• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eksistensi Pidana Denda dalam Pemidanaan Berdasarkan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Pemberantasan Korupsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Eksistensi Pidana Denda dalam Pemidanaan Berdasarkan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Pemberantasan Korupsi"

Copied!
229
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku :

Abdulsyani, Sosiologi Kriminal, Remadja Karya, Bandung, 1987.

Atmasasmita, Romli, Kapita Selekta Hukum Pidana dan Kriminologi, Mandar

Maju, Bandung, 1995.

Danil, Elwi, Korupsi, Konsep, Tindak Pidana, dan Pemberantasannya, PT. Raja

Grafindo Persada, Jakarta, 2012.

Dep. P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1989.

Djaja, Ermansjah, Tipologi Tindak Pidana Korupsi di Indonesia, Mandar Maju,

Bandung, 2010.

Hamdan, M., Politik Hukum Pidana , PT Raja Grafindo Pustaka, Jakarta, 1997.

Hartanti, Evi, Tindak Pidana Korupsi, Sinar Grafika, Jakarta, 2008.

Harahap, Yahya, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Sinar

Grafika, Jakarta, 1985.

Hamzah, Andi, Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia, Ghalia Indonesia,

Jakarta, 1983.

, Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia, Pradnya Paramita,

Jakarta, 1993.

, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 1994.

Lamintang, P.A.F., Hukum Penitensier Indonesia, Armiko: Bandung, 1984.

(2)

Djambatan, Jakarta, 2004.

Mahardika, Tim, Kumpulan Undang-Undang Tentang Narkotika dan

Psikotropika, Pustaka Mahardika, Yogyakarta, 2011.

--- , Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014

Tentang Hak Cipta, Pustaka Mahardika, Yogyakarta, 2015.

Marlina, Hukum Penitensier, Refika Aditama, Bandung, 2011.

Mertokusomo, Sudikno, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta,

1999.

Mubyarto, Ilmu Ekonomi, Ilmu Sosial dan Keadilan, Yayasan Agro Ekonomika,

Jakarta, 1980.

Muladi dan Barda Nawawi Arif, Teori-Teori dan Kebijakan dalam Pidana,

Alumni, Bandung, 1984.

Prodjodikoro, Wirjono, Hukum Acara Pidana Indonesia, Sumur Bandung,

Bandung, 1977.

Remmelik, Jam, Hukum Pidana, Komentar atas Pasal-Pasal Terpenting KUHP

dan Padanannya dalam KUHP Indonesia, PT Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta, 2003.

Rohim, Modus Operandi Tindak Pidana Korupsi, Pena Multi Media, Jakarta,

2008.

Soekanto, Soerjono, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat,

Rajawali Press, Jakarta, 2001.

Suparni, Niniek, Eksistensi Pidana Denda dalam Sistem Pidana dan

(3)

Waluyo, Bambang, Pidana dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta, 2004.

Wiyono, R., Pembahasan Undang - Undang Pemberantasan Tindak pidana

Korupsi, Sinar Grafika, Jakarta, 2005.

Perundang-undangan :

Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Tahun 2012

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Tindak Pidana Korupsi.

Undang- Undang Nomor. 8 Tahun 2010 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang.

Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup.

Undang- Undang No. 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika.

Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.

Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.

Internet :

http://www.scribd.com/doc/252884949/Paper-Korupsi#scribd diakses pada hari

rabu tanggal 22 April 2015 pukul 23.00 WIB.

http://alsaindonesia.org/site/ailrc-alsalcunud/ diakses tanggal 26 April 2015.

http://abdul-rossi.blogspot.com/2011/04/pidana-denda.html, diakses tanggal 5

(4)

UNDANG-UNDANG NO. 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERANTASAN

TINDAK PIDANA KORUPSI

A. Putusan Nomor 52/ Pid.Sus.K/2013/PN.Mdn

1. Kasus Posisi

a. Kronologis

Pada tanggal 5 April 2002 dengan dikeluarkan Surat Edaran Direktur

Jenderal Anggaran Departemen Keuangan RI Nomor : SE - 49 / A / 2002 tentang

Perubahan tarif PPh pasal 21 yang ditanggung pemerintah bagi pejabat negara,

pegawai negeri sipil dan pensiunan atas penghasilan yang dibebankan kepada

keuangan negara atau keuangan daerah disesuaikan dengan Undang - Undang

Nomor : 17 tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga atas Undang - Undang Nomor :

7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, yang antara lain menyebutkan bahwa

kelebihan penyetoran PPh pasal 21 PNS Daerah oleh Pemerintah Daerah sebagai

akibat diberlakukannya Undang - Undang Nomor : 17 tahun 2000 tentang

Perubahan Ketiga atas Undang - Undang Nomor : 7 tahun 1983 tentang Pajak

Penghasilan agar diselesaikan melalui mekanisme restitusi pajak kepada Kantor

Pelayanan Pajak setempat.

Perubahan tarif itu membuat ada Surat Penawaran Kompensasi/Restitusi

(5)

02 kepada Bupati Kabupaten Langkat, yang pada tanggal 8 Januari 2003 KAP

Hasnil M. Yasin & Rekan memperbarui kembali surat penawaran tersebut yang

kemudian berjumpa dan membicarakan langsung kepada terdakwa selaku Kepala

Bagian Keuangan Pemkab. Langkat, dan selanjutnya setelah disepakati bersama

oleh terdakwa disampaikan dan dilaporkan kepada Bupati Langkat tentang hasil

pembahasan terhadap surat penawaran tersebut, dimana selanjutnya surat

penawaran yang sudah ditanda tangani oleh Drs. H. Hasnil, MM sebagai

Managing Partner KAP Hasnil. M. Yasin & Rekan tersebut disetujui dan ditanda

tangani oleh Bupati tersebut.

Biaya pekerjaan / honorarium sebesar 20 % dalam pengembalian PPh pasal

21 sebagaimana yang tercantum dalam surat perjanjian kerjsama tersebut yang

diparaf oleh Terdakwa Drs. Surya Djahisa, M.Si bertentangan dengan pasal 28

ayat (7) Keppres Nomor : 18 tahun 2000 tentang Pedoman Pelaksanaan

Pengadaan Barang / Jasa Instansi Pemerintah yang menyebutkan kontrak

persentase hanya berlaku untuk pelaksanaan jasa konsultasi di bidang konstruksi

dan pekerjaan pemborongan tertentu.

Setelah Surat Perjanjian Kerja dibuat dan ditandatangani, selanjutnya

Terdakwa Drs. Surya Djahisa, M.Si selaku Kepala Bagian Keungan Pemkab

Langkat yang juga sekaligus menjabat Sekretaris Panitia Anggaran, mengusulkan

dan memasukkan / merencanakan anggaran untuk jasa konsultan pajak sebesar

Rp. 400.000.000,00, yang pada akhirnya disetujui oleh DPRD Kabupaten Langkat

dan kemudian pada tanggal 4 Februari 2003 Bupati Langkat mengeluarkan Surat

(6)

Nomor : 12 tahun 2003 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD) Kabupaten Langkat Tahun Anggaran 2003 sebesar Rp.

404.108.105.925,00. Dimana dari jumlah tersebut alokasi anggaran Biaya

Pengurusan PPh pasal 21 sebesar Rp. 400.000.000,00. Hal ini menunjukkan

kondisi yang tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor : 105 tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan

Daerah, khususnya Pasal 25 yang menyebutkan “Tindakan yang mengakibatkan

pengeluaran atas beban APBD tidak dilakukan sebelum ditetapkan dalam

Peraturan Daerah tentang APBD dan ditempatkan dalam Lembaran Daerah” .

Pada tanggal 28 Juli 2003 Drs. H. Hasnil, MM menerima pembayaran jasa

Akuntan Publik dalam rangka penghitungan kelebihan pembayaran Pajak

Penghasilan pasal 21 tahun 2001 dan 2002 dari Sdr. Buyung Ritonga selaku

Pemegang Kas Daerah Bagian Keuangan Sekretariat Daerah Kabupaten Langkat

sesuai dengan bukti Kas Bon pada Kas Daerah sebesar Rp. 400.000.000,00,-.

Pada tanggal 14 Oktober 2003 Bupati Langkat mengeluarkan Surat

Keputusan Nomor : 903 - 28 / SK / 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan

Daerah Nomor : 14 tahun 2003 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (PAPBD) Kabupaten Langkat Tahun Anggaran 2003 sebesar Rp.

411.407.250.600,00. Dari jumlah tersebut alokasi anggaran Biaya Pengurusan

PPh pasal 21 bertambah Rp. 800.000.000,00 sehingga menjadi sebesar Rp.

1.200.000.000,00, dan pada tanggal 10 November 2003 Bupati Langkat

menerbitkan Surat Keputusan Nomor : R / 935 / Keu / 2003 tentang Otorisasi

(7)

Pada tanggal 1 Desember 2003 Bendaharawan UUDP Sekretariat Daerah

Kabupaten Langkat Sdri. Yantini Syafriani mengajukan SPP untuk Biaya

Pengurusan PPh pasal 21 sebanyak 8 (delapan) lembar sejumlah

Rp.793.574.876,00 yang dalam realitasnya SPM Beban Sementara yang akan

sebesar Rp. 793.574.876,00 tersebut tidak dibayarkan kepada Yantini Syafriani

selaku Bendahara Pengeluaran Sekretariat Kabupaten Langkat, karena atas

permintaan terdakwa selaku Kepala Bagian Keuangan Pemkab Langkat langsung

kepada Sdr. Buyung Ritonga selaku Pemegang Kas Daerah, maka uang tersebut

diserahkan oleh Sdr. Buyung Ritonga kepada Terdakwa secara 2 (dua) tahap,

dimana tahap pertama sebesar Rp. 500.000.000,00 dan tahap kedua (satu minggu

kemudian) sisanya sebesar Rp. 293.574.876,00. sehingga dari jumlah SPM

sebesar Rp. 1.193.574.876,00 yang terdiri dari SPM Beban Tetap sebesar Rp.

