• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab I. PENDAHULUAN.rtf RPJM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bab I. PENDAHULUAN.rtf RPJM"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang selanjutnya disebut RPJM Daerah, adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima) tahun sesuai periode masing-masing pemerintah daerah.

Implementasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Pemerintah Kota Tebing Tinggi 2006 – 2025, telah memasuki tahapan Pembangunan Lima Tahun Kedua (2011-2016). Tahapan Pembangunan Lima Tahun kedua ini menjadi bagian yang integral dengan visi dan misi dalam kepemerintahan kepala daerah periode 2011 – 2016 sebagai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Pemerintah Kota Tebing Tinggi Tahun 2011 – 2016.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan tahapan pencapaian visi Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJPD) 2006-2025. RPJPD 2006-2025 secara garis besar memberikan pedoman dan arah pembangunan dalam visi dan misi untuk periode 20 tahun ke depan, dan merupakan acuan dari setiap tahap RPJMD yang berkesinambungan dan berkelanjutan. RPJMD merumuskan permasalahan, sasaran serta arah kebijakan pembangunan Kota Tebing Tinggi dalam kurun waktu 5 tahun ke depan. Dengan demikian, RPJMD 2011-2016 ini merupakan pedoman bagi seluruh komponen pemerintah, stake holders, masyarakat dan dunia usaha, dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan daerah Kota Tebing Tinggi secara sinergis, koordinatif, dan saling melengkapi.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa setiap daerah harus menyusun rencana pembangunan daerah secara sistematis, terarah, terpadu dan tanggap terhadap perubahan (Pasal 2 ayat 2), dengan jenjang perencanaan jangka panjang (20 tahun), jangka menengah (5 tahun) maupun jangka pendek atau tahunan (1 tahun). Setiap daerah (provinsi/kabupaten/kota) harus menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Meskipun dalam implementasinya ditemui berbagai masalah baik yang bersifat lokal, nasional, maupun global, namun Pemerintah Tebing Tinggi tetap konsisten untuk mengatasi kendala tersebut dan mengembangkan potensi yang ada. Titik awal pelaksanaan pembangunan yang baik dimulai dengan penyusunan perencanaan yang baik, aspiratif dan integratif.

RPJMD Pemerintah Kota Tebing Tinggi Tahun 2011–2016 merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Walikota Tebing Tinggi yang akan dilaksanakan dan diwujudkan dalam suatu periode masa jabatan. RPJMD Pemerintah Kota Tebing Tinggi Tahun 2011–2016 dalam penyusunannya berpedoman pada dokumen perencanaan pembangunan lainnya, seperti rencana tata ruang dan rencana pembangunan jangka panjang provinsi serta memperhatikan RPJP dan RPJM Nasional. Di samping itu, RPJMD Pemerintah Kota Tebing Tinggi Tahun 2011–2016 disusun dengan memperhatikan sumber daya dan potensi yang dimiliki, faktor-faktor keberhasilan, evaluasi pembangunan 5 (lima) tahun yang lalu serta isu-isu strategis yang berkembang.

(2)

Muatan dalam RPJMD Pemerintah Kota Tebing Tinggi berisi arah kebijakan keuangan daerah, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, program lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Pengertian indikatif berarti bahwa informasi, baik tentang sumber daya yang diperlukan maupun keluaran dan dampak yang tercantum di dalam dokumen rencana pembangunan jangka menengah ini, hanya merupakan indikasi yang hendak dicapai dan bersifat tidak kaku/fleksibel.

Dalam kurun waktu 2006-2010 penyelenggaraan pemerintahan daerah juga telah membawa berbagai hasil bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dan kemajuan daerah. Berbagai perubahan tersebut merupakan dampak dari pelaksanaan pembangunan kota yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Tantangan dalam lima tahun mendatang adalah mendorong percepatan pembangunan kota agar dapat mengatasi berbagai permasalahan yang masih ada terutama belum optimalnya kinerja birokrasi dalam pelayanan publik; belum terpadunya pengelolaan prasarana dan sarana transportasi, sanitasi dan energi; belum optimalnya penataan ruang dan pengelolaan lingkungan; masih adanya gangguan ketertiban sebagai akibat belum tertatanya pasar; dan masih tingginya angka pengangguran serta kemiskinan.

Berbagai tantangan pembangunan kota tersebut perlu dipecahkan secara dini, terpadu, terencana dan berkelanjutan, sesuai dengan potensi dan prioritas pembangunan. Dalam upaya menjawab tantangan pembangunan kota tersebut, Walikota/Wakil Walikota Tebing Tinggi terpilih untuk masa bakti tahun 2011-2016 telah merumuskan visi pembangunan, yaitu : MEWUJUDKAN MASYARAKAT KOTA TEBING TINGGI YANG BERIMAN, BERTAQWA, MAJU, SEJAHTERA, MANDIRI, BERKEADILAN DALAM KEBHINEKAAN

Perumusan indikator kinerja untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran dari setiap tahap kebijakan pembangunan merupakan bagian yang penting dalam perumusan RPJMD 2011-2016. Keberhasilan pencapaian sasaran pada setiap tingkatan dapat diukur dengan menggunakan indikator kinerja dan target target yang direncanakan melalui monitoring dan evaluasi kinerja pelaksanaan pembangunan akan dihasilkan informasi kinerja yang dapat menjadi masukan bagi proses perencanaan dan penganggaran dalam periode berikutnya. Dengan demikian pelaksanaan pembangunan menjadi lebih efisien, efektif, disertai dengan akuntabilitas pelaksanaan yang jelas.

Reformasi penganggaran yang dilakukan melalui penerapan Anggaran Berbasis Kinerja (Performance Based Budgeting) menghendaki struktur program pembangunan yang berbasiskan pada kinerja. Penerapannya dalam perencanaan jangka menengah Daerah (RPJMD) menghendaki adanya perumusan permasalahan, sasaran serta arah kebijakan pembangunan untuk menyelesaikan permasalahan bangsa dalam periode jangka menengah dengan sistematis dan terstruktur. Sehingga kebijakan pembangunan yang dirancang dapat terukur kinerja pelaksanaannya dan terjamin keberhasilan pencapaiannya.

1.2. Dasar Hukum Penyusunan

(3)

2) Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

4) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;

5) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025;

6) Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

7) Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional;

8) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;

9) Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggung Jawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 202, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4022);

10) Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;

11) Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah; 12) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; 13) Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang

Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan;

14) Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional;

15) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;

16) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

17) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;

18) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi;

19) Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014;

20) Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan Yang Berkeadilan;

21) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

(4)

Daerah (RPJMD) dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014;

23) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

24) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;

25) Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 54 tahun 2010, tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

26) Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 7 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2003-2018;

27) Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 12 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Utara tahun 2008 Nomor 12);

28) Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 8 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009-2013 (Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Utara tahun 2009 Nomor 19);

29) Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kota Tebing Tinggi Tahun 2006-2025;

1.3. Hubungan Antar Dokumen

Keterkaitan antar dokumen perencanaan dapat dikategorikan berdasarkan jangka waktu (Perencanaan Jangka Panjang, Perencanaan Jangka Menengah dan Perencanaan Tahunan), Rencana Tata Ruang dari Tingkat Nasional, Propinsi dan Kota. Secara substansi RPJP Nasional 2005-2025, RPJM Nasional 2009-2013, RPJMD Provinsi Sumatera Utara 2009-2013, dan RPJPD Kota Tebing Tinggi Tahun 2006-2025 menjadi acuan dalam penyusunan RPJMD Kota Tebing Tinggi Tahun 2011-2016. Dan keberadaan RPJMD ini membentuk keterkaitan secara hierarkis dengan penyusunan RKPD setiap tahunnya. Dokumen RKPD Kota Tebing Tinggi tidak dapat dipisahkan dengan dokumen perencanaan lainnya berdasarkan kerangka waktu, yaitu Rencana Jangka Panjang Daerah (20 tahun yaitu Tahun 2006-2025).

RPJMD yang merupakan dokumen perencanaan lima tahunan akan menjadi pedoman bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) didalam menyusun Rencana Strategis (Renstra) SKPD, dan akan dijabarkan kedalam perencanaan tahunan berupa Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). RKPD yang merupakan penjabaran RPJMD akan menjadi pedoman dalam penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Pemerintah Kota Tebing Tinggi untuk program/kegiatan yang akan didanai dari APBD Provinsi. Sementara Program/Kegiatan yang direncanakan untuk dibiayai dana APBN akan diserasikan dengan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) melalui Proses Musrenbang Nasional. RKP akan menjadi pedoman dalam penysunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (RAPBN).

(5)

 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Tahun 2006-2025 ditetapkan dengan Perda Nomor 15 Tahun 2011.

 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah 2011-2016

 Rencana Pembangunan Tahunan atau Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)

 Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD)

 Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD),

Mengacu pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berangkat dan disusun dari sebuah proses penjabaran atas visi, misi dan program Kepala Daerah. RPJMD berperan sebagai acuan dasar dalam menentukan arah kebijakan dan strategi pembangunan daerah yang pada intinya memuat mengenai arah kebijakan keuangan daerah, strategi pernbangunan daerah, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Sebagai suatu produk perencanaan, RPJMD tetap tidak dapat dipisahkan keberadaannya dengan dokumen perencanaan dan penganggaran lainnya. RPJMD ini terintegrasi dan merupakan satu kesatuan dengan dokumen perencanaan lainnya baik di tingkat nasional maupun daerah, terutama dengan dokumen perencanaan dan penganggaran yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah.

Adapun dokumen perencanaan dan penganggaran tersebut meliputi (1) Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), (2) Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-SKPD), (3) Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) dan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja-SKPD). Semua dokumen perencanaan sebagaimana dimaksud di atas, dari sisi waktu mencakup 3 kerangka waktu, yaitu rencana jangka panjang (20 tahun), rencana jangka menengah (5 tahun) dan rencana jangka pendek (1 tahun). Secara substansi, keberadaan RPJMD ini dengan dokumen perencanaan tersebut membentuk keterkaitan yang bersifat hierarkis, yaitu dokumen dengan jangka waktu yang lebih panjang menjadi rujukan bagi dokumen dengan jangka waktu yang lebih pendek.

