PULAU TUNDA SEBAGAI DAERAH TUJUAN
WISATA BAHARI KABUPATEN SERANG
Skripsi
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Konsentrasi Humas
Program Studi Ilmu Komunikasi
Oleh Asri Sulistian NIM 6662120761
FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Semua yang ada di langit dan yang ada di bumi
selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam
kesibukan. {Ar-Rahman, 55:29}
Persiapan saja tidak cukup untuk
tujuan besar, maka tambahkan
disiplin, konsistensi, pengorbanan
dan senyum termanis untuk akhir
yang sempurna
-Asri Sulistian-
“Aku persembahkan Skripsi
ini untuk Orang Tuaku
tersayang, Adik-Adiku yang
sangat membanggakan dan
Orang-Orang yang
membuatku tersenyum,
bersemangat dan mengajariku
vi ABSTRAK
Asri Sulistian NIM 120761. Skripsi. Pulau Tunda sebagai Daerah Tujuan Wisata Bahari Kabupaten Serang. Pembimbing I: Iman Mukhroman., M.Si dan Pembimbing II: Ronny Yudhi Septa., M.Si
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Pulau Tunda sebagai daerah tujuan wisata bahari Kabupaten Serang yang ditinjau dengan menggunakan analisis SWOT. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi, studi dokumentasi, dan focus group discussion. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa Pulau Tunda sebagai objek wisata bahari Kabupaten Serang memiliki kekuatan berupa keindahan bawah laut yang berbeda dengan daerah pulau lain di Kabupaten Serang, selain itu Pulau Tunda pun memiliki peluang yang cukup besar dari segi lokasi yang strategis dan tidak jauh dari pusat kota. Namun Pulau Tunda memiliki kelemahan berupa kualitas sumberdaya manusia dan sadar wisata yang rendah serta permasalahan sampah yang berada di pesisir Pulau Tunda. Sementara itu tantangan yang dihadapi Pulau Tunda adalah kelestarian taman bawah laut yang dapat terancam ketika banyaknya wisatawan yang datang dan melakukan kegiatan wisata.
vii
ABSTRACT
Asri Sulistian NIM 120761. Mini Thesis. Tunda Island as a Marine Tourism Destination In Serang District. Advisor I: Iman Mukhroman., M.Si and Advisor II: Ronny Yudhi Septa., M.Si
This study was conducted to determine the Tunda Island as a maritime tourism destination Serang regency were reviewed by using SWOT analysis. This study uses qualitative research methods with data collection techniques such as interviews, observation, documentation studies, and focus group discussion. Results of research conducted shows that the Island Tunda as a maritime tourist attraction Serang District has the power in the form of underwater beauty of different regions island other in Serang regency, besides Island Tunda also have a big opportunity in terms of strategic location and not far from the center city. But Tunda Island has a weakness in the form of human resource and tourism awareness is low and the waste problem which is on the coast of the island Snooze. While the challenges facing the Tunda Island is the preservation of underwater parks that can be threatened when many tourists who come and tourism activities.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil‟allamin, puji syukur tercurahkan kepada Allah SWT
yang memberikan saya kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Sholawat
beserta salam senantiasa terucapkan kepada manusia biasa yang diberikan
anugerah sebagai pembawa cahaya baginda Rosulallah Muhammad SAW.
Skripsi ini berjudul Pulau Tunda Sebagai Daerah Tujuan Wisata
Bahari Kabupaten Serang. Penelitian ini dilakukan sebagai pemenuhan atas
syarat kelulusan yang ditetapkan oleh jurusan Ilmu Komunikasi Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa. Tema besar dalam penelitian ini adalah komunikasi
pemasaran pariwisata. Secara garis besar skripsi ini mencoba untuk mengetahui
potensi Pulau Tunda sebagai daerah tujuan wisata yang ditinjau dengan
menggunakan analisis SWOT. Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian
kualitatif, dengan teknik pengumpulan data wawancara, observasi, focus group discussion dan studi dokumentasi.
Selesainya skripsi ini tentu bukan hanya kerja keras yang dilakukan
penulis namun ada banyak bantuan-bantuan yang penulis dapatkan selama proses
penyusunan skripsi ini, maka dari itu dari dalam lubuk hati dengan penuh kasih
penulis sampaikan rasa terima kasih yang tak terucapkan kepada :
1. Bapak Prof.H.Sholeh Hidayat.,M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
2. Bapak Dr.Agus Sjafari.,M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Ibu Dr.Rahmi Winangsih.,M.Si Selaku Ketua Jurusan Ilmu
ix
4. Bapak Darwis Sagita.,M.Si Selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Komunikasi Fisip Untirta, terima kasih atas motivasi yang berikan selama ini.
5. Bapak Iman Mukhroman.,M.Si selaku dosen pembimbing skripsi I, terima kasih atas bimbingan, motivasi dan semangat yang diberikan hingga selesainya skripsi ini.
6. Bapak Ronny Yudhi Septa Priatna.,M.Si selaku dosen pembimbing skripsi II sekaligus penguji skripsi, terima kasih atas bimbingan, motivasi dan semangat yang diberikan hingga selesainya skripsi ini. 7. Naniek Afrilla Framanik, M.Si dan Neka Fitriyah., M.Si selaku
penguji skripsi, terimaksih atas saran dan arahan untuk perbaikan hasil skripsi ini.
8. Bapak Ari Pandu Witantra.,S.Sos selaku dosen pembimbing akademik terimakasih atas bimbingan yang diberikan selama ini.
9. Ibu Nurprapti Wahyu Widyastuti M.Si, Naniek Afrilla Framanik, M.Si dan Dr.Rahmi Winangsih, M.Si selaku salah satu yang menjadi inspirasi dalam penelitian ini, terima kasih untuk karya yang menginspirasi.
10.Dosen Ilmu Komunikasi Fisip Untirta, terima kasih atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis. Semoga ilmu ini senantiasa dapat bermanfaat.
11.Muktiyono dan Iis Damayanti selaku orang tua penulis, Sugianto selaku bapak kandung penulis, terima kasih atas doa, dukungan dan pengajaran hidup yang selama ini diberikan. Ugi Sugian, U.Maya Zazqia, Umar Said, Triyana Rahmawati sebagai adik-adikku yang selalu membuatku bangga dan seluruh keluarga besarku.
12.Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga. Dinas Kelautan, Perikanan, Energi dan Sumber daya Mineral. Pemerintah Desa Pulau Tunda. Travel Wisata Bahari Pulau Tunda, Travel Tundive, Karang Taruna Pulau Tunda, Novia, Pephit, Hilda Yunike, Ida Yanti,S.Ikom, Ramdhan yang telah bersedia menjadi narasumber dalam skripsi ini. 13.Bojak-bojak: Ardi Purwadi, Dian Lestari, Eko Prayogo S.Ikom, Nina
Prasetyaningsih, Rachel Mutia Nurdalilah Simatupang, Raudhatul Jannah, Yohana Arta Ully selaku sahabat sekaligus keluarga baru di kampus Untirta terimakasih atas tawa canda dan semangat yang kalian berikan.
14.Jasmine girl: Andi Natoya Nuraisyah, Annisa Asriani S.Pd, Astri widyanti, Iin Samsiah Nurfajria, Intan Putri Suciani, Mutiara Dwi Setianingsih, Ranita Dahlan, Siti Mulyana S.Pd, Yusi Intan terimakasih untuk kehangatan keluarga yang kalian berikan selama ini. 15. Kakak Istiqoma Ridloti, Kakak Iden Salman, Irma Yanuaristi, Arya
Dwi Cahyo, Erlin Pratiwiningtias, Abdul Nashir, Bayu Teja Kusuma, Hari Agustian, Revandhika, terima kasih untuk motivasi dan dukungan yang diberikan.
x
S.E, Raudhatul Jannah, Isah Kholisah, terima kasih untuk semua kenangan indah dan pengalaman menyenangkan yang begitu berkesan. 17.Dede Irma, Benny Prayoga Sopian, Eneng Gustiani, Firda Yuandara,
Tiffani Aspa, Khalida Putri Pertiwi, Lia Purnamasari, Jamaludin, terimakasih untuk doa dan motivasi yang kalian berikan.
18.FoSMaI Fisip Untirta terima kasih untuk pengajaran dan ilmu serta doa yang selama ini diberikan.
19.Himakom 2014-2015 terimakasih untuk pengalaman yang berkesan 20.Rekan-rekan mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2012 yang tidak
bisa disebutkan satu persatu, terima kasih untuk masa-masa menyenangkan yang penuh kesan.
