• Tidak ada hasil yang ditemukan

J00812

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " J00812"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Pengembangan Model Pembelajaran Dengan Kerangka Kerja TPACK Dan Konten

Pembelajaran Blended Learning Untuk Matakuliah Ipa Dan Matematika Di PGSD

Wahyudi, Adi Winanto, Stefanus Christian R

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan model pembelajaran dengan kerangka kerja

TPACK (Technological Pedagogical and Content Knowledge) menggunakan konten

pembelajaran Blended Learning. Model pembelajaran yang menggabungkan kemampuan

terhadap teknologi, pedagogik dan penguasaan konten (materi) yang akan dikemas dalam sebuah

pembelajaran tatap muka dan online untuk perkuliahan IPA dan Matematika di Program Studi

S1 PGSD. Model pengembangan menggunakan model ASSURE yang dilakukan dalam 6

tahapan yaitu 1) analyze learners, 2) state objectives, 3) select method, media, and materials, 4)

utilize media and materials, 5) require learner participation, 6) evaluated and revise. Hasil yang

didapat dalam penelitian ini adalah sebuah model prosedur pembelajaran dengan kerangka

TPACK dan konten pembelajaran blended learning dengan aktivitas online dalam e-learning

(flexible learning) yang dimiliki oleh UKSW dalam mata kuliah Konsep Dasar Matematika 1

dan Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Hasil implementasi pembelajaran didapatkan bahwa

model pembelajaran ini mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mahasiswa PGSD

dalam belajar matematika dan IPA.

Kata kunci: model pembelajaran, TPACK, blended learning, matematika, IPA

PENDAHULUAN

Kemajuan teknologi saat ini begitu pesat. Kemajuan tersebut juga menghampiri dunia

pendidikan khususnya dalam hal pemanfaatan komputer dan internet sebagai media untuk

belajar. Dengan adanya komputer dan internet membuat mahasiswa lebih mudah untuk membuat

tugas, menghemat waktu bahkan menambah sumber informasi sebagai sumber belajar. Keadaan

ini membuat mahasiswa semakin cepat menerima dan memperoleh informasi khususnya materi

kuliah dan pelajaran.

Hal ini harus disikapi secara cepat oleh seorang pengajar sehingga kemajuan teknologi ini

bisa termanfaatkan dengan baik untuk membantu proses pembelajaran. Seorang pengajar harus

mampu mengkolaborasikan kemampuan merancang dan mengajar (pedagogik), penguasaan

konten (materi) dengan teknologi ini sehingga tercipta sebuah pembelajaran yang mampu

melayani mahasiswa di era digital saat ini. Mahasiswa sudah menggunakan laptop, ipad, tablet,

dan handphone modern dalam kegiatannya di kampus. Sehingga perlu didesain pembelajaran

yang dapat mampu menyediakan fasilitas teraksesnya pembelajaran dengan alat-alat tersebut

sehingga proses pembelajaran lebih menyenangkan dan dapat dilakukan dimana-mana dan kapan

saja.

Untuk mengemas model pembelajaran seperti ini diperlukan keahlian khusus bagi seorang

pengajar. Tidak cukup hanya materi (content), atau kemampuan merancang pembelajaran

(pedagogical) tetapi harus mampu menggabungkan keduanya. Tidak hanya itu diperlukan

kemampuan khusus yaitu pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran (technological).

Kemampuan inilah yang sering disebut dengan TPACK (Technological Pedagogical and Content

Knowledge).
(2)

muka. Untuk ini dalam penelitian ini akan didesain pembelajaran yang menggabungkan

perkuliahan tatap muka dan online yang dikemas dalam pembelajaran blended learning dengan

LMS (learning management system) moodle.

KAJIAN PUSTAKA

Model Pembelajaran

Sebelum lebih jauh membahas tentang model pembelajaran, terlebih dahulu kita perlu

mengenal istilah model. Model adalah sesuatu yang menggambarkan adanya pola berpikir.

Sebuah model biasanya menggambarkan keseluruhan konsep yang saling berkaitan. Model juga

dapat dipandang sebagai upaya untuk mengkonkretkan sebuah teori sekaligus juga merupakan

sebuah analogi dan representasi dari variabel-variabel yang terdapat di dalam teori tersebut

(Udin S. Winataputra, 2001).

