• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Implementasi Supply Requirement Planning (SR Planning) dan Logistic

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Implementasi Supply Requirement Planning (SR Planning) dan Logistic"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Implementasi Supply Requirement Planning (SR Planning) dan Logistic Support Performance pada Logistic DC divisi Domestic Market-CP Prima.

5.1.1. Implementasi Supply Requirement Planning (SR Planning) pada Logistic CP Prima.

Proses implementasi perencanaan Supply Requirement Planning (SR Planning) pada perusahaan berorientasi pada penentuan tingkat jumlah stok Product jadi (finished goods Product) yang akan dikirim atau disuplai (Stock to be Deliver point) dengan mengacu pada kebutuhan nasional (National order booking) yaitu Kebutuhan ini berdasarkan kebutuhan seluruh cabang untuk memenuhi estimasi Monthly sales target yang disesuaikan dengan memperhitungkan tingkat inventory (Opening Stock dan Stock policy) dari masing-masing cabang dan National-DC Warehouse.

SR Planning berdasarkan formulasi matematis tersebut menjelaskan bahwa elemen-elemen pada pembentukan SR Planning terdiri dari faktor-faktor sebagai berikut:

a. National Sales Forecast (Ramalan Penjualan Nasional).

b. National order booking (Estimasi kebutuhan permintaan Nasional).

c. Buffer Stock Estimate (Estimasi kebutuhan Buffer Stock).

d. Inventory average of Processing Plant (rata-rata persediaan plant proses/produksi).

(2)

e. Inventory average of DC Plant (rata-rata persediaan plant Logistik).

f. Realisatios of Supply (tingkat realisasi suplai).

a) National order booking

Selama periode sampel penelitian didapatkan rata-rata jumlah National order booking berada pada point 299,491.49 Kg (2.99 MT) atau 102% dari nilai National Sales Forecast, dimana nilai prosentase tertinggi National order booking pada periode tersebut terjadi di periode Juli 2014 yaitu 128% dari nilai Sales Forecast (point of Demand Planning), nilai National order booking yang lebih besar dari jumlah Sales Forecast umumnya disebabkan oleh adanya kebijakan Buffer Stock yang cukup besar dari cabang sehingga kebutuhan stok yang direncanakan akan diorder melebihi nilai estimasi Sales Forecast awal. Nilai terendah National order booking pada periode tersebut terjadi di periode Februari 2016 yaitu 69% dari nilai Sales Forecast (point of Demand Planning), adapun nilai National order booking yang lebih kecil dari jumlah Sales Forecast umumnya disebabkan oleh adanya jumlah stok/persediaan awal di cabang yang masih cukup besar, sehingga stok awal tersebut akan mengurangi kebutuhan dari stok yang direncanakan akan diorder dengan estimasi Sales Forecast awal.

Adapun terkait realisasi daripada pencapaian atau aktual dari National Order Booking selama periode sampel penelitian (Januari 2014 s/d Juni 2016) dapat ditunjukan dengan data pada tabel berikut ini :

(3)

Tabel 5.1.National order booking Estimate Vs Actual Order Booking

Sumber :SR PlanningDatabase yang diolah (2016)

Tabel 5.1. memberikan informasi bahwa selama periode Januari 2014 s/d Juni 2016 rata-rata ketepatan dalam perkiraan permintaan barang ke Dc sebesar 79%

dengan rata-rata persentase kesalahan estimasi mutlak sebesar 26%. Natioal Order Booking Estimate tidaklah hanya diukur dari sejauh mana permintaan

Jan-14 113,202 75,816 (37,386) 37,386 33% 67%

Feb-14 113,202 88,295 (24,907) 24,907 22% 78%

Mar-14 130,075 94,266 (35,810) 35,810 28% 72%

Apr-14 132,267 125,133 (7,134) 7,134 5% 95%

May-14 176,189 116,859 (59,330) 59,330 34% 66%

Jun-14 187,948 139,716 (48,233) 48,233 26% 74%

Jul-14 427,719 147,012 (280,707) 280,707 66% 34%

Aug-14 427,719 147,480 (280,239) 280,239 66% 34%

Sep-14 219,330 140,074 (79,256) 79,256 36% 64%

Oct-14 299,432 162,878 (136,554) 136,554 46% 54%

Nov-14 299,359 180,300 (119,059) 119,059 40% 60%

Dec-14 300,940 207,547 (93,392) 93,392 31% 69%

Jan-15 327,769 200,289 (127,480) 127,480 39% 61%

Feb-15 243,019 182,258 (60,761) 60,761 25% 75%

Mar-15 424,328 207,414 (216,913) 216,913 51% 49%

Apr-15 424,328 215,215 (209,112) 209,112 49% 51%

May-15 289,164 276,099 (13,065) 13,065 5% 95%

Jun-15 299,874 297,321 (2,553) 2,553 1% 99%

Jul-15 213,919 242,560 28,641 28,641 13% 113%

Aug-15 344,560 331,601 (12,959) 12,959 4% 96%

Sep-15 407,326 302,665 (104,660) 104,660 26% 74%

Oct-15 407,326 271,294 (136,031) 136,031 33% 67%

Nov-15 366,077 323,217 (42,860) 42,860 12% 88%

Dec-15 328,559 382,475 53,917 53,917 16% 116%

Jan-16 407,421 295,450 (111,971) 111,971 27% 73%

Feb-16 270,677 298,390 27,713 27,713 10% 110%

Mar-16 385,011 325,130 (59,881) 59,881 16% 84%

Apr-16 304,708 302,279 (2,429) 2,429 1% 99%

May-16 356,650 406,150 49,500 (49,500) -14% 114%

Jun-16 356,650 498,491 141,841 141,841 40% 140%

Mean 299,491 232,789 (66,702) 83,510 26% 79%

Estimate Accuracy

(%) Periode

National Order Booking Estimate

Actual National

Order Booking

error Absolute Error

% Absolute

Error

(4)

keberhasilan dari pada National order booking Estimate juga diukur dari seberapa tepat perhitungann Estimasi tersebut memprediksi secara cermat dan tepat terhadap aktual permintaan yang terjadi dalam periode tersebut. Perhitungan estimasi yang akurat akan memberikan informasi yang tepat dalam proses dan strategi perencanaan suplai (Supply Planning) yang di hitung dalam Model SR Planning.

b) National Sales Forecast (Ramalan Penjualan Nasional).