21.Firman Hakiki, Husaini Bayusagara S.Pd, Nana Suharna S.E, Bapak Gunawan, terima kasih atas waktu, tempat, dan bantuan yang diberikan selama proses pencarian data skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Atas
segala kekurangan yang menjadi kelemahan dalam skripsi penulis akan sangat
berterima kasih jika ada yang berkenan untuk memberikan kritik dan saran guna
perbaikan pada kesempatan lain.
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii
LEMBAR PERSETUJUAN... iii
LEMBAR PENGESAHAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar belakang ... 1
1.2Rumusan Masalah ... 7
1.3Identifikasi Masalah ... 8
1.4Tujuan Penelitian ... 8
1.5Manfaat penelitian ... 8
1.5.1 Manfaat Teoritis ... 9
1.5.2 Manfaat Praktis ... 9
BAB 2 KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR 2.1 Kajian Teori ... 10
xii
2.1.2 Pariwisata ... 11
2.1.3 Komunikasi dan Brand ... 13
2.1.4 Analisis SWOT ... 17
2.2 Kerangka Berfikir ... 19
2.3 Penelitian Terdahulu ... 21
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 29
3.2 Paradigma Penelitian ... 31
3.3 Metode Pengumpulan data ... 32
3.3.1 Wawancara Mendalam ... 32
3.3.2 Observasi ... 33
3.3.3 Studi Dokumentasi ... 34
3.3.4 Focus Group Discussion ... 34
3.4 Narasumber Penelitian ... 35
3.5 Fokus penelitian ... 36
3.6 Teknik Analisis Data ... 37
3.6.1 Pengecekan Keabsahan Data... 37
3.6 Tempat Penelitian... 39
3.7 Waktu Penelitian ... 39
BAB IV ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 40
4.2 Analisis Data Penelitian ... 44
4.2.1 Analisis SWOT ... 46
4.2.1.1 Kekuatan / Strength Pulau Tunda ... 47
4.2.1.2 Kelemahan / Weakness Pulau Tunda ... 50
4.2.1.3 Peluang / Opportunities Pulau Tunda ... 55
xiii
4.2.2 Identifikasi Potensi Pulau Tunda ... 59
4.3 Pembahasan ... 69
4.4.1 SWOT Pulau Tunda ... 70
4.4.2 Potensi Pulau Tunda sebagai Objek Wisata Bahari ... 74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 80
5.2 Saran ... 81
5.2.1 Saran Praktis ... 81
5.2.2 Saran Teoritis ... 82
DAFTAR PUSTAKA ... 84
LAMPIRAN ... 87
xiv
DAFTAR TABEL
Hamalan
xv
DARFTAR GAMBAR
Halaman
1. Gambar 2.1 Model Komunikasi Pemasaran... 11
2. Gambar 2.2 Kerangka Berfikir ... 20
3. Gambar 4.1 Sistem Informasi Pariwisata Kabupaten Serang ... 50
4. Gambar 4.2 Sampah di Pesisir Pulau Tunda ... 54
5. Gambar 4.4 Terumbu Karang ... 63
6. Gambar 4.4 Ikan Karang ... 64
7. Gambar 4.5 Kapal Penyeberangan Reguler ... 66
8. Gambar 4.6 Kapal Sewa untuk Wisatawan ... 66
9. Gambar 4.7 Jalan Desa ... 67
10.Gambar 4.8 Villa di Bagian Barat ... 68
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Pedoman Wawancara ... 87
2. Pedoman Observasi ... 90
3. Surat Ijin Penelitian ... 91
4. Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Narasumber ... 94
5. Catatan Observasi... 104
6. Tranaskip Wawancara ... 106
7. Notulensi Diskusi ... 144
8. Artikel Terkait Penelitian ... 150
9. Catatan Bimbingan ... 152
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pariwisata secara sederhana diartikan sebagai kegiatan perjalanan yang
dilakukan oleh seseorang atau kelompok ke suatu tempat untuk tujuan
bersenang-senang. Pandangan lain mengartikan pariwisata sebagai kegiatan jasa (trade a service), di mana jasa dijadikan sebagai produk yang dipasarkan, seperti jasa penginapan, jasa angkut, jasa makanan dan hiburan, termasuk jasa pengenalan
budaya dan tradisi masyarakat. Pariwisata sebagai sebuah industri mampu
mempercepat pertumbuhan ekonomi dan menyediakan lapangan pekerjaan bagi
masyarakat, meningkatkan standar hidup serta memberikan dorongan kepada
sektor-sektor produktif lain untuk terus berkembang.
Pariwisata di Indonesia menjadi salah satu dari empat sektor penyumbang
devisa terbesar yang mencapai 10 miliar dolar AS (Kompas, 28 Oktober 2015).
Jumlah ini dapat terus ditingkatkan dengan melakukan pengelolahan pariwisata
yang konsisten dan bersifat integratif antara pemerintah pusat dengan pemerintah
daerah dan pelaku usaha. Di tengah lesunya perkembangan sektor produktif
seperti manufaktur, perdagangan, dan lainnya yang disebabkan oleh krisis
ekonomi global yang saat ini sedang dialami oleh hampir seluruh negara
berkembang, mengembangkan sektor pariwisata dapat menjadi alternatif
pemecahan masalah yang terjadi. Eksistensi pariwisata dapat dikatakan stabil
kebutuhan bagi kehidupan masyarakat modern. Seseorang tidak lagi berwisata
untuk bersenang-senang tetapi juga untuk melepaskan diri dari rutinitas
keseharian, mencari inspirasi, menambah pengetahuan serta motif lain yang
menjadikan pariwisata semakin berkembang.
Indonesia memiliki banyak daerah yang potensial untuk mengembangkan
pariwisata. Bali merupakan contoh daerah yang sejak lama konsisten
mengembangkan daerahnya melalui pariwisata. Sejak jaman pemerintahan
Belanda wisata Bali sudah dikenal terutama mengenai keindahan panorama alam
yang ditawarkannya. Selepas itu di masa awal kemerdekaan, wisata Bali pun
menjadi icon untuk menarik perhatian warga negara lain untuk berkunjung ke Indonesia dan hingga kini pemerintah Bali menjadikan pariwisata sebagai
penggerak perekonomian daerah. Sektor usaha pariwisata yang meliputi penyedia
akomodasi, makan dan minum menyumbangkan lebih dari 20% dari total PDRB
Provinsi Bali sejak tahun 2014 pada triwulan ke II hingga tahun 2015 pada
triwulan ke II (Data BPS Provinsi Bali Agustus 2015).
Selain Bali, Provinsi Banten merupakan daerah yang juga potensial untuk
mengembangkan pariwisata. Keindahan alam, budaya hingga peninggalan sejarah
yang terdapat di Provinsi Banten dapat dijadikan modal awal untuk meningkatkan
taraf hidup masyarakat Banten melalui pengembangan pariwisata. Pemikiran
mengenai pengembangan sektor pariwisata untuk Provinsi Banten pun
disampaikan oleh Hj. Rano Karno dalam sebuah pemberitaan yang dimuat oleh
3
bahwa revitalisasi sektor pariwisata merupakan upaya dalam meningkatkan taraf
hidup masyarakat Provinsi Banten.
“Revitalisasi sektor pariwisata dilakukan karena Banten memiliki sekitar 526 objek pariwisata potensial. Dengan meningkatkan jumlah wisatawan sudah barang tentu akan memberikan dampak ekonomis yang sangat signifikan dalam waktu dekat. Komitmen Pemprov Banten dalam mengembangkan industri pariwisata salah satunya adalah “menjual” Banten keluar.” Tempo, 15 Oktober 2015 hal. 3
Berdasarkan peraturan daerah No.9 tahun 2005 tentang rencana induk
pengembangan pariwisata Provinsi Banten, pengembangan wisata di Banten
terbagi menjadi tiga bagian wilayah pengembangan pariwisata. Pertama, wilayah
pengembangan pariwisata A dengan satuan kawasan pengembangan pariwisata
melingkupi Tangerang, Pantai Utara dan Serang. Kedua, wilayah pengembangan
pariwisata B dengan satuan kawasan pengembangan pariwisata melingkupi
Cilegon, Pantai Barat, dan Ujung Kulon. Tiga, wilayah pengembangan pariwisata
C dengan satuan kawasan pengembangan pariwisata melingkupi Banten Tengah
dan Pantai Selatan. Saat ini salah satu yang menjadi prioritas pengembangan
kepariwisataan di Provinsi Banten terdapat wilayah Kabupaten Serang, yang
sebagian besar berupa pengembangan pariwisata berjenis pariwisata bahari.
