• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku Kajian dan Pedoman PPK Cetak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Buku Kajian dan Pedoman PPK Cetak"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Penasihat:

Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.A.P., Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 1. Didik Suhardi, Ph.D. , Sekretaris Jenderal

2. Hamid Muhammad, M.Sc., Ph.D., Dirjen Dikdasmen 3. Sumarna Surapranata, Ph.D., Dirjen Guru dan Tendik 4. Ir. Totok Suprayitno, Ph.D, Kepala Balitbang 5. Ir. Harris Iskandar, Ph.D, Dirjen PAUD dan Dikmas 6. Hilmar Farid, Ph.D., Direktur Jenderal Kebudayaan

7. Prof. Dr. Dadang Sunendar, M.Hum., Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa 8. Daryanto, Ak., MIS., Gdip.Com, QIA, CA., Inspektur Jenderal

9. Prof. Suyanto, Ph.D., Universitas Negeri Yogyakarta

10. Dr. James Modouw, M.MT., Staf Ahli Menteri Bidang Hubungan Pusat dan Daerah 11. Ir. Ananto Kusuma Seta, M.Sc., Ph.D., Staf Ahli Menteri Bidang Inovasi dan Daya Saing 12. Chatarina Muliana Girsang, S.H., S.E., M.H., Staf Ahli Menteri Bidang Regulasi

13. R. Alpha Amirachman, M.Phil., Ph.D., Staf Khusus Menteri Bidang Monitoring Implementasi Kebijakan 14. Prof. Ir. Nizam, M.Sc. DIC., Ph.D., Plt. Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan

15. Dra. Poppy Dewi Puspitawati. M.A., Direktur Pembinaan Guru Pendidikan Dasar 16. Dra. Garti Sri Utami, M.Ed., Direktur Pembinaan Tenaga Kependidikan Dikdasmen 17. Dr. Sukiman, M.Pd., Direktur Pembinaan Pendidikan Keluarga

18. Dr. Biyanto, M.Ag., UIN Sunan Ampel 19. Dra. Arbayah Yusuf, M.A., UIN Sunan Ampel

Ketua : Dr. Arie Budhiman, M.Si., Staf Ahli Menteri Bidang Pembangunan Karakter Sekretaris : Prof. Dr. Ilza Mayuni, M.A., Kepala Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan Koordinator SD : Drs. Wowon Widaryat, M.Si., Direktur Pembinaan Sekolah Dasar Koordinator SMP : Dr. Supriano, M.Ed., Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Pertama Ir. Hendarman, M.Sc., Ph.D., Kepala Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr. Djoko Saryono, Universitas Negeri Malang

Prof. Dr. Supriyono, Universitas Negeri Malang Prof. Dr. Waras Kamdi, Universitas Negeri Malang Prof. Dr. Sunaryo, Universitas Pendidikan Indonesia Latipun, Ph.D., Universitas Muhammadiyah Malang Dr. Tulus Winarsunu, Universitas Muhammadiyah Malang Dra. Hj. Lise Chamisijatin, M.Pd., Universitas Muhammadiyah Malang

Doni Koesoema A., M.Ed., Tenaga Ahli Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan (PASKA) Dr. Bambang Indriyanto, Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan Sri Hidayati, M.Si., Kepala Bidang Kurikulum, Pusat Kurikulum dan Perbukuan

Kurniawan, Kepala Bidang Pemantauan dan Evaluasi, Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan (PASKA) Dr. Susanti Sufyadi, S.Pd., M.Si., Kepala Seksi Penilaian, Direktorat Pembinaan SD

Dra. Ninik Purwaning Setyorini, M.A., Kepala Seksi Pembelajaran, Direktorat Pembinaan SMP Erry Utomo, Ph.D., Pusat Kurikulum dan Perbukuan

Odo Hadinata, Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Dasar Lanny Anggraini, S.Pd., M.A., Direktorat Pembinaan SD

Heri Puspito Diyah Setiyorini, Tim Staf Ahli Menteri Bidang Pembangunan Karakter Alsha Kania, Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan (PASKA)

Tsalitsa Haura S., Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan (PASKA)

Rusprita Putri Utami, S.E., M.A., Kasubbag Tata Usaha, Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan (PASKA Fransisca Nur’aini Krisna, S.Si., Apt. MPP., Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan Sri Fajar Martono, S.Psi., Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan

Putri Pandora, Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan (PASKA)

Dwiyani Widhiharsi Kusuma Putri, Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan (PASKA) Rizki Muhammad Ramdhan, Tim Staf Ahli Menteri Bidang Pembangunan Karakter Shaskia Shinta Rialny, Tim Staf Ahli Menteri Bidang Pembangunan Karakter Muhammad Sopian, Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan (PASKA) Marista Sinaga, Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan (PASKA) Zaitun Y.A Kherid

(3)

Bangsa besar adalah bangsa yang memiliki karakter kuat berdampingan dengan kompetensi yang tinggi, yang tumbuh-kembang dari pendidikan menyenangkan dan lingkungan yang menerapkan nilai-nilai baik dalam seluruh sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Hanya dengan karakter yang kuat dan kompetensi yang tinggilah jati diri bangsa menjadi kokoh, kolaborasi dan daya saing bangsa meningkat sehingga mampu menjawab berbagai tantangan era abad 21. Untuk itu, pendidikan nasional harus berfokus pada penguatan karakter di samping pembentukan kompetensi.

Penguatan karakter bangsa menjadi salah satu butir Nawacita yang dicanangkan Presiden Joko Widodo melalui Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM). Komitmen ini ditindaklanjuti dengan arahan Presiden kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk mengutamakan dan membudayakan pendidikan karakter di dalam dunia pendidikan. Atas dasar ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mencanangkan Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) secara bertahap mulai Tahun Ajaran 2016.

Gerakan PPK bukanlah suatu kebijakan baru sama sekali karena sejak tahun 2010 pendidikan karakter di sekolah sudah menjadi gerakan nasional. Satuan pendidikan menjadi sarana strategis bagi pembentukan karakter bangsa karena memiliki sistem, infrastruktur, dan dukungan ekosistem pendidikan yang tersebar di seluruh Indonesia, mulai dari perkotaan sampai pedesaan. Sudah banyak praktik baik yang dikembangkan sekolah, namun masih banyak pekerjaan rumah yang harus dituntaskan untuk memastikan agar proses pembudayaan nilai-nilai karakter berjalan dan berkesinambungan. Selain itu, sangat diperlukan kebijakan yang lebih komprehensif dan bertumpu pada kearifan lokal untuk menjawab tantangan

SAMBUTAN

(4)

zaman yang makin kompleks, mulai dari persoalan yang mengancam keutuhan dan masa depan bangsa sampai kepada persaingan global. Kebijakan ini akan menjadi dasar bagi perumusan langkah-langkah yang lebih konkret agar penyemaian dan pembudayaan nilai-nilai utama pembentukan karakter bangsa dapat dilakukan secara efektif dan menyeluruh.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Tim yang sudah menyusun dan menerbitkan Naskah Kajian dan Pedoman Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) ini. Buku ini akan menjadi rujukan bagi sekolah dan seluruh pemangku kepentingan dalam mengimplementasikan penguatan pendidikan karakter di sekolah. Saya berharap Gerakan PPK dapat terlaksana dengan baik dan mengimbau dukungan orangtua, komite sekolah, pengawas, perguruan tinggi dan masyarakat luas untuk memberikan masukan bagi pelaksanaan dan penyempurnaan kebijakan Gerakan PPK ini. Semoga Gerakan PPK dapat menumbuhkan semangat belajar dan mengoptimalkan potensi peserta didik sehingga menjadi warga negara yang memiliki karakter kuat, mencintai bangsanya dan mampu menjawab tantangan era global. Selamat berkarya.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

(5)

SAMBUTAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN iii

DAFTAR ISI v

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Rasional 1

1.2. Situasi Kita Sekarang 5

1.3. Nilai-Nilai Utama 7

1.4. Prinsip-Prinsip Pengembangan dan Implementasi PPK 9

1.5. Fokus Gerakan PPK 10

1.6. Basis Gerakan PPK 13

1.7. Tata Kelola Gerakan PPK 14

1.8. Sarana dan Prasarana 15

1.9. Pembiayaan 16

1.10. Pelibatan Pemangku Kepentingan Pendidikan 17

1.11. Manfaat dan Implikasi Gerakan PPK 21

1.12. Konsep-Konsep Dasar 21

BAB II PEDOMAN IMPLEMENTASI PENGUATAN PENDIDIKAN

KARAKTER 23

2.1. Pelaksana dan Pemangku Kepentingan PPK 23

2.2. Kegiatan PPK Berbasis Kelas 29

2.3. Kegiatan PPK Berbasis Budaya Sekolah 33

2.4. Kegiatan PPK Berbasis Masyarakat 44

DAFTAR

(6)

BAB III ASESMEN, MONITORING, DAN EVALUASI PENGUATAN

PENDIDIKAN KARAKTER 48

3.1. Tujuan Asesmen, Monitoring, dan Evaluasi 48

3.2. Sasaran 50

3.3. Prinsip-Prinsip Asesmen, Monitoring, dan Evaluasi 50

3.4. Metode Asesmen, Monitoring, dan Evaluasi 50

3.5. Instrumen Asesmen, Monitoring, dan Evaluasi PPK 51

BAB IV PENUTUP 59

REFERENSI 60

(7)

1.1. Rasional

Dunia Abad XXI sekarang berbeda secara signifikan dengan dunia Abad XX. Dalam skala makro setidak-tidaknya dunia Abad XXI sekarang ditandai oleh 6 (enam) kecenderungan penting, yaitu (i) berlangsungnya revolusi digital yang semakin luar biasa yang mengubah sendi-sendi kehidupan, kebudayaan, peradaban, dan kemasyarakatan termasuk pendidikan, (ii) terjadinya integrasi belahan-belahan dunia yang semakin intensif akibat internasionalisasi, globalisasi, hubungan-hubungan multilateral, teknologi komunikasi, dan teknologi transportasi, (iii) berlangsungnya pendataran dunia (the world is flat) sebagai akibat berbagai perubahan mendasar dimensi-dimensi kehidupan manusia terutama akibat mengglobalnya negara, korporasi, dan individu, (iv) sangat cepatnya perubahan dunia yang mengakibatkan dunia tampak berlari tunggang langgang, ruang tampak menyempit, waktu terasa ringkas, dan keusangan segala sesuatu cepat terjadi, (v) semakin tumbuhnya masyarakat padat pengetahuan (knowledge society), masyarakat informasi (information society), dan masyarakat jaringan (network society) yang membuat pengetahuan, informasi, dan jaringan menjadi modal sangat penting, dan (vi) makin tegasnya fenomena Abad Kreatif beserta masyarakat kreatif yang menempatkan kreativitas dan inovasi sebagai modal penting untuk individu, perusahaan, dan masyarakat. Keenam hal tersebut telah memunculkan tatanan baru, ukuran-ukuran baru, dan kebutuhan-kebutuhan baru yang berbeda dengan sebelumnya, yang harus ditanggapi dan dipenuhi oleh dunia pendidikan nasional dengan sebaik-baiknya.

