• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon dan Intensitas Nyeri Pulpa pada Lansia di Panti Jompo Yayasan Guna Budi Bakti Medan Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Respon dan Intensitas Nyeri Pulpa pada Lansia di Panti Jompo Yayasan Guna Budi Bakti Medan Chapter III VI"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan

cross sectional yang dilakukan pada saat dan subjek tertentu serta dilakukan hanya satu

kali pada sampel.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Persiapan penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Gigi USU di Jalan Alumni No.2 Medan. Sedangkan, lokasi penelitian ini dilakukan di Panti Jompo Yayasan Guna Budi Bakti, Jalan Yos Sudarso Km.16 Desa Martubung Kec. Labuhan Deli.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah ± 4 bulan yaitu Januari-April 2016. Dimulai dari pencarian alat penelitian, persiapan penelitian, pengumpulan sampel, kemudian dilakukan penelitian, analisa data dan penentuan hasil serta pembahasan hasil penelitian.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh lansia yang tinggal di Panti Jompo Yayasan Guna Budi Bakti Medan.

3.3.2 Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah lansia berusia >60 tahun tahun. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling sesuai dengan

(2)

 

3.3.3 Besar Sampel

Besar sampel pada penelitian ini menggunakan rumus berikut:

Diambil berdasarkan rumus untuk besar sampel minimum dimana perbedaan kemaknaan berdasarkan perbedaan mean, sebagai berikut:37

Rumus:

S (Zα + Zβ) X1 - X2

Keterangan:

S = Simpangan baku gabungan (parameter dari kepustakaan = 1,81) Zα = Deviat baku alfa (5%=1,96)

Zβ = Deviat baku beta (10% = 1,284)

X1-X2 = Selisih minimal rerata yang dianggap bermakna (1)

Dengan memasukkan angka-angka tersebut ke dalam rumus dapat diperoleh: S (Zα + Zβ)

n =

X1-X2

1,81 (1,96 + 1,28) =

1

= 34,39 (dibulatkan menjadi 35)

Jadi, besar sampel minimal yang diperlukan adalah sebanyak 35 orang.

3.4 Kriteria Penelitian 3.4.1 Kriteria Inklusi

- Lansia (>60 tahun) yang memiliki gigi minimal salah satu diantara berikut:  Satu gigi insisivus maksila

 Satu gigi premolar maksila atau mandibula  Satu gigi insisivus mandibula

(3)

- Lansia (>60 tahun) yang tidak memiliki penyakit sistemik seperti stroke, hipertensi, diabetes melitus dan penyakit jantung yang tidak terkontrol. - Gigi yang digunakan tidak terdapat karies.

- Lansia yang bersedia menjadi subjek penelitian.

3.4.2 Kriteria Eksklusi

- Lansia dengan gangguan kejiwaan.

- Lansia dengan gangguan fungsional, seperti gangguan pendengaran, gangguan bicara dan gangguan motorik.

- Gigi dengan riwayat nyeri sebelumnya seperti trauma dan penyakit periodontal.

3.5 Variabel Penelitian 3.5.1 Identifikasi variabel

Variabel Bebas - Usia (60-82 tahun) - Jenis Kelamin

Variabel Tergantung 1. Waktu respon pulpa 2. Intensitas nyeri

pulpa Variabel Terkendali

1. Pengaturan suhu chlor etil pada cotton pellet

2. Suku Tiong Hoa

3. Kemampuan verbal responden

Variabel Tak Terkendali 1. Penyakit sistemik

(4)

3.5.1.1Variabel bebas 1. Usia (60-82 tahun) 2. Jenis Kelamin

3.5.1.2Variabel tergantung 1. Waktu respon pulpa 2. Intensitas nyeri pulpa

3.5.1.3Variabel terkendali

1. Penyemprotan suhu chlor etil pada cotton pellet

2. Suku Tiong Hoa

3. Kemampuan verbal responden

3.5.1.4Variabel tak terkendali 1. Penyakit sistemik 2. Diet makanan

3.6 Definisi Operasional Penelitian

a. Usia kronologis adalah usia berdasarkan tanggal, bulan, dan tahun dari waktu kelahiran. Lebih dari 6 bulan dari bulan kelahiran dinyatakan kedalam tahun berikutnya. Kelompok usia yang dipakai untuk sampel adalah lansia usia 60-82 tahun.

b. Waktu respon pulpa adalah waktu yang dibutuhkan responden untuk merasakan dingin setelah diberikan stimulus dingin pada pulpa.

c. Intensitas nyeri adalah tingkat (level) rasa nyeri pulpa yang dirasakan responden setelah diberikan stimulus dingin. Dapat dinilai dengan menggunakan skala nyeri VAS.

(5)

pellet kemudian ditempelkan pada permukaan gigi bagian bukal/labial di1/3

mahkota.12-14

e. Pengaturan suhu chlor etil pada cotton pellet dilakukan dengan cara

menyemprotkan chlor etil spray sebanyak 2 kali pada cotton pellet.

f. Suku Tiong Hoa merupakan suku seluruh lansia yang tinggal di Panti Jompo Yayasan Guna Budi Bakti Medan.

g. Kemampuan verbal responden adalah kemampuan berkomunikasi dan berbicara responden dengan baik selama prosedur penelitian.

h. Penyakit sistemik adalah penyakit atau gejala yang mempengaruhi tubuh secara umum dan dapat mempengaruhi hasil penelitian.

i. Diet makanan adalah berkaitan dengan asupan nutrisi yang berhubungan dengan kondisi kesehatan responden.

j. Visual Analogue Scale (VAS) adalah cara menilai intensitas nyeri yang valid

dan reliable.38 Responden diminta untuk menempatkan garis tegak lurus

terhadap garis VAS pada titik yang mewakili intensitas nyeri mereka. Perhitungannya menggunakan sebuah garis tegak lurus yang memotong jarak diantara titik "tidak nyeri" sampai "nyeri hebat". Berikut titik-titik potong pada VAS nyeri telah direkomendasikan: tidak nyeri, nyeri ringan, nyeri sedang, nyeri berat.33 Penentuan tingkatan rasa nyeri adalah sebagai berikut:

- ‘tidak nyeri’ apabila responden tidak merasakan dingin pada gigi kurang dari 15 detik stimulus dingin diberikan.

- ‘nyeri ringan’ apabila setelah 2 detik stimulus dingin dihilangkan, responden masih merasakan adanya sedikit rasa dingin pada gigi.

- ‘nyeri sedang’ apabila responden merasakan rasa dingin yang berlanjut dalam ambang sedang atau sampai 5 detik.

(6)

k. Lansia adalah periode dimana individu telah mencapai kematangan dalam ukuran dan fungsi yang menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu. Lanjut usia adalah seseorang yang telah berusia ≥ 60 tahun.18

3.7 Alat dan Bahan Penelitian 3.7.1 Alat-alat Penelitian 1. Lembar penelitian 2. Sarung tangan 3. Masker 4. Sonde 5. Kaca mulut 6. Pinset

7. Kapas (cotton pellet)

8. Stopwatch

9. Nirbeken 10. Alat Tulis

(7)

3.7.2 Bahan-bahan Penelitian 1. Chlor etil

2. Aqua

3. Desinfektan Dettol

3.8 Metode Pengumpulan Data

 Wawancara : peneliti akan mewawancara responden berdasarkan lembar pengamatan yang telah disiapkan untuk mengumpulkan informasi-informasi penting yang diperlukan dalam penelitian.

 Pemeriksaan : peneliti akan memeriksa rongga mulut responden untuk melihat keadaan gigi dan melakukan tes pulpa pada gigi yang telah ditentukan.

3.9 Prosedur Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Penelitian dapat dimulai setelah mendapatkan persetujuan pelaksanaan penelitian dari Fakultas Kedokteran Gigi, Komisi Etik Penelitian Kesehatan, dan Kepala Pengelola Panti Jompo.

2. Pemilihan subjek penelitian berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.

3. Penyampaian penjelasan penelitian dan pemberian lembar persetujuan penelitian (informed consent) kepada subjek yang akan diteliti.

a. Penghitungan waktu respon pulpa dan penilaian intensitas nyeri pulpa pada satu gigi diantara gigi berikut; insisivus maksila, premolar maksila/mandibula, atau insisivus mandibula. Penghitungan waktu respon pulpa:

1. Responden diinstruksikan duduk ditempat yang telah disediakan. 2. Pemeriksaan dimulai dengan sterilisasi alat penelitian.