400.000.000,00 dan SPM Beban Sementara sebesar Rp. 793.574.876,00, hanya

SPM Beban Tetap sebesar Rp. 400.000.000,00 yang dibayarkan kepada Drs. H.

Hasnil, MM dan SPM Beban Sementara sebesar Rp. 793.574.876,00 diterima

langsung oleh Terdakwa.

Rangkaian perbuatan Terdakwa Drs. Surya Djahisa, M.Si dalam proses

Penunjukan Langsung terhadap Kantor Akuntan Publik tersebut untuk

melaksanakan pekerjaan Penghitungan kelebihan pembayaran pajak penghasilan

Pegawai Negeri Sipil (PPH pasal 21) tahun 2001 dan 2002 pada Sekretariat

Pemerintahan Kabupaten Langkat yang direkayasa tersebut dan bertentangan

dengan ketentuan peraturan Keputusan Presiden Nomor : 18 tahun 2000 tentang

(8)

Terdakwa Drs. Surya Djahisa, M.Sisebesar Rp. 793.574.876,00 dan atau setidak -

tidaknya orang lain yaitu Drs. Hasnil, MM sebesar Rp. 400.000.000,00, sehingga

telah merugikan keuangan negara sebesar Rp. 1.193.574.876,00 (satu milyar

seratus sembilan puluh tiga juta lima ratus tujuh puluh empat ribu delapan ratus

tujuh puluh enam rupiah) atau setidak - tidaknya sekitar jumlah tersebut, yang

dihitung dari seluruh jumlah pengeluaran APBD Kabupaten Langkat Tahun

Anggaran 2003 baik beban tetap sebesar Rp. 400.000.000,00 dan beban sementara

sebesar Rp. 793.574.876,00 untuk pengurusan kompensasi PPh pasal 21 tahun

2001 dan tahun 2002 tersebut, sebagaimana hasil perhitungan kerugian keuangan

negara sesuai dengan Laporan Hasil Audit Perhitungan Kerugian Keuangan

Negara atas Dugaan Tindak Pidana Korupsi dalam pengadaan Jasa Akuntan

Publik pada Sekretariat Kabupaten Langkat Tahun Anggaran 2003 Nomor : SR -

1574 / PW02 / 5 / 2011 tanggal 15 Maret 2011 yang dibuat oleh BPKP.

b. Dakwaan

Surat dakwaan merupakan dasar hukum acara pidana karena berdasarkan

dakwaan itulah pemeriksaan di persidangan dilakukan. Hakim tidak dapat

menjatuhkan pidana di luas batas-batas dakwaan. Hal-hal yang diuraikan dalam

dakwaan dapat dilihat dari Pasal 143 KUHAP.69

Dakwaan Primair Diancam pidana dalam Pasal 2 ayat (1) jo. Pasal 18 UU

No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang telah

(9)

diubah dan ditambah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UU

No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Dakwaan Subsidair Diancam pidana dalam Pasal 3 jo. Pasal 18 UU No. 31

Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang telah di diubah

dan ditambah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UU No. 31

Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1)

ke- 1 KUHP.

c. Tuntutan

Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara

pidana ke pengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang

diatur dalam undang-undang ini dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus

oleh hakim di sidang pengadilan.70

Atas dakwaan tersebut, selanjutnya Jaksa Penuntut Umum mengajukan

tuntutan sebagai berikut:

1) Menyatakan terdakwa Drs. Surya Djahisa, M.Sitelah terbukti terbukti secara

sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana sebagaimana diatur dan

diancam pidana dalam Dakwaan Primair yaitu : Perbuatan Terdakwa

sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 2 ayat (1) jo. pasal 18

Undang - Undang RI Nomor : 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang - Undang RI

Nomor : 20 tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang - Undang RI Nomor :

(10)

31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. pasal 55 ayat

(1) ke - 1 KUH Pidana ;

2) Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Drs. Surya Djahisa, M.Sidengan

pidana penjara selama 7 (tujuh) tahun dan 6 (enam) bulan ;

3) Menghukum terdakwa Drs. Surya Djahisa, M.Simembayar denda sebesar Rp.

200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), subsidair : 3 (tiga) bulan kurungan ;

d. Fakta-Fakta Hukum

1) Keterangan Saksi

Keterangan saksi merupakan salah satu alat bukti dalam perkara pidana

yang mengenai suatu peristiwa pidana yang saksi dengar sendiri, saksi lihat

sendiri, dan saksi alami sendiri dengan menyebut alasan dan pengetahuannya.

Pada umumnya semua orang dapat menjadi saksi. Kekecualian menjadi saksi

tercantum dalam pasal 168 KUHAP.71

a) Saksi : Sudarsono, S.Sos, saksi menerangkan sebagai berikut :

Saksi menyatakan bahwa pada tahun 2002 ada Surat Edaran dari Dirjen

Anggaran yaitu Surat Edaran Nomor : SE - 49 / A / 2002 yaitu tentang Perubahan

Tarif PPh pasal 21. Setelah adanya Surat Edaran dari Dirjen Anggaran tersebut

yang membuat pada penggajian pada Pemkab Langkat ada kelebihan pembayaran

atau ada kelebihan pemungutan pajak penghasilan yang berlaku untuk semua PNS

secara keseluruhan dan kelebihan pembayarannya berjumlah sekitar Rp.

5.967.874.380,-. Lalu Akuntan Publik datang ke Bagian Keuangan untuk

melakukan input data pada Sub Bagian Gaji kemudian data tersebut dibawa oleh

(11)

Akuntan Publik untuk dilakukan penghitungan kelebihan pembayaran pajak

penghasilan dan pada tanggal 3 Juli 2003 terbit Surat Ketetapan Pajak yang

menyatakan adanya kelebihan pajak dengan jumlah keseluruhannya Rp.

5.967.874.380,-.

Saksi mengetahui adanya kelebihan pembayaran pajak PPh pasal 21 Pemkab

Langkat malah diuntungkan sebesar Rp. 5 milyar lebih.

b) Saksi : Khairul, saksi menerangkan sebagai berikut :

Terkait dengan pajak penghasilan, saksi mengetahui ada perubahan, karena

dari tarif sebesar 10 % menjadi 5 %. Saksi mengetahui mengenai kelebihan itu

yang jelas akan menjadi kas daerah, karena untuk gaji PNS itu memang ada

dipotong pajak tapi juga diberikan tunjangan sebesar pajak, itu terdapat di daftar

gaji.

Pada bulan Desember 2002 kelebihan pembayaran pajak 5 % jumlahnya Rp.

7 milyar sekian dan saksi tidak pernah bertemu dengan akuntan publik.

c) Saksi : Dhani Setiawan Isma, S.Sos, saksi menerangkan sebagai berikut :

Seingat saksi awalnya ada seseorang datang menghadap Bupati Langkat

dengan membawa map biru yang berisi penawaran pekerjaan kompensasi /

restitusi atas kelebihan PPh pasal 21 yang bernama dr. Safrudin dan saksi ada

dipanggil Bupati Langkat untuk mengantarkan dr. Safrudin kepada Terdakwa dan

selanjutnya saksi tidak mengetahui lagi proses perkembangannya. saksi pernah

melihat surat Nomor : 049 / Pro - tax / Y / XI / 02 tanggal 18 Nopember 2002

perihal penawaran kompensasi / restitusi atas kelebihan PPh pasal 21 dari Kantor

(12)

d) Saksi : Drs. Masri Zein, saksi menerangkan sebagai berikut :

Saksi tidak mengetahui tentang pembayaran sebesar Rp. 800 juta dan saksi

tidak mengetahui sama sekali kalau khusus terhadap perubahan APBD. Setahu

saksi untuk penujukkan langsung akuntan untuk menghitung pajak itu adalah

kalau nilainya dibawah Rp. 300 juta lebih dari itu, harus melalui tender dan saksi

tidak medengar adanya proses tender terhadap penunjukkan akuntan public. Saksi

juga tidak mengetahui adanya pemotongan pajak PPh pasal 21 bagi PNS di

Pemkab Langkat.

e) Saksi : Buyung Ritonga, saksi menerangkan sebagai berikut :

Pemberitahuan yang diberikan Terdakwa selaku atasan saksi bahwa ada

kelebihan pembayaran pajak PPh pasal 21 bagi PNS tetapi tidak ada penjelasan

mengenai nantinya pada periode satu atau dua tahun kedepan terhadap PNS pada

Pemkab Langkat tidak dilakukan pemungutan PPh pasal 21 lagi dan ada

melibatkan pihak ketiga yaitu pihak konsultan akuntan publik yang bernama Sdr.

Drs. Hasnil.

Saksi ikut dalam melakukan pemotongan PPh pasal 21 yang mana jumlah

kelebihan pembayaran yang totalnya untuk tahun 2001 dan 2002 berjumlah Rp.

