• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANA KEGIATAN. TEAM: MISWADI, S.Pi [Team Leader] Romie Jhonnerie, S.Pi, M.Sc [Ahli Sistem Informasi, Database, Setting]

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PELAKSANA KEGIATAN. TEAM: MISWADI, S.Pi [Team Leader] Romie Jhonnerie, S.Pi, M.Sc [Ahli Sistem Informasi, Database, Setting]"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PELAKSANA KEGIATAN

YAYASAN LAKSANA SAMUDERA

[ B a h a r u M i n d a B a h a r i ]

Jl. Kandis Ujung No 92 Pekanbaru - RIAU

Telp/Fax: 0761 7050792 Email: [email protected]

RAMSES FIRDAUS, S.Pi, M.Si

[Penanggung Jawab Program]

TEAM:

MISWADI, S.Pi

[Team Leader]

Sri Kartaharja, S.Pi

[Ahli Perikanan & Ekosistem Terumbu Karang]

Romie Jhonnerie, S.Pi, M.Sc

[Ahli Sistem Informasi, Database, Setting]

Beli Nasution, S.IP, MA

[Ahli Komunikasi]

Yossi Oktorini, ST, M.Sc

[Ahli Penginderaan Jauh, GIS, Surveying]

Ahmad Nawawi

[Administrasi dan Keuangan]

(3)

KATA PENGANTAR

Kompleksitas permasalahan pengelolaan Program COREMAP memerlukan perhatian yang seksama terutama Coral Reef Information and Training Center (CRITIC) COREMAP II Pusat dan Daerah, sehingga dapat tepat sasaran dan tepat konsepnya pula. Dalam mensukseskan pengelolaan Program COREMAP di daerah berhubungan dengan berbagai stakeholders sehingga membutuhkan suatu komunikasi yang tepat dalam menyampaikan pesan informasi. Dengan demikian biaya pengelolaan Program COREMAP II untuk Kabupaten Natuna dapat lebih efesien dan efektif.

Suatu konsep pelaksanaan yang baik terbangun dari suatu persiapan yang matang yang dilakukan oleh orang-orang yang ahli dan berpengalaman. Konsep yang telah disusun pun harus bersifat terbuka untuk suatu koreksi dan penyempurnaan. Untuk mencapai suatu konsep yang mendekati kesempurnaan maka masukan dari berbagai fihak menjadi penting termasuk diantaranya para pengambil kebijakan ditingkat daerah, para akademisi, para peneliti dan masyarakat.

Untuk pengembangan Program COREMAP ke kawasan lain pada berbagai tahapan membutuhkan dukungan komunikasi dalam menyampaikan informasi dan pesan penyelamatan terumbu karang. Aspek ini menjadi sangat besar peranannya karena kerusakan ekosistem terumbu karang sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia.

Kajian yang seksama tentang strategi komunikasi yang efektif dalam menyampaikan pesan penyelamatan terumbu karang di Kabupaten Natuna sangat dibutuhkan mengingat kondisi masyarakat terkait langsung dengan keberadaan dan eksploitasi ekosistem terumbu karang.

Pekanbaru, Februari 2006 Pelaksana,

Y A Y A S A N L A K S A N A S A M U D E R A

[Baharu Minda Bahari]

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Isu Permasalahan... 2

1.3. Tujuan ... 2

1.4. Luaran ... 3

1.5. Ruang Lingkup... 3

1.6. Metode Penelitian ... 3

1.6.1. Lokasi penelitian ... 3

1.6.2. Metode pengumpulan data ... 4

1.6.3. Analisa data... 5

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 6

2.1. Kecamatan Bunguran Timur ... 6

2.1.1. Kondisi daerah ... 6

2.1.2. Potensi sumberdaya alam... 7

2.1.3. Potensi sumberdaya manusia ... 8

2.1.4. Potensi sarana dan prasarana... 11

2.1.5. Potensi kelembagaan... 13

2.1.6. Tingkat perkembangan desa... 14

2.2. Kecamatan Bunguran Barat ... 16

2.2.1. Kondisi daerah ... 16

2.2.2. Potensi sumberdaya alam... 16

2.2.3. Potensi sumberdaya manusia ... 18

2.2.4. Potensi sarana dan prasarana... 20

2.2.5. Potensi kelembagaan... 22

2.2.6. Tingkat perkembangan desa... 23

EKOSISTEM DAN PENGELOLAAN TERUMBU KARANG ... 25

3.1. Kondisi Ekosistem dan Ancaman terhadap Terumbu Karang ... 25

3.2 Pengelolaan Terumbu Karang... 25

3.3. Kebijakan Nasional dalam Pengelolaan Terumbu Karang ... 29

(5)

MASYARAKAT PESISIR NATUNA DAN KEGIATAN PEMANFAATAN

SUMBERDAYA LAUT ... 29

4.1. Aktivitas Nelayan di Pulau Bunguran dan Dampaknya... 29

4.2. Peran Tokoh terhadap Adat dan Tradisi Masyarakat Melayu... 30

4.3. Faktor-faktor dalam Perubahan Masyarakat ... 30

KOMUNIKASI, MEDIA DAN STRATEGI ... 34

5.1. Proses Komunikasi... 34

5.2. Pemilihan Media Komunikasi... 35

5.3. Strategi yang Efektif dalam Komunikasi ... 38

5.3.1. Strategi pada media radio... 38

5.3.2. Strategi pada media film dokumenter dan VCD lagu daerah ... 40

5.3.3. Strategi pada media luar ruang (MLR) ... 40

5.3.4. Strategi pada media penyuluhan ... 41

5.3.5. Strategi untuk sosialisasi pada usia dini... 42

RENCANA TINDAK LANJUT... 43

6.1. Radio Komunitas... 43

6.2. Film Dokumenter dan VCD Lagu Daerah ... 49

6.3. Media Luar Ruang (MLR) ... 51

6.4. Penyuluhan... 53

6.5. Sosialisasi pada Usia Dini (Komik) ... 53

KESIMPULAN... 54

KEPUSTAKAAN ... 55

LAMPIRAN... 56

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel

1. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat usia di Kec Bunguran Timur... 9

2. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Kec Bunguran Timur ... 10

3. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kec Bunguran Timur... 10

4. Jumlah penduduk berdasarkan etnis di Kec Bunguran Timur... 11

5. Jumlah penduduk berdasarkan agama di Kec Bunguran Timur... 11

6. Jumlah kepemilikan televisi di Kec Bunguran Timur... 12

7. Jumlah kepemilikan parabola di Kec Bunguran Timur ... 12

8. Jumlah kepemilikan radio di Kec Bunguran Timur... 12

9. Jumlah angkatan kerja di Kec Bunguran Timur... 14

10. Jumlah penduduk berdasarkan kesejahteraan di Kec Bunguran Timur ... 15

11. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat usia di Kec Bunguran Barat ... 9

12. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Kec Bunguran Barat ... 10

13. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kec Bunguran Barat ... 10

14. Jumlah penduduk berdasarkan etnis di Kec Bunguran Barat ... 11

15. Jumlah penduduk berdasarkan agama di Kec Bunguran Barat ... 11

16. Jumlah kepemilikan televisi di Kec Bunguran Barat ... 12

17. Jumlah kepemilikan parabola di Kec Bunguran Barat... 12

18. Jumlah kepemilikan radio di Kec Bunguran Barat ... 12

19. Jumlah angkatan kerja di Kec Bunguran Barat ... 14

20. Jumlah penduduk berdasarkan kesejahteraan di Kec Bunguran Barat... 15

21. Matriks pemilihan media komunikasi... 37

22. Matriks Strategi pada media radio ... 39

23. Matriks Strategi pada media film dokumenter dan VCD lagu daerah ... 40

24. Matriks strategi pada media luar ruang (MLR)... 41

25. Matrik strategi pada media penyuluhan ... 42

26. Matriks strategi untuk sosialisasi pada usia dini ... 42

27. Jadwal produksi pembuatan film dokumenter dan VCD lagu daerah... 51

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1. Peta lokasi penelitian ... 4

2. Skema konsep dasar komunikasi ... 35

3. Tata letak studio... 44

4. Pemancar radio ... 45

5. Contoh media luar ruang (a, b dan c)... 52

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Daftar kuisioner... 57

2. Daftar responden Kecamatan Bunguran Timur ... 60

3. Daftar responden Kecamatan Bunguran Barat... 65

4. Surat keterangan desa Kecamatan Bunguran Timur... 68

5. Surat keterangan desa Kecamatan Bunguran Barat ... 72

6. Dokumentasi kegiatan... 75

(9)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keberadaan Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang (COREMAP) di Kepulauan Riau dimaksudkan untuk memperbaiki dan mencegah terjadinya kerusakan ekosistim terumbu karang akibat aktivitas manusia baik yang memberikan dampak langsung maupun tidak langsung. Kegiatan yang dapat memberikan kerusakan langsung terhadap ekosistim terumbu karang antara lain pengambilan karang untuk bahan bangunan, penangkapan ikan dengan bahan peledak , pembiusan (sianida), pengoperasian trawl dan sebagainya. Sedangkan kegiatan lain yang dapat memberikan dampak tidak langsung misalnya kegiatan penambangan pasir dan penggundulan hutan pantai yang menyebabkan tingginya sedimentasi, pembuangan limbah industri, sampah dan sebagainya ke laut.

