• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRIBUSI FINANCIAL LEVERAGE DAN PROPORSI SAHAM TERHADAP ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONTRIBUSI FINANCIAL LEVERAGE DAN PROPORSI SAHAM TERHADAP ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA."

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

KONTRIBUSI FINANCIAL LEVERAGE DAN

PROPORSI SAHAM TERHADAP ECONOMIC VALUE

ADDED (EVA) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan dalam rangka penyelesaian Studi Strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi

Oleh : Yuna Nila Hapsari

3351403099 Akuntansi S1

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

ii

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada:

Hari :

Tanggal :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Drs. Heriyanto, MBA Dra. Margunani, MP NIP. 131658238 NIP. 131570076

Mengetahui,

Ketua Jurusan Akuntansi

(3)

iii

Skripsi ini telah dipertahankan di depan sidang panitia ujian skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada:

Hari : Kamis Tanggal : 19 Maret 2009

Dosen Penguji

Maylia Pramonosari, SE.MSi NIP. 132507250

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Drs. Heriyanto, MBA Dra. Margunani, MP

NIP. 131658238 NIP. 131570076

Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi

(4)

iv

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar – benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Maret 2009

(5)

v

MOTTO :

1. Berusaha sekuat tenaga, berdoa dengan sepenuh hati dan serahkanlah semua pada Allah

SWT.

2. Sediakanlah telinga anda untuk mendengarkan semua orang, tetapi berikanlah suara

anda kepada sedikit orang saja.

3. Hiduplah untuk sekarang, rencanakan untuk masa depan, dan lupakan masa lalu.

PERSEMBAHAN :

Kupersembahkan skripsi sederhana ini untuk :

1. Kedua orang tuaku dan kakak tercinta atas

perhatian, kasih sayang, serta doanya.

2. Nugroho yang selalu memberi semangat.

3. Rekan – rekan jurusan Akuntansi ’03.

(6)

vi

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan kekuatan dan kesempatan kepada penulis untuk dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi yang berjudul ”KONTRIBUSI

FINANCIAL LEVERAGE DAN PROPORSI SAHAM TERHADAP ECONOMIC

VALUE ADDED (EVA) PADA PERUSAHAN MANUFAKTUR YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”.

Skripsi ini disusun untuk menyelesaikan jenjang pendidikan Strata 1 (satu) guna meraih gelar Sarjana. Dalam penulisan skripsi ini, penulis memperoleh dorongan, bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materiil, untuk itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Drs. Agus Wahyudin, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

3. Drs. Heriyanto, MBA, dosen pembimbing I yang telah banyak membantu memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

4. Dra. Margunani, MP, dosen pembimbing II yang telah membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi.

(7)

vii

7. Bapak, ibu, dan kakak tercinta yang senantiasa memanjatkan doa dan memberikan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

8. Rekan-rekan Jurusan Akuntansi’03 Universitas Negeri Semarang yang telah membantu dalam pelaksanaan skripsi.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis mohon maaf apabila dalam penulisannya terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Namun penulis berharap agar skripsi ini dapat berguna bagi penulis sendiri, pihak-pihak yang terkait serta para pembaca pada umumnya dan bagi mahasiswa ekonomi pada khususnya. Untuk semuanya itu penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Semarang, Maret 2009

(8)

viii

Yuna Nila Hapsari. 2009. Kontribusi Financial Leverage dan Proporsi Saham

terhadap Economic Value Added (EVA) pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi, Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Drs. Heriyanto, MBA, Pembimbing II: Dra. Margunani, MP. 71 halaman.

Kata Kunci : Economic Value Added (EVA), Finncial Leverage, Proporsi Saham

Salah satu metode atau cara untuk mengetahui nilai suatu perusahaan dapat menggunakan metode pendekatan fundamental. Pendekatan ini memfokuskan pada analisis untuk mengetahui kondisi fundamental perusahaan yang sangat dipengaruh oleh kondisi perekonomian pada umumnya. Metode pendekatan fundamental yang digunakan untuk mengetahui nilai atau kinerja suatu perusahaan salah satunya adalah Economic Value Added (EVA). Permasalahan dalam penelitian adalah apakah Financial Leverage dan Proporsi Saham berpengaruh terhadap Economic Value Added (EVA) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI?, apakah Financial Leverage berpengaruh terhadap Economic Value Added (EVA) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI?, apakah Proporsi Saham berpengaruh terhadap Economic Value

Added (EVA) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI?

Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2004-2006 sedangkan jumlah sampel sebanyak 35 perusahaan. Alat analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda, pengujian hipotesis, koefisien determinasi dan analisis asumsi klasik.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dibuat kesimpulan terdapat pengaruh

Financial Leverage (X1), dan Proporsi Saham (X2) terhadap Economic Value Added (EVA), hal ini dapat diketahui nilai sig < 0,05; tidak terdapat pengaruh Financial Leverage (X1) terhadap Economic Value Added (EVA), hal ini dapat

diketahui nilai sig > 0,05; terdapat pengaruh Proporsi Saham (X2) terhadap

Economic Value Added (EVA), hal ini dapat diketahui nilai sig < 0,05 dan nilai

koefisien determinasi (Adjusted R Square) adalah sebesar 0,077, hal ini berarti variasi perubahan Economic Value Added (EVA) (Y) dipengaruhi oleh Financial

Leverage (X1), proporsi saham (X2) sebesar 7,7% sedangkan sisanya 92,3%

dipengaruhi oleh faktor lain.

(9)

ix

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

2.1Perusahaan Manufaktur ... 10

2.1.1 Definisi Perusahaan Manufaktur ... 10

2.1.2 Kinerja Perusahaan ... 12

2.1.3 Penilaian Kinerja Perusahaan ... 13

2.2Economic Value Added (EVA) ... 14

(10)

x

(EVA) ... 24

2.7 Pengaruh Leverage dan Proporsi Saham terhadap Economic ValuAdded (EVA) ... 26

3.3Definisi Operasional Variabel ... 35

3.3.1 Dependent Variabel/ Varibel Terikat (Y) ... 35

3.3.2 Independent Variabel/ Variabel Bebas (X) ... 38

3.4Metode Pengumpulan Data ... 39

4.3Analisis Regresi Linier Berganda ... 60

4.4Pengujian Hipotesis ... 61

4.4.1 Uji F ... 61

4.4.2 Uji t ... 62

4.5 Koefisien Determinasi ... 63

4.6 Pembahasan ... 63

(11)
(12)

xii

Halaman

Tabel 3.1 Sampel Penelitian ... 35

Tabel 4.1 Klasifikasi Sampel Berdasarkan Sektor Industri... 47

Tabel 4.2 Hasil Statistik Deskriptif Rata-rata EVA Tahun 2004-2006 ... 48

Tabel 4.3 Hasil Statistik Deskriptif Rata-rata Financial LeverageTahun 2004-2006 ... 50

Tabel 4.4 Hasil Statistik Deskriptif Rata-rata Proporsi Saham Tahun 2004-2006 ... 52

Tabel 4.5 Hasil Output SPSS: Uji Multikolinearitas ... 53

Tabel 4.6 Hasil Output SPSS: Uji Autokorelasi ... 54

Tabel 4.7 Hasil Output SPSS: Uji Glejser ... 56

Tabel 4.8 Hasil Output SPSS: Uji Kolmogorov-Smirnov ... 59

Tabel 4.9 Hasil Analisis Regresi ... 60

Tabel 4.10 Hasil Uji F ... 61

(13)

xiii

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 30

Gambar 4.1 Grafik Rata-rata EVA Tahun 2004-2006 ... 49

Gambar 4.2 Grafik Rata-rata Financial Leverage Tahun 2004-2006 ... 50

Gambar 4.3 Grafik Rata-rata Proporsi Saham Tahun 2004-2006 ... 52

Gambar 4.4 Grafik Scatterplot ... 55

Gambar 4.5 Grafik Histogram ... 57

(14)

xiv

Halaman

Lampiran 1 Nama Perusahaan Manufaktur Yang dijadikan Sampel... 72

Lampiran 2 Data Leverage Perusahaan Manufaktur Tahun 2004-2006 ... 73

Lampiran 3 Data Proporsi Saham Perusahaan Manufaktur Tahun 2004-2006 ... 74

Lampiran 4 Data Economic Value Added (EVA) Perusahaan Manufaktur Tahun 2004-2006 ... 75

Lampiran 5 Output SPSS ... 76

Lampiran 6 Tabel Durbin Watson ... 81

Lampiran 7 Tabel F ... 82

Lampiran 8 Tabel Distribusi t ... 83

(15)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Perusahaan adalah sebuah organisasi yang bertujuan untuk dapat menghasilkan kemakmuran bagi shareholder dan juga stakeholder dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki secara benar. Setiap melakukan investasi dan untuk mendapatkan hasil pengembalian (return), seorang investor selalu dihadapkan pada resiko dari investasi tersebut. Untuk meminimalisasi resiko dan guna memperoleh return yang optimal, seorang investor terlebih dahulu harus melakukan penilaian terhadap kinerja perusahaan. Penilaian kinerja perusahaan dapat dilakukan dengan mengukur secara periodik aktivitas perusahaan yang bersangkutan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.

