SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh : Yunita NIM. 666111063
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Nama : Yunita
NIM : 6661110637
Tempat tanggal lahir : Tangerang, 5 Juni 1993 Program Studi : Ilmu Administrasi Negara
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Strategi Pengembangan Pariwisata di Desa Sawarna Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak” adalah hasil karya saya sendiri, dan seluruh sumber yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Apabila dikemudian hari skripsi ini terbukti mengandung unsur plagiat, maka gelar kesarjanaan saya bisa dicabut.
Serang, Oktober 2015
Yunita
Katakanlah kamu bisa dan itu sudah setengah jalan
keberhasilan
(Theodore Rosevelt)
“Ku persembahkan hasil karya kecilku
Perjuanganku dan jawaban atas doaku selama
ini
Untuk Ayah dan Ibu tercinta
Kakakku dan Adikku tersayang
Serta teman-temanku yang selalu setia
Sultan Ageng Tirtayasa. Dosen Pembimbing I, Dr. Ayuning Budiati, MPPM; Dosen Pembimbing II, Dr. Dirlanudin, M.Si
Desa Sawarna memiliki daya tarik yang khas berupa keunikan fisik lingkungan alam pedesaan, kekayaan alam pesona wisata maupun kehidupan sosial masyarakatnya yang dikemas secara alami dan menarik sehingga daya tarik perdesaan dapat menggerakkan kunjungan wisatawan. Dalam mengembangkan pariwisata di Desa Sawarna terdapat masalah yang menghambat pelaksanaan pengembangan wisata diantaranya adalah belum optimalnya dalam pengadaan sarana dan prasarana di lokasi obyek wisata, kurangnya koordinasi antara Pengelola Desa Sawarna dengan Pemerintah Daerah, belum optimalnya pemberdayaan bagi pengelola pariwisata berbasis masyarakat, kurangnya kesempatan bagi masyarakat lokal Desa Sawarna untuk memasarkan hasil kerajinan dan kulinernya di lokasi obyek wisata. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi yang tepat dalam pengembangan Pariwisata di Desa Sawarna. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian ini menggunakan teori yang didasarkan pada analisis SWOT yang dikemukakan oleh Hunger dan Wheleen dalam penentuan alternatif strategi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi yang tepat untuk diterapkan dalam pengembangan Pariwisata Desa Sawarna adalah Strategi menggali potensi wisata alam dan buatan Desa Sawarna untuk meningkatkan daya tarik wisata, Strategi menyusun pemodelan kawasan desa Sawarna yang didasari pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan/ramah lingkungan, strategi meningkatkan kapasitas dan peran masyarakat dalam membangun pariwisata di Desa Sawarna, dan strategi penguatan kesadaran masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata di Desa Sawarna.
Village, Bayah Subdistrict, Lebak. Public Administration Department. Social and Politic Faculty. Sultan Ageng Tirtayasa University. First Advisor, Dr. Ayuning Budiati, S.IP. MPPM.; Second Advisor, Dr. Dirlanudin, M.Si.
Sawarna Tourism Village has a peculiar fascination such as the physical uniqueness of the natural environment of rural, and the social life of rural community which is packaged in natural and attractive so that attraction can increase the tourist visit. There are problems hindering the implementation of the tourism development in Sawarna Village, among which are not optimal provision of facilities and infrastructure at tourist sites, lack of coordination between manager of Sawarna Village and Local Government, the empowerment of community-based tourism operators are still not optimal, and lack of opportunities for Sawarna’s local communities to market handicraft and culinary in the tourism site. The goal of this research is to analyze the appropriate strategy in the tourism development in Sawarna Village. The method used in this research is qualitative with descriptive approach. This research use a theory base on the SWOT analysis presented by Hunger and Wheelen in determining strategic alternatives. The result of this research showed that the appropriate strategy to be applied in the Tourism Development in Sawarma Village is to explore the potential of natural and artificial tourism original made from Sawarna Village to increase the attractiveness of tourism, enhance the capacity and role of the community in the tourism development, draw up regional modeling of Sawarna Village which is based to tourism development sustainable/environmentally friendly, increase the capacity and role of the community in developing tourism in the Sawarna Village, and strengthening the awareness of local communities in tourism development in the Sawarna Village.
i
dan hidayah-Nya yang selalu diberikan kepada kita semua, termasuk pada nikmat
Iman, Islam dan sehat wal’afiat. Atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya pula, maka
peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini.
Penyusunan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Sosial pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang berjudul
penelitian yang dilakukan peneliti, yaitu “Strategi Pengembangan Pariwisata Di
Desa Sawarna Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak” Penyusunan skripsi ini tidak
akan selesai dengan baik, tentunya tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang
selalu membimbing serta mendukung peneliti secara moril dan materil. Maka
pada kesempatan yang luar biasa ini, peneliti ingin menyampaikan ungkapan
terima kasih yang tak terhingga kepada beberapa pihak, sebagai berikut:
1. Prof. Dr. Ir. Soleh Hidayat, M.Sc sebagai Rektor Universitas Sultan Ageng
Tirayasa.
2. Dr. Agus Sjafari, M.Si sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si sebagai Wakil Dekan I Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
4. Mia Dwiana, S.Sos., M.Si sebagai Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan
ii
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa
7. Ipah Ema Jumiati, S.IP, M.Si sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa.
8. Dr. Ayuning Budiati, MPPM sebagai pembimbing I yang sudah banyak
sekali memberikan bimbingan, arahan, ilmu serta sarannya yang sangat
membantu peneliti sejak awal hingga penelitian yang peneliti susun ini
selesai dengan sebaik-baiknya.
9. Dr. Dirlanudin, M.Si sebagai Pembimbing II yang membantu dan
memberikan masukan bagi peneliti dalam menyusun skripsi ini dari
awal hingga akhir.
10. Listyaningsih, M.Si sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang
memberikan saran dan masukan dalam hal perkuliahan.
11. Hasuri, M.Si sebagai penguji I siding skripsi penelitian yang telah
memberikan masukkan demi kesempurnaan penelitian yang dilakukan
peneliti,
12. Semua Dosen dan Staf Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang membekali
iii
terbaik dan belum bisa membalas segala kebaikan kalian.
14. Kakakku (Kurnia Sepyanti) dan Adikku (Anita Fridayanti) yang selalu
sabar, baik, dan memberikan semangat selama ini.
15. Sahabat seperjuangan Diana Pusvita dan Lilla Mujiani yang selalu setia
menemani sejak awal masuk di Kelas C Program Studi Ilmu Administrasi
Negara 2011 hingga penyelesaian skripsi.
16. Teman-teman khusunya kelas C Program Studi Ilmu Administrasi Negara
2011 Firstyana, Nita, Desy Hartining, Seli, Dhani, Roy, Dedi, Gema, Ari,
Risda, dan lainnya yang tidak sempat disebutkan satu persatu. Terimakasih
untuk dukungan dan doanya selama ini.
17. Inge, Mia, Sughron Jazila, dan Nindi yang sudah membantu untuk
menemani selama penelitian skripsi ini.
18. Keluarga BEM FISIP UNTIRTA 2014 yang sudah memberikan warna dan
dukungan selama berada di Kampus Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
19. Keluarga HIMANE 2012 dan HIMANE 2013 yang sudah memeberikan
warna dan pendewasaan selama berorganisasi di Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
20. Reifky Syahmi Kusuma, Genta Noer Kahar, dan Alfin Nugroho sebagai
sahabat setia yang selalu ada dan membantu selama ini meskipun berbeda
iv
22. Serta tidak lupa peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada seluru
informan penelitian yang telah berkontribusi banyak dalam penyusunan
skripsi ini serta pihak-pihak lainnya yang juga terlibat dalam penyusunan
skripsi ini.
Akhirnya peneliti mengucapkan rasa syukur yang tak terhingga dengan
selesainya penyusunan skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan
skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan maka, kritik dan saran yang
membangun sangat peneliti harapkan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.
Peneliti berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat, khususnya bagi peneliti
sendiri dan bagi para pembaca pada umumnya.
