• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang serupa dengan penelitian yang akan peneliti lakukan ialah penelitian mengeni objek wisata Banten Lama yang berjudul Menemukan Kembali (Recovery) Destination Branding Situs Banten Lama Sebagai Potensi Wisata Budaya dan Religi pada tahun 2012 dengan peneliti Naniek Aprili Framanik, Nurprapti Wahyu Widystuti, dan Rahmi Winangsih. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitiatif deskriptif dengan paradigma penelitian Partisipatory dan jenis penelitian Action and Research. Penelitian ini bertujuan memposisikan merek Banten Lama sebagai objek wisata budaya dan religi di Indonesia, mengkonstruksi kembali identitas khas Banten Lama sebagai sebuah daya tarik bagi wisatawan asing maupun domestik, mengemas program pengembangan merek Banten Lama sebagai daerah tujuan wisata di Indonesia. Penelitian ini menggunakan teori Integrated Branding Strategy.

Hasil penelitian ini menunjukan kondisi Situs Banten Lama saat ini dalam kondisi yang rusak parah, tidak terawat dan kumuh. Masyarakat Banten Lama miskin karena dinamika ekonomi yang tidak berkembang. Stakeholder Banten Lama memiliki mimpi untuk mengembangkan potensi wisata dengan merekonstruksi destination branding Situs Banten Lama. Situs Banten Lama memiliki potensi untuk bisa dikembangkan menjadi wisata religi dan budaya, wisata historis dan edukasi. Rekonstruksi Banten Lama dapat dilakukan dengan renovasi ataupun dengan membuat replika Situs Banten Lama di luar area Situs Banten Lama. Konsep revitalisai dengan membangun Situs Banten Lama dalam abad 16-18, dengan taglineIndonesia Heritage of 16-18

Century, Harmoni dalam Keragaman Budaya dan Religi” dengan Icon

Original Kesultanan dan Pelabuhan (tempo dulu). Penelitian ini pula mengungkapkan bahwa sampai pada penelitian tersebut tidak ada keseriusan pemerintah dalam menangani permasalahan Situs Banten Lama serta tidak ada sinergi antar stakeholder untuk merealisasikan hal tersebut. Perbedaan dengan penelitian yang sedang penulis lakukan adalah objek yang diteliti. Objek penelitian peneliti adalah Pulau Tunda sedang objek penelitian sebelumnya adalah situs banten lama. Persamaan dengan penelitian yang penulis lakukan adalah sama-sama membahas mengenai brand dan branding destinasi.

Selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan Oleh Elizaath Amanda Maria pada tahun 2014 dengan judul penelitian Tourism Destinastion Branding : Analisis Kampanye Komunikasi Pemasaran, Citra dan Positioning Sabang Sebagai Destinasi Wisata Bahari Internasional. Penelitian ini menggunkana metode penelitian Kualitatif. Penelitian ini menggunakan Prinsip destination branding untuk pariwista. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui langkah-langkah perencanaan, implementasi, dan pemantauan apa saja yang dilakukan Dinas Budaya dan Pariwisata Kota Sabang terkait dengan kampanye komunikasi pemasaran dan tourism destination branding Sabang yang terpilih sebgai daerah DMO. Mengetahui apakah penataan tagline

Sabang “Where the Indonesia star from” sesuai dengan positioning serta program pemulihan citra Sabang sebagai tujuan wisata bahari internasional. Untuk mengetahui keterkaitan tourism destination branding Sabang dengan

23

elemen-elemen atau dimensi city branding Sabang sebagai tujuan wisata bahari internasional.

Hasil penelitian ini adalah terjadinya ketidakharmonisan pada stakeholder.

Pesan yang ingin disampaikan pada target market terbukti tidak sampai sehingga bisa dikatakan langkah-langkah komunikasi pemasaran tidak berjalan dengan baik. Penelitian ini menunjukan bahwa perencanaan komunikasi pemasaran Sabang tidak diimbangi dengan dengan implemantasi pemantauan yang baik. Tourism destination branding Sabang mulai terbentuk sebatas pada wisatawan yang datang dan memiliki ketertarikan yang erat dengan city branding Sabang, namun terdapat kendala pada pencitraan Sabang. Oleh karena itu dibutuhkan perbaikan mulai dari perencanaan, implementasi, pemantauan baik di sisi alam, SDM, fasilitas dan citra.

