• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Penelitian dan id bab 5

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Penelitian dan id bab 5"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENELITIAN

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN AL-QUR’AN HADIS KELAS III ( STUDI KASUS MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI MODEL KOTA JAMBI )

OLEH : KELOMPOK VIII

Di buat Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Problematika Pembelajaran SD/MI

Di susun Oleh Kelompok VIII : Kelas : VC PGMI

1. Arif Ilmi (TPG.141079) 2. Ahmad Khairizom (TPG.162614) 3. Erirafik Nurmadi (TPG.141096) 4. Leni Yurdi (TPG.141117) 6. Rizka Febriyani (TPG.151720)

Dosen Pengampuh :

Amirul Mukminin Al-Anwari, M.Pd.I

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

IAIN SULTHAN THAHA SYAIFUDDIN JAMBI

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia.1 Pendidikan sebagai upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang berkualitas diantaranya melalui proses pembelajaran.

Dalam agama Islam pada dasarnya pendidikan ditandai pada sebuah kesadaran bahwa setiap Muslim mempunyai kewajiban untuk menuntut ilmu dan tidak boleh mengabaikannya, sebagaimana firman Allah Swt. dalam surah al-Mujadalah ayat 11 yang berbunyi:

ٱ هَٱ عف ۡري ٞريبخ و ۡعت ا ب هَٱ ۚ ت ٰج د مۡعۡلٱ ْاوت أ ني هلٱ ۡمكنم ْاونماء ني هل

Ayat di atas menjelaskan tentang Allah Swt. akan mengangkat beberapa derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan. Hal ini selaras dengan rumusan tujuan Pendidikan Nasional yang ditegaskan dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional

pada Bab III pasal 4 yang dirumuskan sebagai berikut:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2

Isi Undang-Undang tersebut mengandung maksud pendidikan bertujuan agar anak didik dapat menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

1 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT

Rineka Cipta, 2010), Cet. ke-3, hal 22.

2 Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan

(3)

kepada Tuhan Yang Maha Esa. Konstitusi Indonesia memandang bahwa agama merupakan elemen penting dalam pendidikan.

Hal tersebut menggambarkan bahwa pendidikan agama merupakan fase awal tahap pengenalan nilai-nilai Islami bagi anak didik. Di samping itu pendidikan agama dan pendidikan nasional tidak dapat dipisahkan satu sama lain, ibarat dua sisi mata uang yang saling melengkapi, saling mengisi dan saling mendukung dalam upaya membangun bangsa secara keseluruhan menuju masa depan yang lebih baik.

Menurut Asikin Nor dalam bukunya Pendidikan Dalam Perspektif Hadis mengatakan bahwa tujuan pendidikan Islam menurut Zainab Hartati tidak terlepas dari tujuan hidup manusia menurut Islam, pribadi-pribadi yang takwa, dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat dan agar tujuan dapat dicapai maka pelaksanaan pendidikan Islam tidak bertentangan dengan Al-qur’an dan Hadis.3

Salah satu mata pelajaran yang sangat urgensi diajarkan adalah mata pelajaran Al-qur’an Hadis, yang mana keduanya ini adalah sumber ajaran

utama Islam, dan menjadi standar baku yang dijadikan acuan dalam menjalani kehidupan umat manusia di dunia, sebagaimana yang terdapat dalam Q.S. al-Isra ayat 9 sebagai berikut:

ه أ ت ٰح ٰهصلٱ و ۡعي ني هلٱ نينم ۡ ۡلٱ ر شبي وۡقأ يه يته ل يد ۡ ي اء ۡرقۡلٱ ا ٰه ه ۡم ل

ا ٗريبك ا ٗر ۡجأ

Ayat di atas menjelaskan bahwa Alquran adalah petunjuk bagi manusia. Belajar dan mengajarkan Al-qur’an adalah yang pertama dan paling utama dalam kehidupan seorang muslim, karena Al-qur’an selain kalam Allah yang Maha Suci, juga sebagai pedoman hidup di dunia hingga sampai selamat ke negeri akhirat.4

Pembelajaran Al-qur’an dan Hadis di madrasah ibtidaiyah, menekankan proses kegiatan belajar yang berorientasi pada

3 Asikin Nor, et.al., Pendidikan Dalam Perspektif Hadits, (Banjarmasin: IAIN Antasari

Press, 2012), Cet. ke-I, hal 115.

4

(4)

kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang muslim terhadap kedua sumber ajaran tersebut. Diantaranya adalah kemampuan dalam membaca, menulis, mengahafal, mengartikan. Setelah semua itu dilakukan anak didik selanjutnya harus memahami isi kandungan Al-qur’an dan Hadis sebelum mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Hal ini sudah terlihat dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Al-qur’an dan Hadis untuk Madrasah Ibtidaiyah menempatkan kompetensi dasar membaca Al-qur’an merupakan salah satu kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Penjabaran kompetensi dasar tersebut secara garis besar tercermin ke dalam indikator berikut:

1. Melafalkan surah-surah tertentu dalam Juz ’amma dan hadis-hadis pilihan sebagai tahap awal membaca.

2. Membaca huruf-huruf Hijaiyah sesuai makhrajnya.

3. Membaca Al-qur’an dan Hadis dengan baik dan benar sesuai kaidah ilmu Tajwid.5

Al-quran menggunakan lafaz Arab yang akan berbeda maknanya apabila terjadi kesalahan bacaan. Ketidak mampuan mengidentifikasi perubahan bentuk huruf menyebabkan anak tidak mampu membaca Al-qur’an dengan benar. Kekeliruan dalam membacanya tentunya berdampak kepada perubahan arti kata/kalimat yang dibaca.

Pada uraian di atas, diketahui membaca Al-qur’an merupakan pembelajaran yang sangat urgensi untuk diajarkan, khususnya bagi anak yang masih duduk di bangku sekolah, maka sangat diperlukan

5 Ahmad Lutfi, Pembelajaran Alquran dan Hadis, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Agama

(5)

peran serta guru dalam proses pembelajaran yang menyangkut Al-qur’an, yakni Al-qur’an Hadis, karena di dalam proses pelaksanaan pembelajaran sangat berpengaruh dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai.

Pembelajaran Al-qur’an Hadis di madrasah masih menghadapi berbagai problematika secara Internal (diri guru) maupun Eksternal atau factor pendukung lain dalam pembelajaran. Untuk menjawab permasalahan tersebut, maka penelitian ini kami berfokus untuk menguraikan problematika dalam pembelajaran Al-qur’an Hadis di Madrasah Ibtidaiyah sehingga nantinya dapat menjadi gambaran bagaimana upaya yang harusnya dilakukan untuk mengatasi problematika yang ada pada pembelajaran Al-qur’an Hadis di Madrasah Ibtidaiyah khususnya di kelas III.

Dari penjabaran di atas, maka perlulah dilakukan penelitian

mengenai “Problematika Pembelajaran Al-quran Hadis Kelas III”.

B. Rumusan Masalah

Penelitian ini difokuskan ke dalam penelitian mengenai problematika pembelajaran Al-quran Hadis yang ada di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Model Kota Jambi kelas III yaitu dari segi proses kegiatan pembelajarannya. Dan focus penelitian ini dijabarkan melalui rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa saja problematika yang dihadapi guru dalam mempersiapkan perangkat pembelajaran yaitu perangkat program tahunan, perangkat program semesteran, analisis hari efektif, perngkat silabus, dan pembuatan RPP?

(6)

3. Apa saja problematika dan kesulitan yang dihadapi siswa kelas III dalam kegiatan proses pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran di MI Negeri Model Kota Jambi?

C. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan secara rinci problematika dan hambatan yang dihadapi dalam mempersiapkan perangkat pembelajaran yaitu perangkat program tahunan, perangkat program semeteran, analisis hari efektif, perangkat silabus, dan pembuatan RPP.

2. Mendeskripsikan secara rinci problematika yang dihadapi guru dalam proses pelaksanaan dan evaluasi kegiatan pembelajaran Al-quran Hadis di kelas III.

3. Mendeskripsikan secara detail problematika dan kesulitan yang dihadapi siswa kelas III dalam pelaksanaan kegiatan proses pembelajaran Al-quran Hadis di MI Negeri Model Kota Jambi.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

(7)

pembelajaran Al-quran Hadis di Madrasah Ibtidaiyah serta solusinya.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, dapat bermanfaat serta dapat menggambarkan bagi pembaca, pengajar dan siswa ,dalam upaya pemecahan masalah terhadap problematika yang di hadapi dalam pelaksanaan pembelajaran Al-quran Hadis di Madrasah Ibtidaiyah.

