pensiun normal dengan masa kerja minimal 24 tahun maka
besaran imbalan yang menjadi haknya adalah:
•
P : 9 upah
•
PMK : 10 upah
•
UPH
: 15 % x (2P + 1 PMK
•
Besaran manfaat pensiun = 2P + PMK + UPH = 2 x 9 + 10 +
4,2 = 32,2
Imbalan Kerja sesuai UU 13 /
2003
Imbalan Kerja sesuai UU 13 /
2003
Imbalan Kerja sesuai UU 13 /
2003
•
Jika Manfaat Pensiun yang diberikan perusahaan > manfaat
pensiun yang dihitung menurut UU 13 maka kewajiban
pemberi kerja hanya sebesar iurang pemberi kerja
(2 x 35) x 80% > 32.2 G
56 G
> 32.2 G
•
Jika manfaat pensiun yang diberikan oleh pemberi kerja <
manfaat pensiun yang dihitung menurut UU 13 maka
selisihnya merupakan kewajiban pemberi kerja
(1, x 20) x 80% > 32.2 G 24 G > 32.2 G
UU Ketenagakerjaan 13 tahun
2003
•
Pasal 88
1) Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi menghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
•
Pasal 91
1) Pengaturan pengupahan yang ditetapkan atas kesepakatan antara pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat
pekerja/serikat buruh tidak boleh lebih rendah dari ketentuan pengupahan yang ditetapkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
2) Dalam hal kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) lebih rendah atau bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan, kesepakatan tersebut batal demi
UU Ketenagakerjaan 13 tahun
2003
• Pasal 156 (1 & 2)
• Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, pengusaha diwajibkan membayar uang pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak yang seharusnya diterima.
• Perhitungan uang pesangon sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) paling sedikit sebagai berikut :
– masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun, 1 (satu) bulan upah;
– masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih tetapi kurang dari 2 (dua) tahun, 2 (dua) bulan upah;
– masa kerja 2 (dua) tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 (tiga) tahun, 3 (tiga) bulan upah;
– masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 (empat) tahun, 4 (empat) bulan upah;
– masa kerja 4 (empat) tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 (lima) tahun, 5 (lima) bulan upah;
– masa kerja 5 (lima) tahun atau lebih, tetapi kurang dari 6 (enam) tahun, 6 (enam) bulan upah;
UU Ketenagakerjaan 13 tahun
2003
• Pasal 156 (3)
• Perhitungan uang penghargaan masa kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan sebagai be-rikut :
– masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 (enam) tahun, 2 (dua) bulan upah;
– masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 (sembilan) tahun, 3 (tiga) bulan upah;
– masa kerja 9 (sembilan) tahun atau lebih tetapi kurang dari 12 (dua belas) tahun, 4 (empat) bulan upah;
– masa kerja 12 (dua belas) tahun atau lebih tetapi kurang dari 15 (lima belas) tahun, 5 (lima) bulan upah;
– masa kerja 15 (lima belas) tahun atau lebih tetapi kurang dari 18 (delapan belas) tahun, 6 (enam) bulan upah;
– masa kerja 18 (delapan belas) tahun atau lebih tetapi kurang dari 21 (dua puluh satu) tahun, 7 (tujuh) bulan upah;
– masa kerja 21 (dua puluh satu) tahun atau lebih tetapi kurang dari 24 (dua puluh empat) tahun, 8 (delapan) bulan upah;
UU Ketenagakerjaan 13 tahun
2003
•
Pasal 156 (4)
•
Uang penggantian hak yang seharusnya diterima sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) meliputi :
– cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur;
– biaya atau ongkos pulang untuk pekerja/buruh dan keluarganya ketempat dimana pekerja/buruh diterima bekerja;
– penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15% (lima belas perseratus) dari uang pesangon dan/atau uang
penghargaan masa kerja bagi yang memenuhi syarat;
– hal-hal lain yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama.
