• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN METODE KARTU-KARTU RESPONS DALAM PEMBELAJARAN BERDISKUSI DI KELAS VIII SEMESTER 2 SMP PASUNDAN 3 BANDUNG TAHUN AJARAN 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN METODE KARTU-KARTU RESPONS DALAM PEMBELAJARAN BERDISKUSI DI KELAS VIII SEMESTER 2 SMP PASUNDAN 3 BANDUNG TAHUN AJARAN 2012/2013."

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN METODE KARTU-KARTU

RESPONS DALAM PEMBELAJARAN BERDISKUSI DI

KELAS VIII SEMESTER 2 SMP PASUNDAN 3 BANDUNG

TAHUN AJARAN 2012/2013

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat

memperolehgelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

oleh

Mochammad Zacky

0902587

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

Halaman Hak Cipta

PENGARUH PENGGUNAAN METODE KARTU-KARTU

RESPONS DALAM PEMBELAJARAN BERDISKUSI DI KELAS

VIII SEMESTER 2 SMP PASUNDAN 3 BANDUNG TAHUN

AJARAN 2012/2013

Oleh

Mochammad Zacky

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Mochammad Zacky 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

MOCHAMMAD ZACKY

PENGARUH PENGGUNAAN METODE KARTU-KARTU RESPONS DALAM PEMBELAJARAN BERDISKUSI DI KELAS VIII SEMESTER 2 SMP

PASUNDAN 3 BANDUNG TAHUN AJARAN 2012/2013

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

Pembimbing I

Dr. H. E. Kosasih, M.Pd. NIP 197304262002121001

Pembimbing II

Drs. WawanHermawan, M.Pd NIP 196003071987031003

diketahuioleh

KetuaJurusanPendidikanBahasadanSastra Indonesia FakultasPendidikanBahasadanSeni

UniversitasPendidikan Indonesia

(4)

Abstrak

(5)

Abstract

(6)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Metode Kartu-kartu Respons dalam Pembelajaran Berdiskusi di Kelas VIII Semester 2 SMP Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013” ini adalah sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dan karya orang lain.

Bandung, Juni 2013

Yang membuat pernyataan

Mochammad Zacky

(7)

ABSTRAK

Pengaruh Penggunaan Metode Kartu-kartu Respons dalam Pembelajaran Berdiskusi di Kelas VIII Semester 2 SMP Pasundan 3 Bandung Tahun

Ajaran 2012/2013

Mochammad Zacky

0902587

Penelitian ini dilatarnelakangi kurangnya motivasi siswa untuk berbicara dengan baik di depan umum dalam situasi formal dan kurang terampilnya guru dalam mencocokan metode yang digunakan dengan pembelajaran yang akan diajarkan. Sehingga, diperlukan metode pembelajaran yang lebih menarik dan dapat memotivasi seluruh siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran dikelas. Penelitian ini memiliki rumusan masalah mengenai bagaimana kemampuan berbicara siswa ketika mengemukakan pendapatnya dalam berdiskusi tes awal dan tes akhir pada kelas eksperimen dan kelas kontrol serta perbedaan yang signifikan antara kemampuan siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tujuan penelitin ini adalah untuk memaparkan pengaruh penggunaan metode kartu-kartu respons dalam pembelajaran berdiskusi.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen kuasi dengan desain “pretest-postest control group design”. Rancangan tes awal dan tes akir dengan kelompok kontrol. populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Pasundan 3 Bandung tahun ajaran 2012/2013. Sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah kelas VIII-D sebagai kelas eksperimen sebanyak 40 siswa dan kelas VIII-A sebagai kelas kontrol sebanyak 40 siswa.

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data yang dilakukan maka dapat ditemukan jawaban dari rumusan masalah pada penelitian ini. Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilai tes awal dan tes akhir pada kelas eksperimen. Selain itu dengan menggunakan perhitungan uji kesamaan dua rata-rata nilai tes akhir kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh nilai signifikasi 0,000. Karena 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak. Hal ini menunjukan bahwa terjadi perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilai tes akhir kelas eksperimen dan kelas kontrol. Setelah itu, penguji melalukan uji kesamaan dua rata-rata indeks gain, sekaligus untuk menjawab hipotesis penelitian. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai signifikasi sebesar 0,000. Karena 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak. Hal ini menunjukan bahwa rata-rata nilai indeks gain kemampuan berbicara siswa dalam berdiskusi di kelas eksperimen lebih besar dari kelas kontrol. melihat rata-rata perbedaan indeks gain kedua kelas tersebut maka dapat disimpulkan bahwa metode kartu-kartu respons ini efektif digunakan dalam pemebalajaran berdiskusi

(8)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucap syukur ke hadirat Ilahi Rabbi atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelsaikan skripsi ini. Salawat beserta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, dan umat Islam sampai akhir zaman.

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Penggunaan Metode Kartu-kartu Respons dalam Pembelajaran Berdiskusi di Kelas VIII Semester 2 SMP Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013”. Penulis menyusunnya untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Isi skripsi ini berupa pemaparan hasil penelitian penulis mengenai pengaruh penggunaan metode kartu-kartu respons dalam pembelajaran berdiskusi. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Khususnya para pendidik bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia. Penulis mohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Bandung, Juni 2013

Penulis

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Terdapat banyak hambatan dan rintangan yang penulis hadapi dalam penulisan skripsi ini. Namun, berkat rahmat-Nya, doa, motivasi, serta bantuan semua pihak, akhirnya penulis dapat menyelsaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis panjatkan puji syukur ke hadirat ilahi rabbi serta ucapan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Dr. E. Kosasih, M.Pd. selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan;

2. Bapak Drs. Wawan Hermawan, M.Pd. selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan;

3. Bapak Drs. Ajab Mustajab selaku Kepala Sekolah SMP Pasundan 3 Bandung yang telah memberikan izin penelitian;

4. Bapak Ridwan Zaeni Miftah S.Pd selaku Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Pasundan 3 Bandung yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian;

5. Siswa kelas VIII D dan VIII A SMP Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 yang telah membantu penulis melaksanakan penelitian;

6. Bapak Dr. Dadang S. Anshori, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan kemudahan;

7. Bapak Mahmud Fasya S.Pd M.hum. selaku pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan akademik;

8. Bapak dan Ibu Staf Pengajar di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah membekali dan membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan di UPI Bandung;

9. seluruh Staf Tata Usaha di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah membantu penulis memyelsaikan masalah administrasi;

(10)

11.Teteh-tetehku tersayang, serta keluarga besar yang selalu memberikan motivasinya kepada penulis;

12.para sahabat tersayang Galaxi (Vika, Rima,silkvi), Keluarga Azhari( Geri, Dian, Mutia, Dezi, Imay, dewi,Nery), De’Gambrenx ( Eva, Viya, Diyan,Athe), keluarga buruy (Khaka, Nta, Ismi, Bhei) dan sahabat penulis lainnya yang selalu memberikan doa, motivasi dan berbagi dalam suka dan duka selama ini;

13.teman-teman Dik C 2009 dan teman-teman angkatan 2009 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang berjuang bersama meraih cita-cita dan harapan;

14.rekan-rekan KKN Desa Neglawangi Kabupaten Bandung 2012 yang telah berbagi pengalaman dengan penulis; dan

15.rekan-rekan PPL SMP Pasundan 3 Bandung, yang selalau berbagi pengalaman, keceriaan dan menjadi keluarga terbaru bagi penulis.

Hanya kepada Allah penulis berharap semoga kebaikan yang telah mereka berikan mendapatkan pahala yang berlipat ganda.

Bandung, Juni 2013

(11)

DAFTAR ISI BAB II BERBICARA, BERDISKUSI, DAN METODE KARTU-KARTU RESPONS ………...

A. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa ………... 1. Pengertian Berbicara……….

2. Tujuan Berbicara ………...

3. Prinsip Berbicara ………... 4. Faktor-faktor Penunjang Keefektifan Berbicara ………... 5. Tes Kemampuan Berbicara ………... B. Diskusi Sebagai Keterampilan Berbicara ………....

