• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS DESKRIPTIF SISWA KELAS VII SMP NEGERI 17 MAKASSAR SKRIPSI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS DESKRIPTIF SISWA KELAS VII SMP NEGERI 17 MAKASSAR SKRIPSI."

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM STUDI JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH MAKASSAR

SKRIPSI

Oleh:

NAMA : MUH.RIFALDI NIM : 10533787114

PROGRAM STUDI STRATA SATU (S1)

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH MAKASSAR Agustus, 2020

DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Bahasa dan Sastra

Universitas Muhammadiyah Makassar

MUH. RIFALDI 10533787114

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

(3)

Erwin Akib, M.Pd,. Ph.D.

NBM: 860 934

Dr. Munirah, M.Pd NBM : 951 576

ﺏ ﺱ ﻡ ﺍﻝ ﻝ ﻩ ﺍ ﻝ ﻲﺣﺮﻟﺎﻨﻣﺭ ﻡ

HALAMAN PENGESAHAN Mahasiswa yang Bersangkutan :

Judul Skripsi : Keefektifan Penggunaan Media Audio Visual Dalam Pembelajaran Menulis Teks Deskriptif Siswa Kelas VII SMP Negeri 17 Makassar

Nama : Muh.Rifaldi

NIM : 10533787114

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Makassar, Agustus 2020 Disetujui Oleh

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Munirah, M.Pd Akram Budiman, S.Pd., M.Pd

NBM: 951 576 NIDN: 0914099101

Diketahui

Dekan FKIP Ketua Prodi

Unismuh Makassar Pendidikan Bahasa dan Sastra

(4)

Erwin Akib, M.Pd,. Ph.D.

NBM: 860 934

Dr. Munirah, M.Pd NBM : 951 576

ﺏ ﺱ ﻡ ﺍﻝ ﻝ ﻩ ﺍ ﻝ ﻲﺣﺮﻟﺎﻨﻣﺭ ﻡ

PERSETUJUAN PEMBIMBING Mahasiswa yang Bersangkutan :

Nama : Muh. Rifaldi

NIM : 10533787114

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra indonesia

Judul Skripsi : Keefektifan Penggunaan Media Audio Visual Dalam Pembelajaran Menulis Teks Deskriptif Siswa Kelas VII SMP Negeri 17 Makassar

Setelah diperiksa dan diteliti ulang, maka skripsi ini telah memenuhi persyaratan untuk diseminarkan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, Agustus 2020 Disetujui Oleh

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Munirah, M.Pd Akram Budiman, S.Pd., M.Pd

NBM: NIDN: 0914099101

Diketahui

Dekan FKIP Ketua Prodi

Unismuh Makassar Pendidikan Bahasa dan Sastra

(5)

ﺏ ﺱ ﻡ ﺍﻝ ﻝ ﻩ ﺍ ﻝ ﻲﺣﺮﻟﺎﻨﻣﺭ ﻡ

SURAT PERJANJIAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Muh.Rifaldi

NIM : 10533787114

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul Skripsi : Keefektifan Penggunaan Media Audio Visual Dalam Pembelajaran Menulis Teks Deskriptif Siswa Kelas VII SMP Negeri 17 Makassar

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi saya, saya akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).

2. Dalam penyusunan skripsi saya akan selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing, yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.

3. Saya tidak melakukan penciplakan (Plagiat) dalam penyusunan skripsi ini.

4. Apabila saya melanggar perjanjian saya seperti butir 1, 2, dan 3, maka saya bersedia menerima sanksi sesuatu aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Makassar, Agustus 2020 Yang membuat perjanjian

Muh.Rifaldi

(6)

ﺏ ﺱ ﻡ ﺍﻝ ﻝ ﻩ ﺍ ﻝ ﻲﺣﺭﻟﺎﻧﻣﺭ ﻡ

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Muh.Rifaldi

NIM : 10533787114

Jurusan : Pendidikan Seni Rupa

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul Skripsi : Keefektifan Penggunaan Media Audio Visual Dalam Pembelajaran Menulis Teks Deskriptif Siswa Kelas VII SMP Negeri 17 Makassar

Dengan ini menyatakan bahwa:

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan didepan penguji adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuatkan oleh siapapun.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, Agustus 2020 Yang Membuat Pernyataan

Muh.Rifaldi

(7)

http://www.fkip-unismuh.info

i

KARTU KONTROL BIMBINGAN SKRIPSI

NAMA : MUH. RIFALDI

NIM : 10533787114

PROGRAM STUDI : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia PEMBIMBING : 1. Dr. Munirah S.Pd., M.Pd

2. Akram Budiman S.Pd., M.Pd

JUDUL SKRIPSI : Keefektifan Penggunaan Media Audiovisual Dalam Proses

Pembelajaran Menulis Teks Deskriptif Siswa Kelas VII SMP Negeri 17 Makassar

NO HARI/TANGGAL URAIAN PERBAIKAN TANDA TANGAN

Catatan : Mahasiswa hanya dapat mengikuti ujian skripsi jika sudah melakukan konsultasi ke dosen atau pembimbing minimal 3 ( tiga ) kali.

Ketua Jurusan

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Dr. Munirah, M.Pd.

(8)

http://www.fkip-unismuh.info

ii

KARTU KONTROL BIMBINGAN SKRIPSI

NAMA : MUH. RIFALDI

NIM : 10533787114

PROGRAM STUDI : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia PEMBIMBING : 1. Dr. Munirah S.Pd., M.Pd

2. Akram Budiman S.Pd., M.Pd

JUDUL SKRIPSI : Keefektifan Penggunaan Media Audiovisual Dalam Proses

Pembelajaran Menulis Teks Deskriptif Siswa Kelas VII SMP Negeri 17 Makassar

NO HARI/TANGGAL URAIAN PERBAIKAN TANDA TANGAN

Catatan : Mahasiswa hanya dapat mengikuti ujian skripsi jika sudah melakukan konsultasi ke dosen atau pembimbing minimal 3 ( tiga ) kali.

Ketua Jurusan

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Dr. Munirah, M.Pd.

(9)

vi

dekat anda dengan kesuksesan.

Semua yang tidak mungkin adalah mungkin bagi orang yang yakin dan dikehendaki.

Setiap aksi memiliki reaksi, setiap perbuatan memiliki konsekuensi, dan setiap kebaikan memiliki balasan yang baik.

Kegagalan terjadi karena terlalu banyak berencana tapi sedikit bertindak.

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini sebagai wujud kesyukuran atas doa, cinta dan kasih sayang ayahanda dan ibundaku untuk saudara, sahabat, dan semua yang

mendukung hal baik yang telah kulakukan. Serta untuk guru yang telah

menjadikan pendidikan sebagai akar kehidupan .

(10)

vii

Skripsi. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Munirah dan Akram Budiman.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) kemampuan membuat teks deskriptif siswa kelas VII SMP Negeri 17 Makassar tanpa menggunakan media audiovusial, (2) kemampuan membuat teks deskriptif siswa kelas VII SMP Negeri 17 Makassar dengan menggunakan media audiovusial, dan (3) perbedaan kemampuan menulis teks deskriptif pada siswa kelas VII SMP Negeri 17 Makassar, (4) keefektifan penggunaan media audiovisual dalam pembelajaran menulis teks deskriptif pada siswa kelas VII SMP Negeri 17 Makassar. Populasi pada penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas VII SMP Negeri 17 Makassar yang berjumlah 206 siswa dan sampel dalam penelitian ini adalah kelas VII1 sebanyak 30 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas VII4 sebanyak 30 siswa sebagai kelas kontrol.

Data pada penelitian ini berupa data proses pembelajaran dengan menggunakan media audiovisual dan proses pembelajaran tanpa menggunakan media audiovisual.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes yang dilakukan pada setiap pertemuan. Data proses pembelajaran dianalisis dengan deskriptif kualitatif, sedangkan data hasil pembelajaran dianalisis dengan statistik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) kemampuan menulis teks deskriptif tanpa menggunakan media audiovisual tidak mencapai ketuntasan karena nilai rata-rata siswa hanya 54,13 sedangkan ketuntasan yang harus dicapai yaitu 70,00, (2) kemampuan menulis teks deskriptif dengan menggunakan media audiovisual mencapai ketuntasan dengan nilai rata-rata 70,00, dan (3) media audiovisual efektif digunakan dalam menulis teks deskriptif pada siswa kelas VII SMP Negeri 17 Makassar. Hal tersebut dibuktikan dari uji hipotesis nilai p-value <

0,05 yaitu 0,005 < 0,05, sehingga ditetapkan bahwa Ho ditolak sedangkan H1

diterima.