(8)

4. Sebelum dilakukan pengetesan pulpa gigi, gigi yang dipilih dikeringkan terlebih dahulu dengan kapas/cotton pellet.

5. Pengetesan pulpa gigi dengan menggunakan Chlor etil. Pengetesan

dilakukan dengan langsung menyemprotkan bahan pendingin ke kapas/cotton pellet selama 5 detik.

6. Kemudian diletakkan di 1/3 tengah mahkota gigi permukaan bukal/labial. Kalau diperlukan, sebuah gigi kontrol pada sisi kontra-lateral harus diuji untuk membiasakan responden dengan sensasi yang diharapkan. Tes dingin harus diterapkan sampai responden merespon, tetapi tidak lebih dari 15 detik.

7. Secara bersamaan, stopwatch diaktifkan segera setelah stimulus

dingin diletakkan pada gigi.

8. Apabila responden sudah merasakan stimulus yang diberikan, dianjurkan untuk mengangkat tangan.

9. Peneliti memberhentikan stopwatch segera setelah responden

mengangkat tangan. Kemudian mencatat waktu yang didapat pada lembar pengamatan sampel.

b. Penilaian intensitas nyeri pulpa:

1) Responden diminta untuk menempatkan garis tegak lurus terhadap garis skala Visual Analogue Scale (VAS) pada titik yang mewakili

(9)

tingkat ‘tidak nyeri’ apabila responden tidak merasakan dingin pada gigi kurang dari 15 detik stimulus dingin diberikan.

2) Hasil pemeriksaan dicatat dalam lembar pemeriksaan yang telah disiapkan oleh peneliti.

3.10 Pengolahan dan Analisa Data

Data yang terkumpul selanjutnya dilakukan editing, koding dan entry data.

Data hasil penelitian ini diproses dan diolah secara komputerisasi. Adapun uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas untuk mengetahui distribusi keseluruhan data. Uji T-Independent Test digunakan untuk membandingkan perbedaan

rerata waktu respon pulpa berdasarkan jenis kelamin. Sedangkan korelasi Pearson’s

untuk melihat korelasi antara rerata waktu respon pulpa dengan usia penuaan dan korelasi Spearman’s untuk melihat korelasi antara intensitas nyeri pulpa dengan usia

(10)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Panti jompo Yayasan Guna Budi Bakti Medan pada bulan Maret 2016. Keseluruhan sampel merupakan 35 orang lansia baik berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan dengan rentang usia 60-82 tahun. Sampel dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Masing-masing sampel dilakukan pengetesan pulpa gigi untuk mengetahui waktu respon pulpa pada salah satu gigi diantara gigi berikut; gigi insisivus maksila, premolar maksila/mandibula atau insisivus mandibula. Pengetesan pulpa dilakukan dengan bahan pendingin chlor etilspray. Setelah dilakukan

pengetesan pulpa, selanjutnya sampel diintruksikan untuk memberikan penilaian intensitas nyeri pulpa sesuai yang dirasakan setelah gigi diberikan bahan chlor etil pada

lembar pengamatan sampel.

Tabel 1. Distribusi subjek penelitian berdasarkan kelompok jenis kelamin dan usia

Kelompok N %

(11)

Berdasarkan kelompok usia jumlah sampel pada kelompok usia 60-62 tahun yaitu 10 orang (28,6%), kelompok usia 63-65 tahun berjumlah 5 orang (14,3%), kelompok usia 66-68 tahun berjumlah 4 orang (11,5%), kelompok usia 69-71 tahun berjumlah 3 orang (8,6%), kelompok usia 75-77 tahun berjumlah 5 orang (14,3%), kelompok usia 78-80 tahun berjumlah 5 orang (14,3%), dan kelompok usia 81-82 tahun berjumlah 3 orang (8,6%). Dalam penelitian ini, tidak terdapat sampel yang tergolong kelompok usia 72-74 tahun.