1. Macam-macam Diskusi ………....

2. Langkah-langkah Diskusi ………....

3. Memilih Topik Diskusi ………. 4. Manfaat Diskusi ……… C. Etika dalam Kegiatan Bertutur ………... D. Peranan Metode Kartu-kartu Respons dalam Pembelajaran Aktif………

(12)

1. Metode Kartu-kartu Respons ……….... 2. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Berdiskusi Menggunakan

Kartu-kartu Respons ………... E. Desain dan Prosedur Penelitian ………. 1. Desain Penelitian ……….. BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………... A. Pelaksanaan Penelitian ……….. B. Deskripsi Data ………... 1. Deskripsi Data Hasil Tes Awal Kelas Eksperimen ……….. 2. Deskripsi Data Hasil Tes Akhir Kelas Eksperimen ……….. 3. Deskripsi Data Hasil Tes Awal Kelas Kontrol ………. 4. Deskripsi Data Hasil Tes Akhir Kelas Kontrol ………. C. Analisis Data Nilai Tes Awal dan Tes Akhir Keterampilan Berbicara

Siswa di Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ……… 1. Analisis Nilai Tes Awal Kelas Eskperimen ………. 2. Analisis Nilai Tes Awal Kelas Kontrol ……… 3. Analisis Nilai Tes Akhir Kelas Eksperimen ………. 4. Analisis Nilai Tes Akhir Kelas Kontrol ………

(13)

Akhir di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ………. 1. Analisis Uji Reliabilitas Data Nilai Tes Awal Kelas Eksperimen …… 2. Analisis Uji Reliabilitas Data Nilai Tes Awal Kelas Kontrol ………... 3. Analisis Uji Reliabilitas Data Nilai Tes Akhir kelas Eksperimen …… 4. Analisis Uji Reliabilitas Data Nilai Tes Akhir Kelas Kontrol ……….. E. Analisis Data Tes Awal Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol …………

1. Uji Normalitas Data ………..

2. Uji Homogenitas Data ………... 3. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Data ……… F. Analisis Data Tes Akhir Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ………… 1. Uji Normalitas Data ………..

2. Uji Homogenitas Data ………...

3. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Data ……… G. Analisis Nilai Indeks Gain ……… 1. Uji Normalitas Indeks Gain ……….. 2. Uji Homogenitas Indeks Gain ………... 3. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Indeks Gain ……… H. Analisis Hasil Observasi ………... 1. Analisis hasil Observasi Siswa ………. 2. Analisis Hasil Observasi Guru ……….. I. Pembahasan Hasil Penelitian ………..

1. Kemampuan Mengemukakan Pendapat Siswa dalam Diskusi

Sebelum Menggunakan Metode Kartu-kartu Respons ………. 2. Kemampuan Mengemukakan Pendapat Siswa dalam Diskusi Setelah

Menggunakan Kartu-kartu Respons ………. 3. Pengaruh Penggunaan Metode Kartu-kartu Respons Terhadap

(14)

Lampiran ……….

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Sebaran Data Sampel ………..26

Tabel 3.2 Kualifikasi Nilai Observasi ……….36

Tabel 3.3 Format ANAVA ………..37

Tabel 3.4 Guilford ………...38

Tabel 4.1 Kategori Skala Empat Nilai Tes Awal Kelas Eksperimen …………43

Tabel 4.2 Kategori Skala Empat Nilai Tes Akhir Kelas Eksperimen ………….49

Tabel 4.3 Kategori Skala Empat Nilai Tes Awal Kelas Kontrol ………57

Tabel 4.4 Kategori Skala Empat Nilai Tes Akhir Kelas Kontrol ………63

Tabel 4.5 Data nilai Tes Awal Keterampilan Berbicara Kelas Eksperimen …...69

Tabel 4.6 Data nilai Tes Awal Keterampilan Berbicara Kelas kontrol ……….72

Tabel 4.7 Data nilai Tes Akhir Keterampilan Berbicara Kelas Eksperimen …..74

Tabel 4.8 Data nilai Tes Akhir Keterampilan Berbicara Kelas Kontrol ………75

Tabel 4.9 Format ANAVA ………..78

Tabel 4.10 Format ANAVA ………78

Tabel 4.11 Format ANAVA ………79

Tabel 4.12 Format ANAVA ………80

Tabel 4.13 Deskripsi Statistik Nilai Tes Awal Kelas Eksperimen dan Kontrol81 Tabel 4.14 Hasil Uji Normalitas ……….82

Tabel 4.15 Hasil Uji Homogenitas ………..84

Tabel 4.16 Hasil Uji Kesamaan Dua rata-rata ………86

Tabel 4.17 Deskripsi Statistik Nilai Tes Akhir Kelas Eksperimen dan Kontrol Tabel 4.18 Hasil Uji Normalitas ……….88

(15)

Tabel 4.21 Deskripsi Statistik Indeks Gain Kelas Eksperimen dan kontrol ….93

Tabel 4.22 Hasil Uji Normalitas ……….94

Tabel 4.23 Hasil Uji Homogenitas ………..97

Tabel 4.24 Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata ……….98

Tabel 4.25 Kualifikasi Nilai Observasi ………..99

Tabel 4.26 Deskripsi Nilai Observasi siswa ………100

Tabel 4.27 Deskripsi Nilai Observasi Guru ………101

DAFTAR GRAFIK Grafik 4.1 Grafik Skala Empat Nilai Tes Awal Kelas Eksperimen …………..45

Grafik 4.2 Grafik Skala Empat Nilai Tes Akhir Kelas Eksperimen …………..51

Grafik 4.3 Grafik Skala Empat Nilai Tes Awal Kelas Kontrol ……….59

Grafik 4.4 Grafik Skala Empat Nilai Tes Akhir Kelas Kontrol ……….65

Grafik 4.5 Q-Q Plot Tes Awal Kelas Kontrol ………83

Grafik 4.6 Q-Q Plot Tes Awal Kelas Eksperimen ……….83

Grafik 4.7 Q-Q Plot Tes Akhir Kelas Eksperimen ………89

Grafik 4.8 Q-Q Plot Tes Akhir Kelas Kontrol ………90

Grafik 4.9 Q-Q Plot Indeks Gain Kelas Eksperimen ……….95

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Penelitian

Keterampilan berbicara menjadi salah satu keterampilan yang masih kurang termotivasi dalam pembelajarannya . Hal ini sesuai pendapat Abidin (2012: 132) yang mengatakan bahwa masih banyak guru yang memperlakukan sama antara pembelajaran berbicara dengan pembelajaran membaca nyaring. Ini membuktikan bahwa masih banyak guru yang kurang memahami tujuan pembelajaran dan strategi apa yang cocok digunakan dalam suatu keterampilan.

Berdiskusi adalah salah satu bagian dari keterampilan berbicara, sesuai dengan penjelasan di atas pelaksanaan diskusi juga terkadang kurang berjalan dengan baik. Seluruh siswa memang dapat mengikuti kegiatan berdiskusi, Akan tetapi tidak semua siswa dapat mengikuti kegiatan berdiskusi dengan baik. Masih banyak siswa yang hanya menjadi penyimak tanpa memberikan pendapat, baik itu berupa persetujuan, maupun berupa penolakan. Beberapa siswa aktif mengungkapkan pendapatnya. Namun disisi lain masih ada atau bahkan banyak siswa yang hanya menyetujui suatu pendapat tanpa disertai alasan yang jelas.

(17)

Penelitian Handini Suci Rianti (2012) yang berjudul “Penerapan Teknik Trial By Jury dalam Pembelajaran Berdiskusi” menjelaskan bahwa kemampuan siswa sebelum

menggunakan teknik tersebut masih sangat rendah karena tidak adanya motivasi. Kemudian setelah menggunakan teknik tersebut terjadi pengaruh yang terhadap siswa yaitu dengan adanya peningkatan nilai siswa. penelitian lain juga dilakukan oleh Hendrik

Praja Mustika (2012) yang berjudul “Penerapan Teknik Active Debate untuk

meningkatkan keterampilan berbicara”. Dalam penelitiannya, menjelaskan bahwa

kemampuan berbicara siswa sebelumnya juga masih sangat rendah. Kemudian setelah digunakan strategi tersebut siswa menjadi terpacu dan mau berbicara secara aktif walaupun dengan berbagai hambatan seperti pemilihan kata serta kelancaran berbicara dan sebagainya.

Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis menganggap masih banyak cara untuk memacu minat siswa dalam mengungkapkan pendapatnya secara langsung. Siswa perlu diarahkan untuk bisa mengasah pemikirannya lebih dalam lagi mengenai suatu hal. Setelah itu akan timbul kemauan dari dalam dirinya untuk mengungkapkan gagasannya secara kuat dalam kegiatan berdiskusi. Selain itu, siswa juga perlu diarahkan untuk dapat mempertahankan pendapatnya secara konsisten terhadap suatu masalah dengan alasan-alasan yang tepat.

Berdasarkan penjelasan di atas penulis memutuskan untuk mengukur kemampuan siswa dalam pembelajaran berbicara. Khususnya menyampaikan pendapat dalam diskusi. Dalam penelitian ini penulis menawarkan sebuah metode pembelajaran yang diharapkan dapat memotivasi siswa untuk berbicara dalam sebuah diskusi. Metode yang digunakan adalah metode kartu-kartu respons.

(18)

peneliti berharap metode ini dapat memotivasi seluruh siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam sebuah diskusi.