SR Planning pada implementasinya di rancang dan disusun untuk memperhitungkan tingkat stok baik pada proses produksi, suplai, maupun pencadangannya sehingga ketersediaan stok yang ada akan mampu mendukung proses dan pencapaian penjualan yang terjadi dengan acuan awal adalah tingkat peramalan penjualan nasional (National Sales Forecast).

Indikator keberhasilan dari peramalan penjualan tidaklah hanya diukur dari sejauh mana penjualan aktual mencapai target penjualan yang diinginkan, tetapi selain daripada itu, keberhasilan dari pada peramalan penjualan juga diukur dari seberapa tepat peramalan tersebut memprediksi secara cermat dan tepat terhadap penjualan yang terjadi dalam periode tersebut. Peramalan yang akurat akan memberikan informasi yang tepat dalam proses dan strategi perencanaan suplai (Supply Planning) dan perencanaan produksi (Productions Planning) yang di hitung dalam Model SR Planning. Prinsipnya nilai daripada ramalan penjualan (Sales Forecast) adalah merupakan nilai acuan sebagai rencana permintaan (Demand Planning), dan SR Planning adalah bentuk rencana tanggapan sebagai rencana suplai guna memenuhi rencana dan estiamasi permintaan tersebut.

(5)

Sehingga keduanya merupakan dua point yang saling berkaitan sebagai fungsi perencanaan (Planning Fungtions).

Berikut adalah data National Sales Forecast (Peramalan Penjualan Nasional) dibandingkan dengan data aktual penjualan selama periode sampel yang dipakai dalam penelitian (Januari 2014 s/d Juni 2016), pada Tabel berikut juga di jelaskan tingkat error dari proses peramalan penjualan (Sales Forecast) dan tingkat keakuratanya (Sales Forecast Accuracy) terhadap aktual penjualan yang terjadi pada periode tersebut.

Tabel 5.2. National Sales Forecast Vs Actual Sales Forecast

Jan-14 105,735 49,335 (56,400) 56,400 53% 47%

Feb-14 105,735 70,843 (34,893) 34,893 33% 67%

Mar-14 122,065 68,553 (53,512) 53,512 44% 56%

Apr-14 121,121 88,402 (32,719) 32,719 27% 73%

May-14 163,461 92,594 (70,866) 70,866 43% 57%

Jun-14 171,521 105,189 (66,332) 66,332 39% 61%

Jul-14 334,671 102,356 (232,315) 232,315 69% 31%

Aug-14 334,671 107,552 (227,119) 227,119 68% 32%

Sep-14 202,562 102,541 (100,020) 100,020 49% 51%

Oct-14 267,113 118,025 (149,088) 149,088 56% 44%

Nov-14 267,462 119,061 (148,402) 148,402 55% 45%

Dec-14 268,624 147,281 (121,343) 121,343 45% 55%

Jan-15 291,814 151,382 (140,432) 140,432 48% 52%

Feb-15 227,773 137,515 (90,257) 90,257 40% 60%

Mar-15 346,588 162,451 (184,138) 184,138 53% 47%

Apr-15 379,172 163,586 (215,586) 215,586 57% 43%

May-15 324,680 194,671 (130,008) 130,008 40% 60%

Jun-15 318,067 215,238 (102,829) 102,829 32% 68%

Jul-15 229,079 170,992 (58,087) 58,087 25% 75%

Aug-15 347,044 211,615 (135,429) 135,429 39% 61%

Sep-15 416,922 218,714 (198,208) 198,208 48% 52%

Oct-15 416,922 197,721 (219,201) 219,201 53% 47%

Nov-15 379,743 218,101 (161,642) 161,642 43% 57%

Dec-15 347,677 279,256 (68,421) 68,421 20% 80%

Jan-16 422,673 201,285 (221,388) 221,388 52% 48%

Feb-16 394,979 212,173 (182,806) 182,806 46% 54%

Mar-16 383,492 249,327 (134,165) 134,165 35% 65%

Apr-16 381,254 219,370 (161,885) 161,885 42% 58%

May-16 436,993 293,997 (142,997) 142,997 33% 67%

Jun-16 436,993 328,460 (108,533) 108,533 25% 75%

M ean 298,220 166,586 (131,634) 131,634 44% 56%

% Absolute Error

Forecast Accuracy

(%) Periode

National_Sales Forecast (Demand Planing)

Actual Sales_National(

Actual Demand)

Absolute Error error

(6)

Data pada Tabel 5.2. berikut ini memberikan informasi bahwa selama periode Januari 2014 s/d Juni 2016 rata-rata keakuratan peramalan penjualan (Sales Forecast Accuracy) berada pada prosetase 56% dengan rata-rata prosentase kesalahan mutlak (Mean Absolute Error Percente) sebesar 44%.