E. Telaah Pustaka

Untuk mengetahui sub-kajian yang sudah ataupun belum diteliti pada penelitian sebelumnya, maka perlu adanya upaya komparasi (perbandingan), apakah terdapat unsur-unsur perbedaan ataupun persamaan dengan konteks penelitian ini. Di antara hasil penelitian terdahulu yang menurut peneliti terdapat kemiripan, yaitu;

Pertama, Indah Sri Rahayu (2010) dalam hasil penelitian skripsinya Problematika Pembelajaran pada Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits dan Cara Mengatasinya [Studi Kasus di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Darul Ulum Pojok Ponggok Blitar]. Dari hasil penelitian diperoleh fakta bahwa masalah pembelajaran Al-Qur’an Hadits yang dilakukan guru dalam aspek afektif dan psikomotorik sudah cukup baik. Selain itu, hasil penelitian pun menunjukkan bahwa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ada beberapa siswa yang mampu berprestasi dan mengangkat citra nama baik MI dan ada perubahan tingkah laku siswa baik yang ikut TPQ maupun yang tidak ikut TPQ dalam menjalani dan mengamalkan nilai-nilai yang bersumber dari Al-Qur’an Hadits. Adapun problem yang dihadapi guru dalam pembelajaran Al-Qur’an

(8)

mengikuti penataran kependidikan, mengadakan evaluasi hasil belajar siswa dan menambah pelajaran ekstra di luar sekolah, serta dengan melengkapi alat peraga dalam proses belajar mengajar.6

Kedua, Laely Syakurotun Ni'mah, dalam penelitiannya Problematika Pembelajaran Al-Qur'an Hadits Dan Solusinya Pada Kelas Vii Di Mts Nu 18 Salafiyah Karangmalang Kangkung Kendal Tahun Ajaran 2009/2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa problematika yang dihadapi meliputi: 1) Problematika yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan anak didik; 2) Problematika yang berhubungan dengan penguasaan dan pengembangan materi guru; 3) problematika yang berhubungan dengan pengelolaan kelas dan metode mengajar, 4) Problematika yang berhubungan dengan media dan sumber belajar, 5) problematika yang berhubungan dengan evaluasi. Tindakan dan upaya yang dilakukan untuk mengatasi problematika tersebut adalah meningkatkan belajar siswa dengan belajar berlatih dan membiasakan membaca, meningkatkan profesionalitas guru, melalui pelatihan pembelajaran Al-Qur'an Hadits dan memperkaya keilmuannya dengan

pengetahuan-pengetahuan lainnya, disamping itu guru lebih aktif mencari buku bandingan sebagai pendukung, penggunaan metode yang mengedepankan peran siswa. mengikut sertakan siswa dalam kegiatan di setiap pembelajaran. Guru menciptakan suasana yang kondusif dan komunikatif, penyediaan media dan sarana belajar untuk menunjang keberhasilan proses belajar mengajar, mengetahui karakteristik dan tingkat pengetahuan siswa, selain itu guru menguasai dalam strategi penilaian dengan tujuan untuk mempermudah untuk mengevaluasi.7

Ketiga, Rizka Nurillah Septi R (2009) dalam skripsinya Problematika Pembelajaran Al-Quran Hadits Dan Usaha Mengatasinya Di Mts Maarif Nu (Nahdlatul Ulama) 05 Majasari Bukateja Purbalingga. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Pelaksanaan pembelajaran Al-Qur'an Hadits di MTs

6 http://repo.iain-tulungagung.ac.id/1423/

7

(9)

MA'arif NU 05 menggunakan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang mana alokasi waktunya 40 menit per minggunya. Dan metode yang digunakan adalah metode ceramah, tanya jawab, demonstrasi, driil/ latihan dan resitasi. Evaluasi dilakukan dengan uji kompetensi dasar, uji blok dan portofolio. (2) Problem yang dihadapi dalam pembelajaran Al-Qur'an Hadits di MTs Maarif NU 05 Majasari di antaranya adalah kurangnya kemampuan siswa dalam membaca sesuai dengan kaidah ilmu tajwid, belum diadakan penataran atau bimbingan khusus bagi guru bidang studi Al-Qur'an Hadits, latar belakang sekolah siswa yang heterogen dan sarana serta sumber belajar yang masih kurang untuk mendukung jalannya pembelajaran Al-Qur'an Hadits. (3) Usaha yang dilakukan untuk mengatasi beberapa problem yang di hadapi diantaranya adalah diadakan kegiatan Qiro'ati dan tadarus, diadakan diklat cara membaca dan mengajarkan Al-Qur'an dengan benar dan menambah perangkat proses belajar mengajar seperti alat pembelajaran dan sumber belajar di kelas.8

Keempat, Ni’mah, Laely Syakurotun (2010). Dalam skripsinya yang berjudul Problematika pembelajaran Al-Qur'an Hadits dan solusinya pada kelas VII di MTs NU 18 Salafiyah Karangmalang Kangkung Kendal tahun ajaran 2009/2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa problematika yang dihadapi meliputi: 1) Problematika yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan anak didik; 2) Problematika yang berhubungan dengan penguasaan dan pengembangan materi guru; 3) problematika yang berhubungan dengan pengelolaan kelas dan metode mengajar, 4) Problematika yang berhubungan dengan media dan sumber belajar, 5) problematika yang berhubungan dengan evaluasi. Tindakan dan upaya yang dilakukan untuk mengatasi problematika tersebut adalah meningkatkan belajar siswa dengan belajar berlatih dan membiasakan membaca, meningkatkan profesionalitas guru, melalui pelatihan pembelajaran Al-Qur'an Hadits dan

(10)

memperkaya keilmuannya dengan pengetahuan-pengetahuan lainnya, disamping itu guru lebih aktif mencari buku bandingan sebagai pendukung, penggunaan metode yang mengedepankan peran siswa. mengikut sertakan siswa dalam kegiatan di setiap pembelajaran. Guru menciptakan suasana yang kondusif dan komunikatif, penyediaan media dan sarana belajar untuk menunjang keberhasilan proses belajar mengajar, mengetahui karakteristik dan tingkat pengetahuan siswa, selain itu guru menguasai dalam strategi penilaian dengan tujuan untuk mempermudah untuk mengevaluasi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan berdampak langsung dalam bentuk perbaikan dan peningkatan profesionalisme guru dalam mengelola kelas. Artinya guru dapat memperoleh teori yang dibangun sendiri bukan diberikan pihak luar. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan informasi dan masukan bagi mahasiswa para tenaga pengajar, para peneliti di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.9

9

(11)

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Problematika Pembelajaran

Sebagai sebuah proses, pembelajaran dihadapkan pada beragam permasalahan, problematika. Problematika pembelajaran adalah berbagai permasalahan yang mengganggu, menghambat, mempersulit, atau bahkan mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Problematika pembelajaran dapat ditelusuri dari jalannya proses dasar pembelajaran. Secara umum, proses pembelajaran dapat ditelusuri dari faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh 3 faktor, Bahan Baku (Raw Input), Instrumen, dan Lingkungan. Proses tersebut dapat digambarkan sebagaimana bagan berikut.

(12)

Bahan Baku (Raw Input)

Calon siswa merupakan bahan baku pembelajaran. Merekalah yang akan "diolah" melalui proses pembelajaran hingga mencapat kondisi tertentu. Melalui proses pembelajaran mereka diubah, dikembangkan atau ditingkatkan potensinya, sehingga mereka berubah dari kondisi sebelumnya. Mereka berubah dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dewasa menjadi dewasa, dari tidak mampu menjadi mampu, dan sebagainya.

Siswa disebut bahan baku, bahan mentan, sebab sebelum diberikan pembelajaran, pada dasarnya mereka memiliki potensinya sendiri. Potensi itulah yang perlu dikembangkan hingga mencapai kondisi tertentu. Potensi tersebut juga mempengaruhi kualitas proses pembelajaran. Kualitas mental dan kecerdasan calon siswa dengan turut menentukan keberhasilan pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran akan menghadapi masalah, bila kualitas mental dan kecerdasan calon siswa tidak menunjang kelancaran proses pembelajaran. Siswa dengan mentalitas yang tidak stabil dan impulsif, misalnya, akan

menyulitkan kelangsungan proses pembelajaran.

Instrumen Pembelajaran

(13)

Bilamana keseluruhan instrumen baik berupa program kurikulum, managemen dan administrasi dan sarana dan prasarana telah memadai, maka kunci keberhasilan pembelajaran terletak pada kepiawaian guru. Bahkan khusus dalam hal pembelajaran, guru merupakan instrumen utamanya. Hal ini dikarenakan disain pembelajaran, termasuk dalam hal pemanfaatan sarana dan prasarana pembelajaran sangat tergantung pada kesiapan guru dan memanfaatkannya.