Serang, 26 Oktober 2015
Yunita
v LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 17
1.3 Batasan Masalah... 17
1.4 Rumusan Masalah ... 17
1.5 Tujuan Penelitian ... 18
1.6 Manfaat Penelitian ... 18
vi
2.1.1 Pengertian Manajemen Stratejik ... 24
2.1.1.1 Proses Manajemen Strategi ... 26
2.1.1.2 Pengertian Strategi ... 30
2.1.1.3 Metode Perumusan Strategi ... 32
2.1.2 Konsep Pariwisata ... 33
2.1.2.1 Pengertian Pariwisata ... 33
2.1.2.2 Pengembangan Pariwisata ... 36
2.1.2.3 Pengelolaan Pariwisata ... 37
2.1.2.4 Pariwisata Perdesaan ... 39
2.1.2.5 Desa Wisata ... 40
2.1.2.6 Pengembangan Desa Wisata ... 45
2.1.2.7 Tujuan dan Sasaran Desa Wisata ... 48
2.1.3 Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pengembangan Pariwisata 49 2.1.3.1 Model Pengembangan Pariwisata Perdesaan Berbasis Masyarakat ... 51
2.1.4 Analisis SWOT ... 53
2.2 Penelitian Terdahulu ... 56
2.3 Kerangka Pemeikiran Penelitian ... 61
vii
3.3 Lokasi Penelitian ... 66
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 66
3.5 Instrumen Penelitian ... 70
3.6 Informan Penelitian ... 72
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisa Data ... 73
3.8 Uji Kreadibilitas Data ... 75
3.9 Jadwal Penelitian ... 77
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 78
4.1.1 Keadaan Wilayah Desa Sawarna Kec. Bayah Kab. Lebak ... 78
4.1.2 Visi dan Misi Desa Sawarna ... 79
4.1.3 Keadaan Penduduk Desa Sawarna ... 80
4.1.4 Potensi Wisata Sawarna ... 82
4.1.5 Sarana dan Prasarana Kepariwisataan Desa Sawarna ... 86
4.1.6 Kegiatan Perekonomian Masyarakat Desa Sawarna dibidang Pariwisata ... 89
4.1.7 Program Pengembangan Desa Wisata di Provinsi Banten ... 89
4.2 Deskripsi Data ... 91
4.2.1 Deskripsi Data Penelitian ... 91
viii
4.3.2 Opportunities ... 114
4.3.3 Threats ... 123
4.3.5 Analisis Faktor Internal ... 128
4.3.6 Analisis Faktor Eksternal ... 130
4.3.7 Matriks Analisis SWOT ... 135
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 141
5.2 Saran ... 143
DAFTAR PUSTAKA
ix
1.1 Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun 2010-2014 ... 2
1.2 Desa Wisata di Provinsi Banten Tahun 2013 ... 6
1.3 Potensi Ekonomi yang Paling Menonjol dan Sudah diberdayakan di Kecamatan Bayah tahun 2013 ... 8
1.4 Jumlah Wisatawan Nusantara dan Mancanegara yang berkunjung ke Desa Sawarna Tahun 2014 ... 9
1.5 Daya Tarik Sawarna Lebak ... 10
1.6 Penetapan Kawasan Strategis di Kawasan Kabupaten Lebak ... 14
1.7 Sarana dan Prasarana di Lokasi Wisata Desa Sawarna ... 15
2.1 Matriks TOWS ... 56
3.1 Informan Penelitian ... 72
3.2 Jadwal Penelitian ... 77
4.1 Data Penduduk Desa Sawarna Kec. Bayah Kab. Lebak ... 80
4.2 Data Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Sawarna ... 81
4.3 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencharian ... 82
4.4 Potensi Desa Wisata Sawarna ... 87
4.5 Informan Penelitian ... 95
4.6 Potensi Obyek Daya Tarik Wisata (ODTW) Sawarna ... 98
4.7 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-Des) Desa Sawarna Kecamatan Bayah Tahun 2013-2016 ... 103
4.8 Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal ... 134
x
2.1 Model Manajemen Komperehensif ... 29
2.2 Alur Kerangka Berpikir ... 63
3.1 Analisis Data Model Interaktir ... 73
xi
LAMPIRAN II Surat Keterangan Penelitian
LAMPIRAN III Pedoman Wawancara
LAMPIRAN IV Membercheck
LAMPIRAN V Matriks Wawancara
LAMPIRAN VI Dokumentasi Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan
manusia terutama dalam kegiatan sosial dan ekonomi, dalam menghadapi
tantangan dan peluang telah dilakukan perubahan peran pemerintah dibidang
kebudayaan dan pariwisata yang pada masa lalu berperan sebagai pelaksana
pembangunan, saat ini lebih difokuskan hanya kepada tugas-tugas pemerintahan
terutama sebagai fasilitator agar kegiatan pariwisata yang dilkukan dapat
berkembang dengan pesat. Permasalahan yang cukup kompleks membutuhkan
intervensi dari semua pihak secara bersama, namun pada pelaksanannya selama
ini cenderung parsial dan tidak berkelanjutan. Peran dunia usaha dan pada
masyarakat umumnya juga belum optimal. Partisipasi masyarakat yang menjadi
sumber penting dalam pembangunan juga sudah mulai luntur. Untuk itu
diperlukan perubahan yang bersifat sistemik dan menyuluruh dalam upaya
penanggulangan kemiskinan.
Indonesia memiliki kekayaan budaya dan alam yang indah. Indonesia juga
menyediakan tempat-tempat yang sangat menarik untuk di kunjungi, sekedar
berekreasi atau untuk mempelajari tempat yang indah dan penuh budaya.
Tempat-tempat yang menarik di Indonesia mampu menarik semua wisatawan
baik dalam negeri maupun luar negeri untuk datang dan berwisata. Kontribusi
tahunnya dengan kedatangan tamu mancanegara, seperti yang terlihat pada
tabel perkembangan wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia
pada tahun 2010-2014.
Tabel 1.1
Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun 2010-2014
Tahun Wisatawan
(Sumber : Pusdatin Kemenprekraf & BPS Tahun 2014)
Berdasarkan di atas bahwa terdapat jutaan wisatawan mancanegara yang
berwisata ke Indonesia dan semakin meningkat setiap tahunnya. Hal ini
menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi di sektor pariwisata. Menurut
data dalam Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Tahun 2010-2025
dari Kementrian Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif, Indonesia
memiliki 222 Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN) di 50
Destinasi Pariwisata Nasional, dan 88 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional.
Hal tersebut menunjukkan bahwa banyak usaha yang dilakukan pemerintah
Pembangunan kawasan wisata atau destinasi wisata menurut
Undang-undang No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan meliputi Industri Pariwisata,
Destinasi Pariwisata, Pemasaran, Kelembagaan Pariwisata. Pembangunan dan
pengembangan destinasi wisata kini menjadi prioritas pembangunan guna
mendatangkan kembali wisatawan yang telah berkunjung, dan semakin menarik
minat wisatawan yang belum berkunjung. Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pengembangan
Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025 mengatakan bahwa visi
pembangunan kepariwisatan adalah terwujudnya pariwisata berkelas dunia,
berdaya saing, berkelanjutan, mampu mendorong pembangunan daerah dan
kesejahteraan rakyat, jadi dalam pembangunan kepariwisataan bertjuan untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan memberikan kesejahteraan kepada
masyarakat.
Indonesia memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia yang
cukup besar sebagai pengembangan modal dasar pembangunan dan
perkembangan kepariwisataan. Modal dasar tersebut, apabila dikelola dan
direncanakan dengan baik dan terarah akan mempunyai peranan yang besar dalam
menunjang pencapaian nasional, yakni meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat, memperluas, dan meratakan kesempatan berusaha dan
lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah, memperkenalkan dan
mendayagunakan obyek dan daya tarik wisata. Usaha pemberdayaan masyarakat,
terutama dalam kaitannya dengan kepariwisataan adalah dengan
Masyarakat mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dunia
pariwisata. Berbagai program dilakukan oleh pemerintah melalui Kementrian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) untuk meningkatkan daya saing
pariwisata di Indonesia. Kemajuan pariwisata harus diimbangi dengan kemajuan
perekonomian masyarakat. Pemberdayaan menjadi tolak ukur keberhasilan
pariwisata Indonesia, jadi perlunya peningkatan pariwisata dengan berbasis
masyarakat. Strategi untuk mengembangkan pariwisata dengan meningkatkan
partisipasi masyarakat adalah dengan cara meningkatkan kemajuan Desa Wisata.