Terumbu karang merupakan bagian dari suatu sistem ekologi laut dan pesisir yang komplek, mempunyai peranan penting dalam berbagai proses biologi dan fisika laut yang berkaitan dengan kelestarian sumberdaya hayati laut dan pesisir. Selain itu terumbu karang juga mempunyai fungsi pelindung pantai dari hempasan ombak dan arus laut yang menjadi penyebab abrasi, Unesco (2001).

Terumbu karang mempunyai diversitas biologi yang tinggi dan berfungsi sebagai tempat tumbuh, berlindung dan mencari makan bagi berbagai biota laut, dengan demikian keberadaan terumbu karang merupakan jaminan bagi kelangsungan hidup ikan-ikan karang dan organisme lain yang berasosiasi dengannya. Keindahan terumbu karang juga memberi warna tersendiri dalam menunjang kepariwisataan yang tentunya memberi tambah bagi masyarakat setempat.

Ancaman kerusakan terumbu karang yang paling menghawatirkan saat ini adalah karena aktifitas manusia, terutama penangkapan ikan dengan bom atau sianida, pengambilan karang untuk bangunan, serta pembuangan limbah industri dan rumah tangga. Masyarakat disekitar kawasan terumbu karang merupakan kalangan yang paling penting dalam pemanfaatannya. Sebaliknya kalangan ini pula yang akan menerima akibat yang timbul dari kondisi baik maupun buruknya eksistim ini, Umar (1999).

Seiring dengan berkembang pesatnya pembangunan dan tuntutan ekonomi di Kabupaten Natuna secara tidak langsung memberikan andil rusaknya terumbu karang.

Hal ini terjadi karena banyaknya pembangunan tanpa memperhatikan kaidah lingkungan terutama kurangnya kesadaran pemerintah, pihak swasta (investor) dan masyarakat akan pentingnya keberadaan terumbu karang dalam kehidupan.

Pelaksanaan Program COREMAP pada Phase I telah dilaksanakan pada tujuh desa di dua kecamatan di Kabupaten Kepulauan Riau (sekarang menjadi Kabupaten Lingga setelah pemekaran propinsi dan kabupaten). Dua kecamatan tersebut yaitu di Kecamatan Senayang (meliputi Desa Tanjung Medang, Desa Temiang, Desa Mamut, Desa Pasir Panjang dan Kelurahan Senayang) dan Kecamatan Lingga (meliputi Desa Sekanah dan Desa Limbung). Dari program-program yang telah dilaksanakan ternyata

(10)

memberikan dampak yang positif bagi masyarakat. Hal ini dapat diketahui semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang arti penting ekosistim terumbu karang, respon masyarakat yang negatif terhadap semua kegiatan yang dapat mengakibatkan kerusakan terumbu karang dan secara kualitatif kegiatan pengrusakan terumbu karang khususnya pengeboman ikan semakin berkurang.

Melihat perkembangan hasil dari Program COREMAP Phase I, Pemerintah Pusat dan Lembaga Donor melanjutkan program ini kepada Phase II. Pada fase ini dilakukan ekstensifikasi program ke kawasan lain yang potensial. Hal ini telah direspon positif oleh Pemerintah Kabupaten Natuna yang telah menyatakan kesediaan wilayahnya dijadikan sebagai kawasan pengembangan Program COREMAP Phase II. Pada tahun 2005, lima desa pada dua kecamatan di Kabupaten Natuna telah menjadi lokasi program COREMAP Phase II. Dua kecamatan tersebut adalah Kecamatan Bunguran Barat (meliputi Desa Sabang Mawang, Desa Pulau Tiga dan Desa Sededap) dan Kecamatan Bunguran Timur (meliputi Desa Sepempang dan Desa Tanjung).

Untuk pengembangan Program COREMAP ke kawasan lain pada berbagai tahapan membutuhkan dukungan komunikasi dalam menyampaikan informasi dan pesan penyelamatan terumbu karang. Aspek ini menjadi sangat besar peranannya karena kerusakan ekosisitem terumbu karang sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia.

Sehubungan dengan hal itu maka perlu adanya kajian yang seksama tentang strategi komunikasi yang efektif dalam menyampaikan pesan penyelematan terumbu karang di Kabupaten Natuna mengingat kondisi masyarakat terkait langsung dengan keberadaan dan eksploitasi ekosistem terumbu karang seperti masyarakat nelayan, pengusaha dan aparat setempat.

1.2. Isu Permasalahan

Beberapa isu permasalahan yang muncul dalam upaya penyelamatan dan pelestarian terumbu karang diantaranya masih rendahnya tingkat pemahaman masyarakat nelayan di Kecamatan Bunguran Timur dan Bunguran Barat tentang arti pentingnya terumbu karang. Realita ini dapat dilihat dari kebanyakan masyarakat menggunakan material terumbu karang sebagai bahan bangunan rumah, jalan, jembatan dan pasarana sosial lainnya.

Kemudian dari pada itu maraknya aksi yang menimbulkan perusakan terhadap terumbu karang seperti pembiusan dan pengeboman di Kecamatan Bunguran Timur dan Bunguran Barat. Disamping itu, aktivitas penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan kebanyakan menimbulkan kerusakan terhadap terumbu karang.

Melihat fenomena tersebut, upaya penyelamatan dan pelestarian terumbu karang yang dilakukan belum mendapatkan model komunikasi yang efektif untuk menyadarkan masyarakat tentang penyelamatan dan pelestarian terumbu karang di Kecamatan Bunguran Timur dan Bunguran Barat.

1.3. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

• Mengkaji komunikasi efektif yang disesuaikan dengan kebutuhan stakeholders.

• Mengidentifikasi jenis dan media yang cocok untuk menyampaikan pesan penyelamatan terumbu karang.

(11)

1.4. Luaran

Luaran dari penelitian ini adalah:

• Model komunikasi efektif untuk menyampaikan pesan penyelamatan terumbu karang

• Buku saku hasil penelitian berdasarkan kepentingan stakeholders 1.5. Ruang Lingkup

Di dalam studi ini data yang dikumpulkan terbatas pada data primer dan data skunder.

Data primer meliputi kondisi terumbu karang, sikap dan perilaku masyarakat dalam mengakses ekosistem terumbu karang, sarana dan prasarana dalam memperoleh informasi. Sedangkan data skunder meliputi profil desa lokasi penelitian.

1.6. Metode Penelitian

1.6.1. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian dilakukan pada desa pesisir di Kecamatan Bunguran Timur dan Kecamatan Bunguran Barat.

Desa pesisir di Kecamatan Bunguran Timur meliputi:

1) Desa Sepempang 2) Desa Tanjung 3) Desa Kelanga 4) Desa Pengadah

Desa pesisir di Kecamatan Bunguran Barat meliputi:

1) Desa Sabang Mawang 2) Desa Pulau Tiga 3) Desa Sededap

(12)

Peta lokasi penelitian dapat dilihat berdasarkan gambar dibawah ini:

Gambar 1. Peta lokasi penelitian

1.6.2. Metode pengumpulan data

Teknik pengumpulan data primer dilakukan menggunakan metode PRA dan RRA, melalui wawancara bebas mendalam, fokus group diskusi/FGD dan observasi lapangan.