(6)

Gambar 1. Proses penyusunan dan keterkaitan dokumen perencanaan

Mengacu pada Gambar. 1 dapat diketahui bahwa secara rinci hubungan RPJM dengan dokumen perencanaan dan penganggaran lainnya, adalah sebagai berikut : RPJM disusun dengan memperhatikan pokok-pokok arah kebijakan dalam RPJM Nasional dan RPJM Provinsi melalui mekanisme Musrenbang RPJM. RPJMD yang disusun didalamnya memuat mengenai visi, misi dan arah pembangunan daerah. Selanjutnya RPJMD ini menjadi pedoman bagi penyusunan RKPD Kota Tebing Tinggi dan Renja SKPD yang disusun sesuai dengan tugas dan fungsi dari tiap SKPD. RKPD ini nantinya dijabarkan ke dalam KUA/PPAS dan selanjutnya menjadi pedoman dalam penyusunan RAPBD.

(7)

Gambar 2. Bagan keterkaitan RPJMD Kota Tebing Tinggi dengan dokumen perencanaan RPJM Naional, RPJMD Provinsi dan Rencana Tata Ruang Nasional, Tata Ruang Propinsi, dan Tata Ruang Kota Tebing Tinggi.

Penelaahan RTRW dan RTRW Daerah Lainnya

Perencanaan pembangunan daerah pada prinsipnya bertujuan mengintegrasikan rencana tata ruang wilayah dengan rencana pembangunan daerah. Dalam kaitan itu, penyusunan RPJMD harus berpedoman pada RTRW. Oleh karena itu, diperlukan kegiatan penelaahan RTRW untuk menjamin agar arah kebijakan dalam RPJMD selaras dengan, atau tidak menyimpang dari arah kebijakan RTRW.

1. Penelaahan RTRW

Tata ruang merupakan perwujudan dari struktur ruang dan pola ruang. Penelaahan rencana tata ruang bertujuan untuk melihat kerangka pemanfaatan ruang daerah dalam 5 (lima) tahun mendatang berikut asumsi-asumsinya, dengan cara:

(8)

Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional. Telaahan terhadap rencana struktur ruang meliputi:

1. RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KOTA TEBING TINGGI 2012-2032

Di dalam Pedoman Kementerian PU No. 17 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kota disebutkan bahwa rencana struktur ruang wilayah kota merupakan kerangka sistem pusat-pusat pelayanan kegiatan kota yang berhirarki dan satu sama lain dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kota.

Rencana struktur ruang wilayah kota berfungsi:

1. Sebagai arahan pembentuk sistem pusat-pusat pelayanan wilayah kota yang memberikan layanan bagi wilayah kota;

a. Sebagai arahan perletakan jaringan prasarana wilayah kota sesuai dengan fungsi jaringannya yang menunjang keterkaitan antar pusat-pusat pelayanan kota; dan

2. Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan untuk 20 (dua puluh) tahun.

Rencana struktur ruang Wilayah Kota Tebing Tinggi diarahkan untuk mengakomodasi perwujudan ruang kota yang serasi dan seimbang dengan memperhatikan:

 Kinerja pusat-pusat pelayanan dengan sub pusat pelayanan kota.

 Peran sub pusat pelayanan kota disesuaikan dengan cakupan wilayah pelayanannya.

 Akses antara pusat-pusat pelayanan dengan sub pusat pelayanan kota seefektif mungkin. Sistem pusat pusat pelayanan kota secara fungsional disesuaikan dengan jenis dan hirarki kegiatan utama dan diharapkan dapat memacu dan menyeimbangkan perkembangan kota sesuai dengan struktur tata ruang.

Rencana struktur ruang wilayah kota meliputi: 1. sistem pusat pelayanan kota; dan

2. sistem jaringan prasarana kota

2. RENCANA SISTEM PUSAT-PUSAT PELAYANAN KOTA

Rencana Pengembangan Sistem Pusat-Pusat Pelayanan Wilayah Kota Tebing Tinggi terbagi atas : 1. Pusat Pelayanan Kota (PPK), yang melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional,

2. Sub Pusat Pelayanan Kota (SPPK), yang melayani sub-wilayah kota,

3. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL), yang melayani skala lingkungan wilayah kota.

Pusat Pelayanan Kota dipilih dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:

1) Memiliki potensi sebagai pusat kegiatan jasa dan perdagangan utama yang melayani seluruh Wilayah Kota Tebing Tinggi dan wilayah sekitarnya

2) Berada dalam simpul transportasi regional

(9)

a) Memiliki potensi sebagai pusat kegiatan jasa dan perdagangan yang melayani seluruh sub wilayah kota

b) Berada dalam simpul transportasi yang menghubungkan antar sub wilayah kota.

Pusat Pelayanan Lingkungan memiliki kriteria:

a) Memiliki potensi sebagai pusat kegiatan jasa dan perdagangan dalam skala lingkungan permukiman kota

b) Berada dalam simpul transportasi lingkungan permukiman

c) Lokasi pusat-pusat pelayanan lingkungan diarahkan berada di pusat-pusat perdagangan dan/atau pemerintahan skala kelurahan

Pusat Pelayanan Kota (PPK), Sub Pusat Pelayanan Kota (SPPK) dan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) diwujudkan dalam berbagai jenis sarana/fasilitas perkotaan sesuai dengan skala pelayanannya masing-masing.

2.1.1. Rencana Pusat Pelayanan Kota

Berdasarkan peran masing-masing pusat-pusat pelayanan kota tersebut, maka yang memenuhi kriteria sebagai Pusat Pelayanan Kota dengan fungsi-fungsi sebagai berikut :

3 Kegiatan perdagangan dan jasa skala regional 4 Kegiatan perkantoran pemerintahan dan swasta 5 Kegiatan industri kreatif dan non polutan 6 Kegiatan institusi pertahanan dan keamanan

7 Kegiatan pelayanan pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi 8 Kegiatan pelayanan kesehatan dalam skala regional

Pusat pelayanan kota direncanakan akan berada di Kecamatan Rambutan dan berpusat di Kelurahan Rantau Laban, Lalang dan Mekar Kelurahan Santosa dengan luas sekitar Km2.

2.2.2. Rencana Sub Pusat Pelayanan Kota

Penyebaran Sub Pusat Pelayanan Kota pada 5 (lima) lokasi dengan fungsi-fungsinya, yaitu : 1. SPPK Pasar Gambir dengan pusat di Kelurahan Pasar Gambir. SPPK ini akan memiliki fungsi

berikut :

a. Kegiatan perdagangan dan jasa skala kota

b. Kegiatan pelayanan pemerintahan dan perkantoran swasta c. Kegiatan pelayanan kesehatan skala kota

d. Kegiatan pelayanan pendidikan skala kota e. Kegiatan hunian dengan intensitas tinggi. f. Kegiatan simpul tranpsortasi kereta api antarkota

2. SPPK Bulian dengan pusat di Keluruhan Bulian akan memiliki fungsi berikut : a. Kegiatan perdagangan dan jasa dalam skala antar kecamatan,

b. Kegiatan hunian dengan intensitas sedang-tinggi, c. Kegiatan pelayanan pendidikan dasar dan menengah, d. Kegiatan pelayanan kesehatan skala antar kecamatan.

(10)

a. Kegiatan perdagangan dan jasa skala kecamatan, b. Kegiatan hunian dengan intensitas rendah-sedang, c. Kegiatanpelayanan pendidikan dasar dan menengah dan d. Kegiatan pelayanan kesehatan skala kecamatan.

4. SPPK Lubuk Baru dengan pusat di Kelurahan Lubuk Baru, Kecamatan Padang Hulu dengan fungsi berikut :

1. Kegiatan perdagangan dan jasa skala kecamatan, 2. Kegiataqn hunian intensitas rendah-sedang,

3. Kegiatan pelayanan pendidikan dasar dan menengah dan 4. Kegiatan pelayanan kesehatan skala kecamatan.

Rencana pembagian pelayanan pusat pelayanan kota dan sub pusat pelayanan Kota Tebing Tinggi dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel -1 :

Rencana Pusat-Pusat Pelayanan dengan Jenis Kegiatan Utamanya

No Hirarki

Pelayanan

Cakupan Wilayah Lokasi Pusat

Pelayann 1 Pusat

Pelayanan Kota

Seluruh Wilayah Kota Tebing Tinggi dan Kecamatan sekitarnya

Kel. Rantau Laban, Kel. Lalang Kel. Mekar Santosa 2. Sub Pusat

Pelayanan Kota Pasar Gambir

Kel. Bandar Utama, Kel. Badak Bejuang, Kel. Mandailing, Kel. Bandar Sakti, Kel. Pasar Baru, Sebagian Kel.Durian,Kel. Pasar Gambir , dan Kel. Tebing Tinggi Lama

Kel . Pasar Gambir

3. Sub Pusat Pelayanan Kota Bulian

Kel. Pinang Mancung, Kel. Teluk Karang, Kel. Berohol, Kel. Karya Jaya, Kel. Bulian.

Kel. Bulian

Kel. Deblod Sundoro, Kel. Bagelan, Kel. Persiakan, Kel. Bandarsono, Kel. Tebing Tinggi, Kel. Rambung, sebagian

Kel.Durian,Kel. Pasar Gambir , dan Kel. Tebing Tinggi Lama, Kel. Damar Sari, Kelurahan

Tambangan

Kel. Tebing Tinggi

5. Sub Pusat Pelayanan Kota Lubuk Baru

Kel. Padang Merbau, Kel. Pabatu, Kel. Lubuk Baru, Kel. Tualang, Kel. Lubuk Raya, Sebagian Kel. Bulian

Kel. Lubuk Baru dan Lubuk Raya

(11)

3. RENCANA PUSAT PELAYANAN LINGKUNGAN

Selain Pusat Pelayanan Kota dan Sub Pusat Pelayanan Kota juga akan dikembangkan Pusat Pelayanan Lingkungan yang melayani skala lingkungan atau setara dengan skala wilayah kelurahan. Pusat Pelayanan Lingkungan kota ini diarahkan akan melayani satu atau beberapa kelurahan dalam satu wilayah lingkungan pelayanan. Pusat-pusat lingkungan pada wilayah kota memiliki fungsi sebagai :

a. Pelayanan pemerintahan kelurahan, b. Pelayanan pendidikan dasar

c. Pelayanan kesehatan skala kelurahan d. Perdagangan dan jasa skala kelurahan.

