vii
ABSTRAK
GRACIA FEBRIYANTI TAMBUN*
SYAFRUDDIN KALO**
MAHMUD MULYADI***
Pidana denda adalah salah satu bentuk pemidanaan yang telah ada sejak lama dan terdapat diberbagai peraturan perundang-undangan suatu negara. Di Indonesia pidana denda adalah salah satu pidana pokok yang diatur di dalam Pasal 10 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Penjatuhan saksi pidana denda pada kenyataannya tidak sesuai dalam praktek Hukum pidana meskipun pidana denda adalah pidana pidana pokok yang ada sejak lama. Hal ini mungkin sebagai suatu refleksi dari kenyataan bahwa masyarakat masih menganggap pidana denda sebagai pidana yang paling ringan. Apalagi seperti yang diketahui dalam perkembangannya, pidana denda itu memiliki kedudukan paling penting yang tidak terlepas dalam hukuman pemidanaan misalnya dalam Tindak Pidana Korupsi. Pidana denda yang dijatuhkan bukan merupakan sebuah tindak pidana ringan. Bahkan seperti yang diketahui bahwa seluruh pembayaran pidana denda yang dijatuhkan oleh hakim, masuk ke dalam kas negara. Menilik masalah diatas maka dalam penulisan ini akan dibahas mengenai bagaimanakah perkembangan sanksi pidana denda dalam sistem pemidanaan di indonesia dan bagaimana penerapan pidana denda dalam pemidanaan berdasarkan konteks Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997 jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang pemberantasan tidak pidana korupsi.
Metode yang digunakan dalam pembahasan permasalahan yang dikemukakan diatas adalah metodi studi pustaka (library research), yaitu penelitian dengan berbagai sumber bacaan dari pustaka untuk mendapatkan data sekunder berupa peraturan perundang-undangan, literatur hukum pidana, hasil penelitian, hasil karya tulis dan bahan bacaan lainnya yang berhubungan dengan penulisan.
Pidana denda dalam sistem pemidanaan di Indonesia pada awalnya dianggap merupakan pidana yang paling ringan Akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu ada penggeseran di dalam pemidanaan yang menampilkan pidana denda mengganti posisi pidana kebebasan, berorientasi pada pertimbangan meningkatnya kesejahteraan dan kemampuan financial pada semua golongan masyarakat tersebut. Berdasarkan ketiga kasus korupsi yang dianalisis penerapan pidana denda terlihat kurang efektif karena adanya pilihan dalam penjatuhan pidana denda atau diganti pidana penjara. Tidak ada alat pemaksa yang membuat pidana denda itu dilaksanakan bukan diganti dengan pidana kurungan. Pidana denda yang dilaksanakan akan memberikan kenaikan terhadap kas negara selain adanya uang pengganti, pidana juga dapat memberikan efek jera kepada para pelaku koruptor.
* Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
** Dosen Pembimbing I, Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ***
Dosen Pembimbing II, Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara