• Tidak ada hasil yang ditemukan

Daftar Pustaka

TRANSKIP WAWANCARA

Narasumber : Firman Hakiki (Direktur Wisata Bahari Pulau Tunda) Tempat/ Tanggal : Serang, Senin,16 Mei 2016

Waktu : 18:30 s.d 21:00 WIB

Peneliti : Bagaimana awal pulau Tunda menjadi Wisata?

Narasumber : Wisata Bagi saya adalah Kunci bagi Pengembangan Daerah. dulu saya tidak sekolah dan tidak kuliah, dan ketika saya berkempatan untuk berkuliah, saya harus intropeksi bahwa bahwa apa yang saya dapatkan adalah sebuh anugrah. Sehingga anungrah ini harus bermanfaat kepada banyak orang. Saya ingin menciptakan

orang-orang seperti “saya” yang katakanlah secara ekonomi dan

pendidikan dibawah rata-rata. Bagaimana suatu daearah dapat

berkembang jika SDMnya tidak dibangun?. Sednagkan

membangun SDM itu bukan hanya sebatas opini atau memberikan pandangan-pandangan saja. Tp bagaimana dengan kegiatan ekonominya. Dari situ lah saya bertekad untuk membangun masyarakat dari sumberdaya ekonomi, sumberdaya sosial, sumberdaya pendidikan. Tetapi yang paling mendasar adalah ekonomi. Maka dari itulah wisata adalah kunci dari pengembangan.

Saya dari kecil lahir di Pulau tunda tau betul mengenai potensi yang terdapat di Pulau Tunda, termsauk pariwisata. maka dari itu saya mencoba membuat konsep wisata yaitu Snorkeling. Saya

107

punya keinginan besar pada saat itu, dan Alhamdulillah mendapat beasiswa sekitar 5 juta untuk biaya kuliah, tetapi saya gunakan untuk modal membuat brosur untuk disebarkan selama enam bulan kemasyarakat dan mencoba untuk mensosialisaikan kepada masyarakat tetapi masyarakat menolak adanya wisata.

Penaliti : Apa yang menyebakan masyarakat menolak adanya wisata ? Narasumber : Awalnya mereka menolak adanya wisata karena mereka berfikir

dengan banyaknya orang-orang yang datang dengan budaya mereka yang dapat dikatakan mengabaikan nilai-nilai religious akan berimbas terhadap masyarakat contonya perubahan etika, perubahan sosial, atau efek-efek buruk lain yang ditumbulkannya. Dikhawatirkan budaya dan kultur masyarakat tercampur dan akan rusak. Akhirnya saya mencoba memberikan pandnagan-pandnagan positif kepada masyarakat jika wisata tidak dikembangkan, bagaimana pulau tunda bisa berkembang jika tidak ada yang mengenal Pulau Tunda, bahkan didaerah serang sendiri hanya sekitar 5% saja yang mengetahui pulau tunda , dinas pemerintah setempat pun tidak mengetahui keberadaan Pulau Tunda. namun tetap pada intinya masyarakat menolak adanya wisata dipulau tunda. lalu saya mulai mencari alternative agar wisata ini dapat berkembang, karena langkah pertama pengembangan Pulau tunda harus dari Wisata. Secara bertahap saya mencoba untuk mengundang teman-teman mahasiswa, seperti Mahasiswa,

mapalaut dengan tujuan pertama memperkenalkan Pulau Tunda yang kedua agar masyarakat bisa berinteraksi dengan orang asing sehingga orang Pulau Tunda tidak asing dengan orang asing. Waktu itu sekitar tahun 2011 proses ini dimulai, lalu pada tahun 2012 saya mencoa membawa tamu hingga mencapai lebih dari 50 orang dari Jakarta untuk datang kepulau tunda. untuk itu saya menyewa kapal dengan harga 2,2jt, dengan perhitungan jika mereka pergi neayan seinggu dapat 2 juta saja maka ini yang hanya 1hari mereka mendapatkan 2,2jt. Dengan saya menyewa kapal, masyarakat mulai dilibatkan dalam pengembangan wisata di Pulau Tunda. dan mulai mereka mencoba mengajak tamu dan mulai untuk mengembangkan wisata.

Peneliti : Bagaimana dengan sekarang, apkah sudah mulai terbuka dengan wisatawan?