Berdasarkan UU No. 9 Tahun 2009, menyerahkan sebagaian urusan di
bidang penyelenggaraan pariwisata kepada pemerintah daerah. Penyerahan
sebagian urusan pariwisata kepada pemerintah daerah tersebut diperluas dengan
keberadaan UU No. 32 tahun 2004 mengenai Otonomi Daerah. Bergulirnya
otonomi daerah, memungkinkan setiap daerah untuk memilih sektor yang menjadi
andalan sesuai dengan potensi yang dimilikidan kebutuhan masyarakat, jika
pariwisata menjadi pilihan sektor andalan dalam pembangunan suatu wilayah,
maka wilayah tersebut harus memiliki berbagai keunikan karakteristik untuk
pengembangan perekonomian, sekaligus mampu meberdayakan masyarakat luas,
baik pelaku maupun penikmat dari pengembangan pariwisata.
Provinsi Banten memiliki potensi objek pariwisata yang besar. Pola
pengembangan pariwisata Provinsi Banten berdasarkan Peraturan Daerah Nomor
9 Tahun 2005 membagi tiga kawasan pariwisata yaitu: (1) Wilayah
Pengembangan Pariwisata (WPP) A terdiri dari Kab/Kota Tangerang, Pantai
dari Kota Cilegon, Pantai barat, dan Ujung Kulon; (3) Wilayah Pengembangan
Pariwisata (WPP) C terdiri dari Banten Tengah, dan Pantai Selatan.
Awal mula adanya Desa Wisata di Provinsi Banten karena adanya
program PNPM Mandiri Pariwisata yang memberikan stimulun untuk desa yang
memiliki potensi wisata di daerahnya untuk di kembangkan dengan sentuhan
langsung masyarakat sekitar melalui desa wisata, oleh sebab itu dinamakanlah
Desa Wisata untuk desa-desa yang memiliki potensi wisata. Sejak tahun 2009,
Pemerintah Provinsi Banten telah mendapat alokasi dana untuk kegiatan PNPM
Mandiri Bidang Pariwisata, sampai dengan tahun anggaran 2014 jumlah desa
yang telah mendapat alokasi anggaran dari PNPM Mandiri Bidang Pariwisata
adalah sebanyak 21 desa. Desa Wisata yang ada di Provinsi Banten dari tahun
2009 sampai dengan 2013 berbeda mendapat jumlah anggaran dana bantuannya,
ada yang sudah mendapat tiga kali, dua kali, dan satu kali sesuai dengan potensi
sumber daya manusianya di desa dalam kemandirian mengembangkan desa
wisata. Desa wisata tersebut memiliki potensi daerah wisata yang berbeda-beda
ada yang termasuk desa wisata berkarakteristik alam, sejarah, ataupun budaya.
Seperti pada pesebaran desa wisata yanga ada di Provinsi Banten dapat dilihat dari
Tabel 1.2
Desa Wisata di Provinsi Banten Tahun 2013
Kota/Kabupaten Kecamatan Kelurahan/Desa
Kabupaten Lebak Kec. Kabupaten Serang Kec. Cinangka
Kec.
(Sumber : Database Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Banten 2013)
Provinsi Banten memiliki potensi pariwisata dan kebudayaan yang banyak
dan indah. Potensi wisata di Provinsi Banten yang menarik minat wisatawan
diantaranya adalah pada wisata bahari (Pantai Anyer, Tanjung Lesung, Pantai
Carita, Pulau Umang, Pantai Sawarna, Pulau Peucang, Pulau Burung), ekowisata
(Taman Nasional Ujung Kulon, Gunung dan Pulau Krakatau), dan wisata religi
Selain itu, Provinsi Banten juga memiliki tempat wisata sejarah yang sangat
terkenal di seluruh Indonesia yaitu Cagar Budaya Banten Lama. potensi
pariwisata dan kebudayaan yang banyak menjadikan kesempatan bagi Provinsi
Banten untuk mengembangkan desa wisata dengan meningkatkan kemandirian
masyarakat lokal dalam membantu mengembangakan pariwisata di wilayahnya.
Pada tahun 2014, Desa Sawarna Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak
Provinsi Banten masuk menjadi nominasi penghargaan Desa Wisata Nasional
Terbaik dari 10 besar Desa Wisata yang ada di Indonesia, Desa Sawarna
mendapat peringkat ke-7 terbaik se-Nasional. Desa wisata yang masuk dalam 10
besar adalah dari Desa Sawarna Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak Provinsi
Banten, Desa Gampong Punge Balang Kecamatan Jaya Baru Cut Kota Banda
Aceh, Desa Gubugklakah Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang Provinsi
Jawa Timur, Desa Kalibiru Kecamatan Kokap Kabupaten Kulonprogo DIY, Desa
Dieng Kulon Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah,
Desa Kaligono Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo Provinis jawa
Tengah, Desa Wukirsari Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul DIY, Desa
Panglipurna Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli Bali, Desa bagak Sahwa
Kecamatan Singkawang Timur Kota Singkawang Provinsi Kalimantan Barat, dan
Desa Poncokusumo Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang Jawa Timur.
Penghargaan tersebut diberikan pada desa-desa penerima bantuan PNPM Mandiri
Pariwisata dan unsur penilaiannya mencakup tranasparansi keuangan dan
seberapa besar pemanfaatan dana serta monitoring langsung ke Desa Wisata
dinyatakan Desa Wisata Terbaik diraih oleh 1) Desa Dieng Kulon Banjarnegara,
Jawa Tengah yang pada tahun 2012 meraih penghargaan harapan desa wisata. 2)
Desa Panglipurna Kabupaten Bangli, Bali. Dan pada posisi 3) Desa Gubug
Klakah, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Kecamatan Bayah memiliki potensi ekonomi dari masing-masing desa
sesuai dengan potensi yang ada di daerahnya yang dapat dikembangkan dan
diberdayakan, seperti yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 1.3
Potensi Ekonomi yang Paling Menonjol dan Sudah diberdayakan di
Kecamatan Bayah tahun 2013
Potensi Ekonomi
No Desa 1 2 3
1 Bayah Barat Perdagangan Jasa Perikanan Laut
2 Damarsari Perkebunan Pariwisata Perikanan Laut
3 Sawarna Pariwisata Perikanan Laut Industri Kerajinan
4 Cidikit Pertanian Industri Gula Aren Peternakan
5 Bayah Timur Pertanian Perdagangan Pertambangan
6 Cimancak Pertanian Pengolahan Biji
Emas Perdagangan
7 Sukawan Pertanian Pertambangan Perdagangan
8 Pasirgombong Pertanian Pertambangan
Emas Penggalian Ziolit
9 Cisuren Pertanian Pengolahan Biji
Emas Peternakan
10 Pamubulan Pertanian Galian Batu Kapur Perkebunan Karet
11 Sawarna timur Pertanian Industri Sale Pisang Industri Mabel (Sumber: Kecamatan Bayah Dalam Angka tahun 2014 – BPS Provinsi Banten)
Potensi ekonomi utama Desa Sawarna ialah pariwisata, berbeda dengan
memberikan dampak kepada masyarakat lokal dengan menambah
perekonomiannya melalui pariwisata.
Tabel 1.4
Jumlah Wisatawan Nusantara dan Mancanegara yang berkunjung ke Desa
Sawarna Tahun 2014
No Bulan Wisatawan Nusantara Wisatawan Mancanegara
1 Januari 824 10
2 Februari 828 6
3 Maret 816 10
4 April 823 10
5 Mei 821 6
6 Juni 811 10
7 Juli 2.819 20
8 Agustus 802 32
9 September 405 25
10 Oktober 1.033 30
11 November 525 9
12 Desember 471 3
Jumlah 10.978 171
(Sumber : Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak,
2014)
Desa Sawarna memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan sehingga
Sawarna merupakan kunjungan wisata terbanyak yang di datangkan wisatwan
Nusantara maupun Mancanegara. Desa Sawarna mempunyai kesempatan yang
besar sebagai salah satu Desa Wisata yang terpilih menjadi Desa Wisata terbaik di
tahun 2014, hal tersebut menjadi alasan peneliti untuk meneliti pengembangan
Desa Wisata Sawarna dengan menganalisis strategi Dinas Pemuda Olahraga dan
Pariwisata Kabupaten Lebak dalam pengembangannya sehingga dapat menjadi
se-Nasional dan mendorong pengelola untuk meningkatkan kualitas pelayanan
desa wisata sebagai daya tarik wisata dengan masyarakat sebagai subjek yang
dapat memberdayakan diri sendiri dan mengentaskan kemiskinan di desa.