Dalam skala mikro pendidikan, dunia Abad XXI sekarang juga ditandai oleh adanya imperatif-imperatif global pendidikan, di antaranya Pendidikan untuk Semua (PUS), Pendidikan bagi Pembangunan Berkelanjutan (ESD), Tujuan Pembangunan Milenium (MDG’s), dan Literasi Dunia bagi Pemberdayaan. Selain itu, juga ditandai oleh munculnya temuan-temuan dan pemikiran-pemikiran baru yang

BAB I

(8)

berkenaan dengan dimensi tertentu pendidikan, di antaranya temuan neurosains pendidikan dan pembelajaran (misalnya hubungan otak dan belajar), munculnya pelbagai teori kecerdasan, tumbuhnya pemikiran baru pembelajaran (misalnya blended learning, mindful learning), dan kebijakan baru bidang pendidikan dan pembelajaran. Lebih jauh, juga muncul pergeseran peranan dan fungsi pendidikan dalam masyarakat, tugas pranata dan lembaga pendidikan, dan bentuk organisasional pendidikan serta keberadaan modal manusia dalam pendidikan. Hal tersebut menimbulkan konsekuensi tantangan, tuntutan, dan kebutuhan baru dalam sendi-sendi pendidikan termasuk sendi-sendi pendidikan nasional Indonesia.

Sementara itu, dalam skala regional dan nasional Indonesia, Abad XXI ditandai oleh berbagai perubahan mendasar yang paradigmatis. Selain Reformasi pada penghujung Abad XX, Indonesia memasuki Abad XXI dengan sistem kenegaraan, pemerintahan, bahkan kemasyarakatan dan kebudayaan yang baru, misalnya orientasi baru pembangunan, desentralisasi, otonomi daerah, dan demokrasi serta bonus demografi. Di samping itu, memasuki Abad XXI Indonesia mengalami keterbukaan dan interaksi global yang semakin intensif dan masif. Bagi Indonesia, bahkan tahun 2015 menjadi garis batas agenda berbagai kesepakatan dan kebijakan global dan nasional Indonesia di berbagai bidang baik bidang pendidikan maupun non-pendidikan. Berkenaan dengan bidang pendidikan, sebagai contoh, tahun 2015 merupakan tahun terakhir agenda kebijakan Pendidikan untuk Semua (EFA), Tujuan Pembangunan Milenium (MDG), dan agenda pendidikan nasional (di antaranya berakhirnya PLPG). Terkait dengan bidang non-pendidikan, tahun 2015 merupakan tahun dimulainya Masyarakat Ekonomi ASEAN, berlakunya berbagai peraturan perundang-undangan baru, dan dimulainya kebijakan baru pemerintahan Indonesia. Oleh karena itu, tahun 2015 menjadi tonggak penting urusan pemerintahan dan kemasyarakatan Indonesia, salah satunya urusan pendidikan nasional Indonesia.

(9)

kebutuhan baru sebagai konsekuensi berbagai keadaan yang sudah dipaparkan di atas. Hal ini menunjukkan bahwa penataan kembali atau transformasi pendidikan nasional Indonesia merupakan tugas sejarah (imperatif) yang harus dikerjakan secara sungguh-sungguh. Dikatakan demikian karena tiga alasan. Pertama, bangsa-bangsa di dunia yang sekarang mengalami kemajuan sangat berarti, misalnya Jepang, Singapura, Korea Selatan, Republik Rakyat Tiongkok, dan Finlandia, telah ditopang atau disangga oleh pendidikan yang baik, bermutu, dan maju. Dalam berbagai pemeringkatan pendidikan di aras global, misalnya Learning Curve, TIMMS, dan PISA, negara-negara tersebut selalu menduduki peringkat atas. Kedua, pelbagai studi internasional dan nasional tentang pendidikan Indonesia memberikan justifikasi betapa mendesaknya transformasi pendidikan nasional Indonesia sekarang. Laporan-laporan Bank Dunia, UNDP, dan UNESCO tentang pendidikan Indonesia merekomendasikan transformasi secara terarah pendidikan nasional Indonesia supaya Indonesia mampu tumbuh dan berkembang dengan baik, terhindar dari jebakan-jebakan yang membawa aneka kemerosotan pada satu sisi dan pada sisi lain mampu memanfaatkan peluang-peluang yang terbuka. Ketiga, berbagai fakta dan bukti kinerja pendidikan nasional yang telah dipublikasikan oleh berbagai pihak mengamanatkan betapa mendesaknya penataan kembali atau transformasi pendidikan nasional Indonesia secara komprehensif dan sistemis.

(10)

dipisahkan agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup anak-anak kita” (Karya Ki Hadjar Dewantara Buku I: Pendidikan). Demikian juga laporan Delors untuk pendidikan Abad XXI, sebagaimana tercantum dalam buku Pembelajaran: Harta Karun di Dalamnya, menegaskan bahwa pendidikan Abad XXI bersandar pada lima tiang pembelajaran sejagat (five pillar of learning), yaitu learning to know, learning to do, learning to live together, dan learning to be serta learning to transform for oneself and society. Dalam pada itu, dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah ditegaskan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Selanjutnya, dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional juga terpapar secara tersurat berbagai kompetensi yang bersangkutan dengan karakter di samping intelektualitas. Hal tersebut menandakan bahwa sesungguhnya pendidikan bertugas mengembangkan karakter sekaligus intelektualitas berupa kompetensi peserta didik.

(11)

Gerakan PPK menempati kedudukan fundamental dan strategis pada saat pemerintah mencanangkan revolusi karakter bangsa sebagaimana tertuang dalam Nawacita (Nawacita 8), menggelorakan Gerakan Nasional Revolusi Mental, dan menerbitkan RPJMN 2014—2019 berlandaskan Nawacita. Sebab itu, Gerakan PPK dapat dimaknai sebagai pengejawantahan Gerakan Revolusi Mental sekaligus bagian integral Nawacita. Sebagai pengejawantahan Gerakan Nasional Revolusi Mental sekaligus bagian integral Nawacita, Gerakan PPK menempatkan pendidikan karakter sebagai dimensi terdalam atau jantung-hati (heart) pendidikan nasional sehingga pendidikan karakter menjadi poros pelaksanaan pendidikan dasar dan menengah. Lebih lanjut, Gerakan PPK perlu mengintegrasikan, memperdalam, memperluas, dan sekaligus menyelaraskan berbagai program dan kegiatan pendidikan karakter yang sudah dilaksanakan sampai sekarang. Dalam hubungan ini pengintegrasian dapat berupa pemaduan kegiatan kelas, luar kelas di sekolah, dan luar sekolah (masyarakat/komunitas); pemaduan kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler; pelibatan secara serempak warga sekolah, keluarga, dan masyarakat; perdalaman dan perluasan dapat berupa penambahan dan pengintensifan kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada pengebangan karakter siswa, penambahan dan pemajangan kegiatan belajar siswa, dan pengaturan ulang waktu belajar siswa di sekolah atau luar sekolah; kemudian penyelerasan dapat berupa penyesuaian tugas pokok guru, Manajemen Berbasis Sekolah, dan fungsi Komite Sekolah dengan kebutuhan Gerakan PPK. Baik pada masa sekarang maupun masa akan datang, pengintegrasian, pendalaman, perluasan, dan penyelarasan program dan kegiatan pendidikan karakter tersebut perlu diabdikan untuk mewujudkan revolusi mental atau revolusi karakter bangsa. Dengan demikian, Gerakan PPK merupakan jalan perwujudan Nawacita dan Gerakan Revolusi Mental di samping menjadi poros kegiatan pendidikan yang berujung pada terciptanya revolusi karakter bangsa.

1.2. Situasi Kita Sekarang

(12)

Pemerintah menyadari bahwa Gerakan Nasional Revolusi Mental yang memperkuat pendidikan karakter semestinya dilaksanakan oleh semua sekolah di Indonesia, bukan saja terbatas pada sekolah-sekolah binaan, sehingga peningkatan kualitas pendidikan yang adil dan merata dapat segera terjadi. Penguatan Pendidikan Karakter di sekolah diharapkan dapat memperkuat bakat, potensi dan talenta seluruh peserta didik.

Lebih dari itu, pendidikan kita sesungguhnya melewatkan beberapa dimensi penting dalam pendidikan, yaitu olah raga (kinestetik), olah rasa (etika dan seni) dan olah hati (spiritual) (Effendy, 2016). Apa yang selama ini kita lakukan baru sebatas olah pikir yang menumbuhkan kecerdasan akademis. Olah pikir ini pun belum mendalam sampai kepada pengembangan berpikir tingkat tinggi, melainkan baru pada pengembangan olah pikir tingkat rendah. Persoalan ini perlu diatasi dengan sinergi berkelanjutan antara pemerintah, sekolah, orangtua dan masyarakat) melalui penguatan pendidikan karakter untuk mewujudkan Indonesia yang bermartabat, berbudaya dan berkarakter.

Kementerian Pendidikan Nasional pada tahun 2010 mengeluarkan Rencana Aksi Nasional (RAN) Pendidikan Karakter untuk mengembangkan rintisan di sekolah-sekolah seluruh Indonesia dengan 18 nilai karakter. Program ini didukung oleh Pemerintah Daerah, lembaga swadaya masyarakat sehingga program pendidikan karakter bisa terlaksana dengan baik.

