PENGARUH MODEL PEER TEACHING TERHADAP WAKTU AKTIF BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BOLA BASKET
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Oleh
MOCH MUMU SEPTIANA 0805371
JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA
FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENGARUH MODEL PEER TEACHING TERHADAP WAKTU AKTIF BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BOLA BASKET
Oleh
Moch Mumu Septiana
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Keseehatan
© Moch Mumu Septiana 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Maret 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
LEMBAR PENGESAHAN
Nama : Moch Mumu Septiana
NIM : 0805371
Judul Skripsi : Pengaruh Model Peer Teaching Terhadap Waktu Aktif Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Bola Basket.
Disetujui dan Disahkan Oleh:
Pembimbing I
Drs. Sucipto, M.Kes. NIP. 196106121987031002
Pembimbing II
Lukmanul Haqim Lubay, M.Pd NIP. 197508122009121004
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Moch Mumu Septiana, 2014
ABSTRAK
PENGARUH MODEL PEER TEACHING TERHADAP WAKTU AKTIF BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BOLA BASKET
Moch Mumu Septiana* 2014
Latar belakang masalah proses pembelajaran yang diterapkan guru penjas di SMA Pasundan 8 Bandung yaitu banyak siswa yang kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran Bola Basket, kurangnya antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran Bola basket dan banyaknya siswa yang merasa jenuh dengan bentuk model pembelajaran yang diberikan oleh guru, sehingga dalam pelaksanaannya pembelajaran tidak tersusun dengan baik. Jadi, timbulah pertanyaan Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran Peer Teaching terhadap waktu aktif belajar siswa dalam pembelajaran Bola Basket?
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran Peer Teaching terhadap waktu aktif belajar siswa dalam pembelajaran Bola Basket.
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode eksperimen dengan desain yang digunakan yaitu pre-test post-test grup desain. Instrumen yang digunakan melalui sebelum dan sesudah observasi.
Hasil penelitian menunjukan X2 hitung < X2 tabel (12,00 < 9,488), maka Ho
diterima, jadi dapat disimpulkan bahwa ada perbedaaan yang signifikan menggunakan peer teaching dengan tidak menggunakan peer teaching X berdasarkan waktu aktif belajar (tidak ada hubungan antara peer teaching X dengan waktu aktif belajar). Dari kesimpulan tersebut dapat di tekankan bahwa model pembelajaran peer
teaching dapat digunakan dalam pembelajaran permainan bola basket di SMA
Pasundan 8 Bandung.
Kata Kunci : Model Pembelajaran peer teaching, jam waktu aktif belajar
Moch Mumu Septiana, 2014
Pengaruh Model Peer Teaching Terhadap Waktu Aktif Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Bola Basket
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR BAGAN... viii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Metode Penelitian ... ... 9
E. Manfaat Penelitian ... 10
F. Populasi dan Sample ... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12
A. Konsep Model ... 12
B. Model ... 13
C. Konsep pembelajaran ... 14
D. Model-model pembelajaran ... 14
E. Ciri-ciri model pembelajaran ... 15
F. Model Pembelajaran Peer Teaching ... 16
BAB III PROSEDUR PENELITIAN ... 26
A. Metode Penelitian ... 26
B. Populasi dan Sampel ... 26
C. Desain dan Langkah-Langkah Penelitian ... 27
D. Instrumen Penelitian ... 28
E. Pelaksanaan Pengumpalan Data ... 31
x
Moch Mumu Septiana, 2014
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34
A. Hasil Penelitian ... 34
B. Uji Normalitas Data ... 35
C. Uji Homogenitas ... 36
D. Uji Hipotesis ... 36
E. Diskusi Penemuan ... 37
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 40
A. Kesimpulan ... 40
B. Saran ... 40
x
Moch Mumu Septiana, 2014
Pengaruh Model Peer Teaching Terhadap Waktu Aktif Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Bola Basket
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Format observasi ……….
2. Data Post - Test dan Pre – Test ... 44
3. Uji Normalitas ... 49
4. Uji Homogenitas... 51
5. Uji Signifikansi... 55
6. Surat – Surat ... 56
7. Dokumentasi Penelitian ... 63
Moch Mumu Septiana, 2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan proses untuk membantu individu untuk tumbuh
dan berkembang secara optimal. Pendidikan jasmani merupakan bagian yang
integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, Pendidikan jasmani
merupakan upaya agar dapat mengaktualisasikan seluruh potensi manusia dalam
aktivitasnya berupa sikap, tindakan dan karya yang diberi berbentuk isi dan arah
menuju kebulatan pribadi sesuai dengan cita-cita kemanusiaan. Selain itu
pendidikan jasmani dapat juga diartikan pendidikan melalui aktifitas jasmani,
permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan dalam pendidikan
jasmani. Menurut Rusli (2008:98) mengemukakan, bahwa “Pendidikan jasmani
merupakan media untuk meraih tujuan pendidikan sekaligus juga untuk meraih
tujuan yang bersifat internal ke dalam aktivitas fisik itu sendiri.”
Pendidikan jasmani penting dilakukan karena di antaranya dapat
memenuhi kebutuhan anak akan gerak, mengenalkan anak pada lingkungan dan
potensi dirinya, menanamkan dasar keterampilan dan merupakan proses
pendidikan secara keseluruhan baik fisik, mental maupun emosional. Oleh karena
itu pendidikan jasmani sangat penting sekali diberikan pada siswa di sekolah.