Lingkungan

Problem pembelajaran juga dapat muncul dari faktor lingkungan. Lingkungan yang dimaksudkan dalam hal ini adalah kondisi masyarakat sekitar sekolah yang mempengaruhi kelangsungan proses pembelajaran. Pengaruh tersebut dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: berpengaruh pada siswa dan pengaruh terhadap penyelenggaraan pendidikan atau sekolah.

Berpengaruh Langsung pada Siswa

Faktor-faktor yang berpegaruh langsung pada siswa terdiri-dari berbagai hal yang mempengaruhi kesiapan mental peserta didik dalam

menjalani proses pembelajaran. Di antara faktor-faktor dimaksud adalah kondisi keluarga, pola asuh orang tua, dan lingkungan pergaulan peserta didik.

Berpengaruh pada Sekolah

Faktor yang berpengaruh pada sekolah di antaranya adalah adanya kebisingan, bau, dan suhu udara, seperti yang dialami oleh sekolah yang berada di lingkungan pabri yang bising, peternakan yang berbau menyengat, jalan raya dan pasar yang terlalu hiruk-pikuk.

(14)

sekolah memiliki kemauan untuk mengatasinya. Sekolah-sekolah tertentu, terutama yang menerapkan layanan plus, biasanya sudah mengantisipasi faktor-faktor tersebut melalui berbagai kebijakan. Dampak lingkungan yang diidentifikasi dapat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran disikapi sedemikian rupa sehingga dapat dieliminir sekecil mungkin.

B. Pengertian Al-quran Hadis 1. Pengertian Al-Quran

Menurut bahasa, kata al-Qur’an adalah bentuk masdar yang berasal

dari Qoro’a yang memiliki makna sinonim dengan kata Qiro’ah yaitu

bacaan. Menurut istilah, al-qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dalam bahasa arab, riwayatnya mutawatir. Oleh karena itu terjemahan secara lughowiyah hadits berarti baru, hadits

juga dapat diartikan “sesuatu yang di bicarakan dan dinukil”. Menurut

istilah ahli hadits yang dimaksud dengan as-sunnah adalah segala yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik yang berupa perkataan, dan pengakuan/ ketetapan Rasulullah SAW, yang berposisi sebagai

petunjuk dan tasri’.10

Al- Qur’an menurut Mohammad Daud Ali adalah kitab suci yang yang memuat firman-firman (wahyu) Allah SWT, yang disampaikan oleh malaikat jibril kepada nabi Muhammad SAW sebagai rosul Allah SWT selama 22 tahun 2 bulan 22 hari, mula-mula di mekah kemudian di madinah.11 Sedangkan dalam ensiklopedi islam Al-Qur’an berasal dari

kata kerja Qur’an yang berarti membaca dan bentuk masdarnya Qur’an

yang berarti bacaan, sedangkan menurut pengertian Al-Qur’an yaitu kalam (perbuatan) Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril dengan lafal dan maknanya.12 Jadi Al-Qur’an adalah kitab suci yang berisi firman Allah SWT yang diturunkan kepada

10 Basuki, dkk. Cara Mudah Mengembangkan Silabus (Yogyakarta: Pustaka Felika, 2010), hal 194. 11 Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), hal 93. 12

(15)

Nabi Muhammad SAW, dengan perantara malaikat jibril untuk dibaca, difahami, dan di amalkan sebagai petunjuk atau pedoman hidup bagi umat manusia.

2. Pengerian Hadits

Sedang Hadits menurut muhammad Daud Ali adalah segala perkataan, perbuatan, tindakan yang dilakukan oleh Nabi.13 sedangkan dalam ensiklopedi islam, Hadits menurut pengertian bahasa ialah suatu berita atau sesuatu yang baru, sedangkan dalam ilmu hadits istilah tersebut berarti segala perbuatan, perkataan dan taqrir (pengakuan terhadap sesuatu dengan cara tidak memberi komentar) yang dilakukan Nabi Muhammad SAW.14 Jadi, mata pelajaran Al-Qur’an Hadits merupakan unsur mata pelajaran PAI pada Madarsah Tsanawiyah yang memberikan pendidikan kepada siswa untuk memahami Al-Qur’an Hadits sebagai sumber ajaran agama islam dan mengamalkan isi kandungan sebagai petunjuk hidup dalam kehidupan sehari-hari.15

C. Karakteristik Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits di Madrasah Ibtidaiyah Pendidikan Agama Islam (PAI) di Madrasah Ibtidaiyah yang terdiri atas empat mata pelajaran tersebut memiliki karakteristik sendiri-sendiri.

Al-Qur’an-hadis, menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan benar, memahami makna secara tekstual dan kontekstual, serta mengamalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari.

Mata pelajaran Al-Qur’an-Hadis di Madrasah Ibtidaiyah adalah salah satu mata pelajaran PAI yang menekankan pada kemampuan membaca dan menulis al-Qur’an dan hadis dengan benar, serta hapalan terhadap surat-surat pendek dalam al-Qur’an, pengenalan arti atau makna secara sederhana dari surat-surat pendek tersebut dan hadis-hadis tentang akhlak terpuji untuk

13 Ibid, hal 110.

14 Harun Nasution, Ensiklopedi Islam (Jakarta: Djambatun, 2002), hal 329. 15

(16)

diamalkan dalam kehidupan sehari-hari melalui keteladanan dan pembiasaan. Hal ini sejalan dengan misi pendidikan dasar adalah untuk:

1. Pengembangan potensi dan kapasitas belajar peserta didik, yang men¬yangkut: rasa ingin tahu, percaya diri, keterampilan berkomunikasi dan kesadaran diri;

2. Pengembangan kemampuan baca-tulis-hitung dan bernalar, keterampilan hidup, dasar-dasar keimanan dan ketakwaan terhadan Tuhan YME; serta. 3. Fondasi bagi pendidikan berikutnya.

Di samping itu, juga mempertimbangkan perkembangan psikologis anak, bahwa tahap perkembangan intelektual anak usia 6-11 tahun adalah operasional konkret (Piaget). Peserta didik pada jenjang pendidikan dasar juga termasuk:

1. Anak usia 6-9 tahun, masa social imitation atau masa mencontoh, sehingga diperlukan figur yang dapat memberi contoh dan teladan yang baik dari orang-orang sekitarnya (keluarga, guru, dan teman-teman

sepermainan),

2. Usia 9–12 tahun, masa second star of individualisation atau masa

individualisasi, dan

3. Usia 12-15 tahun merupakan masa social adjustment atau penyesuaian diri secara sosial.

(17)

Ruang lingkup mata pelajaran Al-Qur’an-Hadis di Madrasah Ibtidaiyah meliputi:

1. Pengetahuan dasar membaca dan menulis al-Qur’an yang benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.

2. Hapalan surat-surat pendek dalam al-Qur’an dan pemahaman sederhana tentang arti dan makna kandungannya serta pengamalannya melalui keteladanan dan pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Pemahaman dan pengamalan melalui keteladanan dan pembiasaan mengenai hadis-hadis yang berkaitan dengan kebersihan, niat, menghormati orang tua, persaudaraan, silaturahmi, takwa, menyayangi anak yatim, salat berjamaah, ciri-ciri orang munafik, dan amal salih.

Materi al-Qur’an Hadis semula terdiri dari dua bidang mata pelajaran yaitu bidang al-Qur’an dan bidang Hadis, kemudian diintegrasikan menjadi satu bidang mata pelajaran al-Qur’an Hadis. Sekalipun demikian di dalamnya tidak bisa dilepaskan dari dua bidang tersebut. Jika dijumlah

materi al-Qur’an sebanyak 21 Surah yakni dari surah al-Fatihah sampai dengan Dhuha. Secara rinci dapat disebutkan satu persatu yaitu surah

Fâtihah, Nâs, Falaq, Ikhlâsh, Lahab, Nashr, Kâfirûn, al-Kawtsar, al-Mâ’ûn, al-Quraysy, al-Fîl, al-Humazah, al-‘Ashr, al-Takâtsur, al-Qâri’ah, al-‘Âdiyât, al-Zalzalah, al-Bayyinah, al-Qadr, al-‘Alaq, al-Tîn, al-Insyirah dan al-Dhuhâ.

Sedangkan materi Hadis terdiri dari minimal 10 Hadis secara tematik yaitu tentang kebersihan, niat, menghormati orang tua, persaudaraan, silaturahim, takwa, menyayangi anak yatim, salat berjamaah, ciri-ciri orang munafik, dan amal salih.