Banyak satuan pendidikan telah melaksanakan praktik baik (Best Practice) dalam penerapan pendidikan karakter.Dampak dari penerapan ini adalah terjadi perubahan mendasar di dalam esosistem pendidikan dan proses pembelajaran sehingga prestasi mereka pun juga meningkat. Program PPK ingin memperkuat pembentukan karakter siswa yang selama ini sudah dilakukan di banyak sekolah.

(13)

Penerapan penguatan pendidikan karakter akan berjalan dengan baik bila kepala sekolah sebagai pemimpin mampu menjadi pemimpin yang kredibel dan visioner. Kredibel berarti Kepala Sekolah memiliki sosok berintegritas, mampu menjadi manajer yang fokusnya adalah peningkatan kualitas pembelajaran melalui pembentukan karakter. Visioner berarti kepala sekolah memiliki visi jauh ke depan tentang “branding” sekolah yang akan ia bangun. Kemampuan manajerial kepala sekolah untuk menggali potensi lingkungan sebagai sumber belajar dan mengembangkan kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan dalam ekosistem pendidikan yang ada untuk mendukung program sekolah sangat diperlukan.

1.3. Nilai-Nilai Utama

Selain merupakan kelanjutan dan kesinambungan dari Gerakan Nasional Pendidikan Karakter Bangsa Tahun 2010, Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan bagian integral Nawacita, dalam hal ini butir 8 Nawacita: Revolusi Karakter Bangsa dan Gerakan Revolusi Mental dalam pendidikan yang hendak mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk mengadakan perubahan paradigma, yaitu perubahan pola pikir dan cara bertindak, dalam mengelola sekolah. Dalam hubungan ini Gerakan PPK menempatkan nilai karakter sebagai dimensi terdalam pendidikan yang membudayakan dan memberadabkan. Untuk itu, ada 5 nilai utama karakter yang saling berkaitan membentuk jejaring nilai karakter yang perlu dikembangkan sebagai prioritas Gerakan PPK . Kelima nilai utama karakter bangsa yang dimaksud adalah sebagai berikut.

(14)

Nilai Karakter Nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

Subnilai nasionalis antara lain apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan budaya bangsa, rela berkorban, unggul dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin, menghormati keragaman budaya, suku, dan agama.

Nilai Karakter Mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita.

Subnilai kemandirian antara lainetos kerja (kerja keras), tangguh tahan banting, daya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Nilai Karakter Gotong Royong mencerminkan tindakan menghargai semangat kerjasama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama, memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, bersahabat dengan orang laindan memberi bantuan pada mereka yang miskin, tersingkir dan membutuhkan pertolongan.

Subnilai gotong royong antara lain menghargai, kerjasama, inklusif, komitmen atas keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolong-menolong, solidaritas, empati, anti diskriminasi, anti kekerasan, sikap kerelawanan.

Nilai Karakter Integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral (integritas moral). Karakter integritas meliputi sikap tanggungjawab sebagai warga negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial, melalui konsistensi tindakan dan perkataan yang berdasarkan kebenaran.

(15)

1.4. Prinsip-Prinsip Pengembangan dan Implementasi PPK

Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dikembangkan dan dilaksanakan dengan menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut:

Prinsip 1 – Nilai-Nilai Moral Universal

Gerakan PPK berfokus pada penguatan nilai-nilai moral universal yang prinsip-prinsipnya dapat didukung oleh segenap individu dari berbagai macam latar belakang agama, keyakinan, kepercayaan, sosial dan budaya.

Prinsip 2 – Holistik

Gerakan PPK dilaksanakan secara holistik, dalam arti pengembangan fisik (olah raga), intelektual (olah pikir), estetika (olah rasa), etika dan spiritual (olah hati) dilakukan secara utuh-menyeluruh dan serentak, baik melalui proses pembelajaran intrakurikuler, pengembangan budaya sekolah maupun melalui kolaborasi dengan komunitas-komunitas di luar lingkungan pendidikan.

Prinsip 3 – Terintegrasi

Gerakan PPK sebagai poros pelaksanaan pendidikan nasional terutama pendidikan dasar dan menengah dikembangkan dan dilaksanakan dengan memadukan, menghubungkan, dan mengutuhkan berbagai elemen pendidikan, bukan merupakan program tempelan dan tambahan dalam proses pelaksanaan pendidikan.

Prinsip 4 – Partisipatif

Gerakan PPK dilaksanakan dengan mengikutsertakan dan melibatkan publik seluas-luasnya sebagai pemangku kepentingan pendidikan bersama dengan pelaksana Gerakan PPK. Di sini kepala sekolah, staf sekolah, orangtua, Komite Sekolah, dan lain-lain dapat menyepakati prioritas nilai-nilai utama karakter dan kekhasan sekolah yang diperjuangkan dalam Gerakan PPK, menyepakati bentuk dan strategi pelaksanaan Gerakan PPK, bahkan pembiayaan Gerakan PPK.

Prinsip 5 – Kearifan lokal

(16)

berdaulat sehingga dapat memberi indentitas dan jati diri peserta didik sebagai bangsa Indonesia.

Prinsip 6 – Kecakapan Abad 21

Gerakan PPK harus dapat mengembangkan kecakapan-kecakapan yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk hidup pada Abad XXI (antara lain kecakapan berpikir kritis dan kreatif, penguasaan bahasa, kecakapan komunikasi, kecakapan bekerja sama dan gotong royong, kecakapan beradaptasi dan kecekatan menyesuaikan diri, semangat ingin tahu dan berimajinasi, dan literasi).

Prinsip 7 – Adil dan inklusif

Gerakan PPK dikembangkan dan dilaksanakan berdasarkan prinsip keadilan, non-diskriminasi, non-sektarian, menghargai kebhinekaan dan perbedaan (inklusif), dan menjunjung harkat dan martabat manusia.

Prinsip 8 - Selaras dengan perkembangan peserta didik

Gerakan PPK perlu dikembangkan dan dilaksanakan selaras dengan perkembangan peserta didik baik perkembangan biologis, psikologis maupun perkembangan sosial peserta didik agar tingkat kecocokan dan keberterimaannya tinggi selain hasilnya maksimal. Dalam hubungan ini kebutuhan-kebutuhan perkembangan peserta didik perlu memperoleh perhatian intensif.

Prinsip 9 – Terukur

Gerakan PPK dikembangkan dan dilaksanakan berlandaskan prinsip keterukuran agar dapat dimati dan diketahui proses dan hasilnya secara objektif. Dalam hubungan ini komunitas sekolah mendeskripsikan nilai-nilai utama karakter yang menjadi prioritas pengembangan di sekolah dalam sebuah sikap dan perilaku yang dapat diamati dan diukur secara objektif; mengembangkan program-program penguatan nilai-nilai karakter bangsa yang mungkin dilaksanakan dan dicapai oleh sekolah; dan mengerahkan sumber daya yang dapat disediakan oleh sekolah dan pemangku kepentingan pendidikan.

1.5. Fokus Gerakan PPK

(17)

Struktur Program: jenjang dan kelas, ekosistem sekolah, penguatan kapasitas guru;

Struktur Kurikulum: kegiatan pembelajaran terintegrasi dalam kurikulum (intra-kurikuler) dan ko-kurikuler, ekstrakurikuler, dan non-kurikuler;

Struktur Kegiatan: berbagai macam kegiatan dan program yang mampu menyinergikan 4 dimensi pengolahan karakter Ki Hajar Dewantara (olah raga, olah pikir, olah rasa, dan olah hati).

1.5.1. Struktur Program

Struktur program meliputi jenjang dan kelas yaitu difokuskan pada Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama yang lebih dikenal sebagai pendidikan dasar. Di samping itu fokus dilakukan pada sistem formal yaitu persekolahan karena Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memiliki kewenangan dan tanggungjawab yang lebih memiliki akses terhadap sistem persekolahan ini.

Pelaksanaan Gerakan PPK pada tiap jenjang melibatkan dan memanfaatkan ekosistem pendidikan yang ada di lingkungan sekolah. Pemanfaatan dan pelibatan ekosistem pendidikan memperkuat dimensi lokal kontekstual pendidikan di daerah sehingga Gerakan PPK tidak lepas atau tercerabut dari nilai-nilai karakter yang tumbuh kembang pada ekosistem pendidikan yang sudah ada. Berbagai pemangku kepentingan yang ada pada ekosistem pendidikan tersebut ikut serta dan bersama-sama bertanggungjawab dan bersinergi untuk memperkuat pembentukan karakter sebagai modal dasar untuk mewujudkan warga masyarakat yang lebih berbudaya dan memiliki jati diri bangsa di masa mendatang.

Pelaku kunci dalam Gerakan PPK adalah Kepala Sekolah, Guru, tenaga kependidikan, tenaga non-kependidikan, orang tua, Komite sekolah dan pemangku kepentingan lain yang relevan dalam pengembangan PPK. Masing-masing perlu memahami kembali tugas dan fungsinya dalam rangka keberhasilan PPK. Lebih dari itu, kehadiran orang dewasa di lingkungan pendidikan adalah sebagai guru, yaitu mereka yang digugu (diikuti) dan ditiru (diteladani) oleh para siswa. Ini berlaku bagi siapapun yang terlibat dalam kegiatan pendidikan.

1.5.2. Struktur Kurikulum

(18)

melalui berbagai cara sesuai dengan kerangka kurikulum yaitu alokasi waktu minimal yang ditetapkan dalam Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum dan kegiatan ekstrakurikuler yang dikelola oleh satuan pendidikan sesui dengan kearifan dan kebijaksanaan satuan pendidikan masing-masing. Kurikulum yang menerapkan PPK disesuaikan dengan keberagaman kondisi daerah dan karakteristik satuan pendidikan.

Pelaksanaan Gerakan PPK disesuaikan dengan kurikulum pada satuan pendidikan masing-masing dan dapat dilakukan melalui 3 cara, yaitu:

1. Mengintegrasikan/mengkontekstualisasikan mata pelajaran yang ada di struktur kurikulum dan Mata Pelajaran Muatan Lokal melalui kegiatan intrakurikuler dan ko-kurikuler. Sebagai kegiatan intrakurikuler dan ko-kurikuler maka setiap guru menyusun dokumen perencanaan pembelajaan berupa silabus dan RPP sesuai mata pelajarannya masing-masing. Nilai-nilai Utama PPK diintegrasikan ke dalam Mata Pelajaran sesuai topik Utama Nilai PPK pada hari itu dan sesuai dengan karakteristik Mata Pelajaran. Misalnya Mata Pelajaran IPA untuk SMP mengintegrasikan Nilai Nasionalisme dengan mendukung konservasi energi pada materi tentang Energi.