Perbedaan dengan penelitian yang sedang peneliti lakukan adalah penelitian ini hanya sampai pada pembentukan brand sedangkan penelitian Elizabeth meneliti hingga positioning dan citra. Teori dan objek penelitian yang digunakan pun berbeda. Persamaan dengan penelitian yang sedang diteliti adalah sama-sama membahas mengenai potensi wisata bahari.

Penelitian selanjutnya adalah penelitian dengan judul Strategi Branding Kota Surakarta dalam Pengelolaan Sebagai Destinasi Wisata yang dilakukan oleh Lina Mustikawati (Ilmu Komunikasi Universitas Dipononegoro), pada tahun 2013. Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui strategi branding yang diterapkan oleh Kota Surakarta dalam pembangunan brand sebagai sebuah destinasi wisata, dan mengevaluasi proses strategi branding dalam

mengomunikasikan Kota Surakarta sebagai sebuah destinasi wisata. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif pendekatan evaluatif dimana evaluasi dilakukan secara deskriptif dengan teori yang digunakan destination branding models yang dikemukakan oleh Cai (2002), destination branding phase, destination branding complexity.

Hasil penelitian ini Kota Surakarta untuk dijadikan sebuah destinasi, sudah sesuai dengan konsep destination audit. yang meliputi daya tarik, kekuatan destinasi dan jangkauan wisatawan. Konsep branding destinasi wisata Kota Surakarta menunjukkan bahwa adanya kesesuaian, dimana Surakarta memiliki keunikan sebagai pusat peradaban Jawa yang berbasis seni dan kultur. Indikator keberhasilan kota Surakarta belum sesuai dengan faktor ideal dalam mengukur keberhasilan branding sebuah destinasi. Hal ini disebabkan karena tujuan utama yang ingin dicapai oleh Kota Surakarta berfokus pada peningkatan jumlah wisatawan yang masuk ke Kota Surakarta. Branding kota Surakarta masih bergantung tujuan marketing dibandingkan tujuan komunikasi. Target audiens Kota Surakarta didasarkan aspek geografis saja, sedangkan dalam proses branding, penentuan target audiens, setidaknya harus didasarkan pada aspek psikografis, karena berkaitan dengan minat dan ketertarikan target audiens terhadap konsep wisata Kota Surakarta sebagai Kota Budaya, sehingga akan memudahkan dalam penyerapan pesan branding

(target audien tidak sesuai). Perbedaan dengan penelitian penulis adalah objek penelitian yang diambil. Dalam penelitian yang dituliskan oleh Lina (2013) mengambil latar penelitian Kota Surakarta sedangkan dalam penelitian yang

25

penulis buat menggunakan Objek Wisata Pulau Tunda yang terletak di Kabupaten Serang. Sedangkan Persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama membahas mengenai Destinasi Branding.

Penelitian selanjutnya adalah penelitian dengan judul penelitian Destinatin Brand: Membangun Keunggulan Bersaing Daerah pada tahun 2008 yang dilakukan oleh Syafrizal Helmi Situmorang. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana pentingnya membangun destination branding bagi sebuah daerah di Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitiatif. Teori yang digunakan adalah Destination Branding.

Hasil penelitian ini adalah industri pariwisata haruslah memiliki citra yang positif. Banyak negara yang memposisiskan daerahnya sebagai daerah tujuan wisata. Beberapa negara tetangga telah membentuk brand destination sejak lama namun di Indonesia khususnya Bali baru muncul pada tahun 2008 yakni

Santhi Santhi Santhi. membentuk branding daerah tidaklah mudah, memerlukan analisis lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Analisis lingkungan internal meliputi potensi daerah, keuangan, produk unggulan, kelemahan, dsb. Sedangkan analisis lingkungan eksternal meliputi pesaing (competitor), perubahan (change), dan analisis pelanggan (customer). Selain itu perlu juga melakukan analisis perubahan (change) yang meliputi, teknologi, dinamika ekonomi, perkembangan politik, regulasi, penggeseran sosial budaya dan perubahan pasar. Sedangkan analisis pesaing (competitor)

melihat tiga dimensi dari pesaing yaitu (general, aggressiveness, dan

capability).