Sebagai materi pendukung adalah sebagai berikut:

(18)

2. Kaedah Tajwid, meliputi:

Waqaf (berhenti bacaannya) dan washal (berlanjut). Al-Qamariyah dan Al-Syamsiyah.

Madd thabi’i, mad wajib muttashil dan mad jaiz munfashil.

Bacaan nun sukun dan tanwin (Izhar, ikhfa, idgham bighunnah dan idgham bila ghunnah dan iqlâb).

Materi pendukung bagi guru untuk memperkaya wawasan adalah: Ilmu al-Qur’an; dan Ilmu Hadis. Dengan demikian materi al-Qur’an Hadis di MI terdiri dari dua materi, yakni: pokok atau esensial dan materi pendukung. Materi pokok adalah materi al-Qur’an dan Hadis sedang materi pendukung adalah materi pengantar dari segi pengenalan baca tulis huruf Arab atau huruf al-Qur’an Hadis serta latar belakang masing-masing materi.16

D. Tujuan Pembelajaran Al-Qur’an Hadits Di MI

Tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. Martinis Yamin, memandang bahwa tujuan pembelajaaran merupakan sasaran yang hendak dicapai pada akhir pembelajaran, dan kemampuan yang harus dimiliki siswa.

Pembelajaran Al-Qur’an-Hadits adalah bagian dari upaya untuk mempersiapkan sejak dini agar siswa memahami, terampil melaksanakan dan mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an-Hadits melalui kegiatan pendidikan. Tujuan pembelajaran Al-Qur’an-Hadits di Madrasah Ibtidaiyah adalah agar murid mampu membaca, menulis, menghafal, mengartikan, memahami, dan terampil melaksanakan isi kandungan Al-Qur’an-Hadits dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah

16

(19)

SWT. Inti ketakwaan itu ialah berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Mata pelajaran Al Qur’an-Hadith pada Madrasah Ibtidaiyah bertujuan:

1. Menumbuhkembangkan kemampuan peserta didik membaca dan

menulis Al Qur’an Hadith;

2. Mendorong, membimbing dan membina kemampuan dan kegemaran

untuk membaca Al Qur’an dan Hadith;

3. Menanamkan pengertian, pemahaman, penghayatan dan pengamalan kandungan ayat-ayat Al Qur’an dan Hadith dalam perilaku peserta didik sehari-hari.

4. Memberikan bekal pengetahuan untuk mengikuti pendidikan pada jenjang yang setingkat lebih tinggi (MTs).17

E. Upaya-Upaya Yang Dilakukan Dalam Mengatasi Problematika Pembelajaran Al-Qur’an Hadis di MI.

1. Dengan meningkatkan profesionalisme guru dengan mengikuti penataran

kependidikan, mengadakan evaluasi hasil belajar siswa dan menambah pelajaran ekstra di luar sekolah, serta dengan melengkapi alat peraga dalam proses belajar mengajar.18

2. Dengan meningkatkan belajar siswa dengan belajar berlatih dan membiasakan membaca, meningkatkan profesionalitas guru, melalui pelatihan pembelajaran Al-Qur'an Hadits dan memperkaya keilmuannya dengan pengetahuan-pengetahuan lainnya, disamping itu guru lebih aktif mencari buku bandingan sebagai pendukung, penggunaan metode yang mengedepankan peran siswa. mengikut sertakan siswa dalam kegiatan di setiap pembelajaran. Guru menciptakan suasana yang kondusif dan komunikatif, penyediaan media dan sarana belajar untuk menunjang keberhasilan proses belajar mengajar, mengetahui karakteristik dan tingkat

17 https://karsoose.wordpress.com/2013/10/17/tujuan-pembelajaran-quran-hadis-di-mi/ 18

(20)

pengetahuan siswa, selain itu guru menguasai dalam strategi penilaian dengan tujuan untuk mempermudah untuk mengevaluasi.19

3. Dengan diadakan kegiatan Qiro'ati dan tadarus, diadakan diklat cara membaca dan mengajarkan Al-Qur'an dengan benar dan menambah perangkat proses belajar mengajar seperti alat pembelajaran dan sumber belajar di kelas.20

19

http://library.walisongo.ac.id/digilib/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jtptiain-gdl-laelysyaku-4625

20

(21)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah bagian terpenting dalam penelitian. Data yang valid dan lengkap sangat menentukan kualitas penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam, Observasi Peran Serta, serta Dokumentasi dalam mengumpulkan data yang peneliti cari, berikut lebih jelas tentang ketiga teknik tersebut.

1. Wawancara Mendalam (Indepth Interview)

Darmadi menyatakan bahwa wawancara adalah pengadministrasian angket secara lisan dan langsung terhadap masing-masing anggota sample. Apabila wawancara dilakukan dengan baik, ini dapat menghasilkan data yang mendalam yang tidak mungkin di dapat dengan angket, pewawancara dapat menanyakan lagi untuk jawaban-jawaban yang tidak jelas/kurang lengkap. akan tetapi

wawancara cukup memerlukan waktu dan biaya yang tidak sedikit meskipun hanya melibatkan sampel yang lebih kecil. lagipula, respon yang diberikan oleh objek bisa-bisa terpengaruh oleh reaksi terhadap pewawancara. Oleh karena itu wawancara memerlukan keterampilan khusus dibidang komunikasi dan “human relation”.21

Secara garis besar ada dua macam pedoman wawancara yaitu; a) pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan, b) pedoman wawancara terstruktur, yaitu wawancara yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai check-list. Pewawancara tinggal membubuhkan tanda (check) pada nomer yang sesuai.22

21 Darmadi, 2011: 158

22

(22)

Sedangkan Esterberg di dalam Sugiono mengemukakan tiga jenis wawancara, yakni wawancara terstruktur, wawancara semistruktur, dan wawancara tidak terstruktur.23 Pedoman wawancara yang digunakan di dalam penelitian ini adalah bentuk semi struktur. Dalam hal ini mula-mula pewawancara menanyakan serentetan pertanyaan yang sudah di buat sebelumnya, kemudian satu persatu diperdalam dalam mengorek keterangan lebih lanjut, apabila ada informasi yang belum dimengerti oleh peneliti. Dengan demikian jawaban yang diperoleh tidak bias dan mendalam.

2. Observasi Peran Serta (Participant Observation)

Darmadi menyatakan bahwa observasi adalah instrument lain yang sering dijumpai dalam penelitian pendidikan. Dalam observasi ini peneliti lebih banyak menggunakan indra penglihatannya. Instrumen observasi akan lebih efektif jika informasi yang hendak diambil berupa fakta alami, tingkah laku, hasil kerja informan dalam situasi alami. Sebaliknya instrument observasi mempunyai

keterbatasan dalam menggali informasi yang berupa pendapat atau persepsi dari subjek yang diteliti. untuk memaksimalkan hasil observasi, peneliti dapat menggunaan beberapa alat bantu observasi misalnya: buku catatan, check list berisi objek yang perlu mendapat perhatian lebih dalam pengamatan. Alat lain yang juga dapat digunakan yakni kamera, film proyektor, dan sebagainya, maka peneliti diharapkan dapat memilih yang tepat dan memaksimalkan pengambilan data dilapangan.24

Nasution dalam Sugiyono menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang

23 Sugiyono, 2012: 233

24

(23)

diperoleh melalui observasi.25 Untuk memudahkan peneliti dalam melakukan observasi, berikut ini adalah contoh pedoman observasi yang akan digunakan dalam penelitian dikutip dari Suharsaputra, 2012: 212.

Selain observasi yang dilakukan dengan pedoman diatas, peneliti juga melakukan observasi tak berstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sitematis tentang apa yang akan

diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti

tidak mempersiapkan instrument observasi yang baku melainkan hanya berupa rambu-rambu pengamatan, karena peneliti belum tahu pasti apa yang akan terjadi, jenis data apa yang akan berkembang dan dengan cara apa data baru itu paling sesuai untuk dieksplorasi.26 Observasi ini dilakukan untuk mengamati bagaimana proses kegiatan pembelajaran Al-Qur’an Hadis di kelas IV, problematika apa yang di

25 Sugiyono, 2012: 310 26

(24)

temukan saat pelaksanaan pembelajaran serta upaya guru dalam mengatasi problematika yang ada.

3. Dokumentasi (documentation)

Cara lain untuk memperoleh data dari informan adalah menggunakan teknik dokumentasi. Pada teknik ini, peneliti dimungkinkan memperoleh informasi dari bermacam-macam sumber tertulis atau dokumen yang ada pada informan atau tempat, di mana informan melakukan kegiatan sehari-harinya.Sugiyono mengatakan bahwa dokumen adalah catatan peristiwa yang sudah berlaku. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, hasta karya dan lai-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap metode

observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.27

Teknik ini penting digunakan karena dari informasi yang ada dapat di analisis lebih dalam sebagai mana yang ada dalam dokumen.