Kata Kunci: Keefektifan, menulis teks deskriptif, media audiovisual

(11)

vii

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan yang tiada henti-hentinya akan kehadirat Allah Swt karena atas rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan kesempatan penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini.

Shalawat dan salam penulis panjatkan kepada junjungan Nabi Muhammad Saw yang telah memberikan jalan dan menuntun umatnya dari jalan yang gelap menuju jalan yang terang benderang.

”Keefektifan penggunaan media audiovisual dalam pembelajaran menulis teks deskriptif siswa kelas VII SMP Negeri 17 Makassar” merupakan judul skripsi yang diajukan guna memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana pada jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Berbagai hambatan penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Namun, berkat tekad, ketabahan, dan kesungguhan yang diiringi dengan doa yang tulus kepada sang Pencipta, maka berbagai tantangan yang dihadapi penulis dalam penyusunan skripsi ini dapat teratasi.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat Dr. Munirah, M.Pd., pembimbing I dan kepada Akram Budiman S.Pd., M.Pd., pembimbing II, yang telah membimbing, memotivasi, dan mengarahkan penulis merampungkan proposal ini. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Prof. Dr. H. Abd. Rahman Rahim. S.E., M.M. selaku

(12)

viii

Makassar, Dr. Munirah, M.Pd., ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan serta seluruh dosen dan para staf pegawai dalam lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Kepada Yahni Sukirno Putri yang telah setia menemani saya selama pembuatan proposal dan teruntuk sepupu saya Egi Gilang Andhika dan teman saya Muh. Rusli yang selalu memberi saya motivasi dan arahan selama pembuatan proposal.

Akhirnya penulis menyadari sebagai hamba Allah yang tidak lepas dari segala khilaf dan keterbatasan mengharapkan kritik, saran, dan masukan yang sifatnya konstruktif demi kesempurnaan proposal ini.

Semoga proposal ini bermanfaat bagi pembaca dan segala bantuan dan pengorbanan yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan dari Allah Swt.

Makassar, Desember 2019

Penulis

(13)

KARTU KONTROL PEMBIMBING I ... i

KARTU KONTROL PEMBIMBING II ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

SURAT PERNYATAAN ... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A.Penelitian Relavan ... 7

B.Perbandingan ... 10

C. Aspek Berbahasa ... 12

D. Pengertian Teks ... 24

E. Pengertian Deskriptif ... 28

F. Pengertian Media ... 30

G. Pengertian Film Pendek ... 33

(14)

A.Desain Variable ... 40

B. Defenisi Operasional Variabel ... 41

D.Populasi Dan Sample ... 41

E. Instrumen Penelitian ... 42

F. Teknik Pengumpulan Data ... 47

G. Teknik Analisis Data ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52

A. Deskripsi Hasil ... 52

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 53

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 76

A. Simpulan ... 76

B. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 78 LAMPIRAN

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Berdasarkan Kurikulum 2013 (K13) dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, setiap siswa dituntut untuk mampu menguasai empat keterampilan berbahasa. Keterampilan tersebut adalah menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Di antara keempat keterampilan berbahasa tersebut, menulis merupakan keterampilan yang paling sering digunakan siswa dalam pembelajaran.

Melalui menulis, seseorang dapat mengungkapkan pikiran dan gagasan untuk mencapai maksud dan tujuannya. Seperti yang dinyatakan oleh Tarigan (2008 : 22), bahwa menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut apabila mereka memahami bahasa dan gambar grafik tersebut.

Menulis adalah salah satu aspek berbahasa yang harus dimiliki siswa.

Kemampuan menulis adalah hal yang sangat penting untuk dibina dan dikembangkan dalam pembelajaran bahasa, karena lewat kegiatan menulis, siswa dapat mengapresiasikan gagasan, pikiran, perasaan yang dialami atau dirasakan siswa. Keterampilan menulis dapat dimiliki oleh siapa saja, akan tetapi harus diketahui bahwa menulis bukanlah suatu keterampilan yang sederhana, melainkan menuntut sejumlah kemampuan.

Observasi awal yang dilakukan di SMP Negeri 17 Makassar pada pembelajaran menulis khususnya teks deskriptif masih relatif rendah. Siswa

(16)

kurang mampu menuliskan atau menuangkan gagasannya ke dalam kalimat- kalimat yang tersusun secara sistematis dan logis untuk membentuk kesatuan ide yang disertai dengan kata-kata yang sifatnya dapat memberikan rincian atau detil tentang objek, sehingga dapat memberi pengaruh pada emosi dan menciptakan imajinasi pembaca bagaikan melihat, mendengar, atau merasakan langsung apa yang disampaikan penulis. Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain pemahaman siswa terhadap keterampilan menulis masih kurang, siswa kurang bisa membedakan antara teks deskriptif dan teks naratif, siswa tidak senang dengan pembelajaran menulis teks dekriptif yang monoton dan membosankan, terbatasnya kemampuan siswa dalam menyesuaikan antara judul dan isi teks, penggunaan kosakata yang belum maksimal, penggunaan ejaan dan tanda baca yang masih salah, terbatasnya kemampuan siswa dalam mengembangkan gagasan atau ide menjadi suatu bentuk teks, dan terbatasnya kemampuan siswa dalam berimajinasi dan memberi kesan hidup pada objek karangan.

Penyebab lain, di samping faktor siswa adalah faktor guru, antara lain:

guru lebih menekankan pada pembelajaran yang mengacu pada buku paket, sehingga mengakibatkan pembelajaran menulis khususnya teks deskriptif tidak maksimal. Selain itu, guru memberikan tugas kepada siswa dengan menggunakan metode yang monoton, sehingga siswa bosan mengikuti proses pembelajaran.

Akibatnya kemampuan menulis siswa dalam menulis teks deskriptif berada di bawah standar kriteria ketuntasan minimal yang diterapkan di sekolah tersebut.

Berdasarkan faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya kemampuan pembalajaran menulis teks deskriptif di kelas VII SMP Negeri 17 Makassar, dapat

(17)

dilihat dari sistem pembelajaran yang digunakan oleh guru sangat monoton, hal ini disebabkan karena guru masih mengacu pada buku paket, dengan kejadian ini peneliti menawarkan penggunaan media pembelajaran berupa Audiovisual untuk meningkatkan kemampuan menulis teks deskriptif pada siswa kelas VII SMP Negeri 17 Makassar Kota Makassar. Media yang ditawarkan oleh peneliti adalah penggunaan media Audiovisual “film”.

Penggunaan media Audiovisual “film” dalam pembelajaran dapat memberikan banyak manfaat bagi siswa di antaranya membawa kesegaran dan variasi bagi pengalaman belajar siswa dan juga memperbesar perhatian siswa.

Selain itu, media Audiovisual juga sangat menarik untuk menerangkan suatu proses, gerakan lambat atau pengulangan akan memperjelas uraian atau ilustrasi yang akan mempermudah siswa dalam memahami pelajaran. Film pendek juga memiliki kelebihan yaitu memberikan pesan yang dapat diterima secara lebih merata oleh siswa, sangat bagus untuk menerangkan suatu proses, mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, lebih realistis, dapat diulang-ulang dan dihentikan sesuai kebutuhan., dan dapat memberikan kesan yang mendalam, yang dapat mempengaruhi psikologi siswa.

Setelah melakukan observasi di SMP Negeri 17 Makassar dan berdiskusi langsung dengan guru yang bersangkutan tentang bagaimana meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis khusunya menulis teks deskriptif. Kurangnya kemampuan siswa dalam menulis teks deskriptif dapat dilihat dari nilai KKM yang berlaku, adapun nilai KKM yang berlaku dalam pembelajaran bahasa Indonesia ialah minimal 75, dengan nilai KKM tersebut siswa dapat dikatakan

(18)

lulus dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya menulis deskriptif, apabila jumlah keseluruhan siswa dikelas dengan tingkat kelulusan mencapai 75%.

Namun yang terjadi adalah rata-rata siswa yang mencapai nilai KKM berada dibawah 75%. Hal ini membuat peneliti dan guru sepakat untuk menggunakan media audiovisual sebagai metode baru yang akan diberikan kepada siswa sebagai tujuan meningkatkan keefektifan siswa dalam menulis teks deskriptif agar selanjutnya tingkat kelulusan siswa mencapai 75%.