B. Identifikasi Masalah

Pembelajaran berdiskusi merupakan suatu kegiatan penting yang sering dilakukan siswa, berdiskusi merupakan salah satu bagian dari keterampilan berbicara, namun dalam pelaksanaannya belum semua siswa dapat aktif mengeluarkan pendapat serta pandangannya terhadap suatu fenomena atau materi yang sedang dipelajari, ada beberapa hal yang meyebabkan siswa cenderung menjadi penyimak yang baik saja dalam kegiatan berdiskusi, antara lain sebagai berikut:

1. rendahnya motivasi dan minat siswa untuk mengungkapkan pendapatnya terhadap tema yang sedang diperbincangkan dalam diskusi;

2. metode pembelajaran berbicara yang digunakan masih kurang fariatif sehingga kurang menggali potensi siswa; dan

3. metode kartu-kartu respons dimungkinkan dapat menjadi alternatif metode pembelajaran menyampaikan pendapat dalam diskusi.

C. Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini peneliti membatasi permasalahan pada keterampilan berbicara, yaitu menyampaikan pendapat berupa persetujuan, sanggahan, dan penolakan disertai bukti dan alasan yang jelas. Hal ini disesuaikan dengan kompetensi dasar yang ada di tingkat SMP kelas VIII semester 2.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut . 1. Bagaimana kemampuan siswa dalam berdiskusi sebelum menggunakan metode

kartu-kartu respons?

2. Bagaimana kemampuan siswa dalam berdiskusi setelah menggunakan metode kartu-kartu respons?

(19)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang dilakukan ini adalah sebagai berikut :

1. memaparkan pengetahuan siswa dalam berdiskusi sebelum menggunakan metode kartu-kartu respons;

2. memaparkan kemampuan siswa dalam berdiskusi setelah menggunakan metode kartu-kartu respons; dan

3. memaparkan pengaruh penerapan metode kartu-kartu respons terhadap kemampuan siswa dalam berdiskusi.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis maupun praktis, manfaat tersebut di antaranya.

1. Manfaat Teoretis

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan pembelajaran berbicara khususnya menyampaikan pendapat berupa sanggahan atau persetujuan dalam sebuah diskusi sebagai upaya peningkatan kemampuan berbicara siswa usia sekolah dengan menggunakan metode kartu-kartu respons.

2. Manfaat Praktis

Peneliti berharap dengan adanya penelitian ini dapat memberikan alternatif baru untuk guru dalam menggunakan metode untuk kegiatan berdiskusi, kemudian memotivasi siswa agar lebih semangat dan lebih kreatif lagi serta lebih terampil mengeluarkan pendapat dalam kegiatan berdiskusi, serta siswa mampu mempertahankan pendapatnya dengan alasan-alasan kuat dalam kegiatan berdiskusi.

G. Definisi Operasional

Definisi operasional dari masing-masing variabel yang akan diteliti pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

(20)

dalam memecahkan suatu masalah guna mencapai pemecahan masalah tersebut untuk mengetahui keseluruhan suatu pokok pembicaraan.

2. Metode kartu-kartu respons merupakan salah satu metode pembelajaran aktif yang dikemukakan Mel Silberman. Mel Silberman (2009:19) menjelaskan bahwa metode kartu-kartu respons ini merupakan salah satu dari beberapa metode pembelajaran aktif yang dapat menyusun sebuah diskusi dengan baik dan memperoleh respons dari para peserta didik pada setiap saat selama pelajaran. Beberapa dari metode tersebut sangat tepat digunakan ketika waktu terbatas dan menuntut seluruh siswa untuk ikut berpartisipasi.

3. Pengaruh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang. Dalam penelitian pengaruh merupakan daya yang ditimbulkan terhadap kemampuan berbicara siswa setelah diberi perlakuan berupa penggunaan metode kartu-kartu respons.

(21)

BAB II

BERBICARA, BERDISKUSI, DAN METODE KARTU-KARTU RESPONS

A. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa

Keterampilan berbahasa memiliki beberapa aspek. Salah satu aspek dari berbhasa yaitu berbicara. Tarigan (2008: 3) mengatakan bahwa berbicara adalah suatu kterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang didahului oleh kemampuan menyimak, dan pada masa itu kemampuan berbicara dipelajari oleh anak tersebut. Manusia memperoleh kosakata melalui kegiatan menyimak dan membaca. Hal itu membuktikan bahwa keterampilan berbicara bersumber dari kegiatan menyimak dan membaca. Perkembangan keterampilan berbicara sangat dipengaruhi oleh kemampuan menyimak dan membaca yang baik. Saling berkesinambungan antara aspek tersebut akan menghasilkan keterampilan yang baik khususnya dalam kegiatan berbicara. Jadi kegiatan berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang perkembangannya dipengaruhi oleh keterampilan berbahasa lainnya. Dalam pemabahasannya keterampilan berbicara meliputi beberapa aspek, antara lain pengertian berbicara, tujuan berbicara, prinsip berbicara, faktor penunjang keefektifan berbicara dan tes kemampuan berbicara.

1. Pengertian Berbicara

(22)

Suhendar dan Pien (1997 : 16), mengatakan bahwa berbicara sebagai aspek keterampilan berbahasa bukan hanya sekedar mengujar, keluar bunyi bahasa dari alat ucap, dan mengucap makna. Berbicara sebagai bahasa yakni untuk menyampaikan pikiran atau perasaan kepada orang lain melalui ujaran atau lisan.

Sesuai dengan pendapat Tarigan (1995:13) mengatakan bahwa keterampilan berbicara adalah keterampilan dalam menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Dalam hal ini hubungan antara pesan dengan bahasa lisan sebagai suatu media untuk penyampaian sangatlah erat, yaitu pesan yang diterima oleh pendengar tidaklah dalam bentuk asli melainkan dalam bentuk lain berupa bahasa lisan.

2. Tujuan Berbicara

Seorang pembicara dalam menyampaikan pesan kepada orang lain pasti memilki tujuan, yaitu ingin mendapatkan responsss atau reaksi. Responsss itu merupakan suatu hal yang menjadi harapan. Tujuan atau harapan pembicara sangat bergantung dari keadaan dan keinginan pembicara. Arsjad (1993) mengatakan tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Sementara itu Tarigan (2008 : 16) menyebutkan agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka seharusnya seorang pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomukasikan. Seorang pembicara harus mengevaluasi efek pembicaraannya terhadap para pendengar, dan harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala situasi pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan. Selain itu, Tarigan (1997 : 37) menyebutkan tujuan berbicara secara umum dibedakan menjadi lima, yaitu sebagai berikut.

a. Menghibur

Kegiatan berbicara bertujuan untuk menarik perhatian pendengar dan menimbulkan suasana gembira agar pendengar dapat terhibur dengan berbagai cara, misalnya humor, cerita-cerita jenaka, dan lain sebagainya.

b. Menginformasikan

Kegiatan berbicara bertujuan untuk memberikan informasi kepada pendengar, misalnya menjelaskan suatu proses ; menguraikan, menafsirkan atau menginterpretasikan suatu hal ; memberikan, menanamkan pngetahuan ; dan menjelaskan kaitan.

(23)

Kegiatan berbicara ini lebih kompleks dari tujuan berbicara lainnya, karena dalam kegiatan ini pembicara harus bisa memengaruhi atau meyakinkan pendengar serta pembicara harus pintar merayu.

d. Meyakinkan

Kegiatan berbicara ini bertujuan untuk meyakinkan pendengar akan sesuatu melaui pembicaraan yang meyakinkan disertai pendapat dan bukti. Sehingga pendengar benar-benar yakin dengan apa yang disampaikan oleh pembicara.

e. Menggerakan

Kegiatan berbicara ini membutuhkan pembicara yang berwibawa dan panutan atau tokoh idola masyarakat. Karena melalui kepintarannya dalam berbicara dan ilmu pengetahuan yang dimilikinya, pembicara dapat menggerakan pendengarnya.

Berdasarkan pada beberapa tujuan diatas peneliti menyimpulkan bahwa tujuan berbicara adalah untuk menyampaikan pesan berupa informasi, ajakan, pendapat, serta hiburan terhadap orang lain untuk mendapatkan respons atas apa yang telah disampaikannya.

3. Prinsip Berbicara

Tarigan (1981: 15-16) mengatakan ada beberapa prinsip umum yang mendasari kegiatan bebicara dan harus dipahami. Berikut ini merupan prinsip atau ciri berbicara:

a. membutuhkan paling sedikit dua orang;

b. mempergunakan suatu sandi linguistik yang dipahami bersama; c. menerima atau mengakui suatu daerah referensi umum ;

d. merupakan suatu pertukaran antara partisipan ;

e. menghubungkan setiap pembicara dengan yang lainnya dan kepada lingkungannya dengan segera;

f. berhubungan atau berkaitan dengan masa kini;

g. hanya melibatkan aparat atau perlengkapan yang berhubungan dengan suara atau bunyi bahasa dan pendengaran (vocal and audiotory apparatus);

h. tidak pandang bulu menghadapi serta memperlakukan apa yang nyata dan apa yang diterima sebagai dalil.