Karena “banyak informasi yang karena sifatnya sudah ada tapi

tersimpan dalam dokumen, sehingga untuk mengenalinya membutuhkan upaya menganalisa dokumen”.28 Demi kepentingan penelitian, orang membutuhkan dokumen sebagai bukti otentik dan mungkin juga menjadi pendukung suatu kebenaran.

Sumber dokumen yang ada pada umumnya dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu dokumen resmi, termasuk surat keputusan, instruksi, piagam penghargaan, dan sumber dokumentasi tidak resmi

27 Sugiyono, 2013 : 329

28

(25)

yang mungkin berupa surat nota, surat pribadi yang memberikan informasi yang kuat terhadap suatu kejadian tertentu.29

Dalam penelitian tentang problematika pembelajaran Al-Quran Hadis di Madrasah Ibtidaiyah kelas III peneliti akan menghimpun dokumen-dokumen mengenai berbagai kegiatan dan momentum atau program-program sekolah yang berkaitan dengan fokus penelitian, seperti , RPP, silabus , serata foto kegiatan proses kegiatan pembelajaran , maka dokumen berupa foto, atau laporan kegiatan dapat menjadi sumber data.

B. Teknik Analisis Data

Analisis data akan dilakukan sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Menurut Nasution di dalam Sugiyono, analisis telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data

lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data.30

Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan berikutnya sampai tahap tertentu, sampai diperoleh data yang dianggap kredibel. Miles and Huberman yang dikutip oleh Sugiono, mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.31

Mengingat penelitian ini menggunakan desain studi multi situs, maka dalam menganalisis data tidak cukup terhenti sampai analisis data kasus

29 Darmadi, 2011 : 266

30 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, hlm. 336. 31

(26)

individu (individual case), akan tetapi haru pula dilanjutkan dengan analisis data lintas kasus (cross case analysis), sebagaimana yang di ungkapkan Yin bahwa jika penelitian menggunakan rancangan studi multikasus, maka dalam menganalisis data dilakukan dua tahap analisis, yaitu: a). Analisis data kasus (individual case), dan b). Analisis data lintas kasus (cross case analysis).32

1. Analisis Data Kasus Individu

Analisis data kasus individu dilakukan pada masing objek yaitu MIN MODEL Kota Jambi, peneliti melakukan interpretasi data yang berupa kata-kata, sehingga diperoleh makna (meaning).

Data-data yang dianalisis sesuai dengan model interaksi melalui beberapa tahapan-tahapan, sebagaimana yang dikemukakan Miles & Huberman bahwa aktivitas dalam analisa, yaitu data

reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.

Reduksi data, data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak untuk itu maka perlu di catat secara teliti dan rinci.

Seperti telah dikemukakan, makin lama penliti ke lapangan, maka jumlah data akan makin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Reduksi data dapat dibantu dengan komputer mini, dengan memberi kode pada aspek-aspek tertentu. Dalam situasi sosial tertentu, peneliti dalam mereduksi data mungkin akan memfokuskan pada Problematika Pembelajaran Al-Qur’an Hadis.33

Penyajian data, Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian siangkat, bagan,

32 Robert K. Yin, Studi Kasus, Memahami hlm. 61. 33

(27)

hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Selanjutnya disarankan, dalam melakukan display data, selain dengan teks yang naratif, juga dapat berupa, grafik, matrik, network (jejaring kerja) dan chart.34

Kesimpulan/Verifikasi data, langkah ke tiga dalam anaisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verivikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahan pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat penelitin kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.35

Dengan demikian, kesimpulan dari verifikasi data yang ada

akan menjawab rumusan masalah yang telah disusun sebelumnya, atau mungkin juga tidak. Hal ini dikarenakan, bahwa penelitian kualitatif lebih bersifat dinamis tidak statis.

Untuk membantu dan memudahkan penelitian dalam penelitian, Hamidi menyarankan empat langkah praktis dalam teknik analisa data, yakni: 1) Membuat catatan lapangan (field recording). 2) Membuat catatan penelitian (research recording), 3) Mengelompokkan data sejenis (grouping), 4) Menginterpretasikan data (interpretation).

2. Analisis Data Lintas Kasus

Analisis lintas kasus dimaksudkan sebagai proses membandingkan temuantemuan yang diperoleh dari masing-masing

34 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, hlm. 341. 35

(28)

kasus sekaligus sebagai proses memadukan antar kasus. Louis dan Heriot di dalam Miles & Humberman sasaran studi multikasus adalah meningkatkan rampatan, pemberina kepastian bahwa peristiwa dan proses dalam latar yang dideskripsikan dengan baik tidak seluruhnya mempunyai karekteristik yang khusus. Dengan kata lain, masalahnya adalah melihat proses dan keluaran yang terjadi antara banyak kasus dan situs, memahami bagaimana proses tersebut disimpangkan oleh variasi kontekstual lokal tertentu. Kemudian alasan mengkaji kelompok-kelompok perbandingan ganda dikemukakan oleh Glaser dan Strauss bahwa, secara konseptual, peneliti tersebut menggunakan kelompok pembanding ganda untuk menemukan jenisjenis struktur sosial di tempat teori atau subteori dapat diterapkan. Dengan membandingkan situs atau kasus, orang dapat menetapkan rentang rampatan dari temuan atau penjelasan, dan dalam pada itu, menemukan kondisi di tempat temuan tersebut berada.36

C. Pengecekan Keabsahan Data

Karena yang dicari adalah kata, maka tidak mustahil ada kata-kata keliru yang tidak sesuai antara yang dibicarakan dengan keadaan yang sesungguhnya, maka diperlukan sebuah pengujian kredibilitas melalui triangulasi data. Sugiyono mengartikan triangulasi sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada, maka jika bila peneliti melakukan data dengan teknik triangulasi, maka peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yakni pengecekan kredibilitas data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagi

36

(29)

waktu.37 Dengan demikian terdapat tiga triangulasi, yang pertama, trianggulasi sumber, trianggulasi teknik pengumpulan data, dan waktu.38 1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber digunakan untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber. Misalnya peneliti akan mencari Problematika Pembelajaran Al-Qur’an Hadis, maka peneliti akan mengumpulkan data dari kepala sekolah, guru-guru kelas yang mengajar pendidikan Al-Qur’an Hadis, dan siswa-siswa. Data dari ke tiga sumber tersebut, tidak biasa dirata-ratakan seperti penelitian kuantitatif, tetapi dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pendangan yang sama, yang berbeda, dan mana yang spesifik dari tiga sumber data tersebut. Data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan (member check) dengan tiga sumber data tersebut.39

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data yang diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, atau kuisoner. Bila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut, menghasilkan dta yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikasn data mana yang dianggap benar. Atau mungkin semuanya benar, karena sudut pandangnya berbeda.40

37 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, hlm. 83 38 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, hlm. 125 39 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, hlm. 127 40

(30)

3. Triangulasi Waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat nara sumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih credible. Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastiannya.41

41

(31)

BAB IV

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Berangkat dari focus penelitian yang dikemukakan pada bab 1 yang ingin mengungkapkan dan memaparkan tentang Problematika Pembelajaran Al-Qur’an Hadis Kelas III di MIN MODEL Kota Jambi, maka dalam bab 4 ini peneliti memaparkan data sesuai dengan temuan peneliti di lapangan. Selain itu ada pula pada bab 4 ini di paparkan gambaran umum tentang sekolah yang diteliti. Pembahasan pada tahap paparan data ini terdiri dari 3 bagian pembahasan, yaitu: deskripsi umum lokasi penelitian, paparan data, dan temuan penelitian.