Teknik pengumpulan data skunder melalui proses koleksi dari kantor kepala desa/kelurahan, kantor kecamatan dan Badan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Natuna untuk memperkuat dan mempertajam informasi yang telah diperoleh.

(13)

Responden terdiri dari nelayan, aparat desa, aparat kecamatan, aparat pemerintah desa, tokoh masyarakat, anak-anak, tokoh pemuda, tokoh agama, kelompok ibu-ibu dan masyarakat umum

Selanjutnya untuk melengkapi dan mendukung hasil penelitian dilakukan kajian studi berbagai dokumen/kepustakaan yang relevan.

1.6.3. Analisa data

Data lapangan yang diperoleh melalui proses koleksi data selanjutnya dilakukan analisis secara kulitatif. Proses analisa data ini sudah dimulai sejak pengumpulan data di lapangan secara berkesinambungan selama penelitian berlangsung sampai draf laporan akhir tersusun. Kegiatan analisa data dimulai dengan mereduksi data yang mencakup dan mengikhtiarkan hasil pengumpulan data selengkap mungkin, dan memilah- milahnya kedalam suatu konsep, kategori atau tema tertentu.

Setelah pengolahan data, selanjutnya ditampilkan (display) dalam bentuk grafik, diagram, sketsa, matrik yang dapat memberikan informasi yang jelas, sehingga menyatakan atau mengarah pada suatu kesimpulan. Sebelum penarikan kesimpulan dilakukan verifikasi atau pengujian untuk melihat padu tidaknya data dengan konsep yang dikembangkan, teori dengan data yang tersedia serta padu tidaknya keseluruhan temuan penelitian dengan realitas lapangan.

(14)

BAB 2

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1. Kecamatan Bunguran Timur

2.1.1. Kondisi daerah

Kecamatan Bunguran Timur terdiri dari 10 (sepuluh) desa dan 1 (satu) kelurahan. Desa yang menjadi lokasi penelitian di kecamatan ini terdiri dari 4 (empat) desa yaitu Desa Sepempang, Desa Tanjung, Desa Kelanga dan Desa Pengadah. Masing-masing desa berada di lereng Gunung Ranai yang terletak di Pulau Bunguran Kabupaten Natuna Propinsi Kepulauan Riau.

Batas-batas wilayah desa Desa Sepempang yaitu: bagian sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tanjung, sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Ranai, sebelah Timur berbatasan dengan Laut Natuna, dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Ceruk.

Batas-batas wilayah Desa Tanjung yaitu: bagian sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kelanga, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sepempang, sebelah Timur berbatasan dengan Laut Natuna, dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Ceruk.

Batas-batas wilayah Desa Kelanga yaitu: bagian sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pengadah, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kelanga, sebelah Timur berbatasan dengan Laut Natuna, dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kelarik Utara.

Batas-batas wilayah Desa Pengadah yaitu: bagian Utara berbatasan dengan Desa Kelarik Utara, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kelanga, sebelah Timur berbatasan dengan Laut Natuna, dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kelarik Utara.

Berdasarkan kondisi fisiknya, desa lokasi penelitian di daerah ini memiliki bentang wilayah tanah berbukit dan bergunung batu, dataran rendah dan landai. Masing-masing desa memiliki ketinggian tanah yang berbeda dari permukaan air laut. Desa Sepempang berada pada ketinggian tanah 10 (sepuluh) meter di atas permukaan laut, sedangkan Desa Tanjung, Desa Kelanga dan Desa Pengadah berada pada ketinggian tanah 2 (dua) meter di atas permukaan laut. Bagian daratan masing-masing desa ditumbuhi berbagai jenis kayu, pohon cengkeh dan pohon kelapa.

Berdasarkan tata letak, masing-masing desa terletak di lereng Gunung Ranai, dekat dengan kawasan hutan, sehingga dikategorikan sebagai desa sekitar hutan. Selain itu dapat pula dikategorikan sebagai desa pantai pesisir. Sebagaimana daerah pesisir lainnya, pemukiman penduduk membujur mengikuti bentuk pantai dan sungai, sangat sedikit bermukim di daerah pedalaman (menjauhi pantai). Beberapa desa di Kecamatan Bunguran Timur memiliki pulau-pulau kecil. Pulau Senoa adalah salah satu pulau di Desa Sepempang yang merupakan tempat bertelurmya penyu dan habitat bagi burung walet.

(15)

Sebagaimana di kawasan lainnya di Natuna, wilayah ini dipengaruhi oleh 2 (dua) musim yaitu musim hujan (September – Pebruari) dengan suhu rata-rata harian 240 C dan musim kemarau (Maret – Agustus) dengan suhu rata-rata 340 C.

Berdasarkan pergerakan angin, masyarakat nelayan setempat mengenal adanya 4 (empat) musim angin yaitu musim utara (Desember – Pebruari), musim selatan (September-Nopember), musim barat (Juni – Agustus) dan musim timur (Maret-Mei).

Musim utara ditandai dengan kuatnya angin yang berhembus terus menerus dan diikuti dengan besarnya gelombang.

Wilayah desa di Kecamatan Bunguran Timur (terutama pada lokasi penelitian) dapat ditempuh dari ibu kota kecamatan/kabupaten dengan menggunakan transportasi darat.

Transportasi darat yang dapat digunakan berupa kendaraan roda dua, roda empat atau sejenisnya. Ojek merupakan jenis transportasi kenderaan roda dua dan satu-satunya transportasi reguler yang umum digunakan masyarakat umum. Jarak dan waktu tempuh masing desa ke kota kecamatan dan kota kabupaten berbeda-beda. Untuk Desa Sepempang berjarak 7 km dengan waktu tempuh sekitar 15 menit. Desa Tanjung berjarak 12 km dengan waktu tempuh sekitar 30 menit. Desa Kelanga berjarak 18 km dengan waktu tempuh sekitar 45 menit. Desa Pengadah (desa terjauh yang terletak di bagian ujung sebelah utara Pulau Bunguran) berjarak 34 km dengan waktu tempuh 1,5 jam.

2.1.2. Potensi sumberdaya alam

Pertanian (perkebunan, tanaman pangan dan peternakan)

Pulau Bunguran, terutama desa-desa lokasi penelitian, memiliki kesuburan tanah yang baik untuk pengembangan sektor pertanian. Sedangkan potensi laut merupakan kekayaan alam yang mendukung sektor perikanan karena keragaman hasil-hasil laut dan ekosistemnya terutama terumbu karang. Disamping itu, potensi sumberdaya alam menawarkan potensi pariwisata alam baik laut maupun daratan pegunungan yang memiliki daya tarik tersendiri yang unik.

Potensi perkebunan dan tanaman pangan berupa tanaman keras, tanaman palawija dan tanaman buah-buahan. Jenis tanaman perkebunan produktif (tanaman keras) yang dikembangkan masyarakat diantaranya kelapa, cengkeh, kopi, pinang, lada, jambu mete, karet dan cokelat. Kelapa dan cengkeh merupakan jenis tanaman primadona sejak dahulu di Natuna sehingga daerah ini dikenal sebagai daerah penghasil kelapa dan cengkeh terbesar di Indonesia. Namun demikian tidak terdapat perkebunan kelapa dan cengkeh milik pemerintah atau swasta, seluruhnya merupakan perkebunan masyarakat setempat. Jenis tananam palawija yang dikembangkan masyarakat pedesaan diantaranya jagung, ubi jalar, ubi kayu dan cabe serta mentimun. Akan tetapi masyarakat Desa Pengadah tidak tertarik dalam mengembangkan komoditas tanaman pangan tersebut. Sedangkan jenis buah-buahan yang dibudidayakan masyarakat setempat antara lain jeruk, rambutan, salak, nenas, pisang, durian, manggis dan mangga.

Skala produksi dari masing-masing komoditas hanya mampu memenuhi kebutuhan masyarakat itu sendiri. Kondisi geografis wilayah yang kurang menguntungkan (jauh dari pasar luar daerah) mengakibatkan pemasaran berbagai komoditas tanaman pangan menjadi terkendala sehingga membuat minat masyarakat untuk mengembangkan dalam skala produksi yang lebih besar menjadi terhambat juga.

Potensi peternakan yang dikembangkan masyarakat pedesaan diantaranya sapi, ayam, bebek, kambing, merpati dan walet. Jenis hasil yang diperoleh dari peternakan tersebut adalah daging dan telur. Sedangkan walet, hasil yang diperoleh berupa sarang.