(16)

Metode atau cara untuk mengetahui nilai suatu perusahaan, dapat menggunakan metode pendekatan fundamental, yang memfokuskan diri pada analisa untuk mengetahui kondisi mendasar atau fundamental perusahaan yang sangat terpengaruh oleh kondisi perekonomian pada umumnya. Pendekatan fundamental dilakukan dengan menggunakan data yang bersifat mendasar, yang bersumber dari keuangan perusahaan; berupa laba, deviden yang dibayarkan, penjualan dan sebagainya. Hal ini dikarenakan penilaian kinerja perusahaan tidak bisa lepas dari kinerja keuangan yang dilaporkan perusahaan tersebut.

Metode pendekatan fundamental yang digunakan untuk mengetahui nilai atau kinerja suatu perusahaan salah satunya adalah Economic Value

Added (EVA), yang secara konsep dapat memberi gambaran tentang

terciptanya nilai (Created Value) dari suatu parusahaan. Berbeda dengan pengukuran kinerja akuntansi tradisional, Economic Value Added (EVA) mencoba untuk mengukur nilai tambah (Value Creation) yang dihasilkan suatu perusahaan dengan cara mengurangkan beban biaya modal (Cost of

Capital) yang timbul sebagai akibat investasi yang dilakukan (Utama,

1997:10).

Berawal dari konsep biaya modal tersebut, Economic Value Added (EVA) dianggap lebih mencerminkan nilai bisnis secara riil dengan mengukur nilai tambah (Value Added) yang dihasilkan perusahaan kepada investor.

Economic Value Added (EVA) merupakan salah satu varian value based

(17)

elemen-elemen perencanaan strategis, alokasi modal, anggaran operasi, pengukuran kinerja, kompensasi manajemen, komunikasi internal dan komunikasi eksternal dengan pasar modal. Implementasi yang tepat akan memungkinkan perusahaan menjalankan program VBM secara komprehensif.

Economic Value Added (EVA) dapat menutupi kelemahan dari

penggunaan rasio keuangan yang mengabaikan adanya biaya modal sehingga sulit untuk mengetahui apakah perusahaan berhasil menciptakan nilai atau tidak. Economic Value Added (EVA) menghitung economic profit dan bukan

accounting profit. Perbedaan utama pengukuran laba akuntansi dengan laba

(18)

Sebelum konsep Economic Value Added (EVA) muncul, tolak ukur lain yang banyak digunakan oleh para analis untuk mengukur kinerja perusahaan adalah arus kas operasi, earnings, residual incomes, dan sebagainya. Stewart & Co berpendapat bahwa earning dan EPS adalah pengukuran kinerja yang keliru untuk perusahaan, dan Economic Value Added (EVA) adalah pengukuran kinerja yang terbaik (Pradhono, 2004:141).

Economic Value Added (EVA) diharapkan mampu menjadi kuantitatif

yardstick, yaitu sebagai alat ukur yang efektif untuk pencapaian tujuan kinerja

perusahan yang diukur. Dengan menggunakan alat ukur kinerja maka akan membantu (1) mengarahkan dan memotivasi pihak manajemen terhadap kesamaan tindakan dan tujuan; (2) sebagai bagian dari mekanisme kontrol terhadap prestasi yang ditargetkan tercapai; (3) mengidentifikasikan seberapa efektif strategi atau kebijakan dalam perusahaan; (4) bertindak sebagai dasar pemberian remuneration insentif dan pertimbangan jabatan (Coates, et al, 1993 dalam Ghozali, 2002:20).

Keunggulan dan kemampuan Economic Value Added (EVA) sebagai pengukur kinerja (Performance Measurement), tidak terlepas dari faktor-faktor yang menentukan ataupun faktor-faktor-faktor-faktor yang mempengaruhi penilaian

Economic Value Added (EVA) terhadap kinerja suatu perusahaan. Perhitungan

Economic Value Added (EVA) sendiri berawal dari konsep biaya modal.

(19)

kompensasi tergantung pada tingkat risiko perusahaan yang bersangkutan. Dalam mengukur risiko, perhatian kreditor jangka panjang terutama memfokuskan pada prospek laba dan perkiraan arus kas. Disamping itu, mereka tetap memperhatikan keseimbangan antara proporsi aktiva yang dinilai oleh kreditor dan didanai oleh pemilik perusahaan. Keseimbangan proporsi tersebut dapat diukur dengan rasio antara beban hutang dengan total asset yang disebut leverage.

Kegunaan Economic Value Added (EVA) sebagai alat ukur kinerja perusahaan mendorong manajer berpikir dan bertindak seperti halnya pemegang saham, yaitu memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimumkan. Karena Economic Value Added (EVA) secara eksplisit memasukkan biaya modal atas ekuitas maka manajer perusahaan harus lebih berhati-hati dalam menentukan kebijaksanaan struktur modal. Adanya anggapan selama ini bahwa dana ekuitas yang diperoleh dari pasar modal adalah dana murah yang tidak perlu dikompensasikan dengan bentuk pengembalian yang tinggi menjadi tidak tepat (Utama, 1997:12). Dengan demikian jumlah proporsi saham dapat dikaitkan dengan penilaian

Economic Value Added (EVA). Dalam teori keagenan disebutkan adanya

(20)

sendiri yang sering tidak sejalan dengan kepentingan principal. Tindakan manajer ini dapat berakibat pada tingginya kas perusahaan yang dapat mengurangi wealth bagi pemegang saham yang principal. Untuk membatasi tindakan manajer perusahaan tersebut, shareholder memerlukan upaya pengawasan atau monitoring. Tindakan pengawasan tersebut dimaksudkan untuk menempatkan perusahaan pada kondisi yang diawasi oleh pihak lain selain shareholder yaitu bondholder atau lender. Diharapkan dengan adanya kepemilikan saham institusional dapat membuat manajer bertindak lebih hati-hati dan berusaha memaksimumkan nilai tambah perusahaan. Untuk meminimumkan biaya keagenan, shareholder memerlukan mekanisme yang tepat yaitu melalui kebijakan struktur modal. Sehingga dapat dikatakan bahwa proporsi saham institusional dapat mempengaruhi penilaian Economic Value

Added (EVA).

(21)

tersebut Rousana juga menguji korelasi antara EVA dengan leverage yang hasilnya menunjukan adanya hubungan yang signifikan untuk periode pengamatan yang sama.

Dewanto dalam Sartono dan Setiawan (1999), dengan hasil penelitian EVA tidak berkorelasi secara signifikan terhadap MVA namun berkorelasi secara signifikan terhadap proporsi hutang dan proporsi saham. Perubahan pada proporsi struktur modal sendiri ini mempengaruhi nilai EVA.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dalam penelitian ini penulis bermaksud melakukan penelitian kembali terhadap variabel leverage dan proporsi saham. Dalam penelitian ini, penulis ingin menganalisis apakah variabel leverage dan proporsi saham masih berpengaruh secara signifikan terhadap Economic Value Added (EVA) dalam periode perhitungan 2004-2006 dengan judul: “KONTRIBUSI FINANCIAL LEVERAGE DAN PROPORSI SAHAM TERHADAP ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.”

1.2Rumusan Masalah

Adapun perumusan masalah adalah sebagai berikut :

(22)

2. Apakah Financial Leverage berpengaruh secara parsial terhadap Economic

Value Added (EVA) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI?

3. Apakah Proporsi Saham berpengaruh secara parsial terhadap Economic

Value Added (EVA) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitiannya untuk mengetahui pengaruh :

1. Financial Leverage dan Proporsi Saham secara simultan terhadap Economic Value Added (EVA) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar

di BEI.