A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian 1. Gambaran Umum MIN Kota Jambi

Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kota Jambi adalah sebuah lembaga pendidikan yang dipindahkan dari MIN 4 Kerinci. Kemudian di SK kan oleh Kemenag RI MIN di Kota Jambi. Dulu namanya bukan MIN Kota Jambi, tetapi MIN 4 Sukorejo. MIN ini didirikan pada tahun 1975, mulai

beroperasi pada tahun 1978 dengan keadaan kelas yang cukup baik. Sekolah ini memiliki 1000 M2 dan luas bangunan sekitar 6X24 M2 dengan setatus tanah milik sendiri dengan akreditasi B.42 Disebut MODEL karena banyak prestasi, dan mungkin juga karena berdampingan MAN dan MTS MODEL Kota Jambi.43

2. Visi dan Misi MIN Kota Jambi 1) Visi :

Akhlak Mulia, Cerdas, Berprestasi. 2) Misi :

1. Mewujudkan peserta didik yang berakhlak mulia.

42 Bagian TU MIN Kota Jambi, Profil MIN Kota Jambi, hlm. 1

43 Wawncara dengan Bapak Suyanto selaku Kepsek, pada hari senin 7 November 2016, pkl. 11.35

(32)

2. Membentuk peserta didik yang cerdas , berprestasi di bidang IMTAQ dan IPTEK.

3. Mewujudkan peserta didik yang memiliki kecakapan emosional spiritual, social, dan intelektual.

4. Menciptakan hubungan kerjasama orang tua, peserta didik, dan masyarakat.

3) Tujuan Umum MIN Kota Jambi

1. Siswa beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia.

2. Siswa sehat jasmani dan rohani.

3. Siswa memiliki dasar-dasar pengetahuan, kemampuan, dan keterampilanuntuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. 4. Mengenal dan mencintai bangsa, masyarakat, dan kebudayaan. 5. Siswa kreatif, terampil, dan bekerja untuk dapat mengembangkan

diri secara terus menerus44 3. Letak Geografis MIN Kota Jambi

Ditinjau dari letak geografisnya, MIN Kota Jambi ini memiliki posisi yang berada di sekitar daerah perkotaan. MIN Kota Jambi ini terletak di Jl. aditiyawarman Sukarejo Kelurahan Thehok, Kecamatan Jambi Selatan, Kota Jambi. Madrasah ini tidak cukup jauh dari pusat kecamatan yang hanya berjarak kurang lebih 1KM, dari pusat kota yang hanya kurang lebih 3KM, yang terletak pada lintas jalan kecamatan.45

Berikut ini gambar halaman sekolah MIN Kota Jambi :

44 Bagian TU MIN Kota Jambi, Profil MIN Kota Jambi. Hlm. 2 45

(33)

Gambar 1

Gerbang Depan MIN Kota Jambi (Sumber: Dokumentasi Pribadi Kelompok 8)

Gambar 2

(34)

Gambar 3

Halaman Belakang MIN Kota Jambi (Sumber: Dokumentasi Pribadi Kelompok 8)

a. Program Kegiatan Dalam Mencapai Visi Misi MIN Kota Jambi 1) Program kegiatan bagi siswa di MIN Kota Jambi

a) Jabat tangan setiap pagi sebelum masuk sekolah.

b) Do’a bersama ketika masuk sekolah, mulai dari kelas 1 s/d kelas 6.

c) Sholat zhuhur berjama’ah secara bergiliran. d) Pembacaan yasin di setiap jum’at pagi. e) Gontong royong setiap 1 bulan sekali.

2) Kegiatan Ekstrakurikuler, yang merupakan program dari Kesiswaan untuk mengembangkan bakat dan minat siswa serta mempersiapkan siswa dalam lomba di bidang non akademik, meliputi:

(35)

f) Olahraga

B. Paparan Data Hasil Penilitian

1. Problematika Dalam Persiapan Perangkat Pembelajaran

Perangkat program pembelajaran merupakan sesuatu hal yang sangat penting dalam terlaksananya kegiatan pembelajaran. Dengan adanya perangkat pembelajaran maka program-program kegiatan pembelajaran di sebuah lembaga pendidikan akan lebih terarah. Perangkat pembelajaran dapat di gunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan segala kegiatan pembelajaran di sekolah. Dibawah ini akan penulis paparkan data berdasarkan temuan yang telah didapatkan melalui, wawancara, observasi dan dokumentasi.

a) Problematika Persiapan Program Tahunan dan Program semesteran

Persiapan dalam pembuatan program tahunan dan program semseteran dilakukan oleh setiap guru karena setiap guru harus memiliki

program-program yang akan di jalankan. . Dalam mempersiapkan membuat prota dan prosem ini bagi guru di MIN Kota Jambi, guru telah memiliki acuan prota dan prosem yang telah adanya sebelumnya artinya dalam persiapan program pembelajaran guru telah di permudah dengan mencari prota dan prosem yang sudah ada dan guru hanya tinggal mengkondisikan dengan sekolahnya masing-masing karena di setiap sekolah memiliki sarana prasaran serta fasilitas yang berbeda. Berikut ini hasil wawancara yang telah peneliti lakukan dengan informan yang menjadi sumber data penelitian.

Emm itu sebelumya memang sudah ada contoh berkas yang sebelumnya, jadi tinggal bapak teruskan saja.46

46

(36)

Iya, kendala sekarang ini ya menyesuaikan dengan kurikulum itu antara KTSP dengan K13 itu.47

Dari wawacara peneliti dengan informan diatas dapat dipahami bahwa dalam mempersiapkan Program Tahunan dan Semesteran guru mengacu dengan prota dan prosem yang telah ada. Selain melakukan wawancara dan pengamatan, peneliti juga melakukan studi dokumentasi yaitu perihal data dari program semesteran.

Berdasarkan beberapa pernyataan dan observasi diatas peneliti mengambil sebuah kesimpulan bahwa dalam persiapan pembuatan program tahunan maupun semesteran guru tidak secara langsung membuat sendiri akan tetapi guru mengacu dan melihat program tahunan dan program semesteran yang sudah di buat sebelumnya. Gurunya hanya tinggal merubah program tahunan dan semester yang di sesuaikan dengan kondisi sekolahnya masing-masing, karena tidak semua sekolah memiliki sarana prasarana serta fasilitas yang sama. Dengan demikian Guru menyesuaikan KTSP dengan K13.

b) Problematika Analisis Hari Efektif

Selain persiapan program tahunan dan semester guru juga perlu melakukan persiapan dalam menganalisis hari efektif karena hal tersebut juga merupakan bagian dari program pembelajaran. Menganalisa hari efektif sangat perlu dilakukan oleh setiap guru. Berkaitan dengan analisis hari efektif di MIN Kota Jambi kelas III, guru mengacu kepada kalender pendidikan yang telah di rancang oleh dinas terkait . Hambatanya adalah jika pihak sekolah lambat menerima kalender pendidikan maka akan lama juga guru dalam menganalisis hari-hari efektif. Berikut ini hasil wawancara yang telah peneliti lakukan dengan informan yang menjadi sumber data penelitian.

47

(37)

Kalau kendala tidak ada, Cuma terkadang sering lambat pihak dinas memberi kalender pendidikan, jadi ya lambat juga kita menganalisis hari efektif.48

Berdasarkan wawancara diatas dapat di simpulkan bahwa dalam menganalisi hari efektif guru mengacu kepada kalender

pendidikan yang ada kemudian guru baru menganalisis hari-hari efektif yang di sesuaikan dengan kondisi sekolahnya. Selain melakukan wawancara peneliti juga malakukan studi dokumentasi berkaitan hari efektif di MIN Kota Jambi yang terdapat pada lampiran data.

c) Problematika dalam Perencanaan Silabus dan RPP

Silabus dan RPP merupakan bagian dari perangkat pembelajaran. Silabus dan RPP di buat sebagai acuan dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Dengan adanya Silabus dan RPP guru akan lebih mudah menjalankan proses belajar mengajar di dalam silbaus dan RPP ini terdapat metode ,materi, alokasi waktu, dll, hingga penilaian terhadap proses pembelajaran yang di laksanakan. Berkaitan dengan persiapan guru dalam merancang program silabus dan RPP guru kelas III tidak begitu mengalami hambatan yang banyak, tetapi sama seperti prota dan prosem guru mengacu kepada Silabus dan RPP yang memang sudah ada sebelumya. Guru bikin sendiri silabus dan RPP yang telah di buat kemudian di kondisikan dengan kondisi sekolahnya karena di setiap sekolah pasti memiliki fasilitas, sarana dan prasarana yang berbeda. Hambatan dalam persiapan silabus dan RPP

lebih kepada praktek dalam menjalankan apa yang telah di rancang melalui silabus dan RPP. Karena bagi guru sebaik apapun silabus dan RPP yang telah di rancang akan berbeda ketika implementasinya di dalam proses pembelajaran. Hal ini di buktikan dengan hasil

48 Wawncara dengan Bapak Idrus selaku Guru Bidang Studi Al-qur’an Hadis, pada hari senin 7

(38)

wawancara dengan Bapak Muhammad Idrus serta studi dokumentasi berkaitan dengan data Silabus dan RPP yang di miliki guru Bidang Studi Al-qur’an Hadis yang terdapat di lampiran data