4.1 Perbedaan Rerata Waktu Respon Pulpa Berdasarkan Jenis Kelamin Perbedaan rerata waktu respon pulpa berdasarkan jenis kelamin dalam penelitian ini menggunakan Uji parametrik T tidak berpasangan, dimana hasil yang didapatkan dinyatakan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Perbedaan Rerata Waktu Respon Pulpa (detik) Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin N x ± SD Min Maks P

Waktu respon pulpa

Laki-laki 15 8,90 ± 4,96 1,90 17,39

0,711 Perempuan 20 9,55 ± 5,21 1,43 18,95

Tabel 2 menunjukkan perbedaan rerata waktu respon pulpa berdasarkan jenis kelamin, rerata waktu respon pulpa pada kelompok laki-laki adalah 8,90 detik dengan SD 4,96 dan rerata waktu respon pulpa pada kelompok perempuan adalah 9,55 detik dengan SD 5,21. Dari uji parametrik T tidak berpasangan diperoleh nilai p=0,711 (p>0,05), maka diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan rerata waktu respon pulpa yang bermakna antara laki-laki dan perempuan.

4.2 Rerata Waktu Respon Pulpa Berdasarkan Usia Penuaan

Pengamatan waktu respon pulpa dilakukan dengan mencatat waktu respon dengan stopwatch yang digunakan pada saat pengetesan pulpa. Berdasarkan hasil

(12)

Grafik 1. Rerata waktu respon pulpa berdasarkan usia penuaan

Grafik 1 menunjukkan hasil perhitungan waktu respon pulpa pada lansia usia 60-82 tahun. Dari grafik dapat dideskripsikan perhitungan waktu respon pulpa semakin meningkat seiring bertambahnya usia. Rerata waktu respon pulpa terendah adalah pada usia 60 tahun yaitu 1,62 detik dan waktu respon pulpa tertinggi pada kelompok usia 82 tahun yaitu 17,96 detik.

4.3 Intensitas Nyeri Pulpa Berdasarkan Usia Penuaan

Intensitas nyeri pulpa dinilai berdasarkan penilaian subjektif oleh lansia usia 60-82 tahun sesuai yang dirasakan setelah gigi diberikan chlor etil. Berdasarkan hasil

penilaian intenitas nyeri pulpa diperoleh hasil penilaian intensitas nyeri pulpa subjek penelitian seperti pada grafik 2.

. . .

. . .

. .

. .

. .

. . . .

. .

W

aktu r

epson pulpa

(detik)

(13)

Grafik 2. Rerata penilaian intensitas nyeri pulpa berdasarkan usia penuaan

Grafik 2 menunjukkan pada judul vertikal grafik diatas (intensitas nyeri pulpa) terdapat skor 0 mendeskripsikan tingkat tidak nyeri, skor 1 tingkat nyeri ringan, skor 2 tingkat nyeri sedang dan skor 3 mendeskripsikan tingkat nyeri berat. Intensitas nyeri pulpa pada lansia menurun seiring bertambahnya usia penuaan. Intensitas nyeri pulpa paling tinggi pada penelitian ini terdapat pada usia 60-65 tahun dengan skor 3, usia 66-68 tahun menyatakan skor 2, usia 69-79 tahun menyatakan skor 1 dan paling rendah dirasakan oleh lansia pada usia 80-82 tahun.

4.4 Hubungan Usia Penuaan dengan Waktu Respon Pulpa

Pada uji normalitas, data waktu respon pulpa dari hasil penelitian terdistribusi normal dengan p=0,235 (p>0,05), sehingga untuk menentukan hubungan usia penuaan

. . . .

Intensitas Nyeri pulpa

Usia Penuaan (Tahun) Keterangan:

(14)

dengan waktu respon pulpa dapat diketahui dengan menggunakan uji korelasi

Pearson’s.

Tabel 3. Hubungan usia penuaan dengan waktu respon pulpa

Usia

Waktu respon pulpa (detik)