Pariwisata bahari adalah kegiatan wisata yang berkaitan langsung dengan
sumber daya kelautan, baik di atas permukaan laut maupun kegiatan yang
dilakukan di bawah permukaan laut. Kabupaten Serang memang memiliki
keindahan bahari yang dapat diperhitungkan, contohnya adalah kawasan wisata
bahari Pantai Anyer yang sudah terkenal sejak lama menjadi tujuan wisata saat
berlibur, kawasan wisata bahari Pulau Sangiang yang juga merupakan kawasan
mengenai keindahan terumbu karang dan beragam jenis ikan yang terdapat di
pulau tersebut.
Pembangunan pariwisata bahari yang dilakukan oleh pemerintah daerah
Kabupaten Serang masih menjadikan Pantai Anyer sebagai prioritas
pengembangan wisata bahari. Namun dari wawancara yang dilakukan peneliti
dengan Kepala Bidang Destinasi Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Serang yang membenarkan bahwa Pantai Anyer menjadi prioritas
pengembangan tetapi selain Pantai Anyer pengembangan pariwisata pun
dilakukan di kawasan Pulau Tunda.
Pulau Tunda merupakan wilayah terluar dari Kabupaten Serang yang
secara geografis terletak di 106050‟00”- 105051‟51” BT dan 5056‟15”- 5059‟00”
LS Desa Wargasara Kecamatan Tirtayasa yang dikelilingi oleh Laut Jawa
(RJPMD Kabupaten Serang 2010-2015). Pulau Tunda menyimpan keindahan
taman bawah laut yang berpotensi dikembangkan menjadi sebuah objek wisata
bahari. Disekeliling pulau ditemukan karang dengantipe pertumbuhan karang tepi
atau Fringing Reef. Terumbu karang tersebut tumbuh pada kedalaman 1-10 meter. Daerah Pulau Tunda sebelah timur merupakan daerah dengan arus yang besar
sehingga sering digunakan untuk diving dan juga snorkeling, selain itu pada area timur juga dapat ditemukan clown fish dan binatang laut lainnya, daerah timur pun memiliki visibility (Jarak Pandang) yang cukup baik yaitu sekitar 10 meter. Daerah utara pulau dihiasi dengan beragam karang dengan visibility sekitar 12 meter pada bagian utara ini belum banyak tersentuh oleh aktifitas manusia
5
dapat setiap hari melihat atraksi lumba-lumba, namun pada waktu-waktu tertentu
di Pulau Tunda pun dapat ditemukan atraksi dari ikan lumba-lumba, hal ini
dikarenakan Pulau Tunda menjadi jalur migrasi lumba-lumba. Beberapa jenis ikan
yang dapat ditemukan di pulau ini adalah ikan nemo merah yang juga disebut
maroon clownfish (premnas biaculeatus), ikan nemo badut atau false percula/common clownfish (amphiprion ocellaris), ikan nemo kuning
(yellow/orange skunk clownfish/amphiprion sandaracinos), ikan remora (sucker fish), ikan butterfly fish, ikan damsel, ikan sergeant fish, ikan batfish, dan crinoid
atau lily laut.
Potensi yang dimiliki oleh Pulau Tunda tersebut saat ini banyak di
bicarakan oleh wisatawan di akun media sosial mereka. Bahkan ada yang secara
khusus membuat akun media sosial yang berisikan informasi seputar Pulau
Tunda. Ramai dibicarakan sebagai objek wisata, Pulau Tunda menjadi semakin
dikenal. Kenyataan bahwa Pulau Tunda sebagai objek wisata yang kian dikenal
dapat membawa pengaruh yang positif untuk pengembangan daerah Kabupaten
Serang khususnya.
Hasil pra penelitan yang dilakukan oleh peneliti mengenai objek wisata
Pulau Tunda menunjukan bahwa Pulau Tunda memang benar merupakan objek
wisata yang diakui oleh Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten
Serang dan menjadi daerah prioritas pengembangan wisata bagian utara
Kabupaten Serang. Selain itu hasil pra observasi yang dilakukan peneliti
menunjukan bahwa Pulau Tunda sebagai objek wisata belum memiliki dukungan
dengan keadaan Pulau Tunda yang terbilang minim dengan fasilitas wisata.
Pemasaran Pulau Tunda sebagai objek wisata pun terkesan tidak maksimal. Hal
ini di tunjukkan dengan tidak dibentuknya pesan pemasaran yang secara khusus
bertujuan untuk “menjual” objek wisata Pulau Tunda. Selain itu perbedaan
pandangan mengenai pariwisata yang terdapat di Pulau Tunda diantara para warga
dan pelaku usaha wisata di Pulau Tunda dikhawatirkan akan menghambat
pengelolaan Pulau Tunda sebagai objek wisata.
Pengelolaan Pulau Tunda sebagai destinasi wisata perlu memperhatikan
bahwa produk destinasi memiliki sesuatu yang bersifat tangible atau nyata yang berkaitan dengan aspek rasional atau yang berbentuk fisik dan dapat dirasakan
langsung oleh konsumen ketika ia mengonsumsi produk destinasi misalnya
keadaan hotel dan home stay yang bersih dengan dekorasi yang unik, dan ketersediaan fasilitas lain yang dibutuhkan oleh konsumen/ pengunjung. Selain itu
pengelolaan Pulau Tunda juga perlu memperhatikan hal-hal bersifat intangible
atau tidak dapat dilihat kasat mata yang berkaitan dengan emosional dan persepsi
konsumen terhadap Pulau Tunda misalnya seperti perasaan bahagia, segar,
ataupun bertambah bersemangat setelah mengunjungi Pulau Tunda. Unsur
intangible ini salah satunya berhubungan dengan brand.
Kotler dan Pfoertsch (2006) dalam Burhan Bungin (2015) menjelaskan
bahwa brand adalah konsep yang tidak terukur, sering kali dipahami atau sering kali dianggap mengkontruksi citra sosial sehingga produk pelayanan atau nilai
7
serupa. Hal ini dikarenakan Pulau Tunda bukanlah satu-satunya objek wisata
bahari, di Provinsi Banten terdapat beberapa objek wisata yang menawarkan
wisata bahari serupa dengan Pulau Tunda, yakni Pulau Umang yang terletak di
Kabupaten Pandeglang, di Kabupaten Serang Pulau Tunda dihadapkan dengan
Pulau Sangiang yang lebih dulu dikenal sebagai objek wisata. Selain itu Pulau
Tunda juga harus dapat bersaing dengan objek wisata Kepulauan Seribu yang
letaknya tidak terlalu jauh dan sudah lebih dulu dikenal sebagai objek wisata
bahari. Adiwijaya (2007) mengatakan bahwa Brand yang dilihat audience akan merangsang pembelian. Sehingga Brand yang terdapat di Pulau Tunda dapat menjadi pertimbangan bagi seseorang dalam melakukan keputusan untuk
mengujungi Pulau Tunda.
Burhan Bungin (2015) mengatakan bahwa brand haruslah disampaikan dan diketahui oleh publik. Branding merupakan suatu tindakan yang bertujuan untuk memperkenalkan suatu produk yang selanjutnya mempengaruhi mereka
dalam pengambilan keputusan terhadap produk tersebut (Naniek, Nurprapti,
Rahmi 2012). Sehingga usaha untuk memasarkan suatu brand dari suatu produk/ destinasi (tempat tujuan) agar produk tersebut menjadi lebih berkesan, lebih
berharga, dan lebih bernilai tersebut dikenal dengan istilah branding.
Branding ini digunakan untuk menunjukan Pulau Tunda kepada publik sehingga publik dapat tertarik mengunjungi Pulau Tunda. Brand dan branding
pada saat ini penting untuk di perhatikan dalam menjadikan Pulau Tunda sebagai
menunjukan perbedaan diri dari yang lain diperlukan untuk menarik perhatian
publik yang dihadapkan dengan berbagai pilihan.
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai Pulau Tunda sebagai daerah tujuan wisata bahari Kabupaten
Serang.
1.2Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Pulau Tunda
menjadi daerah tujuan wisata bahari Kabupaten Serang.
1.3Identifikasi Masalah
Adapun Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah
1. Bagaimana Analisis SWOT Pulau Tunda sebagai objek pariwisata
bahari ?