Dalam proses pembelajaran penjas, guru diharapkan dapat mengajar
berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan (olahraga),
internalisasi nilai-nilai (sportivitas, kejujuran, kerja sama, disiplin, dan
bertanggung jawab), dan pembiasaan pola hidup sehat. Proses pembelajaran
penjas yang dilakukan ini berbeda dengan proses pembelajaran mata pelajaran
lain yang didominasi oleh kegiatan di dalam kelas yang lebih bersifat kajian
teoretis. Kegiatan pembelajaran penjas lebih dominan pada aktivitas unsur fisik
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang bersifat multidimensi (aspek
2
Moch Mumu Septiana, 2014
Pengaruh Model Peer Teaching Terhadap Waktu Aktif Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Bola Basket
mengajar merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang guru penjas.
Meski demikian masih banyak guru penjas yang melaksanakan proses
pembelajaran dengan cara tradisional dengan menitikberatkan materi dan tujuan
pembelajaran yang bersifat kecabangan olahraga tanpa memperhatikan siapa yang
menjadi peserta didiknya. Dalam buku Revitalisasi yang ditulis Adang (1998:102)
memaparkan:
Tantangan berat bagi guru pendidikan jasmani pada waktu mengajar adalah bagaimana mengaktifkan semua siswa yang bervariasi tingkat kemampuannya tersebut mempelajari suatu keterampilan secara serempak dalam waktu yang bersamaan. Jawaban sementara atas tantangan tersebut adalah menciptakan lingkungan belajar sedemikian rupa sehingga aktivitas belajar yang berada di dalamnya mempunyai karakteristik:
1. Berorientasi pada keberhasilan 2. Memotivasi secara intrinsik
3. Sesuai dengan tingkat perkembangan.
Dari kutipan di atas jelas bahwa tantangan pembelajaran penjas itu sangat
berat tetapi dengan menciptakan lingkungan belajar yang sedemikian rupa yang
membuat siswa menarik dan mengandung tiga karakeristik tadi diharapkan
pembelajaran penjas dapat memotivasi siswa serta dapat berperan aktif dalam
pembelajaran tersebut. Begitu juga dalam pembelajaran permainan bola basket
agar siswa lebih berpartisipasi dan tidak mengalami kejenuhan maka harus
membuat pembelajaran lebih menarik, atas dasar itulah pembelajaran peer
teaching dilakukan dalam pembelajaran bola basket. Selain itu kegiatan belajar
yang dilakukan siswa sangat berpengaruh bagi kelangsungan proses pembelajaran
baik yang melibatkan gerak dan motivasi yang timbul dalam dirinya sendiri
ataupun dorongan dari luar.
Terkait dengan materi pembelajaran (bahan ajar), khususnya dalam bentuk
permainan dan olahraga, banyak sekali jenis-jenis permainan yang harus diajarkan
kepada siswa. Salah satunya adalah permainan bola basket yang termasuk ke
dalam kelompok permainan bola besar, dan permainan bola basket merupakan
salah satu materi pembelajaran dalam pendidikan jasmani yang dipelajari di
sekolah pada umumnya. Dalam buku basketball steps to succes yang ditulis oleh
Moch Mumu Septiana, 2014
5 pemain per tim. Tujuannya adalah mendapatkan nilai (skor) dengan memasukan
bola ke keranjang dan mencegah tim lain melakukan hal serupa.”
Sudjana (2009:46), menjelaskan “Efektifitas adalah suatu ukuran yang
menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai.”
K e c e n d e r u n g a n l a i n y a n g t e r j a d i d i SMA
Pasundan 8 Bandung m a s i h t i d a k l e p a s d a r i
b e b e r a p a p e n r s o a l a n , d i a n t a r a n y a
m a s i h b a n y a k s i s w a y a n g k u r a n g a k t i f
d a l a m m e n g i k u t i p e m b e l a j a r a n B o l a
B a s k e t , k u r a n g n y a a n t u s i a s s i s w a
d a l a m m e n g i k u t i p e m b e l a j a r a n B o l a
b a s k e t d a n b a n y a k n y a s i s w a y a n g
m e r a s a j e n u h d e n g a n b e n t u k m o d e l
p e m b e l a j a r a n y a n g d i b e r i k a n o l e h g u r u .
A s u m s i p o s i t i f y a n g d a p a t
d i t a w a r k a n u n t u k m e n g h a d a p i
p e r s o a l a n t e r s e b u t a n t a r a l a i n m e l a l u i
u p a y a d e n g a n m o d e l p e m b e l a j a r a n peer
teaching.
Yunyun (2011:147) memaparkan:
Definisi peer: kawan sebaya, teaching: pembelajaran. Peer teaching adalah suatu pembelajaran yang dilaksanakan dengan menyertakan teman sebaya sebagai siswanya. Model ini sangat cocok digunakan untuk kelas yang memiliki siswa dalam jumlah banyak. Aktivitas ini memberikan simulasi pada setiap kelompok untuk melatih setiap sub bab lebih baik.