(16)

Kehutanan, bahan galian dan sumberdaya air

Potensi hutan yang dimanfaatkan masyarakat pedesaan diantaranya kayu dan madu lebah. Kayu dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan masyarakat terutama bahan bangunan. Sedangkan madu lebah dengan kemampuan produksi mencapai rata-rata sekitar 50 liter/tahun/desa merupakan hasil hutan yang khas yang dapat ditemukan dengan mudah di pasar-pasar rakyat di daerah ini.

Disamping hutan darat, terdapat juga hutan mangrove yang dapat ditemukan di beberapa lokasi penelitian terutama Desa Pengadah, Desa Kelanga dan Desa Tanjung.

Vegetasi mangrove tumbuh dengan baik terutama di daerah aliran sungai. Namun untuk Desa Pengadah disamping di daerah aliran sungai, mangrove tumbuh dengan baik di daerah pesisir pantai. Luas hutan mangrove di Desa Pengadah mencapai 8 ha. Sekitar 6 ha masih berada dalam kondisi baik dan sisanya berada dalam kondisi rusak disebabkan oleh konversi lahan untuk pemukiman dan adanya kegiatan penebangan untuk kebutuhan masyarakat setempat.

Potensi bahan galian yang ditemukan di Kecamatan Bunguran Timur antara lain batu granit, batu kapur, pasir dan pasir kwarsa. Bahan galian ini ditemukan hampir di seluruh daerah penelitian dan pemanfaatannya adalah untuk bahan bangunan.

Selain bahan galian, ditemukan juga sumberdaya air yang potensial. Air adalah salah satu sumberdaya alam yang merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan suatu komunitas dalam kawasan pemukiman. Sumber air bersih yang digunakan masyarakat untuk air minum dan mandi di kawasan ini berasal dari mata air Gunung Ranai dan air sumur. Untuk mendapatkan sumber air bersih, pada umumnya masyarakat desa membuat sumur gali yang dimanfaatkan setiap kepala keluarga (KK) untuk kebutuhan harian. Setelah adanya program air bersih, berupa pipanisasi air yang bersumber dari pegunungan yang dialirkan ke setiap rumah masyarakat, semakin memudahkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan air bersih.

Sumber daya perikanan

Tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya perikanan laut sangat tinggi.

Sektor penangkapan lebih mendominasi dari pada sektor budidaya. Produksi perikanan Natuna tahun 2004 untuk kawasan Bunguran Timur tercatat sebesar 13.644 ton.

Alat tangkap yang banyak digunakan oleh masyarakat nelayan secara umum antara lain berupa pancing tonda, pancing ulur, bubu karang, jaring hanyut (gill net), bagan tancap, bagan apung, kelong pantai, sengerit, jaring pantai, dan pancing rawai.

Usaha budidaya perikanan di daerah ini sampai saat ini belum mampu berkembang dengan baik. Namun dibeberapa tempat telah dilakukan usaha keramba tancap untuk pembesaran ikan khususnya ikan-ikan karang terutama yang diperoleh dari hasil tangkapan bubu.

Lambannya perkembangan usaha budidaya di kawasan pantai timur Pulau Bunguran dipengaruhi oleh faktor-faktor teknis dan ekonomis. Disamping itu, juga sangat dipengaruhi oleh kondisi alam berupa musim. Musim hujan yang terjadi mulai bulan September sampai Pebruari terutama pada musim utara. Pada musim utara terjadi gelombang yang cukup besar. Oleh karena pantai Pulau Bunguran Timur ini langsung berhadapan dengan Laut Cina Selatan, maka hempasan gelombang dapat secara langsung memukul daerah bibir pantai sehingga mampu menimbulkan tingkat kerusakan yang cukup tinggi di kawasan pantai termasuk keramba tancap dan bagan tancap.

(17)

2.1.3. Potensi sumberdaya manusia Jumlah penduduk

Berdasarkan Buku Data Profil Desa/Kelurahan Kabupaten Natuna Tahun 2004, jumlah penduduk secara keseluruhan untuk masing-masing desa di lokasi penelitian sebagai berikut:

Tabel 1. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat usia di Kecamatan Bunguran Timur

1 0 - 4 79 6,35% 133 10,59% 0 0,00% 55 12,94%

2 5 - 9 140 11,25% 128 10,19% 153 11,64% 44 10,35%

3 10 - 14 140 11,25% 108 8,60% 196 14,92% 22 5,18%

4 15 - 19 150 12,06% 134 10,67% 124 9,44% 37 8,71%

5 20 - 24 151 12,14% 106 8,44% 139 10,58% 50 11,76%

6 25 - 29 149 11,98% 115 9,16% 0 0,00% 28 6,59%

7 30 - 34 105 8,44% 112 8,92% 0 0,00% 40 9,41%

8 35 - 39 65 5,23% 75 5,97% 0 0,00% 27 6,35%

9 40 - 44 65 5,23% 103 8,20% 351 26,71% 23 5,41%

10 45 - 49 71 5,71% 76 6,05% 0 0,00% 28 6,59%

11 50 - 54 74 5,95% 91 7,25% 194 14,76% 29 6,82%

12 55 - 59 50 4,02% 9 0,72% 0 0,00% 26 6,12%

13 > 59 5 0,40% 66 5,25% 157 11,95% 16 3,76%

Jumlah 1244 100,00% 1256 100,00% 1314 100,00% 425 100,00%

No Tingkat Usia Jumlah (jiwa)

Sepempang Tanjung Kelanga Pengadah

Sumber : Buku Data Profil Desa/Kelurahan Kabupaten Natuna Tahun 2004

Pendidikan

Pendidikan merupakan sarana untuk mencerdaskan bangsa, oleh sebab itu berhasil atau tidaknya pembangunan suatu bangsa banyak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan penduduknya.

Sarana pendidikan yang menunjang pendidikan terdiri dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Jumlah siswa dan tenaga pengajar juga mempengaruhi tingkat pendidikan.

Pada desa-desa di lokasi penelitian di Kecamatan Bunguran Timur terdapat 5 buah sekolah dasar dengan jumlah murid rata-rata 97 orang dan jumlah tenaga pengajar rata- rata 8 orang. Sedangkan SLTP hanya terdapat di Desa Tanjung sebanyak 1 buah dengan jumlah murid sebanyak 203 orang dan tenaga pengajar 10 orang.

(18)

Tabel 2. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Kecamatan Bunguran Timur

1 Belum sekolah 84 0,75% 198 15,76% 284 21,61% 11 2,59%

2 Tdk pernah sekolah

Usia 7-45 thn 10 0,09% 70 5,57% 47 3,58% 8 1,88%

Usia > 45 thn 207 1,84% 0 0,00% 30 2,28% 127 29,88%

3 Pernah sekolah

tidak tamat 80 0,71% 184 14,65% 105 7,99% 60 14,12%

4 SD/sederajat 645 5,74% 570 45,38% 678 51,60% 174 40,94%

5 SLTP/sederajat 124 1,10% 128 10,19% 98 7,46% 18 4,24%

6 SLTA/Sederajat 72 0,64% 86 6,85% 61 4,64% 20 4,71%

7 Sarjana/D1 0 0,00% 1 0,08% 0 0,00% 0 0,00%

8 Sarjana/D2 4 0,04% 15 1,19% 7 0,53% 6 1,41%

9 Sarjana/D3 5 0,04% 1 0,08% 0 0,00% 0 0,00%

10 Sarjana/S1 13 0,12% 3 0,24% 4 0,30% 1 0,24%

Jumlah 1244 11,06% 1256 100,00% 1314 100,00% 425 100,00%

No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa)

Sepempang Tanjung Kelanga Pengadah

Sumber : Buku Data Profil Desa/Kelurahan Kabupaten Natuna Tahun 2004

Mata pencaharian

Masalah kependudukan selalu berkaitan dengan masalah ketenagakerjaan. Tingkat pertumbuhan penduduk akan berpengaruh terhadap tingkat penyediaan tenaga kerja.

Potensi sumberdaya alam Natuna terutama Kecamatan Bunguran Timur sangat mendukung untuk pertanian dan perikanan maka sebagian besar mata pencaharian penduduk daerah ini adalah petani dan nelayan. Mata pencaharian lainnya adalah pedagang, PNS, tukang batu, tukang kayu, karyawan/buruh swasta, guru swasta, montir, peternak dan kontraktor.