Sebagai upaya verifikasi terhadap penelitian tersebut dan mengingat pentingnya pemilihan media pembelajaran, maka untuk mencapai tujuan pembelajaran yang direncanakan peneliti mencoba menggunakan media Audiovisual. Dalam hal ini peneliti melakukan penelitian dengan judul

“Keefektifan Penggunaan Media Audiovisual dalam Pembelajaran Menulis Teks Deskriptif Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 17 Makassar”.

Di zaman yang serba modern ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar. Para guru dituntut agar mampu memahami, menguasai, serta mampu menggunakan alat-alat yang tersedia dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang media pembelajaran. Namun secara realitas yang terjadi ialah guru kurang baik dalam pemanfaatan media pembelajaran sehingga proses belajar dikelas menjadi monoton.

(19)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, rumusan masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kemampuan menulis teks deskriptif siswa kelas VII SMP Negeri 17 Makassar tanpa menggunakan media Audiovisual?

2. Bagaimanakah kemampuan menulis teks deskriptif siswa kelas VII SMP Negeri 17 Makassar dengan menggunakan media Audiovisual?

3. Apakah media Audiovisual efektif dalam pembelajaran menulis teks deskriptif pada siswa kelas VII SMP Negeri 17 Makassar?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan kemampuan menulis teks deskriptif tanpa menggunakan media Audiovisual siswa kelas VII SMP Negeri 17 Makassar.

2. Mendeskripsikan kemampuan menulis teks deskriptif dengan menggunakan media Audiovisual siswa kelas VII SMP Negeri 17 Makassar.

3. Membuktikan keefektifan penggunaan media Audiovisual dalam pembelajaran menulis teks deskriptif pada siswa kelas VII SMP Negeri 17 Makassar

(20)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih rinci terhadap pendidikan bahwa penggunaan media yang sesuai dalam proses pembelajaran akan menghasilkan perubahan yang efektif dalam membuat teks deskriptif berdasarkan hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 17 Makassar. Selain itu, hasil penelitian ini memperkaya khasanah pembelajaran menulis teks deskriptif dengan media Audiovisual.

2. Manfaat Praktis

a. Memberi sumbangan pemikiran kepada guru Bahasa Indonesia, khususnya di SMP Negeri 17 Makassar tentang penggunaan media Audiovisual dalam pembelajaran menulis teks deskriptif berdasarkan penga matan siswa.

b. Sebagai masukan yang berguna bagi penyusun buku pelajaran, penyusun kurikulum pelajaran, khususnya pembelajaran bahasa Indonesia.

c. Sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya yang sejenis dengan penelitian ini.

(21)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Penelitian Relavan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini pernah dilakukan oleh Sri Lestari (2016) dengan judul “Efektifitas media video panorama dengan strategi metakognitif dalam pembelajaran menulis teks deskriptif pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Karangploso”. Hasil dari pembelajaran menulis deskriptif pada aspek isi gagasan teks diperoleh nilai rata-rata sebesar 17,50. Berdasarkan hasil pretes dan postes pada histogram diatas, kemampuan siswa dalam menulis teks deskriptif pada aspek isi gagasan teks mengalami peningkatan, yaitu dari skor pretes sebesar 15,29 menjadi postes sebesar 17,50. Artinya penggunaan media video panorama efektif dalam menulis teks deskriptif pada aspek isi gagasan teks sebesar 2,21 (selisih hasil pretes dan postes).

Penelitian yang relavan dengan penelitian ini juga pernah dilakukan oleh Surismiati (2017) dengan judul “Keefektifan model Round Table dalam keterampilan menulis karangan deskriptif siswa kelas X SMA Muhammadiyah 2 Tanjung Enim”. Hasil penelitian ini diketahui bahwa nilai rata-rata siswa kelas eksperimen sebesar 81,70 dan kelas kontrol 75,93. Disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar antara kelas yang menggunakan model pembelajaran round table dengan kelas yang tidak menggunakan model tersebut dalam pembelajaran karangan deskriptif siswa kelas X SMA Muhammadiyah 2 Tanjung Enim.

(22)

Penelitian relavan dengan penelitian ini juga dilakukan oleh Isma Aryani (2018) dengan judul “keefektifan media puzzle gambar dalam pembelajaran menulis teks deskriptif siswa kelas VII SMP Negeri 1 Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) hasil belajar teks deskriptif siswa kelas eksperimen menggunakan media puzzle gambar berada pada rata-rata 85,25 dengan hasil belajar yang berada pada kategori efektif; (2) hasi belajar teks deskriptif siswa kelas control menggunakan media poster berada pada rata-rata 78,15 dengan hasil belajar yang berada pada kategori cukup efektif;

(3) berdasarkan uji-t, sig(2-tailed) lebih kecil dari taraf nyata yaitu sebesar 0,003.

Hal ini menunjukkan hipotesis alternatif diterima dan hipotesis teori ditolak dan menyatakan bahwa media puzzle gambar efektif digunakan dalam pembelajaran menulis teks deskriptif siswa kelas VII SMP Negeri 1 Benteng.

Penelitian relavan dengan penelitian ini juga dilakukan oleh peneliti bernama Dr. Munirah, M.Pd dengan judul “keefektifan strategi brainstorming dalam pembelajaran menulis paragraf argumentasi siswa kelas XI SMA Negeri Bontonompo Kabupaten Gowa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara keefektifan siswa menulis paragraf argumentasi dengan menerapkan strategi brainstorming dan menerapkan pembelajaran konvensional. Hal ini tampak pada nilai rata-rata pada kelas control yaitu 73,80, sedangkan pada kelas eksperimen mencapai 78,87. Selain itu, perbedaan tampak pada nilai p value<0,05 atau thitung sebesar 2,187 atau dengan ttable sebesar 2,002 dengan taraf signifikan 0,033. Hal ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima.

(23)

a. Persamaan

Penelitian yang menggunakan media puzzle gambar (menyusun gambar) memiliki peran penting dalam meningkatkan keterampilan motorik. Siswa dapat melatih koordinasi tangan dan mata untuk mencocokkan kepingan- kepingan puzzle dan menyusunnya menjadi satu gambar. Pengetahuan melalui puzzle gambar tersebut membu at siswa belajar banyak hal, mulai dari warna, bentuk, dan nama. Hal tersebut membuat siswa lebih mudah dalam memahami sesuatu yang disampaikan oleh tenaga pendidik. Media puzzle gambar tersebut dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, dengan adanya media pembelajaran ini siswa dapat melihat, mengamati, dan melakukan percobaan.

Hal ini membuat daya ingat siswa dilatih melalui gambar-gambar yang dilihatnya untuk membuat imajinasinya berkembang sehingga memungkinkan adanya interaksi antara siswa dengan lingkungan sekitarnya. Begitupun dengan media audio visual yang menekankan pada penglihatan atau visual sehingga siswa lebih mudah mengenal warna, bentuk, dan nama. Dengan media audio visual siswa ditanamkan konsep yang benar sesuai apa yang dilihatnya sehingga dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh siswa.

Dengan begitu media audio visual membuat siswa seakan merasakan langsung atau berinteraksi langsung dengan apa yang dilihatnya melalui video yang disajikan oleh tenaga pendidik.

b. Perbedaan

Media puzzle gambar memberikan pemahaman kepada siswa melalui gambar-gambar yang terpisah untuk mengajak siswa berimajinasi dan

(24)

menyusun gambar-gambar tersebut agar informasi yang ingin disampaikan melalui gambar yang disajikan mampu dipahami. Hal tersebut membuat siswa lebih tertantang untuk mencari tahu lebih mendalam tentang informasi yang terkandung didalam gambar, akan tetapi permasalahan yang sering terjadi ketika menggunakan media puzzle gambar ialah siswa sulit untuk melihat gambar secara jelas dikarenakan jumlah keseluruhan siswa disetiap kelas melebihi jumlah media yang digunakan, masalah ini membuat penerimaan siswa tidak merata dalam memahami informasi apa yang disampaikan melalui gambar. Sedangkan media audio visual memberikan pemahaman kepada siswa melalui gambar bergerak dan bersuara (video) untuk mengajak siswa berpikir, merasakan, dan seolah-olah berinteraksi langsung dengan sesuatu yang dilihatnya melalui video yang disajikan. Dengan media audio visual siswa dapat mengulang atau memotong hal-hal yang dianggap tidak diperlukan sehingga analisa lebih tajam, dan dapat membuat siswa benar-benar mengerti isi dari cerita yang diperlihatkan.