Untuk pembuatan silabus dan RPP bapak rasa tidak ada masalah lah ya.49

2. Problematika Yang di Hadapi Guru Dalam Kegiatan Proses Pembelajaran di Dalam Kelas

a) Problematika Berkaitan Dengan Pola Tingkah Laku Siswa

Proses pembelajaran merupakan point utama dari kegitan yang ada di sekolah. Proses pembelajaran merupakan interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dalam pemberian ilmu oleh guru. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran ini khususnya pada materi Al-Qur’an Hadis banyak sekali problematika yang di hadapi guru. Hal pertama yang menjadi problematika pembelajaran yaitu dari segi tingkah laku para siswanya yang cenderung sangat aktif. Aktif di sini siswanya banyak yang ribut ketika pelaksanaan proses pembelajaran, terkadang mereka asik dengan mainannya sendiri tidak memperhatikan penjelasan guru , mereka juga berjalan ke kursi temanya yang lain. Berikut ini hasil wawancara yang telah peneliti lakukan dengan informan yang menjadi sumber data penelitian.

oohh..tentu saja, banyak sekali kendala yang saya alami dalam pola tingkah laku siswa, seperti siswa yang ribut, yang asyik dengan mainanannya dan berjalan ke kursi temannya.50

Berkaitan dengan pola tingkah laku siswanya tersebut ada beberapa trik dan strategi yang di gunakan guru dalam upaya

49 Wawncara dengan Bapak Idrus selaku Guru Bidang Studi Al-qur’an Hadis, pada hari senin 7

November 2016, pkl. 10.25 WIB di ruangan perpustakaan MIN Kota Jambi.

50 Wawncara dengan Bapak Idrus selaku Guru Bidang Studi Al-qur’an Hadis, pada hari senin 7

(39)

meningkatkan konsentrasi siswa dalam memahami pelajaran dan juga mengatasi pola tingkah laku siswanya tersebut. Berikut hasil wawancara dengan Bapak Muhammad Idrus, S.Pd.I berkaitan dengan upaya tersebut.

biasanya saya merubah tempat duduk anak suka ribut terbut, memindahkan anak tersebut ke depan yang mulanya duduk di belakang.51

Selain strategi mengubah tempat duduk dalam mengatasi siswa yang kurang memperhatikan penjelasasan guru dan mereka ribut, guru juga menyita mainan anak tersebut selama proses Pembelajaran. Berikut hasil wawancara dengan Bapak Muhammad Idrus, S.Pd.I berkaitan dengan upaya tersebut .

kalau menghadapi anak yang asyik dengan mainnya saya beda lagi strateginya, biasanya saya menyita mainan anak tersebut selama proses pembelajaran, setelah selesai saya kembali lagi mainan anak tersebut.52

Dari beberapa hasil wawancara dan studi dokumentasi di atas dapat di simpulkan bahwa hal pertama yang menjadi Problematika dalam pelaksanaa kegiatan pembelajaran yang di hadapi guru adalah pola tingkah laku siswanya. Siswa yang ribut, yang asik dengan mainanya sendiri, siswa yang selalu berjalan-jalan dan berpindah-pindah duduk untuk berbicara dengan teman yang lain pada saat pelajaran. Dalam Hal ini guru juga telah melakukan dan menggunakan strategi menyita mainan anak tersebut, dan merubah posisi duduk siswa agar tidak berkumpul dengan sesama temanya yang ribut. Akan tetapi hal tersebut sepertinya belum mampu mengatasi keadaan siswa

51 Wawncara dengan Bapak Idrus selaku Guru Bidang Studi Al-qur’an Hadis, pada hari senin 7

November 2016, pkl. 10.25 WIB di ruangan perpustakaan MIN Kota Jambi.

52 Wawncara dengan Bapak Idrus selaku Guru Bidang Studi Al-qur’an Hadis, pada hari senin 7

(40)

yang ribut. Ketika pelaksanaannya terkadang siswa hanya mengikut perintah tersebut tidak bertahan lama, sehingga siswa akan kembali mengulangi pola tingkah laku yang sama.

b) Problematika Pembelajaran Berkaitan Dengan Cara Penyampaian Materi Dalam Pembelajaran Al-Qur’an Hadis

Cara penyampaian ini sangat penting, karna ini menyangkut pemahaman siswa terhadap pelajaran. Tidak semua siswa memiliki pemahaman yang sama dalam menerima sebuah materi pembelajaran. Jadi guru harus kreatif dalam menentukan cara penyampaian materi. Sebagaimana wawancara dengan Bapak Idrus.

kalau materi yang sulit itu saya rasa tidak ada, karna materi

Al-Qur’an Hadis ini materinya tentang surah pendek. Mungkin

kalau materi yang sulit itu di alami oleh siswa. Karna setiap siswa berbeda-beda daya tangkapnya.53

Berkaitan dengan materi, siswa cenderung bosan dengan cara gurunya menyampaikan materi menggunakan cara yang sama. Sehingga membuat siswanya bosan. Sebagai mana wawancara dengan siswa kelas III MIN Kota Jambi.

iya kak, terus kami di suruh membaca berulang-ulang, terus disuruh salah satu dari kami membacakannya, sudah itu di suruhnya kami mnghafal di rumah dan di suruh membaca satu persatu pada minggu depan.54

Berdasarkan wawancara di atas peneliti menyimpulkan bahwa guru hanya menggunakan cara yang itu-itu saja, tidak ada cara baru.

53 Wawncara dengan Bapak Idrus selaku Guru Bidang Studi Al-qur’an Hadis, pada hari senin 7

November 2016, pkl. 10.25 WIB di ruangan perpustakaan MIN Kota Jambi.

54 Wawncara dengan Haikal selaku siswa kelas III MIN Kota Jambi, pada hari senin 7 November

(41)

Sehingga siswanya yang mengalami kendala dalam menerima materi, sehingga gurunya yang membuat siswa bosan.

c) Problematika Pembelajaran Berkaitan Dengan Media Yang Digunakan Dalam Pembelajaran Al-Qur’an Hadis.

Berkaitan dengan media pembelajaran guru tidak menggunakan media dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadis. Berikut ini wawancara dengan guru bidang studi Al-Qur’an hadis.

Peneliti I : Ini saya mau tanya-tanya soal media pak. Media yang bapak pakai itu media apa aja yang di dalam kelas untuk mengajar?

Informan : Untuk saat ini ya masih papan tulis, spidol, buku. Itu saja.

Peneliti I : Masih memakai sarana kelas itu ya pak? Informan : Iya sarana kelas. Untuk infokus belum

Berdasarkan wawancara di atas peneliti menyimpulkan bahwa dalam pembelajaran guru tidak menggunakan media dalam proses pembelajaran. Sedangkan fasilitas sudah ada.

d) Problematika Pembelajaran Berkaitan Dengan Sarana Dan Prasarana Di MIN Kota Jambi

Berkaitan dengan sarana dan prasarana yang ada di MIN Kota Jambi sangat memungkinkan dikarenakan MI ini yang negeri di Provinsi Jambi. Ketika ditanya sarana dan prasarana, Kepala Madrasah Kota Jambi menjawab, disamping fasilitas yang cukup memungkinkan

55 Wawncara dengan Bapak Idrus selaku Guru Bidang Studi Al-qur’an Hadis, pada hari senin 7

(42)

MIN ini masih kekurangan local, dikarenakan minat siswa yang tinggi untuk masuk MIN tersebut, sedangkan local terbatas. Berikut ini wawancara yang telah peneliti lakukan dengan informan yang menjadi sumber data penelitian.

Ya kalo secara keseluruhan, jumlah murid sekitar 361. Kelas 1 lima local, kelas 2 lima local, kelas 3 empat local, kelas 4 empat local, kelas 5 tiga local, dan kelas 6 tiga local. Jadi rata-rata 32 siswa perkelas dalam batas normal. Hanya saja di sini kan jumlah lokalnya 24 seharusnya, dan local kita tidak cukup, ya akhirnya yang kelas 1 dengan kelas 2 ni kita menggunakan system bergantian, kelas 1 masuk pagi sampai setengah 12 ganti lagi kelas 2 sampai jam 2.20.56

Berdasarkan wawancara di atas peneliti menyimpulkan bahwa MIN Kota Jambi masih kekurangan local. Dikarenakan minat siswa yang tinggi untuk masuk MIN tersebut, sedangkan local terbatas.

3. Problematika yang dihadapi siswa dalam kegiatan proses pemebelajaran dalam kelas

Adapun pandangan siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran Al-Qur’an Hadis berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan setiap siswa memiliki tanggapan yang sama dalam hal pelaksanaan pembelajaran. Siswa haikal dan yusuf mengatakan biasa saja mengikuti pelajaran pak idrus. Berikut ini wawancara dengan siswa.