5.967.874.380,-. Terhadap pembayaran kepada akuntan publik sebanyak satu kali

hanya satu kali SPM sebesar Rp. 400 juta dan untuk yang kedua kalinya sebesar

Rp. 793 juta sekian dan uangnya saksi serahkan kepada Terdakwa untuk

diserahkan kepada akuntan publik dan jumlah keseluruhan SPM ada berjumlah 9

(13)

f) Saksi : H. Syahrizal, SE, saksi menerangkan sebagai berikut :

Saksi tidak mengetahui mengenai suatu kebijakan atau suatu Surat Edaran

dari Departemen Keuangan melalui Dirjen Pajak bahwa ada restitusi terhadap

pajak penghasilan. Saksi tidak pernah mendengar bahwa dalam tenggang waktu

tahun pajak 2001 dan 2002 ada kelebihan pembayaran pajak terhadap Pegawai

Negeri Sipil yang telah dilakukan pemotongan oleh bendaharawan gaji. Saksi

mengetahui pada saat penyusunan APBD tahun 2003 atas perintah atasan saya

untuk menampung biaya perhitungan restitusi kelebihan pajak PPh 21 sebesar Rp.

400 juta tetapi saksi tidak mengetahui apakah ada revisi terhadap APBD tersebut

karena masih dianggap kurang untuk melakukan pembayaran karena adanya

kesepakatan dengan pihak ketiga karena yang saksi ketahui yang ditahun 2003 itu

saja, dimana yang pertama adalah sebesar Rp. 400 juta yang murni ditampung di

APBD dan di Perubahan APBD sebesar Rp. 800 juta di Perubahan APBD 2003.

Saksi mengetahui mengenai kelebihan tersebut setelah ada di laporan

keuangan baru saksi tahu bahwa biaya restitusi itu sudah masuk dan pada waktu

akan menampungkan yang sebesar Rp. 800 juta baru saksi tahu bahwa untuk

biaya restitusi itu kurang sebesar Rp. 800 juta lagi. Saksi menerima gaji pada

tahun 2003 sesuai dengan jumlah bersihnya dan mengenai apakah ada potongan

atau tidak itu tidak saksi perhatikan.

g) Saksi : Amir Hamzah, S.Sos, saksi menerangkan sebagai berikut :

Saksi tidak pernah melihat dan membaca mengenai surat edaran dari Dirjen

(14)

mengetahuinya dan itu adalah berdasarkan SPM yang dimajukan oleh rekanan,

maka kemudian dibayarlah uang sebesar Rp. 400 juta dan jumlah tersebut sudah

ada dalam anggaran dan itu merupakan beban tetap dan dibebankan untuk biaya

konsultasi jasa konsultan sebagai pihak ketiga.

Saksi tidak mengetahui tentang tender pihak ketiga untuk perhitungan

kelebihan pembayaran pajak dan mengenai masalah tender ataupun penunjukan

langsung saksi tidak tahu, yang saksi ketahui adalah seputaran SPM saja. Ada

perubahan itu adalah mengenai pembayaran sebesar Rp. 800 juta dan itu yang

saksi ketahui sedangkan selebihnya saksi tidak tahu. Saksi tidak pernah ketemu

dengan Drs. Hasnil MM dan yang menandatangani SPM yang Rp. 400 juta dan

Rp. 800 juta tersebut adalah Terdakwa Drs. Surya Djahisa.

h) Saksi : Yantini Syafriani, saksi menerangkan sebagai berikut :

Saksi tidak pernah menangani atau menerbitkan atau menandatangani

SPMU terkait dengan kelebihan pembayaran pajak. Mengenai dana sebesar Rp.

800 juta adalah merupakan dana yang ditampung dalam anggaran perubahan

APBD tahun 2003. Saksi tidak mengetahui mengapa terjadi perubahan

pembayaran dari Rp. 400 juta menjadi Rp. 800 juta.

Saksi mengetahui mengenai pemotongan dari 10 % menjadi 5% berdasarkan

Surat Edaran dari Dirjen Pajak tetapi saksi tidak tahu siapa yang menerima uang

Rp. 800 juta. Pada waktu pencairan anggaran tersebut yaitu pada waktu

penandatanganan SPM, itu sudah tidak ada uangnya lagi dan sudah dalam bentuk

kwitansi. Bukan saksi yang membuat pertanggung jawaban tersebut, yang ada

(15)

dan kemudian saksi akan menuntut pertanggung jawabannya yang sebesar Rp.

800 juta, dan karena didalam pertanggung jawaban Surat Perintah Kerja-nya dan

lain sebagainya sama dengan yang Rp. 400 juta, maka saksi hanya terima kwitansi

saja. Saksi melihat bahwasannya kompensasinya adalah pada tahun 2001 dan

tahun 2002 untuk PPh pasal 21 yang jumlahnya sebesar Rp. 5,9 milyar. Didalam

pasal 14 ayat (2) didalam surat perjanjian disebutkan bahwasannya pembiayaan

adalah sebesar 20 % dari jumlah kompensasi yang dikembalikan. Untuk

pemotongan pajak PPh pasal 21 setiap tahunnya dilakukan dibagian di Bagian

Keuangan.

i) Saksi : Drs. Hasnil, Ak, saksi menerangkan sebagai berikut :

Pada waktu itu ada seminar mengenai restitusi pajak, berarti dalam hal ini

ada pekerjaan untuk pemerintah daerah mengenai restitusi pajak ini, kemudian

setelah adanya informasi tersebut ada beberapa kantor akuntan publik yang juga

melakukan restitusi pajak tersebut diseluruh wilayah Indonesia, jadi di Jawa

Timur, Jawa Barat, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Sulawesi dan daerah lainnya

ada dilakukan pekerjaan tersebut. Tercantum dalam surat penawaran tersebut

adalah mengenai hal - hal sehubungan dengan adanya perubahan tarif PPh pasal

21. Tarif yang saksi tawarkan adalah sebesar 35 %, tapi setelah bulan Januari

2003, karena ada kesalahan dari penawaran tersebut, oleh Bupati katanya dirubah,

katanya “jumlahnya terlalu besar”, sehingga jadinya 20 %, makanya saksi buat

lagi penawaran di bulan Januari 2003.

Pada waktu pembayaran saksi hanya diberikan Rp. 400 juta sebagai uang

(16)

menunggu lagi selama 5 atau 6 bulan, baru pada bulan Desember 2003 saksi

dibayar lagi sebesar Rp. 793 juta dan pada saat pembayaran tersebut saksi

meminta tolong Pak Surya Djahisa. Kemudian oleh Pak Surya Djahisa itu dibagi

dua lagi, saksi terima dulu sebesar Rp. 500 juta baru beberapa hari kemudian saksi

menerima lagi sebesar Rp. 293 juta.

Bahwa yang saksi bicarakan saat bertemu dengan Terdakwa adalah

mengenai hal yang berhubungan dengan restitusi pajak dan akan berhubungan

dengan Kabag Keuangan sehubungan dengan data - data yang akan diminta,

makanya saksi kemudian dibawa ke Terdakwa Surya Djahisa pada waktu itu

untuk membahas mengenai SPK. Setelah saksi bertemu dengan Terdakwa Surya

Djahisa, setelah itu saksi diajak untuk ketemu dengan Bupati untuk tanda tangan

SPK dan setelah dirembuk kapan pelaksanaan pekerjaannya dimulai, ada saksi

katakan bahwa target saksi dalam penyusunan ini adalah selama 3 (tiga) bulan,

tapi dalam SPK karena pekerjaan itu adalah berhubungan dengan kantor pajak

biasanya untuk mengerjakannya memakan waktu lebih kurang antara 3 sampai 4

bulan, jadi didalam SPK dibuat 6 bulan kerja. Dalam pembicaraan dengan

Terdakwa tidak ada dibicarakan tentang fee karena disitu Bupati telah setuju

mengenai fee sebesar 20 % tersebut, dari jumlah fee yang saksi terima, tidak ada

diberikan kepada Terdakwa.

Mekanisme restitusi pajak itu harus dilakukan oleh kantor pelayanan pajak,

tapi data - datanya itu harus disiapkan oleh pihak pemerintah daerah setempat,

misalnya harus disiapkan oleh Pemkab Langkat, bisa juga oleh konsultan untuk

(17)

misalnya disini ada kelebihan sebesar Rp. 5 milyar, dan kantor pelayanan pajak

tidak mengambil datanya, tidak mungkin seperti itu, itu yang pertama, yang

kedua, karena disini ada undang - undang yang memisahkan mengenai pajak

tersebut, karena tadinya hanya satu, pemerintah daerah dengan pemerintah pusat

hanya satu, karena adanya perubahan itu dan karena pemerintah daerah adalah

berdiri sendiri baru bisa dilaksanakan restitusi, sedangkan PNS pusat seperti PNS

Kejaksaan atau PNS Mahkamah Agung yang digaji dari pusat itu tidak bisa

dilaksanakan restitusi, karena untuk pusat itu berhubungan dengan pusat.

j) Saksi : M. Husni Hatib, S.Sos, M.Si, saksi menerangkan sebagai berikut :

Saksi hanya menangani masalah restitusi tahun 2010 keatas. Pada saat itu

saksi ada juga bertanya pada teman - teman yang kebetulan ada juga menangani

kasus yang sama, memang pada waktu itu ada kelebihan pembayaran karena tarif.

