• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH IMPLEMENTASI VIDEO PEMBELAJARAN DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA

PELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BONTOMARANNU

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Teknologi Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

OLEH:

YULHAN 105311105817

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2022

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v

(6)

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Hidup ini penuh dengan ujian, terkadang ada kalanya kita bisa menyelesaikan ujian dan terkadang kita gagal dalam ujian. Yang pasti adalah belajar dari kegagalan merupakan hal yang bijak, dan untuk dapat terus menjadi bijak harus tetap hidup.”

Kupersembahkan karya ini buat:

Kedua orang tuaku, saudaraku dan sahabatku atas dukungan moral dan moril serta selalu menyelipkan doa disujud dan gerak bibir sehingga penulis dapat menyelasaikan skripsi tepat pada waktunya

(7)

vii ABSTRAK

Yulhan, 2021. Pengaruh Implementasi Video Pembelajaran dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Bontomarannu. Skripsi. Program Studi Teknologi Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Pembimbing I Abdul Hakim, Pembimbing II Akram.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh implementasi video pembelajaran dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VII SMP Negeri 1 Bontomarannu. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan eksperimen . Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas VII dan kelas VII.5 sebagai sampelnya dengan jumlah 31 orang siswa. instrument dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi, Lembar Tes yang terdiri dari tes pre-test dan post-test dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data yaitu observasi, tes dan dokumentasi serta teknik analisis data secara analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial.

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data mengenai perbandingan nilai statistik, kategori hasil tes, dan tingkat ketuntasan, telah membuktikan terjadinya peningkatan serta pengaruh video pembelajaran terhadap keterampilan berbicara siswa SMP Negeri 1 Bontomarannu. Hasil analisis data menunjukan rata nilai hasil pre-test yaitu 52,90% dan rata-rata nilai post-test yaitu 80,51% yang berarti telah terjadi peningkatan hketerampilan berbicara siswa pada tes pri-test ke tes post-test.

Dari hasil data tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh dapa penggunaan video pembelajaran dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VII SMP Negeri 1 Bontomarannu.

Kata Kunci: Video Pembelajaran, Keterampilan Berbicara

(8)

viii

Segala puji bagi Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan pertolongan-Nya, sehingga dengan izin-Nya penulis memiliki kesempatan untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan berjudul “Implementasi Video Pembelajaran dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VII SMPN 1 Bontomarannu”. Salam dan salawat juga senantiasa kita haturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW sebagai suri tauladan untuk semua ummat-Nya.

Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat dan cinta mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Ibunda tercinta Amnia dan Ayahanda Amiruddin, serta saudara saya Mirnawati dan Arjun atas segala pengorbanan, cinta kasih, serta untaian do’a yang tiada putus-putusnya demi keberhasilan penulis, semoga Allah SWT membalasnya dengan yang lebih baik.

Tidak lupa penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dr. Abdul Hakim, M.Si. Pembimbing I dan Bapak Akram, S.Pd.,M.Pd.

Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran serta kesabaran dalam membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat selesai. Serta tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. H Ambo Asse., M.Ag. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar. Erwin Akib, M. Pd., Ph.D.

Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Dr. Muhammad Nawir, M. Pd.

(9)

Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan. Nasir, S. Pd., M. Pd. Sekretaris Program Studi Teknologi Pendidikan.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapkan kepada sahabat-sahabat saya teman-teman kelas 17B, Teman-teman P2K SMPN 1 Bontomarannu, Tim BPH Pikom IMM FKIP 2019/2020, Sahabat Soliditas, dan Tim Sweet Seventeen yang selalu menemani dan memberikan motivasi untuk menyelesaikan Proposal ini, serta kepada Hendri Hendriyanti S.M yang senantiasa memberi semangat, masukan dan solusi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik yang dapat menyempurnakan skripsi ini sangat penulis harapkan. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan Teknologi Pendidikan pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, Januari 2022

Penulis

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN... iii

SURAT PERNYATAAN... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTARK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13

A. Kajian Pustaka ... 13

1. Penelitian yang Relevan ... 13

2. Implementasi ... 15

3. Media pembelajaran ... 16

4. Video pembelajaran... 27

5. Kinemaster ... 30

6. Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 33

7. Keterampilan Berbicara... 37

B. Kerangka Pikir ... 43

C. Hipotesis ... 46

BAB III METODE PENELITIAN... 47

A. Rancangan penelitian ... 47

B. Populasi dan Sampel ... 49

C. Definisi Operasional Variabel ... 50

(11)

D. Instrument Penelitian ... 51

E. Teknik Pengumpulan Data ... 53

F. Teknik Analisis Data ... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58

A. Hasil Penelitian ... 58

B. Pembahasan ... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 71

A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 73

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 76

RIWAYAT HIDUP ... 106

(12)

xii

DAFTAR TABEL

3.1 Keadaan Populasi ...

3.2 Keadaan Sampel ...

3.3 Kategori Aktivitas Siswa ...

3.4 Kategori Hasil Tes...

4.1 Distribusi Frekuensi dan Presentase Aktivitas Guru Selama Penelitian Berlangsung ...

4.2 Distribusi Frekuensi dan Presentase Aktivitas Belajar Siswa Selama Penelitian Berlangsung ...

4.3 Distribusi Nilai Statistik Hasil Tes Keterampilan Berbicara (Pre-Test) ...

4.4 Distribusi dan Frekuensi Kategori Hasil Tes Keterampilan Berbicara (Pre- Test) ...

4.5 Distribusi Tingkat Ketuntasan Hasil Tes Keterampilan Berbicara

(Pre-Test) ...

4.6 Distribusi Nilai Statistik Hasil Tes Keterampilan Berbicara (Post-Test)...

4.7 Distribusi dan Frekuensi Kategori Hasil Tes Keterampilan Berbicara (Post- Test) ...

4.8 Distribusi Tingkat Ketuntasan Hasil Tes Keterampilan Berbicara

(Post-Test) ...

4.9 Distribusi Hasil Tes Keterampilan Berbicara Siswa Pre-Test Dan

Post-Test ...

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

2.1 Bagan Kerangka Pikir ...

3.1 Desain Penelitian ...

(14)

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan memegang peranan penting bagi suatu negara berkembang atau negara maju. Maju tidaknya suatu bangsa dan negara dapat dilihat dari kualitas pendidikannya. Saat ini dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi, pendidikan juga harus berkembang untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar dapat mengelola sumber daya alam yang ada. Demikian pula bagi negara berkembang seperti Indonesia, upaya peningkatan mutu pendidikan dilakukan mengikuti perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Namun, dalam dunia pendidikan Indonesia sendiri, kualitas pendidikan selalu menjadi masalah yang belum terpecahkan hingga saat ini.

Pada dasarnya kualitas pendidikan dapat dilihat dari pencapaian standar nasional pendidikan (SNP). Standar nasional pendidikan ini telah diatur secara jelas berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 19 tahun 2005. Peraturan Pemerintah ini bertujuan untuk menjadi acuan bagi pengelola, pelaksana, dan satuan pendidikan dalam rangka meningkatkan kinerjanya dalam memberikan pelayanan pendidikan kepada masyarakat.

Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal yang terkait dengan sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pendanaan, dan standar evaluasi

(15)

pendidikan. Oleh karena itu, pencapaian mutu pendidikan mempunyai standar tersendiri, apabila standar nasional pendidikan terpenuhi maka mutu pendidikan juga akan tercapai.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 menjelaskan:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, memiliki kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, terhadap masyarakat, bangsa dan negara. ke negara bagian.

