• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berikut merupakan gambaran kapal yang di pilih taruna sebagi tempat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berikut merupakan gambaran kapal yang di pilih taruna sebagi tempat"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran lokasi umum penelitian

Berikut merupakan gambaran kapal yang di pilih taruna sebagi tempat lokasi penelitian :

Gambar lokasi peneltian

Kapal MV. RUBY INDAH (IMO: 9172416 , MMSI: 564748000 ) adalah kapal curah yang dibangun pada tahun 1998 dan saat ini berlayar di bawah Singapore. MV. RUBY INDAH memiliki panjang 229.00 meter keseluruhan dan lebar 36.50 meter. Tonase kotor nya adalah 44.247 ton dan DWT sebesar 77.755 ton. Mesin pengerak utama di MV. RUBY INDAH yaitu type MITSUI MAN B & W 5 S 60 MC (MARK –V) = 1 SET, 10223 KW X 105 RPM. Dan di paparkan ship particular kapal sebagai berikut :

(2)

SHIP PARTICULAR

NAME M.V.RUBY KEEL LAID 08TH APRIL 1998 INDAH

CALL SIGN 9VND LAUNCHED 22ND JULY 1998

FLAG SINGAPORE DELIVERED 22ND OCTOBER 1998

PORT OF SINGAPORE SHIPYARD MITSUI ENGINEERING &

REGISTRY SHIPPING CO.LTD

OFFICIAL 388363 TAMANO WORKS

NUMBER

IMO/LLOYDS 9172416 Class No. 9836519 NUMBER

CLASS ABS Hull No. 1459

SOCIETY

CLASS ABS +A1, BULK CARRIER, AMS, +ACCU TCM NOTATION

P & I CLUB THE STANDARD

196.75m 32.25m

47.45m

18.50m

229.00 m

(3)

GROSS 43217 44247.38

LOAD LINE INFORMATION FREEBOARD DRAFT DWT

TROPICAL 5.453m 13.087m 79772mt

SUMMER 5.720m 12.820m 77755mt

WINTER 5.987m 12.553m 75743mt

LIGHTSHIP 16.56m 1.94m 11167mt

Normal Ballast/Full Bunker 12.50m 6.00m 27,577

SEG. Ballast/Full Bunker DWT WITH SBT ONLY

FWA/CONSTANT 296MM

TPC @ Summer draft 75.20MT

Hatch Cover Type: Side Rolling Type

PRINCIPAL DIMENSIONS

LOA 229m

LBP 218.0m

BREADTH (Extreme) 36.50m

DEPTH (molded) 18.50m

HEIGHT (maximum) 47.45m

BRIDGE FRONT - BOW 196.75 BRIDGE FRONT - STERN 32.25 BRIDGE FRONT - M'FOLD

KEEL TO TOP OF HATCH

COAMING 20.9

(4)

MACHINERY / PROPELLER / RUDDER BUNKER TANKS

MAIN ENGINE Mitsui B&W 5S 60MC (Mark-V) 5 C 975.4

M.C.R. 10223 Kw @ 105.0 rpm 6 C 638.4

N.C.R. 8693 Kw @ 99.5 rpm 7 C 451.2

MAX CRITICAL RANGE 52 - 63 RPM Deep - P LSMGO 295.6

COMPOSITE. BOILER Osaka boiler, Deep - S 682.3

GENERATOR (3 sets) Yanmar, Type: 6N18L-EN, 460Kw Over Flow 58.4

EMER D.G. (1) Mitsui-Deutz, 80Kw, 128A Serv / Sett 48.7

PROPELLER 5-Blade, Dia: 6450mm, 19.45T, NiAlBc total 3150

RUDDER Balanced Type DO Deep - P 323.7

STEERING GEAR Mitsubishi Elect-Hydralic / DFT-125 Service

T 6.8

FW GENERATOR CAP SAKAKURA, 25 Ton / Day total 330.5

CARGO AND BALLAST PUMPING SYSTEM LIFE BOATS

MAIN PUMPS NO

. CAPACITY HEAD RPM 2 x 28 persons

CARGO OIL P/P's NA NA NA

STRIPPING PUMP NA NA NA LIFE RAFTS

CARGO EDUCTOR NA NA NA 4 x 15 persons

BALLAST P/P's 2 1350 M3/HR 25 M 1200 1 x 6 persons

BALLAST ED'TR 1 100 M3/HR 15 M NA

PROV. CRANE

CARGO GEAR 1X1.5 T

NA

Min Bow Drft:5.50 m Blst Drft: 5.50m, 7.40m MARPOL Trim: 2.41M Propeller Immer.:6.80m

