• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Pulau Tunda Sebagai Objek Wisata Bahari

ANALISIS DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

4.2 Analisis Data Penelitian

4.3.2 Potensi Pulau Tunda Sebagai Objek Wisata Bahari

Data dilapangan menunjukkan bahwa pihak pemerintah maupun pengembang melihat potensi yang dimiliki oleh Pulau Tunda yakni keindahan bawah laut Pulau Tunda berupa karang dan berbagai jenis ikan. Data di lapangan pun menunjukkan bahwa pengembangan yang dilakukan bertujuan untuk mendukung aset ini Pulau Tunda, seperti yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga bersama dengan pemerintah desa yang telah merencanakan pembangunan fasilitas wisata berupa pembuatan taman yang bertujuan agar wisatawan dapat menikmati suasana pantai dengan lebih nyaman. Rencana selanjutnya adalah pembuatan jalan lingkar yang dimaksudkan agar wisatawan dapat mengelilingi pulau baik dengan menggunakan kendaraan roda dua ataupun berjalan santai.

Observasi yang peneliti lakukan untuk dapat melihat dan merasakan sendiri kondisi dari Pulau Tunda ditambah dengan hasil data wawancara yang dilakukan, membawa peneliti pada pengertian bahwa potensi wisata bahari untuk Pulau Tunda benar adanya. Penetapan taman bawah laut sebagai potensi wisata dan menjadikannya sebagai aset inti pariwisata Pulau Tunda bagi peneliti adalah keputusan yang beralasan. Peneliti pun menilai bahwa pengembangan yang dilakukan sudah sesuai dengan apa yang

75

dibutuhkan oleh Pulau Tunda dan mendukung serta memperkuat kedudukan aset inti yang dimiliki oleh Pulau Tunda. Namun peneliti

berpendapat bahwa makna dari “memprioritaskan aset ini” khususnya

untuk Pulau Tunda bukan hanya berkaitan dengan mendukung dan memperkuat kedudukan aset inti saja tetapi perlu juga dalam rencana pembangunan di masukan pemeliharan aset inti yang dimiliki, mengingat aset inti yang dimiliki oleh Pulau Tunda sangat riskan mengalami kerusakan dan memerlukan waktu yang lama untuk memperbaikinya. Selain itu peneliti pun menyarankan kepada pemerintah setempat, pengembang, dan juga pengelola untuk menggali potensi lain yang dimiliki oleh Pulau Tunda.

Berdasarkan analisis SWOT dan juga identifikasi potensi yang dilakukan oleh peneliti mengantarkan peneliti memahami pentingnya penyusunan brand

untuk objek wisata Pulau Tunda. Pentingnya penyusunan ini karena dengan adanya brand objek wisata Pulau Tunda akan lebih memiliki identitas sehingga keberadaannya menjadi kuat, dengan catatan brand yang dibuat perlu memperhatikan berbagai aspek baik aspek yang berada di dalam internal objek wisata Pulau Tunda maupun aspek eksternal objek wisata Pulau Tunda.

Selama penelitian berjalan peneliti mendapatkan bahwa apa yang dianggap kekurangan oleh pelaku wisata dan juga pengembang ternyata menjadi daya tarik bagi wisatawan. Misalnya saja penginapan yang menyatu dengan rumah warga dimana wisatawan dengan pemilik rumah bercampur baur dalam satu atap. Hal ini ternyata memberikan daya tarik bagi wisatawan, terlebih wisatawan yang berasal

dari perkotaan. Hal ini ungkap mereka karena mereka telah bosan dengan suasanya tempat wisata pada umumnya yang dapat mereka temukan di daerah perkotaan atau tempat wisata lain.

Anggapan wisatawan yang hanya penasaran dengan Pulau Tunda dan enggan kembali lagi ke Pulau Tunda karena kurangnya fasilitas dan kegiatan wisata, ternyata anggapan yang keliru. Hasil wawancara dengan wisatawan menunjukkan bahwa mereka menyukai Pulau Tunda dan ingin kembali lagi ke Pulau Tunda untuk menikmati keindahan bawah laut Pulau Tunda, hanya yang menjadi pertimbangan mereka saat berlibur kembali ke Pulau Tunda adalah akses menuju Pulau Tunda. Penyeberangan reguler yang hanya tiga kali dalam seminggu dan bukan pada hari yang strategis untuk berwisata menjadi salah satu faktor yang menyebabkan rencana berlibur ke Pulau Tunda tertunda.