2. Bagaimana Identifikasi Potensi wisata yang dimiliki Pulau Tunda ?
1.4Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah
1. Mengetahui kekuatan (S), kelemahan (W), peluang (O), dan tantangan
(T) yang dimiliki objek wisata Pulau Tunda sebagai objek wisata
bahari di Kabupaten Serang.
2. Mengetahui potensi yang dimiliki Pulau Tunda sehingga dapat
9
1.5Manfaat Penelitian
1.5.1Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk
perkembangan ilmu komunikasi dan dapat memperkaya kajian-kajian
seputar ilmu komunikasi terutama yang berikatan dengan Pariwisata dan
komunikasi pemasaran.
1.5.2Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis berupa :
1. Bahan pertimbangan untuk menyusun program Pengembangan
wisata Pulau Tunda.
2. Dapat menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya yang memiliki
10
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Komunikasi Pemasaran
Komunikasi dekat dengan berbagai disiplin ilmu dan dalam
pengaruhnya kini komunikasi pun berpengaruh pada bidang pemasaran.
Keberadaan komunikasi dalam bidang pemasaran terus berkembang
menjadi sutu bidang baru yaitu Komunikasi Pemasran. Komunikasi
pemasaran adalah semua elemen-elemen promosi dan marketing mix yang
melibatkan komunikasi antar organisasi dan target audience pada segala
bentuknya yang ditujukan untuk performance pemasaran (Prisgunanto,
2006). Komunikasi pemasaran diartikan sebagai proses komunikasi yang
terjadi antara pembeli dan penjual yang di dalamnya meliputi pemberian
stimulus dengan harapan memperoleh respon yang diinginkan dan dapat
digunakan digunakan dalam mengambil keputusan pemasaran.
Secara singkat, komunikasi pemasaran adalah proses penyebaran
informasi tentang perusahan dan apa yang hendak ditawarkannya
(offering) pada pasar sasaran. Seiring perkembangannya komunikasi dalam pemasaran bukan lagi terbatas untuk mendorong pembelian
pertama, namun juga memastikan kepuasan paska pembelian sehingga
11
tersebut menjadi pelanggan yang royal (Sulaksana, 2005). Sehingga dapat
digambarkan model komunikasi sebgai berikut :
Gambar 2.1 Model Komunikasi Pemasaran
Sumber : Sulaksana, 2005
Komunikasi pemasaran tidak hanya digunakan dalam pemasaran
produk-produk konsumsi, tetapi juga pada pemasaran produk jasa ataupun
produk pelayanan seperti halnya yang terjadi pada pemasaran untuk dunia
pariwisata. Serupa dengan tujuan komunikasi pemasaran pada umumnya,
komunikasi pemasaran pariwisata bertujuan untuk merangsang seseorang
melakukan kegiatan wisata.
2.1.2 Pariwisata
Pariwisata merupakan aktifitas, pelayanan, dan produk hasil industri
pariwisata yang mampu menciptakan pengalaman perjalanan, bagi
Umpan balik
Source Encodin Transmission Decoding
Action Umpan balik
TIdak langsung
Umpan balik Langsung
Pemasaran Biro Iklan/pemasar/ Tenaga Penjual
Media Mesa/ Toko/
wisatawan. McIntosh (1995) dalam Muljadi (2012) menyatakan bahwa
pariwisata,
“a composite of activites, service and industries that deliver a travel experience: transportation, accommodation, eating, and drinking establishment, shop, entertainment, activity and other that are away from home”.
Undang-undang No. 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan
mengartikan pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
wisata termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta
usaha-usaha lain yang terkait bidang ini. Sedangkan Undang-Undang No 10
Tahun 2009 mengartikan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan
wisata dan didukung berbagai fasilitas dan layanan yang disediakan oleh
masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Salah satu
istilah dalam pariwisata adalah objek wisata. Objek wisata adalah sesuatu
yang menjadi pusat daya tarik wisatawan dan dapat membentuk kepuasan
kepada wisatawan yang dapat berasal dari alam, hasil budaya, maupun
yang merupakan kegiatan keseharian masyarakat.
Pariwisata memiliki beragam jenis wisata seperti wisata alam, wisata
religi, wisata sejarah, wisata pendidikan dan lain sebagainya. Penelitian ini
memfokuskan pada pariwisata berjenis bahari. Pariwisata bahari adalah
kegiatan wisata yang dilakukan diatas ataupun di bawah permukaan laut
dan yang menjadi daya tarik utama dari wisata bahari adalah keindahan
pemandangan yang bersumber pada daerah pantai dan laut. Direktorat
Jenderal Pariwisata mengartikan bahwa pariwisata bahari adalah kegiatan
13
permukaan laut maupun kegiatan yang dilakukan di bawah permukaan
laut.
Unsur pembentuk pengalaman perjalanan wisatawan adalah daya
tarik yang dimiliki oleh suatu tempat atau lokasi yang menjadi tujuan
wisata. Oka A. Yoeti dalam Muljadi (2012) menyampaikan bahwa daya
tarik wisata yang merupakan aspek perencanaan pariwisata harus
memenuhi tiga syarat agar mampu memberikan kepuasan kepada
wisatawan atau pengunjung. Ketiga syarat itu adalah 1) apa yang akan
dilihat (Something to see), 2) apa yang akan dilakukan (Something to do), 3) apa yang dapat dibeli (Something to buy). Pariwisata yang kini menjadi bisnis modern juga perlu memperhatikan konsep pemasaran modern dalam
perencanaan pariwisata. Saat membicarakan mengenai pemasaran modern,
maka akan terdapat istilah brand di dalamnya. Hermawan (2007) mengatakan bahwa brand harus menjadi pertimbangan utama apabila kita membicarakan produk modern, produk harus mengkontruksi suatu citra
sosial tentang kemewahan terhadap suatu produk. Keberadaan brand
dalam perencanaan pariwisata akan memberikan banyak keuntungan bagi
pariwisata ketika dapat menempatkan brand pada posisi yang tepat.
2.1.3 Komunikasi dan Brand
Williem Al Big dalam Siahaan (1990) mengatakan bahwa komuniksi
adalah proses transmisi dalam memaknakan simbol-simbol dintara
individu. Proses komunikasi adalah proses sosial yang terjadi diantara dua
simbol-simbol satu dan lainnya (Bungin, 2015). Proses pertukaran ini pun terjadi
dalam mengkomunikasikan brand. Brand adalah merek, nama, istilah, tanda simbol atau desain atau kombinasi dari semua itu untuk
mengidentifikasi barang dan jasa dari sebuah perusahaan dan untuk
membedakannya dari pesaing (Kotler 2009 dalam Bugin 2015).
Litteljhon (2009) ada fenomena penting dalam komunikasi yaitu:
“Komunikator (sumber); pesan; media (sistem) dan penyampai; tujuan
atau sasaran”. Fenomena ini sama penting dalam komunikasi tergantung
strategi apa yang digunakan dalam berkomunikasi. Kennady dan
Soemanegara (2006), strategi komunikasi (termasuk pula komunikasi
pemasaran) memiliki tiga sasaran perubahan, yaitu mengubah kesadaran,
perhatian, dan kesetian”. Bungin (2015) brand adalah produk pesan yang
memiliki konten yang rumit. Brand memiliki sifat untuk diberitahukan
kepada publik, dengan demikian brand memiliki sifat publisitas, karena itu
brand hanya hidup dalam ruang komunikasi (Bungin, 2015).
Brand membuat suatu produk berbeda dengan produk lain di pasaran. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, penelitian
mengenai brand terus berkambang dan memunculkan makna baru bagi
brand. Brand kini bukan hanya sekedar merek atau simbol yang terdapat pada suatu produk. Kapferer (1997) dalam Moilenen dan Rainisto (2009)
mengatakan bahwa brand bukan hanya simbol dari suatu produk, tetapi semua atribut yang berasal dari pemikiran konsumen ketika mereka
15
dan sociological yang berhubungan dengan produk tersebut. Sementara Chiaravelle dan Schenck (2007) memberikan pengertian bahwa brand
adalah sebuah janji yang diberikan kepada konsumen. Dengan demikian
brand merupakan kesan yang dirasakan oleh konsumen terhadap produk tersebut. Kesan ini didapatkan dari keseluruhan komponen yang terdapat
dalam produk baik yang bersifat tangible maupun yang bersifat intangible
yang membuat produk tersebut menjadi unik.