HOLD CAPACITIES ( cbm)

CARGO HOLDS GRAIN Dimension BLST TKS (100 %) m3

NO.1 10835.10 15.39x14.40m F.P.Tk. 2480.30

No.2 13982.40 17.82x16.00m WBT I P/S 7187

No.3 13746.50 17.82x16.00m WBT 2 P/S 8377.1

No.4 13825.10 17.82x16.00m WBT 3 P/S 6530.8

No.5 13881.90 17.82x16.00m WBT 4 P/S 3390.8

No.6 13896.90 17.82x16.00m A.P.Tk 564.80

No.7 12856.50 17.82x16.00m No.4 Hold 13831

TOTAL 93024.40 TOTAL 42361.8

F.W Tanks 100%

FW Tank

(P) 122.4

FW Tank

(S) 191.8

TOTAL 314.2

(5)

Tank Top Dimension (m): Breadth (FWD) x Breadth (AFT) x Length

No.1: 13.53x28.32X21.23 MTRS No.2-6:28.32X28.32X24.46 MTRS No.7: 28.32X13.53X24.46 MTRS

Waterline to Hatch Coaming Midships (m):

Light Ship:19.56 Light Blst:

15.50 Hvy Blst:13.10 Laden(Summer):8.68

Strength (MT/M2): Hatch Cover x Tank Top x Deck

Not specified 14.8 Not specified

FIRE FIGHTING SYSTEM

E/RM HIGH EXPANSION FOAM FIRE EXTINGUISHING SYSTEM

CARGO HOLDS N.A. (Excepmtion cert from FS)

VENTILATION FOR CARGO HOLD NATURAL VENTILATOR

SURVEYS

KIND AS IS SS DOCKING

LAST DONE 16-Sep-20 16-Sep-20 29-Oct-

16 10-May-19

NEXT DUE 15-Sep-21 28-Oct-

21 28-Oct-21

WINCHES / WINDLASS / ROPES / EMERGENCY TOWING FWD AFT PARTICULARS

WINCHES 4 4 (FUKUSHIMA LTD), Hydraulic hauling spd:15m/min, 15Ton.

MRG WIRES NA NA

WINCH BHC 40.8t 40.8t

WINDLASS 2 0 (FUKUSHIMA LTD), Hydraulic hauling spd:15m/min, 15Ton.

WARPING DRUM 4 4 Including few/aft deck spring HAWSER DRUM 8 8 Including few/aft deck spring ANCHOR CHAIN 2 NA 2- 12 SHACKLE EACH

EMG. TOWING Existing mooring rope

Total crew 24 crew include master

Dalam penelitiian yang di laksanakan diatas kapal selama 1 Tahun di masa praktek layar. Kapal ini beroperasi pada tahun 1998 hingga sekarang dengan membawa muatan berupa curah yaitu gandum dan batubara yang dimuat di pelabuhan dan dibongkar di pelabuhan tujuan, untuk jenis batu bara dan gandum di muat di masing masing palka hingga mencapai muatan maksimal. Total maksimal muatan yang dimuat diatas kapal sampai dengan 93.024 T, Kapal ini berlayar di

(6)

daerah kepulauan Indonesia dengan tujuan Line Jakarta tanjong priok, Surabaya tanjung perak, kemudian menuju Kalimantan bunati,china qindao,korea yeousu dan terakhir Canada prince Rupert.

Taruna melakukan penelitian ini diatas kapal berguna untuk melakukan optimalisasi pemanfaatan penggunaan ilmu pelayaran astronomi dalam bernavigasi dan penyebab mengapa perwira dek mengalami ketergantungan terhadap navigasi elektronik.

B. Hasil penelitian

Dalam hasil penelitian yang di teliti selama satu tahun di atas kapal sesuai dengan inti permasalahan yang di kaji dalam KIT ini, yaitu yang pertama mengenai bagaimana pemanfaatan ilmu pelayaran astronomi dalam bernavigasi atau mendapatkan posisi kapal dan apa penyebab perwira dek mengalami ketergantungan terhadap navigasi elektronik.