Setahu saksi terhadap kelebihan pembayaran itu seharusnya itu dikompensasi

bukan di restitusi, misalnya dibulan Januari, pada bulan berikutnya yaitu di bulan

Februari itu pajaknya tidak dipotong tapi dikompensasikan. Pada saat tahun 2001

sampai tahun 2008 tidak ada keterlibatan pihak kantor pajak, karena petugas pajak

itu tidak boleh mengintervensi, kalau sekarang sudah ada AR yang bisa

mendampingi wajib pajak untuk menghitungnya.

k) H. Syamsul Arifin, SE, saksi menerangkan sebagai berikut :

Saksi mengatakan pernah dilakukan perjanjian kerjasama antara Pemerintah

Kabupaten Langkat dengan pihak Kantor Akuntan Publik Hasnil, M. Jasin &

Rekan dalam rangka penghitungan kelebihan pembayaran pajak PNS (PPh pasal

(18)

menawarkan jasa kepada Kabupaten Langkat untuk menghitungkan kelebihan

pajak tersebut, namun pada saat itu karena saksi kurang mengerti dan saksi

menyarankan untuk membahasnya kepada pihak yang berkompeten dari

Kabupaten Langkat, selanjutnya mengenai pembahasan hal tersebut saksi tidak

mengetahuinya dan akhirnya saksi menandatangani kerjasama tersebut

berdasarkan hasil penghitungan Kabupaten Langkat mendapat kompensasi senilai

Rp. 5.967.874.380,-..

l) Saksi : Marulitua Siahaan, saksi menerangkan sebagai berikut :

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai menerima surat pemberitahuan

tahunan Pajak Penghasilan pasal 21 Pemkab Langkat tahun 2001 dan 2002,

setelah diketahui bahwa SPT tersebut lebih bayar maka secara sistem dokumen

tersebut dipisahkan dan dimasukkan dalam kelompok lebih bayar, selanjutnya

dilakukan penelitian secara administrasi yang ditindak lanjuti dengan penerbitan

Surat Perintah Pemeriksaan Pajak terhadap wajib pajak yang SPT-nya lebih bayar

tersebut. Setelah dilakukan pemeriksaan bila ternyata benar lebih bayar, maka

terhadap SPT pajak penghasilan kelebihan pembayaran tersebut dikompensasikan

ke masa berikutnya. Bila hasil pemeriksaan terdapat kekurangan pembayaran

maka diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar berikut sanksi administrasi

berupa bunga sebesar 2 % tiap bulannya terhitung sejak tanggal kewajiban

menyampaikan SPT dilaksanakan.

Bahwa benar surat PHP - 21 / WPJ. 01 / KP. 0406 / 2003 tanggal 30 Juni

2003 perihal Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan adalah benar tanda tangan saksi

(19)

SPT PPh pasal 21 Pemkab Langkat tahun 2001 dan 2002 ternyata masih ada

kesalahan penghitungan yakni kekurangan pembayaran sebesar Rp. 24.607.822,-

untuk tahun 2001 dan sebesar Rp. 19.636.493,- untuk tahun 2002 yang diberikan

kepada wajib pajak atau kuasanya.

2) Keterangan Ahli

a) Ahli dari Penuntut Umum

(1) Ahli : Drs. Augus Hendra Simatupang, menerangkan sebagai berikut :

Setelah diketahui adanya kelebihan pembayaran pajak tersebut kemudian

dilakukan perhitungan pajak - pajak dari wajib pajak dan setelah pemeriksaan

dilakukan apabila hasilnya menyatakan lebih bayar maka diterbitkan surat

ketetapan pajak lebih bayar yang kelebihannya dikompensasikan ke masa atau

tahun pajak berikutnya. Untuk melakukan kompensasi tersebut, petugas pajak

menerbitkan surat pemberitahuan atas kelebihan pembayaran pajak yang

menyatakan bahwa kelebihan bayar tersebut dapat diperhitungkan dengan pajak

yang terhutang atas penghasilan karyawan yang bersangkutan dalam bulan

berikutnya.

Berdasarkan pasal 3 ayat (4) Undang - Undang Nomor : 16 tahun 2000,

apabila Pemda Langkat ada kendala atau kesulitan dalam melakukan perhitungan

SPT tahun 2002 maka Pemda Langkat dapat meminta kepada Kepala Kantor

Pelayanan Pajak setempat dan mengisi surat pemberitahuan penundaan hingga

SPT tahun 2002 dapat dilaporkan maksimal 6 bulan penundaan kewajiban

penyampaian SPT tahun 2002. Berdasarkan pasal 7 Undang - Undang Nomor : 16

(20)

tentang perubahan kedua Undang - Undang Nomor : 6 tahun 1983 tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan apabila ada keterlambatan, maka ada

sanksi berupa denda keterlambatan sebesar Rp. 100.000,- dan untuk kelebihan

pembayaran tidak akan dikenakan denda karena denda hanya dikenakan apabila

ada kekurangan pajak.

(2) Ahli : Drs. Berman Sihombing, menerangkan sebagai berikut :

Kesimpulan terhadap pemeriksaan data tersebut adalah Berdasarkan pengujian

terhadap dokumen, maka ahli menyimpulkan bahwa pengadaan jasa akuntan

publik untuk perubahan SPT tahun 2001 2002 tidak sesuai dengan ketentuan yaitu

sebagai berikut :

1. Pengadaan tersebut tanpa persetujuan Kepala SKPD

2. Pengadaan Jasa Akuntan Publik tidak sesuai dengan ketentuan presiden No

18 tahun 2000, belum disahkannya ABD tahun 2003, tidak ada dokumen

pengadaan, tidak ada undangan dan pengumuman kepada perserta lainnya,

tidak ada pelelangan.

Berdasarkan peneitian ahli dalam kontraknya tidak ada menyebutkan berapa

nilai atau harga kontrak yang seharusnya pasti disebutkkan sesuai ketentaun

Keppres, tidak adanya jaminan dan teknis hasil pekerjaan yang dilaksanakan,

karena kewenangan menetapkan kompensasi kelebihan pajak itu ialah

kewenangan Direktorat Jenderal Pajak. Hasil perhitungan ahli kerugian negara

mencapai Rp.1.193.574.876,- (satu milyar seratus sembilan puluh tiga juta lima

(21)

berdasarkan bukti pengeluaran berkas daerah untuk pengurusan konpensasi pajak

Penghasilan, ada berupa SPT, SPM, kwitansi.

b) Saksi Ahli dari Penasehat Hukum Terdakwa

(1) Ahli : Dr. Faisal Akbar Nasution, Sh, M.Hum, menerangkan sebagai berikut :

Ahli berpendapat Terdakwa yang menjabat selaku Kepala Bagian Keuangan

Sekretariat Daerah Kabupaten Langkat yang menerima perintah dari Bupati

Langkat untuk memparaf surat perjanjian kerja tersebut tidak dapat dikenakan

pertanggung jawaban karena Terdakwa adalah penerima mandat dari atasannya

dan untuk itu yang dapat dikenakan pertanggung jawabannya adalah Bupati

Langkat.

(2) Ahli : Dr. Mahmud Mulyadi, SH, M.Hum., menerangkan sebagai berikut :

Ahli berpendapat Terdakwa menparaf SPK tersebut karena adanya perintah

lisan dari Bupati Langkat, jadi apabila ada unsur pidana yang bertanggung jawab

secara pidana adalah Bupati Langkat, sebab Terdakwa hanya menjalankan

perintah jabatan oleh karena itu Terdakwa selaku Kepala Bagian Keuangan

Sekretariat Daerah Kabupaten Langkat dilindungi Undang - Undang sebagai

alasan pembenar sesuai dalam pasal 51 KUHPidana.

3) Surat

Surat yang termasuk alat bukti adalah ”surat resmi” yang dibuat “pejabat

umum” yang berwenang untuk membuatnya, tapi agar surat resmi yang

bersangkutan dapat bernilai sebagai alat bukti dalam perkara pidana, surat resmi

(22)

atau dialami si pejabat, serta menjelaskan dengan tegas alasan keterangan yang

dibuatnya.72

Alat bukti yang termasuk surat sesuai dengan alat bukti yang diajukan oleh

Jaksa Penuntut Umum (JPU) adalah 41 (empat puluh satu) surat yang terdiri dari

36 Surat Perintah Membayar Uang (SPMU), Surat Perjanjian Kerja antara

Pemerintah Kabupaten Langkat dengan KAP.Hasnil, M. Yasin dan Rekan-Divisi

Konsulen Pajak Nomor : 01/ SPKS/ 2003 tertanggal 18 Januari 2003, Keputusan

Bupati Kabupaten Langkat Nomor : 012 / KEU / I / 2003 tentang Penunjukan

langsung dari Konpensasi / Restitusi atas kelebihan PPh Pasal 21 tanggal 17

Januari 2003, Keputusan Bupati Langkat Nomor : R - 645 / KEU / 2003 tentang

Otorisasi Anggaran Belanja Rutin TA - 2003 tertanggal 18 Juli 2003, Keputusan

Bupati Langkat Nomor : R / 935 / KEU / 2003 tertanggal 10 Nopember 2003

tentang Otoritas Anggaran Belanja Rutin Tahun Anggaran 2003, dan Berita Acara

Serah Terima Pekerjaan Nomor : 01/ SPKS /2003 tanggal 03 Juli 2003.

4) Keterangan Terdakwa

Hukum mengadakan suatu minimum bukti, yaitu bahwa suatu pengakuan

salah terdakwa seluruhnya di muka Hakim, untuk dapat menjadi bukti yang

sempurna, harus disertai keterangan yang jelas tentang keadaan-keadaan, dalam

mana peristiwa pidana diperbuat, keterangan mana semua atau sebagian harus

cocok dengan keterangan si korban atau dengan lain-lain bukti.73

72

Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Jakarta: Sinar Grafika, 1985, hlm. 286.

(23)

Pada tahun 2001 dan 2002 Pemerintah Kabupaten Langkat tidak mengetahui

adanya kelebihan pembayaran pajak penghasilan PNS. Kemudian pada awal tahun

2003 Akuntan Publik dari Kantor Akuntan Publik Hasnil M. Yasin dan rekan

yang bernama Drs. Hasnil datang keruang kerja di Bagian Keuangan Setdakab.

Langkat menunjukkan adanya Surat Edaran Dirjen Anggaran Departemen

Keuangan RI tentang Perubahan tarif PPh Pasal 21 yang ditanggung pemerintah

bagi pajabat Negara, Pegawai Negeri Sipil dan Pensiunan atas penghasilan yang

dibebankan kepada Keuangan Negara atau Keuangan Daerah yang isinya tarif atas

Pajak Penghasilan pasal 21.