Pusat Pelayanan Lingkungan yang akan dikembangkan adalah: a. PPL di Kelurahan Pabatu

b. PPL di Kelurahan Tualang

c. PPL di Kelurahan Deblod Sundoro d. PPL di Kelurahan Damarsari e. PPL di Kelurahan Tambangan Hulu f. PPL di Kelurahan Durian

g. PPL di Kelurahan Teluk Karang h. PPL di Kelurahan Berohol i. PPL di Kelurahan Bandar Sakti j. PPL di Kelurahan Sri Padang

Rencana pengembangan PPL diarahkan kepada

Pusat kegiatan jasa dan perdagangan dalam skala lingkungan permukiman kota Simpul transportasi lingkungan permukiman

Lokasi pusat-pusat pelayanan lingkungan diarahkan berada di pusat-pusat perdagangan dan/atau pemerintahan skala kelurahan

5. RENCANA SISTEM JARINGAN PRASARANA KOTA

Rencana sistem jaringan prasarana kota terdiri atas: a. rencana sistem jaringan prasarana utama; dan b. rencana sistem jaringan prasarana lainnya

Rencana sistem jaringan prasarana utama sebagaimana yang merupakan sistem jaringan transportasi, terdiri atas sistem jaringan transportasi darat. Rencana sistem jaringan transportasi darat terdiri atas:

a. Sistem jaringan jalan; dan b. Sistem jaringan perkeretaapian.

Rencana sistem jaringan prasarana lainnya terdiri atas: a. Sistem jaringan energi;

(12)

d. Infrastruktur perkotaan.

Infrastruktur perkotaan meliputi: a. sistem penyediaan air minum kota; b. sistem pengelolaan limbah kota; c. sistem persampahan kota; d. sistem drainase kota;

e. penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki; dan f. Jalur evakuasi bencana

6. RENCANA SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI DARAT

Rencana pengembangan sistem transportasi darat diarahkan untuk mendukung mobilitas orang, barang dan jasa secara internal maupun eksternal kota. Rencana pengembangan sistem jaringan transportasi Kota Tebing Tinggi 2012-2032 meliputi rencana pengembangan sistem jaringan jalan dan rel kereta api.

Rencana pengembangan sistem jaringan jalan meliputi rencana sistem jaringan berdasarkan fungsi yakni fungsi jalan arteri primer, arteri sekunder, kolektor primer, kolektor sekunder dan lokal sekunder Rencana transportasi rel kereta api merupakan bagian dari pengembangan sistem jaringan rel kereta api antarkota Pulau Sumatera

6.1. Sistem Jaringan Jalan

Sistem jaringan jalan yang direncanakan terdiri atas : 1. jaringan jalan arteri primer,

2. jaringan jalan kolektor primer 3. jaringan jalan lokal primer 4. jaringan jalan arteri sekunder, 5. Jaringan Jalan kolektor sekunder 6. Jaringan jalan lokal sekunder

Rencana pengembangan sistem jaringan jalan arteri primer meliputi :

a. Pembangunan Jalan lingkar luar utara-barat yang menghubungkan ruas jalan Gatot Subroto – Jalan AMD dengan jalan Yos Sudarso melalui wilayah Kabupaten Serdang Bedagai

b. Pembangunan Jalan lingkar luar timur-selatan ruas jalan yang menghubungkan Jalan Yos Sudarso dengan Jalan Jalan Sukarno Hatta melalui wilayah Kabupaten Serdang Bedagai

c. Pembangunan Jalan lingkar luar tenggara ruas jalan yang menghubungkan Jalan Sukarno Hatta dengan Jalan Gatot Subroto melalui ruas Jalan Baja – Jalan Abdul Hamid – Jalan Gatot Subroto Simpang Jalan AMD/lingkar luar barat melalui wilayah Kabupaten Serdang Bedagai d. Ruas jalan Batas Kabupaten Serdang Bedagai – Simpang Jl. Gatot Subroto dengan Jl. AMD e. Ruas jalan Batas Kabupaten Serdang Bedagai – Jalan Yos Sudarso simpang Jalan Lingkar Luar

Timur

f. Ruas jalan Batas Kabupaten Serdang Bedagai – Jalan Sukarno Hatta simpang Jalan Lingkar Luar Timur

g. Ruas jalan Batas Kabupaten Serdang Bedagai - Jl. Gatot Subroto Simpang Lingkar Luar Barat

(13)

a) ruas Jalan Setia Budi – perbatasan Kabupaten Serdang Bedagai ke arah Sipispis sebagai jalan Kolektor Primer 2

b) ruas jalan Letda Sudjono – perbatasan Kabupaten Serdang Bedagai ke arah Dolok Masihul sebagai jalan Kolektor Primer 3

c) ruas jalan Syech Beringin – Jalan Penghulu Tarif – perbatasan Kabupaten Serdang Bedagai ke arah Paya Pinang sebagai jalan Kolektor Primer 3

Rencana pengembangan Jaringan jalan arteri sekunder meliputi:

a) Ruas jalan Gatot Subroto simpang Jalan AMD – Jl. Ahmad Yani – Jalan Sudirman – simpang Jalan Yos Sudarso;

b) Ruas jalan Kapten F. Tandean simpang jalan AMD – Jalan Suprapto – Jalan Sutomo simpang Jalan Imam Bonjol;

c) Ruas jalan Sisingamangaraja – Jalan Sutoyo – Jalan Diponegoro – Jalan Imam Bonjol;

d) ruas jalan Yos Sudarso – Jalan Gunung Leuser – Jalan Ir. H Djuanda – Jl. Musyawarah – JL. Belibis – sebagian jalan Letda Sudjono;

e) Peningkatan ruas jalan Simpang Jl Gatot Subroto – Jl AMD dengan ruas jalan Simpang Jl. A. Yani – Jl. Sei Lubuk Raya;

f) Peningkatan ruas jalan Simpang Jl. A. Yani – Jl. Sei Lubuk Raya dengan ruas jalan Simpang Jl. Diponegoro – Jl. Sutoyo; dan

g) Peningkatan ruas jalan Simpang Jl. Diponegoro – Jl. Sutoyo dengan ruas jalan Simpang. Jl. Moh. Yamin – Jl. Sukarno Hatta.

Rencana pengembangan jaringan jalan kolektor sekunder meliputi: a. Ruas jalan Dr. Hamka

b. Ruas jalan Bah Bolon c. Ruas Jalan Kumpulan Pane d. Ruas jalan Pahlawan

e. Ruas jalan DI Panjaitan – jalan Deblod Sundoro

f. Ruas Jalan Abdul Rahim Lubis – Jalan Syech Beringin simpang jalan Baja g. Ruas Jalan Ir. H Djuanda

h. Ruas jalan Gunung Krakatau i. Ruas jalan Pramuka

j. Peningkatan ruas jalan Pulau Sumatera simpang jalan Gatot Subroto Jalan Pulau Pinang -jalan Peringgan - -jalan Asrama – -jalan Abdul Hamid simpang -jalan lingkar luar tenggara k. Pembangunan ruas jalan yang menghubungkan Jalan Baja – Jalan Imam Bonjol melalui

Kelurahan Damarsari

l. Pembangunan ruas jalan yang menghubungkan jalan AMD – Jalan Bah Bolon melalui Jalan Kelapa Sawit dan melalui wilayah Kelurahan Bulian dan kelurahan Pelita

Rencana Pengembangan jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f meliputi: a) Pengembangan jalan lingkar luar barat yang meliputi : ruas jalan Gatot Subroto – Jalan AMD

-jalan Yos Sudarso melalui wilayah Kabupaten Serdang Bedagai;

b) Pengembangan Jalan lingkar luar timur yang meliputi : ruas jalan Yos Sudarso - Jalan Jalan Sukarno Hatta melalui wilayah Kabupaten Serdang Bedagai;

(14)

d) Pengembangan jalan yang menghubungkan Jalan Baja – Jalan Imam Bonjol melalui Kelurahan Damarsari; dan

e) Pengembangan jalan yang menghubungkan jalan AMD – Jalan Bah Bolon melalui Jalan Kelapa Sawit dan melalui wilayah Kelurahan Bulian dan kelurahan Pelita.

6.2. Jaringan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan (LLAJ) terdiri atas: a. Terminal penumpang; dan

b. Terminal barang.

Terminal penumpang meliputi:

a. Terminal Tipe A Bandar Kajum di Kelurahan Rantau Laban Kecamatan Rambutan;

b. Pengembangan Terminal Tipe C Persimpangan Bulian di Kelurahan Bulian Kecamatan Bajenis; dan

c. Pengembangan terminal Tipe C di Kelurahan Lubuk Raya Kecamatan Padang Hulu

Terminal barang meliputi:

a. pengembangan terminal barang di Kelurahan Damarsari Kecamatan Padang Ilir; dan b. pengembangan terminal barang di Kelurahan Bulian Kecamatan Bajenis.

Jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan (LLAJ) terdiri atas: a. Jaringan trayek angkutan orang; dan

b. Jaringan lintas angkutan barang.