2. Mengimplementasikan PPK melalui kegiatan ekstrakurikuler, baik ekstrakurikuler wajib dan pilihan yang ditetapkan oleh satuan pendidikan. Pada kegiatan Esktrakurikuler maka Satuan Pendidikan melakukan penguatan kembali kegiatan-kegiatan ekskul dan menambah kegiatan-kegiatan lain yang memberikan ruang kepada siswa untuk produktif. Kegiatan ekskul dapat dilakukan dengan menggerakkan sumber daya sekolah yang ada, dengan kolaborasi dengan masyarakat dan juga pihak-pihak atau lembaga lain seperti PMI, Dinas Kelautan dan Perikana, Dinas Perdagangan, Museum, Rumah Budaya, dan lain-lain, sesuai dengan kebutuhan dan kreatifitas Satuan Pendidikan.

3. Melalui kegiatan pembiasaan yang dilakukan melalui budaya sekolah, baik melalui kegiatan rutin, spontan, pengkondisian, serta melalui keteladanan orang dewasa di lingkungan sekolah. Kegiatan-kegiatan selepas jam sekolah diadakan untuk memperkuat pembentukan karakter disesuaikan dengan situasi, kondisi, ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan di unit sekolah dan potensi lingkungn sekitar sebagai sumber pembelajaran.

(19)

serta program-program sekolah yang dimasukkan dalam kalender pendidikan.

Selain struktur dalam kurikulum, Gerakan PPK juga memiliki struktur pendukung lain yang terdiri atas sebagai berikut:

1. Kokurikuler dan Ekstrakurikuler, merupakan kegiatan yang bersifat penambahan, pengayaan, dan perluasan dari kegiatan pembelajaran intrakurikuler, yang juga bersifat menyenangkan dan dapat mengaktualisasikan nilai-nilai karakter. Contoh: kepramukaan, PMR, OSIS, olahraga, kesenian, dan lain sebagainya.

2. Ekosistem dan budaya sekolah, mewujudkantata kelola yang sehat, hubungan antar warga sekolah yang harmonis dan saling menghargai, lingkungan sekolah yang bersih, ramah, sehat dan bersahabat.

3. Pendidikan di keluarga dan masyarakat, menjalin keselarasan antara pendidikan di sekolah dan di lingkungan keluarga dan masyarakat.

1.5.3. Struktur Kegiatan

Kegiatan PPK bisa sangat bervariasi tergantung dari apa yang menjadi prioritas pembentukan karakter dalam lembaga pendidikan. Kegiatan PPK mengajak masing-masing sekolah untuk menemukan “branding” khas mereka sehingga sekolah di Indonesia menjadi sangat kaya sekaligus unik. Selain mendorong tiap sekolah untuk memiliki “branding” sendiri, struktur kegiatan dalam PPK diharapkan merupakan perwujudan dari 4 dimensi pengolahan karakter sebagaimana yang dikatakan Ki Hadjar Dewantara yaitu olah olah raga, olah pikir, olah rasa dan olah hati.

Kegiatan-kegiatan yang mendukung terbentuknya “branding” sekolah itu antara lain: pilihan kegiatan olahraga, kegiatan berkelompok, dan kegiatan ekstrakurikuler (pramuka, baris berbaris, drumband, kegiatan UKS, dokter kecil, dll), kegiatan memanfaatkan perpustakaan (mengatur jadwal berkunjung, mengikuti lomba perpustakaan, dan pemberian penghargaan kepada siswa dan guru yang secara rutin hadir di perpustakaan), kegiatan memanfaatkan potensi lingkungan, seperti sanggar seni dan museum.

1.6. Basis Gerakan PPK

(20)

Penguatan Pendidikan Karakter berbasis kelas berarti bahwa PPK: 1. mengintegrasikan proses pembelajaran di dalam kelas melalui isi

kurikulum dalam mata pelajaran, baik itu secara tematik maupun terintegrasi

2. memperkuat manajemen kelas dan pilihan metodologi dan evaluasi pengajaran, dan

3. mengembangkan muatan lokal sesuai dengan kebutuhan daerah

Penguatan Pendidikan Karakter berbasis budaya sekolah berarti bahwa PPK:

1. menekankan pada pembiasaan nilai-nilai dalam keseharian sekolah; 2. menonjolkan keteladanan orang dewasa di lingkungan pendidikan; 3. melibatkan ekosistem sekolah;

4. mengembangkan dan memberi ruang yang luas pada segenap potensi siswa melalui kegiatan ko-kurikuler dan ekstra-kurikuler 5. memberdayakan manajemen sekolah, dan

6. mempertimbangkan norma, peraturan dan tradisi sekolah.

Penguatan Pendidikan Karakter berbasis masyarakat berarti bahwa PPK:

1. melibatkan dan memberdayakan potensi lingkungan sebagai sumber pembelajaran seperti keberadaan dan dukungan pegiat seni dan budaya, tokoh masyarakat, dunia usaha dan dunia industri 2. menyinergikan implementasi PPK dengan berbagai program yang

ada dalam lingkup akademisi, pegiat pendidikan dan LSM; dan 3. mensinkronkan program dan kegiatan melalui kerja sama dengan

pemerintah daerah dan juga masyarakat orangtua siswa.

1.7. Tata Kelola Gerakan PPK

Pengorganisasian Gerakan PPK merupakan mekanisme koordinasi seluruh pemangku kepentingan atau ekosistem pendidikan yang terkait dengan penyelenggaraan PPK. Seluruh pelaku membentuk jejaring dan kolaborasi secara terintegrasi, sesuai dengan pembagian tugas dan tanggung jawab masing-masing.

(21)

Kebudayaan bertugas dan berperan menetapkan kebijakan terkait dengan Gerakan PPK berkoordinasi dengan Kementerian/Lembaga lainnya.

Pemerintah Daerah, dalam hal ini Dinas Pendidikan di Provinsi/ Kabupaten/Kota juga memegang peranan penting untuk melaksanakan PPK, dalam hal ini berperan mendampingi,membina, dan mengarahkan satuan pendidikan dan pengawas sekolah.

Kepala Sekolah sebagai pengelola satuan pendidikan diharapkan dapat mengkoordinasikan personalia pendidikan, orang tua, komite sekolah, dan pelibatan publik untuk melaksanakan PPK di sekolah. Kepala sekolah bertanggungjawab dalam implementasi PPK agar dapat berjalan dengan baik.

Kegiatan-kegiatan dalam PPK menggunakan modelintegratif dan kolaboratif, sebagai berikut:

1.7.1.Integratif

Pengembangan model integratif pembelajaran antara substansi mata pelajaran (isi kurikulum) dengan pengembangan karakter, secara substantif, proses pembelajaran maupun dalam sistem evaluasi dan penilaiannya. Pada model ini seluruh kegiatan ko-kurikuler dan kestra kuriuler dilaksanakan di dalam lingkungan sekolah dan dalam tanggung jawab sekolah.

1.7.2.Kolaboratif

Pengembangan model kolaboratif dengan memberdayakan aneka potensi lingkungan sebagai sumber-sumber belajar atau pelibatan publik yang mendukung penguatan pendidikan karakter. Pada model ini sekolah bekerja sama dengan mitra ke tiga, namun seluruh kegiatan yang dilaksanakan sepengetahuan dan menjadi tanggung jawab sekolah.

1.8. Sarana dan Prasarana

(22)

1. Ruang kelas: tempat siswa dan guru melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar.

2. Ruang perpustakaan: tempat koleksi berbagai jenis bacaan bagi siswa dan dari sinilah siswa dapat menambah pengetahuan.

3. Ruang laboratorium (tempat praktek): tempat siswa mengembangkan pengetahuan sikap dan keterampilan serta tempat meneliti dengan menggunakan media yang ada untuk memecahkan suatu masalah atau konsep pengetahuan.

4. Ruang ibadah untuk kegiatan keagamaan

5. Ruang keterampilan: tempat siswa melaksanakan latihan mengenai keterampilan tertentu.

6. Ruang kesenian: tempat berlangsungnya kegiatan-kegiatan pengembangan bakat seni dan budaya.

7. Fasilitas olah raga: tempat berlangsungnya latihan-latihan olah-raga.

1.9. Pembiayaan

Sebagai sebuah Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) yang ingin menerapkan perubahan pola pikir, pola sikap dan cara bertindak dalam mengelola pendidikan, pembiayaan pendidikan diharapkan dapat merupakan implementasi dari sikap mandiri dan gotong royong yang menjadi salah satu nilai utama dalam pengembangan PPK. Struktur pembiayaan PPK merupakan tanggung jawab bersama yakni, Pemerintah, dana mandiri (pelibatan publik, orang tua, guru dan masyarakat), keterlibatan publik seperti dunia usaha dan dunia industri (DUDI) melalui program tanggungjawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) dan melalui kerjasama dengan Perguruan Tinggi.

(23)

1.10. Pelibatan Pemangku Kepentingan Pendidikan

Gerakan PPK berusaha menghidupkan kembali kedudukan, peranan, dan fungsi Tri Pusat Pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Menurut Ki Hadjar Dewantara, proses pendidikan bergerak dinamis di antara Tri Pusat Pendidikan, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keberhasilan PPK ditentukan oleh keterlibatan intensif dan konstruktif pihak-pihak yang menjadi warga sekolah, anggota keluarga, dan anggota masyarakat. Pihak-pihak yang menjadi pemangku kepentingan pendidikan yang menentukan keberhasilan PPK dimaksud meliputi orangtua, komite sekolah, dunia usaha dan dunia industri, akademisi, pegiat pendidikan, pelaku seni dan budaya, dan pemerintah (kementerian/lembaga) serta Pemerintah Daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota). Berikut adalah beberapa bentuk keterlibatan para pemangku kepentingan tersebut.