Narasumber : iya masih khawatir, namun saya mencoba memberikan pandangan dengan menyampaikan sejarah baduy yang dulu menutup diri namun sekarang mulai membuka diri dan itu memberikan dampak ekonomi mereka sekarang meningkat.

Peneliti : Potensi apa saja yang dimiliki pulau Tunda?

Narasumber : bagi saya selaku penggagas wisata di Pulau Tunda, Pulau Tunda memiliki potensi dibidang wisata edukasi dan ekonomi kreatif terlepas dari wisata Alam yang saat ini dimilikinya yaitu snorkeling. Pulau tunda memiliki kelautan, perikanan, Sumaber

109

daya manusia yang bisa dikembangkan menjadi ekowisata. Contoh misalnya dengan membentuk kelompok tani , yang selanjutnya mengelolah hasil tani yang diolah lalu di jual. Atau kita membuat kebun seperti kebun apel di Malang misalnya. Di bidang kelautan kita bisa bikin transformasi karang, peneangkaran penyu.

Peneliti : Bentuk wisata yang sudah nyata ada dimiliki oleh Pulau Tunda? Narasumber : Untuk saat ini Pulau Tunda hanya menjual snorkeling saja.

Namun tiap minggu mencapai 50 orang yang berkunjung. Bagi saya ini dapat dikembangkan dan kunci dari kesuksesan adalah bagaimana seseorang tersebut melaukan inovasi pemikiran dan mau terjuan langsung kelapanga untuk melakukan penataan-penataan tersebut. seperti yang saya lakukan untuk nekat membangun wisata Pulau Tunda meskipun banyak yang menolak, hingga pernah ada yang datang kerumah saya untuk mendemo saya dan menolak apa yang saya lakukan. Dari situ satu hal yang saya pahami bahwa masyarakat memiliki sifat konsumtif. Dengan pemikiran mereka yang lebih baik melaut pulang bawa ikan punya uang dan selesai. Pikiran mereka adalah pragmatis sedangkan apa yang saya bawa pada saat itu adalah teoritis. Namun bagi saya sebagai seorang yang membawa perubahan haruslah komitmen. Peneliti : Bagaimana penerimaan warga sekarang terhadap wisata?

Narasumber : Awalnya pemikiran mereka menolak wisat adalah dampak negative yang ditimbulakan wisatawan, seperti sikap-sikap yang

dianggap kurang sopan dengan pakaian dan sikap mereka, dan perbuatan negative lain yang dilakukan oleh wisatawan. namun saya mencoba menyakinkan bahwa apa yang mereka pikirkan tersebut tidak benar dengan cara ketika saya membawa wisatawan diawal saya tetankan untuk memakai pakaian yang sopan saat berada di lingkungan masyarakat, silahkan menggunakna pakaian bebas pada saat snorkeling naum ketika akan kembali kelingkungan masyarakat kembali mengunakan pakaian yang rapih dan mera tetap melakukan ibadah. Lalu mereka mulai menyadari bahwa rumah mereka dapat disewakan dan mendapatkan uang sekitar 350 ribu. Itu kan lumayan untuk menambah penghasilan dan uang jajan mereka.

Peneliti : Bagaimana dengan wisata mancing di Pulau Tunda?

Narasumber : Potensi wisata mincing di Pulau Tunda Bagus namun belum terkelolah dengan baik. Karena ada sekat antara pemerintah DKP dengan Pulau Tunda. saya membangun wisata di Pulau Tunda dengan pendekayan cultural tidak structural. Maksudnya tidak structural adalah tidak dengan bagaimana pemerintah itu ikut andil dalam penegmbangan tetapi saya mendorong masyarakat pulau tunda misalnya dengan mengajaraknnya membuat WEB, bikin facebook sehingga mereka memiliki jaringan di internet den berinteraksi dengan orang luar sehingga orang luar tersebut tertarik untuk wisata snorkeling dan mancing. Wisata Pancing di Pulau

111

tunda berpotensi, karena di tinjau dari nelayannya, nelayan pulau tunda adalah nelayan asli pancing dan bukan nelayan jarring, sehingga dari pengalamannya cocok untuk melakukan wisata pancing di Pulau Tunda. selain itu di tinjau dari alamnya Pulau Tunda Strategis untuk spot pancing.