Morisson, Ross, dan Kemp (Udin S. Winataputra, 2001) menyatakan bahwa model

pembelajaran adalah alat yang membantu perancang pembelajaran dalam memahami kerangka

teori dengan lebih baik dan menerapkan teori tersebut untuk menciptakan aktivitas pembelajaran

yang lebih efektif dan efisien. Model pembelajaran berperan sebagai alat konseptual,

pengelolaan, komunikasi untuk menganalisis, merancang, menciptakan, mengevaluasi program

pembelajaran.

Fausner (Udin S. Winataputra, 2001) berpandangan bahwa seorang perancang program

pembelajaran tidak dapat menciptakan program pembelajaran yang efektif jika hanya mengenal

satu model saja. Perancang program pembelajaran harus mampu memilih desain yang tepat dan

sesuai dengan situasi atau setting pembelajaran yang spesifik. Untuk itu diperlukan adanya

pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang model-model pembelajaran dan cara

mengimplementasikannya.

Dengan demikian dapat diartikan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual

yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk

mencapai tujuan belajar tertentu.

Dalam penelitian ini model pembelajaran yang dihasilkan adalah model pembelajaran

prosedur dengan kerangka kerja TPACK yang disusun dalam didesain dalam pembelajaran

blended learning sehingga mahasiswa dapat mengikuti pembelajaran secara online yang secara

sistematis materi, media dan metode sudah dikemas secara sistematis sehingga memudahkan

mahasiswa belajar.

Pengertian dan Implementasi TPACK

TPACK merupakan singkatan dari Technological Pedagogical and Content Knowledge.

Dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai pengetahuan teknologi, pedagogi, dan isi.

Konsep ini dikembangkan berdasarkan konsep pengetahuan pedagogi dan isi yang

dikembangkan oleh Dr. Lee Schulman yang menggabungkan kedua domain tersebut dalam

pembelajaran.

Konsep TPACK dikembangkan oleh Punya Mishra dan Matthew J. Koehler oleh karena

adanya perkembangan teknologi yang pesat di masyarakat. Kemajuan teknologi memungkinkan

banyak sekali penelitian dan diskusi berkaitan dengan ini. Banyak kegiatan pendidikan melalui

konfrensi dan forum nasional dan internasional yang dilakukan secara tatap muka maupun

online. Salah satu komunitas Internasional yang cukup terkenal adalah International Society in

for Technology in Education. Komunitas ini melahirkan 21

st

century Educational Technology

Standard atau standar teknologi pendidikan abad 21 bagi siswa, guru, administrator, pelatih, dan

guru komputer.

(3)
[image:3.595.196.451.103.291.2]

diterapkan sesuai dengan konteksnya. (Koehler & Mishra, 2008, 2009; Mishra & Koehler,

2006). Hubungan-hubungan tersebut dapat tergambarkan pada gambar di bawah ini:

Gambar 1. TPACK framework (source: www.tpack.org)

Blended Learning

Secara etimologi istilah

Blended Learning

terdiri dari dua kata yaitu

Blended

dan

Learning

. Kata

blend

berarti campuran, bersama untuk

meningkatkan kualitas agar bertambah

baik (Collins Dictionary). Sedangkan

learning

memiliki makna umum yakni belajar, dengan

demikian sepintas blended learning mengandung makna pola pembelajaran yang mengandung

unsur pencampuran,atau penggabungan antara satu pola dengan pola yang lainnya.

Beberapa

pendapat yang mengutarakan tentang definisi Blended Learning, antara lain: Harvey Singh

(2003) berpendapat bahwa:

blended learning mixes various event-based activities, including face-to-face

classrooms, live e- learning, and self-paced learning. This often is a mix of traditional

instructor-led training, synchronous online conferencing or training, asynchronous

self-paced study, and structured on-the-job training from an experienced worker or mentor .

Definisi lain yang disampaikan oleh Charles D. Dziuban (2004) tentang blended learning

adalah sebagai berikut:

blended learning" refers to courses that combine face-to-face classroom instruction with

online learning and reduced classroom contact hours (reduced seat time). The latter point is

an important distinction because it is certainly possible to enhance regular face-to-face

courses with online resources without displacing classroom contact hours.