2. Perbandingan

Dari tiga jenis penelitian relavan diatas kita dapat melihat kekurangan serta kelebihan masing-masing penelitian yang dihasilkan dari berbagai metode dan media yang gunakan untuk mengembangkan serta memaksimalkan hasil belajar, dengan kata lain hal ini memberikan suasana pembelajaran yang berbeda dari sebelumnya sehingga lebih menarik perhatian para peserta didik dalam proses pembelajaran yang berlangsung agar berjalan dengan efektif. Media yang digunakan seperti puzzle gambar (susunan gambar) merupakan media yang

(25)

menekankan pada sistem games, yang artinya siswa akan menggunakan metode games dalam pembelajaran agar materi yang akan disampaikan melalui puzzle gambar tersebut dapat diterima dan ditangkap oleh pemahaman siswa. Media puzzle gambar hanya berpusat pada penglihatan siswa atau visual sehingga jika digunakan dalam bentuk kelompok maka gambar yang disajikan kurang maksimal, hal ini disebabkan karena jumlah siswa dalam setiap kelompok lebih dari satu orang sehingga siswa dalam setiap kelompok tersebut tidak dapat melihat secara jelas keseluruhan dari gambar. Inilah yang akan mempengaruhi penerimaan siswa terhadap materi yang disampaikan. Adapun pembelajaran menggunakan model round table sebagaimana siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan dituntut untuk bekerja sama dengan teman kelompoknya dalam menyelesaikan tugas individu atau tugas kelompok, dengan model ini maka siswa yang kemampuan menulisnya baik akan dikelompokkan dengan siswa yang kemampuan menulisnya kurang baik. Peneliti membuat sebuah table atau angket untuk mengetahui perkembangan siswa sebelum dan sesudah melakukan model round table ini. dengan model seperti ini siswa tersebut bekerja sama untuk menyelesaikan setiap masalah dengan cara berperan aktif menuangkan gagasan atau idenya secara maksimal. Model round table dikatakan berhasil jika seluruh siswa dalam setiap kelompok mampu menguasai materi atau tugas yang diberikan.

Akan tetapi masalah yang sering terjadi pada siswa jika dikelompokkan ialah kurangnya perhatian terhadap masalah atau soal yang diberikan karena saling mengharapkan antara sesama anggota kelompok. Masalah lain juga muncul seperti kurangnya penguasaan materi sehingga hal tersebut membuat peserta didik

(26)

kesulitan mengeluarkan gagasan atau idenya karena keterbatasan kosakata, alhasil siswa yang kemampuannya kurang baik akan mengalami kesulitan. Sedangkan media audio visual adalah media yang menekankan pada penglihatan dan pendengaran siswa melalui video yang disajikan berupa film pendek, dengan ini maka siswa yang cerdas atau lamban akan memperoleh sesuatu dari film yang sama. Keterampilan membaca dan penguasaan bahasa yang kurang, bisa diatasi dengan menggunakan film. Dengan film maka sesuatu yang ingin disampaikan lebih muda diterangkan karena gerakan lambat atau pengulangan akan memperjelas uraian dan ilustrasi. Film dapat menyajikan teori ataupun praktik dari yang bersifat umum ke khusus atau sebaliknya. Film juga lebih realistis, dapat diulang-ulang, dihentikan sesuai dengan kebutuhan dan juga bisa mengatasi keterbatasan daya indera siswa.

3. Aspek Berbahasa a. Pengertian Menyimak

Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Tarigan (2008).

b. Pengertian berbicara

Berbicara diartikan sebagai kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan dan menyampaikan

(27)

pikiran, gagasan, serta perasaan. Dapat dikatakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar. Tarigan (2008:14).

c. Pengertian membaca

Membaca menunjukkan interpretasi segala sesuatu yang kita persepsi.

Proses membaca juga meliputi identifikasi simbol-simbol bunyi dan mengumpulkan makna melalui simbol-simbol tersebut. Ginting (2005)

d. Pengertian Menulis

Menulis adalah kegiatan komunikasi berupa penyampaian pikiran, gagasan, perasaan, kehendak, dan pesan secara tertulis kepada pihak lain.

Aktivitas menulis melibatkan unsur penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, saluran atau media tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan.

Sebagai suatu keterampilan berbahasa, menulis merupakan kegiatan yang kompleks karena penulis dituntut untuk dapat menyusun dan mengorganisasikan isi tulisannya serta menuangkannya dalam formulasi ragam bahasa tulis dan konvensi penulisan lainnya (Suparno dan Yunus, 2004: 26).

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.

Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis, penulis haruslah terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang bayak dan teratur (Tarigan, 2008:3).

Menurut Morsey (dalam Tarigan, 2008:4), dalam kehidupan modern ini, jelas bahwa keterampilan sangat dibutuhkan. Kiranya tidaklah terlalu berlebihan

(28)

bila kita katakan bahwa keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang yang terpelajar atau bangsa yang terpelajar. Sehubungan dengan hal ini, ada seorang penulis yang mengatakan bahwa “menulis dipergunakan, melaporkan, dan memengaruhi, dan maksud serta tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh orang-orang yang dapat menyusun pikirinnnya dan mengutarakannya dengan jelas, kejelasan ini bergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian kata- kata, dan struktur kalimat.

Menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan. Menurut konsep ini kegiatan menulis merupakan kegiatan untuk mengungkapkan segala sesuatu yang ada dalam pikiran dan perasaan seseorang kepada orang lain dalam bentuk tulisan (Alwi, 2008:1497)

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa menulis adalah kegiatan menuangkan ide atau gagasan ke dalam sebuah media bahasa untuk disampaikan kepada orang lain.

b. Tujuan Menulis

Sehubungan dengan “tujuan” penulisan sesuatu tulisan, Hugo Hartig (dalam Tarigan, 2008: 25-26) merangkumnya sebagai berikut:

1) assignment purpose (tujuan penugasan);

Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri (misalnya para siswa yang diberi tugas merangkumkan buku; sekretaris yang ditugaskan membuat laporan atau notulen rapat).

(29)

2) altruistic purpose (tujuan altruistik);

Penulis bertujuan menyenangkan para pembaca; menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan, dan penalarannya; ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu.

3) persuasive purpose (tujuan persuasif);

Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.

4) informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan);

Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan/penerangan kepada para pembaca.

5) self-expressive purpose (tujuan pernyataan diri);

Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca.

6) creative purpose (tujuan kreatif);

Tujuan ini erat berhubungan dengan tujuan pernyataan diri. Tetapi

“keinginan kreatif” di sini melebihi pernyataan diri dan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik, atau seni yang ideal, seni idaman.

Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian.

7) problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah).

Dalam tulisan seperti ini penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Penulis ingin menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi serta meneliti

(30)

secara cermat pikiran-pikiran dan gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca.

c. Menulis Sebagai Suatu Cara Berkomunikasi

Menurut Webb, 1975 (dalam Tarigan, 2008:19), secara luas dapat dikatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan yang pasti terjadi sewaktu-waktu bila manusia atau binatang-binatang ingin berkenalan dan berhubungan satu sama lain. Seperti hewan-hewan lainnya, maka manusia berkomunikasi melalui gerak-gerik refleks yang sederhana dan bunyi-bunyi yang tidak berupa bahasa. Akan tetapi, hanya manusia sajalah yang telah mengembangkan bahasa.

Tulisan dipergunakan seseorang untuk merekam, meyakinkan, melaporkan, serta mempengaruhi orang lain, maksud serta tujuan tersebut hanya bisa tercapai dengan baik oleh orang-orang yang dapat menyusun pikirannya serta mengutarakannya dengan jelas (mudah dipahami).

d. Kendala-kendala dalam Menulis

Dalam menulis sama halnya dengan hal-hal yang menyangkut aktifitas berbahasa yang lain, terdapat kendala-kendala yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus. Kendala yang bersifat umum artinya kendala yang dialami hampir oleh semua penulis, sedangkan kendala yang bersifat khusus adalah kendala yang mungkin dialami oleh penulis tertentu secara individual dan sifatnya kurang lebih unik (Zainurrahman, 2013:206).

