• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS POLITIK LUAR NEGERI Drugs Traff

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS POLITIK LUAR NEGERI Drugs Traff"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS POLITIK LUAR NEGERI

“Drugs Trafficking di Amerika Selatan: Analisis Kebijakan Luar Negeri Venezuela dalam menghadapi Tuduhan AS mengenai Perdagangan Narkoba”

Disusun oleh:

1. Chikita Hesa Nova Pratama 125120401111018 2. Devy Putri Hertanti 125120401111008

3. Fajria Hasta R 125120400111063

4. Kharisma Tegar V 125120400111023 5. Krisnina Hardiana N 125120407111049 6. Muhammad Wahyu Diansyah 125120407111032 7. Pradika Alif Shanaswara 125120407111005 8. Laita Frionamta 125120407111040 9. Mentari K. Putri 120120407111023 PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Makalah ini kami membahas mengenai “Drugs Trafficking di Amerika Selatan: Analisis Kebijakan Luar Negeri Venezuela dalam menghadapi Tuduhan AS mengenai Perdagangan Narkoba” dimana kami menganalisis sebuah kebijakan luar negeri yang dikeluarkan oleh Venezuela dengan menggunakan pendekatan Neoliberal Institusional. Makalah ini kami buat sebagai tugas pada matakuliah Analisis Politik Luar Negeri.

Terimakasih kepada pihak – pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini. Berkat bantuan dari pihak – pihak tersebut makalah ini dapat terselesaikan sesuai jadwal dan rencana kami.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kesalahan yang menyebabkan ketidaksempurnaan. Maka dari itu, kami memohon maaf dan mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun untuk makalah yang kami susun.

(3)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada era globalisasi, batas-batas antar negara menjadi sesuatu yang tidak lagi diperhatikan. Peredaran informasi, perkembangan teknologi, serta perdagangan telah menjadi sektor yang terbuka bagi masyarakat internasional. Namun hal ini juga berdampak buruk bagi sektor keamanan, contohnya peredaran narkoba yang semakin luas dan dipermudah.

Amerika Latin sebagai salah satu kawasan yang memiliki predikat buruk mengenai narkoba, sudah sejak lama menjadi sorotan dunia internasional. Peredaran Coccaine dan Mariyuana di kawasan Eropa dan USA sebagian besar berasal dari Amerika Latin. Meskipun demikian, perjuangan untuk memberantas peredaran narkoba sudah sejak lama dilakukan oleh negara-negara dunia internasional. Terutama dengan dibuatnya kebijakan-kebijakan dalam mengatasi permasalahan tersebut.

Pada analisis kebijakan luar negeri yang akan kami lakukan, negara yang digunakan sebagai acuan adalah Venezuela dari kawasan Amerika Latin. Sebagai contoh kasus, Venezuela dikabarkan telah menjadi jalur peredaran narkoba sebelum tersebar ke kawasan lainnya. Karena hal tersebut, USA memberi ultimatum kepada Venezuela mengenai kegagalannya dalam menjaga keamanan.

Lalu pertanyaannya adalah, mengapa USA melontarkan berbagai intervensi seperti tuduhan dan pernyataan yang buruk kepada Venezuela? Dari informasi yang kami peroleh, sebelum masa kepemerintahan Hugo Chavez dan Nicolas Maduro, USA memiliki berbagai kepentingan di Venezuela, terutama dalam hal minyak.

Venezuela adalah salah satu negara yang memiliki sumberdaya minyak terbesar di dunia dan sebelum Hugo Chavez terpilih, pemerintah sangat patuh kepada kepentingan USA. Faktanya, Venezuela kemudian melakukan privatisasi industri minyak, dan seluruh industri lainnya setelah Chavez terpilih.1 Selain itu, Chavez tidak

1

Mike Whitney. “Why Did Washington Hate Hugo Chavez? An Interview with Author and Revolutionary Eva Golinger”. http://venezuelanalysis.com/analysis/9905