Peneliti : Apakah Pulau Tunda Memiliki organisasi kemasyarakatan? Narasumber : Iya punya. Sejarah singkatnya seperti ini, wisata Pulau Tunda ini

awalnya untuk kunci kesuksesan Pulau tunda diberbagai sektor, maka dibentuklah wisata ini, setelah itu berjalan dengan baik menjadi fakta apa yang saya katakana bahwa ketika merka mengetahui Pulau Tunda maka akan banyak yang ikut andil untuk pegembangan Pulau tunda, misalanya DKP dalam ruang lingkup pertanian transfortasi karang. Organisasi ini saya yang buat dengan mengumpulkan travel-travel yang ada di pulau tunda untuk menyatukan persepsi, karena pada saat itu saya melihat teman-teman yang lain salah jalur. Mereka bermain di bidang wisata dengan tujuan uang, sedangkan kita dasar awalnya wisata ini ini adalah langkah awal untuk pengembangan ekonomi bukan sebagai materialistis ekonomi saja. Waktu itu ngumpulin temen-temen dan

bilang pada mereka “ kalo misalnya kita jadi wisata kya gini aja,

saya yakin mimpi sya untuk mengembangkan Pulau Tunda akan mati 2-3 tahun mendatang, Pulau Tunda akan mati dalam jarak 3 tahun wisata berjalan. Alasan saya adalah pulau tunda memiliki

nilai jual besar, dilihat dari data wisata rata-rata Pulau tunda baru mencapai 5%, belum 50 % belum 100% karena Pulau tunda hanya menjual snorkelingnya aja. Dia tidak menjual sistem, tidak menjual jasa yang baik, tidak menjual kriteria-kriteria wisata yang baik, itu belum ada. Jadi orang asing dateng kepulau tunda itu hanya untuk menghilangkan penesaran. Mereka hanya penaran dengan pulau tunda dan ketika mereka datang kepulau tunda, mereka hanya

snorkeling aja maka mereka akan bilang “oh gini doing Pulau Tunda” dan sudah selesai. Ini akan meneybabkan degradasi wisat,

Wisatawan yang datang tidak continue. Dari situ kita berdiskusi dan menghasilkan

1. Pengelolah sampah, yang akan di gaji dari hasil wisata itu

2. Kita buat rumpon, yang tujuannya rumpon itu kita perbanyak sehingga rumpon ini akan di isi oleh ikan-ikan kecil yang nantinya akan mengundang lumba-lumba.

Karena di Pulau tunda itu waktu saya kecil lumba-lumba ini banyak karena di pulau tunda banyak ikan-ikan kecil, jadi mereka dateng kepulau tunda pada saat itu sebagai hama di Pulau Tunda. nah itu bisa kita buat agar mereka datang lagi kepulau tunda dengan menydiakan makan ikan-ikan kecil itu dengan rumpon. Kan sekarang lumba-lumaba jarang yang paling ada beberapa dan itu hanya di bulan februari dan maret saja setelah itu gak ada lagi. Sedangkan lumba-lumba juga kan meiliki nilai jual yang tinggi.

113

Peneliti : Bagaimana hubungan anda dengan stakeholder?

Narasumber : terjadi miskomunikasi, jadi ada kesenjangan antara kami, khususnya saya dengan pemerintah desa, saya dengan kepala desa itu tidak nyambung. Ada dinamika politik yang menyebabkan lurah ini tidak welcome dengan masyarakat Pulau tunda dan hanya welcome dengan orang-orang disekitarnya.

Peneliti : Apakah kegiatan tambang pasir yang saat ini ramai di bicarakan menggangu aktifitas wisata di Pulau tunda?

Narasumber : untuk saat ini saya rasa tidak karena jaraknya yang cukup jauh yaitu sekitar 2 mil, sedang wisatawan hanya di sekiar pulau saja. Namun secara faktanya penambangan tersebut berpengaruh terhadap ekosistem laut, karena unsur sara dalam laut berkurang, laut menjadi kotor, ikan-ikan pada pergi. Tahun lalu saya melihat laut memang belok tapi sekarang-sekarang airnya selalu jernih, entah karena apa saya juga kurang begita mengetahuinya.

Peneliti : Bagaimana hubungan pemerintah dalam melakukan

pengembangan wisata di Pulau Tunda?