Tabel 3. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kecamatan Bunguran Timur

1 Petani 269 48,73% 302 61,01% 443 78,27% 91 54,49%

2 Nelayan 130 23,55% 82 16,57% 109 19,26% 55 32,93%

3 Pedagang 60 10,87% 16 3,23% 8 1,41% 8 4,79%

4 PNS 30 5,43% 19 3,84% 6 1,06% 3 1,80%

5 Tukang Batu 20 3,62% 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00%

6 Tukang Kayu 14 2,54% 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00%

7 Buruh Swasta 19 3,44% 43 8,69% 0 0,00% 0 0,00%

8 Guru 5 0,91% 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00%

9 Montir 2 0,36% 3 0,61% 0 0,00% 0 0,00%

10 Peternak 2 0,36% 30 6,06% 0 0,00% 10 5,99%

11 Kontraktor 1 0,18% 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00%

Jumlah 552 100,00% 495 100,00% 566 100,00% 167 100,00%

No Mata

Pencaharian

Jumlah (jiwa)

Sepempang Tanjung Kelanga Pengadah

Sumber : Buku Data Profil Desa/Kelurahan Kabupaten Natuna Tahun 2004

Etnis dan agama

Sebagaimana desa-desa pesisir lainnya di Kabupaten Natuna pada khususnya dan di Propinsi Kepulauan Riau pada umumnya, sebahagian besar penduduk yang bermukim

(19)

di Pulau Bunguran adalah etnis Melayu. Etnis lainnya dalam jumlah yang relatif kecil yaitu Tionghoa, Papua, Jawa dan Batak.

Agama yang dianut oleh masyarakat di daerah ini antara lain Islam, Budha, Katholik, Kristen dan Hindu. Sebagaimana daerah pesisir di Kepulauan Riau, masyarakat pesisir umumnya menganut agama Islam dalam jumlah yang mayoritas. Sedangkan agama lainnya seperti Budha, Katholik, Kristen dan Hindu berada pada jumlah yang minoritas.

Tabel 4. Jumlah penduduk berdasarkan etnis di Kecamatan Bunguran Timur

1 Melayu 1216 97,75% 1238 98,57% 1314 100,00% 425 100,00%

2 Tionghoa 17 1,37% 13 1,04% 0 0,00% 0 0,00%

3 Papua 4 0,32% 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00%

4 Jawa 5 0,40% 4 0,32% 0 0,00% 0 0,00%

5 Batak 2 0,16% 1 0,08% 0 0,00% 0 0,00%

Jumlah 1244 100,00% 1256 100,00% 1314 100,00% 425 100,00%

No Etnis Jumlah (jiwa)

Sepempang Tanjung Kelanga Pengadah

Sumber : Buku Data Profil Desa/Kelurahan Kabupaten Natuna Tahun 2004

Tabel 5. Jumlah penduduk berdasarkan agama di Kecamatan Bunguran Timur

1 Islam 1223 98,31% 1209 96,26% 1314 100,00% 425 100,00%

2 Budha 17 1,37% 8 0,64% 0 0,00% 0 0,00%

3 Katolik 0 0,00% 29 2,31% 0 0,00% 0 0,00%

4 Kristen 4 0,32% 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00%

5 Hindu 0 0,00% 10 0,80% 0 0,00% 0 0,00%

Jumlah 1244 100,00% 1256 100,00% 1314 100,00% 425 100,00%

No Agama Jumlah (jiwa)

Sepempang Tanjung Kelanga Pengadah

Sumber : Buku Data Profil Desa/Kelurahan Kabupaten Natuna Tahun 2004

2.1.4. Potensi sarana dan prasarana Transportasi, informasi dan komunikasi

Sarana dan prasarana transportasi yang telah dibangun di daerah ini antara lain berupa prasarana transportasi darat dan laut. Saat ini prasarana transportasi darat yang telah dibangun berupa jalan desa, jalan antar desa/kecamatan dan jembatan desa. Prasarana jalan merupakan urat nadi kelancaran lalu lintas di darat. Lancarnya arus lalu lintas akan menunjang perekonomian suatu wilayah. Umumnya masyarakat pesisir mengunakan sarana transportasi darat, disamping dikarenakan prasarananya tersedia baik juga karena semua desa di Kecamatan Bunguran Timur merupakan satu daratan yang tidak terpisah oleh pulau-pulau sehingga untuk perjalanan lintas desa sangat efektif dan ekonomis menggunakan transportasi darat. Pada umumnya sarana transportasi darat yang dipakai adalah kendaraan roda dua, dan ojek merupakan satu-satunya transportasi regular yang tersedia. Sementara itu sarana transportasi laut, umumnya masyarakat menggunakan perahu motor untuk transportasi antar pulau. Perahu motor yang digunakan pada umumnya milik sendiri.

Kepemilikan sarana dan prasarana informasi dan komunikasi pada suatu daerah akan berpengaruh terhadap perkembangan dan kemajuan daerah tersebut. Sarana informasi dan komunikasi yang dimiliki masyarakat terutama yang berhubungan dengan kegunaannya sebagai sarana penyedia hiburan seperti film dan nyanyian. Jenis sarana informasi dan hiburan yang umum terdiri dari radio, televisi, VCD dan koran/majalah.

(20)

Siaran televisi yang biasa diakses masyarakat adalah yang umum diakses oleh masyarakat Natuna yaitu siaran Televisi Indonesia dengan menggunakan digital receiver (parabola). Untuk mendapat informasi dari televisi, masyarakat desa mampu memperolehnya dengan memiliki sendiri dan ada juga yang memperolehnya dengan menonton di rumah tetangga.

Tabel 6. Jumlah kepemilikan televisi di Kecamatan Bunguran Timur

No Desa Jlh KK Kepemilikan %

1 Sepempang 342 120 35,09%

2 Tanjung 340 64 18,82%

3 Kelanga 350 50 14,29%

4 Pengadah 125 6 4,80%

Sumber : Buku Data Profil Desa/Kelurahan Kabupaten Natuna Tahun 2004

Tabel 7. Jumlah kepemilikan parabola di Kecamatan Bunguran Timur

No Desa Jlh KK Kepemilikan %

1 Sepempang 342 120 35,09%

2 Tanjung 340 64 18,82%

3 Kelanga 350 50 14,29%

4 Pengadah 125 6 4,80%

Sumber : Buku Data Profil Desa/Kelurahan Kabupaten Natuna Tahun 2004

Tabel 8. Jumlah kepemilikan radio di Kecamatan Bunguran Timur

No Desa Jlh KK Kepemilikan %

1 Sepempang 342 274 80,12%

2 Tanjung 340 204 60,00%

3 Kelanga 350 105 30,00%

4 Pengadah 125 75 60,00%

Sumber : data primer

Surat kabar berupa koran dan majalah hanya terdapat di pusat kecamatan yaitu di Ranai.

Namun jenisnya tidak beragam dan tidak tepat waktu dalam penyajiannya karena kondisi daerah yang tidak dapat dijangkau dengan cepat. Masyarakat dalam mendapatkan informasi melalui media tersebut masih bersifat temporer dan tidak tetap.

Sedangkan majalah Suara Natuna yang merupakan majalah terbitan lokal milik pemerintah daerah saat ini hanya tersebar di setiap kantor desa. Banyak informasi penting tentang perkembangan pembangunan daerah Natuna dan hingga saat ini masih 4 edisi yang sudah diterbitkan.

Sarana informasi lainnya berupa mading (majalah dinding) atau yang terdapat di Kantor Desa. Untuk daerah Desa Sepempang, papan informasi diletakkan di setiap wilayah RT sedangkan untuk daerah lainnya masih dipusatkan di kantor desa.

Stiker yang berisi gambar dan tulisan yang memuat pesan-pesan positif ditemukan di setiap kantor desa dan di beberapa rumah masyarakat. Tong sampah yang sisinya bertuliskan pesan positif ditemukan di kantor desa dan tempat-tempat umum lainnya.

Sedangkan untuk jam dinding, payung, kalender dan poster dijadikan pula sebagai media informasi politik yang memuat pesan-pesan persuasip dalam pemilihan partai dan tokoh politik pada saat pemilihan kepala daerah.