Kompetensi perwira pelayaran niaga selalu mengacu pada standar yang ditetapkan pada Standards of Training, Certification and Watchkeeping for Seafarers (STCW) sebagaimana telah diamandemen tahun 2010. Jika dilihat pada tabel spesifikasi standar kompetensi minimum bagi perwira yang bertugas jaga di kapal 500 GT atau lebih, salah satu kompetensi di dalam fungsi navigasi pada level operasional adalah mampu merencanakan dan melaksanakan pelayaran dan menentukan posisi. Ada beberapa pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan yang dituntut, dimana salah satunya adalah kemampuan menggunakan benda- benda angkasa untuk menentukan posisi kapal (STCW Including 2010 Manila

(7)

Amendments, 2011 : 99). Hal tersebut diperjelas dalam pokok bahasan pada IMO Model Course 7.03. Dapat dikatakan bahwa setiap perwira dek harus cakap bernavigasi dengan Ilmu Pelayaran Astronomi. Menurut data yang di peroleh peneliti selama setahun malaksanakan prala di kapal MV.RUBY INDAH setelah menjalani prala dengan berbagai mualim,peranan dan pemanfaatan ilmu pelayaran astronomi di kapal tersebut sangatlah penting, yatu di tandai dengan mayoritas mualim menguasai kompetensi sesuai dengan STCW terutama dalam bidang ilmu pelayaran astronomi. Berikut salah satu contoh gambar perhitungan posisis menggunakan benda langit melalui sextant di saat peneliti melakukan praktek laut.

Dalam penelitian yang kedua sesuai inti permasalahan yang di kaji yaitu apa yang menyebankan perwira dek mengalami ketergantungan terhadap alat navigasi elektronik. Untuk selama ini dari perilaku atau penelitian sehari hari yang peneliti amati dari mulai naik kapal pada tahun 2019 sampai dengan tahun 2020 konsistensi perwira dalam melakukan obseravasi benda angkasa di lakukan dengan cukup baik,tetapi tetap terdapat perwira tidak menguasai standar kompetensi pelaut berdasarkan STCW dalam hal melakukan observasi menggunkan objek benda angkasa. Pernyataan tersebut peneliti menyimpulkan dengan melakukan pengamatan langsung yang di lakukan di atas kapal selama praktek diatas kapal. Peneliti mengalami pergantian atau rotasi mualim dari 10 mualim yg pernah melaksanakan pelayaran Bersama peneliti,terdapat 2 diantaranya yang tidak berkompeten dalam hal melakukan observasi menggunakan benda angkasa. Itulah mungkin salah satu penyebab kenapa para perwira mengalami ketergantungan terhadap alat navigasi elektronik.dan

(8)

mungkin kurangnya peraturan yang di terapkan oleh manajemen untuk mencari posisi dan membuat record terhadap penentuan posisi menggunakan benda langit setiap harinya.dan factor yang terakhir ilmu pelayaran astronomi mungkin di nilai kurang efisien sehingga memakan waktu terlalu lama untuk melakukannya.

C. ANALISA DATA

Dalam metode penelitian deskriptif kualitatif ini taruna melakukan penelitian dengan cara menguraikan,memaparkan serta menggambarkan objek dan mewawancara narasumber berkaitan dengan objek yang diteliti oleh peneliti selama kurang lebih 1 tahun diatas kapal untuk mengetahui dan mendapatkan hasil pemanfaatan ilmu pelayaran astronomi dalam menentukan posisi kapal menggunakan sextan dan mengetahui penyebab perwira dek mengalami ketergantungan terhadap alat navigasi elektronik . bahwa sudah di jelaskan tadi di bagian Hasil Penelitian dan disini dapat di simpulkan bahwa pemanfaatan ilmu pelayaran astronomi dalam penggunaan sextant di atas kapal MV.RUBY INDAH sudah cukup baik dan ketergantungan alat navigasi elektronik di atas kapal tersebut di sebabkan mualim jaga kurang menguasai kompetensi pelaut yang tertera dalam STCW dan efisiensi alat navigasi elektronik menjadi salah satu penyebab perwira dek mengalami ketergantungan dalam penelitian ini..

Disamping itu taruna juga melakukan pemaparan hasil wawancara terhadap bagaimana pemanfaatan ilmu pelayaran astronomi terhadap penentuan posisi yang di dapat dari mengajukan pertanyaan terhadap mualim 3 ketika melakukan dinas jaga :

(9)

1. Wawancara bagaimana pemanfaatan ilmu pelayaran astronomi di atas kapal

NO. INFORMAN HASIL TANYA JAWAB

1. Cadet Bagaimana pemanfaatan ilmu palayaran astronomi di atas kapal MV.RUBY INDAH?

2.