Brand (merek) merupakan faktor pembeda yang sangat penting dalam lautan produk/jasa yang sejenis. Brand mempunyai makna psikologis dan simbolis yang istimewa di mata turis atau wisatawan. Dengan kata lain ketika

brand equity sudah tebentuk maka ia menjadi milik daerah yang sangat berharga yang jauh lebih berharga dari aset daerah yang lainnya. Dalam membangun sebuah brand tidak hanya melibatkan penciptaan perceived difference tetapi juga harus didukung dengan produk/jasa yang berkualitas, strategi penetapan harga dan distribusi yang tepat untuk mendukung citra (brand image) yang dikomunikasikan. Selanjutnya brand menjadi sebuah kontrak kepercaan antara konsumen dengan produsen. Upaya membangun merek suatu daerah memerlukan buget yang besar. Segala biaya yang dikeluarkan dalam proses ini menjadi investasi daerah yang bersifat intangible. Keller (200) mengajukan sebuah model pengembangan merek yang disebut customer-based brand equity (CBBE). Brand equity adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang terkait dengan suatu merek, nama, simbol, yang diberikan oleh sebuah produk atau jasa baik pada perusahaan maupun pada pelanggan. Mengutip Aaker (1991), brand equity dapat dikelompokkan ke dalam lima kategori yaitu : 1) Brand awerness (kesadaran merek) 2) Brand Assosiation (asosiasi merek) 3) Perceived quality (persepsi kualitas) 4) Brand loyalty (loyalitas merek) 5) Other proprierty brand assets

27

yang dilakukan dalam penelitian ini Syafrizal memaparkan bagaimana pentingnya Destinasi Branding Untuk suatu daerah, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah menjelaskan pembentukan brand untuk mengembangkan objek wisata Pulau Tunda.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Judul Penelitian Menemukan Kembali (Recovery) Destination Branding Situs Banten Lama Sebagai Potensi Wisata Budaya dan Religi

Tourism Destinastion Branding : Analisis Kampanye Komunikasi

Pemasaran, Citra dan Positioning Sabang Sebagai Destinasi Wisata Bahari Internasional Strategi Branding Kota Surakarta Dalam Pengelolaan Sebagai Destinasi Wisat. Destinatin Brand: Membangun Keunggulan Bersaing Daerah Tahun Penelitian 2012 2013 2013 2008

Peneliti Naniek Aprili Framanik, Nurprapti Wahyu Widystuti, dan Rahmi Winangsih

Elizabeth Amanada Maria

Lina Mustikawati Syafrizal Helmi Situmorang

Tujuan Penelitian

memposisikan merek Banten Lama sebagai objek wisata budaya dan religi, mengkonstruksi kembali identitas Khas Banten Lama, mengemas program

pengembangan merek Banten Lama sebagai daerah tujuan wisata di Indonesia mengetahui langkah-langkah perencanaan, implementasi, dan pemantauan terkait dengan kampanye komunikasi pemesaran dan tourism destination branding Sabang Mengetahui strategi branding yang digunakan Kota Surakarta dan Mengevaluasi proses strategi branding Mengetahui Pentingnya Destinasi Branding Untuk Suatu Daerah Metode Penelitian

Kualitatif Kualitatif Kualitatif Kualitatif

Teori penelitian Integrated Branding Strategy Prinsip Detinasi Branding, Citra dan Positioning destination branding models, destination branding phase, destination branding complexity Branding Destinasi

Hasil Penetian Kondisi Situs Banten Lama saat ini dalam kondisi rusak parah. Masyarakat Banten Lama miskin. Berpotensi dikembangkan menjadi wisata religi dan budaya, wisata historis dan edukasi. Rekonstruksi Banten Lama dapat dilakukan dengan renovasi ataupun dengan membuat replica Situs Banten. tidak ada keseriusan

pemerintah dalam menangani permasalahan Situs Banten Lama, serta tidak ada sinergi antar stakeholder untuk merealisasikan hal tersebut.

terjadinya ketidak harmonisan pada Stakeholder. Perencanaan komunikasi pemasaran Sabang tidak diimbangi dengan dengan implemantasi pemenatauan yang baik. Tourism destination branding kota Surakarta sudah sesuai dengan konsep destination audit. Indikator keberhasilan kota Surakarta belum sesuai. Branding masih bergantung tujuan marketing. Target audiens kota Surakarta didasarkan aspek geografis saja, Industri pariwisata haruslah memiliki citra yang positif. Membuat Brand memerlukan analisis lingkungan internal dan lingkungan eksternal

Perbedaan Penelitian

Objek Penelitian yang berbeda Objek Penelitian yang berbeda Objek Penelitian yang berbeda Objek Penelitian yang berbeda Persamaan Penelitian Membahas mengenai Destinasi Branding suatu daerah (Banten Lama)

mengenai Destinasi Branding suatu daerah (Pulau Weh) Membahas mengenai Destinasi Branding suatu daerah (Kota Surakarta) Membahas mengenai pentingnya Destinasi Branding

29 BAB III

Dokumen terkait