(4)

hanya mengklaim dan mengubah industri minyak untuk redistribusi kekayaan dan memastikan perusahaan luar negeri mentaati hukum (seperti membayar pajak dan royalti), tetapi dia juga menasionalisasikan sumberdaya strategis milik USA yang berada di negaranya, seperti emas, listrik, dan telekomunikasi.2 Semenjak itulah kemudian USA mulai membenci Venezuela, karena tindakan Chavez tersebut mengakibatkan seluruh agenda kepentingan di USA menjadi kacau dan tidak sesuai dengan target. Apalagi pemerintahan setelah Hugo Chavez yang dipegang oleh Nicolas Maduro juga menunjukan perilaku yang anti terhadap USA. Tidak heran jika kedua negara ini seringkali terdapat suatu permasalahan dalam proses interaksi dan kerjasamanya.

Menanggapi hal tersebut, Venezuela kemudian membuat berbagai tindakan dan kebijakan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Karenanya, kelompok kami akan menjelaskan dan menjabarkan bagaimana perilaku dan kebijakan negara Venezuela dalam mengatasi permasalahan yang ada. Terutama mengenai isu narkoba dan keamanan.

(5)

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana analisis kebijakan luar negeri Venezuela pada masa pemerintahan Nicolas Maduro dalam mengatasi tuduhan Amerika Serikat yang menyatakan bahwa Venezuela tidak mampu menjaga kemanan di negaranya dalam bidang obat-obatan terlarang?

1.3 Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah menganalisis kebijakan luar negeri Venezuela atas tuduhan Amerika Serikat terkait perdagangan narkoba melalui pendekatan neoliberal institusionalisme.

1.4 Manfaat

a. Bagi Pembaca

Memahami analisis kebijakan luar negeri Venezuela pemerintahan Nicolas Maduro dalam mengatasi tuduhan Amerika Serikat yang menyatakan bahwa Venezuela tidak mampu menjaga kemanan di negaranya dalam bidang obat-obatan terlarang yang dijelaskan melalui pendekatan neoliberal institusionalisme.

b. Bagi Penulis

(6)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Foreign Policy

Untuk menganalisa kebijakan luar negeri Venezuela dalam memberantas perdagangan narkoba di benua Amerika, maka kami menggunakan dokumen dari konvensi yang diadakan oleh badan resmi PBB yaitu UNODC ( United Nations Office on Drugs and Crime ) pada tahun 1988 yang berjudul “United Nations Convention Against Illicit Traffic in Narcotic Drugs and Psychotropic Substances.” Konvensi ini dibentuk sebagai dasar untuk menetapkan langkah-langkah yang komprehensif terhadap perdagangan narkoba, termasuk ketentuan melawan pencucian uang dan pengalihan bahan kimia. Konvensi ini berfungsi untuk mengadakan kerjasama internasional melalui, misalnya, ekstradisi pengedar narkoba, pengiriman terkendali dan proses transfer.

(7)

2.2 Foreign Policy Behaviour

Berdasarkan berita dari press TV, Juli 2011 tentang Venezuela Berjuang Untuk Memerangi Perdagangan Narkoba di Benua Amerika menyatakan bahwa Menteri Kehakiman dan Urusan Dalam Negeri Venezuela, Tareck El Eissami, bereaksi terhadap tuduhan AS bahwa Venezuela tidak melakukan cukup hal untuk menghentikan perdagangan narkoba di benua Amerika. Ia mengatakan bahwa dukungan dari Drug Enforcement Agency tidak lagi diperlukan dan Venezuela bersedia untuk membantu AS atau negara lain untuk mengurangi laju perdagangan narkoba. Venezuela telah menginvestasikan sebanyak 46 juta dolar pada tahun 2010 untuk memerangi perdagangan narkoba di negaranya. Menteri Kehakiman dan Urusan Luar Negeri Venezuela telah menyakinkan bahwa Venezuela telah menandatangi lebih dari 30 perjanjian kerjasama internasional dengan tanggung jawab bersama. Pemerintah Venezuela menganggap bahwa AS memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam merangsang operasi perdagangan narkoba karena Venezuela bukanlah negara produsen obat-obatan terlarang itu, sementara sebagian besar obat yang diproduksi di dunia berakhir di tangan warga negara Amerika.