Third officer/mualim

3

Pemanfaatan ilmu pelayaran astronomi diatas kapal dapat dilakukan saat bernavigasi. hasil dari pemanfaatan ilmu pelayaran astronomi tersebut adalah posisi yang dapat di gunakan untuk menentukan posisi kapal di saat keadaan emergency atau tidak ada lagi alat navigasi elektronik yang berfungsi. penentuan posisi tersebut menggunakan objek benda langit sebagai medianya. Dan sextant merupakan sarana yang di gunakan untuk

membaring benda langit tersebut.

Dari data di atas peneliti melanjutkan pemanfaatan ilmu palayaran astronomi dalam bernavigasi dengan melakukan observasi dan wawancara mengenai bagaimana cara menggunkana sextant agar memperoleh posisi kapal sesuai dengan pemanfaaatan ilmu pelayaran astronomi Ketika bernavigasi.

Observasi yang di peroleh oleh peneliti sebagai berikut :

(10)

1. Penggunnaan sextant

gambar bagian bagian sextant

untuk menggunakan sextant peneliti melakukan wawancara kepada mualim 3 atau third officer di atas kapal dan di peroleh hasil sebagai berikut :

NO. INFORMAN HASIL TANYA JAWAB

1. Cadet Bagaimana cara menggunakan sextant?

(11)

2.

Third officer/mualim

3

Untuk menggunkana sextant,terapkan Langkah berikut : 1. Atur alhidade dan nonius pada kedudukan 0

(nol), sisihkan kaca berwarna yang tidak perlu.

2. Cari nilai koreksi index benda yang akan diukur dengan cara memutar nonius dan dicatat.

3. Ukur sudut benda yang akan kita ukur dengan mengatur alhidade sedemikian rupa.

4. Putar sekrup halus sehingga bayangan benda menjadi satu dengan benda lain. Atau dalam pengukuran secara vertikal atur bayangan benda angkasa tepat menyinggung cakrawala / horizon. Pada matahari

singgungkan tepi atas dan tepi bawah,bulan di singgungkan dengan tepi atas

cakrawala,planet titik pusat baringan di singgungkan dengan cakrawala.

Setelah di dapatkan baringan benda angkasa dengan sextant,mualim 3 sebagai narasumber memberikan rumus perhitungan untuk mendapatkan posisi kapal sebagai hasil dari pemanfaatan ilmu pelayaran astronomi sebagai alat bernavigasi,di paparkan sebagai berikut :

Sex alt =

IE = +

Obs alt = sexstan kalkulasi

Dip = +

App alt =

Main coor = +

(12)

TRUEALT =

Tetapi untuk mendapatkan posisi kapal harus di gabungkan menggunkan rumus mencari true azimuth atau biasa di sebut Haluan sejati kapal.

Rumus Haluan sejati atau Mencari true azimuth.

GHA = DEC =

INCR = + DORR = +

GHA (SN) = TDEC =

LONG = +

LHA(SN) =

A =

B =

C = +

TAZ =

Setelah di dapatkan Haluan sejati selanjutnya di paparkan bagaimana mencari intercept kapal kita dengan rumus

TRUE ALT =

CAL ALT =

P = IF (+) TOWARDS

(-) AWAY

(13)

Setelah itu dapat dihitung latitude merpass atau biasa di sebut lintang tengah hari,berikut paparan mualim 3 :

1. Mencari merrpass atau waktu observasi lintang tengah hari dengan perhitungan : BDW+-GMT,([+]BARAT.[-]TIMUR)

2. Setelah mendapatkan time observation di lanjutkan dengan mencari sextant kalkulasi

3. Lalu di dapatkan latitude merpass dengan menggunkana rumus : DEC + CAL ALT

Pengoperasian sextant sebagai alat membaring posisi kapal dengan benda angakasa adalah cara penerapan ilmu astronomi dalam dunia pelayaran.pada saat di kapal peneliti melakukan penentuan posisi dengan membaring benda angkasa yaitu matahari setiap siang hari Ketika matahari berada tepat di sudut Sembilan puluh derajat atau biasa di sebut lintang tengah hari,dengan cara pengoperasian diatas.