Suhartono (2015:30) menyatakan bahwa “pendidikan adalah usaha sadar manusia untuk melakukan perubahan dan perkembangan agar kehidupannya menjadi lebih baik dalam arti lebih maju”. Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan dan tercapainya mutu pendidikan, perlu adanya dorongan dan upaya sadar dari semua pihak yang terkait, baik itu instansi pemerintah, sekolah, pendidik, peserta didik dan masyarakat. Dalam proses ini, pembelajaran yang berkualitas akan menghasilkan pendidikan yang berkualitas. Peran aktif seluruh pemangku kepentingan dalam pendidikan sangat menentukan kualitas pendidikan, salah satunya adalah perang guru sebagai pengelola pembelajaran.

Proses pembelajaran yang terjadi dalam pendidikan menentukan kualitas pendidikan itu sendiri. Kemampuan guru mengelola pembelajaran sangat menentukan lahirnya generasi yang berkualitas.

Karwono dan Heni Mularsih (2018:18) mengatakan Belajar dapat diartikan dan dipelajari secara makro dan mikro. Pembelajaran mikro adalah suatu proses yang diteliti agar siswa dapat mengoptimalkan potensi dirinya,

(16)

baik kognitif maupun sosioemosional, secara efektif dan efisien untuk mencapai perubahan perilaku yang diharapkan. Pembelajaran makro berkaitan dengan dua jalur, yaitu individu pembelajar dan penataan komponen eksternal sehingga proses belajar berlangsung dalam individu pembelajar.

Hampir semua orang sepakat bahwa tujuan pembelajaran adalah untuk mempengaruhi siswa agar proses pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, perlu dicari cara atau metode untuk mendukung proses pembelajaran, agar pembelajaran tersebut efektif, efisien dan terarah pada tujuan yang diharapkan. Agar tercipta pembelajaran yang memenuhi tujuan yang diinginkan, guru harus memiliki kemampuan atau kompetensi untuk mengelola pembelajaran yang efektif. Guru memegang peranan penting dalam mengatur bagaimana siswa berinteraksi dengan sumber belajar untuk mencapai prestasi yang diinginkan.

Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa “guru dan dosen harus menguasai 4 (empat) kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional”. Salah satu keterampilan yang harus dimiliki seorang pendidik adalah kompetensi profesional. Profesionalisme seorang guru menjadi sebuah keniscayaan yang dapat mewujudkan pembelajaran yang diinginkan.

Uno (2017:18) menyatakan: “Kompetensi profesional seorang guru adalah seperangkat keterampilan yang harus dimiliki seorang guru agar berhasil dalam tanggung jawab mengajar. Ada 4 kompetensi yang harus

(17)

dimiliki guru, yaitu kompetensi pedagogik, personal, sosial dan profesional.

Kompetensi ini menentukan keberhasilan pembelajaran guru, karena kompetensi profesional lebih menekankan pada kemampuan mengajar guru.

Guru yang memiliki kompetensi atau kemampuan mengajar dapat menciptakan lingkungan belajar yang baik bagi siswa. Keterampilan profesional seorang guru menuntut guru untuk dapat meningkatkan pembelajaran melalui penguasaan bahan pelajaran, pengetahuan tentang perkembangan siswa, metode atau metode pengajaran yang digunakan, dan kemampuan mengembangkan sistem pembelajaran dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang ada. Guru juga harus mampu berkomunikasi dengan baik dan benar agar penerapan strategi pembelajaran yang dirancang dapat dilaksanakan secara efektif, dan berkomunikasi dengan siswa untuk kelancaran proses pembelajaran.

Setiap manusia tidak lepas dari proses interaksi sosial. Dalam interaksi sosial ini terjadi proses komunikasi yang berlangsung satu sama lain.

Demikian pula dalam dunia pendidikan, kegiatan belajar mengajar muncul karena adanya proses komunikasi antara guru dan siswa dan sumber belajar.

Proses komunikasi ini menghasilkan pembentukan pengetahuan dan transfer pengetahuan dari guru kepada siswa. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komik kepada komunikan melalui media tertentu. Untuk melakukan ini, guru berkomunikasi dengan siswa dan sebaliknya dalam proses pembelajaran untuk menyampaikan pesan.

Dalam proses belajar mengajar, interaksi komunikasi antara guru dan siswa sangatlah penting. Keberhasilan suatu pembelajaran ditunjukkan

(18)

dengan keberhasilan guru dalam mengelola komunikasi kelas, misalnya dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbicara dan mengemukakan pendapatnya, sehingga pembelajaran berlangsung dalam lingkungan komunikasi aktif yang baik. Untuk itu, guru perlu melatih atau membimbing siswa untuk meningkatkan keterampilan berbicara di kelas.

Menurut Tarigan (2015:16), “berbicara adalah kemampuan seseorang untuk mengungkapkan, mengungkapkan, dan menyampaikan pikiran, gagasan, atau perasaan melalui kata-kata”. Selanjutnya, berbicara bukan hanya tentang mengucapkan suara atau kata-kata.

Mulgrave (1954) dalam (Tarigan, 2015:16) berbicara adalah alat yang dapat digunakan oleh pendengar untuk melihat apakah pembicara mengerti atau tidak, dapat beradaptasi atau tidak, dan tetap tenang ketika mengkomunikasikan ide-idenya.

Berbicara adalah alat untuk mengkomunikasikan ide-ide yang dirangkai dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pendengar atau pendengar. Berbicara merupakan keterampilan berbahasa yang berkembang pada anak yang mendahului keterampilan menyimak. Keterampilan berbicara bagi siswa sangat penting karena keterampilan tersebut sangat dibutuhkan dalam pembelajaran. Dengan keterampilan yang ada, siswa dapat mengungkapkan pendapatnya, berinteraksi dengan teman sebayanya, tidak kaku atau diam, sehingga pembelajaran menjadi lebih aktif.

Tujuan utama berbicara adalah komunikasi, tetapi keterampilan berbicara siswa tidak berkembang begitu saja, mereka membutuhkan bimbingan dan pelatihan dari guru untuk mengembangkan keterampilan

(19)

berbicara siswa. Metode latihan, membaca cerita, puisi dan role playing dapat dilakukan untuk merangsang kemampuan berbicara siswa. Selain itu, kemampuan guru dalam mengelola kelas dan menggunakan media pembelajaran juga merupakan salah satu cara untuk mengembangkan keterampilan berbicara siswa.

Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, alat untuk berkomunikasi atau menyampaikan informasi juga berkembang.

Hal ini juga berlaku dalam dunia pendidikan, dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi juga telah ditemukan penerapannya secara luas dalam pembelajaran di sekolah. Salah satunya adalah penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar.

Media adalah perantara atau alat untuk menyampaikan pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan. AECT (Association of Education and Communication Technology, 1999) dalam (Arsyad, 2020:3) menyatakan bahwa “media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi”. Menggunakan media adalah sarana penyampaian pesan dengan cara yang memungkinkan pesan tersampaikan dengan baik.

Penggunaan media penting untuk menunjang pembelajaran. Arsyad (2020:3) mengatakan bahwa untuk terciptanya tujuan pendidikan, penggunaan media sebagai bagian integral dari proses pembelajaran sangat diinginkan. Oleh karena itu, media pembelajaran menurut Rusman dkk.

(2019: 60) alat atau bentuk stimulus yang digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Pembelajaran dengan media pembelajaran yang

(20)

dilakukan oleh guru dapat membangkitkan motivasi dan semangat belajar pada diri siswa.

Media memegang peranan penting dalam mencapai tujuan pembelajaran. Guru harus mampu mengembangkan potensi profesionalnya dalam rangka mengelola pembelajaran melalui pemanfaatan media pembelajaran. Salah satu media pembelajaran yang sering digunakan guru saat pembelajaran adalah media pembelajaran berbasis video. Media pembelajaran berbasis video tergolong media pembelajaran melalui perpaduan unsur visual atau gambar dan unsur audio atau suara.