Berdasarkan definisi yang disampaikan tersebut maka dapat diartikan bahwa

pembelajaran dengan model blended learning adalah pembelajaran yang menggabungkan

pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran online yang terintegrasi secara sistematis dan

memudah mahasiswa balajar.

METODE PENELITIAN

a.

Prosedur Pengembangan Model Pembelajaran dan Implementasinya

(4)
[image:4.595.177.433.75.261.2]

Gambar 2. Model pengembangan ASSURE

Berdasarkan bagan pada Gambar 2 maka langkah-langkah pengembangan model dengan desain

ASSURE secara rinci dapat dijelaskan berikut ini.

1.

Analyze learners (analisis karakteristik mahasiswa)

Langkah awal yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi karakteristik mahasiswa

yang akan melakukan aktivitas pembelajaran. Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek

penelitian adalah mahasiswa PGSD angkatan 2012 dan 2010. Hasil analisis ini akan digunakan

untuk melihat kemampuan mahasiswa dalam menggunakan komputer dan fasilitas internet,

melihat kemampuan awal untuk mata kuliah Konsep Dasar Matematika 1 dan Pengembangan

Pembelajaran IPA SD sehingga dapat ditentukan metode dan proses pembelajaran yang sesuai

dan efisien.

2.

State objectives (menetapkan tujuan pembelajaran)

Langkah yang kedua adalah menetapkan tujuan pembelajaran yang didasarkan pada hasil

analisis karakteristik mahasiswa Hasil analisis karakteristik mahasiswa dan kompetensi dasar

dan indikator yang tercantum dalam kurikulum yang didasarkan pada kerangka kerja TPACK.

Dengan menggunakan kerangka kerja TPACK ini diharapkan hubungan antara materi pelajaran,

teknologi dan pedagogi memiliki kekuatan dan daya tarik untuk menumbuhkan pembelajaran

aktif yang terfokus pada mahasiswa.

3.

Select method, media, and materials (memilih metode, media, dan bahan ajar)

Langkah ketiga dalam metode pengembangan ini yaitu menetapkan metode, media, dan

bahan ajar yang nantinya akan digunakan baik pembelajaran tatap muka dan online. Hal ini

penting karena ketiga komponen tersebut berperan dalam membantu mahasiswa mencapai tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan. Penentukan ketiganya didasarkan pada karakteristik

mahasiswa dan tujuan pembelajaran serta kerangka kerja TPACK dan dikemas untuk

perkuliahan tatap muka dan online dalam fasilitas flexible learning.

4. Utilize media and materials (memanfaatkan media dan bahan ajar)

(5)

5. Require learner participation (melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran)

Langkah selanjutnya adalah melibatkan mahasiswa dalam pembelajaran. Mahasiswa

harus terlibat aktif dalam pembelajaran agar pembelajaran efektif dan tujuan pembelajaran

tercapai. Karena desain yang dipakai adalah pembelajaran blended learning maka mahasiswa

dituntut kemandirianya. Sesuai dengan metode yang telah dipilih pada tahap sebelumnya maka

dalam pembelajaran Konsep Dasar Matematika 1 digunakan pendekatan pemecahan masalah

dengan metode diskusi dan group investigation. Untuk pembelajaran Pengembangan

Pembelajaran IPA SD menggunakan metode project based learning dalam kegiatan studi

mandiri.

6. Evaluated and revise (evaluasi dan revisi)

Setelah rancangan program pembelajaran selesai dirancang, langkah selanjutnya adalah

melakukan evaluasi. Evaluasi ini dilakukan untuk mengumpulkan data yang terkait dengan

kekuatan dan kelemahan program pembelajaran. Disini program pembelajaran yang dievaluasi

diantaranya produk yang dihasilkan dalam penelitian ini yaitu pembelajaran yang terintegrasi

kepada kerangka kerja TPACK pada pembelajaran Konsep Dasar Matematika 1 dan

Pengembangan Pembelajaran IPA SD, serta perangkat-perangkat pembelajaran lainnya seperti,

rencana proses pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS), lembar aktivitas guru, dan

lembar respon siswa. Hasil dari proses evaluasi dapat digunakan sebagai masukan atau input

untuk memperbaiki program pembelajaran.

b.

Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah uji pakar, angket dan tes. Uji pakar

digunakan untuk melihat kelayakan produk yang dihasilkan, angket digunakan untuk melihat

respon mahasiswa terhadap pembelajaran yang digunakan dan tes digunakan untuk melihat

dampak dari pembelajaran yang dilakukan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

adalah lembar validasi pakar, angket tertutup dan angket terbuka dan soal tes.

c.

Teknik Analisis Data

Analisa data dilakukan melalui validasi dan uji coba dengan menghitung skor yang

diperoleh untuk menilai kualitas model pembelajaran yang dikembangkan. Data yang terkumpul

dalam penelitian ini berupa data kualitatif yaitu skor dengan skala 1-5 (skor 1 untuk sangat

kurang, skor 2 untuk kurang, skor 3 untuk cukup, skor 4 untuk baik, dan skor 5 untuk sangat baik

) dari hasil penilaian pakar dan penilaian mahasiswa terkait dengan pembelajaran yang

diterapkan, kelebihan dan kekurangan pembelajaran. Skor data kualitatif dikonversi menjadi data

kuantitatif menggunakan acuan konversi seperti pada tabel 1 yang menggunakan Skala Likert

(Suharsimi Arikunto, 2003).

Hasil pretes dan postes dianalis dengan analisis komparatif yaitu membandingkan hasil

kondisi awal dengan konsisi setelah mendapat pembelajaran dengan model yang telah

dikembangkan.

(6)

Tabel Acuan Konversi

Data Kualitatif ke dalam Data Kuantitatif

Keterangan:

Mi

= rerata ideal

=

½

(skor maksimal ideal + skor minimal ideal)

SDi = Standar deviasi ideal

= 1/6 (skor maksimal ideal - skor minimal ideal)

= skor rerata data empiris

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pengembangan model pembelajaran dengan kerangka kerja TPACK dalam pembelajaran

blended learning ini menggunakan desain model pengembangan ASSURE yang dilakukan

dalam 6 tahapan yaitu 1) analyze learners, 2) state objectives, 3) select strategi, technology,

media, and materials, 4) utilize media and materials, 5) require learner participation, 6)

evaluated and revise. Sebelum diujicobakan, model yang dikembangkan dievaluasi oleh ahli

untuk aspek pembelajaran (tatap muka dan online), media, dan bahan ajar yang digunakan.

Berikut adalah proses evaluasi dan uji coba yang telah dilakukan.

a.

Hasil Evaluasi Produk Aspek Pembelajaran Oleh Ahli

Hasil evaluasi pembelajaran meliputi ketepatan rumusan tujuan, kesesuaian metode

pembelajaran, kesesuaian media dan bahan ajar, ketetapan urutan pembelajaran dengan metode

yang dipilih, kemudahan aktifitas pembelajaran untuk mahasiswa, kejelasan tugas yang

diberikan, dan kejelasan penilaian dan soal yang digunakan. Hasil penilaian yang didapatkan

rata-rata 4,14 sehingga kategori yang didapatkan adalah baik.

b.

Hasil Evaluasi Produk Aspek Media Oleh Ahli

Hasil evaluasi produk aspek media meliputi kesesuaian media dengan pembelajaran,

kemudahan penggunaan media, kelengkapan media, dan keberfungsian media dalam

memudahkan penyampaian materi. Hasil penilaian didapatkan rata-rata 3,75 sehingga kategori

yang didapatkan adalah baik.

c.

Hasil Evaluasi Aspek Bahan Ajar Oleh Ahli

Hasil evaluasi produk aspek bahan ajar meliputi kesesuaian dengan SK dan KD,

kesesuaian dengan tujuan pembelajaran, kesesuaian dengan tingkatan kemampuan mahasiswa,

kelengkapan materi, kemudahan untuk dipelajari, kemudahan akses untuk beberapa perangkat

(PC, laptop, handphone), dan kelengkapan bentuk tampilan (video, audio, gambar dan tek). Hasil

penilaian didapatkan rata-rata penilaian 3,71 sehingga kategori yang didapatkan adalah baik.

d.