Melalui pembelajaran model peer teaching diharapkan anak tidak merasa
jenuh dan lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran permainan bola basket
d i SMA Pasundan 8 Bandung, karena model ini sangat cocok dalam kelas yang
memiliki siswa dalam jumlah banyak.
4
Moch Mumu Septiana, 2014
Pengaruh Model Peer Teaching Terhadap Waktu Aktif Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Bola Basket
Pada akhir pembelajaran siswa diberikan tugas latihan yang berhubungan dengan materi yang telah di bahas sebelumnya, tujuan dari tugas latihan tersebut untuk memfasilitasi pembelajaran, karena siswa yang dapat mengerjakan tugas latihan tersebut dan merasa percaya diri untuk menerangkan kepada temannya akan dijadikan volunteers teacher. Guru kemudian mengadakan prepatory meeting dengan tujuan untuk menyusun tim pengajar
(teaching teams) yang terdiri dari siswa yang bersedia untuk menjadi
volunteers teachers kemudian mendiskusikan semua pertanyaan yang timbul dari latihan yang telah mereka kerjakan sebelumnya. Setelah semua pertanyaan didiskusikan, siswa dari teaching teams masing-masing membentuk suatu kelompok dari diluar teaching teams untuk dijadikan “peer”, siswa dari teaching teams bertindak sebagai instruktur kepada anggotanya untuk menerangkan latihan yang telah diberikan sebelumnya (peer-teaching). Partisipasi student-student ataupun teacher-student merupakan kegiatan yang bersifat optimal dan tidak berhubungan dengan nilai siswa, penilaian disini berasal dari individual assignment ataupun dari hasil ujian, esensi dari aktivitas ini adalah untuk mencari tempat dan waktu yang tepat baik untuk prepatory
meeting ataupun peer teaching, namun kuncinya adalah jika siswa yang
dijadikan volunteers teacher telah menyelesaikan latihan yang diberikan, maka
prepatory meeting tersebut dilakukan dengan efektif tanpa membuang waktu.
Bukan hanya karena adanya jumlah anggota kelompok yang sedikit,
adanya kesamaan usia dan gaya di antara teman sebaya membuat para anggota
kelompok nyaman untuk bertanya mengenai materi yang ada sehingga
memudahkan pembelajaran, sedangkan untuk siswa yang berperan sebagai guru
adanya model ini akan semakin meningkatkan pemahaman siswa tersebut akan
materi yang ada, selain itu dengan adanya kompetisi antar kelompok mendorong
siswa yang berperan sebagai pengajar akan meningkatkan kualitas kelompoknya,
dari penjelasan tersebut terlihat kelebihan metode pembelajaran peer teaching
agar siswa aktif dalam pembelajaran bola basket.
Keaktifan siswa tergantung dari bagaimana guru mendesain proses model
pembelajaran dengan semenarik mungkin agar siswa lebih antusias dan lebih aktif
lagi dalam mengikuti proses belajar mengajar. Guru harus mampu dan mengatur
waktu aktif belajar siswa sedemikian rupa sehingga, waktu yang telah ditentukan
tepat mengenai kepada siswa dalam hal keaktifannya.
Menurut Tite, dkk (2013:86) mengungkapkan bahwa:
Moch Mumu Septiana, 2014
dari gurunya,melakukan aktivitas belajar, atau menunggu giliran. Sehingga untuk menciptaan suatu kegiatan belajar mengajar yang baik, potensi seorang guru dalam mengelola waktu dan memilih aktivitas pembelajaran sangatlah penting. Sehingga, meskipun jumlah waktu dalam kegiatan belajar mengajar terbatas namun siswa mendapatkan tugas geraknya dengan cukup dan tujuan pembelajaranpun tercapai dengan optimal.
Belajar aktif (active learning) adalah membuat peserta beraktivitas, bergerak, dan melakukan sesuatu dengan aktif.salah satu indikator pentingnyabelajar aktif adalah situasi kelas yang ramai, bergemuruh sementara guru menjadi lebih santai.Pembelajaran aktif (active learning) adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan anak berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri baik dalam bentuk interaksi antar anak maupun anak dengan pendidik dalam proses pembelajaran tersebut.
Tujuannya adalah untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak, sehingga semua anak dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran aktif (active learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa/anak didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.
Efektivitas pengajaran berkaitan langsung dengan karakteristik interaksi
antara guru dengan siswa. Hal itu berkaitan dengan kualitas intruksi, sikap,
kemampuan, ketekunan, dan kesempatan melaksanakan tugas ajar. Kualitas
intruksi atau pengajaran adalah sejauh mana pengajaran itu dapat disesuaikan
dengan kemampuan siswa. Kemampuan siswa adalah kemampuan potensial
masing-masing siswa pada setiap tugas belajar yang terungkap dari setiap prilaku
belajar siswa. Semua ini mengarah efektivitas jumlah waktu aktif belajar (JWAB).
Menjelaskan Suherman (2009:114), jumlah waktu aktif belajar (JWAB) adalah
total waktu aktif dari setiap kegiatan pembelajaran yang menjadi fokusnya adalah
kegiatan pembelajaran.