2. Financial Leverage secara parsial terhadap Economic Value Added (EVA)

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

3. Proporsi Saham secara parsial terhadap Economic Value Added (EVA) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan praktis dan kegunaan teoritis :

1. Manfaat Praktis

a. Bagi manajemen perusahaan

(23)

Economic Value Added (EVA) terhadap kinerja atas usaha yang telah

mereka lakukan. b. Bagi investor

Penelitian ini berguna sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan investasi pada suatu perusahaan dengan melihat beberapa faktor yang mempengaruhi penilaian Economic Value Added (EVA) pada perusahaan-perusahaan publik di Indonesia.

c. Bagi peneliti

Penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan dan referensi tentang faktor-faktor yang memepengaruhi pengukuran Economic

Value Added (EVA) pada perusahaan publik di Indonesia dan

memotivasi peneliti untuk dapat melanjutkan dan menyempurnakan penelitian ini dengan lebih baik lagi di masa mendatang.

d. Bagi akademis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan bahan pembanding bagi penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Teoritis

a. Untuk menambah wawasan dalam ilmu pengetahuan dalam rangka mengembangkan materi khususnya yang berkaitan dengan kajian akuntansi.

(24)

10

LANDASAN TEORI

2.1. Perusahaan Manufaktur

2.1.1. Definisi Perusahaan Manufaktur

Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang bertujuan mencari laba dengan mempergunakan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan barang atau jasa untuk keperluan masyarakat. Dapat dikatakan bukan perusahaan kalau organisasi ini tidak mempunyai tujuan mancari laba. Laba tidak mungkin dapat direalisir tanpa kegiatan-kegiatan produktif pada satu tempat dimana faktor-faktor produksi secara bersama-sama difungsikan. Kegiatan produktif faktor-faktor produksi yang diorganisir untuk keperluan itu adalah mustahil. Perusahaan adalah merupakan unit satu kesatuan. Perusahaan dibentuk untuk memperoleh laba bukan untuk tujuan lain. Laba dapat diperoleh dengan jalan memproduksi barang atau jasa untuk keperluan masyarakat. Menurut Shubin, perusahaan adalah suatu bentuk organisasi pemilikan yang menggabungkan faktor-faktor produksi didalam suatu tempat dengan maksud memproduksi barang atau jasa dan menjualnya dengan laba (Shubin dalam Wasis, 1997:4-5).

(25)

menggunakan istilah fabrikasi atau pabrikasi. Sektor manufaktur sangat erat terkait dengan rekayasa atau teknik.

Perusahaan manufaktur merupakan suatu jenis perusahaan yang dalam kegiatan usahanya mengolah bahan baku menjadi barang jadi. Dalam kegiatan tersebut, selain menggunakan bahan baku sebagai bahan dasar olahannya, perusahaan manufaktur juga melibatkan tenaga kerja yang mengerjakan langsung proses pengolahan bahan baku tersebut. Dengan demikian, dibanding dengan jenis perusahaan jasa dan perusahaan dagang, umumnya perusahaan manufaktur menyerap tenaga kerja yang relatif lebih banyak.

(26)

2.1.2 Kinerja Perusahaan

Kinerja diartikan sebagai hasil dari usaha seseorang yang dicapai dengan adanya kemampuan dan perbuatan dalam situasi tertentu. Kinerja menjadi ukuran prestasi yang dicapai dalam menjalankan tugas disesuaikan dengan tingkat kemampuan yang dapat dilakukan. Dengan demikian pengertian kinerja adalah keterkaitan antara usaha, kemampuan, dan persepsi tudas (Byars, 1983 dalam Ghozali, 2002:23).

Kinerja perusahaan merupakan suatu tampilan perusahaan dalam periode tetentu. Penilaian kinerja perusahaan adalah penentuan secara periodik, efektivitas, operasional suatu organisasi, bagan organisasi, karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Mulyadi, 2001:415).

Pengukuran kinerja pada dasarnya merupakan pengendalian bagi setiap perusahaan. Pengukuran kinerja dilakukan untuk melakukan perbaikan dan pengendalian atas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain, sebab mengetahui seberapa baik kinerja perusahaan sekarang dapat memberikan potensi akan pengerjaan yang lebih baik. Selain itu, melalui pengukuran kinerja perusahaan dapat memilih strategi yang akan dilaksanakan dalam mencapai tujuan tersebut. Tujuan pengukuran kinerja perusahaan adalah :

(27)

2. Menetapkan kontribusi masing-masing divisi atau perusahaan secara keseluruhan.

3. Memotivasi para manajer divisi supaya konsisten mengoperasikan divisinya sehingga sesuai dengan tujuan pokok yang telah ditetapkan.

Pada dasarnya tidak ada perusahaan yang sepenuhnya mengandalkan pada satu pengukuran kinerja, karena pengukuran yang berbeda dilakukan untuk tujuan yang berbeda pula. Pengukuran kinerja yang tepat dapat memperlihatkan nilai shareholder yang telah diciptakan atau dihancurkan. Salah satu alat analisa yang dapat digunakan untuk melihat kinerja perusahaan adalah Economic Value Added (EVA), karena dalam melakukan pengukurannya Economic Value Added (EVA) memperhitungkan secara tepat semua faktor yang berhubungan dengan penciptaan nilai.

2.1.3 Penilaian Kinerja Perusahaan

Menurut Mulyadi (2001:416) penilaian kinerja memiliki beberapa manfaat yaitu :

1. Penilaian kinerja perusahaan dimanfaatkan oleh pihak manajemen mengelola operasi perusahaan secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimal.

(28)

3. Manajemen perusahaan dapat memanfaatkan penilaian kinerja untuk mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan serta menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan. 4. Penilaian kinerja digunakan untuk umpan balik bagi karyawan mengenai

bagaimana atasan manilai kinerja mereka.

5. Penilaian kinerja dapat menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.

2.2 Economic Value Added (EVA)

2.2.1 Definisi Economic Value Added (EVA)

Metode Economic Value Added (EVA) pertama kali dikembangkan oleh Stewart&Stern seorang analis keuangan dari perusahaan Stern Stewart&Co pada tahun 1993. Economic Value Added (EVA) adalah suatu sistem manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan, yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi (Operating Cost) dan biaya modal (Cost of Capital) (Tunggal, 2001:1).

Economic Value Added (EVA) merupakan tujuan perusahaan untuk

meningkatkan nilai (value added) dari modal yang telah ditanamkan pemegang saham dalam operasi perusahaan, oleh karena itu Economic Value

Added (EVA) merupakan selisih laba operasi setelah pajak (Net Operating

(29)

Economic Value Added (EVA) adalah nilai tambah ekonomis yang

diciptakan perusahaan dari kegiatan atau strateginya selama periode tertentu. Prinsip Economic Value Added (EVA) memberikan sistem pengukuran yang baik untuk menilai suatu kinerja dan prestasi keuangan manajemen perusahaan karena Economic Value Added (EVA) berhubungan langsung dengan nilai pasar sebuah perusahaan.

Mengutip dari Utomo (1999:37), manajemen dapat melakukan banyak hal untuk menciptakan nilai tambah, tetapi pada prinsipnya Economic Value

Added (EVA) akan meningkat jika manajemen melakukan satu dari tiga hal

berikut ini (Stewart, 1993:118-119):

1. Meningkatkan laba operasi tanpa adanya tambahan modal.

Berarti manajemen dapat menggunakan aktiva perusahaan secara efisien untuk mendapatkan keuntungan yang optimal.

2. Menginvestasikan modal baru ke dalam project untuk mendapatkan laba (return) lebih besar dari biaya modal yang ada.

Dengan berinvestasi ke project-project yang menerima return lebih besar daripada biaya modal (Cost of Capital) yang digunakan berarti manajemen hanya mengambil project yang bermutu dan meningkatkan nilai perusahaan.

(30)

menambah nilai dan mengeliminasi aktivitas atau proses yang tidak menambah nilai.

Menurut Purwati (1999:50), Economic Value Added (EVA) sebagai suatu konsep keuangan komprehensif bisa dipakai sebagai kriteria:

1. Apakah suatu tahun anggaran tertentu karyawan dan manajer berhak mendapat bonus atau tidak.

2. Sangat cocok untuk menilai kerja operasional ekonomis suatu perusahaan dan sekaligus menjawab keinginan para eksekutif dalam menyajikan suatu ukuran yang secara adil mempertimbangkan harapan-harapan kreditur dan pemegang saham.