Jaringan trayek angkutan orang meliputi:

a. Terminal Bandar Kajum – SPPK Pasar Gambir – Kelurahan Pabatu;

b. Terminal Persimpangan Bulian – SPPK Pasar Gambir – Jalan Syech Beringin; c. Terminal Bandar Kajum – Stasiun KA – Jalan Syech Beringin; dan

d. Terminal Lubuk Raya – Jalan AMD – Terminal Persimpangan Bulian – Jalan Gunung Lauser – Terminal Bandar Kajum – Jalan Yos Sudarso – Jalan Soekarno Hatta – Jalan Tambangan – Jalan Baja – Jalan Syech Beringin

Jaringan lintas angkutan barang meliputi:

a. Jalan Soekarno Hatta – Jalan Tambangan - Jalan Baja - Terminal Barang Damarsari – Jalan Syech Beringin

b. Jalan Gatot Subroto – Jalan AMD – Terminal Barang Bulian – Jalan Gunung Lauser

6.3. Sistem Jaringan dan Angkutan Rel Kereta Api

Rencana pengembangan sistem jaringan dan angkutan rel kereta api diarahkan untuk melayani transportasi penumpang dan barang termasuk hasil industri perkebunan utama seperti kelapa sawit dan hasil pertanian dari Kawasan Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan. (KADTBB).

Sistem jaringan perkeretaapian meliputi : a. Jalur kereta api umum; dan

(15)

Jalur kereta api umum meliputi :

a. Jalur kereta api Medan – Kuala Namu – Tebing Tinggi – Kisaran – Rantau Parapat yang melalui Kelurahan Bagelen, Deblodsundoro, Kelurahan Rambung, Kelurahan Satria, Kelurahan Sri Padang, Kelurahan Tanjung Merulak, Kelurahan Lalang, danKelurahan Mekar Sentosa ;

b. Jjalur kereta api Medan – Tebing Tinggi – Pematangsiantar yang melalui Kelurahan Deblosundoro, Kelurahan Bandarsono, Kelurahan Padang Merbau, dan Kelurahan Pabatu; dan c. Pengembangan jaringan rel KA dari Tebing Tinggi – Pematangsiantar – Merek yang

merupakan perpanjangan jalur kereta api Tebing Tinggi – Pematangsiantar.

Stasiun kereta api meliputi peningkatan Stasiun KA Tebing tinggi di Kelurahan Rambung Kecamatan Tebing Tinggi.

7. RENCANA SISTEM JARINGAN PRASARANA LAINNYA

7.1. Rencana Sistem Jaringan Energi

Rencana sistem jaringan energi meliputi:

a. Pembangkit listrik;

b. Jaringan prasarana energi yang mencakup:

1. Jaringan transmisi tenaga listrik;

2. Jalur distribusi energi kelistrikan; dan

3. Rencana sistem alternatif sumber daya lainnya.

Pembangkit listrik meliputi PLTU Sicanang Belawan di Kota Medan dengan kapasitas 94.142 MWatt . Jaringan transmisi tenaga listrik meliputi Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) dengan kapasitas kurang lebih 500 KV melalui Kelurahan Pinang Mancung Kecamatan Bajenis.

Jalur distribusi energi kelistrikan meliputi:

a. Gardu induk di wilayah Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai dengan kapasitas 50 MWatt;

b. Pengembangan Gardu Induk baru di Kecamatan Bajenis dengan kapasitas 6 KVA;

c. jaringan distribusi primer melalui Kelurahan Rantau Laban, Kelurahan Lalang, Kelurahan Tanjung Merulak, Kelurahan Sri Padang, Kelurahan Badang Bejuang, Kelurahan Pasar Baru, Kelurahan Mandailing, Kelurahan Durian, Kelurahan Pelita, Kelurahan Lubuk Baru, Kelurahan Pinang Mancung, Kelurahan Bulian;

d. jaringan distribusi sekunder melalui Kelurahan Tambangan, Kelurahan Tambangan Hulu, Kelurahan Damasari, Kelurahan Tebing Tinggi, Kelurahan Bagelen, Kelurahan Persiakan, Kelurahan Pasar Gambir dan Kelurahan Tebing Tinggi Lama.

8. RENCANA SISTEM JARINGAN TELEKOMUNIKASI

Rencana sistem jaringan telekomunikasi meliputi : a. Sistem jaringan kabel

b. Sistem jaringan nirkabel

(16)

a. jaringan primer; b. jaringan sekunder;

c. bangunan pengelolaan jaringan telepon; dan d. rencana pengembangan pelayanan telepon

Jaringan primer meliputi:

a. Jaringan primer pada ruas Jalan Yos Sudarso; b. Jaringan primer pada ruas Jalan Sudirman; c. Jaringan primer pada ruas Jalan Ahmad Yani; d. Jaringan primer pada ruas Jalan Gatot Subroto; e. Jaringan primer pada ruas Jalan Suprapto; dan f. Jaringan primer pada ruas Jalan Sutomo.

Jaringan sekunder meliputi:

a. Jaringan sekunder pada ruas Jalan Imam Bonjol; b. Jaringan sekunder pada ruas Jalan Sutoyo;

c. Jaringan sekunder pada ruas Jalan Sisingamangaraja; d. Jaringan sekunder pada ruas Jalan Suprapto;

e. Jaringan sekunder pada ruas Jalan Gunung Leuser; f. Jaringan sekunder pada ruas Jalan H. Djuanda; g. Jaringan sekunder pada ruas Jalan Musyawarah; h. Jaringan sekunder pada ruas Jalan F. Tendean; dan i. Jaringan sekunder pada ruas Jalan AMD

Bangunan pengelolaan jaringan telepon meliputi pengembangan Stasiun Telepon Otomatis (STO) di Kelurahan Satria Kecamatan Padang Hilir. Rencana pengembangan pelayanan telepon meliputi pengembangan pelayanan telepon kabel sebesar 5.467 satuan sambungan telepon.

Sistem jaringan nirkabel meliputi: a. menara telekomunikasi bersama; dan b. pelayanan jaringan internet hotspot.

Menara telekomunikasi bersama lebih lanjut diatur melalui Peraturan Walikota. Pelayanan jaringan internet hotspot dikembangkan di PPK dan SPK.

9. RENCANA SISTEM JARINGAN PRASARANA SUMBER DAYA AIR

Sistem Jaringan sumber daya air meliputi : a. Wilayah Sungai;

b. Cekungan air tanah (CAT); c. Jaringan irigasi;

d. Prasarana air baku untuk air bersih; dan e. Sistem pengendalian banjir.

Wilayah sungai meliputi:

a. Wilayah Sungai Nasional Belawan – Ular – Padang yaitu Daerah Aliran Sungai Lintas Kabupaten/Kota di Sumatera Barat;

(17)

d. Sungai Kelembah; e. Sungai Bahilang; f. Sungai Sigiling; dan

g. Pengembangan sistem reservoir di Kelurahan Tanjung Marulak, Kelurahan Rambung, Kelurahan Tambangan, Kelurahan Rantau Laban, Kelurahan Tebing Tinggi 2.000 meter kubik yang dilengkapi dengan booster pump.

Cekungan Air Tanah (CAT) meliputi CAT Medan yang merupakan CAT lintas kabupaten.

Jaringan irigasi meliputi:

a. DI Bulian Kelurahan Bulian dan Kelurahan Lubuk Baru seluas 300 hektar; dan b. DI Pinang Mancung di Kelurahan Pinang Mancung seluas 280 hektar

Prasarana air baku untuk air bersih meliputi Sungai Sei Padang.

Sistem pengendalian banjir sebagaimana dimaksud padaayat (1) huruf e meliputi : a. Normalisasi Sungai Padang sepanjang 6 Km pada sebelah hulu sungai Sibarau, b. Pembangunan talud di sepanjang sempadan Sungai Padang sebelah kiri dan kanan.

c. Pembangunan talud sepanjang Sungai Sibarau dari mulai perbatasan Kabupaten Serdang Bedagai sampai pertemuan dengan Sungai Padang.

d. Pembangunan talud sepanjang Sungai Kelembah dari mulai perbatasan Kabupaten Serdang Bedagai sampai pertemuan dengan Sungai Padang.

e. Pembangunan talud di sepanjang sempadan Sungai Bahilang sebelah kiri dan kanan. f. Normalisasi sepanjang Sungai Bahilang sampai pertemuan dengan sungai Padang, g. Normalisasi sepanjang Sungai Sigiling disertai pembuatan Talud kanan-kiri sungai.

h. Normalisasi/pengerukan sedimentasi pada aliran sungai dan pengerukan sedimentasi drainase pada kawasan rawan bencana

10. RENCANA SISTEM INFRASTRUKTUR PERKOTAAN

10.1. Rencana Sistem Penyediaan Air Minum

Sistem penyediaan air minum kota sebagaimana dimaksud pasal 15 huruf a meliputi : a. Sistem jaringan perpipaan; dan

b. Sistem jaringan nonperpipaan.

Sistem jaringan perpipaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi : a. Instalasi Pengolahan Air (IPA) meliputi:

1. IPA I Jalan Kapten F. Tandean dengan kapasitas produksi 60 liter per detik; dan 2. IPA II Jalan Kutilang dengan kapasitas produksi 80 liter per detik;

3. Pengembangan Instalasi Pengolahan Air (IPA) dengan kapasitas produksi 20 l/det pada Instalasi Pengolahan Air 2 di Kecamatan Bajenis;

b. Jaringan pipa transmisi meliputi:

1. jalur barat yang melalui Kelurahan Tanjung Merulak, Kelurahan Karya jaya, Kelurahan Berohol

(18)

Kelurahan Rambung, Kelurahan Deblod Sundoro dan Kelurahan Bagelen; dan

3. jalur timur yang melalui Kelurahan Satria, Kelurahan Tambangan, Kelurahan Sri Padang;

4. pengembangan jalur barat yang melalui Kelurahan Bulian, Kelurahan Berohol, Kelurahan Karya Jaya, Kelurahan Tanjung Merulak; dan

5. pengembangan jalur pusat kota yang melalui Kelurahan Pasar Baru, Kelurahan Badak Bejuang, Kelurahan Tebing Tinggi Lama, Kelurahan Satria.