(31)

Adapun kendala-kendala tersebut akan dipaparkan sebagai berikut : 1. Kendala Umum

Kendala umum adalah kendala yang biasanya dialami oleh setiap penulis, bahkan penulis profesional sekalipun. Perlu kita sadari bahwa penulis sempurna tidak akan pernah ada tanpa melalui atau menembus kendala tertentu. Nilai sebuah tulisan, bukan hanya ditentukan oleh isi dari tulisan itu, tetapi juga kerja keras penulis dalam menulis tulisan tersebut. Oleh karena itu jangan pernah berpikir telah menulis baik jika belum mengalami dan memecahkan kesulitan dalam menulis. Berikut akan dijelaskan kendala umum satu per satu (Zainurrahman, 2013:206).

a. Kesulitan karena kekurangan materi

Jika anda membangun sebuah rumah, maka materi yang anda butuhkan sesuai dengan jenis rumah yang anda bangun. Analogi ini serupa dengan membangun sebuah teks atau tulisan. Materi, baik secara kualitas maupun kuantitas, sangat tergantung pada jenis tulisan yang akan diciptakan.

Misalnya, jika anda menulis naratif, sudah tentu anda membutuhkan materi seperti kejadian, tokoh lengkap dengan wataknya, dan sebagainya. Jika anda menulis ekspositori atau deskriptif, materi yang dibutuhkan adalah sejumlah informasi yang relevan dengan topik yang anda bahas dalam tulisan anda.

Intinya, jenis tulisan sangat menentukan materi yang harus anda miliki, semakin kompleks tulisan anda, semakin banyak dan besar pula materi yang harus anda miliki, entah dari mana asalnya, yang terpenting mater tersebut

(32)

valid, relevan, dan dapat dipertanggungjawabkan kelak (Zainurrahman, 2013:208).

Hal pertama yang harus dipikirkan adalah bahwa sangat terlambat untuk mengumpulkan materi pada saat anda menulis. Pengumpulan materi seharusnya dilakukan jauh sebelum memulai tulisan. Sumber dari materi ini pun sangat bervariasi mulai dari sumber yang formal (buku teks, buletin, majalah, jurnal ilmiah) dan sumber yang non-formal (website, blog, artikel, hasil wawancara, catatan harian). Saat pertama kali terlintas dalam benak untuk menulis, sudah tentu memahami kira-kira topik yang akan dibahas atau dikupas nanti dalam tulisan. Saat sudah mengidentifikasi topik yang kiranya sudah dibatasi, artinya penulis hanya akan membahas hal yang relevan dan tidak akan membahas hal yang tidak relevan, maka penulis sudah harus mencari materi. Meskipun memiliki cukup ilmu untuk membahas sesuatu, namun ilmu anda tidak cukup hingga anda melibatkan materi dari sumber lain yang merupakan ciri khas tulisan yang baik, dialogis (Zainurrahman, 2013:208).

Beberapa materi, meskipun relevan tidak boleh digunakan. Hal ini khususnya dilakukan untuk menjaga objektifitas topik pembahasan dalam tulisan. Seandainya seseorang tidak memilih materi (dari keseluruhan isi materi), maka besar kemungkinan kita akan frustasi karena ide dan tulisan kita berkembang tidak terbatas. Oleh karena itu, sebisa mungkin kita melakukan seleksi materi yang relevan yang kiranya mengarahkan tulisan

(33)

seseorang agar lebih fokus dan mendalam bukannya meluas namun bersifat dangkal (Zainurrahman, 2013:209).

b. Kesulitan Memulai dan Mengakhiri Tulisan

Anggap saja materi yang dikumpulkan sudah cukup, dan akan memulai menulis. Menentukan kata pertama bukanlah hal yang mudah, kecuali penulis sudah mempersiapkan ide pembuka tulisan kita yang siap untuk dituliskan. Hal ini menentukan kecermatan dan ketepatan berpikir, tentunya penulis tidak mau menulis sebuah deskriptif secara flashback sebagaimana tulisan naratif. Perlu diketahui bahwa menulis tidak sebaiknya dimulai dari yang khusus ke umum, tulisan itu harus mendalam agar ide yang ingin disampaikan benar-benar tersentuh titik sentralnya. Apabila pembahasan tidak mendalam dan tidak terfokus, maka ide sentral tidak akan tersentuh, malahan pembahasan akan kemana-mana dan bisa jadi tulisan tersebut akan gagal (Zainurrahman, 2013:210).

Mengetahui bagaimana mengawali tulisan lebih mudah daripada mengakhirinya. Hal ini disebabkan karena ide berkembang dan terus meluas jika tidak dibatasi dengan kerangka ide. Kebanyakan penulis, bahkan penulis profesional, mengakhiri tulisannya secara intuitif sudah cukup, letih, kehabisan bahan, atau merasa bahwa tujuannya sudah tercapai dalam tulisan tersebut. Alasan terakhir ini ada lah alasan paling bagus. Penulis sudah dapat mengakhiri tulisan kita jika tulisan tersebut, menurut kita sudah mencapai tujuan penulisannya. Sangat tidak lucu kita bertanya “bagaimana caranya mengetahui bahwa tulisan tersebut sudah mencapai tujuannya” karena

(34)

pertanyaan ini merefleksikan kenaifan kita sendiri seolah-olah kita tidak mengetahui tujuan kita sendiri (Zainurrahman, 2013:210).

c. Kesulitan Strukturasi dan Penyelarasan Isi

Strukturasi adalah proses penyusunan kalimat yang sistematis, paragraf yang berhubungan serta divisi-divisi pembahasan yang berlebel sub- sub topik yang tersusun rapi sehingga pembaca mudah mengikuti alur pembahasan dalam tulisan. Sementara itu, yang dimaksud dengan penyelarasan isi adalah proses penyelarasan antara kalimat dengan ide yang ingin disampaikan, susunan paragraf yang “saling menjelaskan” serta susunan divisi pembahasan yang sesuai dengan tujuan penulis sendiri. Pada level kalimat, justru ampuh strukturasi adalah “katakan dengan jelas apa maksud anda”. Jangan pernah menggunakan kiasan dalam kalimat yang anda sendiri masih ragu dengan maknanya. Tuliskan kalimat sesuai dengan niat dan tujuan anda sendiri. Jika anda masih ragu, maka baca kembali kalimat anda (Zainurrahman, 2013:212).

d. Kesulitan Memilih Topik

Kesulitan semacam ini bukan hanya terjadi pada saat mengawali tulisan, tetapi justru lebih banyak atau sering terjadi disaat akan mengakhiri tulisan kita. Khususnya ketika kita menemukan bahwa tulisan sudah bergeser dari topik yang telah kita rencanakan. Hal ini dapat terjadi ketika pembahasan mulai berkembang dan melebar, sehingga agak sulit untuk memutuskan apa yang sebenarnya tertulis. Perlu diingat bahwa meskipun setiap penulis memiliki intensi, namun hampir saja tulisan kita itu memiliki tujuannya

(35)

tersendiri. Dengan kata lain, niat seseorang sebagai penulis, bisa jadi pada akhirnya berbeda dengan tujuan tulisan sendiri. Jika hal ini terjadi, maka biasanya kebanyakan penulis memilih untuk mengganti topik atau lebih konkretnya mengganti judul tulisan ketimbang memilih untuk melakukan revisi pada tulisan, apalagi kalau tulisan tersebut berskala jumbo (Zainurrahman, 2013:213).

2. Kendala Khusus

Setelah membahas persoalan kendala umum, marilah melihat kendala- kendala khusus.

a. Kehilangan Mood Menulis

Untuk bisa menulis dengan baik dan berhasil, seseorang membutuhkan tenaga ekstra. Bukan hanya ilmu dan keterampilan saja, melainkan dengan keinginan yang begitu kuat serta semangat yang tinggi. Selanjutnya, yang dimaksud dengan mood di sini adalah semangat dan keselarasan hati untuk menulis. Jika anda tengah menulis dan suatu hari anda merasa begitu tidak bersemangat untuk melanjutkan tulisan anda, bahkan berniat untuk berhenti menulis, maka anda sedang kehilangan mood menulis. Penyebab kehilangan mood sangat banyak. Bisa disebabkan karena kekurangan ide, kesibukan, dan fluktuasi psikologis (Zainurrahman, 2013:214).

b. Writer’s Block

Writer’s block merupakan fenomena umum dan khusus yang dialami oleh hampir seluruh penulis, baik pemula maupun profesional. Disebut umum karena dialami setiap orang, disebut khusus karena alasannya berbeda-beda antara

(36)

penulis satu dengan penulis lainnya. Writer’s block juga merupaka penghalang yang menyebabkan penulis akhirnya berhenti menulis. Atau setidaknya menyebabkan stagnasi proses menulis dan kita sama sekali tidak menginginkan hal demikian. Saat Writer’s block menyerang seorang penulis, biasanya penulis merasa seolah-olah berhadapan dengan kertas kosong dan tidak ada ide sama sekali, bahkan kehilangan mood. Writer’s block juga bukan hanya menyerang penulis disaat pertengahan proses menulis, tetapi bisa jadi pada awal menulis.