Dengan rata-rata ketidaktercapaian ramalan penjualan dari yang direncanakan adalah sebesar 131 MT (131.634 Kg). Rata-rata Forecast Accuracy selama periode Januari 2014 s/d Juni 2016 Forecast Accuracy hanya berada pada prosentase 56% hal tersebut tidak hanya menggambarkan adanya kekurang akuratan dalam perhitungan peramalan penjualan (Sales Forecast) tetapi juga menunjukan pencapaian penjualan (Sales Achievement) belum ada yang mencapai target sesuai nilai yang diramalkan sehingga terjadi gap antara nilai peramalan penjualan dengan nilai aktual penjualan pada periode tersebut, maka dari informasi ini manajemen selain melakukan evaluasi terhadap metode peramalan juga harus melakukan evaluasi dan perbaikan strategi pada proses penjualan, terkait hal tersebut maka sesuai batasan penelitian maka permaslahan terkait strategi proses penjualan dan evaluasi peramalan penjualan tidak akan dianalisis lebih jauh pada penelitian ini.

c) Buffer Stock Estimate (Estimasi kebutuhan Buffer Stock)

Implementasi dari proses penentuan nilai Buffer Stock Estimate pada SR Planning Model CP Prima umumnya ditentukan sebagai prosentase estimasi stok pengaman dari Sales Forecast volume.

Adapun rata-rata pada periode implementasi SR Planning yang dijadikan sample pada penelitian ini menunjukan rata-rata prosentase volume dari Buffer

(7)

Stock Estimate berada pada prosentase 46 % dari volume Sales Forecast. dimana nilai prosentase tertinggi Buffer Stock Estimate pada periode tersebut terjadi di periode April 2016 yaitu 118% dari nilai Sales Forecast (point of Demand Planning), nilai Buffer Stock Estimate yang lebih besar dari jumlah Sales Forecast umumnya disebabkan oleh adanya penyesuaiaan strategi kebijakan stok yang di sesuaikan dengan kondisi performance atau estimasi penjualan yang cukup besar (optimism sales performance) sehingga kebutuhan stok yang direncanakan akan diorder melebihi nilai estimasi Sales Forecast awal. Nilai terendah Buffer Stock pada periode tersebut terjadi di periode May 2014 yaitu 19% dari nilai Sales Forecast (point of Demand Planning), adapun nilai Buffer Stock Estimate yang lebih kecil dari jumlah Sales Forecast umumnya disebabkan juga oleh adanya penyesuaiaan strategi kebijakan stok yang di sesuaikan dengan kondisi performance atau estimasi penjualan yang cukup rendah (pesimism sales performance) sehingga kebutuhan stok yang direncanakan akan di Buffer nilainya tidak signifikan dari estimasi Sales Forecast awal.

Gambar 5.1.Buffer Stock Vs National Sales Forecast

(8)

Gambar 5.1. merupakan gambaran daripada proporsi antara Buffer Stock dengan tingkat peramalan penjualan (Sales Forecast), dimana berdasarkan data SR Planning periode Januari 2014 s/d Juni 2016 menunjukan bahwa rata-rata proporsi Buffer Stock yang berfungsi sebagai stok cadangan atau pengaman terhadap adanya fluktuasi tingkat permintaan aktual sebesar 46% yang berarti stok cadangan/pegaman disiapkan sebesar 0,46 kali dari rencana penjualan.

d) Inventory average of Processing Plant (rata-rata persediaan plant proses/produksi).

Tabel 5.3. Average Inventory of Processing Plant

Sumber : data SR Planing yang diolah (2016)

Jan-14 105,735 44,632 44,632 44,632 42%

Feb-14 105,735 44,632 119,290 81,961 78%

Mar-14 122,065 119,290 131,765 125,528 103%

Apr-14 121,121 131,765 105,679 118,722 98%

May-14 163,461 105,679 95,360 100,519 61%

Jun-14 171,521 95,360 112,400 103,880 61%

Jul-14 334,671 112,400 112,400 112,400 34%

Aug-14 334,671 112,400 96,923 104,661 31%

Sep-14 202,562 96,923 146,177 121,550 60%

Oct-14 267,113 146,177 176,032 161,104 60%

Nov-14 267,462 176,032 212,548 194,290 73%

Dec-14 268,624 212,548 128,545 170,546 63%

Jan-15 291,814 128,545 149,780 139,162 48%

Feb-15 227,773 149,780 148,906 149,343 66%

Mar-15 346,588 148,906 116,682 132,794 38%

Apr-15 379,172 116,682 63,969 90,325 24%

May-15 324,680 63,969 84,081 74,025 23%

Jun-15 318,067 84,081 53,214 68,647 22%

Jul-15 229,079 53,214 56,374 54,794 24%

Aug-15 347,044 56,374 60,673 58,524 17%

Sep-15 416,922 60,673 60,673 60,673 15%

Oct-15 416,922 60,673 43,788 52,231 13%

Nov-15 379,743 43,788 85,839 64,814 17%

Dec-15 347,677 85,839 43,402 64,621 19%

Jan-16 422,673 43,402 93,037 68,220 16%

Feb-16 394,979 93,037 143,608 118,323 30%

Mar-16 383,492 143,608 176,792 160,200 42%

Apr-16 381,254 176,792 203,738 190,265 50%

May-16 436,993 203,738 203,738 203,738 47%

Jun-16 436,993 203,738 143,608 173,673 40%

Max 436,993 212,548 212,548 203,738 103%

Min 105,735 43,402 43,402 44,632 13%

Average 298,220 110,489 113,788 112,139 44%

Stdev 105,416 51,124 49,907 47,129 24%

Periode

National Sales Forecast (Demand Planing)

Opening Stock in Processing

Plant

Average Inventory Ending

Stock in Processing

Plant

(%) Average Inventory in Processing

Plant of Demand

Planing

(9)

Opening Stock Processing Plant rata–rata Opening Stock Processing Plant (stok awal Plant proses) pada periode penelitian adalah sebesar 42% dari volume Sales Forecast. Adapun rata-rata persedian pada plant produksi adalah rata-rata tingkat persedian awal (Opening Stock) dan stok akhir (Ending Stock) plant produksi.

Rata-rata persediaan ini juga merupakan bagian yang dipertimbangkan atau diperhitungkan dalam perancangan dan penyusunan SRPlanning.