Pearson’s Correlation 0.970** Sig. (2-tailed) 0.000

N 35

**. terdapat hubungan yang signifikan (p<0,05)

Pada Tabel 3 dapat dideskripsikan tingkat kepercayaan korelasi usia penuaan dengan waktu respon pulpa adalah 99% dengan α = 0,01 (1%). Menurut pedoman interpretasi koefisien korelasi Sopiyudin (2004), nilai koefisien korelasi 0.80-1.000 disebut sangat kuat, dari tabel diatas diperoleh koefisien korelasi 0.970 artinya terdapat hubungan yang sangat kuat antara usia penuaan terhadap waktu respon pulpa. Sig./p dengan 0.000 atau p<0,05 dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel tersebut. Tanda positif menunjukkan bahwa korelasi yang terjadi antara usia penuaan dan waktu respon pulpa adalah hubungan yang “searah” artinya semakin bertambah usia penuaan seseorang, maka semakin meningkat pula waktu respon pulpanya dengan demikian waktu respon pulpa semakin lama sesuai dengan bertambahnya usia. Hal ini juga dapat dilihat dari hasil yang dinyatakan dalam grafik 1, dimana semakin bertambah usia, maka waktu respon pulpa juga semakin meningkat. Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan hipotesis penelitian diterima, artinya terdapat hubungan yang sangat kuat antara usia penuaan terhadap peningkatan waktu respon pulpa.

4.5 Hubungan Usia Penuaan dengan Intensitas Nyeri Pulpa

(15)

penuaan dengan intensitas nyeri pulpa dapat diketahui dengan menggunakan uji alternatif korelasi Spearman’s karena syarat uji parametrik Pearson tidak terpenuhi.

Tabel 4. Hubungan usia penuaan dengan intensitas nyeri pulpa

Usia

Intensitas nyeri pulpa

Spearman’s Correlation - 0.944** Sig. (2-tailed) 0.000

N 35

**. terdapat hubungan yang signifikan (p<0,05)

(16)

BAB 5 PEMBAHASAN

Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara usia

penuaan dengan peningkatan waktu respon pulpa dan penurunan intensitas nyeri pulpa pada tes sensibilitas pulpa pada lansia di Panti Jompo Yayasan Guna Budi Bakti Medan. Pengetesan pulpa gigi dengan bahan dingin chlor etil spray untuk mengetahui waktu

respon pulpa dan untuk menilai intensitas nyeri pulpa yang dirasakan setelah gigi dites pulpa dingin menggunakan skala nyeri VAS (Visual Analogue Scale).

Pulpa gigi dapat didefinisikan sebagai jaringan ikat yang berasal dari mesodermal yang kaya akan persarafan dan vaskularisasi yang tertutupi oleh dentin dan terhubung ke ligamen periodontal. Jumlah volume pulpa dari seluruh gigi permanen adalah 0.38cc dan rata-rata volume pulpa gigi dewasa adalah 0.02cc.39 Pulpa seperti halnya jaringan ikat lain akan berubah sesuai dengan perjalanan usianya. Perubahan tersebut ada yang bersifat alamiah (kronologik) ada pula yang akibat cedera (patofisiologik). Apapun penyebabnya, perubahan tampilan pulpa (perubahan morfologik) atau perubahan dalam fungsi pulpa (perubahan fisiologik) memang benar terjadi.7 Penilaian waktu respon pulpa dapat dilakukan dengan tes sensibilitas pulpa. Tes sensibilitas (kepekaan) mengevaluasi kemampuan pulpa dalam menanggapi rangsangan, tetapi tidak untuk mendeteksi atau mengukur suplai darah ke pulpa. Tidak ada uji klinis saat ini yang memberikan diagnosis pulpa akurat 100%, namun telah menunjukkan bahwa diagnosis klinis dari beberapa tes sensibilitas adalah 96,6 % akurat bila dibandingkan dengan diagnosis histologis untuk pulpa normal atau pulpitis reversibel, dan 84,4 % akurat untuk gejala pulpitis irreversibel.12

(17)

dilanjutkan dengan pengeringan gigi yang dipilih dengan cotton pellet sebelum

dilakukan tes pulpa. Kemudian pengetesan pulpa dilakukan dengan chlor etil yang

diterapkan ke cotton pellet kemudian diletakkan ke bagian bukal gigi selama tidak lebih

dari 15 detik. Selanjutnya, penilaian intensitas nyeri yang dirasakan oleh subjek penelitian setelah gigi dilakukan tes pulpa dengan menggunakan Visual Analogue Scale

(VAS).14

Menurut Lin dan Chandler (2008) di New Zealand, reaksi sensitif dari pulpa vital sekitar 90% dengan tes dingin, 83% dengan tes panas, dan 84% dengan tes elektrik. Sedangkan pada pulpa non vital berkisar 89% dengan tes dingin, 48% dengan tes panas dan 88% dengan tes elektrik. Akurasi tes dingin adalah sebesar 86%, tes panas adalah sebesar 71% dan tes elektrik adalah sebesar 81%.40 Menurut penelitian Desta, Hinman dan Webb (2015) di Maryland, dalam tes sensibilitas pulpa akurasi dari tes dingin berkisar dari 86%-94%, sedangkan akurasi dari tes elektrik berkisar 71%-89%, dan tes panas memiliki akurasi berkisar 71%-86%.12