Surat Edaran ini tidak ada ditujukan kepada Pemerintah Kota /Kabupaten

termasuk Kabupaten Langkat. Pada saat itu Sdr. Hasnil membawa surat

penawaran perihal Penawaran Kompensasi dan Restitusi atas kelebihan PPh pasal

21 yang surat penawaran itu sudah ditanda tangani Kantor Akuntan Publik Hasnil

M. Yasin dan Rekan oleh Drs. Hasnil, MM selaku Managing Partner dan

menyetujui Pemerintah Daerah kabupaten Langkat yang ditandatangani H.

Syamsul Arifin, S.E. selaku Bupati Langkat. Selanjutnya beberapa hari berikutnya

Sdr. Hasnil menemui Terdakwa kembali dengan membawa surat Perjanjian Kerja

antara Pemerintah Kabupaten Langkat dengan KAP. Hasnil, M. Yasin & Rekan -

Divisi Konsulen Pajak Nomor : 01 / SPKS / 2003 tanggal 18 Januari 2003 dan

mengajak Terdakwa menemui Bupati Langkat untuk menandatangani surat

perjanjian tersebut dan Terdakwa paraf disebelah kanan paraf Sdr. HASNIL pada

(24)

Bupati Langkat, sedangkan Terdakwa belum sepenuhnya membaca surat

perjanjian tersebut.

Isi surat penawaran Nomor : 020 / Pro - Tax / Y / I / 03 tanggal 08 Januari

2003 perihal penawaran kompensasi dan restitusi atas kelebihan PPh pasal 21

yang telah ditandatangani Bupati Langkat yang intinya adalah mengajukan

proposal untuk melakukan penyusunan dan penyampaian perubahan SPT atas

Pajak Penghasilan pasal 21 untuk tahun 2001 dan 2002 di lingkungan pemerintah

Kabupaten Langkat, yang waktu penyampaian SPT diperhitungkan 75 (tujuh

puluh lima) hari kerja.

Terdakwa baru mengetahui setelah adanya Surat Penawaran Nomor : 020 /

Pro - Tax / Y / I / 03 tanggal 08 januari 2003 perihal penawaran kompensasi dan

restitusi atas kelebihan PPh pasal 21 yang telah disetujui Bupati yakni Surat

Penawaran Nomor : 049 / Pro - Tax / Y / 11 / 02 tanggal 18 November 2002

perihal Penawaran Kompensasi / Restitusi atas kelebihan PPh pasal 21 yang mana

honorarium penyusunan dan penyampaian SPT sebesar 35 % dari kompensasi

pajak dari Pemerintah Kabupaten Langkat namun belum disetujui Bupati,

sedangkan yang disetujui adalah sebesar 20 %. Alasan terdakwa memberikan

paraf pada Surat Perjanjian Kerja tersebut karena adanya perintah Bupati langkat

H. Syamsul Arifin. Setelah ditandatangani Surat Perjanjian Kerja antara

Pemerintah Kabupaten Langkat dengan KAP. Hasnil, M. Yasin & Rekan - Divisi

Konsulen Pajak Nomor : 01SPKS / 2003 tanggal 18 Januari 2003, maka terdakwa

selaku Kabag Keuangan sekaligus Sekretaris Panitia Anggaran mengusulkan dan

(25)

400.000.000,- yang pada akhirnya disetujui DPRD Kab. Langkat yang dituangkan

dalam Perda Nomor : 12 tahun 2003 tentang Anggaran Pendapatan dan belanja

Daerah Tahun Anggaran 2003 dengan kode nomor 2.2.2. 1049 dalam butir 17

biaya pengurusan PPh Pasal 21 sebesar Rp. 400.000.000,- namun setelah

keluarnya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan pasal 21 dari

Departemen Keuangan RI Ditjen Pajak Kantor Pelayanan pajak Nomor :

0000420102119 / 03 tanggal 03 Juli 2003 dan Nomor : 00075 / 20101 / 119 / 03

tanggal 03 Juli 2003 Pemkab Langkat mendapatkan Kompensasi sebesar Rp.

5.967.874.380,- sehingga kami memasukkan di APBD kekurangan fee konsultan

sebesar Rp. 800.000.000,- dalam Peraturan Daerah Nomor : 14 tahun 2003

tentang Perubahan APBD tahun 2003 kode rekening 2.2.3.1049.

Nilai kompensasi yang diperoleh Pemerintah Kabupaten Langkat atas

kelebihan pembayaran PPh pasal 21 PNS Pemkab Langkat tahun 2001 dan 2002

dengan jumlah keseluruhannya sebesar Rp. 5.967.874.380 yang menjadi

penerimaan APBD tahun 2003.

Setahu Terdakwa secara administrasi pembayaran terhadap pekerjaan

penghitungan kelebihan PPh pasal 21 tersebut dilakukan melalui SPM tanggal 22

Juli 2003 sebesar Rp. 400.000.000,- dan SPM tanggal 3 Desember 2003 sebesar

Rp. 793.574.876,-. Terdakwa tidak mengetahui alasan penunjukan langsung

terhadap Kantor Akuntan Publik Hasnil, M. Yasin & Rekan untuk melakukan

pekerjaan penghitungan kelebihan pembayaran PPh pasal 21 karena tidak ada

(26)

5) Petunjuk

Petunjuk dalam pasal 188 KUHAP adalah perbuatan, kejadian atau keadaan,

yang karena persesuaiannya, baik antara yang satu dengan yang lain, maupun

dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak

pidana dan siapa pelakunya. Petunjuk disebut oleh Pasal 184 KUHP masih

mengikuti HIR Pasal 295. Hal ini berbeda dengan Ned. Sv. yang baru maupun

Undang-Undang Mahkamah Agung No. 1 Tahun 1950 yang telah menghapus

petunjuk sebagai alat bukti.74

Dalam kasus ini yang merupakan persesuaian yang dapat ditangkap dari

fakta-fakta hukum yang berupa keterangan terdakwa, keterangan saksi ataupun

surat bahwa pemilihan terhadap konsultan akuntan publik tidaklah melalui

Pelelangan Umum/ Terbatas/ Pemilihan langsung. Berdasarkan fakta yang ada

dan dari beberapa keterangan saksi memang tidak ada Pelelangan Umum atau

proses tender terhadap akuntan publik dan bahkan beberapa saksi tidak

mengetahui adanya akuntan publik karena tidak ada pengumuman kepada

masyarakat penyedia barang/Jasa dan sebagian dari saksi bahkan tidak tahu

berapa besar pembayaran terhadap akuntan publik karena menurut mereka

berdasarkan ketentuan yang ada pembayaran terhadap akuntan publik itu

seharusnya tidak lebih dari Rp 300.000.000,-. Berdasarkan fakta- fakta yang ada

juga bahwa tidak ada Panitia Pengadaan Barang/ Jasa.

(27)

e. Pertimbangan Hakim

Adanya alasan-alasan yang kuat dalam pertimbangan sebagai dasar putusan

membuat putusan sang hakim menjadi objektif dan berwibawa.75 Sebelum

putusan sampai pada uraian pertimbangan yang menyimpulkan pendapatnya

tentang kesalahan terdakwa, fakta, dan keadaan serta alat pembuktian yang

diperoleh dalam pemeriksaan sidang, semestinya dipertimbangkan secara

argumentatif, sehingga jelas terbaca jalan pikiran yang logis dan reasoning yang

mantap, yang mendukung kesimpulan pertimbangan hakim.76

Bahwa berdasarkan fakta - fakta yang terungkap di persidangan, dalam

perkara ini yang didakwakan adalah perihal pembayaran honorarium atas

perhitungan kelebihan pembayaran pajak penghasilan pasal 21 tahun 2001 dan

2002 yang dikerjakan oleh KAP Hasnil, M. Yasin & Rekan dimana Terdakwa

selaku Kepala Bagian Keuangan Sekretariat Pemkab Langkat mempunyai

kewenangan untuk menyiapkan bahan penyusunan anggaran, perubahan dan

perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), serta pengesahan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Langkat. Bahwa

berdasarkan fakta hukum tersebut, Majelis Hakim berpendapat bahwa pasal 2 ayat

(1) Undang - Undang Nomor : 31 tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan

Undang - Undang Nomor : 20 tahun 2001, yang didakwakan dalam Dakwaan

Primair, tidak dapat diterapkan terhadap Terdakwa dalam perkara ini oleh karena

itu Terdakwa harus dibebaskan dari Dakwaan Primair tersebut.

(28)

Pasal 3 jo. pasal 18 Undang - Undang Nomor : 20 tahun 2001 tentang

Perubahan Atas Undang - Undang Nomor : 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi jo. pasal 55 ayat (1) ke - 1 KUH Pidana yang unsur -

unsur pokoknya sebagai berikut :

1. Setiap orang ;

2. Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu

korporasi ;

3. Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada

padanya karena jabatan atau kedudukan ;

4. Yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara ;

5. Sebagai orang yang melakukan, yang menyuruh melakukan, atau yang

turut serta melakukan ;

Ad.1. Unsur : Setiap orang :

Berdasarkan fakta yang terungkap di persidangan yaitu dari keterangan

saksi - saksi yang membenarkan bahwa yang dihadapkan untuk diperiksa dan

diadili di depan persidangan ini adalah benar Terdakwa Drs. Surya Djahisa,

M.Sidan keterangan Terdakwa yang menerangkan bahwa ia adalah orang atau

pribadi yang beridentitas sebagaimana yang tercantum dalam surat dakwaan

Penuntut Umum dan saat ini bekerja sebagai serta menyatakan dalam keadaan

sehat jasmani dan rohani. Oleh karena itu Terdakwa terbukti memenuhi unsur

(29)

Ad.2. Unsur : Dengan Tujuan Menguntungkan Diri Sendiri atau Orang lain Atau

Suatu Korporasi.