6. Pengembangan Booster Pump (BP) di seputar Jalan Gunung Leuser dan pemasangan jaringan transmisi dari IPA ke BP;

7. Pengembangan Booster Pump (BP) dan Reservoir dengan kapasitas 300 m³ di Jalan Gunung Leuser;

c. Jaringan pipa distribusi meliputi:

1. jalur utara yang melalui Kelurahan Mekar Sentosa, Kelurahan Rantau Laban, Kelurahan Lalang, Kelurahan Tanjung Merulak;

2. jalur timur yang melalui Kelurahan Tambangan Hulu, Kelurahan Damarsari, Kelurahan Tebing Tinggi,;

3. jalur selatan yang melalui Kelurahan Bagelen, Kelurahan Deblosundoro, Kelurahan Persiakan;

4. jalur barat yang melalui Kelurahan Bulian, Kelurahan Pinang Mancung, Kelurahan Berohol, Kelurahan Karya Jaya;

5. jalur pusat kota yang melalui Kelurahan Bandar Utama, Kelurahan Badak Bejuang, Kelurahan Pasar Baru, Kelurahan Durian, Kelurahan Mandailingm, Kelurahan Pasar Gambir, Kelurahan Bandarsono, Kelurahan rambung, Klurahan Tebing Tinggi Lama; 6. pengembangan jalur selatan yang melalui kelurahan Pabatu, Kelurahan Lubuk Raya,

Kelurahan Lubuk Baru, Kelurahan Tualang dan Kelurahan Bandarsono;

7. pengembangan jalur timur melalui kelurahan Bagelen, Kelurahan Deblodsundoro, Kelurahan Rambung, Kelurahan Tebing Tinggi, Kelurahan Tebing Tinggi Lama; 8. pengembangan jalur utara yang melalui Kelurahan Sri Padang, Kelurahan Lalang,

Kelurahan Rantau Laban;

9. pengembangan jalur barat yang melalui Kecamatan Bajenis

10. pengembangan jaringan distribusi secara bertahap sepanjang ± 3.600 meter di Kecamatan Bajenis, Kecamatan Rambutan, Kecamatan Padang Hulu dan Kecamatan Padang Hilir;

11. Pengembangan alternatif sumber air baku

Sistem non perpipaan berupa sumur air tanah berkontribusi pelayanan sebesar 20%

10.2. Rencana Sistem Pengolahan Air Limbah

Sistem pengelolaan air limbah sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 huruf b meliputi: a. sistem pengelolaan air limbah setempat (on-site system); dan

b. sistem pengelolaan air limbah terpusat (off-site system).

Sistem pengelolaan air limbah setempat (on-site system) meliputi pengembangan Sistem pengelolaan limbah B3 di Kelurahan Tebing Tinggi Kecamatan Tebing Tinggi

(19)

a. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) pada RS Umum Dr. Kumpulan Pane Kelurahan Pasar Baru, Kelurahan Tebing Tinggi, Kelurahan Tanjung Merulak, Kelurahan Satria, Kelurahan Bandar Utama, Kelurahan Sri Padang dengan kapasitas 720 m3/hari;

b. Pengembangan IPAL komunal di Kelurahan Badak Bejuang, Kelurahan Bandar Utama, Kelurahan Pasar Baru, Kelurahan Bandar Sakti, Kelurahan Bandarsono, Kelurahan Mandailing, Kelurahan Pasar Gambir Kelurahan Tebing Tinggi Lama dan Kelurahan Persiakan dengan kapasitas 2.100 m3/hari; dan

c. Pengembangan Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT) di Kecamatan Padang Hilir dengan kapasitas sampai dengan 400 m3/hari.

10.3. Rencana Sistem Persampahan

Sistem pengolahan persampahan kota Tebing Tinggi meliputi : a. Tempat pemprosesan akhir (TPA) regional;

b. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST); dan c. Tempat penampungan sementara (TPS).

Tempat pemprosesan akhir (TPA) regional berada di Kelurahan Serbajadi Kabupaten Serdang Bedagai dengan luas kurang lebih 20 hektar dan di Kabupaten Simalungun dengan luas kurang lebih 30 hektar dengan menggunakan sistem sanitary landfill

Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) berada di Kecamatan Padang Hilir dengan luas kurang lebih 5 hektar.

Tempat pengolahan sampah sementara (TPS) sebagaimana berada di kelurahan Lubuk Raya, Kelurahan Lubuk Baru, Kelurahan Tualang, Kelurahan Bagelen, Kelurahan Deblodsundoro, Kelurahan Rambung, Kelurahan Pasar Gambir, Kelurahan Tebing Tinggi Lama, Kelurahan Pasar Baru, Kelurahan Bandar Utama, Kelurahan Bandar Sakti, Kelurahan Satria, Kelurahan Bulian Kelurahan Berohol, Kelurahan Tanjung Merulak, Kelurahan Sri Padang, Kelurahan Tambangan, Kelurahan Tambangan Hulu, Kelurahan Lalang, Kelurahan Rantau Laban dan Kelurahan Mekar Sentosa.

Peningkatan kinerja Tempat Pengolahan Sementara (TPS) dilakukan dengan menggunakan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle).

10.4. Rencana Sistem Drainase

Rencana sistem drainase kota ayat meliputi : a. jaringan drainase primer;

b. jaringan drainase sekunder; dan c. jaringan drainase tersier.

Jaringan drainase primer meliputi Sodetan debit aliran S. Bahilang dengan sistem ecodrain melalui Kelurahan Tualang, Kelurahan Persiakan, Kelurahan Bandarsono, Kelurahan Mandailing, Kelurahan Pasar Baru, Kelurahan Badak Bejuang, Kelurahan Bulian, Kelurahan Teluk Karang, Kelurahan Berohol, Kelurahan Bandar Sakti, Kelurahan Bandar Utama, Kelurahan Sri Padang, Kelurahan Tambangan, Kelurahan Tanjung Marulak Hilir, dan Kelurahan Tambangan Hulu

(20)

a. Saluran pada jalan jalan Gatot Subroto, Jalan Yos Sudarso, Jalan Sukarno Hatta, jalan Ahmad Yani – Jalan Sudirman jalan Kapten F. Tandean Jalan Suprapto – Jalan Sutomo -Sisingamangaraja – Jalan Sutoyo – Jalan Diponegoro – Jalan Imam Bonjol - Jalan Gunung Leuser – Jalan Ir. H Djuanda – jalan Musyawarah – jalan Belibis – jalan Letda Sudjono - Jl. A. Yani – Jl. Sei Lubuk Raya – jalan Diponegoro – jalan Sutoyo - Jl. Moh. Yamin – Jl. Sukarno Hatta; dan

b. Pengembangan saluran pada jalan lingkar luar barat, jalan lingkar luar timur, dan jalan lingkar luar tenggara.

Jaringan drainase tersier sebagaimana ditetapkan di saluran-saluran berskala pelayanan lokal dan lingkungan yang menyebar di seluruh wilayah kota.

Rencana pengelolaan jaringan drainase meliputi :

a. Normalisasi dan pengerukan sedimen saluran drainase primer; dan

b. Membangun retarding basin dan retarding pond yang dilengkapi dengan pompa air di Kelurahan Tualang Kecamatan Padang Hulu.

10.5. Rencana Penyediaan dan Pemafaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Bagi Pejalan Kaki

Penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalan bagi pejalan kaki meliputi : a. Jalan KL. Yos Sudarso, Jalan Sisingamangara, Jalan Gatot Subroto, Jalan Ahmad

Yani, Jalan Sudirman, Jalan Sutoyo, Jalan Imam Bonjol, Jl. Letda S. Parman.

b. Pengembangan di jalan Gunung Leuser, Jalan Ir. H. Djuanda, jalan Dr. Hamka, jalan Durian, Letda Sujono

Rencana pengelolaan prasarana jalur pejalan kaki meliputi :

a. Penanaman pohon pelindung dan penyediaan kelengkapan pejalan kaki b. Penyediaan jalur pejalan kaki bagi penyandang cacat

c. Memadukan penyediaannya dengan lokasi perhentian angkutan umum

10.6. Rencana Jalur Evakuasi Bencana

Jalur evakuasi bencana meliputi :

a. Jalan Gunung Leuser – Jalan Djuanda menuju Lapangan Olah Raga Merulak

b. Jalan Sukarno Hatta, Jalan Imam Bonjol, jalan Sutomo, jalan Sutoyo menuju Stasiun Kereta Api

c. Jalan Deblod Sundoro, Jalan Pahlawan, Jalan Sudirman menuju Lapangan Merdeka di Kelurahan Rambung

d. Jalan Gatot Subroto, Jalan Sisingamangaraja, Jalan Ahmad Yani menuju Lapangan Olah Raga di Kelurahan Durian

b.Menelaah rencana pola ruang

(21)

Rencana pola ruang wilayah Kota Tebing Tinggi meliputi rencana kawasan lindung dan kawasan budidaya. Pengertian kawasan lindung disini merupakan wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Sedangkan pengertian kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan.

Rencana Pola Ruang Wilayah Kota Tebing Tinggi diwujudkan i kedalam: a. Kawasan Lindung yang meliputi:

1) Kawasan perlindungan setempat yakni sempadan sungai 2) Kawasan RTH Kota

3) Kawasan cagar budaya

4) Kawasan rawan bencana alam b. Kawasan Budidaya yang meliputi:

1) Kawasan Peruntukan Perumahan 2) Kawasan Peruntukan Jasa Perdagangan 3) Kawasan Peruntukan Jasa Perkantoran 4) Kawasan Peruntukan Industri

5) Kawasan Peruntukan Jasa Pariwisata

6) Kawasan Peruntukan Ruang Terbuka Non Hijau 7) Kawasan Peruntukan ruang bagi Sektor Informal 8) Kawasan Peruntukan Ruang Evakuasi Bencana

9) Kawasan Peruntukan lainnya yang terdiri dari fasilias pelayanan umum dan kawasan khusus (pertahanan dan keamanan)

1. RENCANA KAWASAN LINDUNG

1.1. Kawasan Perlindungan Setempat

Berdasarkan kondisi fisik wilayah termasuk kondisi topografi, iklim, air bawah permukaan, sungai, kepekaan tanah dan sistem sarana dan prasarana wilayah Kota Tebing Tinggi maka kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan lindung adalah kawasan sempadan sungai (kawasan perlindungan setempat).

