BAB IV
ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS
4.1. Umum.
Bab IV ini disusun dengan maksud menguraikan seluruh aspek yang
terkait dengan upaya penyusunan naskah RPJM Kabupaten Maros 2010–2015 ini,
dengan memberikan perhatian pada ke-empat aspek yang berhubungan dengan
analisis lingkungan strategis, baik internal maupun eksternal (Kekuatan,
kelemahan, peluang dan tantangan). Keseluruhan hasil analisa dituangkan dan
digunakan sebagai masukan utama dalam menentukan faktor-faktor penentu
keberhasilan, yang kemudian berfungsi sebagai salah satu determinan untuk
merumuskan arah kebijakan, program prioritas dan strategi pencapaian sasaran.
4.2. Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Tantangan (SWOT)
Berdasarkan analisis yang dilakukan, pada lingkungan internal dan
eksternal, terdapat faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan. Faktor
yang bersifat internal, berada dalam jangkauan kapasitas pemerintah daerah
untuk mengubah atau mempengaruhinya. Sedangkan faktor yang bersifat
eksternal berada di luar jangkauan kapasitas pemerintah daerah untuk
mengubahnya.
4.2.1. Unsur Kekuatan, antara lain terdiri atas:
a. Posisi dan letak geografis Kabupaten Maros yang strategis, karena terletak
pada lokasi mata rantai jaringan transportasi utama jalur pulau Sulawesi
yang berfungsi sebagai Kabupaten transit, dan keberadaan Bandar Udara
Internasional Sultan Hasanuddin di Kabupaten Maros sebagai pintu gerbang
kawasan timur Indonesia yang memungkinkan Kabupaten Maros menjadi
daerah sentra tujuan investasi karena kemudahan akses tersebut.
b. Potensi ekonomi (industri menengah dan kecil, industri rumah tangga,
pusat pemasaran produksi pertanian, perkebunan serta perikanan dan
peternakan) yang menjanjikan prospek sebagai lokasi kawasan industri
bakunya adalah produk pertanian dan perkebunan daerah sekitarnya;
c. Tingginya komitmen pemerintah daerah dan DPRD untuk menjadikan
Kabupaten Maros sebagai salah satu daerah terbaik diantara seluruh
kabupaten dan kota di Provinsi Sulawesi Selatan;
d. Kondusifnya suasana hubungan kerja kemitraan antara Pemerintah Daerah
dengan DPRD dalam proses dan kebijakan penyelenggaraan pemerintahan
daerah;
e. Tingginya semangat kewirausahaan masyarakat Kabupaten Maros, baik
kewirausahaan pada sektor perdagangan dan jasa, industri pengolahan dan
distribusi produksinya serta kewirausahaan pada sektor pertanian,
perkebunan, perikanan dan peternakan, karena terdiri atas kumpulan
masyarakat homogen yang mengenal semangat kompetisi dalam nuansa
silaturahmi.
f. Tersedianya Lembaga Penelitian pada sektor pertanian yang memungkinkan
terjadinya inovasi dan peningkatan teknologi unggulan pada bidang
pertanian.
g. Stabilitas keamanan, di mana Kabupaten Maros dalam periode lima tahun
terakhir cukup kondusif.
4.2.2. Unsur Kelemahan, antara lain terdiri atas:
a. Kualifikasi dan kompetensi SDM Aparatur Pemerintah Daerah masih
memiliki kesenjangan dengan dinamika perubahan lingkungan strategis,
serta penempatan SDM Aparatur pada masing-masing satuan kerja
perangkat daerah masih belum dilakukan sesuai dengan kriteria kompetensi
dan kualifikasi yang dibutuhkan;
b. Tugas pokok dan fungsi masing-masing satuan kerja perangkat daerah
belum dirumuskan secara terfokus dan terukur, sehingga sulit untuk
digunakan sebagai acuan penentuan program yang menjadi kewenangan
masing-masing satuan kerja dimaksud, serta data dan statistik yang
menjadi bagian dari kewenangan masing-masing satuan kerja perangkat
penentuan target kinerja tahunan berikut dengan evaluasi capaian
kinerjanya;
c. Rencana umum tata ruang wilayah belum tersusun sesuai dengan kondisi
riil geografis dan geo-ekonomi daerah, sehingga belum mampu memberikan
gambaran tentang arah pengembangan wilayah dan penyebaran kegiatan
ekonomi baru.
d. Sarana prasara jalan, kesehatan dan perdagangan yang ada yang masih
belum memadai untuk menunjang peningkatan kesejahteraan rakyat.
e. Kurangnya promosi dan fasilitasi untuk investor yang mengakibatnya masih
rendahnya minat untuk berinvestasi di Kabupaten Maros.