Arsyad (2004:36) dalam (Rusman dkk. 2019:218) menyatakan bahwa

“video adalah rangkaian gambar bergerak, disertai suara, membentuk suatu kesatuan yang dirangkai menjadi suatu tindakan yang didalamnya terkandung pesan-pesan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang disimpan pada media tape atau disk”. Penggunaan media video pembelajaran dapat membantu guru dalam menyampaikan materi dan membantu siswa memahami suatu proses serta keterbatasan ruang dan waktu.

Penggunaan video pembelajaran dalam pendidikan telah meluas dan dikembangkan lebih lanjut dalam proses belajar mengajar. Guru menggunakan video pembelajaran untuk menyampaikan materi. Penggunaan video edukasi ini bertujuan untuk memberikan suasana belajar yang baru kepada siswa, mendobrak keterbatasan ruang dan waktu yang ditemui dalam pembelajaran, dan dengan menggunakan video edukasi ini siswa dapat melihat materi yang ada di dalam video tersebut kapanpun dan dimanapun siswa berada.

(21)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Puput Mariati Tahun 2021, Pengaruh Penggunaan Media Video Berbantuan Inshot Terhadap Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas IV Kelas 7 SD Tahun Pelajaran 2020/2021, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan video. media dalam pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode eksperimen. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kemampuan berbicara siswa dibandingkan dengan rata-rata hasil pretest kelompok tes yang mendapat nilai 70,8. Setelah dilakukan perlakuan terhadap penerapan video pembelajaran, rata-rata skor post-test kelompok eksperimen meningkat menjadi 80,4.

Penelitian yang dilakukan Puput Mariati ini hampir mirip dengan penelitian yang akan peneliti lakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara siswa melalui penggunaan media video pembelajaran dalam proses pembelajaran. Perbedaannya terletak pada penggunaan video pembelajaran dan penggunaan media video pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini, yang digunakan atau digunakan langsung oleh siswa saat membuat video pembelajaran. Selain itu materi, waktu dan tempat dilakukannya penelitian ini juga berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Puput Mariati.

Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, ada banyak aplikasi dan platform untuk membuat video pendidikan menjadi lebih menarik. Salah satu aplikasi yang sederhana dan umum digunakan oleh para guru adalah aplikasi Kinemaster. Kinemaster adalah aplikasi seluler yang

(22)

dirancang khusus untuk membantu pengguna Android dan iOS beralih dari video biasa ke video yang lebih menarik. Aplikasi ini mendukung beberapa lapisan video, audio, gambar, teks dan efek, serta berbagai alat yang dapat digunakan guru untuk membuat video berkualitas tinggi.

Dalam proses pembelajaran, keterampilan profesional seorang pendidik merupakan poin terpenting yang harus dimiliki guru. Guru yang membimbing pembelajaran harus mampu meningkatkan keterampilan siswa, termasuk keterampilan berbicara. Kemampuan berbicara siswa, untuk dilatih dan dikembangkan oleh guru, menjadi tugas belajar guru. Untuk itu, dengan keterampilan profesional guru, guru dapat mengupayakan metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa.

Berdasarkan observasi peneliti di SMPN 1 Bontomarannu saat pelaksanaan P2K pada tanggal 23 Februari 2021, salah satu metode yang digunakan guru untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa saat belajar adalah metode latihan dengan materi bahasa Indonesia seperti pantun, mendongeng, puisi dan role-playing. Penggunaan video pendidikan untuk melatih keterampilan berbicara siswa belum meluas. Dalam situasi pembelajaran online, tatap muka tidak dapat diterapkan di dalam kelas, sehingga penggunaan video pembelajaran diperlukan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Penggunaan media pembelajaran video dalam pendidikan juga selama ini hanya diperuntukan untuk guru dalam memberikan materi pembelajaran untuk mengatasi permasalahan ruang dan waktu dalam pembelajaran. Padahal media pembelajaran dapat digunakan siswa untuk mengembangkan kemampuannya.

(23)

Pada penelitian ini, peneliti berinisiatif untuk menggunakan media video pembelajaran sebagai salah satu media pelatihan untuk melatih keterampilan berbicara siswa. Selain itu, peneliti ingin melihat bagaimana keterampilan berbicara siswa setelah menggunakan video pembelajaran sebagai alternatif dan inovasi dalam melatih keterampilan siswa.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti berinisiatif untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Implementasi Video Pembelajaran dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Bontomarannu”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembahasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: “Bagaimana Pengaruh Implementasi Video Pembelajaran dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Mata Pelajaran Bahasa Indonesi Kelas VII SMP Negeri 1 Bontomarannu ?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai peneliti dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana pengaruh implementasi video pembelajaran dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VII SMP Negeri 1 Bontomarannu

D. Manfaat Penelitian

Adanya hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan manfaat yang dapat di jelaskan sebagai berikut:

(24)

1. Manfaat Teoritis

Secara teori, hasil penelitian yang dilakukan peneliti dapat memberikan kegunaan teoritis dan dijadikan sebagai informasi referensi dan referensi bagi civitas akademika yang ingin mempelajari lebih lanjut tentang penggunaan video pendidikan untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

Diharapkan dalam penelitian ini membuat siswa dapat meningkatkan keterampilan berbicara dan rasa percaya diri untuk meyampaikan gagasannya. Sehingga akhirnya pembelajaran dapat berjalan dengan aktif dan efektif

b. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi untuk guru agar mengambangkan metode mengajarnya memberikan variasi dalam pembelajaran dengan menggunakan media agar dapat memberikan pembelajaran yang solutif dan efektif bagi siswa

c. Bagi Lembaga

Penelitian ini diharapkan dapat membantu lembaga terkait untuk menciptakan lingkungan belajar yang dapat membuat siswa mengekspresikan gagasannya sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

(25)

d. Bagi Peneliti

Penelitian ini memberikan pengetahuan yang mendalam tentang implementasi video pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Bagi peneliti selanjutnya penelitian ini dapat dijadikan rujukan informasi dan referensi untuk agar mengembangkan media pembelajaran.

(26)

13 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka

1. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan berfungsi memberikan pemaparan tentang penelitian sebelumnya yang telah dilakukan. Berikut beberapa hasil penelitian yang terdapat kaitannya dengan penelitian ini adalah:

a. Pengembangan Media Video Untuk Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Prancis Siswa Kelas X SMAN 1 Prambanan Klaten.

Penelitian ini dilakukan oleh Aprilia ghifari faizatun ni’mah pada tahun 2019. Tujuan penelitian ini yaitu ingin mengetahui bagaimana pengembangan media video dan kelayakannya untuk pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan metode penelitian Research and Developmen. Hasil dari penelitian ini dari uji coba produk yang digunakan yaitu video pembelajaran Parlezfrançais.com layak dan dapat digunakan untuk pembelajaran keterampilan berbicara dengan Penilaian aspek kelayakan materi memperoleh skor 72 dengan kategori “Sangat Baik”, Penilaian aspek kelayakan media memperoleh skor 82 dengan kategori “Sangat Baik”, dan Penilaian aspek kelayakan produk dari siswa memperoleh skor 3644 dengan rerata skor 110.42 yang masuk dalam kategori “Sangat Baik”

(27)

b. Efektivitas Video Animasi Berbasis Kinemaster Untuk Meningkatkan Penguasaan Kosa Kata Bahasa Arab Siswa Kelas VIII Di Sekolah MTS. Nurul Huda Ketambul, Tuban

Penelitian iini dilakukan oleh Husein salahudin pada tahun 2020. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas video animasi berbasis kinemster dalam meningkatkan penguasaan kosa kata bahasa arab. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif asosiatif dengan metode pengumpulan data pretest dan posttest serta angket. Hasil dari penelitian ini terbukti bahwa video animasi berbasis kinemaster efektif dalam meningkatkan penguasaan kosa kata bahasa arab dengan kategori sedang 56,60 %.