Indikator-indikator yang di jelaskan Suherman (2009:115), yang menjadi
bahan observasi dalam menentukan efektivitas jumlah waktu aktif belajar (JWAB)
adalah:
6
Moch Mumu Septiana, 2014
Pengaruh Model Peer Teaching Terhadap Waktu Aktif Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Bola Basket
baik intruksi informasi maupun intruksi demonstrasi, mendemonstrasikan gerakan, bertanya kepada siswa. Atau waktu yang dihabiskan oleh siwa (lebih dari 50%) mendengarkan dan melihat intruksi dan demonstrasi dari guru. Waktu pengelolaan manajemen (M) adalah serangkaian tindakan yang berkaitan dengan pengelolan kelas seperti menyiapakan alat olahraga, presensi, dan penentuan formasi. Atau waktu yang dihabiskan oleh siswa (lebih dari 50%) untuk urusan-urusan pengelolaan misalnya ganti pakainan,mengambil peralatan, peringatan, teguran. Waktul lain-lain (L) atau waktu tunggu (W) adalah aktivitas yang dilakukan siswa (lebih dari 50%) yang tidak termasuk tiga kategori diatas, misalnya menunggu giliran,mengobrol, dan sebagainya.
Efektivitas pembelajaran Penjas tidak seluruhnya berarti menilai
kompetensi secara total yang dimiliki oleh guru penjas, melainkan lebih kepada
proses memotret (pendeskripsian) pristiwa atau kejadian pembelajaran sebagai
wujud interaksi antara guru dan siswa. Untuk mencapai hal itu diperlukan alat
ukur (instrument) sebagai cara mengobservasi yang dapat mencerminkan setiap
indikator yang ada dalam efektivitas jumlah waktu aktif belajar (JWAB). Metode
yang digunakan adalah metode observasi yang sistematis.
Menurut Adang Suherman (1998:23) Salah satu bentuk instrument yang
digunakan dalam melaksanakan metode observasi yang sistematis adalah duration
recording.
Duration recording ini digunakan untuk memotret keterampilan guru
penjas dalam mengajar, terutama yang berhubungan dengan penggunaan waktu pelajaran penjas melalui observasi langsung terhadap prilaku guru dan siswa dalam proses pembelajaran Penjas beserta waktu yang dihabiskannya.
Jadi, pada dasarnya duration recording adalah salah satu instrument yang
digunakan dalam sebuah penelitian. Yang memiliki fungsi untuk mencari
gejala-gejala yang ada, aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran seorang
guru pendidikan jasmani harus bisa menciptakan suasana belajar yang menarik
pada saat pembelajaran penjas dilakukan, hal ini bertujuan untuk merangsang
siswa aktif belajar dan aktif beraktivitas.
Belajar aktif memang merupakan suatu proses untuk membangun aspek
kognitif, afektif dan psikomotor siswa, bukan proses pasif yang hanya menerima
Moch Mumu Septiana, 2014
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran
tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif dari siswa sangat penting
dalam rangka pembentukan pribadi yang mandiri dan kreatif, yang mampu
menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain.
Partisipasi aktif siswa dalam belajar merupakan persoalan penting dan
mendasar yang harus dipahami, disadari, dan dikembangkan oleh setiap guru di
dalam proses pembelajaran. Hal ini berarti bahwa setiap guru pendidikan jasmani
harus bisa meningkatkan partisipasi aktif belajar siswa, sehingga siswa dapat
merasakan secara langsung proses aktivitas belajar pendidikan jasmani yang
diberikan pada saat proses pembelajaran. Keaktifan belajar ditandai oleh adanya
keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosional, dan fisik. Pandangan
mendasar yang perlu menjadi kerangka berfikir setiap guru pendidikan jasmani
adalah bahwa pada prinsipnya siswa adalah makhluk yang aktif. Individu
merupakan manusia belajar yang aktif dan selalu ingin tahu segala sesuatu hal
yang baru.
Daya keaktifan yang dimiliki siswa akan berkembang ke arah yang positif
lingkungan belajar memberikan ruang yang baik untuk meningkatkan keaktifan
tersebut. Keadaan ini menyebabkan setiap guru perlu menggali potensi-potensi
keberagaman siswa melalui keaktifan yang mereka aktualisasikan dan selanjutnya
mengarahkan aktivitas mereka ke arah tujuan yang lebih positif atau tujuan
pembelajaran. Hal ini pula yang mendasari pemikiran bahwa kegiatan
pembelajaran harus dapat memberikan dan mendorong seluas-luasnya partisipasi
aktif belajar siswa. Ketidak tepatan pemilihan pendekatan pembelajaran sangat
memungkinkan partisipasi aktif belajar siswa menjadi menurun, bahkan bisa
menghilangkan keaktifannya. Contoh penerapan prinsip partisipasi aktif,
kemampuan guru pendidikan jasmani dalam kegiatan pembelajaran yaitu, guru
pendidikan jasmani harus merancang atau mendesain pesan pembelajaran dan
mengelola KBM yang mendorong siswa untuk berperan aktif dalam
pembelajaran.
8
Moch Mumu Septiana, 2014
Pengaruh Model Peer Teaching Terhadap Waktu Aktif Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Bola Basket
Kehadiran : Melaksanakan kegiatan pembelajaran Ikut serta dalam pembelajaran
Disiplin : Mematuhi peraturan Hadir tepat waktu Berpakaian olahraga.
