Arochfah, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penanaman, Komunikasi Dan Disposisi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Induktif, Deduktif, Dan Belajar Kooperatif Tipe Numbered-Heads-Together Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN, KOMUNIKASI, DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMA MELALUI
PENDEKATAN INDUKTIF-DEDUKTIF DAN
BELAJAR KOOPERATIF TIPE NUMBERED-HEADS-TOGETHER
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh: Arochfah
1103760
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA SEKOLAH PASCASARJANA
Arochfah, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penanaman, Komunikasi Dan Disposisi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Induktif, Deduktif, Dan Belajar Kooperatif Tipe Numbered-Heads-Together Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN, KOMUNIKASI, DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMA MELALUI
PENDEKATAN INDUKTIF-DEDUKTIF DAN
BELAJAR KOOPERATIF TIPE NUMBERED-HEADS-TOGETHER
Oleh Arochfah, S.Pd. SPs UPI Bandung, 2011
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Matematika
© Arochfah, 2013
Universitas Pendidikan Indonesia Juli 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Jurnal ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Arochfah, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penanaman, Komunikasi Dan Disposisi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Induktif, Deduktif, Dan Belajar Kooperatif Tipe Numbered-Heads-Together Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
HALAMAN PENGESAHAN
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN, KOMUNIKASI, DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMA MELALUI
PENDEKATAN INDUKTIF-DEDUKTIF DAN
BELAJAR KOOPERATIF TIPE NUMBERED-HEADS-TOGETHER
Oleh: Arochfah
1103760
Disetujui dan Disahkan oleh:
Pembimbing I,
Dr. Jarnawi Afgani Dahlan, M.Kes.
Pembimbing II,
Dr. Kusnandi, M.Si.
Mengetahui:
Ketua Jurusan/Program Studi Pendidikan Matematika
i
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Meningkatkan
Kemampuan Pemahaman, Komunikasi, dan Disposisi Matematis Siswa SMA
melalui Pendekatan Induktif-Deduktif dan Belajar Kooperatif tipe
Numbered-Heads-Together” beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri,
dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara yang tidak
sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku. Atas pernyataan ini, saya siap
menanggung sangsi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian diketahui
terdapat pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada
klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Juni 2013
Yang membuat pernyataan
Arochfah, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penanaman, Komunikasi Dan Disposisi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Induktif, Deduktif, Dan Belajar Kooperatif Tipe Numbered-Heads-Together
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENDEKATAN INDUKTIF-DEDUKTIF DAN
BELAJAR KOOPERATIF TIPE NUMBERED-HEADS-TOGETHER
Arochfah
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji masalah kemampuan dan peningkatan kemampuan pemahaman, komunikasi, dan disposisi matematis siswa SMA dengan pembelajaran melalui pendekatan induktif-deduktif dan belajar kooperatif tipe numbered-heads-together. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen dengan desain penelitian kuasi eksperimen berbentuk kelompok kontrol non-ekivalen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI program IPA di salah satu SMA di Kabupaten Sumedang pada tahun ajaran 2012/2013. Adapun sampelnya yaitu 36 siswa kelas XI IPA-1 sebagai kelompok eksperimen dan 37 siswa kelas XI IPA-2 sebagai kelompok kontrol. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen terdiri dari tes kemampuan pemahaman matematis, komunikasi matematis, dan skala disposisi matematis. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan independent sample t-test serta Mann-Whitney test, sedangkan analisis kualitatif dilakukan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan dan peningkatan kemampuan pemahaman, komunikasi, dan disposisi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran melalui pendekatan induktif-deduktif dan belajar kooperatif tipe
numbered-heads-together lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran dengan cara biasa.