f. Kurangnya kegiatan pembinaan ekonomi masyarakat, terutama pada aspek
pembinaan penentuan jenis kegiatan ekonomi yang berorientasi ekspor
serta penyediaan informasi tentang potensi pemasarannya;
g. Kondisi keuangan daerah, di mana PAD Kabupaten Maros sangat terbatas
diakibatkan belum terkelolanya sumber-sumber pendapatan secara optimal
4.2.3. Faktor Peluang, antara lain terdiri atas:
a. Terbukanya iklim dunia usaha yang kondusif dan peluang untuk menarik
investasi dalam rangka pembangunan ekonomi lokal. Dengan
memperhatikan struktur perekonomian dalam PDRB serta angka laju
pertumbuhan ekonomi, diketahui bahwa Kabupaten Maros membutuhkan
kehadiran investasi.;
b. Posisi geo-ekonomi Kabupaten Maros yang dikelilingi oleh daerah-daerah
yang memiliki potensi ekonomi yang tinggi, sehingga berpeluang untuk
menjadi
processing zone
ataucollecting point.
c. Terbentuknya kawasan pengembangan Makassar Maros Sungguminasa
Takalar (Mamminasata) di mana Kabupaten Maros menjadi salah satu
bagian dari program pengembangan tersebut.
e. Adanya kesepakatan
Millenium Development Goals
(MDGs) yang bertujuanuntuk menciptakan suatu lingkungan hidup pada level nasional dan global
yang koduksif untuk pembangunan dan mengeliminasi kemiskinan, yang
merupakan upaya untuk pemenuhan hak-hak dasar kebutuhan manusia
melalui komitmen bersama antara 189 negara anggota PBB untuk
melaksanakan 8 (Delapan) tujuan pembangunan yaitu:
1. Menanggulangi kemiskinan dan Kelaparan.
2. Mencapai pendidikan dasar untuk semua.
3. Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.
4. Menurunkan angka kematian anak.
5. Meningkatkan kesehatan ibu.
6. Memerangi penyebaran HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit-penyakit
menular lainnya.
7. Kelestarian lingkungan hidup.
8. Membangun kemitraan global dalam pembangunan.
4.2.4. Faktor Tantangan, antara lain terdiri atas:
a. Posisi kabupaten Maros yang berdampingan dengan ibukota propinsi
Makassar, dimana Makassar memiliki infrastruktur sosial ekonomi dan fisik
yang lebih memadai sehingga lebih menarik investor untuk berinestasi di
sana;
b. Belum terbangunnya kemitraan dengan pihak ketiga dalam penanaman
investasi;
b. Adanya produk produk dari luar Daya saing yang memiliki keunggulan
lebih dibandingkan dengan produk lokal;,
c. Mulai terlihatnya indikasi gejala budaya modern yang bersifat hedonistik;
d. Tidak seimbangnya struktur perekonomian dan lebih tingginya minat
pengusaha untuk menjadi rekanan pemerintah daerah daripada membuka
lapangan kegiatan ekonomi pasar.
e. Tingginya kecenderungan untuk mengembangkan sektor dunia usaha yang
semata-mata berorientasi pada keuntungan jangka pendek tanpa
f. Belum seimbangnya potensi dan semangat wirausaha masyarakat antar
sub etnik lokal, sehingga perkembangan kegiatan ekonomi yang
didominasi sub-etnik lokal tertentu berpotensi menciptakan kecemburuan
sosial antar sub-etnik;
4.3. Faktor-Faktor Penentu Keberhasilan.
Berdasarkan uraian tentang analisis lingkungan internal dan analisis
lingkungan eksternal dimaksud, terdapat sejumlah faktor yang berfungsi sebagai
determinan atau penentu keberhasilkan. Beberapa diantara faktor penentu
keberhasilan dimaksud antara lain adalah:
1. Kemitraan antara Pemda dengan DPRD dalam setiap proses pengambilan
kebijakan dan pelaksanaan program;
2. Orientasi pada pelayanan umum;
3. Penerapan kebijakan dan program otonomi desa dan peningkatan
kapasitas kelembagaan pemda;
4. Peningkatan kapasitas kelembagaan kecamatan;
5. Penerapan kebijakan investasi dengan sistem dan prosedur administratif
yang mudah dan sederhana;
6. Menjamin tegaknya hukum, keamanan, ketentraman dan ketertiban sosial
politik daerah;
7. Pembangunan dengan berorientasi pada kelestarian lingkungan hidup dan
keseimbangan ekosistem;
8. Membangun semangat kewirausahaan yang kompetitif dalam kerangka
silaturahmi sosial;
9. Membangun sistem jaringan pendidikan berjenjang melalui percontohan
pendidikan unggulan;
10. Membangun sistem jaringan pelayanan kesehatan bertingkat melalui
percontohan pusat pelayanan kesehatan unggulan;
lingkungan;
12. Mendorong pola belanja APBD ke arah sektor-sektor unggulan yang
banyak menciptakan lapangan kerja, memacu laju pertumbuhan ekonomi
dan mengolah produksi pertanian menjadi produksi setengah jadi dan