1.10.1 Keterlibatan orang tua

1. Mendukung berbagai program terkait PPK di sekolah dimana sekolah melakukan komunikasi yang lebih intensif sekolah sehingga orangtua memahami dan menyadari pentingnya PPK;

2. Menunjukkan komitmen terhadap program-program PPK yang sudah direncanakan pihak sekolah; dalam hal ini kepala sekolah dan guru perlu menyampaikan program-program dengan bentuk informasi yang mudah difahami dan dianggap orangtua memiliki dampak dan manfaat yang baik tidak saja kepada anak-anak mereka tetapi juga sekolah dan lingkungan sekitar sekolah;

3. Menunjukkan konsistensi keberfihakan terhadap program-program yang sifatnya berkesinambungan dan merupakan program yang holistik sehingga dipercayai orangtua bahwa program dimaksud bertujuan untuk meningkatkan mutu dan karakter sekolah termasuk peserta didik;

4. Mendukung secara finansial yang dimungkinkan apabila sekolah memiliki perencanaan program dan penganggaran yang dapat dipertanggungjawabkan dengan indikator atau sasaran target yang jelas dan dapat diakses orangtua secara terbuka; dan

(24)

1.10.2. Keterlibatan Komite Sekolah

1. Melakukan mediasi antara fihak sekolah dan orangtua yang diharapkan dapat bersifat netral dan tidak menjadi instrumen sekolah untuk “memaksakan” persetujuan program-program tertentu; tetapi fihak komite sekolah seyogianya memberikan saran untuk memasukkan program-program yang ditujukan pada pembentukan nilai-nilai dan sikap berkarakter bagi setiap individu yang ada di sekolah;

2. Memobilisasi sumber daya yang ada yaitu dengan meyakinkan fihak orangtua bahwa setiap program pendidikan yang bermutu dan berkarakter memerlukan adanya dukungan baik secara finansial maupun non-finansial agar program yang telah ditetapkan dapat dilaksanakan sesuai dengan target bersama dan kebermanfaatan semua fihak; dan

3. Mengawasi program-program yang telah ditetapkan sekolah khususnya terkait dengan PPK yang memberikan rekomendasi dan koreksi kepada sekolah apabila terdapat hal-hal yang menyimpang atau tidak sejalan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan sekaligus memberikan solusi terhadap permasalahan yang muncul.

1.10.3. Keterlibatan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI)

1. Membantu mendukung berbagai program PPK melalui bantuan CSR (Corporate Social Responsibility) yang tersedia pada umumnya di setiap DUDI; dan

2. Menjadi sumber belajar dalam proses pembelajaran PPK.

3. Memberikan kesempatan untuk magang dan bekerja dalam mendorong peningkatan kompetensi siswa

1.10.4. Keterlibatan Akademisi/Pegiat Pendidikan

1. Membantu sebagai sumber belajar dalam program PPK yang relevan, dengan mempertimbangkan latar belakang dan pengalaman praktis para akademisi/pegiat pendidikan;

2. Melakukan advokasi terhadap Anak berkebutuhan Khusus (ABK) atau kelompok-kelompok marjinal khususnya bagi mereka yang sudah memiliki program-program khusus untuk tujuan tersebut; dan

(25)

1.10.5. Keterlibatan Pelaku Seni dan Budaya

1. Menjadi sumber belajar dengan menggunakan pengalaman praktis sebagai sumber;

2. Memberdayakan pemanfaatan berbagai taman budaya dan sanggar seni serta museum sebagai sumber belajar bersama sehingga pembelajaran PPK tidak hanya berlangsung di sekolah tetapi juga di tempat-tempat tersebut, baik pada waktu jam belajar maupun setelah jam belajar termasuk dalam kegiatan ekstra kurikuler.

1.10.6. Keterlibatan Pemerintah Pusat dan Daerah

1. Melakukan kolaborasi antara berbagai Kementerian/Lembaga yang mengurusi masalah pendidikan dan kebudayaan (Kemendagri, Kemenag, Kemenkes, Kemenhan, Kemendes, TNI/ POLRI, infrastruktur Kota/kabupaten); dan

2. Memberi dukungan regulasi dan kebijakan yang mendukung implementasi program PPK.

1.10.7. Keterlibatan Komunitas dan Organisasi Profesi

1. Mendukung lembaga pendidikan, peserta didik dan orang tua 2. Membangun kolaborasi untuk mengembangkan

program-program dan kegiatan pendidikan

3. Mengembangkan relasi dan komunikasi yang baik antara sekolah dan komunitas

4. Bersedia menjadi relawan untuk kegiatan sekolah seperti program pengembangan karir, perayaan-perayaan sekolah, narasumber seminar, dan menjadi guru tamu (kelas inspirasi)

5. Menjadi tutor bagi pengembangan keterampilan hidup dasar bagi peserta didik, pengembangan kemampuan akademik, dan penguatan keterampilan teknis

6. Menjadi mitra sekolah dalam proses pembelajaran

7. Memberikan apresiasi dan dukungan pengembangan program untuk guru, peserta didik dan orang tua

8. Membantu menyebarluaskan PPK melalui serangkaian kegiatan positif

(26)

1.10.8. Keterlibatan Ikatan Alumni Sekolah

1. Memberikan fasilitas dan tenaga dalam rangka pengembangan akademik dan non akademik

2. Menyediakan pengalaman bagi peserta didik agar dapat mengamalkan ilmu dan keterampilannya melalui pelayanan di lingkungan kerja

3. Ikut terlibat dalam program khusus sekolah dan menjadi anggota Komite Sekolah

1.10.9. Keterlibatan Media Massa (Cetak dan Elektronik)

1. Memberitakan informasi yang mendukung pada penguatan pendidikan karakter

2. Bekerja sama dengan sekolah menerapkan PPK di wilayah kerja mereka

4. Melakukan sosialisasi penguatan pendidikan karakter

5. Melakukan inovasi dalam memperkuat penguatan pendidikan karakter

6. Menunjukkan rasa apresiasi atas prestasi sekolah, peserta didik dan orang tua melalui pemasangan banner-banner iklan di ruang publik (billboard, radio, televisi, media cetak dan elektronik).

1.10.10. Keterlibatan Perguruan Tinggi

1. Mengembangkan kerjasama dalam hal peningkatan kualitas program dan kapasitas guru dalam penguatan pendidikan karakter.

(27)

1.11. Manfaat dan Implikasi Gerakan PPK

Gerakan PPK memiliki manfaat dan implikasi sebagai berikut:

1.12 Konsep-Konsep Dasar

Kegiatan Intra-kurikuler adalah kegiatan yang dilakukan oleh sekolah secara teratur dan terjadwal, yang wajib diikuti oleh setiap siswa. Program intra-kurikuler berisi berbagai kegiatan untuk meningkatkan kemampuan dasar dan kemampuan minimal yang harus dimiliki siswa yang dilaksanakan sekolah secara terus-menerus setiap hari sesuai dengan kalender akademik. Contohnya pembelajaran Matematika, PKN, Agama, dan lain sebagainya.

MANFAAT ASPEK PENGUATAN

1. Penguatan karakter siswa dalam mempersiapkan daya saing siswa dengan kompetensi abad 21, yaitu: berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi

1. Revitalisasi manajemen berbasis sekolah

2. Pembelajaran dilakukan terintegrasi di sekolah dan di luar sekolah dengan pengawasan guru

2. Sinkronisasi intra-kurikuler, ko-kurikuler, ekstrakurikuler, dan non-kurikuler, serta sekolah terintegrasi dengan kegiatan komunitas seni budaya, bahasa dan sastra, olahraga, sains, serta keagamaan

3. Revitalisasi peran Kepala Sekolah sebagai manager dan Guru sebagai inspirator PPK

3. Deregulasi penguatan kapasitas dan kewajiban Kepala Sekolah/Guru

4. Revitalisasi Komite Sekolah sebagai badan gotong royong sekolah dan partisipasi masyarakat

4. Penyiapan prasarana/sarana belajar (misal: pengadaan buku, konsumsi, peralatan kesenian, alat peraga, dll) melalui pembentukan jejaring kolaborasi pelibatan publik

5. Penguatan peran keluarga melalui kebijakan pembelajaran 5 (lima) hari

5. Implementasi bertahap dengan

mempertimbangkan kondisi infrastruktur dan keberagaman kultural daerah/ wilayah

6. Kolaborasi antar K/L, Pemda, lembaga masyarakat, penggiat pendidikan dan sumber-sumber belajar lainnya

(28)

Kegiatan Ko-kurikuler adalah kegiatan yang terkait dan menunjang kegiatan intra-kurikuler, yang biasanya dilaksanakan di luar jadwal intra-kurikuler dengan maksud agar siswa lebih memahami dan memperdalam materi yang ada di intra-kurikuler. Kegiatan ko-kurikuler dapat berupa penugasan atau pekerjaan rumah ataupun tindakan lainnya yang berhubungan dengan materi intra-kurikuler yang harus diselesaikan oleh siswa.

Kegiatan Ekstra-kurikuler adalah kegiatan yang dilaksanakan di luar jam pelajaran biasa (di luar intrakurikuler), yang aktivitas/ materinya juga di luar materi intrakurikuler, berfungsi menyalurkan dan mengembangkan kemampuan siswa sesuai dengan minat dan bakatnya, memperluas pengetahuan, belajar bersosilisasi, menambah keterampilan, mengisi waktu luang, dan lain sebagainya, bisa dilaksanakan di sekolah atau di luar sekolah. Contoh kegiatan ekstra-kurikler adalah kegiatan Pramuka, bakti sosial, seni dan olah raga.

Karakter merupakan ciri khas seseorang atau sekelompok orang yang mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills) sebagai manifestasi dari nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan tantangan. Karakter mengandung nilai-nilai yang khas-baik (tahu nilai kekhas-baikan, mau berbuat khas-baik, nyata berkehidupan khas-baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpateri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku. Karakter secara koheren memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah raga, serta olah rasa dan karsa seseorang atau sekelompok orang.

(29)

Panduan implementasi Gerakan PPK merupakan tata cara dan pedoman bagaimana melaksanakan PPK di sekolah. Panduan ini memberikan gambaran berbagai bentuk kegiatan PPK yang dapat dilakukan dengan melibatkan berbagai macam pelaksana dan pemangku kepentingan pendidikan berdasarkan kedudukan, fungsi, dan peranan masing-masing.