(24)

Ada beberapa faktor yang menjadi penunjang keefektifan berbicara. Arsjad (2005: 17-22) membagi faktor-faktor tersebut menjadi dua faktor. Pertama, dari segi kebahasaan meliputi ketepatan ucapan; penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai; pilihan kata; ketepatan sasaran pembicaraan. Kemudian yang kedua dari segi non kebahasaan meliputi sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku; pandangan harus diarahkan pada lawan bicara; kesediaan menghargai pendapat orang lain; gerak-gerik dan mimik yang tepat; kenyaringan suara; kelancaran; relevansi penalaran; penguasaan topik. Berikut adalah penjelasannya.

a. Ketepatan ucapan

pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara cepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat dapat me ngalihkan perhatian pendengar.

b. Penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai

Kesesuaian tekanan, nada, sendi, dan durasi merupakan daya tersendiri pembicara ketika berbicara. Jika nada penyampaiannya datar maka akan menimbulkan kejenuhan atau kebosanan.

c. Plihan kata

Pilihan kata hendak tepat, jelas, dan bervariasi. Pilihan kata juga harus disesuaikan dengan pokok pembicaraan. Pilihan kata yang digunakan ketika rapat tentu saja berbeda dengan pilihan kata ketika melakukan diskusi santai.

d. Ketepatan sasaran pembicaraan

Pembicara yang baik ialah seorang pembicara yang mampu menggunakan kalimat efektif dan tepat sasaran. Penggunaan kalimat yang baik akan menimbulkan pengaruh, meninggalkan kesan, atau menimbulkan akibat. Penggjunaan kalimat efektif juga akan mempermudah pendengar untuk menangkap pembicaraan. Sementara itu, jika tidak menggunakan kalimat efektif maka pembicaraan akan sulit dipahami karena terlalu meluas.

(25)

a. Sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku

Seorang pembicara dapat meyakinkan pendengarnya dengan baik jika dia bersikap tenang dan sewajarnya. Pembicara yang terlihat kaku dan tidak tenang akan menimbulkan kesan kurang menarik bagi pendengarnya atau bahkan sangat tidak meyakinkan. Sementara seorang pembicara yang tenang dan lues akan menunjukan bahwa dirinya memang terampil dalam berbicara.

b. Pandangan harus diarahkan pada lawan bicara

Ketika memulai pembicaraan seorang pembicara harus mengarahkan sorot matanya kepada pendengar. Hal ini bertujuan agar pendengar merasa dihargai dan sangat diperhatikan dalam kegiatan berbicara tesebut. Jika pandangan hanya diarahkan pada satu arah maka akan menyebabkan pendengart merasa tidak diperhatikan.

c. Kesediaan menghargai pendapat orang lain

Seorang pembicara harus memiliki sifat keterbukaan. Dalam arti lain yaitu bersedia menerima pendapat orang lain baik berupa kritik maupun saran. Namun tidak berarti pembicara harus selalu mengikuti pendapat orang lain.

d. Gerak-gerik dan mimik yang tepat

Gerak gerik yang tepat serta mimic yang menarik akan menimbulkan antusias yang baik dari pendengar. Hal ini menjadi penunjang keefektifan berbicara dan menghidupkan komunikasi.

e. Kenyaringan suara

Pengaturan kenyaringan suara sangat berpengaruh sebagai penunjang keefektifan berbicara. kenyaringan suara harus disesuaikan dengan jumlah pendengar, situasi yang dihadapi, serta tempat yang digunakan. Tujuannya adalah agar dapat didengar dengan baik serta diingat hal-hal penting yang telah disampaikan.

f. Kelancaran

(26)

g. Relevansi

Relevansi pembicara dapat diartikan sebagai kemampuan seorang pembicara menyampaikan gagasannya. Gagasan dan proses berpikir menuju suatu kesimpulan harus berhubungan logis. Hal ini berarti hubungan kalimat dengan kalimat harus logis dan berkesinambungan dengan pokok pembicaraan

h. Penguasan topik

Seorang pembicara akan merasa sangat percaya diri dan tenang jika topic yang akan dibicarakan sudah terkuasai dengan baik. Maka dari itu penguasaan topik menjadi sebuah factor penunjang keefektifan berbicara.

5. Tes Kemampuan Berbicara

Nurgiyantoro (2001: 291-294) mengungkapkan bahwa aktivitas berbicara seseorang tidak hanya berhubungan dengan kemapuan kognitif saja, tetapi berkaitan juga dengan aspek psikomotorik, yaitu suatu keterampilan yang melibatkan aktivitas otot. Aktivitas otot di sini yaitu berupa gerakan-gerakan organ mulut diringi dengan gerakan anggota badan lainnya yang turut menyertai dalam kegiatan berbicara. Dengan demikian, dalam hal berbicara terdapat dua aspek yang terlibat, yaitu keterampilan berbicara dari segi aktivitas dan kemampuan kognitif. Kemampuan kognitif dilihat dari segi isi atau gagasan yang diungkapkan pembicara melalui bahasa. Sedangkan keterampilan dari segi aktivitas dilihat dari kelancaran dan kewajaran gerakan pembicara saat melakukan kegiatan berbicara.

Tes kemampuan berbicara siswa di sekolah mencakup kemampuan teoretis dan praktik. Tes bersifat teoritis dapat diberikan secara tertulis. Tes tersebut dapat dilakukan saat ulangan harian, ujian tengah semester, dan ujian akhir semester. Sedangkan tes kemampuan berbicara praktik bisanya dilakukan di kelas saat berlangsungnya kegiatan pembelajaran.

Menurut Nurgiyantoro (2001: 293) Kemampuan berbicara dalam pelaksanaan tesnya dibagi menjadi tiga tingkatan yang masing-masing tesnya diujikan langsung kepada siswa di sekolah. Tiga tingkatan tes kemampuan berbicara adalah sebagai berikut.

(27)

Tes kemampuan berbicara pada tingkat ingatan umumnya lebih bersifat teoretis. Hal-hal yang dinyatakan dalam tes ini, biasanya yang berkaitan dengan tugas berbicara. Tes tingkat ingatan ini juga dapat berupa tugas yang dimaksudkan untuk menilai kemapuan ingatan siswa secara lisan. Tes ini dapat berupa permintaan menyebutkan fakta atau kejadian, misalnya baris-baris puisi, isi berita, dan isi cerita atau novel.

b. Tes Kemampuan Berbicara Tingkat Pemahaman

Tes kemampuan berbicara tingkat pemahaman ini juga masih lebih bersifat teoretis karena soal-soalnya berupa pertanyaan mengenai masalah-masalah yang masih berhubungan dengan berbagai tugas berbicara. Tes pemahaman ini juga bertujuan untuk menilai kemampuan pemahaman siswa secara lisan. Tugas lain untuk tingkat pemahaman, misalnya berupa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada siswa mengenai pemahamannya terhadap ilustrasi suatu gambar.

c. Tes Kemampuan Berbicara Tingkat Penerapan

Tes tingkat ini berbeda dengan tes kemampuan tingkat ingatan dan pemahaman. Pada tes penerapan ini tidak bersifat teoretis, tetapi lebih bersifat praktik. Pada tes tingkat penerapan ini siswa dituntut untuk mampu berkomunikasi dengan menggunakan berbahasanya semaksimal mungkin yang dihadapkan dalam situasi atau masalah tertentu. Masalah yang dimunculkan tentunya harus disesuaikan dengan kemampuan dan pengetahuan siswa. Masalah yang dimunculkan juga harus berkaitan dengan kehidupan nyata di masyarakat sehari-hari, agar menjadi dasar bagi siswa ketika terlibat langsung dalam kehidupan bermasyarakat.

Berdasarkan teori diatas, penelitian ini diarahkan kepda tes kemapuan berbicara pada tingkat penerapan . Kegiatannya berupa diskusi yang harus diikuti oleh seluruh siswa yang dibagi menjadi empat kelompok untuk selanjutnya menggunakan metode kartu-kartu responsss yang menjadi salah satu metode pembelajaran aktif yang dapat memotivasi siswa untuk mengikuti diskusi dengan baik.

B. Diskusi Sebagai Keterampilan Berbicara.

(28)

ialah pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah, kemudian pengertian-pngertian lainnya juga dikemukakan oleh beberapa ahli yaitu,

satu satunya cara manusia dapat mengemukakan beberapa pendekatan, untuk mengetahui keseluruhan suatu pokok pembicaraan adalah dengan jalan mengetahui segala hal yang dikatakan oleh orang-orang yang mempunyai pendapat-pendapat yang berbeda (John Stuart Mill 2008: 40)

Menurut Tarigan (2008:40) diskusi adalah suatau metode untuk memecahkan permasalahan dengan proses berfikir kelompok. Merujuk pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa diskusi merupakan suatu cara atau metode yang digunakan manusia untuk bertukar pikiran dengan mengemukakan pendapat baik berupa persetujuan maupun sanggahan dalam memecahkan suatu masalah guna mencapai pemecahan masalah tersebut untuk mengetahui keseluruhan suatu pokok pembicaraan.