c. Penerapan Video Pembelajaran untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara dan Menulis Bahasa Inggris

Penelitian ini dilakukan oleh Dede samsul hadi pada tahun 2017. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hasil dari penggunaan video pembelajaran dalam meningkatkan keterampilan berbicara dan menulis berbahasa inggris. Metode penelitian ini adalah penelitian tindakan, dengan menerapkan siklus I, II, III. Hasil dari penelitian ini terdapat pengaruh dan peningkatan keterampilan berbicara dan menulis siswa setelah menggunakan video pembelajaran berbasis video film dengan hasil Siklus I dalam keterampilan Berbicara (speaking) 92,31%, keterampilan Menulis (writing) 80,77%. Siklus II keterampilan Berbicara (speaking) 96,15%, keterampilan Menulis (writing) 92, 31%. Dan siklus III keterampilan Berbicara (speaking)

(28)

96,15%, keterampilan Menulis (writing) 100% tuntas dalam pembelajaran menulis pada siklus III.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu dapat diperoleh data bahwa terdapat pengaruh dan tingkat efektivitas keterampilan siswa setelah menggunakan video pembelajaran dalam pembelajaran. Perbedaan penelitian terdahulu dan penelitian ini yaitu mulai dari metode, media yang digunakan, konsep penerapan media dan ketercapaiannya. Penelitian yang akan dilakukan peneliti bertujuan melihat pengaruh video pembelajaran terhadap keterampilan berbicara siswa mata pelajaran bahasa indonesia dengan menggunakan aplikasi Kinemaster. Metode penelitian yang dilakukan adalah eksperimen. Selain itu prosedur penggunaan medianya juga lebih di aplikasikan atau di terapkan siswa dalam pembelajaran. Dengan menggunakan aplikasi Kinemaster, siswa akan mendapat tugas dari guru untuk membuat video pembelajaran.

2. Implementasi

Implementasi adalah penerapan suatu gagasan, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam bentuk tindakan praktis sehingga berdampak, baik berupa pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dan sikap. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), istilah implementasi adalah

“pelaksanaan atau penerapan yang ditujukan untuk menemukan bentuk- bentuk hal yang disepakati terlebih dahulu”. Berkenaan dengan itu, menurut Daryanto (2016:120), “kata pelaksanaan itu sendiri secara

(29)

harfiah berasal dari kata laksana, yang berarti perilaku atau tindakan, diawali dengan pe dan diakhiri dengan laksana menjadi (rancangan)”.

Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa implementasi adalah realisasi dalam pengelolaan gagasan, inovasi dan solusi yang dirancang sebelumnya berdasarkan norma dan prosedur yang telah ditetapkan.

3. Media Pembelajaran

a. Definisi Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin medius, yang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara” atau “pengantar”. Media merupakan perantara antara penerima pesan dan pengirim pesan dalam memberikan informasi. AECT (Association Of Education and Communication Technology, 1977) dalam (Arsyad, 2020:3) menyatakan bahwa “media adalah segala bentuk atau saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), istilah

“media adalah alat atau bahan yang dapat digunakan untuk menjelaskan pesan dalam komunikasi atau interaksi dalam proses dari satu orang ke orang lain”.

Maswan dan Khoirul Muslimin (2017:117) menyatakan bahwa media adalah suatu bentuk penyaluran pesan untuk merangsang pikiran, perasaan dan minat serta perhatian siswa agar proses pembelajaran dapat berlangsung. Pembelajaran adalah proses komunikasi antara siswa, guru dan bahan ajar. Gagne dan Briggs

(30)

(1979) dalam (Karwono dan Heni Mularsih, 2017:23) Belajar adalah suatu proses yang berlangsung untuk mempengaruhi dan membantu siswa dalam menerima informasi belajar. Ni'mah (2019:9) menyatakan bahwa “belajar meliputi segala bentuk kegiatan pembelajaran yang terstruktur dan merangsang siswa untuk memperoleh pemahaman dan melibatkan interaksi”.

Secara umum media pembelajaran adalah alat bantu yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran. antara guru dan siswa serta komponen-komponen lainnya yang menunjang proses aktivitas belajar mengajar. Yaumi (2018: 6) menyebutkan bahwa

“media pembelajaran adalah semua bentuk fisik yang digunakan pendidik untuk penyajian pesan dan memfasilitasi siswa sehingga memperoleh tujuan pembelajaran”.

Rusman dkk (2019:60) Media adalah suatu bentuk stimulus dalam penyampaian pesan pembelajaran yang digunakan berupa interaksi manusia, gambar dan suara.

Dari penjelasan para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat atau segala bentuk mediator yang digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran agar pembelajaran lebih efektif dan tercapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Peran media pembelajaran sangat penting dalam pembelajaran karena media pembelajaran dapat menciptakan lingkungan, suasana dan cara belajar yang lebih nyaman.

(31)

b. Landasan Penggunaan Media

Jennah (2009:7) ada beberapa gambaran mengenai landasan penggunaan media pembelajaran, antara lain: landasan filosofis, psikologis, teknologi dan empiris.

1) Landasan Filosofis

Terdapat pandangan bahwa penggunaan media teknologi baru di dalam kelas dapat menyebabkan proses pembelajaran yang kurang manusiawi (anak-anak dipandang sebagai robot yang dapat belajar mandiri dengan mesin). Dengan kata lain, penggunaan teknologi dalam pembelajaran akan mengarah pada dehumanisasi. Sementara itu, ada pendapat lain bahwa media pembelajaran itu berbeda, sebenarnya siswa dapat memiliki banyak kesempatan untuk menggunakan media yang lebih sesuai dengan karakteristiknya. Dengan kata lain, siswa dihormati martabat kemanusiaannya dan diberi kebebasan untuk menentukan pilihan, baik dari segi metode maupun perangkat pembelajaran yang sesuai dengan kemampuannya, sehingga pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran tidak merendahkan kemanusiaan.

Sebenarnya pendapat ini tidak harus muncul, yang penting bagaimana guru melihat siswa dalam proses pembelajaran. Jika guru melihat siswa sebagai anak manusia yang memiliki kepribadian, harga diri, motivasi dan kemampuan tersendiri yang berbeda dengan yang lain, maka proses pembelajaran, baik

(32)

menggunakan media berbasis teknologi maupun tidak, pendekatan humanistik dalam proses pembelajaran yang diusung (tidak terjadi dehumanisasi).

2) Landasan Psikologis

Hasil kajian psikologi terhadap proses pembelajaran berkaitan dengan penggunaan media pembelajaran, pembelajaran sebagai proses yang kompleks, karena kegiatan pembelajaran melibatkan seluruh aspek kepribadian, baik fisik maupun mental.

Unik karena setiap orang memiliki cara belajar yang berbeda satu sama lain yang disebabkan oleh adanya individu seperti minat, bakat, keterampilan, kecerdasan dan tipe pembelajar. Selain pemahaman akan pentingnya persepsi dan faktor-faktor yang mempengaruhi kejelasan persepsi, perlu diupayakan pengaktifan pembelajaran dengan memilih media yang tepat sehingga mengarahkan perhatian siswa dan kejelasan tentang objek yang mereka amati dapat diciptakan. Hasil kajian psikologi juga menunjukkan bahwa anak akan lebih mudah mempelajari hal-hal yang konkrit daripada yang abstrak.

3) Landasan Teknologis

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya di bidang mekanika dan elektronika, dapat memperkaya sumber belajar dan media seperti foto, slide, film dan video. Dengan demikian, hasil teknologi baru tersebut dapat digunakan untuk

(33)

mengefektifkan proses pembelajaran media teknologi baru dalam kegiatan pembelajaran.