(8)
(9)

2.4 Foreign Policy Analysis Pendekatan Teori: Neoliberalisme

Neoliberal Institutionalisme (NI) merupakan pemahaman yang muncul dengan pertanyaan “Apabila sistem internasional yang di dunia ini anarki, mengapa negara-negara memutuskan untuk bekerjasama?”

Seperti yang kita tahu, bahwa USA merupakan kekuatan yang dominan pada masa Perang Dunia, dan setiap kerjasama tentang keamanan yang akan dibuat, harus memerlukan persetujuan USA sebagai kekuatan yang dominan (hegemoni)3. Setelah tahun 60’an, dominan USA dalam ekonomi politik dunia tertantang dengan usaha Jepang untuk memperbaiki keadaan ekonomi mereka, sera bangkitnya kesatuan Eropa. Ketika inderpendensi ekonomi semakin tumbuh, keterkaitan USA dalam ekonomi dunia mulai dipercepat karena tertantang dengan Eropa dan Jepang, sampai akhr tahun 70’an. Pada poin ini, prediksi Realis dan institusionalis mulai berbenturan dengan keadaan yang ada. Dalam standpoint institutionalis, meningkatnya kebutuhan untuk berkoordinasi dalam kebijakan, tercipta karena adanya interdependensi—akan mengarah pada bentuk kerjasama yang lain. Dari perspektif Realisme, secara kontras, difusi power seharusnya merusak kemampuan suatu negara untuk menciptakan order4.

Kehadiran NI dalam kajian Hubungan Internasional bukan untuk menggantikan atau menyangkal posisi Realisme ataupun Neo-realisme5. NI mengembangkan pemikiran Neo-realisme yang sebelumnya berorientasi pada power dan security. Keohane, seorang pemikir NI melihat adanya perubahan dalam kondisi politik dunia yang pada saat itu sedang gencar membentuk kondisi ekonomi, dan hal ini memerlukan kerjasama. NI menyuguhkan institusi dalam kerjasama yang berperan penting dalam memfasilitasi kerjasama.

Pada analisis ini, kami menggunakan 3 indikator NI untuk menjelaskan serangkaian kasus yang terjadi:

3 Keohane. After Hegemony Cooperation and Discord In World Political Economy

(New Jersey: Princeton University Press, 1984) halaman 9 4 Ibid, halaman 10

(10)

1. Cooperation after hegemony

Cooperation after hegemony berarti kerjasama yang didalamnya tidak ada kekuatan yang dominan. Pada kondisi ini tidak terdapat pihak yang memiliki kekuatan hegemon dan terdapat berbagai institusi dan rezim di lingkungan internasional. Hal ini merupakan kritik yang tajam dari NI atas realis. Neo-realis menekankan pada hegemonic stability dimana apabila akan melakukan kerjasama, harus ada power yang hegemoni untuk memperkuat norma yang dibuat. NI menekankan pada kerjasama yang kemudian tidak memerlukan kekuatan yang hegemoni dalam mengoordinasikan keinginan dan tujuan dalam bekerjasama. Tidak adanya kekuatan hegemoni tersebut dikarenakan adanya common interest antar negara-negara dalam bekerjasama dan itu memudahkan mereka untuk saling berinteraksi.

Analisis:

Venezuela yang terang-terangan menyangkal bahwa tuduhan USA salah, kemudian menyerukan kepada aliansinya dengan negara-negara di sekitarnya yang tergabung dalam OAS untuk membantu Venezuela dalam konfliknya dengan USA. Wujud kerjasama tersebut dapat dilihat dengan patroli yang diadakan oleh member OAS, yakni Venezuela dengan Kolumbia. Patroli ini telah diadakan selama beberapa tahun terkahir dan mendapatkan teknologi baru seperti stasiun radar untuk mendeteksi pesawat dan tempat pembakaran narkoba yang berhasil disita (Lampiran: Fact Sheet – Venezuela’s Fight Against Drugs).

