• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Efektivitas Trichodermin dan Fungisida Triadimefon dalam Menghambat Pertumbuhan Jamur Akar Putih Rigidoporus lignosus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji Efektivitas Trichodermin dan Fungisida Triadimefon dalam Menghambat Pertumbuhan Jamur Akar Putih Rigidoporus lignosus"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Karet (Hevea brasiliensis) berasal dari benua Amerika dan saat ini menyebar luas ke seluruh dunia. Karet dikenal di Indonesia sejak masa kolonial Belanda, dan merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memberikan

sumbangan besar bagi perekonomian Indonesia. Diperkirakan ada lebih dari 3,4 juta hektar perkebunan karet di Indonesia, 85% di antaranya 2,9 juta hektar

merupakan perkebunan karet yang dikelola oleh rakyat atau petani skala kecil, dan

sisanya dikelola oleh perkebunan besar milik negara atau swasta (Prahmono, 2013).

Indonesia merupakan negara kedua penghasil karet alam di dunia (sekitar 28 persen dari produksi karet dunia di tahun 2010), sedikit di belakang Thailand

(sekitar 30 persen). Pengembangan karet Indonesia dalam kurun waktu 3 dekade mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, peningkatan ekspor karet cukup signifikan, dari volume ekspor tahun

2002 sebesar 1.496 ribu ton senilai US$ 1.038 juta meningkat menjadi 2.100 ribu ton pada tahun 2009 (Nasir, 2012).

Dalam upaya meningkatkan pendapatan petani karet dan ekspor non migas, mulai tahun 1980-an pemerintah telah mengembangkan pertanaman karet dengan pola intensifikasi, rehabilitasi, perluasan areal dan penanaman ulang.

Sebagai konsekuensinya, berbagai masalah telah timbul, diantaranya adalah hama dan penyakit. Hama dan penyakit merupakan salah satu faktor pengganggu yang

(2)

menimbulkan kerugian pada tanaman karet adalah rayap, jamur akar putih (JAP), jamur upas dan Mouldy-rot (Muklasin dan Matondang, 2010).

Penyakit tanaman karet telah menyebabkan kerugian ekonomi, tidak hanya disebabkan kehilangan produksi akibat kerusakan tanaman tetapi juga mahalnya biaya yang diperlukan dalam pengendaliannya. Diperkirakan kehilangan produksi

setiap tahunnya akibat kerusakan oleh penyakit karet mencapai 5-15%. Penyakit

tanaman karet yang umum ditemukan pada perkebunan diantaranya adalah

JAP. Penyakit JAP disebabkan oleh jamur Rigidoporus lignosus. Serangan JAP telah menyebabkan kerusakan pada akar tanaman (Muharni dan Widjajanti, 2011). Penyakit JAP disebabkan oleh R. lignosus yang menyerang akar tunggang

maupun akar lateral. Penyakit ini dapat mengakibatkan kematian tanaman dengan intensitas yang sangat tinggi terutama pada tanaman karet yang berumur 2-4

tahun. Serangan dapat terjadi mulai pada pembibitan, tanaman belum menghasilkan (TBM) sampai tanaman menghasikan (TM) (Yulfahri et al., 2012).

Pengendalian biologi (hayati) menunjukkan alternatif pengendalian yang

dapat dilakukan tanpa harus memberikan pengaruh negatif terhadap lingkungan dan sekitarnya, salah satunya adalah dengan pemanfaatan agens hayati seperti

virus, jamur atau cendawan, dan bakteri. Jamur atau cendawan mempunyai potensi sebagai agens hayati dari jamur patogenik diantaranya adalah Trichoderma sp. (Ismail dan Tenrirawe, 2010).

Trichoderma sp. adalah suatu jenis jamur yang memiliki kemampuan tumbuh yang sangat cepat dibandingkan jenis lain. Selain itu jamur ini juga

(3)

tetapi populasinya sering menurun akibat kondisi lingkungan yang tidak sesuai (Hutagaol dan Melin, 2000).

Jamur Trichoderma sp. dalam menekan pertumbuhan patogen mampu

memproduksi senyawa racun (antibiotik) berupa trichodermin, trichodermol dan chrysophanol yang dapat menyebabkan lisis pada hifa jamur lain.

Keberhasilan penggunaan agen hayati ini telah banyak dilaporkan di berbagai

penelitian diantaranya untuk mengendalikan penyakit akar putih R. microporus

di perkebunan karet dan teh. Mengendalikan patogen penyebab rebah kecambah Rhizoctania solani, busuk batang Fusarium sp., akar gada Plasmodiophora brassicae, dan patogen Pythium yang merupakan patogen tular tanah yang dapat menyebabkan penyakit rebah kecambah (dumping off) pada kacang-kacangan (Wahyudi, 2011).

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang uji efektivitas trichodermin dan fungisida triadimefon dalam menghambat

pertumbuhan JAP (R. lignosus) pada tanaman karet di laboratorium.

Tujuan Penelitian

Untuk menguji efektivitas trichodermin dan fungisida triadimefon

dalam menghambat pertumbuhan JAP (R.lignosus) pada tanaman karet di laboratorium.

Hipotesis Penelitian

(4)

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna sebagai informasi pengendalian JAP (R. lignosus)

Referensi

Dokumen terkait

Jenis-jenis hama dan penyakit pada tanaman kelapa sawit yang harus mendapat perhatian lebih selama perkembangan kelapa sawit, mengingat potensinya yang besar dalam

Indonesia merupakan negara dengan perkebunan karet terluas di dunia.Tanaman karet ( Hevea Brasiliensis ) merupakantanaman perkebunan yang bernilai ekonomis tinggi.Penyakit jamur

tanaman sehat dengan akar tanaman yang sakit, atau dengan kayu yang. mengandung sumber infeksi.Agar dapat mengadakan infeksi pada

Strategi dan Manajemen Pengendalian Penyakit Akar Putih DiPerkebunan Karet pp 66-86.Dalam Prosiding Pertemuan TeknisnStrategi Pengelolaan Penyakit Tanaman Karet Untuk

Hasil analisis protein media MS tanpa tanaman bangun dan dengan tanaman bangun menggunakan Spectro di Balai Penelitian

Pengendalian Hayati Penyakit Jamur Akar Putih (JAP) pada Tanaman Karet Secara In Vitro dengan Menggunakan. Trichoderma

DAN FUNGISIDA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT JAMUR AKAR PUTIH YANG DISEBABKAN OLEH (Rigidoporus microporus (Sw.) Overeem) PADA PEMBIBITAN KARET EFECTIVENESS TEST OF BIOFUNGICIDES

Uji Efektifitas Trichoderma harzianum dengan Formulasi Granular Ragi untuk Mengendalikan Penyakit Jamur Akar Putih pada Tanaman Karet di Pembibitan.. Jurnal