Diskusi merupakan suatu kegiatan pembelajaran aktif. Dalam pelaksanaannya diskusi terkadang diselingi oleh perdebatan-perdebatan yang cukup banyak. Berdasarkan pandangan tersebut maka pembahasan diskusi mencakup macam-macam diskusi, langkah-langkah diskusi, dan manfaat diskusi.

1. Macam-macam Diskusi

Diskusi terdiri atas berbagai macam cara,ada yang bersifat formal dan adapula yang bersifat nonformal atau lebih santai. menurut Asul Wiyanto (2000 : 37-54)macam-macam diskusi adalah yaitu sebagai berikut.

a. Diskusi kelompok

merupakan diskusi yang memerlukan moderator, notulis dan beberapa peserta yang sekaligus sebagai penyaji maupun penyanggah. Penyaji tidak memerlukan makalah atau kertas kerja. Pada akhir diskusi moderator menyampaikan hasil diskusi

b. Diskusi Panel

(29)

pembicara. Moderator bisa langsung bertanya kepada panelis atau pembicara untuk menggali pandangan atau pendapat. Peserta diskusi diberi kesempatan untuk menyampaikan pertanyaan atau menanggapi dan menyanggah pendapat para panelis. Pada akhir diskusi moderator menyampaikan pokok-pokok dari hasil diskusi.

c. Seminar

merupakan bentuk diskusi ini dilakuan untuk mencari kesepakatan atau kesamaan langkah dalam menghadapi suatu persoalan yang sifatnya formal, sehingga para penyaji menyiapkan kertas kerja atau makalah untuk disajikan. Para peserta diskusi diberi kesempatan untuk menganggapi ataupun menyanggah makalah tersebut. pada akhir diskusi moderator menhyampaikan hasil pemikiran.

d. Simposium

merupakan diskusi yang diselenggarakan untuk membahas prasaran-prasaran memgenai suatu pokok persoalan atau masalah.

e. Lokakarya

merupakan diskusi atau pertemuan para ahli untuk membahas suatu masalah dibidangnya.

f. Kongres

merupakan pertemuan para wakil organisasi(politik,sosial,profesi) untuk mendiskusikan dan mengambil sebuah keputusan.

g. Konferensi

merupakan kegiatan berunding atau bertukar pikiran serta pendapat mengenai suatu masalah yang dihadapi bersama.

h. Brainstorming

merupakan aktivitas dari sekelompok orang yang memproduksi atau menciptakan gagasan yang baru dengan sebanyak-banyaknya. Semakin banyak gagasan atau kritikan, semakin baik. Brainstorming dapat dipakai untuk mendiskusikan segala masalah, dan biasanya digunakan apabila ingin menentukan informasi yang diperlukan dan bagaimana mendapatkan informasi tersebut, kemudian untuk menentukan criteria yang tepat untuk menguji tepat tidaknya sebuah gagasan, untuk menentukan gagasan mana yang mungkin dilakukan, dan yang terakhir adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan keputusan setepat-tepatnya.

(30)

berbeda dengan simposium yang diawali dengan serangkaian pidato oleh para pakar, kolokium tidak diawali dengan pidato. Para pakar yang diundang hanya member jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh pserta mengenai topik yang telah ditentukan.

j. Sarasehan

merupakan model diskusi yang bersifat santai, karena dalam pelaksanaannya para peserta duduk di karpet sambil minum dan makan makanan kecil. Masalah yang dibahas tidak dibatasi, para peserta bebas menyampaikan pendapat sesuai masalah yang dibicarakan dalam diskusi.

k. Debat

debat artinya berbicara kepada lawan untuk membela sikap, pendirian, pendapat, atau rencana lawan. Secara sederhana debat adalah pertukaran pikiran tentang suatu hal dengan saling member alasan untuk mempertahankan pendapat.

2. Langkah-Langkah Diskusi

Kegiatan diskusi akan berjalan dengan baik apabila kita memerhatikan bagaimana langkah-langkah melakukan sebuah diskusi yang baik. Kosasih, dkk (2000: 324) membagi langkah-langkah pelakasanaan diskusi sebagai berikut.

1) Membicarakan latar belakang dan masalah diskusi

Sebelum melakukan diskusi tengtyukan terlebih dahulu latar belakang timbulnya sebuah permasalahan. tujuannya agar menhetahui hal apa saja yang melatarbelakangi timbulnya permasalahan

2) Membicarakan sebab timbulnya permasalahan dan tujuan-tujuan pemecahan masalah yang diharapkan

Bicarakan terlebih dahulu kepada peserta diskusi sebab timbulnya masalah dan tujuan pemecahan masalah yang diharapkan seperti apa. Tujuannya agar permasalahan diskusi tidak terlalu meluas.

3) Membicarakan kemungkinan-kemungkinan pemecahannya

(31)

Setelah proses diskusi berjalan dengan baik maka di akhir ketua harus menyimpulkan hasil dari diskusi tersebut.

5) Melaksanakan keputusan-keputusan diskusi

Seluruh peserta diskusi harus melaksanakan apa yang telah menjadi keputusan-keputusan yang telah disepakati dalam diskusi.

3. Memilih Topik untuk Diskusi

Adapun syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam memilih sebuah topik dalam diskusi adalah sebagai berikut.

a. Tidak terlalu asing bagi peserta diskusi, artinya sudah diketahui dan ada kemungkinan untuk memperoleh bahan.

b. Menarik untuk didiskusikan. Pemilihan topik yang baik akan menimbulkan atau menarik minat peserta dalam berdiskusi. Peserta akan termotivasi untuk mengeluarkan idenya dalam pemecahan masalah jika masalah tersebut menurut mereka menarik c. Masalah dalam topik harus mengandung banyak kemungkinan jawaban, dan setiap

jawaban dapat diuji kebenarannya. d. Pemilihan topik jangan terlalu luas.

e. Topik yang dipilih harus memiliki manfaat untuk didiskusikan serta dapat menarik minat peserta, sehingga mampu mengeluarkan pendapat-pendapat baru untuk bahan perbandingan dalam penyelsaian masalah

f. Topik yang dipilih harus sesuai dan disetujui oleh seluruh peserta.

4. Manfaat Diskusi

Berdiskusi sangatlah bermanfaat, salah satunya adalah untuk memecahkan suatu masalah. Menurut Sinus (2004: 22) manfaat diskusi adalah sebagai berikut.

1) Merangsang siswa agar lebih bersedia menggali, memahami, dan mencari alternatif-alternatif pemecahan masalah yang sedang didiskusikan.

(32)

dan konsekuen dengan hal-hal yang telah diputuskan, serta dapat mengembangkan hal-hal yang telah diperoleh sekarang ke arah yang lebih sempurna.

3) Memberi kesempatan kepada siswa untuk lebih mempelajari hubungan antar manusia dan mengembangkan diri kea rah wawasan pribadi secara mantap.

4) Mengembangkan diri siswa sehingga menjadi ahli dan cakap untuk mengelola bidang-bidang kegiatan yang sesuai dengan kemampuannya.

5) Lebih memahami orang lain dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimilki oleh yang bersangkutan.

Diskusi merupakan suatu kegiatan yang dapat merangsang kemampuan siswa dalam berbicara untuk menyampaikankan pendapatnya di depan umum dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar.

C. Etika dalam Kegiatan Bertutur

Kegiatan sosial dalam kehidupan memiliki etika tertentu atau norma-norma tertentu yang harus diperhatikan agar tidak terjadi adanya ketersinggungan atau bahkan penghinaan. Begitu pula dalam bertutur, etika bertutur sangat perlu untuk diperhatikan agar tidak terjadi hal-hal yang kurang baik. Dengan demikian ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan bertutur, Clifford Greetz (1976) dalam Abdul Chaer (2010 :100) menjelaskan ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam bertutur, antara lain.

1) penutur harus memperhatikan apa yang harus dikatakan kepada lawan tutur pada waktu dan keadaan tertentu dengan melihat komdisi yang ada seperti status sosial, serta budaya lawan tutur dalam situasi tersebut.

2) penutur harus memperhatikan ragam bahasa yang paling wajar digunakan untuk lawan tutur, waktu, tempat, dan budaya yang berlaku pada situasi tersebut.

3) penutur harus memperhatikan kapan dan bagaimana menggunakan giliran bicara dan menyela atau menginterupsi pembicaraan orang lain.

4) satu hal yang harus dperhatikan lagi oleh penutur dalam suatu kegiatan diskusi adalah mengenai kualitas suara, yaitu keras, pelan nya, kemudian tinggi atau rendahnya nada bertutur dalam suatu situasi.

(33)

Sebuah pembelajaran tidak hanya terfokus pada penyampaian suatu informasi kepada siswa. Kegiatan pembelajaran membutuhkan keterlibatan pikiran, fisik, serta tindakan langsung dari siswa. maka dari itu terciptalah sebuah pembelajaran yang dinamakan pembelajaran aktif.