Narasumber : sebenarnya ada miskomunikasi antara pemerintah daerah dengan pemerintah desa di Pulau Tunda. seperti yang saya bilang tadi, satu kesiapan sumberdaya manusia di Pulau Tunda tidak seimbang. Nah kita kan memiliki kelompok, lingkar bahari itu. lingkar bahari itu

kan dibuat, waktu itu saya tergabung dalam pokdarwis (kelompok sadar wisata), kebetuluan saya baru pulang dari semarang, dan pada saat itu menjabat sebagai sekertaris pokdarwis provinsi Banten. saya menjadi sekertaris dengan tujuannya adalah pengembangan-pengembangan wisata di Banten potensi-potensi apa yang bisa jual untuk Pulau Tunda. kita buat di daerah pulau tunda, saya udah buat nih, ADARTnya sudah saya buat, proker kerjanya sudah saya buat, misalnya bikin menara pelagi. Menara pelangi ini kan tujuannya untuk pemotretan, dan sebagainya, rumah pohon, kita bikin perahu fishing sehingga wisatawan bisa keliling pulau tunda dengan perahu-perahu itu. perahu itu kan bisa disewakan, pemasukan juga untuk masyarakat atau kita juga bisa bikin layang-layang besar, atau apa sajalah itu. kita bikin icon-icon wisata, sehingga bukan snorkeling aja. Setelah sudah selesai sudah satu frame, satu persepsi, saya kasih data-data kekepala desa sebulan, dua bulan tidak di tanda tangani hingga setahun. Dan akhirnya di tanda tanganin itu pun dengan menagatas nama kan orang lain dengan nama pak kahfi. Akhirnya kahfi itu jadi ketua pokdarwis yang dari situ diganti namnayanya menjadi Lingkar Bahari. Bagi saya nama diganti gak masalah, siapapun yang akan menjalankan its oke, asalkan konsep-konsep yang sudah dibuat dapat di jalankan. Namun ternyata setahun, dua tahun nihil. Hasil program kerja pengembangan ekonomi yang kita buat ini dan itu,

115

rumah pohon dan icon lain tidak berjalan. Karna secara sumber daya alam, sumberdaya pribadi mereka tidak punya untuk pengembangan itu. Pulau Tunda masih memiliki PR yang besar untuk pengembangnanya. Pernah pemerintah daerah datang kepulau tunda, namun merekapun masih ambigu. Kenapa masih di ambingu, karena ketika konfirmasi kelapangan ternyata sumber daya manusia di Pulau tunda belum siap, kemarin kita pernah kajian. Kita kaji bersama, teman-teman Pulau Tunda di undang duduk bersama dan mencoba untuk berdiskusi dan ternyata itu tidak menemukan titik temu. Bahkan sampa ditanya apa yang dibutuhkan Pulau Tunda. teman-teman mengusulkan hal yang sifatnya eksistensi. Sebatas mengundang orang-orang datang kepulau. Tidak salah, hanya untuk pengembangan ekowisatanya itu loh tidak berjalan.

Peneliti : Icon-icon wisata yang dulu pernah di konsepkan beraradti dapat

di katakana bukan lagi sedang proses namun “mati”?

Narasumber : ya, secara sedarhana dapat dikatakan mati. Adapun pergerakan wisata yang sekarang teman-teman sedang lakukan yah sebatas membawa tamu datang, snorkeling lalu sudah, pulang. Hanya seperti itu. namun untuk pengembangan langsung berupa pembuatan home stay. Atau investasi fasilitas wisata itu tidak.

Narasumber : Disini ada kesalahan antara pemerintah daerah DKP, Pemerintah Desa, dan pengembang lingkar Bahari. Kemarin pernah berdiskusi mengenai putar organisasi. Saya memberi pendapat bahwa lingkar bahari ini adalah jembatan untuk ,membangun wisata, misalkan pengadaan barang, fasilitas,bahkan kita mencoba membuat standarisai guide, agar sumberdaya di pulau tunda bisa berkembang. Nimimal kita membuat seminar bagaimana pemahaman wisata di daerah. sehingga ada harmonisasi antara tamu, tuan rumah, pelaku wisata, pelaku travel terjadi singkronisasi. Sekarang teman-teman lingkar bahari itu hanya tamu dateng bayar lima ribu selesai. Uang ini digunakan untuk membayar orang yang membersihkan Pulau Tunda.