Kebijakan pemerintah Kabupaten Lebak untuk mengembangkan pariwisata
sebagai salah satu sumber pendapatan telah dimulai sejak awal pembangunan
jangka panjang tahap kesatu, tetapi baru dikembangkan pada awal tahun 1990-an.
Tabel 1.5
Daya Tarik Sawarna Lebak
No Daya Tarik Alam Obyek Wisata Keterangan
1 Daya Tarik Utama a. Surfing
Pendukung a.b. Gua Pangir Pemancingan
c. Pantai Muara (Sumber : Profil Desa Wisata tahun 2014)
Desa Sawarna merupakan salah satu desa di Kecamatan bayah, Kabupaten
Lebak yang memiliki panorama alam yang masih asli, sehingga dapat
memanjakan mata dan memuaskan hati bagi para wisatawan yang datang. Obyek
wisata pantai yang ada di Desa Sawarna yaitu Pantai Ciantir Sawarna dan Pantai
Pulo Manuk, di sisi timur juga terdapat Pantai Legon Pari. Pantai yang ada di
Desa Sawarna secara karakteristik sama dengan pantai lainnya, namun yang
panjang dengan pasir putih yang landai, karang-karang yang indah dan gelombang
ombak yang cukup tinggi. Di pantai ini pun terdapat sebuah karang kembar yang
menjulang berbentuk kerucut karena ratusan tahun lalu yaitu tanjung layar yang
merupakan ciri khas dari wisata Desa Sawarna. Area wisata pantai ini masih
terbilang sangat minim dalam fasilitas yang diantaranya, hanya ada satu pos yang
berjaga di pantai, dan belum ada tempat penyewaan seperti alat untuk wisata
airnya, meskipun ada itu hanya satu tempat yang menyewakan alat tersebut,
kemudian akses jalan yang menuju wisata pantai ini masih terbilang cukup jauh
dan jalan yang masih rusak, untuk melalui pantai ini harus melewati sebuah
jembatan bambu yang keamanannya sangat tidak mendukung.
Desa Sawarna juga memiliki keindahan alam yang tidak kalah indahnya
dari pantai. Di Desa Sawarna terdapat beberapa goa yang terkenal diantaranya
adalah Goa Lalay dan Goa Kalelawar yang dihuni oleh ratusan bahkan ribuan
kalelawar, dan didalam goa pun dapat disaksikan berbagai kehidupan satwa dan
jernihnya air yang mengalir menyusuri goa. Selanjutnya yaitu terdapat juga Goa
Langir, yang menurut cerita goa ini adalah menjadi salah satu tempat
peristirahatan Jepang, dan ada juga Goa Lawuk yaitu goa yang memiliki berbagai
macam stalaktit dan stalagmit yang beraneka ragam bentuk, serta ada juga Goa
Harta Karun, menurut cerita Goa ini tempat penyimpanan harta yang dimiliki oleh
tentara Jepang.
Desa Sawarna memiliki Wisata Budaya yang berlimpah. Kesenian yang
ada di Desa Sawarna yaitu Pencak Silat, Seni Tari, dan sejumlah budaya yang ada
Sawarna juga memiliki Kerajinan Tangan yang dikukir dengan kayu mahoni,
sudah dikenal dan banyak menerima pesanan dari berbagai wisatawan lokal dan
Mancanegara. Kerajinan tangan masyarakat Desa Sawarna yang berupa Gitar,
menjadi daya tarik lain para wisatawan yang berkunjung ke desa ini karena
keindahan ornamen ukirannya dan memiliki kualitas suara yang baik.
Situs sejarah yang dimiliki oleh Desa Sawarna adalah Tapak Sikabayan
dan makam orang Belanda yang bernama Jhon Louis Van Goh. Ia adalah orang
pertama yang membuka lahan perkebunan kelapa di Sawarna saat pemerintahan
Hindia Belanda pada tahun 1907. Tapak Sikabayan adalah sebuah karang yang
mirip dengan kaki manusia berusia besar. Karang ini menarik karena cerita rakyat
yang mengiringnya. Dalam cerita, Si Kabayan adalah salah satu tokoh yang
memiliki karakteristik dalam masyarakat Sunda, yang pernah bertapa di karang
tersebut. Desa Sawarna juga memiliki wisata religius salah satunya yaitu Makam
Mbah Tumengguk Sawarna, beliau adalah salah seorang leluhur yang
mengabdikan hidupnya untuk Desa Sawarna.
Desa Sawarna memiliki wisata kuliner, yaitu dengan terdapat industri
rumah tangga pengolahan gula merah yang terdapat dari kelapa sawit yang
dicampur dengan buah cokelat. Kemudian minuman dari buah mahoni dan juga
terdapat Sale Pisang yang dikelola secara tradisi tanpa bahan pengawet yang bisa
bertahan lama.
Desa Sawarna juga terdapat potensi pendukung yaitu juga menyediakan
fasilitas homestay yang terdapat disekeliling pantai yang berada dalam
karena mengambil konsep wisatawan berbaur dengan masyarakat lokal secara
langsung dengan masyarakat menyewakan rumahnya untuk penginapan. Semua
inilah yang menjadikan Desa Sawarna sebagai salah satu Desa Wisata di Lebak.
Untuk Memberi lapangan pekerjaan pada masyarakat lokal dan dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan desa wisata maka
membutuhkan strategi yang tepat. Strategi merupakan penentuan cara yang harus
dilakukan agar memungkinkan memperoleh hasil yang optimal, efektif, dan dalam
jangka waktu yang relatif singkat serta tepat menuju tujuan yang telah ditetapkan.
Perencanaan dan pengelolaan objek pariwisata di Kabupaten Lebak masih
mengandalkan pada instansi pemerintah dan swasta, yang tentunya manfaat
ekonomi lebih banyak dinikmati oleh pemerintah pusat danswasta, sedangkan
kondisi masyarakat sekitar objek wisata sendiri yang masih minus dari segi
ekonominya dan perlu ditingkatkan kesejahteraan hidupnya. Hal ini terjadi karena
pemerintah masih menganggap kesiapan sumber daya manusia masyarakat lokal
belum mampu mengelola wisata alam secara mandiri dan professional, sehingga
pemberdayaan masyarakat lokal terkesan masih bersifat kurang tercukupi.
Kecamatan Bayah merupakan kawasan strategis pariwisata dan
berwirausaha di Kabupaten Lebak, sehingga Desa Sawarna sebagai salah satu
Desa di Kabupaten Lebak menjadi salah satu desa yang dikembangkan menjadi
Desa Wisata oleh Kementrian Pariwisata. Seperti yang terlihat pada tabel dibawah
Tabel 1.6
Penetapan Kawasan Strategis di Kabupaten Lebak
No. Kawasan Strategis
Fungsi
Pengembangan Kriteria Kawasan Arah Penanganan
1.
(Sumber : RTRW Kab. Lebak 2013-2033)
Setelah peneliti melakukan observasi dan wawancara awal pada lokasi penelitian, ada beberapa permasalahan yang terjadi dalam pengembangan pariwisata di Desa Sawarna, diantaranya adalah :
juga tidak terdapat toilet umum, yang ada hanya toilet yang disewakan oleh
pemilik warung disekitar pantai dan juga kurangnya tempat pembuangan sampah.