Adapun menurut Bambang (2008:43) menyatakan bahwa penerapan
prinsip partisipasi aktif dalam rancangan bahan ajar dan aktifitas dari guru di
dalam proses pembelajaran adalah dengan cara:
Memberikan kesempatan, peluang seluas-luasnya kepada siswa untuk berkreativitas dalam proses belajarnya. Memberikan kesempatan memberikan pengamatan, penyelidikan atau inkuiri dan eksperimen. Memberikan pujian verbal dan non verbal terhadap siswa yang memberikan respon terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Menggunakan multi metode dan multi media di dalam pembelajaran
Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa di dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran, guru menugaskan siswa dengan kegiatan
yang beragam, misalnya mengikuti olahraga permainan, mengikuti sebuah
kompetisi dan siswa dituntut untuk kreatif.
Peran peer teaching terhadap waktu aktif belajar siswa cukup penting,
berikut salah satu peran penting peer teaching terhadap waktu aktif belajar siswa
menurut Tite, dkk. (2013:200), adalah:
Moch Mumu Septiana, 2014
Dari penjelasan di atas jelas bahwa model pembelajaran peer teaching baik
untuk yang pempunyai siswa yang banyak karena memberikan simulasi terhadap
siswanya sehingga berpengaruh terhadap proses pembelajaran.
Seperti telah disebutkan bahwa peer teaching merupakan variasi dari
intruksi langsung, menempatkan pengajar sebagai orang yang berkuasa dalam
membuat muatan pelajaran, mengatur kelas, memberikan tugas, perintah dalam
setiap mata pelajaran. Pada model Peer Teaching, guru harus dapat menahan dan
membatasi kesemuanya, kecuali satu yaitu mengatur interaksi yang mungkin
terjadi baik selama maupun setelah proses percobaan pengajaran tersebut.
Tanggung jawab yang lebih besar kemudian dibebankan kepada siswa yang
kemudian disebut dengan tutor yang telah dilatih sebelumnya untuk mengawasi
dan menganalisa siswa lainnya.
Pembelajaran bola basket memerlukan tingkat kemampuan yang tinggi ,
dalam prosesnya pembelajaran permainan bola basket disekolah hanya
menekankan pada materi ajar yang monoton, sehingga waktu proses pembelajaran
akan habis dengan materi yang di ajarkan tersebut sedangkan proses pembelajaran
yang di tekankan siswa lebih aktif dalam pembelajaran permainan bola basket .
Berkaitan dengan hal di atas, penulis tertarik untuk mencoba menerapkan
model pembelajaran peer teaching pada pembelajaran bola basket agar siswa aktif
pada saat pembelajaran tersebut dan akan dicoba dicarikan solusinya melalui
model pembelajaran peer teaching. Adapun judul yang dipilih dalam penelitian ini
adalah “Pengaruh Model Pembelajaran Peer Teaching Terhadap Waktu Aktif Belajar Siswa Pada Pembelajaran Bola Basket (Sample dan populasi di SMA
PASUNDAN 8 Bandung)”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, dalam penelitian ini penulis
merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
Apakah model pembelajaran Peer Teaching memberikan pengaruh
terhadap waktu aktif belajar siswa dalam pembelajaran Bola Basket?
10
Moch Mumu Septiana, 2014
Pengaruh Model Peer Teaching Terhadap Waktu Aktif Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Bola Basket
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan dalam model
pembelajaran Peer Teaching terhadap waktu aktif belajar siswa dalam
pembelajaran Bola Basket.
D. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen. Metode ini digunakan atas dasar pertimbangan bahwa sifat penelitian
eksperimental yaitu mencobakan sesuatu untuk mengetahui pengaruh atau akibat
dari suatu perlakuan atau treatment. Di samping itu penulis ingin mengetahui
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yang diselidiki atau diamati.
Mengenai metode eksperimen ini dalam buku metode penelitian pendidikan yang
di tulis Sugiyono (2011:107) menjelaskan, “Metode penelitian eksperimen dapat
diartikan sebagai metode peneletian yang digunakan untuk mencari pengaruh
perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali.”
Metode penelitian eksperimen merupakan rangkaian kegiatan percobaan
dengan tujuan untuk menyelidiki sesuatu hal atau masalah sehingga diperoleh
hasil. Jadi dalam metode eksperimen harus ada faktor yang dicobakan, dalam hal
ini faktor yang dicobakan dan merupakan variabel bebas adalah model
pembelajaran Peer Teaching dan variabel terikat adalah waktu aktif belajar.
E. Manfaat Penelitian
Secara teoritis sebagai sumbangan pemikiran yang dapat memperkaya
khasanah karya ilmiah yang berkaitan dengan mata pelajaran pendidikan jasmani.
Secara praktis dapat dijadikan bahan masukan berupa literatur dan pengembangan
Ilmu metodologi pembelajaran khususnya jurusan Pendidikan Olahraga, program
studi jasmani kesehatan dan rekreasi dalam rangka persiapan guru–guru
pendidikan jasmani di sekolah.
F. Populasi dan Sampel
Mengenai populasi oleh Sudjana (2005:6) dijelaskan sebagai berikut:
Moch Mumu Septiana, 2014
pengukuran kuantitatif atau kualitatif daripada karakteristik tertentu mengenai
sekumpulan objek yang lengkap dan jelas.” Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA PASUNDAN 8 BANDUNG sebanyak 15 orang.