i Arochfah, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penanaman, Komunikasi Dan Disposisi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Induktif, Deduktif, Dan Belajar Kooperatif Tipe Numbered-Heads-Together Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL
HAK CIPTA
HALAMAN PENGESAHAN
PERNYATAAN
HALAMAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMA KASIH ... ii
ABSTRAK ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 9
E. Definisi Operasional ... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pemahaman Matematis ... 13
B. Komunikasi Matematis ... 15
C. Disposisi Matematis ... 18
D. Pendekatan Induktif-Deduktif ... 20
E. Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered-Heads-Together ... 22
ii Arochfah, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penanaman, Komunikasi Dan Disposisi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Induktif, Deduktif, Dan Belajar Kooperatif Tipe Numbered-Heads-Together Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
G. Kaitan antara Kemampuan Pemahaman, Komunikasi, dan
Disposisi Matematis, serta Pembelajaran melalui Pendekatan
Induktif-Deduktif dan Belajar Kooperatif Tipe NHT ... 25
H. Hipotesis Penelitian ... 27
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 29
B. Populasi dan Sampel Penelitian... 29
C. Variabel Penelitian ... 30
D. Instrumen Penelitian ... 31
1. Soal Tes Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis ... 31
a. Analisis Validitas Tes ... 33
b. Analisis Reliabilitas Tes ... 35
c. Analisis Daya Pembeda ... 36
d. Analisis Tingkat Kesukaran Soal ... 37
2. Skala Disposisi Matematis ... 38
3. Lembar Observasi ... 40
4. Bahan Ajar ... 40
E. Teknik Analisis Data ... 41
1. Analisis Data Kualitatif ... 41
2. Analisis Data Kuantitatif ... 41
F. Prosedur Penelitian ... 54
G. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 56
1. Kemampuan Pemahaman Matematis ... 57
iii Arochfah, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penanaman, Komunikasi Dan Disposisi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Induktif, Deduktif, Dan Belajar Kooperatif Tipe Numbered-Heads-Together Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Analisis Inferensi Skor N-Gain Kemampuan
Pemahaman Matematis ... 62
2. Kemampuan Komunikasi Matematis ... 66
a. Analisis Inferensi Skor Pretes dan Postes
Kemampuan Komunikasi Matematis ... 67
b. Analisis Inferensi Skor N-Gain Kemampuan
Komunikasi Matematis ... 71
3. Disposisi Matematis ... 75
4. Asosiasi Kemampuan Matematis dan Disposisi
Matematis ... 79
5. Aktivitas Guru dan Siswa selama Proses Pembelajaran ... 84
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 88
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 96
B. Saran ... 97
DAFTAR PUSTAKA ... 98
iv Arochfah, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penanaman, Komunikasi Dan Disposisi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Induktif, Deduktif, Dan Belajar Kooperatif Tipe Numbered-Heads-Together Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 3.1 Pedoman Penskoran Jawaban Tes Kemampuan Pemahaman
Matematis ... 31
Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Jawaban Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 32
Tabel 3.3 Bobot Soal ... 33
Tabel 3.4 Data Hasil Uji Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis ... 35
Tabel 3.5 Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda ... 36
Tabel 3.6 Data Hasil Uji Daya Pembeda Soal Tes Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis ... 37
Tabel 3.7 Kriteria Indeks Kesukaran ... 38
Tabel 3.8 Data Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Tes Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis ... 38
Tabel 3.9 Kriteria Skor Gain Ternormalisasi ... 42
Tabel 3.10 Rancangan Pelaksanaan Penelitian ... 55
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Kemampuan Pemahaman Matematis ... 57
Tabel 4.2 Data Hasil Uji Normalitas Skor Pretes dan Postes ... 59
Tabel 4.3 Data Hasil Uji Homogenitas Varians Skor Postes ... 60
Tabel 4.4 Data Hasil Uji Perbedaan Rataan Skor Pretes ... 61
Tabel 4.5 Data Hasil Uji Perbedaan Rataan Skor Postes ... 62
Tabel 4.6 Rataan dan Klasifikasi N-Gain Kemampuan Pemahaman Matematis ... 62
Tabel 4.7 Data Hasil Uji Normalitas Nilai N-Gain ... 64
Tabel 4.8 Data Hasil Uji Homogenitas Varians Nilai N-Gain ... 64
Tabel 4.9 Data Hasil Uji Perbedaan Rataan Nilai N-Gain ... 65
v Arochfah, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penanaman, Komunikasi Dan Disposisi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Induktif, Deduktif, Dan Belajar Kooperatif Tipe Numbered-Heads-Together Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.11 Data Hasil Uji Normalitas Skor Pretes dan Postes Kemampuan
Komunikasi Matematis ... 68
Tabel 4.12 Data Hasil Uji Homogenitas Varians Skor Postes ... 69
Tabel 4.13 Data Hasil Uji Perbedaan Rataan Skor Pretes ... 70
Tabel 4.14 Data Hasil Uji Perbedaan Rataan Skor Postes ... 71
Tabel 4.15 Rataan dan Klasifikasi N-Gain Kemampuan Komunikasi Matematis ... 71
Tabel 4.16 Data Hasil Uji Normalitas Nilai N-Gain ... 73
Tabel 4.17 Data Hasil Uji Homogenitas Varians Nilai N-Gain ... 73
Tabel 4.18 Data Hasil Uji Perbedaan Rataan Nilai N-Gain ... 74