Tabel 1.7
Sarana Dan Parasarana di Lokasi Wisata Desa Sawarna
SARANA DAN PRASARANA DI LOKASI WISATA DESA SAWARNA
1 Penginapan/homestay Ada 59 Penginapan (Homestay)
2 Warung Makan 20 Warung Makan
3 Kamar Mandi dan WC 20 MCK (tidak umum)
4 Air Bersih Tersedia
5 Listrik Tersedia
6 Tempat Sampah Minim
7 Toko Cinderamata Belum Tersedia
8 Jaringan Telepon Tersedia (telkomsel, Indosat, dan
Xl Indo)
9 Bank dan Money Changer Tidak ada
10 Kantor Pos Tidak Ada
11 Panggung Hiburan Belum Ada
12 Fasilitas Pendukung yang
Lain
Sarana alat Surfing
13 Pos Penjaga Pantai 1 di Pantai Ciantir
(Sumber : Peneliti, 2015)
Kedua, kurangnya koordinasi antara Pengelola Desa Sawarna dengan
Pemerintah Daerah dalam pertemuan baik secara formal maupun informal dalam
pengembangan Desa Wisata Sawarna, sehingga pelaksanaan kegiatan kurang
efektif. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Suhanda S.IP sebagai Kepala Desa
Sawarna yang menyatakan bahwa masih kurang komunikasi dan koordinasi
Agustus 2015). Pengembangan Desa Sawarna lebih banyak dibantu dari APBD
Provinsi. Desa Sawarna merupakan icon pariwisata di Provinsi Banten saat ini
karena potensi wisatanya yang besar, tetapi kurang respon dari Pemerintah Daerah
khususnya Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak sebagai
pemegang kewenangan pengembangan pariwisata di wilayahnya.
Ketiga, belum optimalnya pemberdayaan bagi pengelola pariwisata
berbasis masyarakat. Pembinaan yang didapatkan masyarakat sebagai pengelola
pariwisata langsung di daerahnya adalah hanya satu kali dalam setahun. Seperti
yang di sampaikan oleh bapak Zaenal Mustofa S.Pd yaitu sebagai Ketua Lembaga
Pemberdayaan masyarakat (LPM) Desa Sawarna yang menyatakan bahwa
pembinaan yang didapatkan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak hanya
sekali saja, melainkan yang sering mengadakan pembinaan atau
pelatihan-pelatihan adalah dari Dinas kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten
(wawancara, 20 Agustus 2015).
Keempat, kurangnya kesempatan bagi masyarakat lokal Desa Sawarna
untuk memasarkan hasil kerajinan dan kulinernya di lokasi obyek wisata. Salah
satu kemajuan dari pariwisata kerakyatan adalah masyarakat lokal mampu
memberdayakan dirinya sendiri melalui kemampuannya dengan memanfaatkan
peluang obyek wisata yang ada disekitarnya. Seperti observasi yang ditemukan
oleh peneliti bahwa tidak ada hasil karya masyarakat lokal Desa Sawarna yang di
pasarkan di lokasi utama obyek wisata Desa Sawarna, yang hanya ada penjual
pakaian yang bertuliskan Sawarna yang berasal dari luar Desa Sawarna bahkan
Sawarna. Desa Sawarna memiliki daya ketrampilan masyarakat yang tinggi, tetapi
belum dapat dikembangkan oleh Pemerintah Daerah.
1.2 Identifikasi Masalah
Merujuk pada latar belakang di atas maka dapat diidentifikasi beberapa
masalah yang berkaitan dengan latar belakang di atas yang terdiri:
1. Belum optimalnya dalam pengadaan sarana dan prasarana di lokasi
obyek wisata.
2. Kurangnya koordinasi antara Pengelola Desa Sawarna dengan
Pemerintah Daerah.
3. Belum optimalnya pemberdayaan bagi pengelola pariwisata berbasis
masyarakat.
4. Kurangnya kesempatan bagi masyarakat lokal Desa Sawarna untuk
memasarkan hasil kerajinan dan kulinernya di lokasi obyek wisata.
1.3 Batasan Masalah
Batasan Peneliti membatasi ruang lingkup penelitian yang diteliti yaitu
pada Strategi Pengembangan Pariwisata di Desa Sawarna Kecamatan Bayah
Kabupaten Lebak.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan penelitian yang diuraikan
sebelumnya, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan,
Bagaimanakah strategi yang tepat dalam pengembangan pariwisata di Desa
1.5 Tujuan Penelitian
1.5.1. Tujuan Operasional
Untuk mengetahui dan mendapatkan gambaran yang jelas mengenai
strategi yang sebaiknya dilakukakan untuk mengembangkan pariwisata di Desa
Sawarna.
1.5.2 Tujuan Fungsional
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan, baik bagi Pemerintah Daerah Kab. Lebak, Pemerintah Desa
Sawarna, Masyarakat Desa Sawarna, dan Wisatawan.
1.5.3 Tujuan Individual
Untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ilmu
Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik Program Studi Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk semua pihak
yang bersangkutan dalam penelitian ini, baik manfaat secara praktis maupun
secara teoritis.
1.6.1 Manfaat Praktis
Beberapa manfaat secara praktis dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut.
a. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan mengenai cara pengembangan pariwisata yang ada di Desa
b. Bagi pembaca, Penelitian ini dapat menjadi promosi Pariwisata di
Desa Sawarna yang memilikiki obyek wisata yang berlimpah untuk dijadikan
lokasi wisata unggulan di Provinsi Banten .
1.6.2 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap
pengembangan Ilmu Administrasi Negara khususnya dalam Pembangunan
Daerah, Pembangunan Masyarakat, dan Pemberdayaan Masyarakat melalui
Pariwisata Pedesaan.
1.7 Sistematika Tulisan
Untuk memberikan gambaran yang sistematis serta dapat dengan mudah
dipahami maka penelitian ini disusun berdasarkan ketentuan yang biasa digunakan
sesuai petunjuk penulisian penelitian dari perguruan tinggi tempat penulis belajar,
dengan ketentuan sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
1.1Latar Belakang Masalah
Latar belakang masalah menggambarkan ruang lingkup dan kedudukan
yang akan diteliti dalam bentuk uraian secara deduktif, dari lingkup yang paling
umum hingga menukik ke arah yang paling spesifik dan relevan dengan judul.
Materi dari uraian ini dapat bersumber pada hasil penelitian dari yang sudah ada
sebelumnya, hasil pengamatan dan wawancara terkait. Latar belakang masalah
1.2Identifikasi Masalah
Menjelaskan identifikasi peneliti terhadap permasalahan yang muncul dari
uraian pada latar belakang masalah di atas, identifikasi masalah dapat diajukan
dalam bentuk pernyataan.
1.3Batasan Masalah
Menjelaskan keterbatasan kemapuan dan kemapuan berfikir peneliti
terhadap permasalahan dari uraian latar belakang dan identifikasi masalah.
1.4Rumusan Masalah
Dari sejumlah masalah hasil identifikasi peneliti di atas, ditetapkan
masalah yang paling penting yang berkaitan dengan fokus penelitian. Pembatasan
masalah mencakup fokus dan lokus penelitian, termasuk di dalamnya membuat
batasan definisi konsep dan operasional yang digunakan dalam penelitian.
1.5Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai
dengan dilaksanakannya penelitian terhadap masalah yang telah dirumuskan. Isi
dan tujuan penelitian sejalan dengan isi dari tujuan penelitian.
1.6Manfaat penelitian
Menguraikan manfaat penelitian yang terdiri dari manfaat teoritis pada
pengembangan ilmu pengetahuan dari hasil penelitian.
1.7Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran yang sistematis serta dapat dengan mudah
dipahami maka tugas Metode Penelitian Administrasi ini disusun berdasarkan
penulis belajar.
BAB II Tinjauan Pustaka dan Asumsi Dasar
2.1 Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka memuat hasil kajian terhadap sejumlah teori yang
relevan dengan permasalahan yang variabel penelitian sehingga akan memperoleh
konsep penelitian yang jelas.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu menjelaskan tentang referensi penelitian yang sudah
ada sebelumnya untuk memberi gambaran pada peneliti tentang penelitiannya.
2.3 Kerangka Pemikiran penelitian
Kerangka pemikiran penelitian menggambarkan alur pikiran peneliti
sebagai kelanjutan dari deskripsi teori untuk memberikan penjelasan kepada
pembaca dapat dilengkapi dengan sebuah bagan yang menunjukkan alur pikiran
peneliti serta kaitan antar teori yang diteliti.