3. Sangat membantu dalam pertimbangan keputusan manajemen strategis.

2.2.2 Manfaat Economic Value Added (EVA)

Economic Value Added (EVA) sangat bermanfaat dalam manilai

kinerja perusahaan. Economic Value Added (EVA) memfokuskan penilaian kinerja perusahaan pada penciptaan nilai perusahaan. Perhatian manajemen sesuai dengan kepentingan pemegang saham, yaitu memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal, sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimumkan.

Menurut Tunggal (2001, dalam Iramani, 2005:3) beberapa manfaat

Economic Value Added (EVA) dalam mengukur kinerja perusahaan antara

(31)

1. Merupakan ukuran kinerja perusahaan yang dapat berdiri sendiri tanpa memerlukan ukuran lain baik berupa perbandingan dengan menggunakan perusahaan sejenis atau menganalisis kecenderungan (trend).

2. Hasil perhitungan Economic Value Added (EVA) mendorong pengalokasian dana perusahaan untuk investasi dengan biaya modal rendah.

Sedangkan menurut Utama (1997:10), manfaat Economic Value Added (EVA) adalah:

1. Dapat digunakan sebagai penilaian kinerja keuangan perusahaan karena penilaian kinerja tersebut difokuskan pada penciptaan nilai (Value

Creation)

2. Akan menyebabkan perusahaan lebih memperhatikan kebijakan struktur modal.

3. Membuat manajemen berpikir dan bertindak seperti halnya pemegang saham yaitu memilih investasi yang memaksimimalkan tingkat pengembalian dan meminimalkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimalkan.

4. Dapat digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan atau proyek yang memberikan pengembalian lebih tinggi daripada biaya-biaya modalnya.

Menurut Iramani (2005:4), nilai Economic Value Added (EVA) bisa positif, negatif, dan nol, jika:

(32)

2. EVA = 0, berarti secara ekonomis ‘impas’ karena semua laba digunakan untuk membayar kewajiban.

3. EVA < 0, berarti tidak memberikan nilai tambah dalam perusahaan tersebut, karena laba yang tersedia tidak bisa memenuhi harapan penyandang dana.

Sedangkan untuk menaikkan Economic Value Added (EVA) terdapat tiga strategi (Utomo, 1999:38) yaitu:

1. Menciptakan nilai dengan mencapai pertumbuhan keuntungan (Profitabel

Growth) hal ini bisa dicapai dengan menambah modal yang diinvestasikan

pada proyek dengan tingkat pengembalian yang tinggi.

2. Penciptaan nilai dengan meningkatkan efisiensi operasi (Operating

Efficiency), dalam hal ini meningkatkan keuntungan tanpa menggunakan

tambahan modal.

3. Penciptaan nilai dengan rasionalisasi dan keluar dari bisnis yang tidak menjanjikan (Rationalize and Exit Unrewording Business), ini berarti menarik modal yang menghasilkan return yang rendah serta menghapus unit bisnis yang tidak menjanajikan hasil.

2.2.3 Biaya Modal (Cost of Capital)

Menurut Keown (1999, dalam Iramani, 2005:5) biaya modal (Cost of

Capital) mempunyai dua makna, tergantung dari sisi investor atau perusahaan.

(33)

perusahaan, biaya modal adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh sumber dana yang dibutuhkan.

Untuk praktisi keuangan, istilah biaya modal ini digunakan sebagai (Utomo, 1999:37):

1. Tarif diskonto (Discount Rate) untuk membawa arus kas masa mendatang suatu proyek ke nilai sekarang (Present Value).

2. Tarif minimum yang diinginkan untuk menerima proyek baru. 3. Biaya modal dalam perhitungan Economic Value Added (EVA).

4. Bandingan (Benchmark) untuk menaksir tarif biaya pada modal yang digunakan.

Menurut Utomo (1999:37) biaya modal (Cost of Capital) sangat dipengaruhi oleh hubungan antara resiko (risk) dan tingkat pengembalian (return), dimana semakin besar resiko yang ditanggung oleh investor semakin tinggi pula tingkat pengembalian yang dikehendaki sebelum nilai tambah diciptakan dan semakin tinggi biaya modal yang timbul. Komponon biaya modal (Cost of Capital) terdiri dari:

1. Biaya Ekuitas (Cost of Equity)

(34)

(Financial Risk). Business Risk adalah risiko yang berhubungan dengan

tidak stabilnya laba atau profit, sedangkan Financial Risk adalah risiko kesulitan finansial dalam hal pembayaran biaya bunga dan pokok pada hutang. Menurut Weston dan Copeland (1992), salah satu metode yang dapat digunakan dalam perhitungan biaya modal laba ditahan yaitu pendekatan Capital Asset Pricing Model (CAPM), dimana biaya modal laba ditahan adalah tingkat pengembalian atas modal sendiri yang diinginkan oleh investor yang terdiri dari tingkat bunga bebas resiko dengan premi resiko pasar dikalikan dengan resiko saham perusahaan (Iramani, 2005:5).

2. Biaya Hutang (Cost of Debt)

(35)

biaya riil yang ditanggung perusahaan adalah biaya hutang setelah pajak

(Cost of Debt After Tax) (Iramani, 2005:5).

2.3 Leverage

Leverage berhubungan dengan struktur harta maupun struktur

keuangan perusahaan dan resiko yang menyertainya. Struktur harta dan struktur keuangan perusahaan bersifat kualitatif, sedangkan leverage merupakan ukuran kuantitatif, dan secara umum terbagi menjadi 2 yaitu

operating leverage dan financial leverage. Operating Leverage mengukur

perubahan yang tidak proporsional (sebanding) dari laba operasi atas perubahan penjualan. Resiko yang ada, dalam hal ini berkaitan dengan struktur harta perusahaan. Financial Leverage mengukur perubahan yang tidak proporsional dari laba bersih atas perubahan laba operasi, dan biasanya resiko yang muncul dalam financial leverage berkaitan dengan struktur keuangan perusahaan (Riyanto, 2001:375), dalam penelitian ini penulis akan menggunakan variabel financial leverage.

(36)

2.4 Proporsi Saham

Proporsi saham berkaitan erat dengan teori keagenan dimana terdapatnya suatu hubungan antara pemegang saham yang disebut prinsipal dengan manajemen yang mengolah perusahaan tersebut disebut agen. Namun dalam hubungan tersebut terdapat konflik yang bersumber dari adanya perbedaan kepentingan antara manajer dengan pemegang saham. Manajemen perusahaan mempunyai kecenderungan untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya dengan biaya pihak lain. Kerugian sepenuhnya akan ditanggung oleh pemilik saham.

Menurut Jensen dan Meckling, hal ini terjadi bila proporsi kepemilikan saham atas perusahaan kurang dari 100% sehingga manajer cenderung bertindak untuk kepentingan dirinya sendiri, dan sudah tidak berdasar pada maksimalisasi dalam pengambilan keputusan pendanaan (Listiyani, 2003:100).

Adapun proporsi saham yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proporsi saham atas kepemilikan investor institusional (Institutional

Ownership). Dengan adanya kepemilikan investor institusional seperti

(37)

2.5 Pengaruh Leverage terhadap Economic Value Added (EVA)

Dalam pengertian bisnis, leverage mangacu pada penggunaan biaya tetap untuk meningkatkan keuntungan. Menurut Bambang Riyanto (2001:375), Financial Leverage merupakan penggunaan sumber dana yang memiliki biaya tetap dengan harapan akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar daripada biaya tetapnya sehingga keuntungan pemegang saham bertambah. Ketergantungan perusahaan terhadap hutang dalam membiayai kegiatan operasinya tercermin dalam tingkat leverage. Leverage dapat didefinisikan sebagai suatu perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Adapun cara menghitung leverage adalah sebagai berikut (Van Horn, 1997:209):

LEVERAGE =

AKTIVA TOTAL

HUTANG

TOTAL

(38)

diperoleh pemilik perusahaan sehingga hal tersebut memperlihatkan adanya nilai tambah atau Economic Value Added (EVA) perusahaan.

2.6Pengaruh Proporsi Saham terhadap Economic Value Added (EVA)

Saham merupakan bentuk pendanaan jangka panjang yang tidak memiliki batas waktu pengembalian. Saham menunjukkan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan berbentuk PT (Perseroan Terbatas). Pemilik suatu saham perusahaan disebut pemegang saham dan merupakan pemilik perusahaan. Tanggung jawab perusahaan yang berbentuk PT terbatas pada modal yang disetorkan atau dimilikinya.