Data pada Tabel 5.3. menunjukan rata-rata persediaan di plant produksi (Inventory Average of Processing Plant) selama periode sample penelitian berada pada point 112,13 MT atau rata-rata 44% dari nilai peramalan penjualan nasional (National Sales Forecast).

e) Inventory average of DC (rata-rata persediaan Plant Logistik-DC CWH) Opening Stock DC rata-rata yang terjadi pada periode penelitian adalah sebesar 58 % dari nilai prosentase volume Sales Forecast. Semakin besar volume dari stok awal DC-CWH maka semakin kecil kebutuhan akan stok yang akan disuplai dari Plant proses ke Plant Logistik DC-CWH (point of Supply Planning), demikian sebaliknya. Adapun rata-rata persedian pada plant logistik (Logistic DC-CWH) adalah rata-rata tingkat persedian awal (Opening Stock) dan stok akhir (Ending Stock) plant logistik (Logistic DC-CWH). Sama halnya dengan rata-rata persedian pada plant produksi maka rata-rata persediaan pada plant logistik juga merupakan bagian yang dipertimbangkan atau diperhitungkan dalam perancangan dan penyusunan SR Planning, dimana stok awal pada plant logistik merupakan faktor pengurang pada tingkat suplai yang akan direncanakan (Supply Planning).

(10)

Tabel 5.4.Inventory Average of DC Plant

Sumber : SR Planning Database yang diolah (2016)

f) Requirement Planning (Rencana Kebutuhan Stok)

Rata-rata nilai dari Supply Planning pada periode penelitian ini adalah sebesar 90% dari volume Sales Forecast, rata-rata nilai dari Production Planning base SR Planning sebesar 50% dari Sales Forecast dengan rata-rata penyesuaian kapasitas produksi sebesar 12% dan menjadikan rata-rata Production Planning Final adalah sebesar 64%.

Jan-14 105,735 49,713 49,713 49,713 47%

Feb-14 105,735 49,713 66,989 58,351 55%

Mar-14 122,065 66,989 71,349 69,169 57%

Apr-14 121,121 71,349 70,765 71,057 59%

May-14 163,461 70,765 72,564 71,664 44%

Jun-14 171,521 72,564 67,514 70,039 41%

Jul-14 334,671 67,514 67,514 67,514 20%

Aug-14 334,671 67,514 159,193 113,353 34%

Sep-14 202,562 159,193 148,623 153,908 76%

Oct-14 267,113 148,623 123,521 136,072 51%

Nov-14 267,462 123,521 153,756 138,638 52%

Dec-14 268,624 153,756 171,356 162,556 61%

Jan-15 291,814 171,356 177,006 174,181 60%

Feb-15 227,773 177,006 164,272 170,639 75%

Mar-15 346,588 164,272 206,347 185,309 53%

Apr-15 379,172 206,347 157,610 181,979 48%

May-15 324,680 157,610 97,340 127,475 39%

Jun-15 318,067 97,340 287,449 192,395 60%

Jul-15 229,079 287,449 169,757 228,603 100%

Aug-15 347,044 169,757 158,647 164,202 47%

Sep-15 416,922 158,647 158,647 158,647 38%

Oct-15 416,922 158,647 213,042 185,845 45%

Nov-15 379,743 213,042 233,836 223,439 59%

Dec-15 347,677 233,836 259,359 246,597 71%

Jan-16 422,673 259,359 285,081 272,220 64%

Feb-16 394,979 285,081 310,580 297,830 75%

Mar-16 383,492 310,580 337,000 323,790 84%

Apr-16 381,254 337,000 364,203 350,601 92%

May-16 436,993 364,203 364,203 364,203 83%

Jun-16 436,993 364,203 300,218 332,210 76%

Max 436,993 364,203 364,203 364,203 100%

Min 105,735 49,713 49,713 49,713 20%

Average 298,220 173,898 182,248 178,073 59%

Stdev 105,416 95,285 95,003 91,561 18%

Periode

National Sales Forecast (Demand Planing)

Ending Stock in DC-CWH

Inventory Average of

DC

% Inventory Average in

DC of Demand

Planing Opening

Stock DC- CWH

(11)

Gambar 5.2.Demand Planning Vs Supply Planning Vs Production PlanningVolume

Sumber :SR Planning (2016)

Gambar 5.2 menunjukan gambaran perbandingan antara besarnya volume rencana permintaan (Demand Planning) terhadap rencana suplai (Supply Planning) dan rencana produksi (Productions Planning). Beberapa periode menunjukan adanya kondisi dimana rencana suplai (Supply Planning) dan juga rencana produksi (Productions Planning) volume nya lebih besar dari rencana permintaan (Demand Planning), kondisi tersebut dapat terjadi apabila rencana stok yang dibutuhakan atau akan di order secara nasional (National order booking Volume ) lebih besar dari rencana penjualan (Sales Forecast) sebagai rencana permintaan (Demand Planning), dimana hal tersebut dapat terjadi apabila estimasi Buffer stok keseluruhan cabang yang cukup tinggi dengan kondisi stok awal cabang (Opening Stock Branch) cukup kecil, demikian sebaliknya ketika terjadi kondisi dimana pada beberapa periode menunjukan adanya kondisi dimana rencana suplai (Supply Planning) dan juga rencana produksi (Productions Planning) volume nya lebih

0 300000 600000

Demand Planning Vs Supply Planning Vs Production Planning Jan 2014 - Jun 2016

National Sales Forecast (Demand Planing) Stock to Be Deliver (Supply Planing) Stock to Be Produce (Production Planing) -Final

(12)

Realisasi dari pada rencana suplai (Supply Planning) selama periode yang dijadikan sample penelitian (periode Januari 2014 s/d Juni 2016) adalah seperti pada Tabel berikut ini:

Tabel 5.5. Realsasi Suplai (Supply Realisations) periode Januari 2014 s/d Juni 2016