Tabel 4.19 Deskripsi Skor Disposisi Matematis Siswa ... 75
Tabel 4.20 Data Hasil Uji Normalitas Nilai N-Gain ... 77
Tabel 4.21 Data Hasil Uji Homogenitas Varians N-Gain ... 78
Tabel 4.22 Data Hasil Uji Perbedaan Rataan Nilai N-Gain ... 79
Tabel 4.23 Data Hasil Uji Korelasi Pearson ... 80
Tabel 4.24 Data Hasil Uji Korelasi Pearson ... 81
Tabel 4.25 Data Hasil Uji Korelasi Pearson ... 82
Tabel 4.26 Rangkuman Data Hasil Pengujian Hipotesis Pada Taraf Signifikansi 5% ... 82
Tabel 4.27 Data Hasil Pengamatan Aktifitas Guru selama Pembelajaran Matematika melalui Pendekatan Induktif-Deduktif dan Belajar Kooperatif Tipe Numbered-Heads-Together ... 85
vi Arochfah, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penanaman, Komunikasi Dan Disposisi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Induktif, Deduktif, Dan Belajar Kooperatif Tipe Numbered-Heads-Together Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 3.1 Diagram Alur Analisis Inferensi Data Hasil Penelitian ... 53
Gambar 3.2 Diagram Alur Penelitian ... 54
Gambar 4.1 Perbandingan Rataan Skor Pretes dan Postes Kemampuan
Pemahaman Matematis ... 57
Gambar 4.2 Perbandingan Rataan Nilai N-Gain Kemampuan Pemahaman
Matematis ... 58
Gambar 4.3 Perbandingan Rataan Nilai N-Gain Kemampuan Pemahaman
Matematis ... 63
Gambar 4.4 Perbandingan Rataan Skor Pretes dan Postes Kemampuan
Komunikasi Matematis ... 66
Gambar 4.5 Perbandingan Rataan Nilai N-Gain Kemampuan Komunikasi
Matematis ... 67
Gambar 4.6 Perbandingan Rataan Skor N-Gain Kemampuan Komunikasi
Matematis ... 72
Gambar 4.7 Perbandingan Rataan Skor Skala Disposisi Matematis Sebelum
dan Sesudah Perlakuan ... 75
vii Arochfah, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penanaman, Komunikasi Dan Disposisi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Induktif, Deduktif, Dan Belajar Kooperatif Tipe Numbered-Heads-Together Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
LAMPIRAN A: INSTRUMEN PENELITIAN ... 103
A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 104
A.2 Lembar Kerja Siswa . ... 167
A.3 Kisi–Kisi dan Soal Tes Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi
Matematis ... 223
A.4 Kisi-kisi dan Skala Disposisi Matematis ... 229
A.5 Pedoman Observasi dalam Pembelajaran melalui Pendekatan
Induktif-Deduktif dan Belajar Kooperatif tipe
Numbered-Heads-Together ... 234
LAMPIRAN B: ANALISIS HASIL UJI COBA ... 236
B.1 Data Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Pemahaman Matematis ... 237
B.2 Data Hasil Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda, dan Tingkat
Kesukaran Soal Tes Kemampuan Pemahaman Matematis ... 238
B.3 Data Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 242
B.4 Data Hasil Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda, dan Tingkat
Kesukaran Soal Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 243
B.5 Data Hasil Uji Coba Skala Disposisi Matematis ... 246
B.6 Data Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Disposisi Matematis .. 252
LAMPIRAN C: ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN ... 255
C.1 Data Hasil Pretes, Postes, dan N-Gain Kemampuan Pemahaman
Matematis Siswa Kelas Eksperimen ... 256
C.2 Data Hasil Pretes, Postes, dan N-Gain Kemampuan Pemahaman
Matematis Siswa Kelas Kontrol ... 257
C.3 Data Hasil Uji Statistik Pretes, Postes, dan N-Gain Kemampuan
viii Arochfah, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penanaman, Komunikasi Dan Disposisi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Induktif, Deduktif, Dan Belajar Kooperatif Tipe Numbered-Heads-Together Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C.4 Data Hasil Pretes, Postes, dan N-Gain Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa Kelas Eksperimen ... 263
C.5 Data Hasil Pretes, Postes, dan N-Gain Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas Kontrol ... 264
C.6 Data Hasil Uji Statistik Pretes, Postes, dan N-Gain Kemampuan Komunikasi Matematis ... 265
C.7 Data Hasil Uji Asosiasi antara Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis, Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Disposisi Matematis, dan Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematis ... 270
LAMPIRAN D: DATA DISPOSISI MATEMATIS ... 272
D.1 Data Skor Skala Disposisi Matematis Siswa Kelas Eksperimen ... 273
D.2 Data Skor Skala Disposisi Matematis Siswa Kelas Kontrol ... 274
D.3 Data Hasil Uji Statistik N-Gain Disposisi Matematis ... 275
LAMPIRAN E: DATA-DATA PENUNJANG PENELITIAN ... 278
E.1 Foto-Foto Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen ... 279
E.2 Tabel r ... 282
1
Arochfah, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penanaman, Komunikasi Dan Disposisi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Induktif, Deduktif, Dan Belajar Kooperatif Tipe Numbered-Heads-Together Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Salah satu tujuan pembelajaran matematika pada sekolah menengah atas
adalah siswa memiliki kemampuan memahami konsep matematika, menjelaskan
keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara
luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah (BSNP, 2006). Hal
tersebut menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman matematis harus
dikembangkan dalam pembelajaran matematika di tingkat sekolah menengah atas.