Untuk penerapan pemanfaatan ilmu pelayaran astronomi di kapal MV.RUBY INDAH di paparkan observasi sebagai berikut :

RUMUS CAL ALT

SIN TH =

(SIN LONGITUDE X SIN DECLINASI) +/- (COS LONGITUDE X COS DECLINASI X COS LHA)

JIKA LONGITUDE DAN DECLINASI MEMILIKI KESAMAAN ARAH MAKA MENJADI (+),JIKA MEMILIKI PERBEDAAN ARAH MENJADI (-) ATAU JIKA KITA MENEMBAK MATAHARI DI ATAS CAKRAWALA MENJADI (+) DAN JIKA DI BAWAH CAKRAWALA MENJADI (-)

(14)

1. pada tanggal 26 januari 2020 captain memberikan perintah kepada mualim 3/third officer espana bayu pambudi untuk melakukan baringan terhadap benda angkasa. Pada saat itu kapal berada dalam perjalanan dari yeousu korea menuju tanjung priok Jakarta, peneliti memperoleh hasil observasi ini di sebabkan peneliti menjadi asisten mualim 3 tersebut Ketika sedang melaksanakan tugas jaga. Pada saat itu mualim 3 menggunakan objek matahari sebagai benda angkasa.

Gambar membaring matahari sebagai objek.

Setelah di dapatkan baringan matahari, di lanjutkan dengan melakukan perhitungan untuk mendapatkan posisi kapal MV.RUBY INDAH pada saat itu

. Gambar perhitungan posisi menggunkan sextant

(15)

gambar perhitungan posisi menggunakan sextant 2

dari perhitungan tersebut di dapatkan posisi kapal pada saat itu menggunkan objek matahari berada pada lintang 15°31,3’ utara dan bujur 115°30,0’ timur.

Gambar posisi kapal RUBY INDAH

(16)

penentuan posisi diatas kapal MV RUBY INDAH yang di lakukan oleh peneliti selama menjadi asisten mualim 3 memiliki hasil yang sudah sesuai dengan teori yang di paparkan oleh IMO (international maritime organization),kesesuaian hasil penelitian ini di buktikan dari bagaimana cara perhitungan yang di peroleh peneliti berdasarkan keterangan mualim 3 memiliki kesamaan dengan teori IMO yang di muat peneliti pada landasan teori (point x).

tetapi tetap terdapat sedikit perbedaan dalam teori, bagaimana memproyeksikan hasil posisi yang di dapat dari perhitungan peneliti ke dalam peta kertas maupun peta elektronik yang terdapat pada kapal MV.RUBY INDAH. Jika di dalam teori IMO untuk penentuan posisi kapal cukup hanya dalam satu perhitungan atau satu kali baringan sextan saja, sudah di dapatkan posisi sejati kapal dan dapat di lakukan proyeksi peta. berbeda dengan data yang di dapat peniliti di atas kapal, yang dimana penentuan posisi harus melakukan 2 kali baringan untuk mendapatkan posisi sejati kapal Ketika berlayar. Baringan yang di gunakan di atas kapal terdapat 2 baringan, yaitu terdiri dari satu baringan umum dan baringan Ketika matahari berada pada sudut Sembilan puluh derajat atau biasa di sebut lintang tengah hari,

Merah : baringan umum

Biru : baringan lintang tengah hari

proyeksi baringan yang di dapar di kapal

(17)

berdasarkan sumber teori yang di kemukakan oleh IMO untuk memproyeksikan posisi sejati kapal hanya di butuhkan satu proyeksi baringan umum saja,berikut contoh proyeksi baringan sesuai teori IMO.

Proyeksi baringan menurut teori IMO

Untuk penelitian yang kedua mengenai penyebab perwira dek mengalami ketergantungan terhadapa navigasi elektronik peneliti memaparkan wawancaranya terhadap mualim 1 terkait penyebab perwira dek sangat tergantung terhadap navigasi elektronik,berikut hasil wawancara yang teah di lakukan di atas kapal sebagai berikut :

(18)

NO. INFORMAN HASIL TANYA JAWAB

1. Cadet

Menurut chief apa yang menyebabkan perwira dek mengalami ketergantungan terhadap navigasi elektronik?

2.

Chief officer/mualim

1

Salah satu metode yang kini menjadi andalan hampir semua perwira dek di dunia termasuk di atas kapal MV.