Sumber : data SR Planning yang diolah (2016)

Requirement Planning

Actual Realisation

Balancement of Unfullfill to

realese

Acv(%)

Stock to be Deliver (Supply Planning)

Actual Realisation

of Supply

Gap % Realisation of Supply

a b c=b-a d=(b/a*100%)

Jan-14 93.851 78.602 (15.250) 84%

Feb-14 93.851 90.848 (3.003) 97%

Mar-14 101.930 85.909 (16.021) 84%

Apr-14 95.644 89.035 (6.609) 93%

May-14 157.241 114.752 (42.489) 73%

Jun-14 167.563 150.070 (17.493) 90%

Jul-14 476.878 176.262 (300.615) 37%

Aug-14 476.878 152.765 (324.112) 32%

Sep-14 134.766 135.220 454.000 100%

Oct-14 225.770 176.338 (49.433) 78%

Nov-14 260.931 125.092 (135.838) 48%

Dec-14 236.431 216.314 (20.118) 91%

Jan-15 241.435 171.975 (69.459) 71%

Feb-15 170.159 172.648 2.489 101%

Mar-15 330.675 290.892 (39.783) 88%

Apr-15 318.638 174.941 (143.698) 55%

May-15 193.888 189.756 (4.132) 98%

Jun-15 266.536 315.656 49.121 118%

Jul-15 167.577 179.137 11.559 107%

Aug-15 304.624 247.857 (56.767) 81%

Sep-15 346.595 296.372 (50.224) 86%

Oct-15 346.595 213.981 (132.614) 62%

Nov-15 390.360 244.013 (146.347) 63%

Dec-15 273.297 295.463 22.166 108%

Jan-16 442.392 227.620 (214.772) 51%

Feb-16 396.874 228.447 (168.427) 58%

Mar-16 425.685 176.809 (248.876) 42%

Apr-16 417.130 219.700 (197.430) 53%

May-16 316.227 215.146 (101.081) 68%

Jun-16 316.227 319.866 3.639 101%

Average 272.888 192.383 (80.505) 77%

Max 476.878 319.866 49.121 118%

Min 93.851 78.602 (324.112) 32%

Stdev 118.503 68.905 99.212 23%

Periode

(13)

Data realisasi suplai (Supply Realisations) pada periode penelitian seperti pada Tabel 5.5. menunjukan bahwa rata-rata suplai tercapai pada prosentase pencapaian 77% dari rencana suplai, adapun untuk pencapaian realisasi suplai tertinggi terjadi dengan prosentase 118% dari rencana suplai, hal tersebut dapat terjadi apabila stok awal pada Plant proses (processesing Plant) volume nya cukup besar yang diimbangi dengan reaisasi produksi (Production Realese) yang juga cukup besar dengan didukung proses suplai yang cukup lancar dari Plant proses (Processesing Plant) ke Plant logistik (DC-CWH), demikian sebaliknya ketika kondisi realisasi suplai rendah dimana pada periode tersebut kondisi terendah terjadi pada realisasi supai 32% dari rencana suplai. Perbedaan jumlah stok yang direncanakan untuk dikirim dengan yang terealisasi dapat ditunjukan pada gambar 5.3 dimana ditemukan selalu adanya gap antara rencana suplai (supply Planning) dengan realisasi suplai (Realisations of Supply).

Gambar 5.3.Supply Planning Vs Realisation Sumber :Logistic DC-CWH database yang di olah (2016)

- 300.000 600.000

Supply Planning Vs Actual Realisation Supply

Requirement Planning Stock to be Deliver (Supply Planning) Actual Realisation Actual Realisation of Supply

(14)

5.1.2. Implementasi Logistic Support Performance pada Logistic CP Prima Pencapaian kinerja dukungan layanan Logistic (Logistic Support Performance) merupakan beberapa ukuran-ukuran kinerja yang tersusun sebagai kunci pencapaian kinerja department logistik (Logistic Keys Performance Indicator). Ukuran-ukuran tersebut secara umum merupakan gambaran sejauh mana operasional logistik dapat mendukung dan memberikan layanan terhadap proses dan pencapaian penjualan produk dari perusahaan hingga ke pelanggan (Customer).

5.1.2.1. Logistic Service Level

Logistic Service Level merupakan ukuran keberhasilan selain bersifat kuantitatif yaitu ketidaktersediaan stok, juga ditentukan oleh faktor-faktor kualitatif, karena proses perhitungannya diukur dari faktor-faktor yang bersifat kualitatif seperti adanya proses pemenuhan pengiriman pesanan (Delivery Order Fullfill) ditetukan oleh faktor-fakor seperti kesalahan pengiriman (Miss Delivery

& Loading Prosses), kesalahan administrasi (miss on administration prosses), keterlambatan pengiriman (Delivery Late), isu armada (Truck Issue), masalah kualitas produk saat atau sebelum sampai ke pelanggan (Quality Issue).

Berikut adalah data performance level layanan logistik (Logistic Service Level) pada periode yang dijadikan sample dalam penelitian (periode Januari 2014 s/d Juni 2016). Data tersebut merupakan data historikal level layanan (Service Level) baik untuk pengiriman atas adanya orderan pelanggan (DC-Market chanel), maupun pengiriman atas adanya permintaan operasional cabang (Branch Operational Warehouse), seperti pada Tabel berikut ini.