Selain itu informasi-informasi lainnya dapat diperoleh masyarakat antara lain di di rumah ibadah dan tempat berkumpulnya masyarakat seperti warung masyarakat, pasar,

(21)

pangkalan ojek, terminal, dermaga pendaratan ikan nelayan dan tempat pengumpul ikan (tauke).

Penerangan

Sumber penerangan di suatu kawasan merupakan sesuatu hal yang sangat penting bagi aktivitas sehari-hari masyarakat yang menghuni kawasan tersebut. Ditemukan adanya keanekaragaman sumber penerangan di lokasi penelitian yang dikarenakan adanya keterbatasan daya, sulitnya jaringan, jumlah yang kurang memadai dan keterbatasan kemampuan masyarakat untuk menjangkaunya.

Untuk lokasi penelitian ini, Desa Sepempang merupakan satu-satu desa di Kecamatan Bunguran Timur yang sudah dilengkapi dengan prasarana listrik. Masyarakat yang memanfaatkan sumber penerangan listrik sangat dominan, meskipun demikian masih ditemukan masyarakat yang menggunakan sumber penerang diesel dan lampu minyak tanah.

Untuk daerah lainnya yang belum mampu mengakses listrik, masih menggunakan sumber penerang diesel dan lampu minyak tanah. Jaringan listrik untuk Kecamatan Bunguran Timur mengarah ke utara telah menjangkau hingga Desa Tanjung namun akses masyarakat hanya mampu hingga Desa Sepempang.

Kesehatan

Sarana dan prasarana kesehatan yang tersedia berupa puskemas pembantu dengan tenaga medis dan bidan pemerintah. Disamping itu juga terdapat pelayanan kepada ibu- ibu hamil dan bayi yaitu berupa kegiatan posyandu, biasanya dilakukan 1 bulan sekali di tiap-tiap dusun yang ada di desa tersebut.

Namun pada empat daerah lokasi penelitian hanya Desa Sepempang yang telah tersedia puskesmas pembantu dan masih aktif. Sedangkan untuk daerah lainnya tidak tersedia dengan baik. Untuk Desa Pengadah, bangunan puskesmas pembantu telah ada namun sudah tidak berfungsi lagi. Walau tidak tersedia bangunan puskesmas pembantu, di setiap desa telah disediakan tenaga medis dan bidan untuk pelayanan kesehatan masyrakat.

2.1.5. Potensi kelembagaan

Salah satu elemen dasar dalam strategi pengembangan suatu kawasan adalah kelembagaan atau institusi yang ada pada suatu wilayah tersebut. Kelembagaan yang sudah ada antara lain kelembagaan pemerintahan, kemasyaraan, politik, ekonomi, pendidikan dan keamanan.

Kelembagaan pemerintahan di desa ada dua yaitu Pemerintah Desa sebagai pelaksana desa dan Badan Perwakilan Desa sebagai badan yang mengawasi kinerja pemerintah desa dan berperan dalam penyampaian aspirasi masyarakat.

Kelembagaan kemasyarakatan masih terbatas pada lembaga organisasi ibu-ibu desa berupa kelompok PKK. Kelembagaan PKK merupakan organisasi ibu-ibu di desa yang diketuai oleh istri kepala desa. Kegiatannya secara rutin dilakukan satu kali dalam sebulan berupa kegiatan arisan, kegiatan membuat anyaman, kadang-kadang diselingi dengan kegiatan cara memasak sehat yang dibimbing oleh bidan desa. Sedangkan kegiatan lain yang bersifat produktif belum mampu dilakukan. Namun demikian kelompok keterampilan masyarakat berupa kelompok PKK ini ditemukan hampir di setiap desa dengan kegiatan rutin anyaman bambu dan anyaman tikar dan Desa

(22)

Tanjung telah tersedia Pusat Keterampilan dan Pelatihan Masyarakat (PKBM) sebagai pusat pelatihan keterampilan masyarakat.

Kelembagaan politik juga mempengaruhi tingkat wawasan dan pengetahuan masyarakat.

Banyaknya kantor-kantor pengurus partai politik yang terdapat di masing-masing desa telah menunjukkan semakin tinggi pemahaman dan keterlibatan masyarakat dalam kancah politik lokal. Partai politik yang terdapat di desa diantaranya Partai Merdeka, PBB, PAN, PKB, PDI Perjuangan, Partai Golkar, PKS, PNI Marhaenisme, Partai Pelopor, PDK, PKPB dan PPP.

Kelembagaan ekonomi secara sederhana berupa toko kelontong yang merupakan milik masyarakat setempat dan pedagang pengumpul (tauke) sebagai kelembagaan ekonomi informal dan tetap berfungsi terutama bagi petani dan nelayan. Peran tauke antara lain mulai dari menampung ikan hasil tangkapan, mensuplai alat tangkap dan kebutuhan sehari-hari sampai pemberian kredit kepada nelayan dengan konsekwensi harus menjual ikan hasil tangkapan dengan harga yang ditentukan. Hampir di setiap desa ditemukan lembaga permodalan yang dapat menunjang usaha ekonomi masyarakat diantaranya UED-SP (Usaha Ekonomi Desa – Simpan Pinjam). Lembaga permodalan diharapkan mampu meningkatkan perekonomian masyarakat tempatan. Disamping itu, ditemukan juga koperasi yang merupakan kelembagaan ekonomi masyarakat dalam peningkatan kesejahteraan.

Dalam upaya peningkatan keamanan masyarakat, yang mewadahi partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga lingkungannya, di masing-masing desa telah dibangun pos keamanan lingkungan (Pos Kamling) dengan dilengkapi sejumlah hansip disamping partisipasi aktif masyarakat disetiap komunitas.

2.1.6. Tingkat perkembangan desa

Salah satu yang menjadi harapan masyarakat di Kabupaten Natuna adalah dibukanya lapangan pekerjaan yang seluas-luasnya. Saat ini masyarakat memandang masih kurangnya lapangan pekerjaan, sehingga banyak diantara masyarakat yang bermata pencaharian tidak menentu.

Berdasarkan Buku Data Profil Desa/Kelurahan Kabupaten Natuna Tahun 2004, di dapat diketahui jumlah angkatan kerja dalam kategori umur 15 – 55 tahun sebagai berikut:

Tabel 9. Jumlah angkatan kerja di Kecamatan Bunguran Timur

1 Masih Sekolah 63 6,59% 97 11,59% 68 9,02% 85 23,22%

2 Ibu Rumah Tangga 247 25,84% 278 33,21% 308 40,85% 118 32,24%

3 Bekerja Penuh 94 9,83% 78 9,32% 309 40,98% 28 7,65%

4 Bekerja Tidak Menentu 552 57,74% 384 45,88% 69 9,15% 135 36,89%

Jumlah 956 100,00% 837 100,00% 754 100,00% 366 100,00%

No Golongan Jumlah (jiwa)

Sepempang Tanjung Kelanga Pengadah

Sumber : Buku Data Profil Desa/Kelurahan Kabupaten Natuna Tahun 2004

Pendapatan masyarakat desa sangat beragam, tergantung dengan jenis pekerjaan tetap dan pekerjaan tambahannya. Namun secara pasti sangat sulit untuk ditentukan dalam angka. Pendapatan masyarakat desa berdasarkan jenis mata pencaharian berupa petani, nelayan, pedagang, PNS, tukang batu, tukang kayu, karyawan/buruh swasta, guru swasta, montir, peternak dan kontraktor. Namun petani dan nelayan merupakan jenis

(23)

mata pencaharian yang sangat besar menyumbangkan pendapatan per kapita masyarakat.

Pada umumnya di Kabupaten Natuna, kemiskinan yang ada di daerah ini tidak hanya kemiskinan dalam artian kurangnya materi tetapi lebih didominasi oleh kemiskinan struktural dan kultural khususnya dalam pemanfaatan/pola penggunaan keuangan keluarga.

Tabel 10. Jumlah penduduk berdasarkan golongan kesejahteraan di Kecamatan Bunguran Timur

1 Pra Sejahtera 62 18,13% 66 19,41% 65 18,57% 35 28,00%

2 Sejahtera 1 264 77,19% 251 73,82% 275 78,57% 66 52,80%

3 Sejahtera 2 16 4,68% 23 6,76% 10 2,86% 24 19,20%

Jumlah 342 100,00% 340 100,00% 350 100,00% 125 100,00%

No Golongan Jumlah (jiwa)

Sepempang Tanjung Kelanga Pengadah

Sumber : Buku Data Profil Desa/Kelurahan Kabupaten Natuna Tahun 2004

Kepribadian masyarakat

Masyarakat pedesaan secara umum memiliki sikap gotong royong dalam hal membangun rumah, mengelola tanah, menjaga kebersihan desa ataupun membangun jalan dan jembatan.

Masyarakat nelayan sebenarnya mempunyai kearifan tradisional dalam memanfaatkan sumberdaya perikanan. Sebagian besar mayarakat tidak melakukan kegiatan yang dapat merusak lingkungan khususnya terumbu karang. Masyarakat pesisir pada umumnya masyarakat Melayu yang sangat menghargai lingkungan hidupnya sebagai tempat mereka mencari nafkah.

Biasanya setiap hari jum’at nelayan tidak melaut. Karena pada hari jum’at digunakan untuk sholat jum’at. Namun ada juga yang beranggapan bahwa hari jum’at adalah hari yang tidak baik untuk melakukan aktivitas melaut. Kondisi ini hampir sama dengan nelayan daerah lain di Riau.

Namun demikian, berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa masyarakat di lokasi penelitian, aktivitas umum sebagian besar masyarakat Kecamatan Bunguran Timur pada saat dahulu adalah pembiusan. Kondisi ini dipengaruhi oleh perdagangan ikan hidup yang cukup tinggi pada waktu itu. Penampung ikan hidup ini adalah nelayan Hongkong yang menambatkan kapalnya di tengah laut.

(24)

2.2. Kecamatan Bunguran Barat 2.2.1. Kondisi daerah

Lokasi penelitian di Kecamatan Bunguran Barat yaitu Desa Sabang Mawang, Desa Pulau Tiga, dan Desa Sededap. Masing-masing desa berada di pulau-pulau kecil yang terletak di kawasan Pulau Bunguran Kabupaten Natuna Propinsi Kepulauan Riau.

Jumlah desa/kelurahan di kecamatan ini berjumlah 6 desa dan 1 kelurahan.

Batas-batas wilayah Desa Sabang Mawang sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pulau Tiga, sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Natuna, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Cemaga dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sededap. Tipologi Desa Sabang Mawang adalah desa kepulauan dan desa pesisir. Orbitasi jarak ke ibukota kecamatan terdekat 22,5 km dan jarak ke ibukota kabupaten terdekat 73 km.

Batas-batas wilayah Desa Pulau Tiga sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sedanau Timur, sebelah Selatan berbatasan dengan Sabang Mawang, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sabang Mawang dan sebelah Barat berbatasan dengan Laut Natuna.

Tipologi desa adalah desa kepulauan dan desa pesisir. Orbitasi jarak ke ibukota kecamatan terdekat 30 km dan jarak ke ibukota kabupaten terdekat 80 km.

Batas-batas wilayah Desa Sededap sebelah Utara berbatasan dengan Laut Natuna, sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Natuna, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sabang Mawang dan sebelah Barat berbatasan dengan Laut Natuna. Tipologi desa adalah desa kepulauan dan desa pesisir. Orbitasi jarak ke ibukota kecamatan terdekat 40 km dan jarak ke ibukota kabupaten terdekat 80 km.

Sebagaimana di kawasan lainnya di Natuna, wilayah ini dipengaruhi oleh 2 (dua) musim yaitu musim hujan (September – Pebruari) dengan suhu rata-rata harian 240 C dan musim kemarau (Maret – Agustus) dengan suhu rata-rata 340 C.

Berdasarkan pergerakan angin, masyarakat nelayan setempat mengenal adanya 4 (empat) musim angin yaitu musim utara (Desember – Pebruari), musim selatan (September-Nopember), musim barat (Juni – Agustus) dan musim timur (Maret-Mei).

Musim utara ditandai dengan kuatnya angin yang berhembus terus menerus dan diikuti dengan besarnya gelombang.

Wilayah desa di Kecamatan Bunguran Barat (terutama pada lokasi penelitian) hanya mampu ditempuh dari ibu kota kecamatan dengan menggunakan transportasi laut.

Selain itu, untuk menempuh lokasi penelitian dari ibukota kabupaten mampu ditempuh dengan transportasi darat (sebahagian perjalanan) lalu dilanjutkan dengan transportasi laut. Dua daerah umum untuk menjangkau lokasi penelitian adalah pelabuhan Binjai (pelabuhan ferry menuju ibukota kecamatan, Sedanau) kemudian pelabuhan Selat Lampa (pelabuhan Pelni). Transportasi reguler tidak tersedia untuk menjangkau hingga ke wilayah desa penelitian melainkan harus menggunakan (menyewa atau sejenisnya) transportasi laut milik masyarakat setempat.

2.2.2. Potensi sumberdaya alam

Pertanian (perkebunan, tanaman pangan dan peternakan)

Perkebunan kelapa dan cengkeh merupakan primadona sejak dahulu. Namun tidak terdapat perkebunan milik pemerintah atau swasta, semuanya adalah perkebunan masyarakat setempat. Kepemilikan lahan untuk perkebunan masyarakat di masing-

(25)

masing desa sangat berbeda-beda. Luasan lahan yang dimiliki masyarakat pada umumnya dimanfaatkan untuk berbagai tanaman perkebunan yang produktif seperti kelapa, cengkeh, kopi, pinang, lada, jambu mete, karet dan cokelat.

Komoditas tanaman pangan yang dikembangkan masyarakat pedesaan diantanya jagung, ubi jalar, ubi kayu dan cabe serta mentimun. Sementara itu komoditas buah- buahan yang dibudidayakan masyarakat setempat antara lain jeruk, rambutan, salak, nenas, pisang, durian, manggis dan mangga. Skala produksi dari masing-masing komoditas hanya mampu memenuhi kebutuhan masyarakat itu sendiri. Karena geografis wilayah yang kurang menguntungkan (jauh dari pasar luar) mengakibatkan pemasaran berbagai komoditas tanaman pangan menjadi terkendala sehingga membuat minat masyarakat untuk mengembangkan dalam skala produksi yang lebih besar menjadi terhambat juga.

Jenis populasi ternak yang biasa dipelihara masyarakat secara pribadi diantaranya sapi, ayam, bebek dan kambing. Jenis hasil yang diperoleh dari peternakan tersebut adalah daging dan telur.

Kehutanan, bahan galian dan sumberdaya air

Hutan merupakan potensi alam dengan keanekaragaman hayati yang cukup besar.

Masyarakat juga mengandalkan hutan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Potensi hutan yang secara umum dimanfaatkan masyarakat daerah ini diantaranya kayu dan bambu untuk berbagai kebutuhan terutama bahan bangunan bagi masyarakat setempat.

Selain itu hasil lain dari hutan di daerah ini adalah madu lebah.

Karena wilayah desa di Kecamatan Bunguran Barat pada umumnya daerah pulau- pulau, disamping hutan darat terdapat juga hutan mangrove. Luasan hutan mangrove berbeda dengan berbagai jenis yang berbeda pula. Dengan kondisi pulau-pulau, mengakibatkan daerah pantai yang cukup besar sehingga sangat mendukung untuk pertumbuhan mangrove. Namun seiring dengan pertambahan penduduk dan pembangunan daerah ini, fungsi lingkungan pantai di beberapa tempat telah mengalami penurunan dan bahkan mengalami kerusakan.

Bahan galian sebagai potensi daerah antara lain batu kapur dan pasir. Pemanfaatannya adalah untuk bahan bangunan terutama bagi masyarakat setempat. Selain itu, kebutuhan dasar bagi hidup masyarakat dalam kawasan pemukiman adalah air. Air bersih yang digunakan masyarakat adalah untuk air minum dan mandi. Sumber air bersih di kawasan ini berasal dari mata air Gunung Ranai dan sumur galian.

Pada umumnya masyarakat desa membuat sumur gali untuk memperoleh air bersih yang dimanfaatkan setiap kepala keluarga (KK) untuk kebutuhan harian. Setelah adanya program air bersih, berupa pipanisasi air yang bersumber dari pegunungan yang dialirkan ke setiap rumah masyarakat, semakin memudahkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan air bersih.

Sumber daya perikanan

Tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya perikanan laut sangat tinggi.