Chiaravelle dan Schenck (2007) menyatakan keberhasilan brand
terjadi ketika mampu memuaskan keperluan rasional dan emosional serta
ekspetasi konsumen. Fill (2013) mengatakan bahwa brand yang sukses akan memberikan efek domino yang kuat, positif dan selalu diingat serta
dirasakan oleh masyarakat sebagai nilai kepribadian yang kukuh dari
sebuah produk. Brand berhubungan dengan persepsi yang berada dibenak konsumen, untuk itu diperlukan konsistensi dalam penyampaian brand.
Brand yang dikatakan berhasil akan mampu bertahan dalam jangka waktu yang lama dan memberikan keuntugan yang berlipat dan bahkan akan
menjadi sebuah aset yang lebih berharga dibandingkan dengan aset lainya.
Pemikiran brand saat ini tidak hanya eksis dalam pembahasan produk manufaktur atau consumer products, namun terus berkembang hingga mencapai wilayah institusi politik seperti pemerintahan, daerah,
wilayah dan juga negara (Bungin, 2015). Hal ini tentunya menjadi seuatu
yang wajar ditengah krisis global yang secara tidak langsung mendorong
keuangan guna meningkatkan kesejahteraan wilayahnya. Selain itu sumber
daya alam tidak terbarukan yang beberapa waktu lalu menjadi sumber
pendapatan kini mulai habis karena eksploitasi yang dilakukan sejak lama,
membuat setiap wilayah dituntut untuk mulai memikirkan alternatif
sumber pendapatan lain yang dapat menggantikan sumber pendapatan
sebelumnya. Salah satu alternatif yang kini mulai diperhatikan di beberapa
daerah yang juga menjadi femonema ekonomi dan sosial adalah
pariwisata. Perubahan gaya hidup pada kalangan konsumen pariwisata
yang menjadikan pariwisata bukan lagi sekedar kegiatan jalan-jalan tetapi
menjadi suatu kebutuhan yang harus terpenuhi, membuat pariwisata
menjadi sektor yang dapat memberikan keuntungan bagi pendapatan
keuangan di suatu wilayah. Pariwisata kini telah berubah menjadi bisnis
modern. Sehingga produk pariwisata perlu didesain sebagai produk bisnis
yang dikemas dengan menarik, mengagumkan, dan juga berkesan.
Brand untuk destinasi diperlukan untuk dapat menjadi daya tarik bagi calon pengunjung. Brand destinasi berkaitan dengan persaingan identitas yang dimiliki suatu tempat agar tempat tersebut memiliki
perbedaan dengan yang lainnya (Sinom 2009). Destination brand
berkenaan dengan kualitas dari tempat yang menarik untuk dikunjungi.
Beragam alasan diberikan untuk mengunjungi suatu tempat, namun alasan
yang beragam ini tidak membawa pengaruh yang cukup besar untuk
17
pengalaman pengunjung pada suatu tempat dapat memberikan pengaruh
untuk tempat tersebut.
Sinom 2009 dalam ETC/UNTWO Handbook On Tourism
Destination Branding mengatakan hal ini karena pengunjung dapat menjadi
sales promotion officer sales atau prevention officer untuk destinasi. Pengalaman saat berkunjung akan dibawa pulang oleh pengunjung dan
pengunjung akan membicarakan pengalaman yang didapatkannya. Jika
pengalaman tersebut berkesan baik, memungkinkan pengunjung tersebut
merekomendasikan untuk pergi ketempat tersebut diwaktu lain.
Brand mempengaruhi bagaimana konsumen berfikir dan membeli suatu produk (Chiaravalle, 2007). Dengan demikian brand destinasi dapat mendorong seseorang melakukan pengambilan keputusan pada saat
dihadapkan dengan berbagai pilihan destinasi. Brand bukanah suatu yang dibuat sembarang oleh pemilik brand, dalam pembuatannya agar brand
yang terbentuk menjadi kuat diperlukan analisis terhadap berbagai aspek
yang terlibat dalam brand tersebut. analisis tersebut dapat di mulai dengan
melakukan analisi situasi. Analisis situasi ini dapat dilakukan salah
satunya dengan menggunakan SWOT.
2.1.4 Analisis SWOT
Analisis Situasi merupakan awal proses perumusan strategi. Analisis
situasi dilakukan untuk dapat menemukan kesesuaian strategi antara
peluang-peluang eksternal dan kekuatan-kukuatan internal, serta
internal. SWOT adalah akronim untuk strengths, weakness, opportunities,
dan threats dari organisasi, yang semuanya merupakan faktor-faktor strategis (J David Hunger dan Thomas L Wheleen 2010). Analisis SWOT membantu memberikan informasi untuk mengsingkronkan sumberdaya
dan kemampuan organisasi dengan lingkungan eksternal
organisasi/perusahaan (SWOT Analysis Strategy Skill 2013).
Point kunci dari analisis SWOT adalah mengidentifikasi kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman untuk destinasi. Analisis SWOT
selanjutnya dikembangkan untuk menjadi tujuan. Hal ini dilakukan dengan
menyusun kekuatan yang paling kompetitif, kelemahan, peluang dan
ancaman dari analisis SWOT untuk setiap segmen individu. Iriantara
(2008) mengatakan bahwa analasis SWOT dapat memetakan posisi
organisasi diantara organisasi serupa atau dalam lingkungan organisasi
secara keseluruhan.
Strengths adalah faktor internal yang dapat memberikan keuntungan untuk keberhasilan perusahaan. Strengths pada analisis SWOT berasal dari fakta yang dapat diterapkan pada banyak perbedaan dalam perusahaan.
Strengths adalah sesuatu yang mempunyai implikasi positif, menambah nilai, dan memberikan keuntungan kompetitif. SWOT Analysis Strategy Skill (2013) menuliskan bahwa Strengths dapat berupa asset yang bersifat
19
Weakness adalah faktor internal yang tidak memberikan keuntungan untuk keberhasilan perusahaan. Weakness adalah karakteristik yang dimiliki perusahaan yang akan menghambat pertumbuhan perusahaan.
Weakness adalah suatu hal yang akan mengurangi nilai dari perusahaan. Diperlukan pemikiran yang jernih dan pertimbangan yang baik untuk
mendapatkan nilai yang nyata dalam penggunaannya (SWOT Analysis Strategy Skill 2013).
Opportunities adalah faktor eksternal yang memberikan keuntungan untuk keberhasilan perusahaan. Opportunities dapat terjadi dengan berbagai alasan dan dapat juga merupakan hasil dari perubahan pasar, gaya
hidup konsumen, perkembangan teknologi. Opportunities pun dapat timbul dari hasil penyelesaian masalah yang dihadapi perusahaan (SWOT Analysis Strategy Skill 2013).
Threats adalah faktor eksternal yang tidak menguntungkan untuk keberhasilan perusahaan. Threats adalah faktor eksternal yang sulit untuk di kontrol, yang dapat berasal dari perubahan kebiasaan konsumen,
perputaran ekonomi, bahkan kemajuan teknologi pun dapat menjadi
tantangan untuk perusahaan. Perusahaan harus lebih teliti untuk
menanggapi faktor eksternal ini (SWOT Analysis Strategy Skill 2013).
2.2 Kerangka Berpikir
Pulau Tunda merupakan objek wisata yang berpotensi untuk
dikembangkan sebagai destinasi wisata. Pemerintah daerah baik tingkat provinsi
Pulau Tunda sebagai daerah Tujuan wisata Bahari Kabupaten Serang
Anlisis SWOT
Potensi Wisata Pulau Tunda
Strategi Pengelolaan
Pulau Tunda
kepariwisataan wilayah pantai barat Serang-Cilegon yang salah satu di dalamnya
adalah Pulau Tunda. Banyak hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan
pengembangan wisata, salah satunya dengan melakukan analisis situasi. Analisis
situasi dalam penelitian ini menggunkan analisis SWOT. Analsis SWOT ini akan
memberikan gambaran mengenai faktor internal dan faktor eksternal yang
terdapat pada objek wisata pulau tunda yang dapat memberikan dorongan maupun
menghampat proses pengembangan objek wisata
Analisis SWOT ini akan menunjukkan kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki oleh Pulau Tunda, serta akan menunjukakan peluang dan juga tantangan
yang mungkin akan dihadapi oleh Pulau Tunda sebagai suatu objek wisata.
Data-data yang menjelaskan kekuatan, kelemahan, peluang serta tantangan yang
terdapat di Pulau Tunda akan menjadi data untuk merumuskan strategi atau pun
alternatif pemecahan masalah yang kemungkinan akan terjadi di kemudian hari.