Pembelajaran aktif diadakan untuk mempelajari sesuatu dengan sebaik mungkin dan tidak hanya sekilas melainkan siswa bersentuahn langsung atau mengimplementasikan secara langsung hasil dari sebuah pembelajaran. Belajar aktif juga membantu siswa untuk lebih fokus mendengarkan, melihat, mengajukan pertanyaan tentang sesuatu yang deipelajarai dan mendiskusikannya dengan yang lain untuk mendapatkan pemahaman optimal. Hal terpenting dari sebuah pembelajaran aktif adalah siswa dapat memecahkan masalahnya sendiri, menemukan contoh dan mencoba berbagai keterampialn untuk mengasah kemampuannya sesuai dengan target belajar yang harus dicapai.

Di dalam pelaksanaannya pembelajaran aktif tentu saja menggunakan berbagai metode, teknik, serta strategi yang menunjang kegiatan pembelajaran. Salah satunya adalah metode kartu-kartu respons. Metode kartu-kartu respons ini merupakan metode pembelajaran aktif yang menuntut partisipasi dari seluruh siswa dalam pembelajarannya khususnya dalam kegiatan diskusi(Mel silberman, 2009:19). Metode kartu-kartu respons ini merupakan salah satu metode yang difokuskan untuk merangsang partisipasi siswa untuk terlibat dalam sebuah diskusi. Selain metode kartu-kartu respons, ada pula metode lainnya seperti diskusi terbuka, polling, partner belajar, whips dan masih banyak lagi. Metode- metode tersebut dimungkinkan dapat merangsang motivasi siswa untuk ikut berpartisipasi dalam sebuah diskusi dan semua siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran tersebut.

Untuk lebih jelasnya penulis akan menjelaskan secara lebih rinci pengertian dan bagaimana langkah dari metode kartu-kartu responsss ini.

1. Metode Kartu-kartu Respons

(34)

setiap siswa diwajibkan untuk mengisi sebuah kartu dengan pendapat mereka yang kemudian harus ditanggapi oleh siswa lain secara langsung. dari penjelasan tersebut juga dapat diartikan bahwa metode ini dapat melatih kemampuan berbicara serta berpikir siswa untuk lebih kritis dalam memandang suatu permasalahan. Dengan demikian seluruh siswa seluruh siswa diharapakan dapat mengemukakan pendapatnya mengenai suatu topik yang telah dipilih dalam pembelajaran berdiskusi.

Tujuan utama metode kartu-kartu respons ini adalah merangsang daya pikir siswa dalam menanggapi sebuah persoalan yang dimunculkan dan menuangkannya dalam sebuah kartu terlebih dahulu untuk kemudian ditanggapi secara langsung oleh pihak lain dengan berbicara mengemukakan pendapat lainnya mengenai suatu pernyataan dari sebuah kartu.

Pola pembelajaran dari metode ini yaitu pembentukan kelompok-kelompok kecil yang mengambil kedudukan tertentu dalam menanggapi suatu masalah. Kemudian tanggapan atau pernyataan tersebut dituangkan dalam sebuah kartu dan dimasukan kedalam sebuah tempat sesuai kedudukannya. Setelah itu, setiap siswa harus mengambil sebuah kartu dari tempat yang berbeda kemudian siswa harus berbicara langsung untuk menanggapi pernyataan yang ada dalam kartu tersebut.

2. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Berdiskusi Menggunakan Metode

Kartu-kartu Respons

Langkah-langkah kegiatan pembelajaran berdiskusi dengan menggunakan kartu-kartu responsss adalah sebagai berikut.

1) Guru menyajikan suatu topik yang mengandung pro dan kontra. Masalah yang disajikan disesuaikan dengan tingkat pemahaman siswa agar kegiatan diskusi berjalan dengan baik.

2) Siswa di bagi ke dalam empat kelompok, yang terdiri dari dua kelompok pro dan dua kelompok kontra

3) Bagikan setiap kartu kepada seluruh siswa, kemudian perintahkan siwa untuk menuliskan pendapatnya pada kartu tersebut.

(35)

5) Mulailah dengan seorang siswa mengambil satu kartu dari tempat yang berbeda kedudukan.

6) Siswa langsung menanggapi pernyataan dari sebuah kartu yang telah diambilnya. 7) Kemudian siswa yang telah diambil kartunya itulah yang mendapat giliran

selanjutnya.

8) Setelah semua siswa mendapat gilirannya barulah guru mengambil kesimpulan dari permasalahan yang telah diperdebatkan.

Langkah-langkah pembelajaran diatas akan terlaksana dengan baik apabila siswa antusias mengikuti pembelajaran. Untuk itu disinilah peran guru sangat dibutuhkan untuk lebih teliti dalam memilih topik yang akan dimunculkan. Pemilihan topik yang sesuai serta menarik menurut siswa aka dengan sendirinya memotivasi siswa untuk dapat menggali pengetahuannya dan mengungkapkan pendapatnya secara lebih luas. Hal ini lah yang menjadi penunjang terhadap ketercapaian suatu tujuan pembelajaran.

Ketercapain tujuan pembelajaran dengan menggunakan metode kartu-kartu respons ini dapat dilihat dari antusias siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dan peningkatan kemampuan berbicara siswa dapat dinilai dari beberapa aspek berbicara yang telah ditentukan.

E. Anggapan Dasar

Peneliti memiliki anggapan dasar dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut.

1. Mengemukakan pendapat disertai alasan yang jelas dalam sebuah diskusi merupakan hal yang sulit untuk siswa

2. Siswa merasa kurang percaya diri untuk berbicara di depan umum, karena takut salah dalam pemilihan kata serta kurang paham terhadap masalah yang sedang didiskusikan 3. Metode kartu-kartu respons merupakan metode yang tepat untuk digunakan dalam

pembelajaran berdiskusi. F. Hipotesis

(36)

H1 terdapat perbedaan yang siginifikan antara kemampuan berbicara siswa ketika mengemukakan pendapatnya dalam berdiskusi sebelum dan sesudah menggunakan metode kartu-kartu respons.

H0 tidak terdapat perbedaan yang siginifikan antara kemampuan berbicara siswa ketika mengemukakan pendapatnya dalam berdiskusi sebelum dan sesudah menggunakan metode kartu-kartu respons.

(37)

25

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Di dalam bab ini akan dijelaskan mengenai lokasi penelitian, populasi,sampel, metode penelitian, desain penelitian,serta instrument penelitian. Selain itu dipaparkan mengenai prosedur penelitian, teknik pengumpulan data,serta teknik pengolahan data.

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Pasundan 3 Bandung yang beralamat di Jalan Bapa Husen Belakang No. 4 Bandung, 40131. Penulis memilih sekolah ini sebagai tempat penelitian karena berdasarkan observasi dan berdasarkan konsultasi dengan guru mata pelajarannya kemapuan siswa dalam keterampilan berbicara masih sangat rendah jika dibandingkan dengan keterampilan lainnya.

B. Populasi Penelitian

Populasi atau objek penelitian dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Pasundan 3 Bandung Tahun ajaran 2012/2013. Populasi yang maksud tersebar dalam empat kelas yaitu VIII-A, VIII-B, VIII-C, dan VIII-D.

C. Sampel Penelitian

(38)

26

Tabel 3.1

Tabel Sebaran Data sampel

Sampel Jumlah Jumlah

keseluruhan Laki-laki Perempuan

Kelas eksperimen 23 17 40

Kelas pembanding 22 18 40

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis mengambil sampel secara acak berdasarkan kelas. Hal ini dilakukan karena siswa di SMP Pasundan 3 Bandung ini memiliki kemampuan yang sama. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak dua kelas.Kelas pertama yaitu kelas VIII D sebagai kelas eksperimen dan kelas kedua yaitu kelas VIII A sebagai kelas pembanding.

D. Metode Penelitian

(39)

27

E. Desain dan Prosedur Penelitian

1. Desain Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menerapkan metode pembelajaran kartu-kartu respons dalam pembelajaran berdiskusi.Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen kuasi karena penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Adapun desain penelitian menggunakan control group pretest postest.

Desain Metode Penelitian Eksperimen

Kelompok Pretest Perlakuan Postest

E O1 X1 O2

K O3 X2 O4

Keterangan:

E : kelompok eksperimen K : kelompok kontrol

O1: uji awal pada kelompok eksperimen O2: uji akhir pada kelompok eksperimen

X1: perlakuan pada kelompok eksperimen berupa pembelajaran dengan menggunakan metode kartu-kartu respons

X2: perlakuan pada kelompok eksperimen berupa pembelajaran tanpa menggunakan kartu-kartu respons

O3: uji awal pada kelompok kontrol O4: uji akhir pada kelompok kontrol

(40)

28

pelaksanaannya Kelompok eksperimen akan menggunakan metode kartu-kartu respons dan kelompok kontrol nonmetode.

2. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan urutan dari beberapa proses yang dilakukan penulis dalam penelitian. Penelitian eksperimen ini dilaksanakan berdasarkan langkah-langkah yang diungkapkan oleh sukardi (2003) dalam syamsudin (2009: 154). Langkah-langkah penelitian ini terbagi menjadi tiga tahapan yaitu tahap perencananaan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Penjelasan mengenai ketiganya adalah sebagai berikut.

a. Tahap Perencanaan

1) menelaah kurikulum Bahasa Indonesia SMP dan menentukan materi yang akan dijadikan bahan dalam penelitian sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dicapai siswa.