Penulis, walaupun penuh dengan ide di kepalanya, namun kadang-kadang untuk mengawali tulisan sangat sulit, dan itu nisa jadi writter’s block (Zainurrahman, 2013:215).

Mayoritas penyebab writter’s block adalah stagnasi ide dan labilitas psikologis. Di satu sisi, stagnasi ide adalah faktor yang berbeda dengan labilitas psikologis, dan di sisi lain stagnasi ide dapat disebabkan karena labilitas psikologis. Stagnasi ide adalah ketika penulis benar-benar mengalami jalan buntu dan tidak dapat melanjutkan tulisannya dengan alasan kehabisan ide, kehabisan bahan, bahkan mengalami kekosongan ide sama sekali hingga proses penulisan tidak dapat dilanjutkan (Zainurrahman, 2013:216).

E. Langkah-langkah menulis

Koashi (2014) menyarankan bahwa langkah-langkah menulis karangan deskriptif sebagai berikut.

1. menentukan topik,tema,dan tujuan karangan 2. menyusun judul karangan

3. menyusun kerangka karangan

(37)

4. mengumpulkan bahan atau data 5. mengembangkan kerangka karangan

6. membuat cara mengakhiri dan menyimpulkan tulisan 7. menyempurnakan karangan.

Sedangkan menurut Semi (2009), langkah-langkah atau petunjuk-petunjuk menulis karangan deskriptif adalah sebagai berikut.

1. pilih dan perhatikan detail (rincian) dengan teliti. Maksudnya, sebelum penulis menggambarkan atau melukiskan tentang suatu objek, masalah peristiwa atau kejadian harus dipahami terlebih dahulu seluk-beluk objek masalah peristiwa atau kejadian yang akan digambarkan atau dilukiskan.

Pilihlah detail (rincian) yang memang sangat baik untuk dipaparkan.

Detail detail harus disusun dengan sistematis. Misalnya, mulai dari belakang kedepan, atau dari kiri kekanan, atau dari sudut pandangan tertentu kepada sudut pandang yang lain. Jangan sampai bolak-balik dan hilir mudik, sehingga membingungkan.

2. Gunakanlah pilihan kata yang tepat. Maksudnya, penulis hendaknya menguasai dengan baik terutama menyangkut diksi dan gaya bahasa sehingga apa yang disajikan dalam tulisan itu benar-benar mewakili atau sesuai dengan objeknya. Dalam sebuah karangan deskripsi diksi dan gaya bahasa yang tepat sangat diperlukan karena akan memberikan impresi dan imajinasi, serta menggugah pembaca. Oleh sebab itu, gunakanlah ungkapan atau kata yang spesifik. Janganlah menggunakan istilah yang

(38)

sangat umum karena istilah yang umum tidak ada memancing kesan yang khas.

2. Teks

a. Pengertian teks

Teks adalah ungkapan bahasa yang menurut isi, sintaksis, dan pragmatik merupakan satu kesatuan (Luxemburg dkk, 1984:86). Dari pengertian tersebut dapat diartikan teks adalah satu kesatuan bahasa yang memiliki isi dan bentuk, baik lisan maupun tulisan yang disampaikan oleh seorang pengirim kepada penerima untuk menyampaikan pesan tertentu.

Istilah teks berasal dari kata text yang berarti ‘tenunan’. Teks dalam filologi diartikan sebagai ‘tenunan kata-kata’, yakni serangkaian kata-kata yang berinteraksi membentuk satu kesatuan makna yang utuh. Teks dapat terdiri dari beberapa kata, namun dapat pula terdiri dari milyaran kata yang tertulis dalam sebuah naskah berisi cerita yang panjang (M. Atar Semi, 2003:4-5).

Menurut Barried (1985:56), teks artinya kandungan atau muatan naskah, sesuatu yang abstrak hanya dapat dibayangkan saja. Teks terdiri atas isi, yaitu ide- ide atau amanat yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca. Bentuk, yaitu cerita dalam teks yang dapat dibaca dan dipelajari menurut berbagai pendekatan melalui alur, perwatakan, gaya bahasa, dan sebagainya.

b. Teks dan Penggolongannya

Teks dapat dibatasi dari dua sudut yang berlainan. Pertama, dari sudut bentuk bahasa dan kedua dari sudut tujuan umum sebuah karangan yang utuh atau sebuah bentuk komposisi. Dari sudut bentuk bahasa atau yang bertalian dengan

(39)

hierarki bahasa, yang dimaksud teks adalah bentuk bahasa di atas kalimat yang mengandung sebuah tema. Satuan bentuk yang mengandung tema ini biasanya terdiri atas paragraf-paragraf, bab-bab, atau karangan-karangan utuh, baik terdiri atas bab-bab maupun tidak. Jadi, tema merupakan sebuah ciri teks (Mulyati, 2015 :104)

Berdasarkan tujuannya, karangan yang utuh dapat dibedakan menjadi lima jenis, yakni (1) narasi, (2) deskripsi, (3) eksposisi, (4) argumentasi, dan (5) persuasi (Mulyati, 2015 :105).

1) Narasi

Dalam teks ini, penulis atau pembicara ingin menceritakan pada orang lain kejadian atau peristiwa yang terjadi, baik yang dialami sendiri maupun yang didengarnya dari orang lain. Dengan cara ini, penulis/pembicara memenuhi pula kebutuhan para pendengar atau pembacanya untuk memperoleh cerita tentang kejadian itu. Perlu dicatat bahwa ciri khas teks ini adalah kronologisnya. Artinya, sebuah cerita dari awal hingga akhir atau sebaliknya diceritakan secara runut dengan urutan waktu tertentu.

Contoh :

“Pas jam 11.00 WIB pekan lantas, saya baru pulang dari kuliah. Layaknya umumnya saya pulang ke rumah naik ojek yang berada di depan kampusku.

Kebetulan waktu itu matahari amat terik-teriknya hingga udara panas menyelimuti tubuhku serta lagi ditambah rasa lapar yang sejak tadi menghantuiku, bikin situasi waktu itu tidak mengenakkan untukku.

Diperjalanan menuju ke rumah terselip perihal lucu, nyatanya ojek yang saya naiki salah jalur. Semulanya saya pernah kesal tetapi sesudah ia bicara untuk bertanya jalur yang benar, ia memakai logat bahasa Jawa yang tidak kutahu.

Tanpa sengaja saya tertawa kecil. Tetapi saya nalar saja maksudnya yaitu menanyakan jalur yang benar. Sesampainya di rumah kesialan kembali menerpaku. Nyatanya rumahku tetap terkunci, tidak seorang pun yang ada di

(40)

dalam tempat tinggal serta kebetulan waktu itu saya tidak membawa kunci cadangan” (Mulyati, 2015 :105).”

2. Deskriptif

Desktiptif adalah bentuk teks yang berusaha menyajikan suatu objek atau suatu hal sedemikian rupa, sehingga objek itu seolah-olah berada di depan mata pembaca. Seakan-akan pembaca melihat sendiri objek itu. Deskiptif memberikan suatu citra mental mengenai suatu hal yang dialami, misalnya pemandangan, orang, ruang, atau sensasi (Mulyati, 2015: 108).

Contoh :

“Sebuah tugu di ujung Weah Aceh, berdiri tegak setinggi delapan meter.

Landasannya, beton berteratak mirip tangga bersusun lima. Dengan panjang dan lebar sekitar enam meter.

Tentu itu terletak di sebuah semak belukar d i bilangan Jaboi, Kotamadya Sabang. Itulah kilometer nol Indonesia. Berada di tugu itu, terasa sesuatu merayap di kalbu, perasaan keindonesiaan” (Mulyati, 2015:109).”

3. Eksposisi

Eksposisi adalah suatu bentuk teks yang berusaha menguraikan suatu objek sehingga memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca. Bentuk teks ini menyajikan penjelasan yang akurat dan padu mengenai topik-topik yang mungkin rumit, menyampaikan pernyataan yang lengkap tentang suatu objek.