Analisis SWOT ini akan memberi informasi mengenai situasi Pulau Tunda.
Berikut ini adalah gambar kerangka berfikir dalam penelitian ini:
21
2.3 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang serupa dengan penelitian yang akan peneliti lakukan ialah
penelitian mengeni objek wisata Banten Lama yang berjudul Menemukan
Kembali (Recovery) Destination Branding Situs Banten Lama Sebagai Potensi Wisata Budaya dan Religi pada tahun 2012 dengan peneliti Naniek Aprili
Framanik, Nurprapti Wahyu Widystuti, dan Rahmi Winangsih. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitiatif deskriptif dengan paradigma
penelitian Partisipatory dan jenis penelitian Action and Research. Penelitian ini bertujuan memposisikan merek Banten Lama sebagai objek wisata budaya
dan religi di Indonesia, mengkonstruksi kembali identitas khas Banten Lama
sebagai sebuah daya tarik bagi wisatawan asing maupun domestik, mengemas
program pengembangan merek Banten Lama sebagai daerah tujuan wisata di
Indonesia. Penelitian ini menggunakan teori Integrated Branding Strategy. Hasil penelitian ini menunjukan kondisi Situs Banten Lama saat ini dalam
kondisi yang rusak parah, tidak terawat dan kumuh. Masyarakat Banten Lama
miskin karena dinamika ekonomi yang tidak berkembang. Stakeholder Banten Lama memiliki mimpi untuk mengembangkan potensi wisata dengan
merekonstruksi destination branding Situs Banten Lama. Situs Banten Lama memiliki potensi untuk bisa dikembangkan menjadi wisata religi dan budaya,
wisata historis dan edukasi. Rekonstruksi Banten Lama dapat dilakukan
dengan renovasi ataupun dengan membuat replika Situs Banten Lama di luar
area Situs Banten Lama. Konsep revitalisai dengan membangun Situs Banten
Century, Harmoni dalam Keragaman Budaya dan Religi” dengan Icon
Original Kesultanan dan Pelabuhan (tempo dulu). Penelitian ini pula
mengungkapkan bahwa sampai pada penelitian tersebut tidak ada keseriusan
pemerintah dalam menangani permasalahan Situs Banten Lama serta tidak ada
sinergi antar stakeholder untuk merealisasikan hal tersebut. Perbedaan dengan penelitian yang sedang penulis lakukan adalah objek yang diteliti. Objek
penelitian peneliti adalah Pulau Tunda sedang objek penelitian sebelumnya
adalah situs banten lama. Persamaan dengan penelitian yang penulis lakukan
adalah sama-sama membahas mengenai brand dan branding destinasi.
Selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan Oleh Elizaath Amanda
Maria pada tahun 2014 dengan judul penelitian Tourism Destinastion Branding : Analisis Kampanye Komunikasi Pemasaran, Citra dan Positioning Sabang Sebagai Destinasi Wisata Bahari Internasional. Penelitian ini menggunkana metode penelitian Kualitatif. Penelitian ini menggunakan
Prinsip destination branding untuk pariwista. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui langkah-langkah perencanaan, implementasi, dan pemantauan apa
saja yang dilakukan Dinas Budaya dan Pariwisata Kota Sabang terkait dengan
kampanye komunikasi pemasaran dan tourism destination branding Sabang yang terpilih sebgai daerah DMO. Mengetahui apakah penataan tagline
Sabang “Where the Indonesia star from” sesuai dengan positioning serta program pemulihan citra Sabang sebagai tujuan wisata bahari internasional.
23
elemen-elemen atau dimensi city branding Sabang sebagai tujuan wisata bahari internasional.
Hasil penelitian ini adalah terjadinya ketidakharmonisan pada stakeholder.
Pesan yang ingin disampaikan pada target market terbukti tidak sampai sehingga bisa dikatakan langkah-langkah komunikasi pemasaran tidak
berjalan dengan baik. Penelitian ini menunjukan bahwa perencanaan
komunikasi pemasaran Sabang tidak diimbangi dengan dengan implemantasi
pemantauan yang baik. Tourism destination branding Sabang mulai terbentuk sebatas pada wisatawan yang datang dan memiliki ketertarikan yang erat
dengan city branding Sabang, namun terdapat kendala pada pencitraan Sabang. Oleh karena itu dibutuhkan perbaikan mulai dari perencanaan,
implementasi, pemantauan baik di sisi alam, SDM, fasilitas dan citra.
Perbedaan dengan penelitian yang sedang peneliti lakukan adalah
penelitian ini hanya sampai pada pembentukan brand sedangkan penelitian Elizabeth meneliti hingga positioning dan citra. Teori dan objek penelitian yang digunakan pun berbeda. Persamaan dengan penelitian yang sedang
diteliti adalah sama-sama membahas mengenai potensi wisata bahari.
Penelitian selanjutnya adalah penelitian dengan judul Strategi Branding
Kota Surakarta dalam Pengelolaan Sebagai Destinasi Wisata yang dilakukan
oleh Lina Mustikawati (Ilmu Komunikasi Universitas Dipononegoro), pada
mengomunikasikan Kota Surakarta sebagai sebuah destinasi wisata. Penelitian
ini menggunakan metode penelitian kualitatif pendekatan evaluatif dimana
evaluasi dilakukan secara deskriptif dengan teori yang digunakan destination branding models yang dikemukakan oleh Cai (2002), destination branding phase, destination branding complexity.
Hasil penelitian ini Kota Surakarta untuk dijadikan sebuah destinasi, sudah
sesuai dengan konsep destination audit. yang meliputi daya tarik, kekuatan destinasi dan jangkauan wisatawan. Konsep branding destinasi wisata Kota Surakarta menunjukkan bahwa adanya kesesuaian, dimana Surakarta memiliki
keunikan sebagai pusat peradaban Jawa yang berbasis seni dan kultur.
Indikator keberhasilan kota Surakarta belum sesuai dengan faktor ideal dalam
mengukur keberhasilan branding sebuah destinasi. Hal ini disebabkan karena tujuan utama yang ingin dicapai oleh Kota Surakarta berfokus pada
peningkatan jumlah wisatawan yang masuk ke Kota Surakarta. Branding kota Surakarta masih bergantung tujuan marketing dibandingkan tujuan komunikasi. Target audiens Kota Surakarta didasarkan aspek geografis saja,
sedangkan dalam proses branding, penentuan target audiens, setidaknya harus didasarkan pada aspek psikografis, karena berkaitan dengan minat dan
ketertarikan target audiens terhadap konsep wisata Kota Surakarta sebagai
Kota Budaya, sehingga akan memudahkan dalam penyerapan pesan branding
(target audien tidak sesuai). Perbedaan dengan penelitian penulis adalah objek
penelitian yang diambil. Dalam penelitian yang dituliskan oleh Lina (2013)
25
penulis buat menggunakan Objek Wisata Pulau Tunda yang terletak di
Kabupaten Serang. Sedangkan Persamaan dari penelitian ini adalah
sama-sama membahas mengenai Destinasi Branding.
Penelitian selanjutnya adalah penelitian dengan judul penelitian Destinatin Brand: Membangun Keunggulan Bersaing Daerah pada tahun 2008 yang dilakukan oleh Syafrizal Helmi Situmorang. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui bagaimana pentingnya membangun destination branding bagi sebuah daerah di Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode penelitian kualitiatif. Teori yang digunakan adalah Destination Branding.
Hasil penelitian ini adalah industri pariwisata haruslah memiliki citra yang
positif. Banyak negara yang memposisiskan daerahnya sebagai daerah tujuan
wisata. Beberapa negara tetangga telah membentuk brand destination sejak lama namun di Indonesia khususnya Bali baru muncul pada tahun 2008 yakni
Santhi Santhi Santhi. membentuk branding daerah tidaklah mudah, memerlukan analisis lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Analisis
lingkungan internal meliputi potensi daerah, keuangan, produk unggulan,
kelemahan, dsb. Sedangkan analisis lingkungan eksternal meliputi pesaing
(competitor), perubahan (change), dan analisis pelanggan (customer). Selain itu perlu juga melakukan analisis perubahan (change) yang meliputi, teknologi, dinamika ekonomi, perkembangan politik, regulasi, penggeseran
melihat tiga dimensi dari pesaing yaitu (general, aggressiveness, dan
capability).