Tujuan utama perusahaan dalam manajemen keuangan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran para pemilik atau pemegang saham. Namun sebagaimana dalam teori keagenan (agency

cost) (Jansen dan Macling, 1976 dalam Wahidahwati, 2002:1) bahwa

(39)

menimbulkan biaya yang sering disebut sebagai biaya keagenan (Agency

Cost).

Beberapa alternatif untuk mengurangi Agency Cost adalah sebagai berikut (Wahidahwati, 2002:2):

1. Dengan meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen dan selain itu manajer merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan juga apabila ada kerugian yang timbul sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah. Kepemilikan ini akan mensejajarkan kepentingan manajemen dengan pemegang saham.

2. Dengan meningkatkan devidend payout ratio, dengan demikian tidak tersedia cukup banyak free cash flow dan manajemen terpaksa mencari pendanaan dari luar untuk membiayai investasinya.

3. Meningkatkan pendanaan dengan hutang. 4. Institutional Investor sebagai monitoring agen.

(40)

modal kerja perusahaan yang nantinya dapat mengurangi nilai tambah atau

Economic Value Added (EVA) perusahaan.

2.7Pengaruh Leverage dan Proporsi Saham terhadap Economic Value Added

(EVA)

Financial Leverage merupakan penggunaan sumber dana yang

memiliki biaya tetap dengan harapan akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar daripada biaya tetapnya sehingga keuntungan pemegang saham bertambah. Leverage dapat didefinisikan sebagai suatu perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Jika penggunaan hutang memberikan rentabilitas ekonomi yang lebih besar dari bunga hutang tersebut maka penggunaan hutang tersebut dapat dibenarkan. Penggunaan hutang pada saat rentabilitas ekonomi lebih besar dari bunga hutang mengakibatkan memperoleh rentabilitas modal sendiri yang lebih besar. Karena rentabilitas modal sendiri menunjukkan bagian keuntungan yang dinikmati oleh pemilik perusahaan, maka penggunaan hutang berarti memberikan bagian keuntungan yang lebih besar kepada pemilik perusahaan.

(41)

Kehadiran institusional investor akan mengurangi insider ownership dan menggantikan peranan hutang dalam mengurangi agency problem dan modal kerja perusahaan.

Dengan demikian, dapat dikatakan semakin besar leverage pada saat rentabilitas ekonomi lebih besar daripada beban bunga maka semakin besar pula keuntungan yang akan diperoleh pemilik perusahaan sehingga hal tersebut memperlihatkan adanya nilai tambah atau Economic Value Added (EVA) perusahaan, dan proporsi saham institusional akan berpengaruh negatif terhadap modal kerja perusahaan yang nantinya dapat mengurangi nilai tambah atau Economic Value Added (EVA) perusahaan.

2.8 Penelitian Terdahulu

Dodd dan Chen (dalam Nasser, 2003:29) pada tahun 1996 melakukan penelitian mengenai EVA. Mereka menemukan bahwa stock return dan EVA per saham berkorelasi cukup signifikan, namun mereka juga mengemukakan bahwa EVA bukanlah satu-satunya pengukur kinerja yang dapat dikaitkan dengan stock return.

Rousana (1997) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa EVA belum banyak digunakan oleh investor (asing maupun domestic) di BEJ pada periode 1990-1993 sebagai alat untuk menganalisis kinerja suatu perusuahaan. Hasil korelasi antara EVA dengan MVA pada perusahaan–perusahaan yang

listed di BEJ tidak menunjukan korelasi yang signifikan. Rousana

(42)

membuktikan bahwa belum efisiennya pasar modal di Indonesia (BEJ), para investor belum menggunakan sepenuhnya informasi yang tersedia untuk menganalisis suatu saham perusahaan, sehingga harga saham yang terjadi belum mencerminkan semua informasi yang ada. Namun dalam penelitian tersebut Rousana juga menguji korelasi antara EVA dengan leverage yang hasilnya menunjukan adanya hubungan yang signifikan untuk periode pengamatan yang sama.

Dewanto dalam Sartono dan Setiawan (1999), menguji hubungan pengaruh EVA terhadap harga saham di Bursa Efek Jakarta seperti yang pernah dilakukan Rousana (1997) dengan tahun pengamatan yang berbeda yaitu tahun 1994-1996. Dewanto (1998) kembali mendapat kesimpulan yang sama tentang EVA yaitu bahwa EVA tidak berkorelasi secara signifikan terhadap MVA namun berkorelasi secara signifikan terhadap proporsi hutang dan proporsi saham. Perubahan pada proporsi struktur modal sendiri ini mempengaruhi nilai EVA.

(43)

Etty M Nasser (2003) meneliti kembali keterkaitan antara EVA dengan MVA dan debt to equity ratio pada perusahaan manufaktur di BEJ pada tahun 1999-2001 dengan menggunakan analisis korelasi rank spearman. Hasilnya menunjukkan bahwa pada tahun 1999-2000 tidak ada korelasi yang signifikan antara EVA dan MVA, sedangkan pada tahun 2001 terdapat korelasi signifikan. Sedangkan EVA dengan debt to equity ratio tidak menunjukkan adanya hubungan.

2.9Kerangka Berpikir

Kinerja keuangan perusahaan adalah suatu tampilan tentang kondisi finansial perusahaan selama periode waktu tertentu. Seorang investor yang akan masuk ke dalam pasar modal, maka harus dapat menganalisis laporan keuangan perusahaan dengan baik sehingga memudahkan dalam pengambilan keputusan. Dari laporan keuangan tersebut diperoleh informasi tentang kinerja keuangan suatu perusahaan. Apabila kinerja keuangan perusahaan menunjukkan adanya prospek yang baik, maka sahamnya akan diminati investor dan harga meningkat.

(44)

akan menguji factor-faktor yang mempengaruhi penilaian Economic Value

Added (EVA) terhadap kinerja perusahaan terbuka di Bursa Efek Indonesia.

Adapun variabel-variabel yang digunakan sebagai faktor yang mempengaruhi penilaian Economic Value Added (EVA) dalam penelitian ini adalah Leverage dan Proporsi Saham, dimana Economic Value Added (EVA) sebagai variabel dependen sedangkan Leverage dan Proporsi Saham sebagai variabel independen.

1. Leverage

Leverage merupakan perbandingan antara total hutang dengan total aktiva.

Hal ini menggambarkan seberapa besar perusahaan menggunakan struktur modalnya. Biaya hutang yang lebih tinggi, menyebabkan rata-rata tertimbang biaya modal meningkat untuk selanjutnya berakibat pada penurunan nilai Economic Value Added (EVA). Sehingga dapat disimpulkan, semakin besar leverage perusahaan akan berpengaruh positif pada penilaian Economic Value Added (EVA) terhadap kinerja perusahaan tersebut.

2. Proporsi Saham

(45)

meminimkan konflik serta mengurangi adanya agency cost, maka besarnya kepemilikan investor institusional dapat dijadikan alternative untuk meningkatkan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen dalam menciptakan nilai tambah Economic Value Added (EVA) pada perusahaannya. Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin besarnya kepemilikan investor institusional, maka semakin besar pula perhatian manajemen terhadap penciptaan penambahan nilai Economic

Value Added (EVA) perusahaannya.

(46)

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Teoritis

Pengaruh Financial Leverage, Proporsi Saham

(47)

2.10 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 1998:67). Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

H1 : Ada pengaruh antara Financial Leverage dan Proporsi Saham terhadap Economic Value Added (EVA).

H2 : Ada pengaruh antara Financial Leverage terhadap Economic

Value Added (EVA).

H3 : Ada pangaruh antara Proporsi Saham terhadap Economic Value

(48)

34

METODE PENELITIAN

3.1Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2003:55). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2004-2006 yang mampunyai data lengkap yaitu sebanyak 155 perusahaan.