Sektor penangkapan lebih mendominasi daripada sektor budidaya. Produksi perikanan Natuna tahun 2004 mencatat untuk kawasan Bunguran Timur sebesar 27.383,9 ton.

(26)

Alat tangkap yang banyak digunakan oleh masyarakat nelayan secara umum antara lain berupa pancing tonda, pancing ulur, bubu karang, jaring hanyut (gill net), bagan tancap, bagan apung, kelong pantai, sengerit, jaring pantai, dan pancing rawai.

Usaha budidaya perikanan di daerah ini sampai saat ini belum mampu berkembang dengan baik. Namun dibeberapa tempat telah dilakukan usaha keramba tancap untuk pembesaran ikan khususnya ikan-ikan karang terutama yang diperoleh dari hasil tangkapan bubu.

2.2.3. Potensi sumberdaya manusia Jumlah penduduk

Berdasarkan Buku Data Profil Desa/Kelurahan Kabupaten Natuna Tahun 2004, jumlah penduduk secara keseluruhan untuk masing-masing desa di lokasi penelitian sebagai berikut:

Tabel 11. Jumlah penduduk berdasarkan tingkatan usia di Kecamatan Bunguran Barat

1 0 - 4 253 11,35% 136 9,26% 89 12,41%

2 5 - 9 320 14,35% 182 12,39% 84 11,72%

3 10 - 14 235 10,54% 183 12,46% 82 11,44%

4 15 - 19 174 7,80% 159 10,82% 90 12,55%

5 20 - 24 212 9,51% 166 11,30% 77 10,74%

6 25 - 29 187 8,39% 164 11,16% 50 6,97%

7 30 - 34 202 9,06% 135 9,19% 48 6,69%

8 35 - 39 184 8,25% 115 7,83% 55 7,67%

9 40 - 44 141 6,32% 75 5,11% 43 6,00%

10 45 - 49 101 4,53% 56 3,81% 32 4,46%

11 50 - 54 70 3,14% 51 3,47% 21 2,93%

12 55 - 59 30 1,35% 36 2,45% 9 1,26%

13 > 59 121 5,43% 11 0,75% 37 5,16%

Jumlah 2230 100,00% 1469 100,00% 717 100,00%

No Tingkat Usia Jumlah (jiwa)

Sabang Mawang Pulau Tiga Sededap

Sumber : Buku Data Profil Desa/Kelurahan Kabupaten Natuna Tahun 2004

Pendidikan

Pendidikan merupakan sarana untuk mencerdaskan bangsa, oleh sebab itu berhasil atau tidaknya pembangunan suatu bangsa banyak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan penduduknya. Sarana pendidikan yang menunjang proses pendidikan terdiri dari Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Jumlah siswa dan tenaga pengajar mempengaruhi tingkat pendidikan di suatu daerah. Pada desa-desa di lokasi penelitian di Kecamatan Bunguran Barat terdapat 3 buah sekolah dasar di masing-masing desa dengan jumlah murid rata-rata 87 orang dan jumlah tenaga pengajar rata-rata 6 orang. Sedangkan SLTP hanya terdapat di Desa Pulau Tiga sebanyak 1 buah dengan jumlah murid sebanyak 97 orang dan tenaga pengajar 6 orang.

(27)

Tabel 12. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Kecamatan Bunguran Barat

1 Belum sekolah 378 16,95% 171 11,64% 116 16,18%

2 Tidak pernah sekolah (7-45 thn) 563 25,25% 119 8,10% 7 0,98%

3 Tidak pernah sekolah (> 45 thn) 322 14,44% 405 27,57% 0 0,00%

4 Pernah sekolah (tidak tamat) 303 13,59% 89 6,06% 53 7,39%

5 SD/sederajat 378 16,95% 452 30,77% 457 63,74%

6 SLTP/sederajat 146 6,55% 106 7,22% 50 6,97%

7 SLTA/Sederajat 110 4,93% 104 7,08% 26 3,63%

8 Sarjana/D1 0 0,00% 3 0,20% 0 0,00%

9 Sarjana/D2 22 0,99% 9 0,61% 3 0,42%

10 Sarjana/D3 0 0,00% 0 0,00% 1 0,14%

11 Sarjana/S1 8 0,36% 11 0,75% 4 0,56%

Jumlah 2230 100,00% 1469 100,00% 717 100,00%

No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa)

Sabang Mawang Pulau Tiga Sededap

Sumber : Buku Data Profil Desa/Kelurahan Kabupaten Natuna Tahun 2004

Mata pencaharian

Masalah kependudukan selalu berkaitan dengan masalah ketenagakerjaan. Tingkat pertumbuhan penduduk akan berpengaruh terhadap tingkat penyediaan tenaga kerja.

Potensi sumberdaya alam Natuna terutama Kecamatan Bunguran Barat sangat mendukung untuk pertanian dan perikanan maka sebagian besar mata pencaharian penduduk daerah ini adalah petani dan nelayan. Mata pencaharian lainnya adalah buruh swasta, PNS, pedagang, tukang batu, guru swasta dan montir.

Jumlah penduduk berdasarkan golongan mata pencaharian adalah sebagai berikut:

Tabel 13. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kecamatan Bunguran Barat

1 Petani 948 66,57% 307 42,05% 200 60,79%

2 Nelayan 426 29,92% 360 49,32% 116 35,26%

3 Buruh 25 1,76% 30 4,11% 0 0,00%

4 PNS 19 1,33% 20 2,74% 6 1,82%

5 Pedagang 6 0,42% 10 1,37% 0 0,00%

6 Tukang batu 0 0,00% 0 0,00% 4 1,22%

7 Guru 0 0,00% 0 0,00% 3 0,91%

8 Montir 0 0,00% 3 0,41% 0 0,00%

Jumlah 1424 100,00% 730 100,00% 329 100,00%

No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (jiwa)

Sabang Mawang Pulau Tiga Sededap

Sumber : Buku Data Profil Desa/Kelurahan Kabupaten Natuna Tahun 2004

Etnis dan agama

Sebagaimana desa-desa pesisir lainnya di Kabupaten Natuna pada khususnya dan di Propinsi Kepulauan Riau pada umumnya, sebahagian besar penduduk yang bermukim di Pulau Bunguran adalah etnis Melayu. Etnis lainnya dalam jumlah yang relatif kecil yaitu Tionghoa dan Batak. Agama yang dianut oleh masyarakat di daerah ini antara lain Islam, Kristen, Katholik dan Budha.

Gambar

Gambar 1.  Peta lokasi penelitian
Tabel 1.  Jumlah penduduk berdasarkan tingkat usia di Kecamatan Bunguran Timur
Tabel 2.  Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Kecamatan Bunguran  Timur  1 Belum sekolah 84 0,75% 198 15,76% 284 21,61% 11 2,59% 2 Tdk pernah sekolah Usia 7-45 thn 10 0,09% 70 5,57% 47 3,58% 8 1,88% Usia > 45 thn 207 1,84% 0 0,00% 30 2,28%
Tabel 5.  Jumlah penduduk berdasarkan agama di Kecamatan Bunguran Timur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pembibitan pepaya diharapkan menggunakan media tanam yang cocok untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan tanaman pepaya serta memiliki media tanam yang ringan

Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kecerdasan emosi yang dimiliki remaja akhir maka akan semakin tinggi pula perilaku asertif yang dimiliki, begitu juga

Berdasarkan perbandingan struktur di atas jika senyawa C–alkoksifenil– kaliks[4]resorsinarena trifenilfosfonium klorida dapat disintesis dari vanilin melalui rekasi

[r]

Keterllibatan stakeholder dalam kemitraan ini dapat dikatakan baik dilihat dari ketiga pihak pemerintah, bisnis, dan komunitas yang memiliki peran penting dalam pengembangan

Judgement sampling (purposive sampling) adalah teknik penarikan sampel yang dilakukan berdasarkan karakteristik yang ditetapkan terhadap elemen populasi target yang

Pasar tradisional Langsa adalah satu- satunya yang berada di Langsa selain dari pasar- pasar pekan yang ada, pasar ini yang terletak dipusat kota memiliki peranan yang

Program wajib tersebut adalah Praktek Pengalaman Lapangan (PPL). Tujuan PPL adalah membentuk mahasiswa praktikan agar menjadi calon tenaga kependidikan yang