2) melakukan studi literatur terhadap buku, artikel, dan laporan penelitian sebelumnya mengenai pembelajaran berdiskusi dan metode kartu-kartu respons.

3) Merumuskan masalah penelitian

4) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dan instrumen penelitian.

5) Menjudgmen instrumen penelitian untuk pretest dan postest kepada dosen pembimbing dan guru mata pelajaran bahasa indonesia yang ada ditempat penelitian.

6) Memperbaiki instrumen penelitian b. Tahap Pelaksanaan

1) Menentukan sampel penelitian yang terdiri dari dua kelas (untuk kelas eksperimen dan pembanding).

2) Menentukan kelas eksperimen dan kelas pembanding.

(41)

29

4) Memberikan perlakuan(treatment) pada kelas eksperimen dengan menerapkan metode pembelajaran aktif yaitu metode kartu-kartu respons. Kemudian memberikan pembelajaran biasa pada kelas pembanding.

5) Melaksanakan tes akhir di kelas eksperimen dan kelas pembanding. c. Tahap Akhir

1) Mengolah data hasil tes awal dan tes akhir serta instrument penelitian lainnya.

2) Menganalisis dan menjelaskan hasil temuan penelitian. 3) Membuat sebuah kesimpulan dari hasil penelitian.

F. Teknik Penelitian

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Tes

Tes biasanya digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif atau tingkat penguasaan materi pembelajaran. Namun dalam tes ini dilakukan non tes dengan penilaian objektif. Tes yang dilakukan dalam bentuk awal (pretest) dan test akhir (posttest). Tes awal dilakukan untuk melihat kemampuan siswa sebelum menggunakan metode kartu-kartu respons, sedangkan tes akhir dilakukan untuk melihat kemampuan siswa sesudah menggunakan metode kartu-kartu respons. Perbandingan antara tes awal dan tes akhir akan mengantarkan pada suatu kesimpulan apakah suatu metode yang diterapkan dalam proses pembelajaran efektif atau tidak. Tes yang diberikan adalah tes mengungkapkan pendapat disertai alasan yang kuat dalam diskusi.

(42)

30

a) Aspek kebahasaan, teridiri dari pemilihan kata, struktur kalimat, penggunaan intonasi.

b) Aspek nonkebahasaan terdiri dari penguasaan topik, kesiapan, dan kelancaran.

Langkah-langkah yang dilakukan di dalam pengambilan data tes adalah sebagai berikut:

1) menyiapkan bahan tes yang diperlukan berdasarkan metode yang digunakan;

2) siswa ditugaskan untuk melakukan diskusi dan menyampaikan pendapatnya dalam diskusi;

3) menilai dan mengolah data dari hasil penelitian; dan

4) peneliti mengukur kemampuan berbicara siswa berdasarkan hasil tes pada tes awal dan tes akhir.

b. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengamati jalannya pelaksanaan pembelajaran berdiskusi dengan menggunakan metode kartu-kartu respons.Pada penelitian ini observasi dilkukan pada dua subjek yakni guru dan siswa.observasi terhadap guru dan siswa ini dilakukan selama proses pembelajaran berdiskusi menggunakan kartu-kartu respons ini berlangsung. Dalam kegiatan pembelajaran ini pengamat hanya memberikan tanda pada lembar observasi.

c. Rancangan Pembelajaran

(43)

31

itu dilakukan tes akhir pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui perbedaan keduanya.

d. Perekaman

Perekaman dilakukan untuk menganalisis lebih dalam kemampuan siswa dalam berbicara. Data yang diperoleh dari hasil rekaman ini kemudian dialihbahasakan ke dalam bahasa tulis.

2. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini penulis menggunakan beberapa instrumen pengumpulan data, yaitu sebagai berikut.

a. Lembar Analisis Kemampuan Berbicara Siswa

Instrumen ini berdasarkan aspek-aspek keterampilan berbicara siswa ketika mengemukakan pendapatnya dalm diskusi, yaitu sebagai berikut.

Aspek-Aspek Penilian Keterampilan Berbicara dalam Berdiskusi

Keterangan: A = 4 = baik sekali

No Aspek yang dinilai

Kualifikasi

Bobot Skor

BS B C K

4 3 2 1

1. Penguasan topik 3

2. Kesiapan 2

3. Kelancaran 2

4. Struktur kalimat 2

5. Pilihan kata 2

6. Penggunaan intonasi 1

(44)

32

B = 3 = baik C = 2 = cukup D = 1 = kurang

Deskripsi skala penilaiannya adalah sebagai berikut. 1) Pilhan kata

A= 4= baik sekali; pemilihan kata tepat sesuai dengan topik pembicaraan, tidak melenceng dari apa yang dibicarakan.

B= 3= baik; pemilihan kata tepat, tidak melenceng dari apa yang dibicarakan, namun kurang sesuai dengan topik pembicaraan. C= 2= cukup; pemilihan kata kurang tepat, agak melenceng dari topic

pembicaraan, kurang sesuai dengan materi pembicaraan

D= 1= kurang; pemilihan kata tidak tepat, tidak sesuai dengan apa yang dibicarakan, melenceng dari topic pembicaraan.

2) Struktur kalimat

A= 4= baik sekali; kalimat yang digunakan sudah efektif, terstruktur dengan baik, menggunakan bahasa yang baik dan benar dan mudah dipahami oleh pendengar.

B= 3= baik; kalimat terstruktur dengan baik, mudah dipahami, bahasa yang digunakan sudah baik namun kurang efektif.

C= 2= cukup; kalimat yang digunakan sudah terstruktur dengan baik, tidak menggunakan bahasa yang baik dan benar, cukup sulit dipahami oleh pendengar dan kurang efektif.

D= 1= kurang; kalimat yang digunakan kurang terstruktur dengan baik, tidak menggunakan bahasa yang baik dan benar, sulit dipahami oleh pendengar, dan tidak efektif.

3) Penggunaan intonasi

(45)

33

B= 3= baik; penempatan tinggi rendahnya nada sesuai dengan kata-kata yang diungkapkan namun volume suara masih kurang terdengar oleh pendengar.

C= 2= cukup; penempatan tinggi rendahnya nada kurang sesuai dengan kata-kata yang diungkapkan, volume suara tidak jelas, dan kurang dapat didengar oleh pendengar.

D=1= kurang; tidak ada intonasi dan tidak dapat didengar oleh pendengar. 4) Penguasan topik

A= 4= baik sekali; topik pembicaraan terkuasai dengan baik, memaparkan fakta-fakta yang aktual, alasan yang ungkapkan sudah sangat jelas. B= 3= baik; topik pembicaraan terkuasai dengan baik, fakta-fakta yang

dipaparkan cukup aktual, namun alasan masih kurang jelas.

C= 2= cukup; topik pembicaraan kurang terkuasai dengan baik, fakta-fakta yang dipaparkan kurang aktual, dan alasan yang dikemukakan tidak jelas.

D= 1= kurang; topik pembicaraan tidak terkuasai, tidak bisa memaparkan fakta, alasan yang dikemukakan pun sangat tidak jelas.

5) Kelancaran

A= 4= baik sekali; pemaparan pendapat sudah sangat lancar sesuai dengan topik pembicaraan, diucapkan dengan lafal yang jelas tidak terbata-bata dan mudah dipahami oleh pendengar.

B= 3= baik ; pemaparan pendapat sudah cukup lancar sesuai dengan topik pembicaraan, pelafalan kurang begitu jelas, terkadang masih terbata-bata, tidak terlalu mudah dipahami oleh pendengar.

C= 2= cukup; pemaparan pendapat kurang sesuai dengan topic pembicaraan, pelafalan tidak jelas, masih banyak terbata-bata, cukup sulit dipahami pendengar.

D= 1= kurang; pemaparan pendapat tidak sesuai dengan topik pembicaraan, pelafalan tidak jelas, terbata-bata, tidak dapat dipahami oleh pendengar.

(46)

34

A= 4= baik sekali; pemaparan pendapat sesuai dengan topik pembicaraan, tanpa keraguan, percaya diri tinggi.

B= 3= baik; pemaparan pendapat sesuai dengan topik pembicaraan, masih sedikit ragu-ragu, terkadang masih terlihat kurang percaya diri. C= 2= cukup; pemaparan pendapat kurang sesuai dengan topik

pembicaraan, banyak ragu-ragu, masih terlihat kurang percaya diri. D= 1= kurang; pemaparan pendapat tidak sesuai dengan topic

pembicaraan, ragu-ragu, dan tidak percaya diri.

b. Lembar Observasi

Lembar observasi dalam penelitian ini terdiri dari dua subjek pengamatan, yaitu pada siswa dan pada guru. ketika observasi ini pengamat hanya memberikan tanda pada lembar observasi.