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2003:56). Sampel dipilih dengan metode

purposive sampling dan diperoleh 35 perusahaan. Dengan metode purposive

sampling ini, sampel dipilih dengan kriteria pemilihan sampel sebagai berikut:

1. Perusahaan go publik yang listing di BEI selama tahun 2004-2006.

2. Perusahaan telah menerbitkan atau mempublikasikan laporan keuangan per 31 Desember tahun 2004-2006 ke BEI.

3. Perusahaan-perusahaan tersebut termasuk dalam kategori 100 peringkatan perusahaan yang memiliki kinerja dengan pengukuran Economic Value

Added (EVA) terbaik selama 3 tahun berturut-turut pada tahun 2004-2006,

(49)

Tabel 3.1 Sampel Penelitian

Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2004-2006

155

Perusahaan yang tidak masuk peringkat 100 terbaik selama 3 tahun berturut-turut (Survey Majalah Swa Sembada tahun 2005-2007)

(93)

Perusahaan yang tidak memiliki data lengkap selama 3 tahun berturut-turut

(27)

Jumlah sampel penelitian 35

3.2Sumber Data atau Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa laporan keuangan tahunan per 31 Desember 2004-2006. Data sekunder ini diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory, pojok BEI UNDIP.

3.3Definisi Operasional Variabel

3.3.1.Dependent Variabel / Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat merupakan variabel yang besar dan kecilnya dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah

Economic Value Added (EVA) adalah suatu estimasi laba ekonomis yang

(50)

perusahaan. EVA=0 menunjukan posisi impas perusahaan dan EVA < 0 menunjukan tidak terjadi nilai tambah perusahaan (Ghozali, 2002:24).

Data yang diperlukan untuk menghitung EVA menggunakan laporan laba rugi (income statement) dan neraca (balanced sheet). Adapun tahap-tahap metode perhitungan Economic Value Added (EVA) adalah:

a. Menghitung biaya modal komponen utang.

Utang yang dipakai dalam perhitungan ini adalah total utang. Penentuan ini dikarenakan bahwa utang jangka pendekpun memiliki biaya. Adapun rumus perhitungan biaya utang adalah (Nasser, 2003:33).

Kd = Kdt ( 1-T )

F

Kdt =

B

Dimana:

Kdt = biaya modal dan utang sebelum pajak T = tingkat pajak ( pajak rata-rata tertimbang ) F = biaya bunga

B = total utang

Presentase pajak diperoleh dengan: Pajak

T =

EBIT

(51)

b. Menghitung biaya modal sendiri.

Ada banyak cara untuk menghitung biaya modal sendiri antara lain adalah dengan metode CAPM, deviden, dan Price Earning Ratio. Pada penelitian ini perhitungan biaya modal sendiri ini memakai pendekatan Price

Earning Ratio. Dalam perhitungan ini membagi laba per lembar saham

dengan harga saham pada saat akhir tahun. Atau dapat ditulis (Sanjaya, 2003):

EPS Ke =

Price Dimana:

Ke = biaya modal sendiri EPS = laba per lembar saham

Price = harga saham penutupan akhir tahun c. Menghitung biaya modal rata-rata tertimbang (WACC).

Biaya modal tertimbang rata-rata adalah tingkat biaya penggunaan biaya modal perusahaan secara keseluruhan meliputi biaya utang dan modal sendiri. Perhitungan WACC melibatkan proporsi modal masing-masing sumber dana terhadap total dana. Estimasi WACC merupakan jumlah dari seluruh biaya modal individual terhadap perkalian proporsi dana terhadap biaya modal individual. Adapun rumus yang digunakan adalah (Nasser, 2003:33):

WACC = Wd . Kd + We . Ke

D Wd =

(52)

E We =

E + D

Dimana:

D = Total utang E = Total Equitas Kd = Biaya modal utang

Wd = Proporsi utang terhadap modal Ke = Biaya modal saham sendiri We = Proporsi ekuitas terhadap modal d. Menghitung EVA.

Dalam menganalisis EVA digunakan perhitungan yang menggunakan rumus berikut ini (Ghozali, 2002:24):

EVA = NOPAT – ( WACC x Capital )

Dimana :

NOPAT = Laba bersih operasi dikurangi pajak WACC = Biaya modal rata-rata tertimbang Capital = Utang ditambah dengan modal saham

3.3.2. Independent Variabel / Variabel Bebas (X)

(53)

1. Leverage (X1)

Leverage merupakan perbandingan antara total hutang dengan total aktiva,

yang memberikan gambaran tentang besarnya penggunaan hutang suatu perusahaan. Pengukuran leverage dirumuskan sebagai berikut :

LEVERAGE =

AKTIVA TOTAL

HUTANG

TOTAL

2. Proporsi Saham (X2)

Variabel ini diukur dari jumlah persentase saham yang dimiliki oleh institusional pada akhir tahun. Variabel ini akan menggambarkan tingkat kepemilikan saham yang institusional dalam perusahaan. Tingkat saham institusional yang tinggi akan menghasilkan upaya-upaya pengawasan yang lebih intensif sehingga dapat membatasi perilaku opportunistik manajer.

3.4Metode Pengumpulan Data

(54)

3.5Metode Analisis Data

3.5.1Analisis Diskriptif

Data statistik yang diperoleh dalam penelitian perlu diringkas dengan baik dan teratur. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang sekumpulan data yang diperoleh baik mengenai sample atau populasi. Kemudian dianalisis dengan teknik analisis dengan tujuan untuk mengungkap apakah variabel bebas berupa Leverage (Leverage dalam konteks ini adalah financial leverage, yaitu sebuah ukuran mengenai risiko keuangan, mengenai pembiayaan sebagian aktiva perusahaan, ditujukan pada pembiayaan bagian aktiva tetap yang menanggung beban pembiayaan tetap dengan harapan akan meningkatkan keuntungan) dan Proporsi Saham (Proporsi saham merupakan persentase saham yang dimiliki oleh investor institusional/mayoritas terbesar) berpengaruh terhadap variabel terikat berupa Economic Value Added (EVA adalah nilai tambah ekonomis yang diciptakan perusahaan dari kegiatan atau strateginya selama periode tertentu).

3.5.2 Analisis Regresi

(55)

memfokuskan penilaian kinerja perusahaan pada penciptaan nilai perusahaan. Leverage merupakan perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Proporsi saham yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proporsi saham atas kepemilikan investor institusional (Institusional

Ownership). Adapun model persamaan regresi tersebut adalah sebagai

berikut (Imam Ghozali, 2006) :

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + e

Dimana :

Y : Economic Value Added (EVA) a : Konstanta

b1,b2 : Koefisien-koefisien regresi X1 : Variabel Leverage

X2 : Variabel Proporsi Saham e : Faktor pengganggu (error)

Kemudian untuk menganalisis persamaan regresi serta membuktikan hipotesis penelitian, maka dapat dilakukan dengan :

a. Uji Simultan (Uji F-statistik)

(56)

Variance. Untuk menentukan nilai F(tabel), tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 5% dengan derajat kebebasan (degree of fredoom) df=(n-k) dan (k-1) dimana n adalah jumlah observasi. Jika F(hitung) lebih besar daripada F(tabel) maka keputusan menolak hipotesis nol (Ho) dan menerima hipotesis alternatif (Ha). Arti secara statistik data yang digunakan membuktikan bahwa semua variabel bebas (X1 dan X2) berpengaruh terhadap variabel terikat (Y). Dan jika F(hitung) lebih kecil dari F(tabel). maka keputusan menerima hipotesis nol (Ho) dan menolak hipotesis alternative (Ha). Arti secara statistik data yang digunakan membuktikan bahwa variabel bebas (X1 dan X2) tidak berpengaruh terhadap variabel terikat (Y).

b. Uji Parsial (Uji t)

Pengujian ini dilakukan untuk menguji kemaknaan koefiien regresi parsial (r2) masing-masing variabel bebas. Pengambilan keputusan berdasarkan perbandingan nilai t(hitung) masing-masing koefisien regresi dengan nilai t(tabel).

(57)

c. Koefisien Determinasi

Dalam uji linier berganda dianalisis pula besarnya koefisien regresi (R2) keseluruhan. R2 digunakan untuk mengukur ketepatan yang paling baik dari analisis regresi berganda. Jika R2 mendekati 1 maka dapat dikatakan semakin kuat model tersebut dalam menerangkan variasi variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika R2 mendekati 0 maka semakin lemah variasi variabel bebas menerangkan variabel terikat.

3.5.3 Uji Asumsi Klasik

1. Uji Multikolinieritas

Salah satu asumsi klasik adalah tidak terjadinya multikol di antara variabel bebas (independent) yang ada dalam satu model dalam membentuk model regresi linier berganda hendaknya dihindari terjadinya multikolinier. Multikolinieritas berarti ada hubungan linier yang sempurna atau pasti di antara beberapa atau semua variabel penjelas. Apabila sebagian atau seluruh variabel bebas (independent) berkorelasi kuat maka terjadi multikolinier. Konsekuensi terjadinya multikolinieritas adalah koefisien korelasi variabel tidak tertentu dan kesalahan menjadi sangat besar atau tidak terhingga.