Analisis yang tajam perlu dilakukan agar potensi Pulau Tunda dapat dikembangkan secara maksimal. Analisi yang dilakukan sebaiknya bukan hanya pada potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh Pulau Tunda tetapi juga potensi-potensi lain yang terdapat di Pulau Tunda. Selain itu pula perlu dibangun hubungan antara pelaku usaha dengan pemerintah dan warga yang terintegrasi dengan tujuan pengembangan wisata di Pulau Tunda. Penetapan target marget dan jangkauan pemasaran pun perlu dipertimbangkan dan disesuaikan dengan saluran komunikasi pemasaran yang digunakan. Memaksimalkan peran media sosial dalam saluran komunikasi pemasaran dapat menjadi salah satu pilihan strategi pemasaran yang terbilang cukup efektif. Selain itu biaya pemasaran tidak memakan anggaran yang besar. Sehingga dapat mengatasi masalah keterbatasan

77

modal. Pesan dalam komunikasi pemasaran yang dilakukan sebaiknya menonjolkan identitas Pulau Tunda dengan dramatisasi yang tidak berlebihan.

FGD (Focus Group Discussion) yang dilakukan dengan pengembang menunjukkan bahwa untuk saat ini Pulau Tunda dapat dikatakan belum memiliki identitas inti. Namun dari apa yang ditemukan oleh peneliti selama pencarian data, identitas Pulau Tunda yang terbentuk berupa objek wisata bahari dengan kehidupan masyarakat pesisir yang ramah. Temuan ini tentunya perlu ditindak lanjuti dan dikaji ulang untuk selanjutnya di sesuaikan dengan rencana pengembangan wisata dan pembuatan brand Pulau Tunda.

Brand berhubungan dengan pesepsi konsumen mengenai suatu produk/destinasi. Secara tidak disadari Pulau Tunda sendiri telah membentuk persepsi di benak konsumen yaitu sebagai objek wisata bahari yang memiliki keindahan bawah laut dengan kehidupan masyarakat khas Pulau. Persepsi yang telah terbentuk dibenak konsumen ini tentunya dapat di kembangkan menjadi

brand untuk Pulau Tunda. Hal ini dikarenakan persepsi mengenai Pulau Tunda yang masih terbilang persepsi yang positif justru membantu meringankan perkerjaan pengembang dan pembuat brand karena tidak harus membentuk persepsi dibenak konsumen dari awal tetapi mengembangkan persepsi yang sudah ada dan membuat persepsi tersebut menjadi nyata dirasakan oleh wisatwan.

Chiaravelle dan Schenck (2007) menyatakan keberhasilan brand terjadi ketika mampu memuaskan keperluan rasional dan emosional serta ekspetasi konsumen. Mengacu pada pendapat Chiaravelle (2007) tersebut maka dengan

persepsi yang telah terbentuk tersebut, pengelola dan pengembang memiliki pekerjaan rumah berupa pengrealisasian persepsi yang terbentuk di benak wisatawan. Tiga point penting yang dapat digaris bawahi dalam penyampaian yang diberikan Chiaravelle (2007) mengenai keberhasilan sebuah brand yakni memenuhi keperluan rasional, emosianal, dan ekspetasi.

Memenuhi keperluan rasional wisatawan, misalnya saja dari segi biaya. Wisatawan tentunya mengeluarkan uang untuk dapat menikmati wisata di Pulau Tunda. Meski tujuan mereka untuk melihat keindahan bawah laut Pulau Tunda namun mereka pun tentunya menghitung berapa uang yang mereka keluarkan dan berapa banyak yang mereka dapatkan. Maka dari itu kesesuaian fasilitas dengan harga yang dikeluarkan oleh wisatawan tentunya perlu diperhatikan juga oleh pengembang dan juga pengelola Pulau Tunda. Sehingga wisatawan merasa biaya yang dikeluarkannya sepadan dengan yang didapatkan.