Peneliti IV : tadi menurut adek, belajar dengan bapaknya enak gak? Informan : biasa aja kak

Peneliti IV : emeng bapaknya ceramah terus ya dek dalam ngajar ? Informan : iya kak, terus kami di suruh membaca berulang-ulang,

terus disuruh salah satu dari kami membacakannya,

56 Wawncara dengan Bapak Suyanto selaku Kepala Sekolah, pada hari senin 7 November 2016, pkl.

(43)

sudah itu di suruhnya kami mnghafal di rumah dan di suruh membaca satu persatu pada minggu depan.57

Peneliti III : menurut adek pelajaran al-qur’an hadis tadi asyik atau tidak ?

Informan : biasa saja58

Dari tingkah laku temannya yang sering usil membuat siswa susah kosentrasi dalam menerima materi. Berikut ini hasil wawancara dari salah satu siswa kelas III.

Peneliti II : biasanya teman-temannya adek gimana ? Apakah sering ribut atau usil gitu ?

Informan : iya, sering nyagil kak

Peneliti II : apakah adek rishi gitu dengan kawan yang seperti itu ? Informan : iya kak

Peneliti II : apakah konsentrasi adek jadi terganggu ? Informan : iya kak59

Dari segi media guru tidak pernah menggunakan media dalam

proses pembelajaran. Berikut ini hasil wawancara dengan siswa kelas III.

Peneliti II : di dalam belajar, bapaknya pernah pakai gambar atau kayak film itu gak dek?

Informan : tidak pernah kak60

Berdasarkan hasil wawancara di atas yang menjadi kendala siswa adalah berkaitan dengan cara penyampain gurunya, pola prilaku siswa yang sering usil dengan temannya, dan dalam proses pembelajaran guru tidak menggunakan media.

57 Wawncara dengan Haikal selaku siswa kelas III MIN Kota Jambi, pada hari senin 7 November

2016, pkl. 09.30 WIB di ruangan kelas III MIN Kota Jambi.

58

Wawncara dengan Yusuf selaku siswa kelas III MIN Kota Jambi, pada hari senin 7 November 2016, pkl. 11.00 WIB di ruangan kelas III MIN Kota Jambi

59 Wawncara dengan Haikal selaku siswa kelas III MIN Kota Jambi, pada hari senin 7 November

2016, pkl. 09.30 WIB di ruangan kelas III MIN Kota Jambi

60 Wawncara dengan Haikal selaku siswa kelas III MIN Kota Jambi, pada hari senin 7 November

(44)

4. Temuan Penelitian

Temuan penelitian ini disusun berdasarkan hasil paparan data yang telah peneliti temukan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi yang telah dilakukan di MIN Kota Jambi. Di bawah ini akan disajikan temuan penelitian yang berkaitan dengan focus penelitian.

a. Problematika Dalam Persiapan Perangkat Pembelajaran

Persiapan perangkat pembelajaran ini terdapat 3 bagian yaitu persiapan program tahunan dan semester, persiapan dalam menganalisis hari efektif, dan dalam merancang Silabus dan RPP. Temuan terkait problematika persiapan perangkat pembelajaran yaitu: 1) Dalam persiapan pembuatan program tahunan maupun semesteran

guru tidak secara langsung membuat sendiri akan tetapi guru mengacu dan melihat program tahunan dan program semesteran yang sudah di buat sebelumnya.

2) Dalam menganalisi hari efektif guru mengacu kepada kalender pendidikan yang ada kemudian guru baru menganalisis hari-hari

efektif yang di sesuaikan dengan kondisi sekolahnya.

3) Dalam menyusun silabus dan RPP guru tidak begitu mengalami hambatan yang banyak, tetapi sama seperti prota dan prosem guru mengacu kepada Silabus dan RPP yang memang sudah ada sebelumya.

b. Problematika Yang Dihadapi Guru Dalam Proses Kegiatan Pembelajaran.

Temuan penelitian berkaitan dengan Problematika Dalam Proses Kegiatan Pembelajaran, yaitu:

(45)

2) Dari segi cara penyampaiannya gurunya yang membuat siswa bosan.

3) Dari segi sarana dan prasarana MIN Kota Jambi masih kekurangan local.

c. Problematika Yang Dihadapi Siswa Ketika Kegiatan Proses Pembelajaran Al-Qur’an Hadis.

Temuan penelitian terkait problematika yang di hadapi siswa ketika kegiatan proses pembelajaran Al-Qur’an Hadis, yaitu:

1) Cara penyampaian guru yang menggunakan itu-itu saja tidak ada cara baru.

2) Pola prilaku siswa yang sering usil.

3) Dalam pengajaran guru hanya menggunakan metode drill, ceramah, dan penugasan.

(46)

BAB V KESIMPULAN

Kesimpulan

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Asikin Nor, et.al. (2012). Pendidikan Dalam Perspektif Hadits. Banjarmasin: IAIN Antasari Press.

Bahri Djamarah, Syaiful. (2010). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Basuki, dkk. (2010). Cara Mudah Mengembangkan Silabus. Yogyakarta: Pustaka Felika.

Daud Ali, Muhammad. (1998). Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Depag RI. (2003). KBK kurikulum. Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam.

Dewan Redaksi, (1994). Ensiklopedi islam. Jakarta: PT Ikhtiar Baru.

Lutfi, Ahmad. (2009). Pembelajaran Al-quran dan Hadis. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam Departemen Agama Republik

Indonesia.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003. (2003). Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Penjelasannya. Jakarta: Cemerlang.

http://repo.iain-tulungagung.ac.id/1423/

http://library.walisongo.ac.id/digilib/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jtptiain-gdl-laelysyaku-4625

(48)

https://reyneeazzahra.wordpress.com/2013/12/05/karakteristik-pengelolaan-pembelajaran-al-quran-hadits-di-madrasah-ibtidiyah/

https://karsoose.wordpress.com/2013/10/17/tujuan-pembelajaran-quran-hadis-di-mi/

http://repo.iain-tulungagung.ac.id/1423/

http://library.walisongo.ac.id/digilib/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jtptiain-gdl-laelysyaku-4625

http://digilib.uin-suka.ac.id/3010/

http://www.pengertianpakar.com/2015/05/teknik-pengumpulan-dan-analisis-data-kualitatif.html

https://ardhana12.wordpress.com/2008/02/08/teknik-analisis-data-dalam-penelitian/

http://metagunawan.blogspot.co.id/2015/09/teknik-analisis-data.html

(49)

Gerbang depan Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kota Jambi

Halaman depan dan belakang Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kota Jambi

Lampiran I : F oto-foto Terkait Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kota

(50)

Perpustakaan Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kota Jambi

Kondisi di belakang Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kota Jambi

(51)

Prestasi Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kota Jambi

(52)

Wawancara dengan siswa kelas III Madrasah Ibtidaiyah Kota Jambi

(53)

Wawancara dengan Guru Bidang Studi Al-Qur’an Hadis Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kota Jambi

(54)

Wawancara dengan Kepala Madrasah Ibtidaiyah Kota Jambi

Poto bersama Kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kota Jambi

Gambar

Gambar 1 Gerbang Depan MIN Kota Jambi
Gambar 3 Halaman Belakang MIN Kota Jambi

Referensi

Dokumen terkait

PEKANBARU 2012.. Berlakunya Undang-Undang Nomor : 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengakibatkan berubahnya paradigma pemerintahan dari dilayani menjadi

Trayek operasional angkutan umum di Tamiang Layang Kabupaten Barito Timur melayani enam trayek secara tetap setiap harinya, di dalam penelitian ini mengevaluasi

1) Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Discount terhadap Impulse Purchasing Behaviour western food The Droids Coffee n’ Grill. 2) Untuk mengetahui bagaimana pengaruh

Hasil regresi dari pengaruh desentralisasi fiskal terhadap angka kematian balita sesuai dengan teori desentralisasi fiskal yang dikemukakan oleh Oates (1993) bahwa

Nilawati Pramuniaga (Pakaian Bayi).. 6 Bedbeda dengan ibu Yuni dan ibu Yulia, ibu Sri tidak pernah menghubungi anak di rumah selama bekerja di Supermarket karena ibu Sri

1. Perpanjangan pengamatan, peneliti sering kelapangan untuk melakukan pengamatan, wawancara dengan sumber-sumber informasi yang pernah diambil datanya. Hal

Konsentrasi yang efektif dalam pengawetan kayu pulai dengan menggunakan asap cair ampas tebu adalah pada perlakuan konsentrasi asap cair ampas tebu 30% dimana

pembentukan kokas melalui reaksi (6) dan (9) menjadi semakin penting pada suhu yang lebih tinggi dan Tergantung sifat pakannya (7), bisa cepat.. nonaktifkan katalis dan