2.1. Pelaksana dan Pemangku Kepentingan PPK

Gerakan PPK sebagai upaya melaksanakan pendidikan yang membudayakan dan memberadabkan yang diharapkan dapat mewujudkan revolusi karakter bangsa merupakan tanggung jawab semua pihak karena pendidikan pada dasarnya tanggung jawab bersama sekolah, keluarga, dan masyarakat khususnya komunitas-komunitas. Oleh karena itu, sangat diperlukan keterlibatan berbagai pihak dalam melaksanakan Gerakan PPK agar penguatan pendidikan karakter dapat berjalan secara aktif dan optimal. Fungsi dan peranan berbagai pihak yang menjadi pelaksana dan pemangku kepentingan pendidikan karakter bangsa dideskripsikan berikut ini.

2.1.1. Pengelola Sekolah (Kepala Sekolah, Pengurus Yayasan, Dinas Pendidikan)

Pengelola sekolah terdiri atas beberapa pihak. Yang paling utama adalah Kepala Sekolah/Direktur sebagai penanggung jawab langsung penyelenggaraan sekolah. Pihak lain yang juga ikut menyelenggarakan organisasi sekolah adalah pihak Dinas Pendidikan untuk sekolah negeri dan Pengurus Yayasan untuk sekolah swasta. Demikian juga peran personel Dinas Pendidikan dan Pengurus Yayasan harus bertindak sebagai fasilitator (penyedia fasilitas) penguatan pendidikan karakter dengan membuat kebijakan-kebijakan yang kondusif bagi terselenggaranya penguatan pendidikan karakter di sekolah dan lingkungannya.

BAB II

(30)

2.1.2. Kepala/Direktur Sekolah

Berperan untuk mengarahkan pertumbuhan akademik, moral, spiritual, dan sosial peserta didik melalui cara-cara sebagai berikut.

1. Menunjukkan keteladanan perilaku bermoral;

2. Mendampingi guru dan peserta didik agar semakin dapat mengambil keputusan berdasarkan informasi yang benar dan mengambil keputusan secara bertanggungjawab;

3. Menjelaskan secara gamblang kepada seluruh pemangku kepentingan tentang tujuan Penguatan Pendidikan Karakter;

4. Memastikan bahwa pendidikan karakter utuh dan menyeluruh diterapkan dalam keseluruhan implementasi kurikulum dan metode pembelajaran;

5. Mengapresiasi usaha dan sumbangan para guru, peserta didik, orang tua dan masyarakat luas dalam penguatan PPK;

6. Mengimplementasikan visi sekolah dalam keseluruhan dinamika pembelajaran di dalam lingkungan sekolah.

2.1.3. Guru/Pendidik

1. Menunjukkan keteladanan perilaku bermoral;

2. Mendukung terbentuknya relasi yang baik antara guru dan peserta didik di dalam kelas dan dengan seluruh komunitas sekolah; 3. Membangun lingkungan pembelajaran yang mengapresiasi dan

menghargai keunikan individu;

4. Bertanggungjawab untuk memulai dan melaksanakan modul-modul penguatan pendidikan karakter;

5. Mengintegrasikan materi Penguatan Pendidikan Karakter ke dalam kurikulum;

6. Mempergunakan metode pembelajaran yang mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah;

7. Memperkuat pembentukan karakter melalui pendekatan lintas ilmu; 8. Memfasilitasi diskusi, dialog, dan permainan peranan dalam PPK; 9. Mendampingi siswa agar dapat mengambil keputusan berdasarkan

informasi yang benar dan bertanggungjawab atasnya;

10. Mendorong peserta didik agar dapat mempergunakan berbagai macam metode dan teknik penyelesaian masalah sebagai alternatif perilaku antibuli.

(31)

2.1.4. Tenaga Kependidikan

1. Menunjukkan keteladanan perilaku bermoral;

2. Mendukung terbentuknya relasi yang baik antara tenaga kependidikan dan pendidik;

3. Menjadi rekan kerja yang sederajat dengan para pendidik dalam pembentukan karakter peserta didik;

4. Memotivasi siswa untuk memiliki nilai tanggungjawab berkaitan dengan persyaratan administratif sekolah.

2.1.5. Tenaga Nonkependidikan

1. Menunjukkan keteladanan perilaku bermoral;

2. Menjadi pendidik informal peserta didik melalui perbuatan, percakapan, dan dialog dalam kehidupan harian sekolah;

3. Mendukung seluruh program penguatan pendidikan karakter sekolah sesuai dengan tugas dan kewajibannya.

2.1.6. Peserta Didik

1. Bertanggungjawab untuk datang ke sekolah dan mempersiapkan pembelajaran;

2. Berpartisipasi dalam kegiatan sekolah;

3. Bekerjasama dengan personalia sekolah dan rekan sebaya;

4. Mampu menerapkan keterampilan kognitif dan afektif untuk pengambilan keputusan dan pemecahan masalah;

5. Mempergunakan sumber-sumber bacaan, tulisan dan cara berpikir tingkat tinggi untuk memperkokoh dimensi penguatan pendidikan karakter;

6. Mencintai pengetahuan dan mengapresiasi sumber-sumber literatur, karya seni dan nilai-nilai kemanusiaan untuk menjalani hidup yang lebih bermakna;

7. Belajar untuk berani mengambil keputusan;

8. Mampu menghargai dan mengapresiasi diri sendiri dan orang lain, baik itu di rumah, di sekolah, maupun di dalam komunitas sekitar; 9. Mengintegrasikan pengetahuan kognitif ke dalam seluruh ranah

pembelajaran;

(32)

2.1.7. Orang Tua/Wali Murid

1. Mempersiapkan lingkungan rumah yang mendukung dan penuh cinta;

2. Membangun hubungan yang baik antara orang tua dan anak; 3. Memberikan contoh kepemimpinan dan pendampingan;

4. Memiliki sikap bersedia mendengarkan, membangun dialog, dan menunjukkan minat dan perhatian pada apa yang dikatakan dan diceritakan anak;

5. Mengajarkan pada anak bagaimana menjalani peranan dan tanggungjawab mereka sebagai anak di rumah, di sekolah, dan di dalam masyarakat;

6. Mempersiapkan anak agar siap belajar di sekolah;

7. Berbagi cerita tentang pengalaman anak selama bersekolah;

8. Bekerjasama dengan pengelola sekolah, kepala sekolah, guru, dan orang tua siswa lain melalui cara-cara kolaborasi yang baik; 9. Terlibat dalam program sekolah dan komunitas tentang penguatan

pendidikan karakter untuk meningkatkan kemampuan akademik, sosial, emosional, dan kesehatan fisik peserta didik;

10. Mengetahui apa yang dilakukan anak di lingkungan sekolah dan memahami cara-cara anak dalam mengambil keputusan ketika berhadapan dengan persoalan di lingkungan pendidikan;

11. Menjadi teman dialog tentang pemikiran, perasaan, gagasan, dan kegiatan anak;

12. Membiarkan anak merasa dicintai dan menjadi anak yang istimewa; 13. Memberikan pujian dan apresiasi atas jerih payah, usaha, dan prestasi

anak;

14. Bergembira dan bermain bersama anak.

2.1.8. Komunitas dan Organisasi Profesi

1. Mendukung lembaga pendidikan, peserta didik, dan orang tua; 2. Membangun kolaborasi untuk mengembangkan program-program

dan kegiatan pendidikan;

3. Menyediakan iklim kolaborasi yang baik untuk seluruh pemangku kepentingan;

(33)

5. Bersedia menjadi relawan untuk kegiatan sekolah seperti program pengembangan karier, perayaan-perayaan sekolah, narasumber seminar, dan menjadi guru tamu (kelas inspirasi);

6. Memulai kerjasama untuk peningkatan kualitas penguatan pembentukan karakter;

7. Ikut terlibat dalam program khusus sekolah dan menjadi anggota Komite Sekolah;

8. Menjadi tutor bagi pengembangan keterampilan hidup dasar bagi peserta didik, pengembangan kemampuan akademik, dan penguatan keterampilan teknis;

9. Memberikan kesempatan untuk magang dan bekerja;

10. Menyediakan pengalaman bagi peserta didik agar dapat mengamalkan ilmu dan keterampilannya melalui pelayanan di lingkungan kerja;

11. Menjadi mitra sekolah dalam proses pembelajaran;

12. Memberikan fasilitas dan tenaga dalam rangka pengembangan akademik dan non-akademik;

13. Memberikan apresiasi dan dukungan pengembangan program untuk guru, peserta didik, dan orang tua.

2.1.9. Pelaku Seni dan Budaya

1. Menjadi sumber belajar dengan menggunakan pengalaman praktis sebagai sumber;

2. Memberdayakan pemanfaatan berbagai taman budaya dan sanggar seni serta museum sebagai sumber belajar bersama sehingga pembelajaran PPK tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga di tempat-tempat tersebut, baik pada waktu jam belajar maupun setelah jam belajar termasuk dalam kegiatan ekstrakurikuler.

2.1.10. Pemerintah dan Pemerintah Daerah

1. Melakukan koordinasi dan kolaborasi dengan berbagai kementerian/ lembaga dan pemerintah daerah (Kemendagri, Kemenag, Kemenkes, Kemenhan, Kemendes, TNI/Polri, pemerintah provinsi/ kabupaten/kota); dan

(34)

2.1.11. Dunia Usaha dan Dunia Industri

1. Membantu mendukung berbagai program PPK melalui bantuan CSR (CorporateSocialResponsibility) yang tersedia pada umumnya di setiap DUDI;

2. Menjadi sumber belajar dalam proses pembelajaran PPK;

3. Memberikan kesempatan untuk magang dan bekerja dalam mendorong peningkatan kompetensi siswa.

2.1.12. Ikatan Alumni Sekolah

1. Memberikan fasilitas dan tenaga dalam rangka pengembangan akademik dan non-akademik;

2. Menyediakan pengalaman bagi peserta didik agar dapat mengamalkan ilmu dan keterampilannya melalui pelayanan di lingkungan kerja;

3. Ikut terlibat dalam program khusus sekolah dan menjadi anggota Komite Sekolah.

2.1.13. Media Massa (Cetak dan Elektronik) dan Media Sosial

1. Memberitakan informasi yang mendukung pada penguatan pendidikan karakter;

2. Bekerja sama dengan sekolah yang menerapkan PPK di wilayah kerja mereka;

3. Melakukan sosialisasi penguatan pendidikan karakter;

4. Melakukan inovasi dalam memperkuat penguatan pendidikan karakter;

5. Menunjukkan rasa apresiasi atas prestasi sekolah, peserta didik dan orang tua melalui pemasangan banner-banner iklan di ruang publik (billboard, radio, televisi, media cetak dan elektronik).