Peneliti : Apa yang dibutuhkan Pulau Tunda?

Narasumber : bagi saya yang di butuhkan pulau tunda adalah seorang yang didirinya terdapat leadership untuk mengembangkan secara sumberdaya untuk mengembnagakan wisata itu sendiri.

Peneliti : Persepsi atau pandangan yang dulu sempat di satukan sehingga memunculkan Pokdarwis yang sekarang ini berubah nama menjadi Lingkar bahari dapat dikatakan buyar atau tidak sepaham lagi? Narasumber : Iya benar, karena pandangan organisasi kita berbeda. Saya

mencoba memberikan pandangan juga tetap beda. Akhirnya kan orang-orang yang masuk kedalam lingkar bahari atau yang terlibat dalam lingkar bahari adalah orang-orang yang membawa tamu

117

saja. Nah ini gak belance dengan pembagian-pembagian dalam masyarakat. maksud saya begini, kemaren teman-teman mengeluh. Saat ini belum sepenuhnya menerima wisata, karena adanya wisata itu hanya orang-orang tertentu saja yang menikmati. Misalnya saya dengan 5 orang travel teman saya. Sudah hanya itu-itu saja. Masyarakat yang lain tidak menikmati itu. mereka bertanya kepada saya, kira-kira apa yang bisa dilakukan agar masyarakat bisa menerima wisata. Kuncinya satu kata saya, kalo teman-teman mau diterima oleh mereka, bangun organisasi dengan baik. Contoh misalkan dengan dibuat standarisasi Homestay, misalnya memiliki AC. Buatlah proposal yang diajukan ke dinas pariwisata. karena pemerintah juga bingung gitu, gak tau apa yang diperlukan pulau tunda. apa sih yang dibutuhkan pulau tunda. jadinya kan gak singkron. Dia mau bantu pulau tunda, pulau tundanya gak bilang maunya apa. Pulau Tunda gak jemput Bola, pemerintah juga bingung apa yang harus diberikan. Dengan standarisai yang dibuat tadi dengan adanya AC atau kipas angin misalkan yang di kelolah oleh koperasi misalkan bayarnya 50ribu sewanya, merka untung dengan adanya AC, pengunjung semakin banyak, ada retribusi juga. Kalo memang organisasi kita structural misak kamu pegang di bidang mainan, yah mainan itu seperti flyingfok, outbound, layang-layang saya yakin bukan Cuma satu orang yang pegang tapi sepuluh orang. Sepuluh orang ini siapa? Masyarakat dong. Lalu

sepuluh orang dilibatkan dalam penangkaran penyu, 10 orang lagi di transformasi karang. Wisata dibangka itu, waktu saya kesana, lepas penyu itu bayar 70rb. Penghasilan kan, penghasilan lagi. Peneliti : Sejak kapan pemerintah terlibat dalam pengembangan objek wisata Pulau Tunda?

Narasumber : Pada tahun 2013 saya mencoba untuk bermain di dinas pariwisata untuk pengembangan sumberdaya manusia. Dan disitulah mulai ada kemistri antada pemerintah daerah dengan wisata Pulau Tubda. Namun secara signifikan wujud pembangun wisata Pulau Tunda belum Nampak, hanya sebatas opini pembangunan, sedangkan pemangunan seutuhnya belum. Bahkan menurut saya pemerintah daerah tidak peka, seperti lurah tadi tidak peka pulau tunda ini sudah berkembang nih, ayo kita bangkit ayo kita bangkit !. karena memang sumberdayanya itu pak Lurah sendiri tidak memahami bagaimana itu wisata. Apa efek positi dan negative wisata. Khususnya pengangkatan ekonomi dimasyarakat secara wisata itu kaya gimana. Itu yang belum peka dan belum terdorong kesana, dia hanya paham Pulau Tunda menjadi wisata, orang datang kesana sudah selesai. Tanpa meilihat apa sih yang paling mendasar untuk pengangkatan ekonomi. Atau misalkan hal-hal apa yang bisa dikaitkan untuk pengembangan di masyarakat dan sebgainya. Atau potensi mana lagi nih yang mana lagi nih yag bisa kita bangun untuk membangun eksistensi wisata di Pulau Tunda, itu tidak

119

sampai kearah sana. Hanya dia melihat ada wisata orang dateng dan sebgainya dan itu menjadi wisata dan itu selesai. Tanpa memahami kulturasi wisata seutuhnya, atau esensi nilai wisata bagi masyarakat itu apa sih?