Contoh :

“Pernahkah Anda menghadapi situasi tertentu dengan perasaan takut ? bagaimana cara mengatasinya ? rasa takut adalah rasa dimana seseorang merasa bahwa dirinya sedang mengalami situasi atau suasana yang menghilangkan rasa percaya diri mereka akan sesuatu. Jurus untuk mengatasi rasa takut tersebut adalah persiapkan diri Anda sebaik-baiknya bila menghadapi situasi atau suasana tertentu.

(41)

Dengan mempersiapkan diri saat mengahadapi situasi atau suasana tertentu Anda akan merasa siap bahkan merasa bahwa Anda telah melewati situasi tersebut” (Mulyati, 2015 :111).”

4. Argumentasi

Argumentasi adalah bentuk teks yang berusaha membuktikan suatu kebenaran. Sebuah argumentasi berusaha memengaruhi serta mengubah sikap dan pendapat orang lain untuk menerima suatu kebenaran yang didukung bukti-bukti mengenai objek yang diargumentasikan. Argumentasi dilihat dari suatu proses berpikir adalah suatu tindakan untuk membentuk penalaran dan menurunkan simpulan serta menerapkannya pada suatu kasus misalnya perdebatan (Mulyati, 2015:112).

Contoh :

“Sebuah survey dan studi perlu dilakukan untuk meneliti dampak sosial, budaya, dan psikologis dari praktik adopsi sebelum orang-orang menilai yang jelek-jeleknya saja. Oleh karena itu, kalau kita memang ingin konsekuen menjadi bangsa yang berkepribadian mandiri, mungkin praktik-praktik seperti pinjaman luar negeri, penanaman modal asing, studi keluar negeri dan segala bentuk hubungan serta produk yang berbau luar negeri lebih baik dijauhkan.

Hal ini tentu saja mustahil. Kalau kita mau jujur tentang keberadaan bangsa dan negara kita, kita ini sebenarnya masih jauh sekali dari impian menjadi negara yang mandiri, sejahtera, dan mampu tampil sebagai negara yang menentuka di dalam percaturan dunia” (Mulyati, 2015:113).”

5. Persuasi

Teks persuasi sebenarnya merupakan sebuah varian dari argumentasi.

Teks ini lebih cenderung memengaruhi manusia (sasaran) agar pendengar atau pembaca melakukan sesuatu yang melakukan ajakan (Mulyati, 2015:115)

Contoh :

(42)

“Siapa bilang tanah Papua tidak ada objek pariwisata bahari yang memukau ? Selama ini Papua lebih dikenal dengan eksotisme kebudayaan yang sederhana serta sumber daya alamnya yang melimpah.

Namun datanglah ke Raja Ampat, dan nikmati keindahan terumbu karang lengkap dengan biota laut yang menawan serta pemandangan bahari yang mengesankan” (Mulyati, 2015:119).”

3. Deskriptif

a. Pengertian Deskriptif

Desktiptif adalah bentuk teks yang berusaha menyajikan suatu objek atau suatu hal sedemikian rupa, sehingga objek itu seolah-olah berada di depan mata pembaca. Seakan-akan pembaca melihat sendiri objek itu. Deskiptif memberikan suatu citra mental mengenai suatu hal yang dialami, misalnya pemandangan, orang, ruang, atau sensasi. Deskriptif dibedakan dari eksposisi dalam hal bahwa fungsi utamanya adalah membuat para pembacanya seolah-olah melihat, menyaksikan, atau merasakan suatu benda, orang, keadaan, atau barang yang digambarkan dalam suatu wacana (Mulyati, 2015:108)

Deskriptif adalah penggambaran sesuatu dengan jelas dan terperinci.

Paragaraf deskriptif bertujuan melukiskan atau memberikan gambaran terhadap sesuatu dengan sejelas-jelasnya sehingga pembaca seolah dapat merasakan hal yang dideskripsikan (Mafrukhi, 2007:24).

Deskriptif adalah bersifat deskripsi, menggambarkan apa adanya dan terperinci (Alwi, 2008:320).

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa deskriptif penggambaran atau melukiskan suatu objek secara teperinci sehingga pembaca seolah-olah dapat melihat langsung objek tersebut.

(43)

b. Ciri-ciri Teks Deskriptif

Deskriptif mempunyai ciri-ciri yang khas menurut Mafrukhi (2007 : 25), yaitu :

1) Dalam teks deskriptif, hal-hal yang menyentuh pancaindera (penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, atau perabaan) dijelaskan secara terperinci. Inilah ciri wacana deskriptif yang paling menonjol.

2) Penyajian urutan ruang. Penggambaran atau pelukisan berupa perincian disusun secara berurutan. Mungkin dari kanan ke kiri, dari atas ke bawah, dari depan ke belakang, dan sebagainya.

3) Cir-ciri deskriptif dalam penggambaran benda atau manusia didapat dengan mengamati bentuk, warna, dan keadaan objek secara detail atau terperinci menurut penangkapan si penulis.

4) Dalam teks deskriptif, unsur perasaan lebih tajam daripada pikiran.

c. Cara Menulis Teks Deskriptif

Yang paling utama harus dilakukan penulis untuk menulis teks deskriptif adalah mengidentifikasi dan menyusun detil-detil objek atau sesuatu yang akan dideskripsikan itu. Ada beberapa macam yang dapat dideskripsikan, yaitu (1) deskripsi orang yang meliputi fisiknya, keadaan sekitar orang itu, dan gagasan- gagasan orang atau tokoh yang dideskripsikan itu. (2) deskripsi tempat, yaitu gambaran tentang lingkungan atau ruang tertentu (Mafrukhi, 2007:28).

Berdasarkan uraian di atas, maka langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam penulisan deskipsi adalah sebagai berikut (Mafrukhi, 2007:28) :

1) menentukan apa yang akan dideskripsikan;

(44)

2) merumuskan tujuan deskripsi (sebagai alat bantu karangan eksposis, argumentasi, narasi, atau persuasi);

3) menetapkan bagian apa saja yang akan dideskripsikan (fisik, watak, dan lain-lain);

4) merinci hal-hal apa saja yang harus dideskripsikan sehingga membuat pembaca tergambar mengenai apa saja yang diceritakan penulis.

4. Penggunaan Media Pendidikan dalam Pembelajaran a. Pengertian Media

Media adalah alat atau sarana komunikasi seperti majalah, radio, televise, film, poster, dan spanduk (Alwi, 2008:892),

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Banyak batasan yang diberikan orang tentang media. Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan di Amerika membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi (Sadiman, 2011:6)

Media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Buku, film, kaset, film, bingkai adalah contoh- contohnya. Asosiasi Pendidikan Nasional memiliki pengertian yang berbeda.

Media adalah bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca. Apa pun batasan yang diberikan, ada persamaan di antara batasan tersebut yaitu bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang

(45)

pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Sadiman, 2011:6).

b. Landasan Teoritis Penggunaan Media Pendidikan

Pemerolehan pengetahuan dan keterampilan, perubahan-perubahan sikap dan perilaku dapat terjadi karena interaksi antara pengalaman baru dengan pengalaman yang pernah dialami sebelumnya. Ada tiga tingkatan utama modus belajar, yaitu pengalaman langsung, pengalaman pictorial/gambar, dan pengalaman abstrak. Pengalaman langsung merupakan mengerjakan, misalnya arti kata simpul dipahami dengan langsung membuat simpul. Pada tingkatan kedua yang diberi label iconic (gambar atau image), kata simpul dipelajari dari gambar, lukisan, foto, atau film. Meskipun siswa belum pernah mengikat tali untuk membuat simpul, mereka dapat mempelajari dan memahaminya dari gambar.

Selanjutnya, pada tingkatan simbol, siswa membaca atau mendengar kata simpul dan mencoba mencocokkannya dengan simpul pada image mental atau mencocokkannya dengan pengalamannya membuat simpul.

Tingkatan pengalaman pemerolehan hasil belajar adalah sebagai suatu proses komunikasi. Materi yang ingin disampaikan dan diinginkan siswa disebut sebagai pesan. Guru sebagai sumber pesan ke dalam symbol tertentu dan siswa sebagai penerima symbol tersebut sehingga dipahami sebagai pesan.

Belajar dengan menggunakan indera ganda (pandang dan dengar) akan memberikan keuntungan bagi siswa. Siswa akan belajar lebih banyak daripada jika materi pelajaran disajikan hanya dengan stimulus pandang atau hanya dengan stimulus dengar (Arsyad, 2011:7).