(15)

Tabel 5.6. Logistic Service Level Performance

Sumber : Data Logistic Service Level yang diolah. (2016)

Tabel 5.6. memberikan informasi bahwa rata-rata pencapaian level layanan logistik (Logistic Service Level) pada periode penelitian sebesar 93% artinya sebanyakrata-rata 7% volume penjualan tidak terlayani atau terpenuhi disebabkan oleh faktor ketidaktersedian stok dan atau faktor-faktor lainnya, sementara itu

SO (In Kg)

STR (In Kg)

DO (In Kg)

STO (In Kg)

Jan-14 43,992 35,066 40,798 35,018 96%

Feb-14 61,679 29,176 59,205 29,090 97%

Mar-14 56,766 39,578 54,687 39,578 98%

Apr-14 79,822 48,456 76,856 48,277 98%

May-14 84,125 39,431 77,590 39,269 95%

Jun-14 82,947 59,245 81,206 58,510 98%

Jul-14 93,727 61,455 86,000 61,012 95%

Aug-14 87,329 65,733 81,779 65,701 96%

Sep-14 84,500 62,792 77,282 62,792 95%

Oct-14 102,702 70,774 92,798 70,080 94%

Nov-14 107,360 82,691 97,609 82,691 95%

Dec-14 139,059 86,078 121,573 85,974 92%

Jan-15 144,394 71,261 129,028 71,261 93%

Feb-15 115,942 68,590 114,082 68,176 99%

Mar-15 127,130 87,802 120,182 87,233 97%

Apr-15 130,260 95,200 120,087 95,128 95%

May-15 154,990 127,110 148,989 127,110 98%

Jun-15 151,456 155,552 141,769 155,552 97%

Jul-15 149,430 116,506 126,054 116,506 91%

Aug-15 170,855 168,268 163,915 167,686 98%

Sep-15 179,944 140,653 162,018 140,647 94%

Oct-15 168,400 122,083 149,243 122,051 93%

Nov-15 165,606 170,453 152,929 170,288 96%

Dec-15 227,793 162,954 219,615 162,860 98%

Jan-16 153,670 155,419 140,101 155,349 96%

Feb-16 161,481 137,754 160,678 137,712 100%

Mar-16 303,563 123,249 202,140 122,989 76%

Apr-16 286,175 128,355 173,959 128,320 73%

May-16 356,930 159,458 246,878 159,272 79%

Jun-16 396,414 227,777 270,876 227,615 80%

Average 152,281 103,297 129,664 103,125 93%

M ax 396,414 227,777 270,876 227,615 100%

M in 43,992 29,176 40,798 29,090 73%

Stdev 85,662 50,325 55,674 50,348 7%

Periode

Actual Order Actual fullfill Realese

Service Level (%)

(16)

pencapaian terbesar pernah dicapai sebesar 100% atau (99.9%) pada periode Februari 2016, dan pencapaian terendah dicapai pada prosentase 73% atau sebesar 27% volume penjualan tidak terlayani atau terpenuhi disebabkan oleh faktor ketidaktersedian stok dan atau faktor-faktor lainnya. Adapun pada pencapaian level layanan logistik (Logistic Service Level) pada periode penelitian secara keseluruhan sebesar 63.54% pesanan (Delivery Order) dapat terkirim tepat waktu (On Time Delivery) dengan 9.9% pesanan (Delivery Order) terkirim melebihi waktu yang di minta (Late Delivery).

5.1.2.2. Biaya Logistik (Logistic Cost)

Biaya Logistik (Logistic Cost) secara operasional perusahaan merupakan keseluruhan biaya yang timbul diakbitkan adanya proses dan operasional logistik.

Adapun operasional logistik terdiri dari tiga elemen aktivitas operasional yaitu meliputi;

a) Proses dan aktivitas operasional pengadaan produk atau suplai dari plant proses (Processing Plant) ke plant Logistik (DC-CWH) yaitu proses Supply In/Inbond Delivery. Adapun biaya yang terjadi dalam proses ini dikenal dengan biaya pengadaan (Freight In Cost).

b) Proses dan aktivitas operasional penanganan produk (meliputi proses storeging, carring, dan picking). Biaya pada proses ini meliputi biaya penanganan (Handling Cost), dan biaya simpan berupa biaya sewa gudang (Warehouse & Inventory Cost).

c) Proses dan aktivitas operasional pengiriman barang baik ke pelanggan (DC- Market Chanel) maupun kepada Cabang-cabang operasional (Branch

(17)

Operation WH). Biaya yang terjadi dalam proses ini disebut biaya pengiriman (Delivery Cost) yang masuk kedalam kategori Freight Out Cost.

Berikut adalah data historikal aktual biaya logistik dan analisa rasio biaya logistik terhadap pencapaian penjualan, sebagai berikut :

Tabel 5.7.Sum of Logistic Cost Ratios

Sumber : Logistic Cost (2016)

Tabel 5.7 memberikan informasi bahwa rata-rata rasio biaya logistik terhadap total penujualan adalah 11%, nilai tersebut masihlah sangat tinggi dengan target

Cost Rate (Rp/Kg)

Cost Rate (Rp/Kg)

Cost Rate (Rp/Kg)