•
Perubahan perhitungan uang pesangon, perhitungan uang
penghargaan masa kerja, dan uang penggantian hak
UU Ketenagakerjaan 13 tahun
2003
• Pasal 157
• Komponen upah yang digunakan sebagai dasar perhitungan uang pesangon, uang
• penghargaan masa kerja, dan uang pengganti hak yang seharusnya diterima yang tertunda, terdiri atas :
– upah pokok;
– segala macam bentuk tunjangan yang bersifat tetap yang diberikan kepada pekerja/buruh dan keluarganya, termasuk harga pembelian dari catu yang diberikan kepada
pekerja/buruh secara cuma-cuma, yang apabila catu harus dibayar pekerja/buruh dengan subsidi, maka sebagai upah dianggap selisih antara harga pembelian dengan harga yang harus dibayar oleh pekerja/buruh.
• Penghasilan pekerja/buruh dibayarkan atas dasar perhitungan harian, maka penghasilan sebulan adalah sama dengan 30 kali penghasilan sehari.
• Upah pekerja/buruh dibayarkan atas dasar satuan hasil,
potongan/borongan atau komisi, maka penghasilan sehari adalah sama dengan pendapatan rata-rata per hari selama 12 (dua belas) bulan
terakhir, dengan ketentuan tidak boleh kurang dari ketentuan upah minimum provinsi atau kabupaten/kota.
UU Ketenagakerjaan 13 tahun
2003
• Pasal 165
• Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja/ buruh karena perusahaan pailit, dengan ketentuan
pekerja/buruh berhak atas uang pesangon sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat
• Pasal 166
• Dalam hal hubungan kerja berakhir karena pekerja/buruh
UU Ketenagakerjaan 13 tahun
2003
• Pasal 167
• (1) Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja/buruh karena memasuki usia pensiun dan apabila pengusaha telah mengikutkan
pekerja/buruh pada program pensiun yang iurannya dibayar penuh oleh pengusaha, maka pekerja/buruh tidak berhak mendapatkan uang pesangon sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (3), tetapi tetap berhak atas uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4).
• (2) Dalam hal besarnya jaminan atau manfaat pensiun yang diterima sekaligus dalam program pensiun se-bagaimana dimaksud dalam ayat (1) ternyata lebih kecil daripada jumlah uang pesangon 2 (dua) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2) dan uang penghargaan masa kerja 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3), dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4), maka selisihnya dibayar oleh pengusaha. (3) Dalam hal pengusaha telah mengikutsertakan pekerja/buruh dalam program pensiun yang
iurannya/premi-nya dibayar oleh pengusaha dan pekerja/buruh, maka yang
diperhitungkan dengan uang pesangon yaitu uang pensiun yang premi/iurannya dibayar oleh pengusaha.
• (4) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) dapat
diatur lain dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama. • (5) Dalam hal pengusaha tidak mengikutsertakan pekerja/buruh yang mengalami
pemutusan hubungan kerja karena usia pensiun pada program pensiun maka
pengusaha wajib memberikan kepada pekerja/buruh uang pesangon sebesar 2 (dua) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4).
TERIMA
KASIH
Profesi untuk
Mengabdi pada
Negeri
Dwi Martani 081318227080
Dwi Martani 081318227080
UU Ketenagakerjaan 13 tahun
2003
•
Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja
dengan menerima upah atau imbalan dalam
bentuk lain.
•
Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan
dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari
pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh
yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu
perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan
•
Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh
UU Ketenagakerjaan 13 tahun
2003
•
Pasal 88
1) Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi menghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
•
Pasal 91
1) Pengaturan pengupahan yang ditetapkan atas kesepakatan antara pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat
pekerja/serikat buruh tidak boleh lebih rendah dari ketentuan pengupahan yang ditetapkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
2) Dalam hal kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) lebih rendah atau bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan, kesepakatan tersebut batal demi