Menurut Gopikrishna, Pradeep dan Venkateshbabu (2008) di India, setelah melakukan penelitian mengenai perbandingan khusus dan sensitivitas antara tes dingin dan elektrik pulpa didapatkan bahwa nilai dari tes dingin lebih besar yaitu 0,81 sedangkan tes elektrik 0,71.41 Berdasarkan pertimbangan akurasi, sensitivitas, mudah dilakukan, dan biaya yang tidak mahal peneliti menggunakan tes pulpa dingin dalam penilaian waktu respon pulpa.

5.1 Rerata Waktu Respon Pulpa Berdasarkan Jenis Kelamin

(18)

Venkateshbabu (2008) di India, bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan perbedaan dalam persepsi ambang batas untuk tes pulpa berdasarkan jenis kelamin.41

Menurut penelitian Udoye, Jafarzadeh, Okechi dan Aguwa (2010) di Nigeria melakukan tes pulpa dengan menggunakan Electric Pulp Tester (EPT) menyatakan

bahwa adanya perbedaan dengan nilai p= 0,012 (p<0,05), yakni perempuan memberikan respon nilai ambang nyeri yang lebih rendah daripada laki-laki pada kedua rahang. Hasil menunjukkan dari 21 responden (14 perempuan dan 7 laki-laki) didapatkan pada mandibula, rata-rata nilai ambang nyeri pada perempuan adalah 20.20 ± 19.42, sedangkan laki-laki 25.20 ± 23.51. Demikian juga pada maksila rata-rata nilai ambang nyeri pada perempuan adalah 26.02 ± 22.54 sedangkan laki-laki 32.06 ± 23.73.42 Terdapat perbedaan dengan penelitian Udoye dkk, diantaranya adalah metode tes pulpa dimana penelitian Udoye menggunakan Electric Pulp Tester (EPT) dan juga adanya

perbedaan dalam pemilihan rentang usia subjek penelitian yang lebih besar dan lebih muda sehingga hasil penelitian yang didapatkan sangat berbeda. Rentang usia yang sampel yang digunakan pada penelitian Udoye yaitu 18-71 tahun sedangkan pada penelitian ini memilih sampel yang sudah memasuki usia penuaan yaitu rentang usia 60-82 tahun.

5.2 Waktu Respon Pulpa Berdasarkan Usia Penuaan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu respon pulpa minimum adalah 1,62 detik dan waktu respon pulpa maksimum yaitu 17,96 detik. Penelitian ini berbeda dengan penelitian Farac dkk (2012) di Brazil yang menyatakan bahwa waktu respon pulpa lansia minimum adalah 1,00 detik dan nilai maksimum yaitu 12,00 detik (p<0,05).14 Perbedaan usia serta penilaian yang bersifat subjektif pada setiap subjek penelitian yang mungkin menjadi pengaruh perbedaan hasil penelitian tersebut. Selain itu, perbedaan jangka waktu penerapan bahan dingin pulpa juga mempengaruhi perbedaan hasil penelitian. Pada penelitian Farac jangka waktu penerapan tes pulpa dengan bahan dingin tidak lebih dari 12 detik.

(19)

dkk (2012) di Brazil yang melakukan penelitian pada sampel dengan rentang usia 20-82 tahun untuk membandingkan respon pulpa pada usia tua dengan usia muda, didapatkan perbedaan rerata waktu respon pulpa yang signifikan pada kedua kelompok (p>0,05), dimana rerata waktu respon pulpa kelompok usia tua memiliki nilai yang lebih tinggi yaitu 4,25 detik dan kelompok usia muda 2,85 detik. Berdasarkan hal tersebut, dinyatakan bahwa waktu respon pulpa gigi meningkat ketika seorang semakin tua.14