Brand (merek) merupakan faktor pembeda yang sangat penting dalam lautan produk/jasa yang sejenis. Brand mempunyai makna psikologis dan simbolis yang istimewa di mata turis atau wisatawan. Dengan kata lain ketika
brand equity sudah tebentuk maka ia menjadi milik daerah yang sangat berharga yang jauh lebih berharga dari aset daerah yang lainnya. Dalam
membangun sebuah brand tidak hanya melibatkan penciptaan perceived difference tetapi juga harus didukung dengan produk/jasa yang berkualitas, strategi penetapan harga dan distribusi yang tepat untuk mendukung citra
(brand image) yang dikomunikasikan. Selanjutnya brand menjadi sebuah kontrak kepercaan antara konsumen dengan produsen. Upaya membangun
merek suatu daerah memerlukan buget yang besar. Segala biaya yang dikeluarkan dalam proses ini menjadi investasi daerah yang bersifat
intangible. Keller (200) mengajukan sebuah model pengembangan merek yang
disebut customer-based brand equity (CBBE). Brand equity adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang terkait dengan suatu merek, nama,
simbol, yang diberikan oleh sebuah produk atau jasa baik pada perusahaan
maupun pada pelanggan. Mengutip Aaker (1991), brand equity dapat dikelompokkan ke dalam lima kategori yaitu : 1) Brand awerness (kesadaran merek) 2) Brand Assosiation (asosiasi merek) 3) Perceived quality (persepsi kualitas) 4) Brand loyalty (loyalitas merek) 5) Other proprierty brand assets
27
yang dilakukan dalam penelitian ini Syafrizal memaparkan bagaimana
pentingnya Destinasi Branding Untuk suatu daerah, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah menjelaskan pembentukan brand untuk mengembangkan objek wisata Pulau Tunda.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Judul Penelitian Menemukan Kembali (Recovery) Destination
Peneliti Naniek Aprili Framanik, Nurprapti Wahyu Widystuti, dan Rahmi Winangsih
Elizabeth Amanada Maria
Lina Mustikawati Syafrizal Helmi Situmorang
Kualitatif Kualitatif Kualitatif Kualitatif
Teori penelitian Integrated Branding Strategy Prinsip Detinasi Branding, Citra dan
Perbedaan Penelitian
Objek Penelitian yang berbeda Objek Penelitian yang berbeda
Objek Penelitian yang berbeda
Objek Penelitian yang berbeda
Persamaan Penelitian
Membahas mengenai Destinasi Branding suatu daerah (Banten Lama)
mengenai Destinasi Branding suatu daerah (Pulau Weh)
Membahas mengenai Destinasi Branding suatu daerah (Kota Surakarta)
29 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Penelitian memiliki ciri agar penelitian tersebut dapat dikatakan penelitian.
Ciri tersebut menurut Sugiyono (2009) adalah 1. Rasional yang berarti penelitian
tersebut dapat diterima oleh akal sehat manusia; 2. Empiris yang berarti cara-cara
yang digunakan dalam penelitian tersebut dapat teramati oleh alat indra dan
cara-cara yang digunakan dapat digunakan pula oleh orang lain; 3 Sistematis yang
berarti cara-cara yang digunakan menggunakan langkah yang berurut dan terurut.
Maka dari itu diperlukan suatu metode dalam penelitian. Metodologi merupakan
kerangka teoritis yang digunakan untuk menganalisis, mengerjakan dan
mengatasi permasalahan yang dihadapi. Metode penelitian adalah cara dan
prosedur ilmiah yang diterapkan untuk melaksanakan penelitian mulai dari
menentukan variabel, mengumpulkan data, mengolah data dan menyusunnya
dalam laporan tertulis (Wardiyanta, 2010).
Secara garis besar motode penelitian terbagi menjadi dua bagian, yaitu
metode penelitian kuantitatif dan metode penelitian kualitatif. Metode penelitian
kuantitatif adalah penelitian dengan cara sistematis, terkontrol dan empiris.
Penelitian kuantitatif lebih menekankan pada cara berfikir yang lebih positif yang
bertolak dari fakta sosial yang ditarik dari realitas objektif. Sementara itu metode
penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
Pendekatan kualitatif memandang bahwa makna adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari pengalaman seseorang dalam kehidupan sosialnya bersama
orang lain (Bungin 2009). Penelitian kualitatif didasari oleh aliran
fenomeneologi, sebuah aliran filsafat yang mengkaji penampakan atau fenomena
yang mana antara fenomena dan kesadaran tidak terisolasi satu sama lain,
melainkan selalu berhubungan secara dialegtis (Bungin 2009). Fenomenologi
memandang suatu yang tampak tersebut pasti bermakna menurut subjek yang
menampakkan fenomena itu, karena setiap fenomena berasal dari kesadaran
manusia sehingga sebuah fenomena pasti ada maknanya.
Pendekatan kualitatif memberi otonomi sebesar-besarnya kepada peneliti
dalam mengembangkan proses-proses mental yang terjadi antara peneliti dengan
objek penelitian. Kedudukan teori dalam penelitian kulitatif tidak menjadi suatu
keharusan yang mutlak, Bungin (2009) menuliskan bahwa peneliti tidak perlu
memahami teori tentang data yang diteliti. Karena data adalah segalanya yang
dapat memecahkan semua masalah penelitian. Teori tidak menjadi fokus dalam
penelitian, melainkaan data yang menjadi fokus penelitian dilapangan. Peneliti
adalah instrument penting dalam penelitian kualitatif karena peneliti yang
menguasai seluruh proses dalam komponen penelitian (Bungin 2009).
Peneliti dalam penelitian ini mencoba memaknai fenomena yang terjadi di
Pulau Tunda. Fenomena tersebut adalah fenomena objek wisata Pulau Tunda
yang memiliki potensi yang besar untuk menjadi destinasi wisata bahari di
Kabupaten Serang. Peneliti menyatakan penelitian ini menggunakan pendekatan
31
Tunda dimana fenomena tersebut dimaknai sebagai suatu hal yang komplek dan
dinamis sehingga diperlukan analisis mendalam untuk dapat menjelaskan atau
memaknai fenomena tersebut.
3.2Paradigma Penelitian
Ritzer dalam Ardial (2014) paradigma adalah pandangan yang mendasar dari
para ilmuan tentang apa yang menjadi pokok persoalan permasalahan yang
senantiasa dipelajari oleh salah satu cabang atau disiplin ilmu. paradigma
merupakan perspektif umum, suatu cara menjabarkan berbagai masalah dunia
nyata yang komplek.
Postpositivis adalah bentuk perbaikan atau modifikasi dari positivis.
Paradigma ini yang menolak ide-ide bahwa dunia sosial dapat dipelajari dengan
cara yang objektif dan bebas nilai. Esensi paradigma ini dengan kehadirannya
sebagai realism kritis, Secara Ontologi, dinyatakan dalam tulisannya Cool &
Campbell menyatakan, „‟walaupun dunia yang nyata ada karena keberadaan
alam, ini tidak mungkin bagi manusia untuk merasakannya dengan
ketidaksempurnaan panca indera dan mekanisme yang intelek. Secara
epistemology, postpositivis melihat perlu adanya modifikasi objektivitas, dimana
ketepatan objektivitas adalah peraturan yang ideal tetapi sesungguhnya ini tidak
dapat diterima oleh pikiran orang lain. Secara metodologi, postpositivis
menetapkan dua tanggapan untuk memunculkan penolakan, yang pertama,
didalam ketertarikan menyesuaikan diri untuk bertanggung jawab sebagai
realisme kritik dan memodifikasi subjektivitas, penekanannya terletak pada
postpositivisme mengakui bahwa banyak ketidakseimbangan diizinkan muncul
untuk mencapai realistis dan penelitian objektif.
Peneliti menggunakan paradigma positivism dengan pertimbangan bahwa
penelitian mempelajari fenomena yang terjadi pada objek wisata Pulau Tunda
dengan memperhatikan teori analisis SWOT. Analisis SWOT dijadikan panduan
untuk melihat fenomena yang terjadi di Pulau Tunda.
3.3Metode Pengumpul Data
Alwasilah 2011 mengatakan pengumpulan data adalah bagaimana cara
peneliti akan mengumpulkan data atau informasi untuk menjawab pertanyaan
peneliti, baik melalui beberapa jenis wawancara, observasi, dokumen, dan metode
lainnya. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data dengan
menggunakan teknik wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi.
3.3.1 Wawancara Mendalam
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data wawancara
mendalam. wawancara mendalam atau indepth interview adalah proses memperoleh keterangan atau informasi untuk tujuan penelitian yang
dilakukan secara mendalam kepada responden kunci dan untuk menggali
temuan di lapangan sesuai dengan fokus penelitian (Ruslan, 2010).