Fungsi sempadan sungai adalah untuk mempertahankan kelestarian dan fungsi sungai. Yang dimaksud dengan sempadan sungai yaitu adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai buatan, kanal, dan saluran irigasi primer. Adapun perlindungan terhadap sempadan sungai ditujukan untuk melindungi sungai dari aktivitas manusia yang dapat mengganggu dan merusak air sungai, kondisi fisik daerah pinggiran dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai.

Kawasan perlindungan setempat meliputi Kawasan Sempadan Sungai, Kawasan sempadan sungai meliputi sempadan sungai bertanggul dengan luas kurang lebih 330 hektar meliputi:

1. Sungai Bahilang; 2. Sungai Sei Padang; 3. Sungai Kelembah; 4. Sungai Sibarau; dan 5. Sungai Sigiling.

(22)

Penetapan Sempadan sungai sebagaimana ditetapkan dengan kriteria:

a. Penetapan garis sempadan sungai untuk sungai bertanggul didalam kawasan perkotaan disesuaikan dengan Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK).

b. Penetapan garis sempadan sungai untuk sungai tidak bertanggul didalam kawasan perkotaan ditetapkan antara 10-15 meter dihitung dari tepi sungai.

c. Penetapan garis sempadan sungai untuk sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan ditetapkan antara 25-50 meter dihitung dari tepi sungai.

Rencana perwujudan kawasan perlindungan setempat meliputi:

a. Pembuatan tata batas kawasan dan pembuatan papan peringatan dan larangan

b. Melakukan rehabilitasi lahan pada kawasan yang telah rusak

c. Melakukan pembebasan lahan pada kawasan yang termasuk lahan milik Negara

d. Pengembangan jalur inspeksi dan pembangun tembok penahan dari daya rusak air

1.2. Kawasan Ruang Terbuka Hijau Kota

Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur dimana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan. Kawasan ruang terbuka hijau selain berfungsi sebagai paru-paru kota, juga berfungsi sebagai salah satu unsur pembentuk struktur tata ruang kota.

Ditinjau dari fungsinya, maka RTH memiliki fungsi sebagai:

a. Fungsi orologi, yakni sebagai pencegah erosi, debu dan longsor

b. Fungsi hidrologi, dapat menjgga kestabilan dari tanah dimana dalam hal ini permukaan tanah bebas dari perkerasan

c. Fungsi estetika, dapat membentuk nilai pandang yang indah

d. Fungsi klimatologi dapat menciptakan iklim mikro yang sejuk dan nyaman oleh adanya faktor air dan vegetasi alam.

e. Fungsi ekologi dapat menciptakan keserasian hubungan antara manusia dan sekitarnya f. Fungsi kesehatan yakni dapat mengurangi pencemaran

g. Fungsi sosial dapat menciptakan suasana lingkungan sehat dan nyaman serta dapat mengurangi ketegangan.

Pengembangan ruang terbuka dan jalur hijau dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup di Kota Tebing Tinggi. Pada kenyataannya, ruang terbuka dan konservasi dapat berfungsi sebagai kawasan rekreasi, olah raga, jalur hijau, taman, kawasan resapan air, perkuburan, dan sebagainya. Peranan ruang terbuka hijau dalam konteks pemanfaatan ruang kota adalah sebagai pelestari keseimbangan ekologis wilayah perkotaan dalam bentuk paru-paru kota. Peningkatan kualitas lingkungan dapat dilakukan dengan mempertahankan dan menambah kawasan ruang terbuka hijau.

(23)

a. RTH Publik; dan

b. RTH Privat.

RTH publik yang telah ada di Kota meliputi kawasan seluas kurang lebih 72,49 hektar atau 1,89 persen dari luas wilayah kota yang terdiri atas:

a. Taman kota tersebar di Kecamatan Rambutan, Kecamatan Tebing Tinggi Kota, Kecamatan Padang Hilir dengan luas kurang lebih 21,13 hektar;

b. Pemakaman umum di KecamatanPadang Hilir, Kecamatan Padang Hulu, Kecamatan Padang Hilir, Kecamatan Tebing Tinggi Kota dan Kecamatan Bajenis dengan luas kurang 51,36 ha;

RTH privat meliputi kawasan seluas kurang lebih 653,5 hektar atau 17 persen dari luas kota yang terdiri atas:

a. RTH pekarangan rumah tinggal seluas kurang lebih 579,4 hektar;

b. RTH kawasan peruntukan perdagangan dan jasa seluas kurang lebih 43,5 hektar; c. RTH kawasan peruntukan industri seluas kurang lebih 5,7 hektar; dan

d. RTH kawasan peruntukan perkantoran seluas kurang lebih 6,9 hektar.

Rencana pengembangan RTH Kota terdiri atas:

a. RTH publik seluas kurang lebih 696,3. hektar atau 18,11 persen dari luas kota meliputi:

1. Taman kota di Kecamatan Tebing Tinggi , Kecamatan Rambutan, Kecamatan Bajenis, Kecamatan Padang Hilir seluas kurang lebih 29,5 hektar ;

2. Taman hutan raya di Kecamatan Padang Hilir seluas kurang lebih 302 hektar;

3. RTH Taman Kota di Kecamatan Bajenis, Kecamatan Rambutan, Kecamatan Padang Hulu, Kecamatan Padang Hilir, Kecamatan Tebing Tinggi Kota seluas kurang lebih 89 hektar;

4. RTH Jalur Hijau di Kecamatan Bajenis, Kecamatan Padang Hulu, Kecamatan Padang Hilir, Kecamatan Tebing Tinggi Kota, Kecamatan Rambutan, seluas kurang lebih 270,8 hektar;

5. RTH Area Penyangga TPA di Kecamatan Padang Hilir seluas 5 hektar. b. RTH privat seluas kurang lebih 17,9 hektar atau 0,4 persen dari luas kota meliputi:

1. Mempertahankan RTH privat yang sudah ada; dan

2. Mengembangkan RTH Pekarangan di Kecamatan Bajenis seluas kurang lebih 17,9 hektar.

1.3. Kawasan Cagar Budaya

Kawasan cagar budaya adalah kawasan yang didalamnya terdapat hasil budaya manusia bernilai tinggi yang dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Tujuan ditetapkan kawasan cagar budaya di Wilayah Kota Tebing tinggi adalah untuk melestarikan bangunan-bangunan bersejarah yang memberikan nilai sejarah perkembangan sosial-ekonomi dan budaya Kota Tebing-tinggi.

(24)

Agar dapat dilestarikan nilai-nilai sejarah sosial-ekonomi dan budaya maka Lokasi Kawasan Cagar Budaya yang dipertahankan bentuk bangunannya adalah di Kawasan Kelurahan Tebing Tinggi Lama.

Kawasan cagar budaya meliputi:

a. kawasan Tebing Tinggi Lama di Kelurahan Tebing Tinggi Lama Kecamatan Tebing Tinggi;

b. Makam Datuk Bandar Kajum di Kelurahan Tebing Tinggi Lama Kecamatan Tebing Tinggi;

c. Koridor Bangunan Bersejarah Jalan T. Imam Bonjol-Dr Sutomo-Lapangan Merdeka-Letjen Suprapto-Kapten Tandean di Kelurahan Tebing Tinggi Lama dan Pasar Gambir Kecamatan Tebing Tinggi; dan

d. kompleks bangunan bersejarah di Kelurahan Sri Padang Kecamatan Rambutan.

Rencana perwujudan kawasan cagar budaya melalui :

a. Pelestarian bangunan dan lingkungan b. Revitalisasi bangunan dan lingkungan

c. Pengelolaan dan perawatan benda cagar budaya dan lingkungan

1.4. Kawasan Rawan Bencana Alam

Kawasan rawan bencana meliputi :

a. kawasan rawan bencana alam banjir; dan b. kawasan rawan bencana kebakaran.

Kawasan rawan banjir meliputi:

a. Kelurahan Tualang

b. Kelurahan Persiakan, Kelurahan Bandarsono

c. Kelurahan Mandailing

d. Kelurahan Pasar Gambir

e. Kelurahan Pasar Baru

f. Kelurahan Tebing Tinggi Lama g. Kelurahan Badak Bejuang

h. Kelurahan Bandar Utama

i. Kelurahan Bandar Sakti

j. Kelurahan Karya Jaya

k. Kelurahan Berohol

l. Kelurahan Teluk Karang

m. Kelurahan Pinang Mancung

n. Kelurahan Sri Padang

o. Kelurahan Tambangan

p. Kelurahan Tambangan Hulu

q. Kelurahan Tanjung Merulak Hilir

Kawasan rawan kebakaran sebagaiman dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi : a. Kelurahan Pasar Gambir

(25)

e. Kelurahan Rambung

f. Kelurahan Tebing Tinggi Lama g. Kelurahan Mandailing

h. Rencana pengelolaan kawasan rawan bencana banjir meliputi : i. Pembatasan pembangunan kawasan terbangun di daerah rawan banjir

j. Mendorong pembangunan rumah panggung pada kawasan rawan bencana banjir

2. RENCANA KAWASAN BUDIDAYA

Rencana pemanfaatan ruang kawasan budidaya identik dengan rencana penggunaan lahan secara spasial. Dengan demikian rencana kawasan budidaya Kota Tebing Tinggi identik dengan rencanan penggunaan lahan pada kawasan budidaya. Ada 3 aspek penting yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan rencana penggunaan lahan pada kawasan budidaya, yaitu:

Daya tampung dan kesesuaian lahan;

Penggunaan lahan pada saat ini (eksisting) dan kecenderungan perubahannya;

Karateristik kegiatan yang akan ditempatkan serta persyaratan lokasi kegiatan tersebut.