2.1.14. Perguruan Tinggi

1. Memulai kerjasama untuk peningkatan kualitas penguatan pendidikan karakter;

2. Membangun kolaborasi untuk mengembangkan program-program dan peningkatan kualitas guru dan siswa;

(35)

2.2. Kegiatan PPK Berbasis Kelas

2.2.1. PPK melalui Gerakan Literasi

Gerakan literasi merupakan kegiatan mengasah kemampuan mengakses, memahami, mengolah, dan memanfaatkan informasi secara kritis dan cerdas berlandaskan kegiatan membaca, menulis, menyimak, dan berbicara untuk menumbuhkembangkan karakter seseorang menjadi tangguh, kuat, dan baik. Berbagai kegiatan tersebut dilaksanakan secara terencana dan terprogram sedemikian rupa baik dalam kegiatan-kegiatan berbasis kelas maupun kegiatan-kegiatan-kegiatan-kegiatan berbasis budaya sekolah dan komunitas masyarakat. Dalam konteks kegiatan PPK berbasis kelas, kegiatan-kegiatan literasi dapat diintegrasikan ke dalam kegiatan pembelajaran dan mata pelajaran yang ada dalam struktur kurikulum. Dalam interaksi belajar-mengajar guru mata pelajaran apapun dapat mengajak siswa-siswanya membaca, menulis, menyimak, dan bahkan berbicara (antara lain presentasi dan pidato) secara teliti, cermat, dan tepat tentang suatu tema atau topik yang ada di berbagai sumber baik buku, surat kabar, media sosial maupun media-media lain. Dalam hubungan ini diperlukan ketersediaan sumber-sumber informasi di sekolah, antara lain buku, surat kabar, dan jejaring internet. Oleh sebab itu, keberadaan dan peranan pojok buku, perpustakaan sekolah, dan jaringan internet demikian penting. Di samping itu, sangat penting kreativitas guru dalam menyajikan program dan kegiatan membaca, menulis, menyimak, dan berbicara secara cerdas supaya peserta didik dapat melakukan pembatinan dan pembiasaan diri. Salah satu gerakan literasi yang bisa dikembangkan adalah Gerakan Membaca 15 Menit sebelum pelajaran dimulai. (Lihat, lampiran 1).

2.2.2. Model Pembelajaran Pendidikan Karakter Terintegrasi di dalam Kurikulum

Model pembelajaran pendidikan karakter terintegrasi dengan kurikulum adalah pembentukan karakter peserta didik yang dilakukan melalui pengajaran dan pembelajaran isi kurikulum (materi-materi pelajaran) yang diajarkan di dalam kelas.

Pendidikan karakter dalam arti ini adalah memberikan pengetahuan, menanamkan kesadaran, dan mempraktikkan nilai-nilai pendidikan karakter dalam keseluruhan proses pengajaran di dalam kelas.

(36)

pengetahuan, menanamkan kesadaran, dan mempraktikkan nilai-nilai pendidikan karakter secara langsung maupun tidak langsung dalam proses pembelajaran. Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah pengajaran terintegrasi dalam kurikulum perlu dibuat panduan khusus (Lihat, lampiran 2).

2.2.3. PPK melalui Pilihan dan Penggunaan Metode Pengajaran

Penguatan pendidikan karakter terintegrasi dalam kurikulum juga dapat dilakukan melalui pemilihan metode pembelajaran dalam Kegiatan Belajar-Mengajar (KBM). Metode pembelajaran ini akan membantu guru untuk memberikan keterampilan yang dibutuhkan peserta didikagar memiliki keterampilan yang dibutuhkan pada abad-21.

Beberapa metode yang dianjurkan adalah sebagai berikut.

1. Pembelajaran Kolaboratif (Collaborative Learning)

Melalui pembelajaran ini, peserta didik berlatih bagaimana bekerjasama dengan orang lain untuk menyelesaikan sebuah proyek bersama. Fokus nilai dan keterampilan yang menjadi sasaran dalam metode pembelajaran kolaboratif adalah kemampuan bekerjasama. 2. Metode Presentasi di Depan Kelas (Class Presentation)

Peserta didik diminta untuk mempresentasikan hasil pemikiran, tulisan, dan kajiannya di depan kelas. Nilai yang terbentuk dalam model pembelajaran ini adalah rasa percaya diri, kemampuan berkomunikasi dan menyampaikan gagasan, serta kemampuan untuk mempertahankan pendapat dalam berargumentasi. Bagi peserta didik yang berpresentasi, ia akan melatih berargumentasi. Bagi teman sekelas, teman- teman akan belajar mengkritisi sebuah argumentasi dengan memberikan argumentasi lain yang lebih rasional dan berdasarkan data. Metode ini akan memperkuat kemampuan untuk berpikir kritis dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi peserta didik.

3. Pembelajaran dengan Metode Penyelesaian Persoalan (Problem Based Learning)

(37)

4. Pemanfaatan IT

Dalam pembelajaran, peserta didik perlu memanfaatkan IT dalam rangka menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Dengan memanfaatkan IT ini kemampuan peserta didik dalam mempergunakan sarana teknologi dan komunikasi ditingkatkan. Fokus pada kegiatan ini adalah literasi digital.

5. Metode Ilmiah (Scientific Method)

Metode pembelajaran ini pada intinya menerapkan tahap-tahap pendekatan ilmiah dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran dimulai dengan kegiatan mengamati, mengumpulkan data, membuat hipotesis, menguji hipotesis, menarik simpulan, dan menyampaikan hasil penelitian. Fokus pembentukan karakter dalam metode pembelajaran ini adalah berpikir kritis dan logis dengan mempergunakan metode ilmiah yang teruji untuk memajukan ilmu.

6. Berdebat

Peserta didik perlu diberi kesempatan untuk beradu argumentasi dalam sebuah perdebatan yang topiknya dipilih secara aktual untuk memberikan kesempatan pada mereka mempertahankan argumentasi secara nalar. Fokus penguatan pembentukan karakter dalam metode ini adalah kemampuan berpikir kritis, kemampuan berkomunikasi, dan memengaruhi orang lain melalui tata cara berargumentasi yang baik.

7. Mengerjakan Proyek Bersama

Dalam proses pembelajaran, guru bisa memberi tugas pada peserta didik untuk membuat proyek bersama lintas mata pelajaran. Metode belajar ini akan meningkatkan kemampuan peserta didik untuk menghubungkan pengetahuan satu dengan yang lain, meningkatkan kemampuan bekerjasama dan menciptakan sesuatu secara baru melalui pembelajaran gotong royong.

8. Membuat Karya Tulis

(38)

9. Membuat Produk

Setiap proses pembelajaran bisa diarahkan pada produk tertentu sebagai ekspresi dari hasil pemikiran peserta didik. Kegiatan membuat produk akan membantu peserta didik mengembangkan sikap inovasi dan kreasi yang dibutuhkan untuk keberhasilan mereka di masa depan.

2.2.4. PPK melalui Manajemen Kelas

Manajemen kelas (pengelolaan kelas) adalah momen pendidikan yang menempatkan para guru sebagai individu yang berwenang dan memiliki otonomi dalam proses pembelajaran untuk mengarahkan, membangun kultur pembelajaran, mengevaluasi dan mengajak seluruh komunitas kelas membuat komitmen bersama agar proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan berhasil. Manajemen kelas yang baik akan membantu peserta didik belajar dengan lebih baik. Pengelolaan kelas yang baik akan meningkatkan prestasi belajar.

Dalam proses pengelolaan dan pengaturan kelas terdapat momen penguatan nilai-nilai pendidikan karakter, misalnya untuk menanamkan nilai kedisiplinan dan komitmen bersama, guru bersama peserta didik membuat komitmen kelas yang akan disepakati pada saat peserta didik belajar. Aturan ini dikomunikasikan dan didialogkan dengan peserta didik. Tujuan pengaturan kelas adalah agar proses pembelajaran berhasil dengan baik. Manajemen kelas yang baik membantu setiap individu berkembang dalam belajar. Aturan yang membentuk karakter, antara lain, adalah sebagai berikut.

Untuk menanamkan dan mempraktikkan nilai penghargaan satu sama lain, pada saat guru mengajar, peserta didik mendengarkan dengan baik. Bila peserta didik ingin bertanya atau berbicara, ia harus mengangkat tangannya, dan setelah diizinkan oleh guru, ia baru boleh berbicara. Jadi, pada saat seorang peserta didik berbicara, guru dan peserta didik yang lain diam mendengarkan. Ini bisa menjadi aturan umum yang perlu dibiasakan dan diingatkan kembali setiap kali memulai pelajaran.

(39)

Manajemen kelas yang baik juga bisa menjadi momen pembentukan karakter peserta didik ketika di dalam kelas terjadi konflik. Pada momen ini, guru perlu memiliki kepekaan dan kepedulian sehingga konflik di dalam kelas yang muncul justru bisa menjadi momentum kelas untuk memperkuat pembentukan karakter.

2.2.5. PPK Melalui Pengajaran Tematis

Pengajaran tematis adalah lembaga pendidikan (sekolah) mengalokasikan waktu khusus untuk mengajarkan niliai-nilai tertentu sebagai prioritas pembentukan karakter. Lembaga pendidikan mendesain sendiri tema dan prioritas nilai pendidikan karakter apa yang akan mereka tekankan. Penguatan ini diajarkan melalui mata pelajaran dan alokasi waktu khusus yang ditentukan oleh sekolah. Sekolah menyediakan mata pelajaran khusus dan guru khusus untuk mengajarkan materi yang memperkuat pendidikan karakter. Langkah-langkah mendesain Pengajaran Tematis (Lihat, lampiran 3).