Peneliti : Sebagai usaha jasa, anda ingin menjual Pula tunda pada segmentasi yang seperti apa?

Narasumber : sebagai pengelolah plus putra daerah saya melihat Pulau Tunda akan dibawa kemana. Tidak mengcopypas seperti Pulau Umang atau Pulau-Pulau Lainnya yang sudah keren. atau bisa dibilang dipegang oleh pihak ketiga, oleh perusahaan-perusahaan asing atau lokal, yang mana ia memcoba membangun daerahnya itu untuk pengembangan wisata. Contohnya anyer saja lah, anyer itu kan hanya kalangan, menengah keatas yang menikmati indahnya wisata itu sendiri. Saya sederhana,satu memang murni pegembangan dan penglahan Pulau Tunda harus orang sendiri khususnya pemerintah

daerahnya yang membuat peraturan, membuat sebuah

pengembangan atau memfasilitasi apa yang bisa di kembangkan. Pada intinya pulau tunda harus dikembangkan oleh putra daerah itu sendiri atau pemerintah daerah, bukan orang lain atau orang ketiga. Harapannya seperti itu.

Peneliti : Peluang Apa yang dimiliki oleh Pulau Tunda?

Narasumber : Saya melihat Pulau Tunda di Banten, pertama kita punya nilai lebihnya. Satu, kita deket dengan Jakarta, strategis. Pemerintah

bisa mempasilitasi kapal cepat untuk jemput tamu langsung dari Jakarta. Karena jarak anatara Pulau Tunda dengan Kepulauan Seribu hanya beda satu jam. Pulau Tidung dengan Pulau Tunda beda satu Jam. Kalo Pulau Tidung ke muara angke itu 3-4 jam. Kita, Pulau Tunda Ke Muara Angke 4 jam. Hanya saja fasilitas dari Pulau Tunda ke Pulau Seribu Belum ada. Jadi lebih sulit, sekarang tamu-tamu keserang dulu, baru kepulau Tunda. Pengunjung Pulau Tunda itu bagi saya lebih banyak orang Jakarta di banding serang orang serang hanya beberapa. Karena mereka datang karena penasaran.

Peneliti : Kembali kepada Peran Pemerintah DKP, selain membuatkan villa untuk pengembangan wisata di Pulau Tunda?

Narasumber :Kemarin ada kegiatan transformasi karang oleh anak-anak sekolah. Sedang untuk fasilitas vila itu, karena ada miskomunikasi itu. setau saya orang DKP itu membangun villa, tolong nih di urus tolong dikembangkan nih untuk penginapan wisatawan. karena ada miskomunikasi itu, seharusnya DKP itu memberikan sebuah informasi terhadap travel-travel wisata atau kerjasama nih, kira-kira mau bikin villanya dimana, tempatnya bagaimana. Untuk menyesuaikan rotasi wisata itu. jangan dia koordinasi dengan kepala desa, kepala desanya yang tidak paham betul dengan konstaliasi wisata gitukan. Ya akhirnya biat tontonan aja, bukan buat penginapan. Jadi memang sekarang tidak dijadikan

121

penginapan. Cume sekedar dateng kesana, foto-foto, udah. Nginep gak pernah

Peneliti : Bangaimana dengan villa yang berada di bagian Barat ?

Narasumber : Itu punya perorangan, punya pak Haji jail. Dulu dia orang Pulau Tunda. dia kejakarta. Lalu pada 2013 dia membangun villa dan itu di sewakan.

Peneliti : Lokasi wisata untuk saat ini diarahkan ke bagian barat dan utara, lalu bangai mana dengan Timur dan Selatan?

Narasumber : Untuk bagian Timur sekarang sudah tidak bisa, karena itukan sudah punya asing. Bagian selatan hanya untuk dermaga aja.

TRANSKIP WAWANCARA

Narasumber : Mumun (DKP)

Tempat/ Tanggal : Serang, Rabu,25 Mei 2016

Waktu : 11.30 s.d 12.30 WIB

Peneliti :Bagaimana ibu memandang Pulau Tunda sebagai daerah yang dapat dikembangkan khusnya untuk pariwisata

Dokumen terkait