Rencana pengembangan kawasan budidaya di Wilayah Kota Tebing Tinggi meliputi a. Kawasan Peruntukan Perumahan

b. Kawasan Peruntukan Jasa Perdagangan c. Kawasan Peruntukan Jasa Perkantoran d. Kawasan Peruntukan Jasa Pariwisata e. Kawasan Peruntukan Industri

f. Kawasan Peruntukan Ruang Terbuka Non Hijau g. Kawasan Peruntukan ruang bagi Sektor Informal h. Kawasan Peruntukan Ruang Evakuasi Bencana

i. Kawasan Peruntukan lainnya yang terdiri dari fasilias pelayanan umum dan kawasan khusus (pertahanan dan keamanan)

Rencana pengembangan kawasan budidaya Wilayah Kota Tebing Tinggi meliputi:

a. Memacu pertumbuhan kawasan jasa dan perdagangan dengan diarahkan pada SPPK termasuk percepatan pengembangan kawasan komersial terpadu di sekitar Terminal Bandar Kajum dan kawasan komersial terpadu yang potensial di PPK dan SPPK Tengah, Tenggara, Barat Daya dan Barat.

b. Menetapkan sebagian besar tutupan lahan tegalan, kebun campur, sebagai kawasan pengembangana permukiman baru berupa Lingkungan Siap Bangun yang baru

c. Mengembangkan permukiman orientasi vertikal terkait antisipasi perkuatan peran Kota Tebing Tinggi sebagai pintu terhadap Jalan Tol Medan – Tebing Tinggi dan Bandara Kuala Namu yang meliputi pengembangan Rumah Susun Milik dan Sewa termasuk Masyarakat Berpenghasilan Rengah (MBR)

d. Mengendalikan potensi lahan sawah semi irigasi di Kelurahan Bulian dan Pinang Mancung melalui penetapan kawasan strategi kota agar tidak menimbulkan dampak negatif kepada kehidupan sosial-ekonomi masyarakat.

e. Menetapkan potensi penetapan Ruang Terbuka Hijau (RTH) meliputi penetapan jalur hijau pada kawasan sempadan sungai, jalur hijau sepanjang rel kereta api, pengalihan fungsi sarana olah raga yang kurang terpelihara dan pemeliharaan tempat pemakaman umum.

(26)

g. Membatasi kegiatan pemanfaatan bahan galian C di Sub Wilayah Kota Barat dan mendorong pemanfaatan bahan galian C di Sub Wilayah Kota Utara

2.1. Rencana Kawasan Peruntukan Perumahan

Rencana kawasan peruntukan perumahan meliputi: a.kawasan peruntukan perumahan berkepadatan tinggi;

b. kawasan peruntukan perumahan berkepadatan sedang; dan c.kawasan peruntukan perumahan berkepadatan rendah.

Kawasan peruntukan perumahan kepadatan tinggi dengan luas kurang lebih 834,4 hektar meliputi :

a. Kelurahan Deblodsundoro; b. Kelurahan Bandarsono; c. Kelurahan Pasar Gambir; d. Kelurahan Rambung; e. Kelurahan Damarsari; f. Kelurahan Satria;

g. Kelurahan Tebing Tinggi Lama; h. Kelurahan Bandar Sakti;

i. Kelurahan Teluk Karang; j. Kelurahan Bandar Utama; k. Kelurahan Tambangan; l. Kelurahan Tanjung Merulak; m. Kelurahan Sri Padang;

n. Kelurahan Tanjung Merulak Hilir; dan o. Kelurahan Rantau Laban.

Kawasan peruntukan perumahan kepadatan sedang dengan luas kurang lebih 919,3 hektar meliputi :

a. Kelurahan Lubuk Raya; b. Kelurahan Tualang; c. Kelurahan Persiakan; d. Kelurahan Tebing tinggi; e. Kelurahan Durian; f. Kelurahan Lalang; dan g. Kelurahan Mekar Sentosa.

Kawasan peruntukan perumahan kepadatan rendah dengan luas kurang lebih 1113,9 hektar meliputi :

a. Kelurahan Padang Merbau; b. Kelurahan Padang Batu; c. Kelurahan Lubuk Baru; d. Kelurahan Bagelen; e. Kelurahan Bulian;

(27)

Rencana pengembangan kawasan peruntukan perumahan meliputi:

a. Revitaliasasi dan peremajaan permukiman kumuh di Kelurahan Bandarsono, Kelurahan Tebing Tinggi Lama, Kelurahan Satria, Kelurahan Sri Padang, Kelurahan Tambangan, Kelurahan Tambangan Hulu, Kelurahan Tanjung Merulak Hilir

b. Pengembangan kawasan perumahan berkepadatan sedang melalui pengembangan Lingkungan Siap Bangun di Kelurahan Tanjung Merulak, Kelurahan Bajenis;

c. Perngembangan kawasan perumahan kepadatan tinggi dengan pola vertikal di Kelurahan Tebing Tinggi

2.2. Rencana Kawasan Peruntukan Jasa Perdagangan

Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa seluas lebih kurang 217,3 hektar meliputi: a. pasar tradisional;

b. pusat perbelanjaan; c. pasar/toko modern

Pasar tradisional dikembangkan di setiap kecamatan dan kelurahan. Pusat perbelanjaan meliputi: a. Pusat perbelanjaan skala regional dikembangkan di Kelurahan Rantau Laban;

b. Pusat perbelanjaan skala kota di, Kelurahan Pasar Gambir; dan

c. Pusat perdagangan dan jasa skala kecamatan di Kelurahan Bulian, Kelurahan Tebing Tinggi, Kelurahan Lubuk Raya, Kelurahan Pasar Baru,Kelurahan Tebing Tinggi Lama,;

Toko modern meliputi pertokoan modern di Kelurahan Rantau Laban, Kelurahan Lalang, Kelurahan Tanjung Merulak, Kelurahan Tanjung Merulak, Kelurahan Pinang Mancung, Kelurahan Bulian, Kelurahan Tebing Tinggi, Kelurahan Mandailing, Keluahan Pasar Baru, Kelurahan Bandar Utama, Kelurahan Bandar Sakti, Kelurahan Badak Bejuang.

2.3. Kawasan Peruntukan Jasa Perkantoran

Kawasan perkantoran pada umumnya direncanakan berada di lokasi yang strategis dan dapat dijangkau dengan mudah oleh masyarakat yang akan menggunakan akses pelayanan pemerintah. Kawasan pemerintahan terdiri dari bangunan fisik yang merupakan unsur pembentuk tata ruang kota yang diwujudkan dalam bentuk fasilitas-fasilitas perkantoran yang sesuai dengan fungsinya. Rencana kawasan jasa perkantoran adalah tetap kepada pengembangan Kawasan Perkantoran di Jalan Gunung Lauser sebagai kawasan jasa perkantoran pemerintahan dan perkantoran swasta dengan skala pelayanan kota. Disamping itu pengembangan jasa perkantoran juga tidak terpisahkan pada pengembangan SPPK, dalam hal ini pusat pemerintahan kecamatan. Pusat pemerintahan kecamatan tetap dialokasikan di masing-masing unit kecamatan dengan tingkat skala pelayanan adalah tingkat kecamatan.

Rencana pengembangan kawasan jasa perkantoran diarahkan sebagai berikut :

a. Kawasan jasa perkantoran pemerintahan diarahkan di Kawasan Jalan Gunung Lauser b. Kawasan jasa perkantoran swasta dengan skala pelayanan kota diarahkan di pusat kota dan

PPK di Sub Wilayah Kota Utara dan SPPK Barat.

c. Pusat pemerintahan kecamatan dialokasikan di masing-masing unit kecamatan dengan tingkat skala pelayanan adalah tingkat kecamatan.

(28)

Keberadaan kegiatan industri di Wilayah Kota Tebing Tinggi tidak berada didalam satu kawasan industri (industrial park) dan berada dekat dengan kawasan permukiman perkotaan. Bahkan perkembangan industri berdasarkan tutupan lahan (penggunaan lahan tahun 2009) menunjukkan terletak sporadis di beberapa tempat yang sebahagian berada/membelakangi badan sungai. Hal ini memberikan konsekuensi kepada ancaman pada kualitas sungai (terutama pada Sungai Padang).

Berdasarkan pertimbangkan tersebut maka perlu ditetapkan/pengendalian kegiatan industri berupa enclave dan selanjutnya ijin pemanfaatan ruang untuk wilayah tersebut sudah tertutup.

Lokasi-lokasi industri ini sebaiknya di masa mendatang perlu dibatasi perkembangannya pada jenis industri yang tidak mencemari lingkungan (clean industry), tidak banyak menggunakan air, dan bukan industri kimia atau industri berat. Dengan demikian diharapkan selain memberi kontribusi bagi pendapatan daerah juga bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya karena dapat menyerap tenaga kerja.

Untuk mendukung kegiatan industri yang telah ada sekarang maka perlu dilengkapi dengan sarana dan prasarana pendukung yang belum lengkap seperti pembuatan IPAL dan membangun IPAL baru di sekitar lokasi industri. Disisi lain untuk mendukung pergerakan barang hasil industri maka perlu diarahkan pola pergerakan sehingga memudahkan menuju jalur regional karena sebagian besar industri tersebut dibawa ke luar Kota Tebing Tinggi. Perkembangan industri ini juga perlu diantisipasi dengan menyediakan perumahan untuk pekerja industri yang terjangkau dan berdekatan dengan lokasi industrinya.

Kawasan peruntukan industri seluas lebih kurang 28,3 hektar meliputi : a. Kawasan peruntukan industri besar;

b. Kawasan peruntukan industri menengah.

Kawasan peruntukan industri besar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi Kawasan peruntukan industri besar di Kelurahan Satria Kecamatan Tebing Tinggi dan Kelurahan Karya Jaya Kecamatan Bajenis.

Kawasan peruntukan industri menengah meliputi pengembangan kawasan industri menengah di di Kelurahan Berohol Kecamatan Bajenis, Kelurahan Tambangan Kecamatan Padang Hilir.