2.3. Kegiatan PPK Berbasis Budaya Sekolah

Pendidikan karakter berbasis budaya sekolah termasuk di dalamnya keseluruhan tata kelola sekolah, desain kurikulum tingkat satuan pendidikan, pembuatan tata peraturan dan norma sekolah. Penguatan Pendidikan Karakter berbasis kultur sekolah berfokus pada pembiasaan dan pembentukan budaya yang merepresentasikan nilai-nilai yang menjadi prioritas lembaga pendidikan.Pembiasaan ini diintegrasikan dengan jadwal mingguan sekolah. Program PPK juga akan berimplikasi pada proses belajar selama 5 hari.

2.3.1. Jadwal Harian dan Simulasi Belajar 5 Hari

(40)

Tabel 1. Contoh Bagan Kegiatan Mingguan

Simulasi Jadwal Pembelajaran 5 Hari Sekolah

Penguatan Pendidikan Karakter juga memiliki implikasi kebijakan pembelajaran selama 5 hari. Sekolah perlu menyesuaikan kegiatan PPK dengan jadwal pembelajaran 5 hari. Struktur Kurikulum SD dalam Permen No. 57 Tahun 2016: total jam pelajaran kelas I-VI masing- masing secara berturutan adalah 30 jam pelajaran (JP), 32 JP, 34 JP, 36 JP, 36 JP, 36 JP, dan 36 JP dengan durasi masing masing adalah 35 menit.

Berikut ini adalah contoh simulasi jadwal kegiatan sekolah selama seminggu untuk jenjang Sekolah Dasar kelas I--II, Kelas IV—VI, dan jenjang Sekolah Menengah Pertama Kelas VII—IX.

SIMULASI MODEL IMPLEMENTASI PPK

Hari Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu

Penguatan Nilai Utama:

Religius, Nasionalis, Mandiri, Gotong Royong, Integritas

Kegiatan PPK bersama orang tua:

Interaksi dengan

Memulai hari dengan Upacara Bendera (Senin), Apel, menyanyikan lagu Indonesia Raya, lagu-lagu nasional, dan berdoa bersama.

Membaca buku non-pelajaran tentang PBP, cerita rakyat, 15 menit sebelum memulai pembelajaran

Kegiatan Intra-kurikuler:

Kegiatan Belajar-Mengajar

Kegiatan Ko-kurikuler dan Ekstrakurikuler sesuai minat dan bakat siswa yang dilakukan di bawah bimbingan guru/pelatih melibatkan orang tua dan masyarakat:

Kegiatan Keagamaan, Pramuka, PMR, Paskibra, Kesenian, Bahasa dan Sastra, KIR, Jurnalistik, Olahraga, dsb.

Kegiatan Pembiasaan:

Sebelum menutup hari Siswa melakukan refleksi, menyanyikan lagu daerah dan berdoa bersama * Durasi waktu tidak mengikat dan disesuaikan dengan kondisi sekolah

** Nilai-nilai karakter disesuaikan dengan GNRM, kreativitas sekolah, dan kearifan lokal

(41)

1. Contoh Jadwal Pelajaran SD/MI Kelas I SD Alokasi waktu 30 Jam Pelajaran/Minggu

2. Kelas II SD

Alokasi Waktu 32 Jam Pelajaran/Minggu Jam

Ke- Jam/Hari Senin Selasa Rabu Kamis Jumat

Nasionalis – Integritas - Gotong Royong – Mandiri – Religius 1 07.00--07.35 Pend. Agama

dan Budi Pekerti

Tematik Pend. Agama dan Budi Pekerti

Tematik Tematik

2 07.35--08.10 Pend. Agama dan Budi Pekerti

Tematik Pend. Agama dan Budi Pekerti

Tematik Tematik

3 08.10--08.45 Tematik Tematik Tematik Tematik Tematik 08.45--9.00 Istirahat

4 09.00--9.35 Tematik Tematik Tematik Tematik Tematik 5 09.35--10.10 Tematik Tematik Tematik Tematik Tematik

10.10--10.25 Istirahat

6 10.25--11.00 Tematik Tematik Tematik Tematik Tematik

Total 6 JP 6 JP 6 JP 6 JP 6 JP

Jam

ke- Jam/Hari Senin Selasa Rabu Kamis Jumat

1 07.00--07.35 Pend. Agama dan Budi Pekerti

Tematik Pend. Agama dan Budi Pekerti

Tematik Tematik

2 07.35--08.10 Pend. Agama dan Budi Pekerti

Tematik Pend. Agama dan Budi Pekerti

Tematik Tematik

3 08.10--08.45 Tematik Tematik Tematik Tematik Tematik 08.45-09.00 Istirahat

4 09.00-09.35 Tematik Tematik Tematik Tematik Tematik 5 09.35--10.10 Tematik Tematik Tematik Tematik Tematik

10.10--10.25 Istirahat

6 10.25--11.00 Tematik Tematik Tematik Tematik -7 11.00--11.35 Tematik Tematik Tematik -

(42)

3. Kelas III SD

Alokasi Waktu 34 Jam Pelajaran/Minggu

4. Kelas IV, V, VI SD

Alokasi Waktu 36 Jam Pelajaran/Minggu Jam

ke- Jam/Hari Senin Selasa Rabu Kamis Jumat

1 07.00--07.35 Pend. Agama dan Budi Pekerti

Tematik Pend. Agama dan Budi Pekerti

Tematik Tematik

2 07.35--08.10 Pend. Agama dan Budi Pekerti

Tematik Pend. Agama dan Budi Pekerti

Tematik Tematik

3 08.10--08.45 Tematik Tematik Tematik Tematik Tematik 08.45-09.00 Istirahat

4 09.00-09.35 Tematik Tematik Tematik Tematik Tematik

5 09.35--10.10 Tematik Tematik Tematik Tematik Tematik

10.10--10.25 Istirahat

6 10.25--11.00 Tematik Tematik Tematik Tematik Tematik 7 11.00--11.35 Tematik Tematik Tematik Tematik

-Total 7 JP 7 JP 7 JP 7 JP 6 JP

Jam

ke- Jam/Hari Senin Selasa Rabu Kamis Jumat

1 07.00--07.35 Pend. Agama dan Budi Pekerti

Matematika PJOK Pend. Agama dan Budi Pekerti

Matematika

2 07.35--08.10 Pend. Agama dan Budi Pekerti

Matematika PJOK Pend. Agama dan Budi Pekerti

Matematika

3 08.10--08.45 Tematik Tematik Tematik Tematik Tematik 08.45-09.00 Istirahat

4 09.00-09.35 Tematik Tematik Tematik Tematik Tematik 5 09.35--10.10 Tematik Tematik Tematik Tematik Tematik

(43)

6 10.25--11.00 PJOK Tematik Tematik Tematik Tematik 7 11.00--11.35 PJOK Tematik Tematik Tematik Tematik

11.35--11.50 Istirahat

8 11.50--12.25 - Tematik - -

-Total 7 JP 8 JP 7 JP 7 JP 7 JP

5. Kelas VII, VIII, IX SMP

Alokasi Waktu 38 Jam Pelajaran/Minggu

2.3.2. Penyelarasan Pembiasaan Nilai Sehari-hari sesuai dengan Fokus GNRM

Setiap prioritas nilai utama bisa menjadi tema yang selalu terulang dalam keseluruhan kegiatan pendidikan di sekolah. Pembiasaan nilai utama bisa dilakukan berdasarkan hari-hari dalam seminggu sehingga membantu komunitas sekolah mengingat dan menyadari adanya nilai-nilai tertentu yang perlu mereka fokuskan sebagai bahan diskusi, dialog, analisis, dan praktik di dalam keseluruhan hari tersebut.

Jam

ke-Jam/Hari

Senin Selasa Rabu Kamis Jumat

1 07.00-07.40 Pend. Agama dan Budi Pekerti

IPA Matematika PJOK IPA

2 07.40-08.20 Pend. Agama dan Budi Pekerti

IPA Matematika PJOK IPA

3 08.20-09.00 Pend. Agama dan Budi Pekerti

IPA Bahasa Indonesia

PJOK IPS

09.00-09.15 Istirahat 4 09.15-09.55 Matematika Bahasa

Inggris

Bahasa Indonesia

PPKn IPS

5 09.55-10.35 Matematika Bahasa Inggris

Seni Budaya Prakarya Bahasa Inggris 6

10.35-11.15

Matematika Seni Budaya

Seni Budaya Prakarya Bahasa Inggris 11.15-11.30 Istirahat

7 11.30-12.10 Bahasa Indonesia

PPKn IPS Bahasa Indonesia 8 12.10-12.50 Bahasa

Indonesia

PPKn IPS Bahasa Indonesia

Gambar

Tabel 1.  Contoh Bagan Kegiatan Mingguan

Referensi

Dokumen terkait

Kebijakan yang mendukung promosi cuei tangan pakai sabun di sekolah perlu didukung oleh seluruh warga sekolah dan masyarakat lingkungan sekolah termasuk dalam

Lihatlah gerakan napas yang nampak jelas di dada dan perut anak. Menghitung napas h a r u s dalam keadaan anak tenang fi angan dalam kondisi anak menangis)... Napas

Bila dilihat dari kondisi atlet taekwondo kotabumi ada beragam aspek yang mempengaruhi antara lain seperti kecepatan pada setiap teknik gerakan atau poom ,

Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan PMU di sekolah dari aspek pendanaan. adalah berkaitan dengan jumlah dana masih dianggap kurang,

Sebagai kelanjutan untuk mengukur hasil kerjanya perlu ada alat ukur yang lain, yaitu instrumen mutu pelayanan rumah sakit yang menilai dan memecahkan

V Staf Tata Usaha sedang melayani guru yang berkaitan dengan administrasi sekolah..  Staf Tata Usaha sedang melayani siswa yang berkaitan dengan

Arah restrukturisasi Polres perlu diarahkan pada penataan kembali pengelompokan fungsi yang mendukung kemitraan, kehumasan, dan layanan informasi sebagai implementasi dari model

22 Bergerombol, berpacaran, atau melakukan kegiatan lain yang tidak berhubungan dengan sekolah di lingkungan sekolah • Siswa ditegur 23 Tidak membawa buku pedoman sekolah • Siswa