2.4 Asumsi Dasar
Asumsi dasar menjelaskan tentang perkiraan awal peneliti terhadap suatu
masalah atau kajian yang diteliti. Biasanya untuk memperjelas maksud peneliti,
peneliti menggunakan presentase dalam asumsi dasar.
BAB III METEDOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian
Menjelaskan metode dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian.
3.2 Ruang Lingkup/Fokus penelitian
3.3 Lokasi Penelitian
Tempat penelitian dilakukan sesuai dengan fokus yang telah ditetapkan.
3.4 Teknik Pengumulan Data
Menjelaskan tentang teknik dalam mendapatkan atau mengumpulkan data.
Disini teknik yang digunakan adalah observasi, wawancara, studi kepustakaan,
dan dokumentasi
3.5. Instrumen Penelitian
Menjelaskan tentang instrumen penelitian yang dipakai oleh peneliti dalam
melakukan penelitian. Dalam penelitian ini instrumen penelitian yang dipakai
adalah peneliti itu sendiri.
3.6 Informan Penelitian
Informan penelitian menjelaskan informan penelitian yang mana yang
memberikan berbagai macam informasi yang dibutuhkan.
3.7 teknik Pengolahan dan Analisa Data
Menjelaskan teknik analisa beserta rasionalisasinya yang sesuai dengan
sifat data yang diteliti.
3.8 Uji Keabsahan Data
Menjelaskan pernyataan tentang pengujian keabsahan data. Pada
penelitian ini lebih menekankan pada aspek realibilitas yang berkenaan dengan
derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan.
3.9 Jadwal penelitian
Menjelaskan tentang waktu penelitian dari pelaksanaan penelitian sampai
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian
` penjelasan mengenai obyek penelitian yang meliputi alokasi penelitian
secara jelas, struktur organisasi dari populasi atau sampel (dalam penelitian ini
menggunakan istilah informan) yang telah ditentukan serta hal lain yang
berhubungungan dengan obyek penelitian.
4.2 Deskripsi Data
Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan
mempergunakan teknik analisa data yang relevan.
4.3 Temuan Lapangan
Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan
menggunakan teknik analisa data kualitatif.
4.4 Pembahasan
Merupakan pembahasan lebih lanjut dari lebih rinci terhadap hasil
penelitian.
BAB V PENUTUP
5.1Kesimpulan
Menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara jelas, singkat dan
juga mudah dipahami. Kesimpulan juga harus sejalan dengan permasalahan serta
asumsi dasar penelitian.
5.2Saran
Memiliki isi berupa tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap
24
2.1 Landasan Teori
Pada bab ini peneliti akan menggunakan beberapa teori yang mendukung
masalah dalam penelitian ini, dimana berfungsi untuk menjelaskan dan menjadi
panduan dalam penelitian. Penelitian mengenai Strategi Pengembangan Pariwisata
di Desa Sawarna Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak, yang akan dikaji dengan
beberapa teori dalam ruang lingkup Administrasi Negara untuk mendukung
masalah penelitian diantaranya yaitu: Manajemen Strategi, Analisis SWOT,
Pengembangan Pariwisata, dan Pembangunan Masyarakat dibidang Pariwisata,
serta untuk melengkapi peneliti lampirkan penelitian terdahulu sebagai bahan
kajian dalam penelitian ini.
2.1.1 Pengertian Manajemen Stratejik
Manajemen stratejik merupakan suatu proses yang dinamik karena
berlangsung secara terus-menerus dalam suatu organisasi. Setiap strategi selalu
memerlukan peninjauan ulang dan bahkan mungkin perubahan di masa depan.
Salah satu alasan utamanya ialah karena kondisi yang dihadapi oleh satu
organisasi, baik yang sifatnya internal maupun eksternal selalu berubah-ubah.
Dengan kata lain strategi manajemen dimaksudkan agar organisasi menjadi satuan
organisasi yang tingkat efektifitas dan produktivitasnya semakin lama semakin
tinggi.
Manajemen stratejik berhubungan dengan proses memilih strategi dan
kebijakan dalam rangka upaya memaksimali sasaran-sasaran organisasi yang
bersangkutan. Manajemen stratejik meliputi semua aktivitas yang menyebabkan
timbulnya perumusan sasaran organisasi, strategi-strategi dan pengembangan
rencana-rencana, tindakan-tindakan dan kebijakan untuk mencapai
sasaran-sasaran strategitersebut untuk organisasi yang bersangkutan secara total.
Manajemen strategis (strategic management) didefinisikan sebagai suatu
set keputusan dan tindakan yang menghasilkan formulasi dan implementasi
rencana yang dirancang untuk meraih tujuan suatu perusahaan (Pearce and
Robbins, 2011:5). Selanjutnya pendapat yang tidak jauh berbeda dari Hunger dan
Wheelen yang memeberikan definisi Manajemen strategi adalah serangkaian
keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dalam
jangka panjang. Manajemen strategis meliputi pengamatan lingkungan,
perumusan strategi (perencanaan strategis atau perencanaan jangka panjang),
implementasi strategis, dan evaluasi serta pengendalian (Hunger, David. J &
Thomas L. Wheelen, 2003 : 4). Ditambah lagi pendapat dari Hadari Nawawi
(2000:148) yang memberikan definisi manajemen strategik sebagai proses atau
rangkaian kegiatan pengambilan keputusan yang bersifat mendasar dan
menyeluruh, disertai penetapan cara melaksanakannya, yang dibuat oleh
manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran didalam suatu
Pendapat lain yaitu Menurut Fred R. David (2010:5)
“Manajemen strategis adalah seni dan pengetahuan dalam merumuskan,
mengimplemenatsikan, serta mengevaluasi keputusan-keputusan lintas-fungsional
yang memampukan sebuah organisasi mencapai tujuannya”.
Bernard Marr (2006) mengajukan 10 prinsip penerapan manajemen strategis
yang baik yaitu :
1. Kejelasan strategi
2. Pengumpulan indikator kinerja yang tepat
3. Pelaksanaan analisis manajemen kinerja
4. Penciptaan budaya belajar yang positif
5. Perolehan kepercayaan internal
6. Penjajaran/pengarahan organisasi
7. Perbaruan system terus-menerus
8. Komunikasi dan pelaporan yang baik
9. Implementasi software pendukung
10.Dedikasi sumber daya dan waktu
2.1.1.1 Proses Manajemen Strategi
Pada proses manajemen strategis organisasi dituntut untuk terus-menerus
memonitori peristiwa dan kecenderungan internal dan eksternal sehingga
organisasi dapat melakukan perubahan tepat waktu. Agar organisasi dapat terus
bertahan dan berkembang semua organisasi harus mampu mengenali dan
memungkinkan organisasi menyesuaikan diri secaraefektif untuk berubah dalam
jangka panjang.
Hunger dan Wheelen (2003:9) menyebutkan bahwa dalam proses
manajemen strategis meliputi empat elemen dasar yaitu:
1. Pengamatan lingkungan
2. Perumusan strategi
3. Implementasi strategi
4. Evaluasi dan pengendalian.
Sementara itu proses manajemen strategi menurut Pearce dan Robinson
(2011:20), mengandung Sembilan tugas penting, yaitu:
1. Merumuskan misi perusahaan, meliputi rumusan umum tentang
maksud keberadaan (purpose), filosofi (phylosophy), dan tujuan (goal).
2. Mengembangkan profil perusahaan yang mencerminkan kondisi intern
dan kapabilitasnya.
3. Menilai lingkungan ekstern perusahaan, meliputi baik pesaing maupun
faktor-faktor konstektual umum.
4. Menganalisis opsi perusahaan dengan mencocokkan sumberdayanya
dengan lingkungan ekstern.
5. Mengidentifikasi opsi yang paling dikehendaki dengan mengevaluasi
setiap opsi yang ada berdasarkan misi perusahaan.
6. Memilih seperangkat sasaran jangka panjang dan strategi umum
7. Mengembangkan sasaran tahunan dan strategi jangka pendek yang
sesuai dengan sasaran jangka panjang dan strategi umum yang dipilih.
8. Mengimplementasikan pilihan strategic dengan mengalokasikan
sumber daya anggaran yang menekankan pada kesesuaian antara tugas,
SDM, struktur, teknologi, dan system imbalan.