Jan-14 Rp 1,209 Rp 825 Rp 2,227 Rp 4,261 15%

Feb-14 Rp 1,046 Rp 599 Rp 1,923 Rp 3,568 9%

Mar-14 Rp 1,339 Rp 599 Rp 1,912 Rp 3,849 14%

Apr-14 Rp 1,123 Rp 255 Rp 1,613 Rp 2,990 11%

May-14 Rp 828 Rp 535 Rp 1,493 Rp 2,856 11%

Jun-14 Rp 900 Rp 649 Rp 1,198 Rp 2,747 11%

Jul-14 Rp 823 Rp 482 Rp 1,077 Rp 2,381 12%

Aug-14 Rp 818 Rp 616 Rp 1,157 Rp 2,591 11%

Sep-14 Rp 850 Rp 537 Rp 1,260 Rp 2,648 10%

Oct-14 Rp 1,219 Rp 874 Rp 1,027 Rp 3,120 13%

Nov-14 Rp 1,759 Rp 922 Rp 1,138 Rp 3,819 13%

Dec-14 Rp 809 Rp 276 Rp 827 Rp 1,912 7%

Jan-15 Rp 1,425 Rp 860 Rp 938 Rp 3,223 14%

Feb-15 Rp 1,014 Rp 644 Rp 983 Rp 2,641 11%

Mar-15 Rp 808 Rp 661 Rp 707 Rp 2,176 12%

Apr-15 Rp 1,258 Rp 606 Rp 999 Rp 2,863 10%

May-15 Rp 1,212 Rp 577 Rp 841 Rp 2,630 10%

Jun-15 Rp 1,093 Rp 641 Rp 645 Rp 2,379 10%

Jul-15 Rp 1,116 Rp 714 Rp 1,092 Rp 2,923 12%

Aug-15 Rp 1,251 Rp 523 Rp 802 Rp 2,576 11%

Sep-15 Rp 1,215 Rp 687 Rp 776 Rp 2,678 10%

Oct-15 Rp 1,425 Rp 1,165 Rp 952 Rp 3,542 13%

Nov-15 Rp 1,168 Rp 574 Rp 818 Rp 2,561 10%

Dec-15 Rp 1,032 Rp 512 Rp 689 Rp 2,233 9%

Jan-16 Rp 1,054 Rp 599 Rp 885 Rp 2,539 10%

Feb-16 Rp 1,313 Rp 514 Rp 879 Rp 2,707 10%

Mar-16 Rp 1,075 Rp 518 Rp 922 Rp 2,514 7%

Apr-16 Rp 1,047 Rp 430 Rp 887 Rp 2,364 9%

May-16 Rp 1,069 Rp 215 Rp 749 Rp 2,033 7%

Jun-16 Rp 813 Rp 329 Rp 575 Rp 1,717 7%

Max Rp 1,125 Rp 1,165 Rp 2,227 Rp 4,261 15%

Min Rp 1,209 Rp 215 Rp 575 Rp 1,717 7%

Average Rp 1,091 Rp 598 Rp 1,066 Rp 2,768 11%

Logistic Cost Ratio

(% of Sales) Periode

Supply In Cost

Distributions Out Cost

Handling &

WH-Cost

Logistic Cost Rate

(Rp/Kg)

(18)

perusahaan yang bergerak di industry & distribusi makanan olahan yaitu 6%, besarnya rasio biaya logistik menunjukan bahwa adanya aktifias operasional logistik yang belum efisien dalam perusahaan yang perlu untuk dilakukan perbaikan.

5.1.3. Faktor-Faktor yang menyebabkan terjadinya gap antara SR Planing dengan realisai suplai.

Tabel 5.8. % Realisation of Supply Vs % Realisations of Produce

Sumber : data SR Planning database yang diolah (2016)

Periode

Stock to Be Deliver (Supply Planing)

Stock to Be Produce (Production

Planing)- Final

Opening Stock in Processing

Plant

Ending Stock in Processing

Plant

n Kg Kg Kg Kg Kg % Kg %

Jan-14 93,851 67,807 44,632 44,632 78,602 84% 78,602 116%

Feb-14 93,851 67,807 44,632 119,290 90,848 97% 165,507 244%

Mar-14 101,930 73,412 119,290 131,765 85,909 84% 98,383 134%

Apr-14 95,644 36,876 131,765 105,679 89,035 93% 62,950 171%

May-14 157,241 94,912 105,679 95,360 114,752 73% 104,432 110%

Jun-14 167,563 105,380 95,360 112,400 150,070 90% 167,110 159%

Jul-14 476,878 386,397 112,400 112,400 176,262 37% 176,262 46%

Aug-14 476,878 386,397 112,400 96,923 152,765 32% 137,288 36%

Sep-14 134,766 74,071 96,923 146,177 135,220 100% 184,474 249%

Oct-14 225,770 113,685 146,177 176,032 176,338 78% 206,193 181%

Nov-14 260,931 106,331 176,032 212,548 125,092 48% 161,608 152%

Dec-14 236,431 61,098 212,548 128,545 216,314 91% 132,311 217%

Jan-15 241,435 148,981 128,545 149,780 171,975 71% 193,210 130%

Feb-15 170,159 89,710 149,780 148,906 172,648 101% 171,775 191%

Mar-15 330,675 194,537 148,906 116,682 290,892 88% 258,668 133%

Apr-15 318,638 211,895 116,682 63,969 174,941 55% 122,227 58%

May-15 193,888 158,982 63,969 84,081 189,756 98% 209,868 132%

Jun-15 266,536 195,066 84,081 53,214 315,656 118% 284,789 146%

Jul-15 167,577 140,516 53,214 56,374 179,137 107% 182,297 130%

Aug-15 304,624 270,698 56,374 60,673 247,857 81% 252,155 93%

Sep-15 346,595 297,222 60,673 60,673 296,372 86% 296,372 100%

Oct-15 346,595 297,222 60,673 43,788 213,981 62% 197,096 66%

Nov-15 390,360 350,744 43,788 85,839 244,013 63% 286,064 82%

Dec-15 273,297 219,828 85,839 43,402 295,463 108% 253,026 115%

Jan-16 442,392 404,606 43,402 93,037 227,620 51% 277,255 69%

Feb-16 396,874 322,638 93,037 143,608 228,447 58% 279,018 86%

Mar-16 425,685 306,286 143,608 176,792 176,809 42% 209,993 69%

Apr-16 417,130 310,318 176,792 203,738 219,700 53% 246,645 79%

May-16 316,227 112,489 203,738 203,738 215,146 68% 215,146 191%

Jun-16 316,227 112,489 203,738 143,608 319,866 101% 259,736 231%

Average 272,888 190,613 110,489 113,788 192,383 77% 195,682 130%

M aksimum 476,878 404,606 212,548 212,548 319,866 118% 296,372 249%

M inimum 93,851 36,876 43,402 43,402 78,602 32% 62,950 36%

St.Dev 118,503 114,273 51,124 49,907 68,905 23% 65,384 59%

Actual Realisation of

Supply

Actual Realisation of Produce

(19)

Data pada Tabel 5.8 memberikan informasi bahwa rata-rata realisasi suplai (Realisations of Supply) berada pada prosentase pencapaian rata-rata 77 % dari nilai rencana suplai (Supply Planning) yang berarti bahwa pada periode tersebut rata-rata ketidakterpenuhainya sulai (unrealese of supply) sebesar 23% dari rencana suplai (Supply Planning), dengan prosentase maksimum realisasi yang pernah tercapai sebesar 118% dan prosentase minimum realisasi yang pernah dicapai adalah sebesar 32% dengan deviasi sebesar 23%.