4) Landasan Empiris

Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara penggunaan media pembelajaran dengan karakteristik peserta didik dalam menentukan hasil belajar.

Dengan kata lain, pembelajar memperoleh manfaat yang signifikan dengan belajar dengan media yang sesuai dengan karakteristik atau gaya belajarnya.

Prinsip adaptasi antara jenis media yang digunakan dalam pembelajaran dan perbedaan individu antara peserta didik menjadi lebih stabil jika pemilihan dan penggunaan media didasarkan pada karakteristik peserta didik dan karakteristik media itu sendiri.

c. Ciri-Ciri Media Pembelajaran

Menurut Arsyad (2020: 6) ciri-ciri umum yang terkandung dalam media yaitu:

1) Media pendidikan merupakan salah satu perangkat keras yang dapat diolah dan dikomunikasikan oleh panca indra manusia.

2) Media pendidikan sebagai suatu bentuk perangkat lunak (software) yaitu berupa pesan yang disampaikan kepada orang lain.

(34)

3) Media pendidikan berupa visual dan audio yang merupakan alat bantu dalam proses belajar dan dapat digunakan baik dikelas ataupun diluar kelas.

4) Media pendidikan digunakan sebagai alat komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran dan dapat digunakan secara massal maupun perorangan.

Gerlach dan Ely (1971) dalam (Arsyad, 2020:15) mengemukakan tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media dan apa saja yang dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu (atau kurang efisien) melakukannya.

1) Ciri Fiksatif (Fixative Property)

Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Suatu objek yang telah di ambil gambarnya (direkam) dengan kamera atau video kamera dengan mudah diproduksi dengan mudah kapan saja diperlukan. Ciri ini amat penting bagi guru karena kejadian-kejadian atau objek yang telah direkam atau disimpan dengan format media yang ada dapat digunakan setiap saat. Demikian pula kegiatan siswa dapat direkam untuk kemudian di analisis dan di kritik oleh siswa sejawat baik secara perorangan maupun secara kelompok.

2) Ciri Manipulatif (Manipulative Property)

Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri manipulative. Kejadian yang

(35)

memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse recording. Disamping dapat dipercepat, suatu kejadian dapat pula diperlambat pada saat menayangkan kembali hasil rekaman video. Manipulasi kejadian atau objek dengan jalan mengedit hasil rekaman dapat menghemat waktu.

3) Ciri Distributif (Distributive Property)

Ciri distributive dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian ditrasportasikan melalui ruang, dan secara kebersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu. Sekali informasi direkam dalam format media apa saja, ia dapat diproduksi seberapa kalipun dan siap digunakan secara bersamaan diberbagai tempat atau digunakan secara berulang-ulang disuatu tempat. Konsistensi informasi yang direkam akan terjamin sama atau hapir sama dengan aslinya.

d. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran

Ada dua unsur yang amat penting perlu diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran, yaitu metode mengajar dan media pembelajaran.

Kedua komponen ini saling bersinergi satu sama lain. Salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.

(36)

Sudjana & Ravai (2005:2) Media pembelajaran dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa serta materi pembelajaran dapat lebih dipahami oleh siswa. selain itu penggunaan media dapat memberikan metode mengajar yang variatif kepada siswa sehingga siswa lebih aktif dalam melakukan proses belajar. Sehubungan dengan itu, Ramli (2012: 2-3) menjelaskan fungsi media pembelajaran itu dapat membantu guru dalam tugasnya, membantu pebelajar dalam proses belajar serta memperbaiki sistem dan proses belajar.

Menurut Kemp & Dayton (1985: 3-4) dalam (Arsyad, 2020:

25-26) mengemukakan bahwa beberapa hasil penelitian yang menunjukan dampak positif dari penggunaan media sebagai bagian integral pembelajaran dikelas atau cara utama pembelajaran langsung sebagai berikut:

1) Penyampaian pelajaran lebih baku. Meskipun guru menafsirkan isi pelajaran dengan cara yang berbeda-beda, dengan penggunaan media ragam hasil tafsiran itu dapat dikurangi sehingga informasi yang sama dapat disampaikan kepada siswa sebagai landasan untuk pengkajian, latihan, dan aplikasi lebih lanjut.

2) Pembelajaran bisa lebih menarik. Kejelasan dan keruntutan pesan, daya tarik image yang berubah-ubah, penggunaan efek khusus yang dapat menimbulkan keingintahuan menyebabkan siswa tertawa dan berpikir, yang kesemuannya menunjukan bahwa media memiliki aspek motivasi dan meningkatka minat.

(37)

3) Pembelajaran lebih efektif dengan diterapkannya teori belajar dan prinsip-prinsip psikologi yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan balik dan penguatan

4) Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat 5) Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan apabila integrasi kata dan

gambar sebagai media pembelajaran dapat mengkomunikasikan elemen-elemen pengetahuan dengan cara yang terorganisasikan dengan baik, spesifik dan jelas.

6) Pembelajaran dapat diberikan kapan dan dimana saja atau diperlukan terutama bila media pembelajaran dirancang untuk penggunaan individu.

7) Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan.

8) Peran guru dapat berubah kearah yang lebih postif.

Riyana (2017: 15-16) menyatakan media pembelajaran memiliki manfaat sebagai berikut:

1) Membuat kongkrit konsep-konsep yang abstrak.

2) Menghadirkan objek-objek yang terlalu berbahaya atau sukar didapat kedalam lingkungan belajar.

3) Menampilkan objek yang terlalu besar atau kecil.

4) Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat atau lambat.

Arsyad (2020: 29-30) mengemukakan beberapa manfaat dalam penggunaan media pembelajaran, yaitu:

(38)

1) Media pembelajaran mempermudah dan memperjelas penyampaian materi sehingga dapat mempermudah siswa dalam belajar

2) Siswa akan lebih memperhatikan media pembelajaran karena dianggap menarik dan tidak membosankan sehingga menimbulkan keinginan dan motivasi untuk belajar.

3) Media pembelajaran akan memmbantu guru dalam menyajikan materi yang sifatnya terbatas oleh ruang dan waktu dan indera siswa.

e. Klasifikasi Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan komponen instruksional yang meliputi pesan, orang, dan peralatan. Dampak dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama bidang elektronik tentunya dapat memperkaya sumber dan media pembelajaran. Dengan bertambahnya jenis media maka timbul pemikiran untuk mengadakan pengelompokan atau klasifikasi media pembelajaran.

Menurut Arsyad (2020: 31-34) menyatakan bahwa media pembelajaran dapat dikelompokan kedalam empat kelompok, yaitu:

1) Media hasil teknologi cetak (teks, grafik, foto atau representative fotografik dan reproduksi).

2) Media hasil teknologi audiovisual (mesin proyektor film, tape recorder, dan proyektor visual yang lebar).

3) Media hasil teknologi yang berdasarkan komputer (berupa aplikasi atau Computer-assisted instruction)

4) Media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer (pemakaian media yang dikendalikan komputer).

Suprihatiningrum (2016: 323) media pembelajaran ada tiga macam, yaitu sebagai berikut:

(39)

1) Media audio/ suara merupakan penggunaan media dalam pembelajaran dengan suara sebagai bentuk materi yang disampaikan. Penyampaian materi hanya sekedar suara.

2) Media visual/gambar merupakan media pembelajaran dengan penyampaian pesan menggunakan media gambar diam.

3) Audio-visual merupakan gabungan antara media audio dan visual. Penyampaian pesan dengan menggunakan audiovisual berupa gambar dengan suara atau gambar yang bergerak.