5.3 Intensitas Nyeri Pulpa Berdasarkan Usia Penuaan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas nyeri pulpa pada lansia menurun seiring bertambahnya usia penuaan. Intensitas nyeri pulpa paling tinggi pada penelitian ini terdapat pada usia 60-65 tahun yang menyatakan respon nyeri berat dengan menunjukkan skor 3 dan paling rendah dirasakan oleh lansia pada usia 80-82 tahun yang menyatakan respon tidak nyeri dengan menunjukkan skor 0. Berbeda dengan penelitian Farac dkk (2012) di Brazil pada 50 sampel lansia dalam menentukam intensitas nyeri pulpa gigi pada lansia menunjukkan skor minimum adalah 0 sedangkan maksimum 10.14 Perbedaan penggunaan metode skala nyeri pada kedua penelitian diatas yang menyebabkan perbedaan hasil skor yang didapat dalam penilaian intensitas nyeri pulpa. Pada penelitian penulis menggunakan skala nyeri VAS (Visual Analogue Scale) sedangkan penelitian Farac menggunakan skala nyeri VAS dengan modifikasi

NRS (Numeric Rating Scale). Keduanya masing-masing memiliki kelebihan dan

kekurangan.

5.4 Hubungan Usia Penuaan dengan Waktu Respon Pulpa dan Intensitas Nyeri Pulpa

(20)

sensibilitas, salah satunya adalah perubahan histologis komposisi dari pulpa gigi akibat proses penuaan.14

Menurut penelitian Tranasi dkk (2009) di Italia, dengan menggunakan analisis

Microarray menunjukkan penuaan pulpa dikaitkan dengan fungsi sistem imun, limfatik

dan perkembangan sistem hematologik. Nilai rendah pada pulpa gigi lansia dari fungsi-fungsi ini dapat dikaitkan dengan perubahan fisiologik pulpa gigi. Selama penuaan, deposisi dari dentin sekunder meningkat serta darah, limfatik dan suplai saraf menjadi terganggu; pembuluh darah mengalami perubahan arteriosklerotik, sistem limfatik menunjukkan perubahan yang degeneratif berkaitan dengan usia dan saraf pulpa menunjukkan mineralisasi yang progresif. Hasil penelitian juga menyatakan bahwa vitalitas pulpa menurun seiring penuaan seperti ditunjukkan nilai rendah dari gen yang memberi kode untuk transkripsi regulator dan nilai tinggi dari gen yang terlibat dalam proses apoptosis.43

Menurut buku Cohen’s Pathway of the Pulp oleh Hargreaves dan Berman (2016) disebutkan bahwa secara umum, saluran dan volume kamar pulpa berbanding terbalik dengan usia: dengan meningkatnya usia, ukuran pulpa menurun. Selain itu, cemento dentinal junction (CDJ) bergerak lebih jauh dari apeks karena deposisi sementum yang

(21)

Hal tersebut juga diungkapkan dalam penelitian Du, Zhu dan Hong (2011) di China, dalam penelitian mengidentifikasi usia pada penyempitan kamar pulpa yang berkaitan dengan usia, berdasarkan gambaran radiografi gigi insisivus pada 80 orang suku Tiong Hoa usia 15 sampai 80 tahun diketahui bahwa dari semua gigi insisivus diameter mesiodistal secara bertahap menurun pada bagian servikal kamar pulpa, bagian tengah saluran akar sampai bagian ujung saluran akar dari kamar pulpa. Pada gigi insisivus maksila, pengurangan diameter mesiodistal dari bagian servikal kamar pulpa dan bagian tengah saluran akar berkisar 0,02 mm per tahun yakni dua kali lebih cepat dari gigi insisivus mandibula. Hal ini menunjukkan bahwa penyempitan kamar pulpa di gigi insisivus maksila dapat berfungsi sebagai indikator yang lebih sensitif untuk estimasi usia. Berdasarkan analisis, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pengukuran gigi dari kelompok laki-laki dan perempuan.46

Penelitian lain oleh Chu (2013) di Iowa dengan melakukan pengambilan jaringan pulpa gigi kemudian melakukan pewarnaan pada jaringan pulpa dari gigi yang dikumpulkan sejumlah 20 sampel berasal dari subjek usia 16-78 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perubahan yang signifikan dalam persentase DPSC (Dental Pulp Stem Cells) dengan usia, namun dengan bertambahnya usia terjadi

penurunan terkait dalam keseluruhan komponen sel dalam jaringan pulpa, terjadi penurunan progresif dari ukuran ruang kamar pulpa, penurunan jumlah pembuluh darah dan saraf-saraf pada pulpa, dan juga menunjukkan peningkatan kalsifikasi pada pulpa dan peningkatan komponen berserat dari pulpa gigi cenderung menurunkan jumlah DPSC yang ada.47 Perubahan-perubahan tersebut menjadi alasan selama melakukan tes pulpa gigi, seringkali kesulitan untuk mengukur respon terhadap stimulus yang diterapkan pada gigi; usia dapat menjadi faktor dalam tes sensitivitas.44