Hasil Uji Coba Produk

Hasil uji coba produk meliputi uji terbatas dan uji coba luas. Hasil yang diperoleh terlihat

dalam Tabel 2 berikut ini.

Rumus Perhitungan Perhitungan Interprestasi

i

i SD

M

x> +1,8 x>4,20 Sangat baik

i i

i

i SD x M SD

M +0,6 < ≤ +1,8 3,40<x≤4,20 Baik

i i

i

i SD x M SD

M −0,6 < ≤ +0,6 2,60<x≤3,40 Cukup

i i

i

i SD x M SD

M −1,8 < ≤ −0,6 1,80<x≤2,60 Kurang

i

i SD

M

(7)
[image:7.595.75.540.108.235.2]

Tabel 2

Hasil Uji Coba Produk

No

Jenis Uji Coba

Nilai

Rata-rata

Kategori

Uji Coba Terbatas

1

Aspek Pembelajaran

4.13

3.98

BAIK

2

Aspek Media

4.05

3

Aspek Bahan Ajar

3.75

Uji Coba Luas

1

Aspek Pembelajaran

4.04

4.14

BAIK

2

Aspek Media

4.51

3

Aspek Bahan Ajar

3.88

Hasil ini menunjukkan bahwa model yang dikembangkan menurut responden yang

dijadikan sebagai subjek memiliki kategori baik. Dengan demikian model pembelajaran yang

dikembangkan dapat dilaksanakan dan kegiatan pembelajaran dapat diikuti dengan baik oleh

mahasiswa.

e.

Keaktifan Mahasiswa

Selain penilaian terhadap model yang dikembangkan, aktifitas mahasiswa dalam

pembelajaran juga diamati untuk mendapatkan dampak dan respon mahasiswa terhadap

pembelajaran yang dilakukan. Aktifitas mahasiswa mengalami peningkatan khususnya dalam

forum diskusi. Pada saat diskusi dilakukan secara langsung masih terlihat mereka malu

memberikan tanggapan terhadap pertanyaan dosen maupun respon mahasiswa lain. Dengan

diberikannya fasilitas online dalam forum diskusi di fleksible learning, mereka semakin berani

untuk memberikan komentar terhadap topik diskusi maupun memberikan kementar terhadap

tanggapan teman lain. Hal ini menunjukkan dengan fasilitas dalam bentuk forum diskusi online

memberikan peluang kepada mahasiswa untuk aktif dalam diskusi sehingga mampu mengatasi

ketidakberanian mahasiswa dalam diskusi kelas secara langsung.

f.

Hasil Belajar Matematika dan IPA

Hasil lain yang didapatkan dari dampak pelaksanaan model dapat dilihat dari hasil belajar

untuk mata kuliah Konsep Dasar Matematika 1 dan Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Hasil

yang didapatkan terlihat dari Tabel 3 berikut ini.

Tabel 3

Hasil Belajar Konsep Dasar Matematika 1 dan Pengembangan Pembelajaran IPA SD

Kategori

Konsep Dasar Matematika 1

Pengembangan

Pembelajaran IPA SD

Awal

Akhir

Awal

Akhir

Rata-rata

62

71

74

78

Nilai Maksimal

95

87

90

80

Nilai Minimal

27

50

50

70

Hasil ini menunjukkan ada peningkatan hasil belajar untuk mata kuliah Konsep Dasar

Matematika 1 dan Pengembangan Pembelajaran IPA SD meskipun masih belum maksimal.

Dengan demikian model pembelajaran yang diterapkan mempunyai pengaruh terhadap hasil

belajar. Sebelum hasil belajar meningkat terlebih dahulu terjadi perubahan pada pola belajar

mahasiswa yang semakin aktif dalam proses pembelajaran.

(8)

Masih terdapat kelemahan dari model pembelajaran yang sudah dikembangkan dan perlu

direvisi antara lain: 1) pemilihan metode untuk perkuliahan online, 2) forum diskusi yang belum

melibatkan semua mahasiswa secara maksimal, 3) fasilitas internet yang masih terbatas, 4) masih

kesulitan untuk melakukan teleconference, dan 5) belum dimanfaatkanya fasilitas lain yang

mendukung pembelajaran online seperti WeChatt, Kakao Talk, LINE dsb. Fasilitas ini akan

mempermudah komunikasi dan mengirimkan pesan suara, gambar dan video pada saat forum

diskusi.