2.5. Kawasan Peruntukan Jasa Pariwisata

Kawasan peruntukan pariwisata meliputi wisata alam terdiri dari :

a. Pengembangan wisata alam berupa pemanfaatan Kawasan hutan kota di Kecamatan Padang Hilir; dan

b. Pengembangan wisata sungai berupa pemanfaatan aliran Sungai Sei Padang.

2.6. Kawasan Ruang Terbuka Non Hijau

Ruang terbuka non hijau meliputi

(29)

b. Kawasan Sekitar Stasiun kereta api di Kelurahan Rambung Kecamatan Tebing Tinggi Lama.

2.7. Kawasan Peruntukan Ruang Evakuasi Bencana

Kawasan peruntukan ruang evakuasi bencana diwujudkan dalam rencana pelaksanaan tanggap daruat berupa penyediaan ruang bagi evakuasi bencana diarahkan dalam rangka mitigasi banjir skala kota dengan memanfaatkan sarana lapangan olah raga dan sarana gedung pertemuan milik pemerintah

Ruang evakuasi bencana merupakan ruang evakuasi bencana untuk bencana alam banjir dan kebakaran. Ruang evakuasi bencana kebakaran dan banjir berada di:

a. Lapangan Olah Raga Merulak di Kelurahan Tanjung Merulak b. Stasiun Kereta api di Kelurahan Rambung

c. Lapangan Merdeka di Kelurahan Tebing Tinggi d. Lapangan Olah Raga di Kelurahan Pelita

Rencana pelaksanaan tanggap daruat berupa penyediaan ruang bagi evakuasi bencana diarahkan dalam rangka mitigasi banjir skala kota dengan memanfaatkan sarana lapangan olah raga dan sarana gedung pertemuan milik pemerintah.

2.8. Kawasan Peruntukan Ruang Bagi Sektor Informal

Kawasan peruntukan ruang bagi sektor informal terdiri atas :

a. Kawasan peruntukan ruang bagi sektor informal berupa pelataran dan ruang-ruang dipinggir jalan berupa lahan untuk kios pedagang K5 yang pengelolaannya oleh Pemerintah Kota;dan

b. Kawasan peruntukan ruang bagi sektor informal ditetapkan di subpusat pelayanan Kota Tebing Tinggi dan mengendalikan pertumbuhan sektor informal yang berlokasi di di Kelurahan Pasar Gambir, Kelurahan Rambung dan Kelurahan Tebing Tinggi Lama di Kecamatan Tebing Tinggi

2.9. Kawasan Peruntukan Pendidikan

Kawasan peruntukan pendidikan meliputi pengembangan kawasan pendidikan tinggi dengan luas 5 Ha di Kelurahan Tanjung Merulak dan Tambangan.

Rencana pengembangan kawasan pendidikan meliputi:

a. Mengintegrasikan kawasan pendidikan dengan perumahan untuk mahasiswa; b. Mengintegrasikan kawasan pendidikan dengan jalur angkutan umum; dan

c. Mengembangkan sistem jaringan prasarana yang mendukung kegiatan pendidikan.

(30)

Arahan pemanfaatan ruang wilayah kota merupakan upaya perwujudan rencana tata ruang yang dijabarkan ke dalam indikasi program utama penataan/pengembangan kota dalam jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahunan sampai akhir tahun perencanaan 20 (dua puluh) tahun.

(1) Arahan pemanfaatan ruang terdiri atas: a. indikasi program utama;

b. indikasi sumber pendanaan; c. indikasi pelaksana kegiatan; dan d. waktu pelaksanaan.

(2) Arahan pemanfatan ruang wilayah kota, meliputi :

a. indikasi program utama perwujudan struktur ruang wilayah kota; b. indikasi program utama perwujudan rencana pola ruang kota; dan c. indikasi program utama perwujudan kawasan-kawasan strategis kota.

(3) Arahan pemanfatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan dalam 4 (empat) tahapan pelaksanaan, meliputi:

a. periode I dari tahun 2012 sampai tahun 2017; b. periode II dari tahun 2017 sampai tahun 2022; c. periode III dari tahun 2022 sampai tahun 2027; dan d. periode IV dari tahun 2027 sampai tahun 2032.

A. INDIKASI PROGRAM UTAMA PERWUJUDAN RENCANA STRUKTUR RUANG

Indikasi program utama perwujudan struktur ruang wilayah Kota meliputi:

a.indikasi program utama untuk perwujudan sistem pusat pelayanan kegiatan kota; dan b. indikasi program utama untuk perwujudan sistem jaringan prasarana wilayah kota.

Indikasi program untuk perwujudan sistem pusat pelayanan kegiatan kota meliputi: a. indikasi program utama untuk perwujudan pusat pelayanan kota;

b. indikasi program utama untuk perwujudan sub pusat pelayanan kota; dan c. indikasi program utama untuk perwujudan pusat lingkungan.

Indikasi program utama untuk perwujudan sistem jaringan prasarana wilayah kota meliputi: a. indikasi program utama untuk perwujudan prasarana utama berupa indikasi program utama

untuk perwujudan sistem jaringan transportasi darat;

b. indikasi program utama untuk perwujudan prasarana lainnya yang terdiri atas: 1. indikasi program utama untuk perwujudan sistem jaringan energi;

2. indikasi program utama untuk perwujudan sistem jaringan telekomunikasi; 3. indikasi program utama untuk perwujudan sistem jaringan sumber daya air; dan 4. indikasi program utama untuk perwujudan infrastruktur perkotaan.

B. INDIKASI PROGRAM UTAMA PERWUJUDANRENCANA POLA RUANG

Indikasi program untuk perwujudan rencana pola ruang Kota meliputi: a. indikasi program untuk perwujudan Kawasan Lindung; dan b. indikasi program untuk perwujudan Kawasan Budi daya.

Indikasi program untuk perwujudan Kawasan Lindung meliputi:

(31)

b. indikasi program utama untuk perwujudan kawasan cagar budaya;

c. indikasi program utama untuk perwujudan kawasan rawan bencana alam; dan d. indikasi program utama untuk perwujudan ruang terbuka hijau (RTH) kota.

Indikasi program untuk perwujudan Kawasan Budi daya meliputi:

a. indikasi program utama untuk perwujudan kawasan peruntukan perumahan;

b. indikasi program utama untuk perwujudan kawasan peruntukan perdagangan dan jasa; c. indikasi program utama untuk perwujudan kawasan peruntukan perkantoran;

d. indikasi program utama untuk perwujudan kawasan peruntukan pariwisata; e. indikasi program utama untuk perwujudan ruang terbuka non hijau;

f. indikasi program utama untuk perwujudan ruang evakuasi bencana; g. indikasi program utama untuk perwujudan kawasan peruntukan industri;

h. indikasi program utama untuk perwujudan kawasan peruntukan ruang sektor informal; dan i. indikasi program utama untuk perwujudan kawasan lainnya

C. INDIKASI PROGRAM UTAMA PERWUJUDAN KAWASAN STRATEGIS Indikasi program untuk perwujudan kawasan-kawasan strategis Kota meliputi:

a. indikasi program untuk perwujudan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan ekonomi;

b. indikasi program untuk perwujudan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya; dan

c. indikasi program untuk perwujudan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan lingkungan hidup.

D. INDIKASI SUMBER PENDANAAN

Pembiayaan program pemanfaatan ruang bersumber pada: a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN);

b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi; c. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota; d. investasi swasta;

e. kerja sama pembiayaan; dan

f. sumber lain yang sah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pengelolaan aset hasil kerja sama Pemerintah dengan swasta dapat dilakukan sesuai dengan analisa kelayakan ekonomi dan finansial.

E. INDIKASI PELAKSANA KEGIATAN

(1) Indikasi pelaksanaan kegiatan terdiri atas Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kota, swasta dan masyarakat.

(2) Pemanfaatan ruang wilayah kota berpedoman pada rencana struktur ruang dan pola ruang.

(3) Pemanfaatan ruang wilayah kota dilaksanakan melalui penyusunan dan pelaksanaan program pemanfaatan ruang beserta sumber pendanaannya.

Tabel -.2 :

Gambar

Gambar 1. Proses penyusunan dan keterkaitan dokumen perencanaan  Mengacu pada Gambar. 1 dapat diketahui bahwa secara rinci hubungan RPJM dengan
Gambar  2.  Bagan  keterkaitan  RPJMD  Kota  Tebing  Tinggi  dengan  dokumen
Tabel 6.3 :Indikasi Program Pemanfaatan Ruang Wilayah Kota Tebing Tinggi 2012-2032
Tabel 6.4 :Indikasi Program Pemanfaatan Ruang Wilayah Kota Tebing Tinggi 2013-2016

Referensi

Dokumen terkait

Terkait dengan konteks kebutuhan sosial tersebut, dalam Karya Tulis Ilmiah ini penulis akan melihat apakah perusahaan sudah memenuhi kebutuhan sosial terhadap karyawan yang

241 Berdasarkan hasil observasi aktivitas Guru dan siswa serta hasil akhir tindakan diatas maka peneliti merencanakan Siklus II agar pembelajaran dengan metode STAD ini lebih

Perancangan Sistem kepegawaian berbasis komputer ini diharapkan mampu menjawab permasalahan yang ada mengenai sistem kepegawaian yang terkomputerisasi sehingga akan

Berdasarkan analisis LQ maka semua subsektor pertanian di Provinsi Gorontalo merupakan komoditas unggulan dengan nilai lebih dari satu.. Subsektor peternakan ditahun 2011

Dalam rangka deskripsi untuk terapan terdapatlah tiga tahap linguistik terapan, yakni: (1) tahap deskripsi linguistik -- tentang hakikat bahasa yang akan

Setiap orang yang melakukan pekerjaan berhak atas pengupahan yang adil dan baik yang menjamin kehidupannya dan keluarganya, suatu kehidupan yang pantas untuk manusia yang

[r]

Dengan Huruf Empat ratus tujuh puluh juta dua ratus lima puluh ribu rupiah. Keterangan Perincian