Lebih lanjut pengelompokkan jenis media jika dilihat dari perkembangan teknologi oleh Seels & Glasgow (1990: 181-183) dalam (Arsyad, 2020:35-37) mengemukakan media pembelajaran dalam dua kategori luas yaitu:

1) Media tradisional

a) Visual diam yang diproyeksikan (proyeksi opaque (tak-tembus pandang, proyeksi overhead, slides, filmstrips).

b) Visual yang tak diproyeksikan (gambar, poster, foto, chart, grafik, diagram, pameran, papan info, papan- bulu).

c) Audio (rekaman piringan, pita kaset, reel, catridge).

d) Penyajian multimedia (tape, multi-image).

e) Visual dinamis yang diproyeksikan (film, televise, video).

f) Cetak (buku teks, modul, teks terprogram, workbook, majalah ilmiah, hand-out).

g) Permainan (teka-teki, simulasi, permainan papan).

h) Realita (model, specimen atau contoh, manipulatif/peta/boneka).

2) Pilihan media teknologi mutakhir

a) Media berbasis telekomunikasi (telekonferen, kuliah jarak jauh).

b) Media berbasis mikroprosesor (computer-assisted instruction, permainan computer, sostem tutor intelejen, interaktif, hypermedia, compact/video disk).

(40)

Pengelompokan media pembelajaran ini dimaksudkan agar para pendidik dan tenaga pendidik mampu mengelola pembelajaran sesuai dengan kapasitas media yang dapat digunakan dalam pembelajaran. Sejauh ini para pendidik mengenal dengan jelas media pembelajaran yang terbagi atas audio, visual dan audiovisual.

Penggunaan ketiga media ini juga kerap dijumpai dan dipakai guru untuk mengembangkan proses pembelajarannya.

4. Video Pembelajaran

a. Definisi video pembelajaran

Salah satu bentuk dari media audio visual adalah video pembelajaran. Media video pembelajaran dapat digolongkan ke dalam jenis media audio visual aids (AVA), yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang dapat dilihat. Arsyad (2004: 36) dalam (Rusman Dkk, 2019: 218) mengemukakan bahwa “video merupakan serangkaian gambar gerak yang sisertai suara yang membentuk satu kesatuan yang dirangkai menjadi sebuah alur, dengan pesan-pesan didalamnya untuk ketercapaian tujuan pembelajaran yang disimpan dengan proses penyimpanan pada media pita atau disk”.

Video pembelajaran menjadi media yang sudah lama digunakan dalam proses belajar di sekolah. Video merupakan media yang cocok untuk berbagai macam pembelajaran. Lebih lanjut, Daryanto (2016:104) menyatakan bahwa “penggunaan media video dinilai efektif untuk membantu proses pembelajaran, baik untuk

(41)

pembelajaran massal, individual, maupun berkelompok”. Hal ini karena ukuran waktu dan tampilan video dapat di kelola oleh guru pelajaran tersebut.

Berdasarkan pendapat para ahli, maka video pembelajaran merupakan media atau perantara/alat yang digunakan untuk menyajikan materi pembelajaran dalam bentuk audiovisual yang dapat memberikan pengalaman nyata kepada siswa terhadap materi pembelajaran yang disampaikan.

b. Kelebihan dan kelemahan video pembelajaran

Menurut Rusman Dkk (2019: 220) media video memiliki beberapa kelebihan, yaitu:

1) Memberi pesan yang dapat diterima secara lebih merata oleh siswa.

2) Sangat bagus untuk menerangkan suatu proses.

3) Mengatasi keterbatasan ruang dan waktu.

4) Lebih realistis, dapat diulang dan dihentikan sesuai dengan kebutuhan.

5) Memberikan kesan yang mendalam, yang dapat mempengaruhi sikap siswa.

Penggunaan media pembelajaran terdapat peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa. sesuai dengan itu, Daryanto (2016:

105) mengemukakan bahwa tingkat retensi atau daya serap dan daya ingat siswa terhadap suatu materi pelajaran dapat meningkat secara signifikan jika proses pemerolehan informasi pada awalnya lebih besar melalui indera penglihatan dan pendengaran. Selain itu, Video pembelajaran juga sangat mudah di gunakan pada setiap pembelajaran dan metode belajar. Guru dapat dengan mudah memanfaatkan video

(42)

disetiap materi pembelajaran, karena video dapat dijangkau oleh setiap siswa dan dapat disaksikan sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

Kustandi Dkk (2013: 64) mengemukakan keuntungan yang diperoleh dari pengaplikasian media video pembelajaran, yaitu:

1) Video dapat melengkapi pengalaman dasar siswa ketika membaca, berdiskusi, dan praktik.

2) Video dapat disaksikan secara berulang-ulang

3) Video dapat mendorong semangat, motivasi, dan menanmpan sikap dan segi afektif lainnya pada siswa.

4) Video mampu mendorong pemikiran siswa untuk mengamati dan menganalisis suatu objek atau peristiwa.

Penggunakan media video dalam pembelajaran diharapkan siswa dapat memperoleh persepsi dan pemahaman yang sama dan benar, selain siswa dapat menerima materi pelajaran. Sedangkan guru diharapkan dapat mengikat siswa selama pembelajaran berlangsung dan membantunya mengingat kembali dengan mudah berbagai pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari.

Selain beberpa kelebihan yang telah di sebutkan, media video pembelajaran juga memiliki kekurangan dalam pengaplikasiannya.

Menurut Wati (2016: 23) menyebutkan kelemahan media video pembelajaran, antara lain:

1) Perhatian audiens sulit untuk dikendalikan

2) Komunikasi yang cenderung satu arah harus diimbangi dengan pencarian umpan balik yang lain.

3) Proses pembuatannya memerlukan waktu dan biaya yang cukup lama dan mahal.

4) Pemutaran video memerlukan piranti tertentu.

5) Penggunaan video dapat dipengaruhi oleh kondisi dimana video tersebut digunakan.

Berdasarkan penjelasan para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa video pembelajaran dianggap mampu memberikan perubahan

(43)

yang lebih baik untuk meningkatkan hasil belajar serta motivasi belajar siswa. keuntungan video pembelajaran yang mampu menyampaikan materi dan dapat di ulang-ulang, mudah dalam menjelaskan suatu proses, melatih analisis siswa dari video materi yang diberikan dan materi yang telah lama bisa dipelajari kembali ketika dibutuhkan.

5. Kinemaster

a. Definisi Kinemaster

Video pembelajaran merupakan salah satu media pembelajaran berbasis ICT. Video pembelajaran yang diambil dari hasil rekaman yang dilakukan dapat dikelola oleh guru agar menarik dan dapat menyampaikan pesan kepada siswa dengan efektif.

Perkembangan teknologi dan informasi memberikan banyak pilihan aplikasi untuk membuat video pembelajaran yang menarik salah satunya yaitu aplikasi Kinemaster.

Menurut Khaira (2020: 43) menyatakan bahwa “Kinemaster merupakan aplikasi mobile yang secara khusus dirancang untuk membantu pengguna android dan iOS untuk memodivikasi video dari video biasa menjadi video yang lebih menarik”. Kinemaster merupakan aplikasi smartphone yang diperuntukan untuk editing video.

(44)

b. Keunggulan Aplikasi Kinemaster

Aplikasi Kinemaster memiliki tampilan yang mudah dipakai dan memiliki berbagai fitur untuk editing video sehingga dapat mudah dikelola oleh guru maupun siswa. Menurut Damayanti (2020:

34) menyatakan bahwa “keunggulan aplikasi Kinemaster dapat dioperasikan oleh pengguna yang professional maupun amatiran, aplikasi ini memiliki fitur multi track yang dapat mengubah suara atau audio dalam video, adanya fitur kunci kroma untuk membuat background menjadi lebih menarik”. Selain itu Kinemaster mendukung banyak lapisan video, audio, gambar, teks dan efek, serta video yang diproduksi dapat langsung dibagikan kedalam platform media sosial.