Dalam suatu penelitian, populasi bisa merupakan kumpulan individu atau
objek dengan sifat-sifat umumnya. Sebagian yang diambil dari populasi disebut
sampel penelitian. Arikunto (2010:109) mengatakan bahwa, “Jika kita hanya akan
meneliti sebagian dari populasi maka penelitian tersebut disebut penelitian
sampel.” Sedangkan tentang jumlah sampel penelitian , penulis berpedoman kepada Arikunto (2010:112) sebagai berikut: “Untuk sekedar ancer-ancer maka
apabila subyek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat
diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.” Berdasarkan pada penjelasan
tersebut, maka untuk jumlah sampel penelitian ini ditetapkan oleh penulis sebesar
100% atau sebanyak 40 orang, sehingga penelitian ini merupakan penelitian
populasi. Hal ini dilakukan karena jumlah populasi kurang dari 100 orang.
Pengambilan sampel dilakukan melalui sampling seadanya. Sudjana (2005:167)
menjelaskan, “Pengambilan sebagian dari populasi berdasarkan seadanya data
atau kemudahannya mendapatkan data tanpa perhitungan kerepresentatifannya,
26
Moch Mumu Septiana, 2014
Pengaruh Model Peer Teaching Terhadap Waktu Aktif Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Bola Basket
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode dalam suatu penelitian merupakan salah satu cara yang ditempuh
untuk mencapai suatu tujuan, sedangkan tujuan dalam sebuah penelitian adalah
untuk mengungkapkan, menggambarkan, dan mengumpulkan hasil pemecahan
masalah melalui cara tertentu sesuai dengan prosedur penelitian yang dilakukan.
Dalam suatu penelitian terdapat beberapa metode yang biasa dipergunakan
diantaranya eksperimen.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen. Metode ini digunakan atas dasar pertimbangan bahwa sifat penelitian
eksperimental yaitu mencobakan sesuatu untuk mengetahui pengaruh atau akibat
dari suatu perlakuan atau treatment. Di samping itu penulis ingin mengetahui
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yang diselidiki atau diamati.
Metode penelitian eksperimen merupakan rangkaian kegiatan percobaan
dengan tujuan untuk menyelidiki sesuatu hal atau masalah sehingga diperoleh
hasil. Jadi dalam metode eksperimen harus ada faktor yang dicobakan, dalam hal
ini faktor yang dicobakan dan merupakan variabel bebas adalah pengaruh
olahraga tradisional untuk mengetahui perbedaannya terhadap variabel terikat
yaitu waktu aktif belajar.
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Mengenai populasi oleh Sudjana (2005:6) dijelaskan sebagai berikut:
“Populasi adalah totalitas semua nilai mungkin, baik hasil menghitung maupun
pengukuran kuantitatif atau kualitatif daripada karakteristik tertentu mengenai
sekumpulan objek yang lengkap dan jelas.” Populasi dalam penelitian ini adalah
siswa kelas XI IPA SMA PASUNDAN 8 BANDUNG sebanyak 15 orang.
2. Sampel
Dalam suatu penelitian, populasi bisa merupakan kumpulan individu atau
objek dengan sifat-sifat umumnya. Sebagian yang diambil dari populasi disebut
Moch Mumu Septiana, 2014
sampel.” Sedangkan tentang jumlah sampel penelitian , penulis berpedoman kepada Arikunto (2006:112) sebagai berikut: “Untuk sekedar ancer-ancer maka
apabila subyek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat
diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.” Berdasarkan pada penjelasan
tersebut, maka untuk jumlah sampel penelitian ini ditetapkan oleh penulis sebesar
100% atau sebanyak 40 orang, sehingga penelitian ini merupakan penelitian
populasi. Hal ini dilakukan karena jumlah populasi kurang dari 100 orang.
Pengambilan sampel dilakukan melalui sampling seadanya. Sudjana (2002:167)
menjelaskan, “Pengambilan sebagian dari populasi berdasarkan seadanya data
atau kemudahannya mendapatkan data tanpa perhitungan kerepresentatifannya,
dapat digolongkan kedalam sampling seadanya.”
C. Desain Penelitian
Untuk mempermudah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
penelitian, diperlukan desain yang dijadikan pegangan agar penelitian tidak keluar
dari ketentuan yang sudah ditetapkan, sehingga tujuan atau hasil yang diinginkan
akan sesuai dengan harapan. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, penulis
dalam penelitian ini, menggunakan desain eksperimen One-Shot Case Study.
Paradigma dalam penelitian eksperimen model ini dapat digambarkan
seperti berikut :
X = tretment yang diberikan (variabel independen)
O = Observasi ( variabel dependen)
One-Shot Case Study termasuk ke dalam salah satu bentuk
pre-experimental design, dikatakan pre-pre-experimental design, karena desain ini belum
merupakan eksperimen sungguh-sungguh. Mengapa? Karena masih terdapat
variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen.
Jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen itu bukan semata-mata
28
Moch Mumu Septiana, 2014
Pengaruh Model Peer Teaching Terhadap Waktu Aktif Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Bola Basket
dipengaruhi oleh variabel independen. Hal ini dapat terjadi, karena tidak adanya
variabel kontrol, dan sampel tidak dipilih secara random.