9. Mengevaluasi keberhasilan proses strategi sebagai masukan bagi
pengambilan keputusan yang akan datang.
Proses manajemen strategis dapat dengan cukup mudah dipelajari dan
diaplikasikan dengan menggunakan sebuah model. Fred R. David (2010:21)
mempresentasikan sebuah pendekatan yang jelas dan praktis untuk merumuskan,
menerapkan, dan menilai strategis. Mengidentifiksi visi, misi, tujuan, dan strategi
yang dimiliki suatu organisasi saat ini merupakan titik mula yang logis untuk
manajemen strategis sebab situasi dan kondisi perusahaan saat ini mungkin
menghalangi strategi tertentu dan bahkan mendikte langkah aksi khusus (David,
R. Fred. 2010:21). Menurut Fred R. David Proses manajemen strategis terdiri dari
tiga tahap yaitu :
1. Perumusan strategi
a. Pengembangan Pernyataan Visi dan Misi
b. Penilaian Eksternal (kekuatan Sosial, Budaya, Demografis, dan
Lingkungan)
c. Penilaian Internal (Pandangan Berbasis Sumber Daya)
d. Analisa dan Pilihan Strategi
a. Penetapan tujuan tahunan
b. Pembuatan kebijakan
c. Memotivasi karyawan
d. Alokasi sumber daya
e. Struktur organisasional yang efektif
f. Pemasaran
g. Penyiapan anggaran
h. Pengembangan serta pemanfaatan sistem informasi
3. Pengevaluasian Strategis
Sumber: David, R. Fred. (2010:21) Menjalankan
Penerapan proses manajemen strategis umumnya lebih formal di
organisasi-organisasi yang lebih besar dan mapan. Formalitas disini merujuk pada
partisipan, tanggung jawab, otoritas, tugas, dan pendekatan yang ditetapkan.
Bisnis yang lebih kecil cenderung lebih tidak formal. Organisasi – organisasi
yang bersaing dalam lingkungan yang kompleks dan senantiasa berubah dengan
cepat, seperti organisasi yang bergerak pada bidang teknologi, cenderung lebih
formal dalam perencanaan strategis mereka. Organisasi yang memiliki banyak
divisi, produk, pasar, dan teknologi juga cenderung lebih formal dalam
mengaplikasikan konsep manajemen strategis. Formalitas yang lebih besar dalam
menerapkan proses manajemen strategis umumnya secara positif terkait dengan
biaya, cakupan, akurasi, dan keberhasilan rencana di semua jenis dan ukuran
organisasi.
2.1.1.2 Pengertian Strategi
Istilah strategi berasal dari bahasa yunani strategia (stratos : militer, dan
ag : pemimpin) yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi seorang jendral,
dimana jendral tersebut dibutuhkan untuk memimpin suatu angkatan perang agar
dapat selalu memenangkan perang. Strategi merupakan cara terbaik yang
dijalankan untuk mencapai tujuan tertentu. Selain itu pula bahwa strategi adalah
suatu cara atau langkah-langkah yang harus ditempuh oleh organisasi dalam
mencapai tujuannya dalam menentukan persaingan dengan para kompetitornya.
Strategi secara umum adalah proses penentuan rencana para pemimpin
puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan
secara khusus strategi merupakan tidakan yang bersifat senantiasa meningkat dan
terus-menerus.
Strategi menurut J.L Thompson (dalam Oliver, 2007: 2) mendefinisikan
strategi sebagai cara untuk mencapai sebuah hasil akhir, hasil akhir menyangkut
tujuan dan sasaran organisasi. Strategi merupakan cara yang sifatnya mendasar
dan fundamental yang akan dipergunakan oleh suatu organisasi atau perusahaan
untuk mencapai tujuan dan berbagai sasarannya dengan selalu memperhitungkan
kendala lingkungan yang pasti dihadapi.
Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen
untuk mencapai suatu tujuan. Namun untuk mencapai suatu tujuan tersebut,
strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja
tetapi harus menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya.
Fred R. David (2010) mendefinisikan strategi merupakan alat untuk
mencapai tujuan jangka panjang. Strategi adalah tindakan potensial yang
membutuhkan keputusan manajemen tingkat atas dan sumber daya perusahaan
dalam jumlah yang besar. Strategi memiliki konsekuensi yang multifungsi dan
multidimensi serta perlu mempertimbangkan faktor-faktor eksternal dan internal
yang dihadapi perusahaan.
Dengan demikian strategi merupakan pola umum yang terdiri dari
tahapan untuk mencapai tujuan yang dimulai dari cara pelaksanaan dan langkah
sebagai pedoman untuk mencapai tujuan tertentu. Strategi dalam segala hal
digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan tidak akan mudah
tujuan tidak terlepas dari strategi. Agar semua perencanaan dari suatu kegiatan
tercapai dengan baik, tentunya harus sesuai dengan strategi yangtelah tersusun
dengan baik. Oleh karena itu, perlu ditetapkan kriteria strategi dalam mencapai
suatu tujuan yaitu:
a. Strategi pemberdayaan masyarakat
b. Strategi peningkatan kapasitas sumber daya
c. Strategi perlindungan sosial
d. Strategi peningkatan kualitas lingkungan
2.1.1.3 Metode Perumusan Strategi
Dalam perumusan strategi yang terpenting adalah bagaimana pemilikan
suatu strategi dilakukan menurut William R. King proses pemilikan strategi
dilakukan berdasarkan :
a. Pengembangan strategi (strategic development)
b. Penyempurnaan (refinement)
c. Evaluasi
Pengembangan strategi meliputi pencairan strategi dalam rangka
pencapaian tujuan-tujuan organisasi. Penyempurnaan strategi merupakan elaborasi
strategi-strategi yang ditentukan apakah dapat dianggap memungkinkan untuk
mewujudkan tujuan yang memiliki aspek-aspek tertentu. Evaluasi strategi
dimaksudkan suatu pertimbangan terhadap berbagai strategi yang telah dipilih,
dikembangkan dan disempurnakan untuk memastikan alternatif mana yang paling
sesuai untuk dapat digunakan sebagai upaya dalam mencapai tujuan yang
Perumusan strategi antara lain dapat didasarkan atas hasil analisis SWOT
(strengths, weaknesses, opportunities, dan threats analysis) sebagaimana
dilakukan pada waktu mengadakan premises perencanaan yang lazimnya juga
disebut situation audit dengan memanfaatkan kekuatan dan kesempatan
tertungkap.
Dalam pengadaan premises melalui analisis SWOT dapat terungkap data
strategis yang terdiri atas kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan tantangan.
Faktor-faktor tersebut berasal dari keadaan ekstern, dan prakiraan keadaan
(ekstern dan intern) serta disebut sebagai profil keuntungan strategis (kekuatan
dan kelemahan) serta profil kesempatan dan tantangan lingkungan (kesempatan
dan tantangan).
2.1.2 Konsep Pariwisata
2.1.2.1 Pengertian Pariwisata
Pariwisata adalah semua proses yang ditimbulkan oleh arus perjalanan
lalu lintas orang-orang dari luar ke suatu Negara atau daerah dan segala sesuatu
yang terkait dengan proses terebut seperti makan/minum, transportasi,
akomodasi, dan objek atau hiburan (Viloletta Simatupang, 2009:24). Pariwisata
merupakan aktivitas, pelayanan dan produk hasil industri pariwisata yang
mampu menciptakan pengalaman perjalanan bagi wisatawan (Muljadi, 2012:7).
Mcintosh (1995) dalam (Muljadi, 2012:7), menyatakan bahwa pariwisata adalah “... a composite of activities, services and industries that delivers a travel experience: transportation, accommodation, eating and dringking establishment, shops, entertainment, activity, and other hospitality service available for individuals or group that are away from home”.
“the activities of persons travelling to and staying in places outside their usual environment for not more than one concecutive year for leisure, business and other purposes”.
Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah
pusat dan pemerinth daerah (Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan Bab I, Pasal 1, ayat 3). Sedangkan definisi Kepariwisataan adalah
keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi
serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan
Negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama
wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha (Undang-undang No.
10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan Bab I, Pasal 1, Ayat 1).