(58)

regresi bebas dari multikol apabila nilai variance dan VIF di sekitar nilai 1.

2. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah dalam satu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lain. Untuk mendiagnosis adanya autokorelasi dalam suatu model regresi dilakukan melalui pengujian Durbin-Watson (Uji DW).

Panduan mengenai angka Durbin-Watson (Uji DW) untuk mendeteksi autokorelasi bisa dilihat pada tabel Durbin –Watson (Uji DW) , namun demikian secara umum bisa diambil patokan sebagai berikut:

a. Angka Durbin-Watson (DW) di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif

b. Angka Durbin-Watson (DW) di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi

c. Angka Durbin-Watson (DW) di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.

3. Uji Heteroskedastisitas

(59)

pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. Uji Heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji glejser yaitu dengan menguji tingkat signifikansi. Pengujian ini dilakukan dengan meregres variabel (X) sebagai vaeiabel independent dengan nilai

absolute unstandarlized residual. Apabila hasil uji diatas level

signifikansi (P>0,05), berarti tidak terdapat Heteroskedastisitas (Ghozali, 2006:105).

4. Uji Normalitas

Uji Normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam data, variabel terikat dengan variabel bebas keduanya mempunyai hubungan distribusi normal atau tidak. Data yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal (Ghozali, 2006:110). Uji Normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Analisis Grafik

(60)

b. Kurva Normal

Proses uji normalitas data dilakukan dengan memperhatikan penyebaran data (titik) pada Normal P-Plot of Regression

Standizzed Residual dari variabel terikat, dimana:

(1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garisdiagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

(2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

c. Uji Kolmogorov-Smrinov

(61)

47 4.1 Deskriptif Variabel

Penelitian ini memilih perusahaan manufaktur yang sudah menerbitkan laporan keuangan pada tahun 2004-2006 yaitu sebanyak 35 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, berikut nama-nama perusahaan di sektor manufaktur:

Tabel 4.1

Klasifikasi Sampel Berdasarkan Sektor Industri

No Bidang Usaha Jumlah %

1 Chemical And Allied Product 4 11.43

2 Plastics And Glass Product 1 2.86

3 Food And Beverage 10 28.57

4 Stone, Clay, Glass And Concrete Products 2 5.71 5 Automotive And Allied Product 5 14.29

6 Tobbaco Manufatures 2 5.71

7 Metal And Allied Products 4 11.43

8 Pharmaceuticals 3 8.57

9 Apparel And Other Textile Product 1 2.86

10 Cement 1 2.86

11 Consumer Good 2 5.71

Jumlah 35 100.00

Sumber : JSX Statistik 2007

(62)

And Glass Product, Apparel And Other Textile Product, dan Cement.

Perusahaan yang bergerak dalam bidang Automotive And Allied Product yaitu sebanyak 5 perusahaan atau 14,29 %. Perusahaan yang bergerak dalam bidang Chemicel And Allied Product dan Metal And Allied Product yaitu sebanyak 4 perusahaan atau 11,43 %. Perusahaan yang bergerak dalam bidang Pharmaceuticals yaitu sebanyak 3 perusahaan atau 8,57 %, dan perusahaan yang bergerak dalam bidang Tobbaco Manufatures, Consumer

Good, dan Stone, Clay, Glass And Concrete Products yaitu sebanyak 2

perusahaan atau 5,71 %.

4.1.1 Economic Value Added (EVA)

Economic Value Added (EVA) adalah suatu sistem manajemen

keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan, yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi (Operating Cost) dan biaya modal (Cost of Capital). Adapun analisis deskriptif variabel EVA adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2

Hasil Statistik Deskriptif Rata-rata EVA Tahun 2004-2006

Tahun E V A (%) % (+/-)

2004 4.385

2005 3.806 -13.22%

2006 6.657 74.92%

(63)

0 1 2 3 4 5 6 7

Th2004 Th2005 Th2006

Ta hun

E V

A

Gambar 4.1

Grafik Rata-rata EVA Tahun 2004-2006

(64)

4.1.2 Financial Leverage

Financial Leverage merupakan penggunaan sumber dana yang

memiliki biaya tetap dengan harapan akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar daripada biaya tetapnya sehingga keuntungan pemegang saham bertambah. Adapun analisis deskriptif variable financial leverage adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3

Hasil Statistik Deskriptif Rata-rata Financial Leverage Tahun 2004-2006

Grafik Rata-rata Financial Leverage Tahun 2004-2006

Dari tabel 4.3 dapat dijelaskan bahwa prosentase rata-rata Financial

Leverage tertinggi tahun 2004-2005 adalah bernilai 0,52% dan rata-rata yang

(65)

tertinggi pada PT. Surya Toto Indonesia, Tbk (TOTO) pada tahun 2004 yaitu sebesar 0,80 dan financial leverage terendah pada PT. Jaya Pari Steel, Tbk (JPRS) pada tahun 2006 yaitu sebesar 0,05. Kenaikan pada tahun 2005 mengindikasikan penggunaan leverage dapat menghasilkan suatu struktur permodalan yang optimal dan bahwa nilai perusahaan pun dapat meningkat. Peningkatan leverage dapat menurunkan biaya modal hingga mencapai suatu titik terendah. Setelah hal tersebut tercapai, peningkatan leverage selanjutnya akan menaikkan biaya modal. Artinya jika hutang perusahaan bertambah maka ini berarti besarnya rasio hutang terhadap modal sendiri (equity) akan bertambah. Kenaikan proporsi hutang di dalam struktur modal ini menyebabkan biaya hutang (Cost of Debt) menjadi naik.

4.1.3 Proporsi Saham

(66)

Tabel 4.4

Hasil Statistik Deskriptif Rata-rata Proporsi Saham Tahun 2004-2006

Grafik Rata-rata Proporsi Saham Tahun 2004-2006

(67)

pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen sehingga kurang dapat menciptakan nilai tambah Economic Value Added (EVA) pada perusahaan.

4.2 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik bertujuan untuk mendapatkan model regresi yang baik, dan harus terbebas dari Multikolinieritas, Autokorelasi, Heteroskedastisitas, serta data yang dihasilkan harus berdistribusi normal. Cara yang digunakan untuk menguji penyimpangan asumsi klasik adalah sebagai berikut :

1. Uji Multikolinieritas.

Uji Multikolinieritas dalam penelitian ini dengan menggunakan nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan tolerance. Dari hasil pengujian model regresi diperoleh hasil untuk masing-masing variabel sebagai berikut :

Tabel 4.5

Hasil Output SPSS : Uji Multikolinearitas (VIF-Tolerance)

Variabel Tolerance VIF

Financial Leverage (X1) 0,995 1,005

Proporsi saham (X2) 0,995 1,005

Sumber : Hasil Output SPSS

(68)

disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel bebas dalam model regresi.

2. Uji Autokorelasi.

Uji Autokorelasi dalam penelitian ini dengan menggunakan uji statistik dari Durbin Watson. Langkah awal pendeteksian ini adalah mencari nilai du dari analisis regresi dan selanjutnya mencari nilai d1 dan du pada tabel dengan kriteria. Untuk menguji apakah terhadap autokorelasi digunakan Durbin Waston Test, diketahui :

Tabel 4.6

Hasil Output SPSS : Uji Autokorelasi (Durbin Waston)

Model Summary b

.308a .095 .077 .06488 1.836

Model

Predictors: (Constant), Proporsi Saham, Fin Leverage a.

Dependent Variable: EVA b.

Sumber: Hasil Output SPSS

Hasil uji Durbin Waston menunjukkan nilai sebesar 1,836 nilai tersebut jika dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan derajat kepercayaan 5%, jumlah sampel 105, Variabel bebas (k) = 2, Nilai Tabel Durbin Watson dl= 1,706 dan du = 1,760

Autokorelasi positif

Uji No Autokorelasi Uji Autokorelasi Negatif

(69)

Kesimpulan :

Nilai DW terletak diantara batas atas du dan (4-du), 1,760 < 1,836 < 2,24 maka hasilnya tidak ada Autokorelasi.

3. Uji Heteroskedastisitas.

Uji Heteroskedastisitas dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas pada model regresi yaitu dengan Analisis Grafik Plot dan Uji Glejser sebagai berikut :

a. Analisis Grafik Plot.