1) Lembar observasi guru

Lembar ini berisi aspek-aspek yang dilakukan oleh guru ketika menggunakan kartu-kartu respons. Lembar observasinya adalah sebagai berikut.

Lembar Observasi Guru

Hal yang diamati Penilaian

A B C D

Kemampuan menggunakan metode kartu-kartu respons

a. Memperhatikan sistematika penggunaan kartu-kartu respons

b. guru mengelempokan siswa sesuai dengan ketentuan metode kartu-kartu respons

c. guru melakukan tanya jawab mengenai materi untuk merangsang motivasi siswa d. guru menugaskan siswa untuk memulai

diskusi

(47)

35

A = 3,50 – 4,00 ; baik sekali B = 3,00 – 3,49 ; baik C = 2,50 – 2,99 ; cukup D = 2,00 – 2,49 ; kurang

2) Lembar Observasi Siswa

Lembar ini berisi aspek-aspek penilaian sikap siswa pada saat mengikuti pembelajaran menggunakan kartu-kartu respons. Lembar observasinya adalah sebagai berikut.

Lembar Observasi Siswa

No Aspek yang Dinilai Skor

A B C D 1 Sikap siswa saat mengikuti pembelajaran diskusi

menggunakan kartu respons

2 siswa menyimak langkah-langkah penggunaan kartu respons

3 siswa mengikuti proses pembelajaran menggunakan kartu respons dengan antusias 4. proses belajar mencerminkan komunikasi guru

dengan siswa

5. siswa serius menanggapi kasus yang dibahas 6. siswa terlibat aktif dalam penggunaan kartu-kartu

respons

7. siswa melakukan refleksi setelah diskusi selesai

Keterangan:

(48)

36

3. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data pada penelitian ini yaitu dengan memproses data yang diperoleh dari instrument penelitian setelah data terkumpul, kemudian data diolah. Data yang dihimpun berasal dari hasil tes awal dan tes akhir berbicara siswa dalam berdiskusi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pemaparannya adalah sebagai berikut.

a. Pengolahan Hasil Observasi

Pada lembar observasi ini sudah terdapat poin dari masing-masing kriteria sehingga pada proses pengolahan data ini penulis hanya menjumlahkan poin dari masing-masing kriteria. Perhitungan data observasi diklasifikasikan melalui kualifikasi observasi sebagai berikut ini.

Tabel 3.2

Kualifikasi Nilai Obsevasi

Nilai Rentang Nilai Keterangan

A 4,00 – 3,50 Baik Sekali

B 3,49 – 3,00 Baik

C 2,99 – 2,50 Cukup

D 2,49 – 2,00 Kurang

E 1,99 – 1,50 Kurang Sekali

b. Pengolahan data hasil tes

Pengolahan data hasil tes adalah sebagai sebagai berikut.

a) Menghitung nilai siswa dari skor yang sudah diperoleh dengan rumus: Nilai = ∑

(49)

37

1) membuat tabel-tabel data hasil uji antarpenimbang hasil skor tes awal dan tes akhir dari kelas eksperimen dan kelas pembanding. 2) melakukan uji reliabilitas dengan mencari nilai

∑ ∑ ∑ ∑

∑dp2

=

∑ ∑

∑ ∑ ∑

( kekeliruan) ∑ ∑ ∑ ∑

Setelah itu, hasil data-data tersebut dimasukkan ke dalam format ANAVA seperti yang tergambar dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3.3

Format ANAVA

Sumber variasi SS Dk Varian

Siswa/testi

SS

t

dt

2 N-1

Penguji

SSp

d

2

p

K-1

Kekeliriuan

SS

kk

d

2

kk

(N-1) (K-1)

Reliabilitas antarpenimbang dilakukan dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

(50)

38

Setelah itu, nilai tersebut dilihat dalam tabel Guildfort sebagai berikut:

Tabel 3.4

Tabel Guilford

Nilai Kualitas Kerelasi

< dari 0, 20 tidak ada korelasi 0,20 – 0,40 korelasi rendah 0,40 – 0,60 korelasi sedang 0,60 – 0,80 korelasi tinggi 0,80 – 0,99 korelasi tinggi sekali

1, 00 korelasi sempurna

(Subana,2005: 132) c) Melakukan uji normalitas, uji kesamaan dua rata-rata(uji hipotesis) nilai

tes awal, tes akhir dan indeks gain.

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan program komputer software SPSS versi 18.0 for window. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan uji statistic terhadap data hasil tes awal dan tes akhir kelas eksperimen dan kelas kontrol.

1) Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang terkumpul tersebar secara normal atau tidak.

Pasangan hipotesis nol dan hipotesis tandingannya adalah :

H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : sampel berasal dari populasi yang tdiak berdistribusi normal

Uji normalitas nilai tes awal dan tes akhir dengan uji kolmogorov-Smirnov dengan mengambil taraf signifikasi ( α) sebesar 0,05. Kriteria

(51)

39

2) Melakukan uji homogenitas untuk mengetahui aoakah data yang diperoleh memiliki varians yang homogen atau tidak. Duji homogenitas ini dilakukan dengan menggunakan uji parametik levene statistic.

3) Melakukan uji kesamaan dua rata-rata dengan uji statistic yang digunakan adalah uji One Way Anova dengan mengambil taraf signifikasi( α) sebesar 0,05. Uji ini dilakukan apabila kedua data atau salah satu data nilai kelas eksperimen dan kelas kontrol sama-sama berdistribusi normal.

4) Selanjutnya menghitung indeks gain untuk melihat peningkatan hasil kelas eksperimen dengan langkah-langkah sebagai berikut.

I. Uji normalitas indeks gain dilakukan untuk mengetahui apakah nilai Indeks gain dari kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari sampel yang berdistribusi normal atau tidak.

Pasangan hipotesis nol dan hipotesis tandingannya adalah sebagai berikut.

H0 = sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 = sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal Uji statistika yang digunakan adalah uji Kolmogorov-Smirnov dengan mengambil taraf signifikasi (α) sebesar 0,05. Kriteria pengujiannya adalah H0 diterima jika nilai signifikasi > 0,05, dan H0 ditolak jika nilai signifikasi < 0,05 (Priyatno,D 2008 :4)

II. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah masing-masing data yang diperoleh dari kedua kelas sampel memiliki varians populasi yang sama atau berbeda.

Pasangan hipotesis nol dan hipotesis tandingannya adalah sebagai berikut:

H0 : Tidak terdapat perbedaan varian skor indeks gain kelompok tinggi, sedang dan rendah

(52)

40

Kriteria pengujian H0 diterima jika nilai signifikasi dari pengolahan data > 0,05. Sebaliknya jika nilai signifikasi dari pengolahan data < 0,05 maka H0 ditolak. Hasil uji homogenitas dengan uji levene statistic

III. Uji kesamaan dua rata-rata nilai indeks gain dilakukan untuk melihat peningkatan nilai rata-rata di kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Pasangan hipotesis nol dan hipotesis tandingannya adalah sebagai berikut.

H0 = tidak terdapat perbedaan rata-rata indeks gain antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

H1 = rata-rata indeks gain kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.

Pasangan hipotesis tersebut bila dirumuskan dalam bentuk hipotesis statistic adalah sebagai berikut:

H0 : µE = µK H1 : µE > µK Keterangan

µE : rata-rata indeks gain kelas Eksperimen µK : rata-rata indeks gain kelas Kontrol

Uji statistik yang digunakan adalah ujiOne Way Anova dengan

Gambar

Tabel 3.1 Tabel Sebaran Data sampel
Tabel 3.2 Kualifikasi Nilai Obsevasi
Tabel 3.3 Format ANAVA
Tabel 3.4 Tabel Guilford
+7

Referensi

Dokumen terkait

Analisis gugus fungsi galaktomanan ikat silang glutaraldehida dengan spektrofotometer FT-IR menghasilkan pita serapan pada daerah bilangan gelombang 1150-1085 cm -1 yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat terhadap bencana banjir di Desa Tangkil, Kecamatan Sragen, Kabupaten Sragen tinggi dengan prosentase tertinggi

[r]

28 Dalam undang-undang tersebut dinyatakan bahwa perusahaan asuransi atau reasuransi yang memiliki unit syariah dengan nilai dana tabarru’ dan dana investasi peserta telah

(Penelitian Tindakan Kelas pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Materi Pokok Menulis Narasi di Kelas V SDN Pucung II Kabupaten

Manfaat Hasil Belajar Pengetahuan Tekstil Pada Pemilihan Kain Untuk Pembuatan Produk Kriya Tekstil. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Manfaat Hasil Belajar Pengetahuan Tekstil Pada Pemilihan Kain Untuk Pembuatan Produk Kriya Tekstil.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Menjelang pesta demokrasi di Indonesia / peredaran uang palsu di sinyalir akan meningkat // Moment pemilu biasanya dimanfaatkan oleh pengedar upal untuk mengedarkan uang buatannya //