(22)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1Kesimpulan

1. Terdapat hubungan antara peningkatan usia penuaan terhadap peningkatan waktu respon pulpa yang signifikan (p<0,05). Seiring bertambah usia penuaan seseorang, maka semakin meningkat pula waktu respon pulpanya dengan demikian waktu respon pulpa semakin lama sesuai dengan bertambahnya usia.

2. Terdapat hubungan antara peningkatan usia penuaan terhadap penurunan intensitas nyeri pulpa yang signifikan (p<0,05). Seiring bertambah usia penuaan seseorang, maka semakin rendah atau menurun pula intensitas nyeri pulpanya, dengan demikian semakin tua usia maka akan semakin tidak merasakan nyeri pulpa gigi.

6.2 Saran

1. Perlu pemeriksaan gigi secara rutin ke dokter gigi bagi lansia setiap 6 bulan sekali, sehubungan karena adanya perubahan-perubahan pada jaringan gigi akibat penuaan.

Gambar

Gambar 6. Alat dan bahan penelitian (dokumentasi)
Tabel 1. Distribusi subjek penelitian berdasarkan kelompok jenis kelamin dan usia
Tabel 2. Perbedaan Rerata Waktu Respon Pulpa (detik) Berdasarkan Jenis Kelamin
Grafik 1 menunjukkan hasil perhitungan waktu respon pulpa pada lansia usia
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kompetensi Dasar : 1.1 Mengenal makna “Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa” Tujuan : Siswa mampu menyebutkan manfaat persatuan dan kesatuan Metode : ceramah, diskusi, tanya

Pengaruh Kualitas Sumber Daya Manusia dan Kualitas Anggaran Terhadap Kinerja Keuangan Daerah Yang Dimoderasi Dengan SIMDA. Pada SKPD Kabupaten

Implikasi nyata adalah terhadap hukum yang ditetapkan dengan bertolak dari asumsi konsep ini, menjadi lebih kaku dan tidak bisa menyesuaikan dengan realitas yang

Dalam kitab al-Barzanj i terdapat pesan moral religius yang akan peneliti kaji dalam penelitian ini, banyak unsur-unsur pesan moral yang terkandung didalam kitab tersebut yang

Faktor Risiko Paritas dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki paritas berisiko lebih banyak menderita

Penafsiran ayat-ayat al- Qur’an yang telah berlangsung sejak zaman Nabi sampai saat ini adalah proses pencarian pesan untuk mendialogkannya dengan realitas, meskipun

ﺞﺋﺎﺘﻧ ﻲﻨﻐﻤﻟﺍ ﺺﺨﻟ ﺎﻤﻛ ﻲﻠﻳ : ﻙﺎﻨﻫ ﻥﻭﺮﺸﻋ ﻢﻴﻘﻟﺍ ﺓﺩﺭﺍﻮﻟﺍ ﺏﺎﺘﻛ ﻲﻨﻳﺩ ﻲﺠﻧﺯﺮﺒﻟﺍ ﺏﻮﻠﻗ ﻡﺍﺪﺨﺘﺳﺎﺑ ﺔﻌﺑﺭﺍ , ﻭﺭﻮﺘﻨﺌﻴﺟﺭﻮﻧ ﺔﻳﺮﻈﻧ ﺕﺎﻗﻼﻌﻟﺍﻭ ﻢﻴﺴﻘﺗ ﺕﺍﺫ ﺔﻤﻴﻘﻟﺍ ﺔﻤﻴﻘﻟﺍ ﺔﻴﻨﻳﺪﻟﺍ

Setelah anak diimunisasi kekebalan sebenarnya sudah ada dan daya tahan tubuh jadi lebih tinggi, sehingga sakit yang dideritanya tak bakal separah seperti bila tidak