Hasil grafik scatterplot sebagai berikut :

Scatterplot

Dependent Variable: EVA

Regression Standardized Predicted Value

2 Grafik Scatterplot Sumber: Hasil Output SPSS

(70)

layak dipakai untuk memprediksi Economic Value Added (EVA) (Y) berdasarkan variebel bebas yaitu Financial Leverage (X1) dan Proporsi Saham (X2).

b. Uji Glejser .

Pengujian ini dilakukan dengan meregres variabel Financial Leverage (X1) dan Proporsi Saham (X2). sebagai variabel independen dengan nilai absolut unstandardized residual. Apabila hasil uji diatas level signifikansi (P>0,05), berarti tidak terdapat heteroskedastisitas. Hasil Uji Glejser sebagai berikut :

Tabel 4.7

Hasil Output SPSS : Uji Glejser

Coefficientsa

.027 .019 1.402 .164 .001 .024 .006 .059 .953 .029 .024 .116 1.177 .242 (Constant)

Sumber : Hasil Output SPSS

(71)

4. Uji Normalitas .

Uji Normalitas bertujuan apakah dalam suatu model regresi (variabel dependent, variabel independent atau keduanya mempunyai distribusi normal/tidak) dengan analisis grafik/kurva Normality P-Plot dan uji Kolmogorov-Smirnov.

a. Analisis Grafik

Analisis Grafik yaitu dengan melihat Normal Probability Plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.

Regression Standardized Residual Grafik Histogram Sumber: Hasil Output SPSS

(72)

kanan, melainkan memiliki kecenderungan di tengah. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

i. Kira-kira 61% dari data observasi akan berada dalam daerah satu 1.00 di sekitar 0.00. Jadi antara 0.00-0.50 dan 0.00+0.50 ii. Kira-kira 89% dari data observasi akan berada dalam daerah

0.00-1.00 dan 0.00+1.00

iii. Kira-kira 97%dari data observasi akan berada dalam daerah 0.00-2.00 dan 0.00+2.00

b. Kurva Normal

Untuk mengetahui data berdistribusi secara normal dilakukan uji

Normality P-Plot. Berikut gambar normalitas pada model:

Normal P-P Plot of Regression Standardized R

Dependent Variable: EVA

Grafik Normal P-Plot EVA Sumber: Hasil Output SPSS

(73)

titik-titik menyebar di sekitar diagonal, serta penyebarannya mengikuti garis diagonal sehingga menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai karena memenuhi asumsi normalitas.

c. Uji Kolmogorov Smirnov .

Bila tingkat signifikansi > dari 5% maka data berdistribusi normal. Hasil uji normalitas dengan uji Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.8

Hasil Output SPSS : Uji Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.

Sumber : Hasil Output SPSS

(74)

4.3 Analisis Regresi Linier Berganda

Untuk mencari pengaruh dengan meggunakan uji F (secara simultan) dan uji t (secara parsial) Financial Leverage (X1) dan Proporsi Saham (X2) terhadap Economic Value Added (EVA) (Y) menggunakan analisis stasistik yaitu model analisis regresi linier berganda. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan komputer dengan program SPSS diperoleh hasil seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 4.9 Hasil Analisis Regresi

Coefficientsa

-.015 .029 -.513 .609

-.034 .036 -.088 -.928 .355 .995 1.005 .117 .037 .302 3.195 .002 .995 1.005 (Constant)

t Sig. Tolerance VIF Collinearity Statistics

Dependent Variable: EVA a.

Sumber : Hasil Output SPSS

Berdasarkan tabel 4.9 dapat dijelaskan analisis persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :

Y = -0,015 - 0,034 X1 + 0,117 X2

Berdasarkan persamaan regresi linier berganda diatas dapat diintreprestasikan sebagai berikut :

1. Nilai konstanta (a) sebesar -0,015 mempunyai arti bahwa jika Financial

Leverage (X1) dan Proporsi Saham (X2) dianggap sama dengan nol atau

konstan maka Economic Value Added (EVA) (Y) adalah sebesar -0,015. 2. Nilai koefisien regresi Financial Leverage (b1) sebesar -0,034 berarti

(75)

Economic Value Added (EVA) (Y) artinya jika Financial Leverage

semakin meningkat maka akan menurunkan Economic Value Added (EVA (Y).

3. Nilai koefisien regresi proporsi saham (b2) sebesar 0,117 berarti Proporsi Saham (X2) mempunyai pengaruh positif terhadap Economic Value

Added (EVA) (Y) artinya jika proporsi saham (X2) semakin meningkat

maka akan meningkatkan Economic Value Added (EVA) (Y).

4.4. Pengujian Hipotesis

4.4.1 Uji Simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh Financial

Leverage (X1), Proporsi Saham (X2), secara bersama-sama terhadap

Economic Value Added (EVA) (Y).

Tabel 4.10

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Proporsi Saham, Fin Leverage a.

Dependent Variable: EVA b.

Sumber: Hasil Output SPSS

(76)

Leverage (X1) dan Proporsi Saham (X2) terhadap Economic Value Added

(EVA) (Y).

4.4.2 Uji Parsial (Uji t)

Uji t digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh Financial

Leverage (X1), dan Proporsi Saham (X2) secara parsial terhadap Economic

Value Added (EVA) (Y).

1. Pengujian hipotesis Financial Leverage (X1) terhadap Economic Value

Added (EVA) (Y)

Dari hasil perhitungan t-hitung (-0,928) < t-tabel (1,983) atau sig t (0,355) > 0,05, dengan demikian Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara Financial Leverage (X1) terhadap Economic Value Added (EVA) (Y)

2. Pengujian hipotesis Proporsi Saham (X2) terhadap Economic Value

Added (EVA) (Y)

Dari hasil perhitungan t-hitung (3,195) > t-tabel (1,983) atau sig t (0,002) < 0,05, dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara Proporsi Saham (X2) terhadap

Economic Value Added (EVA) (Y).

4.5. Koefisien Determinasi

(77)

independen terhadap nilai variabel dependen. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut ini :

Tabel 4.11

Nilai Koefisien Determinasi

Model Summaryb

.308a .095 .077 .06488 1.836

Model

Predictors: (Constant), Proporsi Saham, Fin Leverage a.

Dependent Variable: EVA b.

Sumber : Hasil Output SPSS

Berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui nilai koefisien determinasi (Adjusted R Square) adalah sebesar 0,077, hal ini berarti variasi perubahan Economic

Value Added (EVA) (Y) dipengaruhi oleh Financial Leverage (X1), Proporsi

Saham (X2) sebesar 7,7% sedangkan sisanya 92,3% dipengaruhi oleh faktor lain.

4.6. Pembahasan

(78)

maka hal ini akan membantu memastikan bahwa mereka beroperasi dengan cara yang konsisten untuk memaksimumkan laba pemegang saham dengan

Financial Leverage dan Proporsi Saham.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis .....................................................
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Tabel 3.1 Sampel Penelitian
Tabel 4.1 Klasifikasi Sampel Berdasarkan Sektor Industri
+7

Referensi

Dokumen terkait

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Memperoleh Gelar Sarjana Departemen Pendidikan Seni

Potensi wisata di Provinsi Banten yang menarik minat wisatawan diantaranya adalah pada wisata bahari (Pantai Anyer, Tanjung Lesung, Pantai Carita, Pulau Umang,

Ketika Bani Umayyah berkuasa, yang menjadi hakim di Mesir adalah Taubah bin Namr bin Haumal al-Hadhrami pada masa khalifah Hisyam bin Abdul Malik. Ia sangat

Meski tidak wajib ikut dalam setiap rapat redaksi sehari-hari, yang biasanya sudah ditangani oleh jurnalis madya, mereka perlu terlibat manakala ada hal-hal penting

7) Rangkuman Pendalaman Teks Kitab Suci : Pendamping memberikan tafsir dari Yoh 19: 16b-37, dan menghubungkannya dengan tanggapan peserta dalam hubungan dengan tema dan

PENGAWASAN PELAKSANAAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN, PENGELOLAAN GEDUNG DAN RUMAH NEGARA Laporan Pengawasan.. Penyelenggaraan Bidang Penataan BANGUNAN GEDUNG DAN

Prioritas pemanfaatan ruang pada ruang yang dorong perkembangannya menjadi diarahkan pada pengembangan jaringan jalan baru sebagai pembentuk struktur ruang utama

Traversing more complex structures is also simple if they are homogenous (that is, each level of nesting contains the same type of reference and we don't have other data types