Brand secara tidak langsung mendorong seseorang untuk mengambil keputusan dengan mempermainkan emosional wisatwan, misalnya saja Pulau Tunda yang menyuguhkan keindahan bawah laut dengan lingkungan yang masih alami. Secara emosional wisatawan akan terdorong mengunjungi Pulau Tunda untuk dapat merasakan indahnya bawah laut dan alam yang alami yang dapat memberikan ketentraman, kedamaian, kebahagian, rasa syukur atas keindahan sang Pencipta dan perasaan-perasan lain yang mungkin ingin dicari di Pulau Tunda. Maka dari itu pembuatan brand untuk Pulau Tunda perlu melihat kemampuan Pulau Tunda dalam memenuhi kebutuhan emosional wisatawan.

79

Brand harus mampu memenuhi ekspetasi konsumen. data yang di peroleh menunjukkan bahwa saat ini informasi mengenai Pulau Tunda membentuk ekspetasi wisatwan mengenai Pulau Tunda yang lebih menonjolkan keindahan bawah laut. Menjaga kekesuaian ekspetasi konsumen dengan realita yang di hadapi konsumen saat berkunjung, perlu diperhatikan pengelola dan juga pengembang. Sehingga proses pemasaran brand Pulau Tunda pun sebaiknya tidak terlalu dramatisasi, meskipun dramatisasi menjadi bagian strategi dalam pemasaran. Chiaravelle (2007) pun mengartikan bahwa brand adalah sebuah janji yang diberikan kepada konsumen. Sehingga pengelola dan pengembang perlu menepati janji yang mereka buat melalui brand yang disampaikan kepada wisatwan.

Pulau Tunda dengan segala keindahan alamnya memerlukan pengelolaan yang serius dan konsisten. Meski banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan namun bukan hal yang mustahil untuk Pulau Tunda menjadi objek wisata yang mampu bersaing dengan objek wisata ternama lainnya. Perkembangan teknologi dan kemudahan jaringan komunikasi yang ada saat ini memberikan peluang tersendiri bagi Pulau Tunda. Tinggal keseriusan dari pengembang dan pemerintah dalam menangkap peluang besar yang dimiliki oleh Pulau Tunda sebagai objek wisata. Peluang yang dimaksud tentunya bukan hanya sekedar berorientasi kepada keuntungan jangka pendek, namun juga keuntungan-keuntungan lain yang berjangka panjang seperti meningkatnya taraf hidup masyarakat Pulau Tunda secara merata dan mandiri.

80 BAB V PENUTUP

5.1Simpulan

Hasil pengumpulan data penelitian serta analisis data yang dilakukan dan disampaikan pada bab sebelumnya, disimpulkan Pulau Tunda sebagai daerah tujuan wisata bahari Kabupaten Serang memiliki SWOT dan Potensi wisata, sebagai berikut :

1. Hasil analisis SWOT yang dilakukan menunjukan bahwa yang menjadi  Kekuatan dari Pulau Tunda adalah kondisi taman bawah laut yang

masih terjaga, lahan perkebunan dengan kondisi tanah cukup baik, ketersediaan air tawar yang berasal dari Pulau Tunda sendiri.  Kelemahan yang dimiliki Pulau Tunda adalah kualitas sumber daya

manusia Pulau Tunda, kurangnya fasilitas pendukung wisata, kurangnya sadar wisata di kalangan masyarakat Pulau Tunda, infrastruktur yang belum lengkap, sampah yang belum terkelolah dengan baik, budaya masyarakat memandang etika dan kesopanan;  Peluang yang dimiliki Pulau Tunda adalah pasar wisata yang luas,

kebutuhan wisata semakin meningkat, lokasi Pulau Tunda yang dekat dengan pusat kota;

 Tantangan yang dimiliki Pulau Tunda adalah perkambangan wisata

yang serupa, fasilitas wisata pesaing yang lebih menarik, ketertarikan investor, banyaknya kegiatan wisatawan yang merusak

81

keadaan alam, objek wisata serupa yang lebih dulu menguasai pasar wisata yang memberikan standar kepada konsumen.

2. Potensi wisata yang dimiliki objek wisata Pulau Tunda

Potensi yang dimiliki oleh Pulau Tunda adalah keindahan taman bawah laut yang indah dengan ekosistem laut yang beragam. lokasi Pulau Tunda yang strategis dan mudah di akses dengan kendaraan umum pun memberikan potensi untuk mengembangkan objek wisata Pulau Tunda sebagai objek wisata alternatif. Temuan potensi dalam penelitian ini adalah kehidupan masyarakat Pulau yang ternyata memberikan daya tarik tersendiri untuk Pulau Tunda.

5.2Saran

Dokumen terkait