SIMPULAN

Hasil yang didapat dalam penelitian ini adalah sebuah model prosedur pembelajaran

dengan kerangka TPACK dan konten pembelajaran blended learning dengan aktivitas online

dalam e-learning (flexible learning) yang dimiliki oleh UKSW dalam mata kuliah Konsep Dasar

Matematika 1 dan Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Model pembelajaran yang

dikembangkan memiliki kategori baik dari aspek pembelajaran, media, dan bahan ajar. Hasil

implementasi pembelajaran didapatkan bahwa model pembelajaran ini mampu meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar mahasiswa PGSD dalam belajar matematika dan IPA.

DAFTAR PUSTAKA

Charles D. Dziuban (2004). Blended Learning. Central Florida: EDUCAUSE Center for

Applied Research Volume 2004, Issue 7.

Jared A. Carman, (2005). Blended Learning Design: Five Key Ingredients. Diambil dari

http://www.agilantlearning.com/pdf/Blended Learning Design.pdf diunduh, 25 Oktober

2012.

Mishra, P., & Koehler, M. J. (2006). Technological pedagogical content knowledge: A new

framework for teacher knowledge. Teachers College Record, 108(6),1017-1054.

Mishra, P., & Koehler, M. J. (2008). Introducing technological pedagogical content knowledge.

Paper presented at the annual meeting of the American Educational Research

Association, New York.

Mishra, P., & Koehler. M. J. (2009). Too cool for school? No way! Using the TPACK

framework: You can have your hot tools and teach with them, too. Learning & Leading

with Technology, 36(7), 14-18.

MarylandOnline Inc. (2011). Quality Matters Rubric Standards 2011-2013 Edition. Diunduh

pada tanggal 24 Februari 2013, dari Quality Matters Program:

http://www.qmprogram.org/files/QM_Standards_2011-2013.pdf

S.Asli and Michael Meagher. (2010). Preservise Teachers Emerging TPACK in a

Technology-Rich Methods Class. The Mathematics Educator. 2009/2010, Vol. 19, No. 2, 10-20

Suharsimi Arikunto. (2003). Dasar-dasar evaluasi pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: PT Bumi

Aksara.

Smaldino, S.E,Russel, J.D. Heinich, R. & Molenda, M. 2005. Intructional Technology and

Media for Learning . New Jersey : Pearson Merril Prentice Hall Inc.

Gambar

Gambar 1. TPACK framework (source:  www.tpack.org)
Gambar 2. Model pengembangan ASSURE
Tabel 2 Hasil Uji Coba Produk

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan di perumahan Dusun Parimono Desa PlandiKecamatan Jombang Kabupaten Jombang dan pengujian bakteri Escherichia coli pada air PDAM siap minum

Penerapan sanksi administrasi mempunyai beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan jenis sanksi lain, baik sanksi pidana maupun perdata. Sanksi pidana ditujukan

Sistem penyimpanan uang dan barang pada Safe Deposit Box oleh nasabah boleh menyimpan barang apa saja di dalam SDB selama tidak melanggar ketentuan atas perjanjian

Maka, jika awan telah berat, angin menghalaunya lagi ke bagian bumi yang telah mati, sehingga dengan adanya hujan dapat menghidupkan kembali bumi itu.. “M aka Kami

Rumahtangga petani di kedua wilayah tersebut dapat dikatakan rentan secara ekologi (bencana kekeringan di Desa Penyabungan dan bencana kebanjiran di Desa Dusun Mudo/Desa

Bahwa berdasarkan fakta yang terungkap dipersidangan yaitu berdasarkan keterangan para saksi, keterangan terdakwa serta barang bukti yang diajukan dipersidangan

kemanusiawiannya dapat ditemukan sejumlah riwayat.. bahwa aspek-aspek keagamaan terjamin dari kekeliruan. Karena itu Nabi mengingatkan bahwa ini mengikat seorang muslim. Di

The method used in this research is the development research methods models by Borg &amp; Gall.The results of a questionnaire distributed to 30 students and 3 teachers