D. Instrumen Penelitian
1. Tes Jam Waktu Aktif Belajar Siswa (JWAB)
Untuk mengetahui waktu aktif belajar siswa melalui pengembangan
permainan bola basket, maka peneliti langsung melaksanakan observasi untuk
mengumpulkan data. Instrumen penelitian untuk mengumpulkan data adalah
dengan cara observasi langsung dan wawancara dengan menggunakan:
a. Observasi
Format observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah merujuk
kepada duration recording. Dengan format duration recording mengungkapkan
indikator yang menjadi bagian dari jumlah waktu aktif belajar siswa adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.6
Format Observasi Duration Recording
1) Manajemen (M) adalah waktu yang dihabiskan oleh sebagian besar siswa (lebih dari
50%) melakukan aktifitas yang bersifat manajerial misalnya pergantian bentuk latihan,
menyimpan dan mengambil bola, mendengarkan aturan-aturan dalam mengikuti
pelajaran, mendengarkan peringatan, ganti pakaian, kehadiran.
2) Aktivitas belajar (A) adalah waktu yang dihabiskan oleh sebagian besar siswa (lebih
dari 50%) melakukan aktifitas belajar secara aktif.
3) Instruksi dan Demonstrasi (I) adalah waktu yang dihabiskan oleh sebagian besar siswa
(lebih dari 50%) untuk mendengarkan informasi bagaimana melakukan keterampilan
(melihat demonstrasi, mendengarkan instruksi penampilan).
4) Lain-lain (L) adalah waktu yang dihabiskan oleh sebagian besar siswa (lebih dari 50%)
tetapi tidak termasuk dalam ketiga kategori di atas (misalnya: tunggu giliran, sebagian
besar siswa diam atau ngobrol tidak melakukan kegiatan yang ditugaskan, menunggu
Moch Mumu Septiana, 2014
2
3
4
5
Menurut Suherman, (2009: 30) menjelaskan empat kategori perilaku siswa
pada proses pembelajaran pendidikan jasmani diambil indikator yang memuat
penilaian:
1) Pada kategori managemen. Seluruh aktivitas yang dilakukan oleh siswa pada saat pembelajaran berlangsung yaitu, siswa memakai pakaian olahraga, siswa mengambil dan menyimpan kembali peralatan, dann siswa memperhatikan peringatan dari guru, mendengarkan aturan-aturan dalam mengikuti pelajaran, dan kehadiran.
2) Pada kategori intruksi. Seluruh siswa mendengarkan penjelasan guru, siswa mendengarkan informasi bagaimana melakukan keterampilan (melihat demonstrasi, mendengarkan instruksi penampilan).
3) Pada kategori aktivitas belajar. Seluruh siswa melakukan aktivitas belajar secara aktif.
4) Pada kategori lain-lain. Aktivitas yang dilakukan siswa menunggu giliran, siswa diam atau ngobrol, tidak melakukan kegiatan yang ditugaskan, dan menunggu guru untuk memberikan instruksi.
b. wawancara
Wawancara yaitu peneliti dibantu observer melakukan wawancara kepada
siswa yang diteliti untuk memperoleh keseluruhan informasi yang diperlukan
untuk mencari solusi atas permasalahan penelitian yang diajukan.
c. Catatan lapangan
Catatan lapangan yaitu catatan otentik hasil observasi, yang
menggambarkan tingkah laku murid atau kejadian-kejadian pada saat penelitian
berlangsung yang tidak dapat terekam melalui lembar observasi. Hal yang dicatat
adalah tentang aspek pembelajaran di kelas, suasana kelas, pengelolaan kelas,
interaksi guru dengan siswa dan interaksi peserta dengan peserta didik. Catatan
30
Moch Mumu Septiana, 2014
Pengaruh Model Peer Teaching Terhadap Waktu Aktif Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Bola Basket
Dokumentasi merupakan bukti dari segala kegiatan yang dilaksanakan
dalam penelitian berlangsung. Kegiatan yang didokumentasikan berupa kegiatan
yang dilakukan oleh peneliti maupun kegiatan yang dilakukan oleh siswa serta
kegiatan lain yang dianggap mendukung dalam proses penelitian. Semua kegiatan
tersebut direkam melalui kamera digital.
2. Pelaksanaan Pengumpulan Data
Mengumpulkan data merupakan kegiatan penting dalam suatu
penelitian. Dengan adanya itulah dilakukan penelitian dengan menganalisisnya
untuk kemudian dibahas dan disimpulkan dengan referensi yang dimiliki,
sedangkan yang dimaksud data itu sendiri adalah hasil pencatatan penelitian
Setelah seluruh data hasil penelitian atau pengumpulan data terkumpul,
maka selanjutnya dilakukan pengolahan data dan analisis data. Untuk mengolah
Moch Mumu Septiana, 2014
diajukan sehingga dapat tercapai tujuan penelitian yang diharapkan oleh penulis.