Menurut Richardson and Fluker (2004) dalam (Pitana dan Diarta,
2009:46) mengatakan bahwa definisi pariwisata yang dikemukakan mengandung
beberapa unsur pokok yaitu :
1. Adanya unsur travel (perjalanan), yaitu pergerakan manusia dari satu
tempat ke tempat lain.
2. Adanya unsur “tinggal sementara” ditempat yang bukan merupakan
tempat tinggal yang biasanya; dan
3. Tujuan utama dari pergerakan manusia tersebut bukan untuk mencari
penghidupan/pekerjaan ditempat yang dituju.
Dari penjelasan tentang pariwisata diatas dapat disimpulkan bahwa
pariwisata merupakan kegiatan wisata yang didukung dengan segala fasilitas dan
atau wisatawan, warga setempat dan pemerintah. Namun dari beberapa definisi
diatas terlihat bahwa pariwisata akan memberikan keuntungan apabila dikelola
secara maksimal baik oleh pemerintah, pihak swasta, masyarakat, dan wisatawan.
Dari definisi yang sudah dijabarkan diatas tentunya tersirat manfaat dari
kepariwisataan tersebut, yaitu sebagai berikut :
1. Kepariwisataan merupakan kegiatan pemakaian jasa yang beraneka
ragam atau kepariwisataan adalah suatu kumpulan dari beraneka
ragam pemakaian jasa, sehingga para wisatawan memerlukan jasa
hotel, jasa makan/minum, jasa angkutan dan lain-lain.
2. Pada hakikatnya, kepariwisataan dengan sektor – sektor ekonomi
yang lain “saling ketergantungan” dengan gambaran yang jelas seperti
beberapa contoh pertanyaan sebagai berikut.
1) Kenaikan jumlah kedatangan wisatawan, apakah menimbulkan
dampak produksi di segala sektor?
2) Kenaikan jumlah kedatangan wisatawan, apakah berdampak pada
peningkatan jumlah impor?
3) Kenaikan jumlah kedatangan wisatawan, apakah berdampak pada
kesempatan lapangan kerja?
4) Apakah peningkatan dibidang kepariwisataan berpengaruh secara
tidak langsung terhadap pajak?
3. Pengeluaran wisatawan disuatu Negara/wilayah yang dikunjungi
berpengaruh secara signifikan, sebab:
yaitu :
a. Transportasi;
b. Akomodasi, makan, dan minum
c. Dampak pengeluaran wisatawan mancanegara menambah
devisa Negara. (Muljadi, 2012:119-120)
Dapat disimpulkan manfaat pariwisata yangdijabarkan Muljadi bahwa
pariwisata akan memiliki manfaat yang akan dirasakan oleh berbagai pihak baik
pihak swasta, pemerintah, dan masyarakat. Selain itu manfaat pariwisata yang
terpenting adalah menambah devisa Negara.
2.1.2.2 Pengembangan Pariwisata
Strategi pengembangan pariwisata menurut Rangkuti (2002: 3)
sebagaimana mengutip Chandler, strategi merupakan suatu alat untuk mencapai
tujuan dalam kaitannya dengan jangka panjang, program tindak lanjut serta
prioritas sumber daya. Selanjutnya menurut Marpaung (2007 : 19) :
“Perkembangan kepariwisataan bertujuan memberikan keuntungan baik bagi wisatawan maupun warga setempat. Pariwisata dapat memberikan kehidupan yang standar kepada warga setempat melalui keuntungan ekonomi yang didapat dari tujuan wisata. Dalam perkembangan infrastruktur dan fasilitas rekreasi, keduanya menguntungkan wisatawan dan warga setempat, sebaliknya kepariwisataan dikembangkan melalui penyediaan tempat tujuan wisata”.
Hal tersebut dilakukan melalui pemeliharaan kebudayaan, sejarah dan taraf
perkembangan ekonomi dan suatu tempat wisata yang masuk dalam pendapatan
untuk wisatawan akibatnya akan menjadi pengalaman yang unik daritempat
wisata. Pada waktu yang sama, ada nilai-nilai yang membawa serta dalam
pariwisata dapat memperbesar keuntungan sambil memperkecil masalah-masalah
yang ada.
2.1.2.3 Pengelolaan Pariwisata
Pengelolaan atau manajemen berasal dari bahasa Inggris yaitu
“management”. Manajemen adalah konsep perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan
penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang telah
ditetapkan (Yohanes Yahya. 2006:1). Menurut Leiper dalam Pitana (2009:80)
pengelolaan (manajemen) merujuk kepada seperangkat peranan yang dilakukan
oleh seseorang atau kelompok orang, atau bisa juga merujuk kepada fungsi-fungsi
yang melekat pada peran tersebut.
Ahli manajemen mengemukakan sudut pandang yang hamper sama
mengenai urutan fungsi manajemen, misalnya fungsi-fungsi manajemen menurut
George Terry yang biasa di singkat POAC yaitu Planning (perencanaan),
Organizing (pengorganisasian) Actuating (penggerakkan), Controlling
(pengawasan). Henri Fayol mengurutkan lima fungsi manajemen yang dikenal
dengan singkatan POCCC, yaitu planning (perencanaan), Organizing
(pengorganisasian), Commanding (perintah), Cordinating (pengkoordinasian),
Controlling (pengawasan). Luther M Guillick mengurutkan enam fungsi
manajemen dengan singkatan POSDCORB (Planning, Organizing, Staffing,
Directing, Coordinating, Reporting, dan Budgeting).
Pengelolaan pariwisata haruslah mengacu pada prinsip-prinsip
komunitas, dan nilai sosial yang memungkinkan wisatawan menikmati kegiatan
wisatanya serta bermanfaat bagi kesejahteraan komunitas lokal. Menurut Cox
dalam Pitana dan Diarta (2009:81), pengelolaan pariwisata harus memperhatikan
prinsip-prinsip berikut :
a. Pembangunan dan pengembangan pariwisata haruslah didasarkan pada
kearifan lokal dan special local sense yang merefleksikan keunikan
peninggalan budaya dan keunikan lingkungan.
b. Preservasi, proteksi, dan peningkatan kualitas sumber daya yang menjadi
basis pengembangan kawasan pariwisata.
c. Pengembangan atraksi wisata tambahan yang mengakar pada khasanah
budaya lokal.
d. Pelayanan kepada wisatawan yang berbasis keunikan dan pengembangan
lingkungan lokal.
e. Memberikan dukungan dan legitimasi pada pembangunan dan
pengembangan pariwisata jika terbukti memberikan manfaat positif, tetapi
sebaliknya mengendalikan atau mengehentikan aktivitas pariwisata
tersebut jika melalmpaui ambang batas (carrying capacity) lingkungan
alam atau akseptabilitas sosial walaupun di sisi lain mampu meningkatkan
pendapatan masayarakat.
Untuk menyinergikan pengelolaan pariwisata yang memenuhi
prinsip-prinsip pengelolaan dalam uraian sebelumnya, diperlukan suatu metode
Metode pengelolaan pariwisata menurut WTO dalam Pitana dan Diarta
(2009:88) mencakup beberapa kegiatan berikut :
a. Pengkonsultasian dengan semua pemangku kepentingan
b. Pengidentifikasian isu yang mungkin muncul dalam kegiatan pariwisata
c. Penyusunan kebijakan
d. Pembentukan dan pendanaan agen dengan tugas khusus
e. Penyediaan fasilitas dan operasi
f. Penyediaan kebijakan fiskal, regulasi, dan lingkungan sosial yang kondusif
g. Penyelesaian konflik kepentingan dalam masyarakat
2.1.2.4 Pariwisata Perdesaan
Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 tahun 2009 tentang
Kepariwisataan yang dimaksud dengan wisata adalah kegiatan perjalanan yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat
tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan
daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Berdasarkan
pada definisi tersebut maka dapat dijadikan sebagai rujukan dalam penyusunan
definisi atau konsep tentang pariwisata perdesaan.
Banyak konsep atau definisi tentang Pariwisata Perdesaan. Pengertian atau
definisi tersebut dapat berdasarkan pada ketersediaan fasilitas, kegiatan yang
dilakukan ataupun berdasarkan pada budaya dan tradisi yang ada di desa tersebut
(Hadwijoyo, Suryo Sakti, 2012:67). Apabila berdasarkan pada fasilitas yang