(11)

untuk menyanggah pernyataan USA mengenai Venezuela yang tak mampu menjaga keamanannya, Venezuela bergantung pada tindakan dari negara lain untuk mempertahanakan dan menyatakan kebenaran dari posisisnya saat ini.

2. Institusi

Dalam NI, peran institusi sangat penting dalam kerjasama. Institusi dalam NI biasa disebut international regime yang timbul dikarenakan adanya kerjasama yang ada. Dalam kerjasama, prosesnya bisa dilihat dari bagaimana negara-negara menyamakan perilakunya pada isu aktual atau mengantisipasi perbuatan pihak lain. Hal ini biasanya dilakukan melalui koordinasi kebijakan.

Analisis:

Dalam kasus Venezuela, OAS merupakan intitusi yang terbentuk dikarenakan common interest yang ada dari negara di Amerika Latin. Untuk membuktikan bahwa pernyataan AS kepada Venezuela itu salah mereka telah membentuk sebuah kerjasama dengan negara-negara di Amerika Latin yang tergabung dalam OAS.

Sebelumnya apa itu OAS? Organisation of American States (OAS) adalah sebuah organisasi yang terdiri dari negara-negara di Amerika (khususnya Amerika Latin) yang memiliki visi dan misi dalam 4 pilar, yakni demokrasi, HAM, keamanan, dan perkembangan. Organisasi ini didirikan untuk mencapai tujuan negara-negara anggota, sebagaimana tercantum dalam OAS Charter artikel 1 “sebuah perintah perdamaian dan keadilan, untuk mempromosikan solidaritasnya, memperkuat kolaborasi, dan mempertahankan kedaulatannya, integritas teritorialnya, dan kemandiriannya.”6

Venezuela yang tergabung dalam OAS telah melakukan berbagai tindakan preventif dalam mengatasi isu narkoba yang terjadi di Amerika Latin. Hal ini bisa dilihat dari adanya berbagai tindakan seperti yang sudah disebutkan sebelumnya (patroli dengan negara anggota OAS). Kegiatan perlawanan

(12)

narkoba ini juga telah diakui dan dipuji oleh OAS dan International Criminal Police Organisation (interpol).

Pada kasus ini, terdapat tuduhan tanpa bukti yang ditujukan USA pada Venezuela. Sebelumnya, Venezuela telah bekerjasama dengan sebuah institusi USA Drugs Enforcement Administration (DEA) sampai tahun 2005 hingga terdapat indikasi institusi tersebut terlibat dalam kegiatan spionase. Venezuela telah terdaftar sebagai “Presidential Determination for Major Drug Producing and Transit Countries” yang dipublikasiskan pada 15 September 2011 sebagai “demonstrasi kegagalan” dalam melawan narkoba dan menghiraukan segala bukti kuat yang ada. Hal ini yang yang kemudian disanggah oleh Tareck Al Eissami pada tanggal 16 September 2011.

Dari hal ini, usaha Venezuela cukup terlihat sebagai upayanya begabung dalam institusi, bergerak dan menyepakati ketetapannya untuk menjaga kemanan yang ada. Hanya saja USA tetap bersikukuh untuk menjatuhkan Venezuela. Bila dikatikan dengan teori regionalisme - neoliberalisme, maka dapat disimpulkan bahwa biarpun mereka melakukan integrasi untuk tujuan kepentingan, mereka masih percaya dengan long-term cooperation. Karena pada dasarnya, tekanan eksternal-lah yang membuat mereka melakukan integrasi itu. Jika mereka tidak melakukan integrasi, maka mereka akan tersingkir dari lingkup internasional dan menambah rasa tidak aman mereka terhadap dunia internasional. Seperti itulah mengapa negara-negara tersebut memiliki kepentingan terhadap negara lainnya dan berujung pada ketergantungan.