Setelah data dari tes awal dan tes akhir terkumpul, langkah selanjutnya
adalah mengolah dan menganalisis data tersebut secara statistik. Langkah-langkah
pengolahan data tersebut, ditempuh dengan prosedur sebagai berikut:
1. Menghitung simpangan baku dengan rumus dari Sudjana (2005:21)
sebagai berikut:
Ʃ(X-X)2
S =
n – 1
Arti dari tanda-tanda dalam rumus tersebut adalah:
S = Simpangan baku yang dicari
n = Jumlah sampel
(X-X)2 = Jumlah kuadrat nilai data dikurangi rata-rata
2. Menguji normalitas data menggunakan uji kenormalan Lilliefors.
Prosedur yang digunakan menurut Sudjana (2009:53) adalah sebagai
berikut:
a. Pengamatan X1, X2, … Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, ..., Zn
dengan menggunakan rumus:
Xi – X
Z1 =
S
(X dan S masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku dari
sampel).
b. Untuk bilangan baku ini digunakan daftar distribusi normal baku,
kemudian dihitung peluang F(Z1) = P(Z Z1).
c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, … Zn Zi. Jika proporsi ini
dinyatakan S(Zi), maka:
Banyaknya Z1, Z2, ... , Zn Zi
S (Zi) =
32
Moch Mumu Septiana, 2014
Pengaruh Model Peer Teaching Terhadap Waktu Aktif Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Bola Basket
3. Membuat daftar frekuensi observasi dan frekwensi ekspetasi.
Rumus banyak kelas ( k ) :
k = 1 + 3,3 log n
p = r = rentang data terbesar dikurangi data terkecil
4. Menghitung nilai (chi kuadrat)
Rumusnya.
Ʃ
5. Menentukan derajat kebebasan (db)
Rumusnya :
Moch Mumu Septiana, 2014
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan uji hipotesis, dalam penelitian ini penulis
mendapatkan kesimpulan bahwa model peer teaching memberikan pengaruh yang
signifikan dalam pembelajaran bola basket di SMA Pasundan 8 Bandung, adapun
hasil dari penelitian ekperimen dan observasi, Dapat disimpulkan bahwa
berdasarkan rumusan masalah diatas model pembelajaran yang diterapkan di
SMA PASUNDAN 8 Bandung, dijelaskan sebagai berikut :
Terdapat pengaruh yang signifikan dalam model pembelajaran peer teaching : Kriteria pengujian
Ho ditolak apabila nilai X2 hitung > X2 tabel. Ho diterima apabila nilai X2
hitung < X2 tabel.
Membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel.
Nilai X2 hitung < X2 tabel (12,00 < 9,488), maka Ho diterima. Karena X2
hitung < X2 tabel (12,00 < 9,488), maka Ho diterima, jadi dapat disimpulkan
bahwa ada perbedaaan yang signifikan menggunakan peer teaching dengan tidak
menggunakan peer teaching X berdasarkan waktu aktif belajar (tidak ada
hubungan antara peer teaching X dengan waktu aktif belajar).
B. Saran
Ada beberapa hal yang akan penulis sampaikan sebagai masukan dan saran
hal ini dilandasi dari hasil temuan penulis dilapangan, adapun saran tersebut
adalah sebagai berikut :
Dari hasil kesimpulan penulis sarankan kepada setiap guru Pendidikan
Jasmani dimanapun supaya lebih meningkatkan pembelajaran model peer
teaching dalam aktivitas pembelajaran penjas karena pada dasarnya pembelajaran
model peer teaching itu merupakan kebutuhan bagi siswa agar siswa dapat lebih
Moch Mumu Septiana, 2014
Pengaruh Model Peer Teaching Terhadap Waktu Aktif Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Bola Basket
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta. PT RINEKA CIPTA
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Bambang. (2008). Perkembangan dan Bimbingan Peserta Dididk. Cimahi: PJKR
STKIP Pasundan.
Ibrahim, Rusli. (2008). Psikologi Olahraga. Bandung: FPOK UPI
Juliantine, dkk. (2013). Modul Model-model Pembelajaran Pendidikan Jasmani.
Bandung: FPOK UPI
Juliantine, Tite (2011). Model-model Pembelajaran Pendidikan Jasmani.
Bandung:FPOK UPI
Lutan, Rusli. dkk (2008). Sejarah Dan Filsafat Olahraga. Bandung. Warli
Haryana Studio BW Design.
Metzler, Michael. W. (2000). Instructional Models For Physical Education. United
States of America: A Person Education Company.
Nazir. (2011). Metode Penelitian. Bogor. Ghalia Indonesia.
Nazir. (2005). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia indonesia.
Nurhasan (2000). Tes dan Pengukuran Keolahragaan, Bandung: FPOK UPI
Poerwadarminta. (1984). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Saputra, Yudha et.al, (2007) Filsafat Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi.
Subroto, Toto. dkk (2011). Model-Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani. FPOK
Bandung.
Sucipto, dkk (2010). Permainan Bola Basket. Bandung. FPOK Bandung
Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Moch Mumu Septiana, 2014
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. CV. ALFABETA
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif Kualitatif
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suherman, Adang (1998). Revitalisasi. Bandung. IKIP Bandung Press
Suherman, A. (2009). Revitalisasi Pengajaran dalam Pendidikan Jasmani. Bandung:
CV. Bintang Warli Artika.
Wissel. (1996). Bola Basket. Jakarta. Rajagrafindo Persada