Wawancara mendalam ini digunakan oleh peneliti untuk
mendapatkan informasi awal mengenai objek wisata Pulau Tunda. Data
yang dihasilkan dari wawancara mendalam ini diharapkan dapat
memberikan gambaran yang lebih nyata mengenai potensi dan kondisi
33
peran dan sikap pemerintah menyikapi potensi tersebut. Wawancara
mendalam akan dilakukan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan
persepsi konsumen, potensi wisata pada Pulau Tunda, dan identitas Pulau
Tunda. Selain menggunakan teknik wawancara mendalam penelitin ini
juga menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi untuk
memperoleh data yang tidak didapatkan dari wawancara.
3.3.2 Observasi
Teknik pengumpulan data selanjutnya yang digunakan oleh
peneliti adalah teknik observasi. Teknik pengumpulan data ini digunakan
agar data yang belum didapat atau yang tidak bisa didapatkan dengan
menggunakan teknik wawancara mendalam bisa didapatkan. Alwasilah,
(2011) mengatakan melalui observasi maka peneliti dapat melihat sendiri
pemahaman yang tidak terucapkan, bagaimana teori digunakan langsung
dan melihat sudut pandang narasumber yang mungkin tidak berhasil
didapatkan saat wawancara. Sehingga observasi ini pun digunakan untuk
memperkuat data yang telah di peroleh.
3.3.3 Studi Dokumentasi
Alwasilah (2011) dokumen merupakan catatan berupa surat,
memoar, ontobiografi, diari, jurnal, buku teks, surat wasiat, makalah,
pidato, artikel, koran, editorial, catatan medis, pamflet propaganda,
publikasi pemerintah, foto dan lain sebagainya. Studi dokumentasi dalam
penelitian ini adalah mengumpulkan data yang bersumber dari Dinas
Tunda, buku teks yang berhubungan dengan penelitian ini. Data studi
dokumentasi juga di pergunakan untuk memperkuat data-data penelitian.
3.3.4 Focus Group Discucion
Metode FGD merupakan salah satu metode pengumpulan data
penelitian dengan hasil akhir memberikan data yang berasal dari hasil
interaksi sejumlah partisipan suatu penelitian. Metode FGD merupakan
metode pengumpul data untuk jenis penelitian kualitatif dan data yang
dihasilkan berasal dari eksplorasi interaksi sosial yang terjadi ketika proses
diskusi yang dilakukan para info rman yang terlibat (Lehoux, Poland, &
Daudelin, 2006). Metode FGD ini peneliti pilih sebagai metode
pengumpulan data dalam penelitian ini untuk mendapat data penelitian
yang tidak didapat dari hasil wawancara. Selain itu dengan metode
penelitian ini peneliti bisa mendapatkan data dengan lebih cepat dari
sumber yang berbeda.
3.4Narasumber Penelitian
Salah satu Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan teknik wawancara mendalam, sehingga keberadaan narasumber
sangat diperlukan. Hariwijaya dan Djaelani, 2005 mengartikan narasumber adalah
orang yang dijadikan sumber informasi. Adapun yang akan dijadikan narasumber
35
1. Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Serang
Dinas pariwisata, pemuda dan olah raga Kabupaten Serang dipilih karena
dinas inilah yang bertanggungjawab atas seluruh kegiatan pariwisata di
wilayah Kabupaten Serang.
2. Pengusaha Bisnis di Pulau Tunda
Pengusaha bisnis tersebut dipilih karena pengusaha bisnis ini dianggap
dapat memberikan informasi mengenai perkembangan wisata di daerah
Pulau Tunda.
3. Tour and Travel di Serang
Pemilihan tour and travel menjadi narasumber, dikarenkan kegiatan mereka yang memberikan jasa perjalanan untuk berwisata. Darinya
peneliti dapat mendapatkan informasi mengenai pelaku wisatawan,
keinginan dan kebutuhan wisatawan, serta informsai mengenai objek
wisata yang menjadi pesaing untuk Pulau Tunda.
4. Wisatawan Pulau Tunda
Pemilihan narasumber ini dimaksudkan untuk mencari informasi
mengenai penilain konsumen terhadap objek wisata Pulau Tunda. Selain
itu peneliti juga dapat memperoleh informasi mengenai kelebihan maupun
kekurang yang dimiliki Pulau Tunda. Serta dapat memperoleh data
mengenai komunikasi yang terjalian antara wisatawan dengan pihak
5. Target Market
Pemilihan narasumber ini dimaksudkan agar peneliti mendapatkan
informasi mengenai image Pulau Tunda. Peneliti dapat juga memperoleh data mengenai kebutuhan dan keinginan target market.
Penentuan narasumber ini berdasarkan pada kriteria yang dibuat penulis
yakni:
1. Narasumber adalah orang, kelompok maupun lembaga yang mengerti
dan memahami dunia pariwisata (khususnya pariwisata bahari dan
pariwisata didaerah Kabupaten Serang).
2. Narasumber adalah orang atau lembaga yang memiliki wewenang
terhadap pengembangan objek wisata Pulau Tunda.
3. Narasumber adalah orang atau kelompok yang pernah berkunjung ke
objek wisata Pulau Tunda.
4. Narasumber adalah orang, kelompok yang memiliki kepentingan
khusus terhadap Pulau Tunda.
3.5 Fokus Penelitian
Fokus penelitian dimaksudkan untuk membuat penelitian tidak melebar
dalam melihat suatu masalah. Alwasilah, 2011 mengatakan Fokus penelitian
berfungsi untuk membangun pagar sekeliling lahan penelitian, membangun
kriteria inklusif atau eksklusif dalam penelitian dan memudahkan cara kerja
37
kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan serta potensi yang dimiliki oleh
Pulau Tunda.
3.6 Teknik Analisis Data
Miles dan Huberman dalam Sugiyono, 2009 berpendapat bahwa, proses
analisis data melalui tiga tahap, yaitu reduksi data, penyajian data, dan pernarikan
kesimpulan atau verifikasi. Pada penelitian ini reduksi data dilakukan dengan cara
penyeleksian narasumber, pencatatan atau perekaman informasi yang dibutuhkan.
Penyajian data dilakukan dengan cara menyusun data kedalam bentuk narasi yang
sederhana dan mudah dipahami. Kemudian penarikan kesimpulan yang
merupakan tinjauan ulang terhadap data yang didapat di lapangan dilakukan untuk
menguji kebenaran dan validitas. Teknik analisis data tentunya disesuaikan
dengan data yang diperoleh. Selanjutnya dianalisis secara terperinci. Data berupa
dokumen seperti artikel pemberitaan di media massa akan menjadi pendukung
dalam melakukan analisis data hasil wawancara.
3.6.1 Pengecekan Keabsahan Data
Pengecekan keabsahan data dilakukan untuk membuktikan data yang
diperoleh dapat digunakan dalam penelitian serta dapat
dipertanggungjawabkan. Pengecekan keabsahan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah triangulasi. Moleong 2013 menuliskan triangulasi adalah
teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan suatu yang lain.
Denzin 1978 dalam Moleong 2013 membagi triangulasi kedalam empat
metode, penyidik, dan teori. Dari ke empat macam triangulasi tersebut yang
lazim digunakan adalah melalui sumber lain (Moleong 2013).
Penelitian ini pun menggunakan triangulasi dengan sumber. Triangulasi
dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda dalam penelitian kualitatif (Pattonn 1987 dalam Moleong 2013).
Teknik ini dilakukan dengan cara : 1) Membandingkan data hasil pengamatan
dengan data hasil wawancara. Cara pertama ini akan penulis lakukan dengan
mengecek data penelitian terutama yang berkaitan dengan kondisi fisik Pulau
Tunda dengan hasil wawancara yang dilakukan pada staheholder yang bertanggungjawab atas pembangunan Pulau Tunda sebagai objek wisata. 2)
Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang
dikatakan secara pribadi. Cara kedua ini diguanakan untuk mengecek data
penelitian terutama yang berkaitan dengan identitas. 3) Membandingkan apa
yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang
dikatakannya sepanjang waktu. Cara ketiga ini dilakukan untuk mengecek
data yang berkaitan dengan persepsi konsumen dan image. 4) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan
orang. Cara ini dapat digunakan peneliti untuk mengecek data mengenai
konsisi fisik Pulau Tunda sebagai objek wisata. 5) Membandingkan hasil
wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Pengecekan data