Pekerjaan perhitungan kelebihan pembayaran pajak penghasilan pasal 21

tahun 2001 dan 2002 di Pemerintah Kabupaten Langkat, saksi Drs. Hasnil,

Ak.MM selaku pimpinan KAP Hasnil, M. Yasin & Rekan telah menerima

pembayaran jasa atau honorarium sebesar 1.193.574.876,- (satu milyar seratus

sembilan puluh tiga juta lima ratus tujuh puluh empat ribu delapan ratus tujuh

puluh enam rupiah) walaupun Terdakwa Drs. Surya Djahisa, M.Si selaku Kepala

Bagian Keuangan Sekretariat Pemkab Langkat mengetahui bahwa tidak ada

dilakukan tender dalam penghunjukkan kantor akuntan untuk melakukan

pekerjaan pengurusan konpensasi pajak penghasilan pasal 21.

Pembayaran jasa atau honorarium sebesar 1.193.574.876,- (satu milyar

seratus sembilan puluh tiga juta lima ratus tujuh puluh empat ribu delapan ratus

tujuh puluh enam rupiah) kepada KAP Hasnil, M. Yasin & Rekan walaupun

dalam Surat Perjanjian Kerja yang ditandatangani oleh Terdakwa, Bupati Langkat

dan Drs. Hasnil, Ak. MM tidak ada disebutkan plafon (besarnya nilai pekerjaan

yang akan dilaksanakan) serta tidak ada dilakukan tender dalam penghunjukkan

kantor akuntan untuk melakukan pekerjaan pengurusan restitusi / konpensasi

pajak penghasilan pasal 21 adalah merupakan perbuatan menguntungkan orang

lain atau suatu koorporasi yang dalam hal ini adalah saksi Drs. Hasnil, Ak. MM

(30)

Bahwa dari serangkaian pertimbangan tersebut diatas Majelis Hakim

berpendapat unsur dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau

suatu korporasi telah terpenuhi.

Ad.3. Unsur : Menyalahgunakan Kewenangan, Kesempatan atau Sarana Yang

Ada Padanya Karena Jabatan Atau kedudukan.

Pengertian dari menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana

yang ada karena jabatan atau kedudukan tersebut adalah menggunakan

kewenangan, kesempatan atau sarana yang melekat pada jabatan dan kedudukan

yang dijabat atau diduduki oleh pelaku tindak pidana korupsi untuk tujuan lain

dari maksud diberikannya kewenangan, kesempatan atau sarana tersebut.77

Perbuatan Terdakwa pada Surat Perjanjian Kerja tanpa memperhatikan

dana/anggaran tersedia dan tanpa mengkaji isi surat perjanjian, maka Terdakwa

haruslah bertanggung jawab atas kebenaran terhadap isi surat yang diparaf oleh

Terdakwa. Perbuatan Terdakwa tersebut yang memberikan paraf dalam tiap

lembar Surat Perjanjian Kerja tanpa mempelajari terlebih dahulu apakah

penawaran di surat perjanjian kerja yang disodorkan oleh saksi Drs. Hasnil, Ak.

MM dapat disetujui sesuai dengan peraturan atau ketentuan pengadaan barang

jasa di lingkungan pemerintah dan perbuatan Terdakwa selaku Kepala Bagian

Keuangan Pemkab Langkat sekaligus menjabat sebagai Sekretaris Panitia

Anggaran yang mengusulkan dan memasukkan / merencanakan anggaran untuk

jasa konsultan pajak sebesar Rp. 400.000.000,- (empat ratus juta rupiah) yang

kemudian disetujui oleh DPRD Kabupaten Langkat untuk dana pembayaran

77

(31)

honorarium atas pekerjaan perhitungan kelebihan PPh pasal 21 yang dikerjakan

oleh KAP Hasnil, M. Yasin & Rekan dan perbuatan Terdakwa yang

menandatangani SPM untuk pencairan pembayaran honorarium kepada KAP

Hasnil, M. Yasin & Rekan walaupun Terdakwa mengetahui bahwa mulai dari

awal proses penawaran pekerjaan yang dilakukan oleh saksi Drs. Hasnil, Ak. MM

tidak sesuai dengan prosedur atau peraturan pemerintah tentang pengadaan barang

dan jasa yaitu tidak adanya dilakukan tender dan dalam Surat Perjanjian Kerja

tidak ada dicantumkan plafon (tarif) tetapi disepakati pembayaran sebesar 20 %

dari kompensasi pengembalian pajak penghasilan pasal 21 untuk tahun 2001 dan

2002 adalah merupakan perbuatan yang menyalahgunakan kewenangan yang

bertentangan.

Dengan demikian unsur menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau

sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan telah terbukti secara sah

dan meyakinkan.

Ad.4. Unsur : Dapat Merugikan Keuangan Negara Atau Perekonomian Negara.

Pembayaran untuk honorarium kepada saksi Drs. Hasnil, MM atas

pengurusan restitusi / kompensasi pajak penghasilan pasal 21 tahun pajak 2001

dan 2002 walaupun pekerjaan pengurusan restitusi PPh pasal 21 tersebut bukanlah

pekerjaan mendesak dan ada tenggang waktu sekitar 5 (lima) tahun

pengurusannya dan pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan sendiri oleh satuan

kerja terkait di Pemkab Langkat karena setiap bulannya sudah ada data - data

rekapan atas PPh yang telah dibebankan kepada negara mengikuti perhitungan

(32)

telah menimbulkan kerugian keuangan negara sebesar Rp. 1.193.574.876,- (satu

milyar seratus sembilan puluh tiga juta lima ratus tujuh puluh empat ribu delapan

ratus tujuh puluh enam rupiah) berdasarkan hasil perhitungan kerugian keuangan

negara dari BPKP Propinsi Sumatera Utara Nomor : SR - 1574 / PW02 / 5 / 2011

tanggal 15 Maret 2011.

Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, Majelis Hakim berpendapat

bahwa unsur “yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara”

telah terpenuhi oleh Terdakwa.

Ad.5. Unsur : yang melakukan, menyuruh melakukan atau turut serta melakukan

perbuatan.

Penuntut Umum dalam dakwaan Subsidair selain mencantumkan pasal 3

Undang - Undang Nomor : 31 tahun 1999 sebagaimana telah dirubah dengan

Undang - Undang Nomor : 20 tahun 2001 yang juga mencantumkan pasal 55 ayat

(1) ke - 1 KUH Pidana tersebut. Pasal 55 ayat (1) KUH Pidana adalah pasal yang

mengatur tentang tindak pidana penyertaan. Perbuatan Terdakwa Drs. Surya

Djahisa, M.Si selaku Kepala Bagian Keuangan Pemkab Langkat bersama - sama

dengan saksi Drs. Hasnil, MM selaku pimpinan KAP Hasnil M. Yasin & Rekan

serta Bupati Langkat H. Syamsul Arifin, SE yang telah membubuhkan paraf pada

Surat Perjanjian Kerja (Kontrak) tanpa memperhatikan peraturan yang berlaku

yaitu tidak adanya dilakukan tender atau pelelangan dalam penghunjukkan kantor

akuntan publik yang akan mengerjakan pengurusan kompensasi / restitusi atas

kelebihan PPh pasal 21 Kabupaten Langkat dan perbuatan Terdakwa Drs. Surya

(33)

untuk jasa konsultan pajak sebesar Rp. 400.000.000,- (empat ratus juta rupiah)

yang kemudian disetujui oleh DPRD Kabupaten Langkat untuk dana pembayaran

honorarium atas pekerjaan perhitungan kelebihan PPh pasal 21 yang dikerjakan

oleh KAP Hasnil, M. Yasin & Rekan adalah merupakan perbuatan yang turut

serta melakukan tindak pidana.

Berdasarkan uraian di atas, Terdakwa telah bersama - sama dengan Drs.

Hasnil, MM selaku pimpinan KAP Hasnil M. Yasin & Rekan telah melakukan

perbuatan yang dapat menimbulkan kerugian keuangan negara yaitu pembayaran

honorarium atas pekerjaan pengurusan kompensasi / restitusi atas kelebihan PPh

pasal 21 Kabupaten Langkat sebesar Rp. 1.193.574.876,- (satu milyar seratus

sembilan puluh tiga juta lima ratus tujuh puluh empat ribu delapan ratus tujuh

puluh enam rupiah). Dengan demikian unsur “sebagai orang yang melakukan atau yang turut serta melakukan telah terpenuhi”.

Oleh karena semua unsur dari pasal yang didakwakan dalam Dakwaan

Subsidair telah terpenuhi dan Majelis Hakim berkeyakinan bahwa tindak pidana

sebagaimana didakwakan dalam Dakwaan Subsidair telah terbukti, maka

Terdakwa harus dinyatakan terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah

melakukan tindak pidana yang didakwakan dalam Dakwaan Subsidair tersebut.

Perbuatan Terdakwa yang telah terbukti tersebut menurut undang - undang adalah

merupakan kejahatan yang disebut dengan tindak pidana korupsi.