Penggunaan dan Pemanfaatan aplikasi Kinemaster untuk mengelola materi serta mengembangkan kemampuan siswa diharapkan dapat mempermudah para guru serta siswa dapat menyerap informasi secara efektif dan efisien.

c. Tahap-tahap pembuatan video pembelajaran Kinemaster

Sebelum menentukan langkah-langkah dalam pembuatan video pembelajaran menggunakan aplikasi Kinemaster, maka terlebih dahulu menyiapkan perangkat atau bahan yang akan di gunakan. Perangkat dan bahan yang akan di gunakan, antara lain:

1) Materi yang akan di sampaikan.

2) Software aplikasi Kinemaster.

(45)

3) Kamera, handphone serta perangkat keras yang digunakan untuk merekam video.

Setelah semua perlengkapan di siapkan, maka langkah selanjutnya yaitu menginstal software aplikasi Kinemaster di android. Adapun cara menginstal Kinemaster sebagai berikut:

1) Buka android, kemudian mencari google apps ataupun play store 2) Buka play store atau google apps

3) Pada kotak pencarian, ketik aplikasi Kinemaster

4) Setelah itu tekan ikon install untuk menginstal aplikasi.

Setelah apliakasi Kinemaster telah terinstal di android, selanjutnya langkah-langkah membuat video pembelajaran, sebagai berikut:

1) Masuk ke aplikasi Kinemaster, kemudian pilih proyek baru 2) Pilih media, lalu pilih video animasi yang telah di download

sebagai latar belakang video

3) Jika layar utama telah terisi atau beckgroundnya telah ada, berikutnya klik menu lapisan, lalu pilih video yang telah dibuat sebelumnya. Untuk mempermudah pengeditan sebaiknya dalam pengambilan video menggunakan kain atau latar hijau sebagai pengganti green screen.

4) Kemudia crop video atau menyesuaikan dengan background yang ada

5) Selanjutnya mengatur kecerahan video dan komposis objek agar lebih menarik

(46)

6) Klik chroma key lalu setting akurasi pemotongan

7) Kemudian untuk menambahkan gambar, audio dan video dapat memilih ikon lapisan.

8) Mengatur dan mengedit video semenarik mungkin

9) Setelah video pembelajaran telah selesai maka video dapat disimpan ataupun di bagikan melalui media sosial yang otomasis ada dalam software aplikasi.

6. Pembelajaran Bahasa Indonesia a. Hakikat Bahasa Indonesia

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari bidang studi.

Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, mengemukakan gagasan dan perasaan.

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.

Bahasa merupakan alat komunikasi yang yang menjadi fungsi untuk digunakan dalam keseharian manusia. Menurut Susanto (2013:246) bahasa memiliki tiga fungsi utama, yaitu:

1) Fungsi Deskriptif, yaitu bahasa menyampaikan informasi secara faktual

(47)

2) Fungsi ekspresif, yaitu bahasa memberi informasi pembaca itu sendiri, mengenai perasaan, prasangka, dan pengalaman yang telah lewat.

3) Fungsi sosial bahasa, yaitu melestarikan hubungan sosial antar manusia.

Menurut Doyin, dkk (2011: 6) membagi fungsi bahasa menjadi empat bagian, yaitu:

1) Bahasa Negara, yaitu bahasa yang digunakan dalam peristiwa kenegaraan

2) Sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan 3) Sebagai alat perhubungan tingkat nasional

4) sebagai alat pengembangan kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan dan teknologi

b. Pembelajaran Bahasa Indonesia SMP

Pembelajaran bahasa Indonesia memiliki standar kompetensi, Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global.

Dengan standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia ini diharapkan:

1) Peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri;

2) Guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi bahasa peserta didik dengan menyediakan

(48)

berbagai kegiatan berbahasa dan sumber belajar;

3) Guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didiknya;

4) Orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program kebahasaan daan kesastraan di sekolah;

5) Sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan keadaan peserta didik dan sumber belajar yang tersedia;

6) Daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional.

Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

1) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis

2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa Negara

3) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.

4) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial

(49)

5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa

6) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

Menurut Gorys (1988) dalam (Chedoha, 2018: 12) Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

1) Mendengarkan 2) Berbicara 3) Membaca 4) Menulis

Berdasarkan penjelasan diatas, pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan pembelajaran yang wajib bagi siswa terlepas dari bahasa yang kita gunakan dalam keseharian tetapi lebih dari itu memahami Bahasa Indonesia dapat mengembangkan kemampuan seseorang dalam memahami sastra ataupun seni.

Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kemampuan berbahasa menjadi komponen utama yang terdiri dari aspek mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Ini semua merupakan kemampuan yang harus dikuasai oleh peserta didik dalam proses pembelajaran

(50)

7. Keterampilan berbicara

a. Definisi Keterampilan berbicara

Santosa, dkk (2006: 34) menyatakan bahwa “berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa untuk mengekspresikan atau menyampaikan pikiran, gagasan atau perasaan secara lisan”. Lebih lanjut Tarigan (2015: 16) mengemukakan bahwa

“berbicara merupakan kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi dan kata-kata untuk mengekspresikan, mengungkapkan dan menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan”. Selanjutnya Nurgiyantoro dalam (Nawawi, 2017: 22) menyatakan bahwa berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa setelah mendengarkan”.

Lebih lanjut Powers (1954: 5-6) dalam (Tarigan, 2015: 9) menyatakan bahwa “berbicara adalah sebagai proses komunikasi yang merupakan penyampaian ekspresi dari gagasan pribadi seseorang, dan menekankan hubungan-hubungan yang bersifat dua arah, memberi– dan –menerima”. Iskandarwassid & Sunendar (2013:

125) mengemukakan bahwa “keterampilan berbicara memiliki kedudukan yang penting karena merupakan ciri kemampuan komunikatif siswa”.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara merupakan salah satu dari keterampilan berbahasa, dimana diawali dengan kegiatan menyimak, menyampaikan gagasan, pendapat dan perasaan kepada orang lain.

(51)

Berbicara adalah suatu bentuk komunikasi dan dalam pembelajaran berbicara penting karena merupakan kemampuan komunikatif siswa dan keterampilan ini harus di latihkan kepada siswa.

b. Tujuan keterampilan berbicara

Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi.

Nawawi Dkk (2017: 23) mengemukakan bahwa “tujuan berbicara adalah untuk berkomunikasi secara langsung antara pembicara dan pendengar guna mencari informasi dan mempergunakannya. Esensi dari tujuan berbicara adalah untuk memberitahukan dan melaporkan (to inform), Menjamu dan menghibur (to entertain), dan membujuk atau mendesak (to persuade)”.

Menurut Abidin (2012: 131-132), terdapat empat tujuan pembelajaran keterampilan berbicara, yaitu:

1) Membentuk kepekaan siswa terhadap sumber ide 2) Membangun kemampuan siswa untuk menghasilkan ide 3) Melatih kemampuan siswa untuk berbicara dalam

berbagai tujuan

4) Membangun kreativitas berbicara siswa

Selanjutnya, Iskardawassid & Sunendar (2013: 286-287) menguraikan tujuan pembelajaran keterampilan berbicara dalam tiga tingkatan, yaitu:

1) Untuk tingkat pemula, tujuan pembelajaran keterampilan berbicara adalah agar siswa mampu melafalkan bunyi-bunyi bahasa, menyampaikan informasi, setuju atau tidak setuju, menjelaskan identitas diri, menceritakan kembali hasil simakan, menyampaikan rasa hormat, dan bermain peran.

(52)

2) Untuk tingkat menengah, tujuan pembelajaran keterampilan berbicara agar siswa mampu menyampaikan informasi, berpartisipasi dalam percakapan, melakukan wawancara, bermain peran dan menyampaikan gagasan dalam diskusi atau pidato.