Realisasi yang melebihi point pencapaian 100% dimungkinkan dapat terjadi apabila terjadinya kenaikan volume aktual permintaan (Actual Demand/actual of National order Boooking) dari nilai ramalan awal (National order booking Estimate) yang dapat diimbangi dengan adanya penambahan kemampuan produksi atau pencapaian produksi pada waktu yang tepat.seperti pada beberapa beriode berikut ini;

Tabel 5.9. Periode dengan Realisasi Suplai (> 100%)

Sumber :data SR Planning database yang diolah (2016) Periode

National Order Booking_

Estimate

n Kg % Kg % Kg Kg %

Sep-14 135,220 100% 184,474 249% 219,330 140,074 64%

Feb-15 172,648 101% 171,775 191% 243,019 182,258 75%

Jun-15 315,656 118% 284,789 146% 299,874 297,321 99%

Jul-15 179,137 107% 182,297 130% 213,919 242,560 113%

Dec-15 295,463 108% 253,026 115% 328,559 382,475 116%

Jun-16 319,866 101% 259,736 231% 356,650 498,491 140%

Average 236,332 106% 222,683 177% 276,892 290,530 101%

Actual National Order Booking Actual

Realisation of Supply

Actual Realisation of

Produce

(20)

Data Tabel 5.9. dapat di interpretasikan bahwa untuk realisasi suplai yang melebihi nilai pencapaian 100% dapat dimungkinkan terjadi apabila adanya kenaikan pada aktual permintaan (Actual National Order Booking) yang melebihi estimasi awal dan kemudian diimbangi dengan kemampuan produksi untuk memproduksi melebihi daripada rencana produksi awal (Production Planning).

Seperti pada data Tabel 5.11 menunjukan bahwa dengan rata rata pada periode penelitian pencapaian realisasi yang mencapai lebih dari nilai prosentase 100%

dengan rata-rata pencapaian 106% disebabkan oleh adanya kenaikan pada aktual permintaan (actual order booking) sebesar 101% yang didukung dengan adanya kenaikan volume produksi dari rencana produksi awal dengan rata-rata 177%.

Realisasi suplai (Supply Realisations) tidak tercapai secara penuh yaitu prosentase pencapaian berada pada nilai prosentase dibawah 100% dapat terjadi disebabkan oleh beberapa fakor. Hasil observasi data menunjukan faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut;

a) Realisasi Suplai (Supply Realisations) tidak tercapai secara penuh dalam satu periode karena tidak tercapainya Realisasi Produksi dalam periode tersebut.

Realisasi suplai merupakan kelanjutan daripada tahapan proses sebelumnya, yaitu proses di hulu logistik, atau pada proses produksi. Realisasi suplai yang besar tidak bisa secara langsung dijadikan sebagai ukuran realisasi produksi yang besar, karena pada prosesnya, stok awal pada plant produksi juga merupakan prioritas awal sebagai stok produk yang pertama harus disuplai sebelum hasil produksi baru disuplai, untuk mengetahui realisasi suplai maka besar nilai suplai dikurangi

Gambar

Gambar 5.1. merupakan gambaran daripada proporsi antara Buffer Stock dengan tingkat peramalan penjualan (Sales Forecast), dimana berdasarkan data SR Planning periode Januari 2014 s/d Juni 2016 menunjukan bahwa rata-rata proporsi Buffer Stock yang berfungsi
Tabel 5.4.Inventory Average of DC Plant
Gambar 5.2 menunjukan gambaran perbandingan antara besarnya volume rencana permintaan (Demand Planning) terhadap rencana suplai (Supply Planning) dan rencana produksi (Productions Planning)
Tabel 5.5. Realsasi Suplai (Supply Realisations) periode Januari 2014 s/d Juni 2016
+7

Referensi

Dokumen terkait

Masalah keamanan menjadi bagian penting untuk developer perangkat lunak.Kebutuhan keamanan dalam pengembangan perangkat lunak menghasilkanpenciptaan yang disebut Secure

Berkenaan dengan temuan penelitian, peneliti mengemukakan beberapa saran kepada beberapa pihak yaitu: kepada siswa berprestasi dalam belajar, dari hasil penelitian

Kendala yang dihadapi oleh Kepala Desa dalam membangun sumber daya manusia dan tata kelola desa menuju desa maju di Desa Kole Kecamatan Ambalawi Kabupaten Bima, meliputi

3 Mewujudkan pembangunan desa yang berkelanjutan menuju kemandirian ditopang peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintahan desa yang professional, optimalisasi perekonomian desa,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara iklim psikologis dan usaha karyawan dengan performansi kerja. Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah

Dikutip dari Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah dalam buku Arsitektur Tradisional Daerah Jawa Barat (1981/1982), dilihat dari struktur bangunannya,

Diseminasi - Outreach Strategy Sebagai upaya pencapaian target outcome Badan Litbang sebesar 60% hasil litbang dimanfaatkan pengguna, maka dilakukan.  Diversifikasi bentuk

Ketiga: Dari buku Seteguh Hati Sekokoh Nurani (2005:63) yang mengupas perjalanan enam puluh tahun Kedaulatan Rakyat, dinyatakan bahwa Kedaulatan Rakyat telah menyatu dengan