Perlu dipertimbangkan hal-hal yang memberatkan maupun yang

meringankan terhadap hukuman yang akan dijatuhkan terhadap diri Terdakwa

(34)

Hal - hal yang memberatkan :

Perbuatan Terdakwa tidak mendukung program pemerintah dalam upaya

pemberantasan tindak pidana korupsi ;

Hal - hal yang meringankan :

1. Terdakwa masih mempunyai tanggungan keluarga ;

2. Terdakwa belum pernah dipidana ;

3. Terdakwa bersikap sopan di persidangan ;

f. Putusan Hakim

Putusan Hakim adalah pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang

pengadilan terbuka, yang dapat berupa pemidanaan atau bebas atau lepas dan

segala tuntutan hukum dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam

undang-undang ini. Suatu putusan mengenai tuntutan penuntut umum tidak dapat diterima

jika berhubung dengan perbuatan yang didakwakan tidak ada alasan hukum untuk

menuntut pidana, misalnya dalam hal delik aduan tidak ada surat pengaduan

dilampirkan pada berkas perkara atau aduan ditarik kembali, atau delik itu telah

lewat waktu atau alasan non bis in idem.78

1) Menyatakan terdakwa Drs. Surya Djahisa, M.Sitersebut tidak terbukti secara

sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan

dalam dakwaan Primair;

2) Membebaskan terdakwa dari dakwaan primair tersebut;

(35)

3) Menyatakan bahwa terdakwa tersebut telah terbukti secara sah dan

meyakinkan bersalah melakukan perbuatan pidana :“Turut serta melakukan Tindak Pidana Korupsi”;

4) Menjatuhkan Pidana oleh karena itu kepada terdakwa dengan pidana penjara

selama : 2 tahun dan pidana denda sebesar Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta

rupiah) atau diganti dengan kurungan selama satu bulan.

2. Analisis Putusan

Dalam fakta- fakta yang ada, Pengadaan Konsultan Akuntan Publik yang

diadakan itu memang tidak melalui pelelangan ataupun proses tender yang

bertentangan dengan ketentuan pasal 17 ayat (4) Keppres Nomor : 18 tahun 2000

yang menentukan Penunjukan Langsung adalah pengadaan jasa konsultasi yang

penyedia jasanya ditentukan olek Kepala Kantor / Satuan Kerja / Pemimpin

Proyek / bagian proyek / pejabat yang disamakan / ditunjuk dan diterapkan untuk :

a. Pengadaan Jasa Konsultasi dengan nilai sampai dengan Rp. 50.000.000,- (lima

puluh juta rupiah).

b. Pengadaan Jasa Konsultasi yang setelah dilakukan Pelelangan Ulang hanya 1

(satu) peserta yang memenuhi syarat.

c. Pengadaan yang bersifat mendesak / khusus setelah mendapatkan persetujuan

dari Menteri / Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen / Gubernur /

Bupati / Walikota / Direksi BUMN / BUMD.

(36)

Biaya pekerjaan / honorarium sebesar 20 % dalam pengembalian PPh pasal

21 sebagaimana yang tercantum dalam surat perjanjian kerjasama yang diparaf

oleh Terdakwa Drs. Surya Djahisa, M.Si bertentangan dengan pasal 28 ayat (7)

Keppres Nomor : 18 tahun 2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang

/ Jasa Instansi Pemerintah yang menyebutkan kontrak persentase hanya berlaku

untuk pelaksanaan jasa konsultasi di bidang konstruksi dan pekerjaan

pemborongan tertentu.

Dakwaan primair yang disusun oleh jaksa penuntut umum tidaklah sesuai

dengan perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa. Oleh karena itu terdakwa

dibebaskan dari dakwaan primair. Dakwaan primair yang menuntut terdakwa

dalam Pasal 2 ayat (1) jo. Pasal 18 UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi yang telah diubah dan ditambah dengan UU No. 20 Tahun

2001 tentang Perubahan atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi. Pasal tersebut mempunyai unsur yang tidak sesuai dengan

perbuatan terdakwa karena terdakwa dianggap melakukan penyalahgunaan

kewenangan jadi terdakwa dibebaskan dari dakwaan itu.

Memang setelah ditinjau kembali, unsur dalam pasal 2 (1) itu kurang

memenuhi unsur dari perbuatan yang dilakukan terdakwa. Dalam kasus ini terlihat

adanya penyalahgunaan wewenang yang dilakukan terdakwa karena memperkaya

orang lain dalam hal memberikan tambahan pembayaran kepada konsultan

Akuntan Publik yang dianggap pembayarannya tidak sesuai dengan ketentuan

yang berlaku. Apalagi SPM yang diberikan untuk Akuntan Publik bersifat

(37)

Dalam Dakwaan Subsidair lebih lengkap dituangkan unsur-unsur tersebut

dalam Pasal 3 Undang- Undang Tindak Pidana Korupsi. Unsur dari Pasal 3 jo

Pasal 18 tersebut adalah :

1. Setiap orang ;

2. Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu

korporasi ;

3. Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada

padanya karena jabatan atau kedudukan ;

4. Yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara ;

5. Sebagai orang yang melakukan, yang menyuruh melakukan, atau yang

turut serta melakukan ;

Perbedaan unsur tersebut terletak dari unsur menyalahgunakan kewenangan,

kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan.

Penyalahgunaan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena

jabatan atau kedudukan dapat terlihat dari pengakuan Terdakwa yang berdalih

membubuhkan paraf dalam Surat Perjanjian Kerja dengan Konsultan Akuntan

Publik tanpa membaca lembaran dokumen perjanjian tersebut adalah perintah dari

Bupati Langkat padahal jika kita tinjau lagi, terdakwa adalah orang yang

berpendidikan yang seharusnya tidak sembarangan membubuhkan paraf.

Seharusnya dia mempelajari isi dari surat perjanjian tersebut.

Dengan adanya paraf Terdakwa pada surat tersebut tanpa memperhatikan

dana/anggaran tersedia dan tanpa mengkaji isi surat perjanjian, maka Terdakwa

(38)

Terdakwa tidak dapat berdalih karena Terdakwa adalah orang yang berpendidikan

dan tentunya mengetahui apa akibat terhadap suatu paraf yang dibuat dimana

sesuai fakta persidangan dana pembayaran jasa atau honorarium atas pekerjaan

perhitungan kelebihan pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 21 telah dibayarkan

seluruhnya kepada saksi Drs. Hasnil, Ak. MM, walaupun mulai dari proses awal

penawaran dan penandatangan surat perjanjian kerja sudah tidak sesuai dengan

peraturan pemerintah yang berlaku tentang tata cara pengadaan barang dan jasa di

lingkungan Pemerintah Kabupaten Langkat.

Surat Perjanjian Kerja tersebut tidak mencantumkan plafon (tarif) tetapi

disepakati pembayaran sebesar 20 % dari kompensasi pengembalian pajak

penghasilan pasal 21 untuk tahun 2001 dan 2002 adalah merupakan perbuatan

yang menyalahgunakan kewenangan yang bertentangan dengan :

1) Peraturan Pemerintah Nomor : 105 tahun 2000 tentang Pengelolaan dan

Pertanggungjawaban Keuangan Daerah :

a) Pasal 25 menyebutkan : “tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban APBD tidak dilakukan sebelum ditetapkan dalam Peraturan Daerah

tentang APBD dan ditempat dalam lembaran daerah” ;

b) Pasal 27 ayat (2) menyebutkan : “setiap orang yang diberi wewenang menandatangani dan atau mengesahkan surat bukti yang menjadi dasar

pengeluaran atas beban APBD bertanggungjawab atas kebenaran dan

akibat dari penggunaan bukti tersebut” ;

2) Pasal 18 ayat (3) Undang - Undang Nomor : 1 tahun 2004 tentang

(39)

mengesahkan dokumen yang bekaitan dengan surat bukti yang menjadi dasar

pengeluaran atas beban APBN / APBD bertanggung jawab atas kebenaran

materil dan akibat yang timbul dari penggunaan surat bukti yang dimaksud” ; 3) Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 29 tahun 2002 tentang “Pedoman

Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah dan

Penyusunan Perhitungan APBD” :

4) Pasal 27 huruf c Keppres Nomor : 18 tahun 2000 menyebutkan : “dokumen

kontrak sekurang – kurangnya memuat ketentuan nilai atau harga kontrak pekerjaan serta syarat - syarat pembayaran” ;

5) Pasal 28 ayat 7 Keppres Nomor : 18 tahun 2000 menyebutkan : “kontrak presentase hanya berlaku untuk pelaksanaan jasa konsultasi dibidang

konstruksi dan pekerjaan pemborongan tertentu” ;

Berdasarkan pertimbangan yang ada maka terpenuhi unsur-unsur dakwaan

subsidair, Terdakwa melakukan kerugian bagi negara mencapai Rp.

1.193.574.876,- (satu milyar seratus sembilan puluh tiga juta lima ratus tujuh

puluh empat ribu delapan ratus tujuh puluh enam rupiah). Tetapi yang dilihat dari

fakta yang ada, perbuatan Terdakwa Drs. Surya Djahisa, M.Si selaku Kepala

Bagian Keuangan Pemkab Langkat bersama - sama dengan saksi Drs. Hasnil, MM

selaku pimpinan KAP Hasnil M. Yasin & Rekan serta Bupati Langkat H. Syamsul

Arifin, SE yang telah membubuhkan paraf pada Surat Perjanjian Kerja (Kontrak)

tanpa memperhatikan peraturan yang berlaku yaitu tidak adanya dilakukan tender

atau pelelangan dalam penghunjukkan kantor akuntan publik yang akan

(40)

Kabupaten Langkat dan perbuatan Terdakwa Drs. Surya Djahisa, M.Si yang yang

mengusulkan dan memasukkan / merencanakan anggaran untuk jasa konsultan

pajak sebesar Rp. 400.000.000,- (empat ratus juta rupiah) yang kemudian disetujui

oleh DPRD Kabupaten Langkat untuk dana pembayaran honorarium atas

pekerjaan perhitungan kelebihan PPh pasal 21 yang dikerjakan oleh KAP Hasnil,

M. Yasin & Rekan adalah merupakan perbuatan yang turut serta melakukan

tindak pidana.