3) Untuk tingkat yang paling tinggi, tujuan pembelajaran keterampilan berbicara adalah agar siswa mampu menyampaikan informasi, melakukan percakapan, wawancara, pidato dan debat.

c. Metode pembelajaran keterampilan berbicara

Berbicara memiliki tujuan yaitu untuk berkomunikasi.

Komunikasi perlu dilakukan sebagai bentuk interaksi sosial dengan sesama manusia. Dalam berbicara ada banyak metode yang dapat dilakukan serta dapat melatih terampilan seseorang dalam berbicara.

Jelasnya bahwa memahami metode dalam berbicara dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam berbicara dengan orang lain. Nurgiyantoro (2016: 401-411) mengemukakan bahwa terdapat beberapa teknik pembelajaran yang dapat diterapkan untuk pembelajaran keterampilan berbicara di kelas, yaitu:

1) Bicara berdasarkan gambar

Gambar dapat dijadikan sebagai rangsangan bagi siswa untuk berbicara dalam bahasa yang dipelajari. Rangsangan berupa gambar ini cocok diberikan kepada pembelajar bahasa pada tingkat pemula.

(53)

2) Berbicara berdasarkan rangsangan audio

Rangsangan yang digunakan dalam teknik ini adalah rekaman dari radio atau rekaman yang sengaja dibuat, misalnya siaran berita, sandiwara atau programprogram tertentu yang layak dan berhubungan dengan pembelajaran.

3) Berbicara berdasarkan rangsangan visual dan audio

Teknik ini menggunakan rangsangan berupa gabungan antara gambar dan suara, seperti televisi, video ataupun rekaman gambar bergerak lainnya sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran.

4) Bercerita

Rangsangan yang digunakan dalam teknik ini dapat berupa buku cerita baik fiksi maupun nyata berupa pengalaman-pengalaman.

Berbicara berdasarkan cerita seperti menceritakan kembali cerita yang sudah dibaca.

5) Wawancara

Teknik yang sering digunakan untuk perlombaan berbicara adalah wawancara. Wawancara dilakukan kepada pembelajar untuk mendorong siswa mengutarakan gagasan-gagasan atau pemikirannya dalam bahasa yang sedang dipelajari.

d. Faktor dan Penilaian keterampilan berbicara

Maidar & Mukti (1993: 18) dalam berbicara ada beberapa faktor yang menunjang keefktifan berbicara, antara lain sebagai berikut:

(54)

1) Faktor Kebahasaan

a) Ketepatan ucapan, pada kegiatan berbicara harus dibiasakan seseorang untuk melakukan pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang baik dan benar. Setiap orang yang berbicara akan memiliki gaya bahasa yang berbeda, gaya bahasa ini kadang dipengaruhi oleh faktor lingkungan atau geografis seseorang.

b) Pemilihan kata atau diksi, pemilihan kosakata dalam berbicara merupakan hal yang penting dan perlu di perhatikan. Pemilihan kata yang salah dapat mengandung arti dan maksud yang berbeda apabila tidak digunakan dengan semestinya. Kelancaran komunikasi juga ditentukan dari pemilihan kosakata.

c) Ketepatan sasaran pembicara, pemakaian kalimat atau pemilihan kalimat yang tepat dapat memudahkan pendengar untuk menangkap isi pembicaraan. Kalimat yang disampaikan sebaiknya runtut dan tidak berulang.

2) Faktor Nonkebahasaan

Kegiatan berbicara yang dilakukan oleh siswa selain aspek kebahasaan adapula aspek nonkebahasaan yang akan dilihat dari Kefasihan, ekspresi, intonasi, tekanan dalam kegiatan berbicara.

Ini menjadi penting agar menunjang proses komunikasi menjadi lancar dan penuh dengan makna.

(55)

Setiap pembelajaran pasti akan ada namanya penilaian.

Penilaian menjadi tolak ukur untuk melihat sejauh mana ketercapaian proses dalam pembelajaran. Menurut Nurgiyantoro (2009: 284-286) menyatakan bahwa Penilaian di dalam keterampilan berbicara ditentukan dari 2 hal, yaitu faktor kebahasaan dan faktor nonkebahasaan.

1) Penilaian dari faktor kebahasaan meliputi:

a) Kosakata b) Struktur isi c) Pelafalan

2) Penilaian dari faktor nonkebahasaan meliputi:

a) Ekspresi b) Intonasi c) Kefasihan d) Tekanan

Beberapa faktor dalam keterampilan berbicara perlu di perhatikan agar dapat meningkatkan keterampilan seseorang dalam berbicara. Melatih atau meningkatkan keterampilan berbicara tidak hanya sekedar memahami metode tertentu tetapi juga memperhatikan kriteria apa yang menjadi penilaian dalam keterampilan berbicara.

Kriteria atau indicator penilaian tersebut sebagai alat ukur untuk melihat kemampuan keterampilan berbicara seseorang.

(56)

B. Kerangka Pikir

Keterampilan berbicara merupakan suatu keterampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh siswa dan guru. Berbicara merupakan bentuk komunikasi wajib yang terjadi dalam pembelajaran. Berhasilnya proses pembelajaran ketika terjadinya komunikasi yang aktif antara siswa dan guru dalam proses belajar mengajar. Dalam pembelajaran untuk melatih keterampilan berbicara siswa biasanya masih menggunakan metode latihan seperti membaca puisi, bermain peran dan sebagainya.

Penggunaan media pembelajaran dalam bentuk video pembelajaran bisa digunakan oleh guru untuk melatih keterampilan berbicara siswa terlebih pada situasi pembelajaran online sekarang ini membutuhkan peran teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi guru membuat latihan siswa walaupun tidak melakukan pembelajaran secara tatap muka dikelas.

Penggunaan video pembelajaran dimana siswa yang mengelola langsung untuk membuat video pembelajaran masih kurang selama ini hanya di gunakan oleh guru untuk menyampaikan materi ajarnya.

Oleh karena itu perlu metode mengajar dari guru untuk memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi salah satunya pengembangan video pembelajaran. Video pembelajaran berbasis Kinemaster merupakan salah satu pengembangan video pembelajaran menajadi lebih menarik. Dalam penggunaan Kinemaster video yang direkam akan di edit dengan fitur yang menarik sehingga menghasilkan video pembelajaran yang menarik. Media ini juga memberikan keleluasaan mengedit video dengan

Gambar

gambar  sebagai  media  pembelajaran  dapat  mengkomunikasikan  elemen-elemen  pengetahuan  dengan  cara  yang  terorganisasikan  dengan baik, spesifik dan jelas
Gambar  dapat  dijadikan  sebagai  rangsangan  bagi  siswa  untuk  berbicara  dalam  bahasa  yang  dipelajari
Gambar 3.1 Desain Penelitian O1    X    O2
Tabel 3.1. Keadaan Populasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

RAHMAT MUJUR.. Alamat

Pokja ULP Bandar Udara Sultan Babullah Ternate pada Kementerian Perhubungan akan melaksanakan Pelelangan Umum Ulang dengan Pascakualifikasi untuk paket pekerjaan konstruksi

Hasil penelitian ini menunjukan secara simultan pajak daerah, retribusi daerah, dana alokasi umum, dana alokasi khusus berpengaruh signifikan terhadap pengalokasian belanja modal,

Atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak dan Inovasi Pelayanan

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan sikap demokratis dan prestasi belajar PKn melalui metode Simulasi di

[r]

Bermacam-macam obat topikal dapat digunakan untuk pengboatan selulitis. Obat topical anti mikrobial hendaknya yang tidak dipakai secara sistemik agar kelak tidak terjadi resistensi

Pariwisata merupakan salah satu sektor penting dalam ekonomi Indonesia, dimana pariwisata menjadi salah satu kontributor terbesar terhadap devisa negara. Sektor