3. Rational Choice

Bagi Keohane, Krasner dan Ruggie, mereka semua (negara) bertindak sebagai rational-egoist logic, atau disebut juga rational choice institutionalism. Rational choice institutionalist menerima bahwa aktor, dalam kasus ini negara, akan mencari sesuatu yang menjadi pilihan terbaik bagi negaranya7. Tidak seperti kebanyakan konsep tentang logis dari rational choice, rational choice institutionalist menyatakan bahwa pilihan aktor dalam mengambil keputusan terbatas dalam beberapa faktor: informasi yang ada secara parsial, rasionalitas

7 Keohane. After Hegemony Cooperation and Discord In World Political Economy

(13)

terbatas, ilmu pengetahuan, dan tekanan institusionalnya. (Slepse 1989: 138-139)

Rational Choice dalam NI sebenarnya lebih mengarah kepada kenapa international regime itu ada. Dan ada dua aspek dalam terbentuknya international regime, yaitu tekanan yang ada, dan pembuatan kebijakan8. Tekanan atau constraints mengarah kepada faktor lingkungan dan aktor yang kekuatannya besar. Rezim bisa menjadi lebih atau kurang “terganggu” oleh aktor yang kekuatannya lebih besar; yang itulah kemudian menjadi alasan negara untuk bergabung dalam suatu rezim (Young, 1983). Kita dapat menggunakan analisis rational choice untuk memahami keputusan yang dibuat guna mengonstruk rezim internasional dan menekankan dalam pemikiran mereka bahwa adanya power yang lebih besar tersebut mampu membahwa peluang keuntungan atau kerugian bagi beberapa aktor, dan rational choice sangat harus diperhatikan walaupun nantinya mereka akan medapatkan keuntungan yang sedikit (daripada rugi). Disamping menekankan pada rezim, rational choice juga sama dengan neorealist, bahwa egoism juga merupakan hal yang dipertimbangkan. Egoism disini berarti bahwa manusia (dalam hal ini negara) merupakan anomalic actor, diluar adanya human society. Mereka akan cenderung mencari keuntungan bagi diri mereka sendiri, terlepas dari pemahaman bahwa dirinya adalah satu kesatuan dari suatu rezim. Dalam NI, rational choice digambarkan dalam permainan Prisoner Dillema, yang secara singkat menggambarkan dua orang yang melakukan tindakan criminal, dipisah dalam ruangan yang berbeda, dan diminta untuk berbicara atas kejahatan yang mereka lakukan. Apabila mereka berdua mau berbicara, mereka berdua akan dibebaskan. Apabila salah satu dari mereka tidak mau berbicara, maka yang tidak berbicara akan dihukum berat. Dan disini lah letak rational choice, mereka akan melakukan apa yang dirasa menguntungkan, dan melupakan bahwa temannya merupakan partner dalam melakukan kejahatan.

Analisis:

Dalam isu ini, USA dan Venezuela merupakan satu kesatuan aktor dimana NI merupakan kepanjangan tangan dari realism. Ketika negara bertindak

8 Keohane. After Hegemony Cooperation and Discord In World Political Economy

(14)

sebagai unitary actor karena USA tidak mempersoalkan berapa persen penduduk Venezuela yang menggunakan narkoba, USA hanya melihat Venezuela sebagai negara yang bersalah atau lemah dalam mengontrol peredaran narkoba di dalam negaranya.

Dalam isu ini pula, negara dipandang sebagai rational actor—dalam pandangan NI dimana suatu negara bisa menghitung untung dan rugi. Hal ini bisa dilihat dari tindakan Venezuela yang terus mengeluarkan argument atau sanggahan bahwa mereka sudah melakukan usaha untuk melawan peredaran narkoba dalam negaranya. Karena apabila Venezuela tidak menyangkal ataupun menyanggah tuduhan yang dilontarkan USA, maka citra Venezuela dimata internasional akan menjadi buruk, apabila citra Venezuela buruk, maka kerjasama Venezuela dengan negara lain akan terhambat atau bahkan putus. Contoh kerjasama yang dilakukan Venezuela dengan negara lain adalah kerjasama energi dengan India dan aliansi strategis dengan Cina. Dalam NI, kerjasama adalah sesuatu yang harus dipertahankan. Oleh karenanya Venezuela harus berjuang untuk mempertahankannya agar bisa bertahan di dunia internasional.