Berdasarkan pertimbangan yang ada maka Hakim pantas menjatuhkan

hukuman bahwa memang si Terdakwa memenuhi unsur dakwaan subsidair lebih

tepatnya pasal 18 UUNo. 31 Tahun 1999 jo UU No. 20 Thun 2001 Tentang tindak

Pidana korupsi yang memenuhi unsur “sebagai orang yang telah melakukan atau

turut serta melakukan.

B. Putusan Nomor: 78/PID.SUS/TPK/2013/PN.JKT.PST

1. Kasus Posisi

a. Kronologis

Bahwa Terdakwa Sutrisno, SP, M.Hum menjabat sebagai Direktur Utama

PT. Hidayah Nur Wahana berdasarkan Akta Notaris No. 26 tanggal 24 Januari

2012 tentang Pernyataan Keputusan RUPSLB (Rapat Umum Pemegang Saham

Luar Biasa) PT. Hidayah Nur Wahana yang dibuat di hadapan Notaris S.S.M.

Enarwanto, SH beralamat di Jl. Wonosari Km 6 No 272 A Baturetno,

(41)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan pada Kementerian Pertanian RI pada

tahun 2012, berdasarkan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Ditjen

Tanaman Pangan Kementerian Pertanian RI Nomor : 0325/018-03.1.01/00/2012

tanggal 9 Desember 2011 telah melaksanakan pengadaan Bantuan Langsung

Benih Unggul (BLBU) dalam Program Peningkatan Produksi, Produktifitas dan

Mutu Tanaman Pangan untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada

Berkelanjutan (kode 108.03.06), kegiatan Pengelolaan sistem Penyediaan Benih

Tanaman Pangan (kode 1763), dengan output Benih yang tersalurkan untuk

kawasan SL-PTT dan Non SL-PTT (kode 1763.17) sebanyak 65.699.225 kg

dengan anggaran Rp. 780.085.331.000,00.

Pengadaan BLBU untuk paket 1 yang dialokasikan untuk 8 provinsi yaitu :

Provinsi Aceh, Sumut, Sumbar, Riau, Jambi, Sumsel, Bengkulu dan Bangka

Belitung dengan nilai HPS yang dususun oleh Panitia Pengadaan sebesar Rp.

217.139.420.625,-. (dua ratus tujuh belas milyar seratus tiga puluh sembilan juta

empat ratus dua puluh ribu enam ratus dua puluh lima rupiah).

Penawaran yang sebesar Rp.209.800.050.000,- (dua ratus sembilan milyar

delapan ratus juta lima puluh ribu rupiah) dari HPS sebesar Rp. 217.139.420.625,-

(dua ratus tujuh belas milyar seratus tiga puluh sembilan juta empat ratus dua

puluh ribu enam ratus dua puluh lima rupiah) dan didukung dengan dokumen

pendukung penyuplai benih fiktif dengan data-data palsu berupa surat dukungan,

surat perjanjian kerjasama dan tanda tangan penyuplai benih , dokumen verifikasi,

jumlah stok benih di penangkar pendukung dan memalsukan tanda tangan para

(42)

dengan menggunakan dokumen tersebut akhirnya PT. Hidayah Nur Wahana

dimenangkan dalam pelelangan pekerjaan Penyaluran BLBU Paket 1 tahun 2012

tersebut berdasarkan penetapan pemenang lelang Nomor : 97.1/ SR.120/M/3/2012

tanggal 30 Maret 2012 oleh Menteri Pertanian RI SUSWONO selaku Pengguna

Anggaran atas dasar usulan Kepala Unit Layanan Pengadaan Ditjen Tanaman

Pangan ALIMIN SOLA dengan surat nomor : 005/KA-ULP/DJTP/III/2012.

Pada kenyataannya PT. Hidayah Nur Wahana sama sekali tidak memiliki

kemampuan menyediakan benih sebanyak yang dipersyaratkan sehingga terdakwa

selaku diraktur Utama PT. Hidayah Nur Wahana memalsu surat perjanjian

kerjasama, dokumen verifikasi, meninggikan jumlah stok benih di penangkar

pendukung dan memalsukan tanda tangan para penangkar pendukung tersebut.

Hal tersebut bertentangan dengan Perpres No. 54 tahun 2010 tentang

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Pasal 19 ayat (1) huruf b yang berbunyi,

“Penyedia Barang/Jasa dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa wajib memiliki

keahlian, pengalaman, kemampuan teknis dan manajerial untuk menyediakan

barang/jasa”.

Bahwa ternyata pelaksanaan penyaluran BLBU tersebut oleh Terdakwa

selaku Dirut PT. Hidayah Nur Wahana tidak disalurkan keseluruhan sebagaimana

dalam Kontrak melainkan sebagian besar dokumen pencairan/pembayaran yang

diajukan oleh terdakwa atas kegiatan penyaluran BLBU tersebut adalah

Palsu/fiktif antara lain berupa Berita Acara Pemeriksaan Barang (BAPB) BLBU

Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT), Rekapitulasi Berita

(43)

Serah Terima (BAST). Setelah pembayaran Tahap I, II, III dan IV terlalu rendah

serta persyaratan pencairan banyak ditolak seperti BAPB, BAST dan rekapitulasi

BAST tidak lengkap maka Terdakwa Sutrisno, SP, M.Hum selaku Dirut PT.

Hidayah Nur Wahana memerintahkan Sdr. Oni, Fajar, Ahmad Yani (Staf PT.

HNW) pada bulan Oktober 2012 bertempat di Kantor PT. HNW di Jl. Raya Pasar

Minggu Km 18 Pasar Minggu - Jakarta Selatan untuk membuat

dokumen-dokumen fiktif seolah-olah barang sudah disalurkan sebagaimana dalam Kontrak

padahal tidak disalurkan dan oleh PPK permohonan pembayaran tersebut tetap

diproses dengan menerbitkan Surat Perintah Pembayaran sehingga Terdakwa

Wahana menerima pembayaran atas pekerjaan yang tidak dilaksanakan.

Pada pelaksanaan pengadaan BLBU paket 1 Terdakwa telah mengajukan

pembayaran secara bertahap dari Tahap I sampai dengan Tahap VIII sebesar Rp.

127.927.245.659,00 (seratus dua puluh tujuh milyar sembilan ratus dua puluh

tujuh juta dua ratus empat puluh lima ribu enam ratus lima puluh sembilan

rupiah), tetapi Terdakwa yang menyalurkan BLBU dengan volume yang tidak

sesuai Surat Perjanjian tersebut sebagaimana yang diaddendum dengan Surat

Perjanjian (Kontrak) Nomor : II.BENIH/PPK/ADD-SP/BLBU/15/P-1/X/2012

tanggal 15 Oktober 2012 bertentangan dengan Perpres No. 54 tahun 2010

tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Pasal 118 ayat (1) huruf e dan

ayat (2) huruf d, yang menyatakan bahwa Perbuatan Penyedia Barang/Jasa yang

tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan kontrak secara

(44)

Berdasarkan pemeriksaan Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian

menemukan adanya permasalahan dalam Penyaluran BLBU TA 2012 yaitu

adanya Kerugian negara pada kegiatan pengadaan BLBU Paket 1 TA 2012 dan

atas hal tersebut Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian telah membuat Surat

Pernyataan adanya kerugian negara pada kegiatan pengadaan BLBU TA 2012

Paket 1 berupa kelebihan pembayaran benih atas temuan Inspektorat Jenderal

Kementerian Pertanian tersebut Terdakwa membuat surat pernyataan

Kesanggupan pengembalian kelebihan bayar ke kas negara sebesar Rp.

3.000.000.000,- (tiga milyar rupiah).

Perbuatan yang Terdakwa Sutrisno, SP, M.Hum bersama dengan Mahfudi

Husodo dan Zaenal Fahmi lakukan telah merugikan keuangan Negara sebesar

Rp.69.438.495.705,00 (enam puluh sembilan milyar empat ratus tiga puluh

delapan juta empat ratus sembilan puluh lima ribu tujuh ratus lima rupiah)

berdasarkan Laporan Hasil Audit Dalam Rangka Penghitungan Kerugian

Keuangan Negara Nomor : SR-807/D6/01/2013 tanggal 06 November 2013.

b. Dakwaan

Penuntut umum menyusun dakwaan secara kumulatif :

KESATU

Primair:

Diancam pidana dalam Pasal 2 ayat (1) jo Pasal 18 UU Nomor 31 Tahun

1999 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang

Perubahan atas UU No 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

(45)

Subsidair

Diancam pidana dalam Pasal 3 Jo Pasal 18 UU Nomor 31 Tahun 1999

Referensi

Dokumen terkait

Photodioda adalah salah satu jenis dioda yang bekerja berdasarkan intensitas cahaya, jika photodioda terkena cahaya maka photodioda bekerja seperti dioda pada umumnya,

Top-down view orthoimage is one of the most fundamental products of photogrammetry, and is one of the most important and popular spatial data sources in modern

[r]

By performing image-based georeferencing using bundle adjustment of only the forward stereo imagery and a number of ground control points, object point accuracies of approx. 4

Orang yang meminta perlindungan kepada selain Allah berarti telah berbuat ….. Hidayah Allah yang membedakan antara manusia dan makhluq lainnya

Metode survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut,

Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang proses belajar dalam bentuknya yang paling

moral pada generasi muda merupakan salah satu fungsi peradaban yang paling utama, (3) Peran sekolah sebagai pendidik karakter menjadi semakin penting ketika