RUBY INDAH, adalah dengan menggunakan peralatan navigasi elektronika karena sangat efektif dan efisien.

Sebutlah contoh, penentuan posisi dengan GPS yang hanya memerlukan waktu dalam hitungan detik sehingga mengontrol pelayaran menjadi hal yang mudah.

Sementara di sisi lain, observasi benda angkasa dinilai terlalu rumit. Anggapan ini bahkan sudah dimiliki oleh para perwira sejak masih di bangku pendidikan

sebagaimana dialami oleh para perwira di kapal MV.

RUBY INDAH. Hal ini mengakibatkan adanya rasa ketidak-mauan untuk melakukan observasi benda angkasa sebagai implementasi dari Ilmu Pelayaran Astronomi. Keadaan tersebut dapat dilihat dari jurnal observasi yang jarang sekali terisi catatan observasi.

Keengganan para perwira ini juga didukung kurangnya kontrol dari Nakhoda yang tidak mewajibkan

perwiranya untuk melakukan observasi benda angkasa.

Dari hasil wawancara tersebut dapat di simpulkan bahwa factor yang menyebabkan perwira dek mengalami ketergantungan terhadap alat navigasi elektronik yaitu alat navigasi elektronik dinilai lebih efisien yang dapat

(19)

memproses data hanya dalam hitungan detik,sedangkan ilmu astronomi di nilai memakan waktu. Oleh sebab itu perwira memiliki keengganan dalam melakukan obsevasi benda langit,kengganan tersebut juga di sebabkan oleh kurangnya perhatian atau pantauan nahkoda yang tidak mewajibkan perwiranya untuk melakukan observasi benda angkasa.

D. Pembahasan

Untuk membahas permasalahan yang di kaji dalam Analisa data KIT ini, peneliti membahas hanya beberapa point penting saja yaitu mengenai pemanfaatan ilmu pelayaran astronomi dan ketergantungan terhadap alat navigasi elektronika.

Di kapal tempat peneliti melakukan penelitian penerapan penggunan ilmu pelayaran astronomi sebagai alat benavigasi di lakukan menggunakan sextant sebagai sarana dan benda angkasa sebagai objeknya,penggunaan sextant yang dapat di lakukan oleh peneliti di peroleh dari para mualim kapal sebagai narasumber terutama mualim 3 yang sangat berperan bagi penelittian ini. Di kapal sendiri perusahaan dan captain kapal sangat mewajibkan para mualimnya memiliki kompetensi dalam segala bidang ilmu pelayaran,termasuk ilmu pelayaran astronomi. Setiap kapal peneliti MV.RUBY INDAH memasuki Pelabuhan tanjung priok yang mana Pelabuhan tersebut menjadi Pelabuhan utaman bagi kapal tersebut,crewing PT.INDOMARITIM MANAGEMENT selalu melakukan inspeksi terhadapa penentuan posisi astronomi dengan mengecek log sight book yang telah di isi oleh mualim kapal. peranan captain yang sangat di displin terhadap wawasan para mualimnya mengenai pengetahuan tentang ilmu astronomi juga

(20)

menjadi salah satu penunjang tetap di gunakannya ilmu palayaran astronomi di atas kapal MV. RUBY INDAH. Captain mewajibkan kepada para mualimnya untuk melakukan baringan benda angkasa minimal satu bulan sekali agar para mualim tetap memiliki kemampuan dalam penilikan benda angkasa.

Oleh karena peraturan seperti inilah yang menyebabkan cadet/ peneliti memiliki kemampuan untuk dapat menuntaskan penelitian mengenai pemanfaatan ilmu pelayaran astronomi sebagai alternatif bernavigasi,

berkaitan dengan ketergantungan mualim terhadap navigasi elektronik sudah sangat jelas karena alat navigasi elektronik memiliki tingkat efisien yang jauh lebih baik dari pada navigasi astronomi,tetapi tetap mualim harus mengetahui ilmu pelayaran manual salah satunya astronomi, karena ilmu navigasi elektronik membutuhkan tenaga listrik dalam pengoperasiannnya,sehingga jika sumber itu secara tiba tiba berhenti mualim harus tetap melayarkan kapalnya sampai Pelabuhan tujuan. Satu satunya cara yang dapat di lakukan adalah dengan cara memanfaatkan ilmu pelayaran datar atau ilmu pelayaran astronomi untuk mengetahui Haluan atau kemana kapal harus di layarkan serta posisi kapal pada saat itu. Terdapat satu contoh sejarah yang sangat terkenal mengenai pelayaran astronomi yaitu Ketika peristiwa pemberontakan awak kapal HMS. Bounty di hawai yang menggunakan ilmu pelayaran astronomi untuk berlayar dan berhasil tiba di kupang, pelayaran ini tercatat sebagai pelayaran terjauh yang menggunakan ilmu pelayaran astronomi sebagai alat bernavigasi.