(15)

Kesimpulan

Pembahasan makalah ini mengacu terhadap pembuatan kebijakan luar negeri Venezuela pada masa pemerintahan Nicolas Maduro dalam mengatasi tuduhan Amerika Serikat yang menyatakan bahwa Venezuela tidak mampu menjaga kemanan di negaranya dalam bidang obat-obatan terlarang yang kemudian dianalisis menggunakan Neoliberal Institutionalisme (NI) yaitu suatu pemahaman yang muncul dengan pertanyaan “Apabila sistem internasional yang di dunia ini anarki, mengapa negara-negara memutuskan untuk bekerjasama?”.

Makalah ini mengulas yang pada awalnya Venezuela memiliki hubungan baik dalam bekerjasama dengan Amerika Serika pada masa kepemimpinan Hugo Chavez dan Nicolas Maduro khususnya dalam hal minyak namun kemudian Venezuela melakukan privatisasi industri minyak setelah Chavez terpilih. Dia juga menasionalisasikan sumber daya strategis milik USA yang berada di negaranya, seperti emas, listrik, dan telekomunikasi. Semenjak itulah kemudian USA mulai membenci Venezuela. Kemudian Venezuela memulai dengan ikut meratifikasi sebuah konfensi diadakan oleh badan resmi PBB yaitu UNODC ( United Nations Office on Drugs and Crime ) yang berjudul “United Nations Convention Against Illicit Traffic in Narcotic Drugs and Psychotropic Substances.” Kemudian sebagai perilaku Venezuela yang mana menolak atas tuduhan AS dengan munculnya berita bahwa Venezuela telah menginvestasikan sebanyak 46 juta dolar pada tahun 2010 untuk memerangi perdagangan narkoba di negaranya.

(16)

hal itu dapat menanamkan citra buruk Venezuela di ranah internasional yang berdampak merugikan Venezuela itu sendiri.

(17)

Keohane. 1984. After Hegemony Cooperation and Discords In World Political Economy. New Jersey: Princeton University Press.

Burchill. 1996. Theories of International Relations. New York: ST. Martin’s Press, INC.

Smit, Sindal. 2008. OXFORD Handbook of International Relations. New York: OXFORD University Press.

WEBSITE

Anonim. “Who We Are”, http://www.oas.org/en/about/who_we_are.asp (Online, diakses 13 Desember 2013)

Mike Whitney. “Why Did Washington Hate Hugo Chavez? An Interview with Author and Revolutionary Eva Golinger”. http://venezuelanalysis.com/analysis/9905

diakses pada 13 Desember 2013

http://treaties.un.org/Pages/ViewDetails.aspx?src=TREATY&mtdsg_no=VI-19&chapter=6&lang=en (Online, diakses 13 Desember 2013)

Referensi

Dokumen terkait

Adapun prinsip kerja dari hall effect sensor adalah : (a) Magnet yang berada pada kabel yang berarus di deteksi menggunakan bagian IC yang peka terhadap magnet.(b) Magnet

yönelmesi anlamına gelmektedir. Gierek yönetiminin 1976 ve 1979 

Dengan adanya peningkatan minat dan hasil belajar siswa, tentunya kepala SMK dapat mengambil kebijakan untuk mengembangkan pembelajaran melalui penerapan model

Penelitian ini membuktikan, bahwa untuk memprediksi distress keuangan perusahaan publik sektor non keuangan Indonesia dapat menggunakan beberapa rasio keuangan satu tahun

Cairan transeluler merupakan cairan yang disekresikan dalam tubuh terpisah dari plasma oleh lapisan epithelial serta peranannya tidak terlalu berarti dalam keseimbangan cairan

sesuatu yang berkaitan dengan uraian tugas yang telah ditetapkan. - Tanggung

Secara amnya, jika dilihat purata min bagi setiap bahagian seperti dalam jadual 7, dapat digambarkan bahawa persepsi pelajar terhadap aktiviti kokurikulum berada dalam

Untuk menjawab soal-soal dalam latihan ini, anda harus mempelajari kembali materi Kegiatan Belajar 3 tentang modifikasi bunga yang mencakup bahasan tentang berikut ini.