(46)

c. Kegunaan Media Pendidikan dalam Proses Pembelajaran

Secara umum media pendidikan mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut (Sadiman, 2011:17) :

1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalitas (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).

2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti :

a. objek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realita, gambar, film bingkai, fil, atau model;

b. objek yang kecil-dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film, atau gambar;

c. gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan timalapse atau high-speed photography;

d. Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal;

e. kompleks yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain) dapat divisualisasikan dalam bentuk film, gambar, dan lain- lain.

3. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini, media pendidikan berguna untuk : a. menimbulkan kegairahan belajar;

b. memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan;

(47)

c. memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.

4. Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri.

5. Media Pembelajaran Audiovisual a. Pengertian Film Pendek

Film pendek merupakan salah satu bentuk film yang paling simple dan kompleks. Secara teknis, film pendek merupakan film yang memiliki durasi dibawah 50 menit. Mengenai cara bertuturnya, film pendek memberikan kebebasan bagi para pembuat dan pemirsanya, sehingga bentuknya menjadi sangat bervariasi. Film pendek dapat saja hanya berdurasi 60 detik, yang penting ide dan pemanfaatan media komunikasinya dapat berlangsung efektif. Yang menjadi menarik justru ketika variasi tersebut menciptakan cara pandang baru tentang bentuk film secara umum dan kemudian berhasil memberikan banyak sekali konstribusi bagi perkembangan sinema (Anton Mabruri KN, 2013).

Pada hakikatnya, film pendek bukan merupakan reduksi dari film dengan cerita panjang, atau sebagai wahana pelatihan bagi pemula yang baru masuk kedunia perfileman. Film pendek memiliki ciri atau karakteristik tersendiri yang membuatnya berbeda dengan film cerita panjang. Bukan karena sempit dalam pemaknaan atau pembuatannya lebih mudah serta anggaran yang minim. Tapi

(48)

karena film pendek memberikan ruang gerak ekspresi yang lebih leluasa untuk para pemainnya (Anton Mabruri KN, 2013).

b. Kelebihan penggunaan media film

Menurut Sadiman (2011:68), sebagai suatu media, film memiliki keunggulan-keunggulan berikut ini :

1. Film merupakan suatu denominator belajar yang umum. Baik anak yang cerdas maupun yang lamban akan memperoleh sesuatu dari film yang sama. Keterampilan membaca atau penguasaan bahasa yang kurang, bisa diatasi dengan menggunakan film.

2. Film sangat bagus untuk menerangkan suatu proses. Gerakan lambat atau pengulangan akan memperjelas uraian dan ilustrasi.

3. Film dapat menampilkan kembali masa lalu dan menyajikan kembali kejadian sejarah.

4. Film dapat mengembara dengan lincahnya dari satu negara ke negara lain, dunia luar dapat dibawa masuk kelas.

5. Film dapat menyajikan baik teori maupun praktik dari yang bersifat umum ke khusus atau sebaliknya.

6. Film dapat mendatngkan seorang ahli dan memperdengarkan suaranya di kelas.

7. Film dapat menggunakan teknik seperti warna, gerak lambat, animasi dan sebagainya untuk menampilkan butir tertentu.

8. Film memikat perhatian anak.

(49)

9. Film lebih realistis, dapat diulang-ulang, dihentikan, dan sebagainya sesuai dengan kebutuhan.

10. Film bisa mengatasi keterbatasan daya indera kita.

11. Film dapat merangsang atau memotivasi kegiatan anak-anak.

Menurut Arsyad (2011:49), keuntungan penggunaan media film dalam pembelajaran adalah :

1. Film dapat melengkapi pengalaman dasar dari siswa ketika mereka membaca, berdiskusi, berpraktik, dan lain-lain. Film merupakan pengganti alam sekitar dan bahkan dapat menunjukkan objek yang secara normal tidak dapat dilihat, seperti cara kerja jantung.

2. Film dapat menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat disaksikan secara berulang jika dipandang perlu.

3. Di samping mendorong dan meningkatkan motivasi, film menanamkan sikap dan segi-segi afektif lainnya. Misalnya film kesehatan yang menyajikan proses berjangkitnya penyakit diare atau eltor dapat membuat siswa sadar terhadap pentingnya kebersihan makanan dan lingkungan.

4. Film yang mengandung nilai-nilai positif dapat menggunakan pemikiran dan pembahasan dalam kelompok siswa.

5. Film dapat menyajikan peristiwa yang berbahaya bila dilihat secara langsung seperti lahar gunung berapi.

6. Film dapat ditunjukkan kepada kelompok besar atau kelompok kecil, kelompok heterogen maupun perorangan.

(50)

Menurut Sadiman (2011:69), film pendek memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut :

1. Memberikan pesan yang dapat diterima secara lebih merata oleh siswa.

2. Sangat bagus untuk menerangkan suatu proses.

3. Mengatasi keterbatasan ruang dan waktu.

4. Lebih realistis, dapat diulang-ulang dan dihentikan sesuai kebutuhan.

5. Memberikan kesan yang mendalam, yang dapat mempengaruhi sikap siswa.

6. Keefektifan Media Pembelajaran

Menurut Soemosasmito (dalam Trianto, 2009 : 20), keefektifan proses pembelajaran berarti tingkat keberhasilan guru dalam mengajar kelompok siswa tertentu dengan menggunakan media tertentu untuk mencapai tujuan.

Keefektifan media pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Kriteria keefektifan dalam penelitian ini mengacu pada:

a. Ketuntasan belajar, pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila sekurang- kurangnya 75% dari jumlah siswa yang telah memperoleh nilai KKM = 75 dalam peningkatan hasil belajar.

b. Model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran.

(51)

c. Ketercapaian keefektifan aktivitas siswa (yaitu pencapaian waktu ideal yang digunakan siswa untuk melakukan setiap kegiatan yang termuat dalam rencana pembelajaran.

B. Kerangka Pikir

Kurikulum 2013 (K13) memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran. Dalam K13 terdapat empat keterampilan berbahasa yang mencakup komponen berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.

Salah satu aspek keterampilan berbahasa dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah menulis, khususnya dalam menulis paragraf deskriptif sebagai salah satu standar kompetensi yang harus dicapai oleh siswa.

Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada keefektifan media audiovisual dalam pembelajaran menulis teks dekriptif pada siswa kelas VII SMP Negeri 17 Makassar. Untuk mengetahui keefektifan media audiovisual dalam pembelajaran menulis teks deskriptif maka perlu dibentuk dua kelas secara random, yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kedua kelas tersebut masing- masing akan diberi tes untuk menulis teks deskriptif. Perbedaannya, pada kelas eksperimen siswa diberikan tes untuk menulis teks deskriptif dengan memperlihatkan film pendek, sedangkan pada kelas kontrol, siswa diberi tes untuk menulis teks deskriptif tanpa menggunakan media film.

Gambar

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Sebelum Menggunakan media audiovisual Analisis  Temuan   Menggunakan media audiovisual  Tidak efektif  Efektif
Tabel 3.1  Model Desain Penelitian
Tabel 3.2 Sebaran Siswa Tiap-tiap Kelas
Tabel 4.1 Distribusi dan Persentase Skor Pembelajaran Menulis Teks Deskriptif  Tanpa Menggunakan Media Audiovisual
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh Penggunaan Media Audio Visual Terhadap Kemampuan Menulis Teks

Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa model pembelajaran inkuiri dapat mempengaruhi kemampuan menulis teks tanggapan deskriptif siswa kelas VII

Hasil tes awal kemampuan menulis teks laporan hasil observasi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kemampuan menulis

Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Deskripsi Siswa Kelas VII.1 SMP Negeri 5 Batanghari Melalui Media Gambar: Skripsi, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas

Dengan berpedoman pada kriteria penilaian menulis teks prosedur, maka rata-rata kemampuan menulis siswa kelas VII SMP Negeri 2 Percut Sei Tuan tahun pembelajaran

Hasil analisis data deskriptif menunjukkan bahwa kemampuan menulis penutup teks deskripsi siswa kelas VII SMP Negeri 2 Labakkang Pangkep dengan memanfaatkan media

Ketuntasan Belajar Siswa Kelas VII Pada siklus satu nilai rata-rata untuk kesluruhan komponen menulis cerpen yang dicapai siswa sudah mencapai indikator yang diharapkan

Kemampuan menulis teks persuasif berdasarkan media iklan audiovisual pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Uluere Kabupaten Bantaeng ditinjau dari segi struktur yaitu siswa yang memperoleh