(21)

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis hasil penelitian yang telah di lakukan sejauh ini dapat di Tarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pemanfaatan Ilmu Pelayaran Astronomi sebagai sarana penetuan lintang dan bujur atau posisi kapal di atas kapal MV.RUBY INDAH di dapatkan dengan mengobservasi benda langit yang di baring menggunakan sextant dan benda langit sebagai objeknya dan menghasilkan posisi sejati kapal.

Observasi benda langit dapat di lakukan pada kondisi tertentu. yaitu jika kondisi langit pada saat itu baik,dengan kata lain benda langit yang akan di observasi terlihat secara sempurna, serta keadaan laut juga harus dalam keadaan tenang agar cakrawala yang di gunakan sebagai acuan observasi terlihat dengan jelas. Dan untuk pelaksanaan observasi di atas kapal MV.RUBY INDAH wajib dilakukan oleh mualim,minimal dalam satu bulan melakukan satu kali baringan.

2. Penyebab Perwira dek mengalami ketergantungan pada peralatan navigasi elektronik dan enggan melakukan observasi benda angkasa karena navigasi elektronik lebih mudah dan cepat untuk di gunakan. Sementara di sisi lain, penilikan benda angkasa dirasakan rumit dan perlu waktu yang lebih lama.dengan kata lain efisiensi navigasi elektronik lebih memumpuni di banding observasi benda angkasa

(22)

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis mambuat beberapa saran yang telah tertulis sebagai berikut :

1. Perusahaan mengadakan internal audit berkala khusus perihal peralatan dan kegiatan navigasi termasuk memeriksa penggunaan observasi benda angkasa untuk kepentingan navigasi di kapal.

2. Nakhoda dan perwira senior menjadi teladan bagi perwira lain dalam melakukan observasi benda angkasa, baik untuk penentuan posisi maupun perhitungan deviasi pedoman. Nakhoda mewajibkan perwira untuk mengisi jurnal dan memeriksanya.

3. Perusahaan dapat bekerja sama dengan lembaga pendidikan kepelautan untuk mengadakan pelatihan atau seminar khusus untuk memberikan kesadaran terhadap pentingnya Ilmu Pelayaran Astronomi, baik kepada perwira yang sudah berdinas maupun calon perwira yang akan naik kapal.

Gambar

Gambar lokasi peneltian
gambar bagian bagian sextant
Gambar membaring matahari sebagai objek.
gambar perhitungan posisi menggunakan sextant 2

Referensi

Dokumen terkait

Setelah menganalisis data hasil penelitian, langkah selanjutnya adalah mendiskripsikan hasil penelitian tersebut dalam bentuk tabel yang menggambarkan

Setelah melakukan penelitian, peneliti mendapatkan data nilai kemampuan komunikasi matematis dan nilai hasil belajar matematika yang diperoleh dengan cara tes. Data

Peneliti melakukan penelitian tentang Pemberdayaan Remaja dalam meningkatkan nilai karakter melalui Hypnocounseling (Studi Kasus di Karang Taruna Kecamatan

Pada bagian ini penulis akan menguraikan deskripsi penelitian yang dilakukan berkaitan dengan upaya peningkatan pemanfaatan perpustakaan sekolah di SMA Negeri 1

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan para narasumber dalam penelitian ini, dapat diketahui bahwa pengalaman kerja yang dimiliki oleh perangkat Desa Sumber Agung

Setelah hasil analisis data penelitian, selanjutnya adalah mendeskripsikan hasil penelitian tersebut dalam bentuk tabel yang menggambarkan perbedaan hasil belajar

Pada penelitian ini, penulis memaparkan data yang berhubungan dengan penerapan kombinasi metode inkuiri dan pengajaran timbal balik, terhadap pemahaman konsep dan

Hasil observasi Dari penelitian yang dilakukan Taruna selama praktek di kapal, ABK tidak melaksanakan perawatan korosi sesuai dengan maintenance system, karena tidak begitu memahami