Berkaitan dengan pentingnya mengembangkan kemampuan pemahaman
matematis, NCTM (2000) menyatakan bahwa siswa dalam belajar matematika
harus disertai dengan pemahaman, hal ini merupakan visi dari belajar matematika.
Belajar tanpa pemahaman merupakan fenomena yang terjadi dan menjadi masalah
sejak tahun 1930-an, sehingga belajar dengan pemahaman terus ditekankan dalam
kurikulum. Untuk menjabarkan pemahaman sebagai visi utama dalam
pembelajaran matematika, Sumarmo (2003) menyatakan bahwa visi matematika
mempunyai dua arah pengembangan, salah satunya adalah untuk memenuhi
kebutuhan masa kini yaitu mengarahkan pembelajaran matematika untuk
pemahaman konsep dan ide matematika yang kemudian diperlukan untuk
menyelesaikan masalah matematika dan ilmu pengetahuan lainnya.
Menurut Bloom (Anderson dan Krathwohl: 2010) pemahaman dapat
digolongkan dalam tiga segi yaitu pemahaman translasi, interpretasi, dan
ekstrapolasi. Pemahaman translasi adalah kemampuan untuk memahami suatu ide
yang dinyatakan dengan cara lain daripada pernyataan asli yang dikenal
sebelumnya. Misalnya individu mampu mengubah soal yang tertulis dalam
kalimat ke dalam bentuk simbol dan sebaliknya. Pemahaman interpretasi adalah
kemampuan untuk memahami atau mampu mengartikan suatu ide yang diubah
Arochfah, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penanaman, Komunikasi Dan Disposisi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Induktif, Deduktif, Dan Belajar Kooperatif Tipe Numbered-Heads-Together Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pemahaman ekstrapolasi adalah kemampuan untuk meramalkan kelanjutan dari
kecenderungan yang ada menurut data tertentu.
Sementara itu Alfeld (2004) menyatakan bahwa seorang siswa dikatakan
sudah memiliki kemampuan pemahaman matematis jika ia sudah dapat
melakukan hal-hal berikut ini:
1. menjelaskan konsep-konsep dan fakta-fakta matematika dalam istilah konsep
dan fakta matematika yang ia telah miliki;
2. dapat dengan mudah membuat hubungan logis diantara konsep dan fakta
yang berbeda tersebut;
3. menggunakan hubungan yang ada ke dalam sesuatu hal yang baru (baik di
dalam atau di luar matematika) berdasarkan yang ia ketahui; dan
4. mengidentifikasi prinsip-prinsip yang ada dalam matematika sehingga
membuat segala pekerjaannya berjalan dengan baik.
Berdasarkan uraian di atas tampak bahwa jika siswa memahami
konsep-konsep matematika yang mereka pelajari, maka mereka akan mampu
meng-komunikasikan konsep-konsep yang telah dipahaminya itu dalam bentuk lain
seperti simbol, kesamaan, grafik, diagram, dan lain sebagainya. Dengan kata lain
siswa yang memahami konsep-konsep matematika yang mereka pelajari, mereka
akan merefleksikan pemahamannya dalam bentuk komunikasi matematis.
Kegiatan yang tergolong pada komunikasi matematis menurut Sumarmo
(2010) adalah:
1. menyatakan suatu situasi, gambar, diagram, atau benda nyata ke dalam
bahasa, simbol, idea, atau model matematis;
2. menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara lisan atau tulisan,
3. mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika;
4. membaca dengan pemahaman suatu representasi matematika tertulis; dan
5. mengungkapkan kembali suatu uraian atau paragrap matematika dalam
bahasa sendiri.
Selain merupakan bentuk refleksi pemahaman siswa terhadap konsep
3
Arochfah, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penanaman, Komunikasi Dan Disposisi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Induktif, Deduktif, Dan Belajar Kooperatif Tipe Numbered-Heads-Together Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pemahaman siswa. Dengan
berdiskusi, menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika dalam bahasa sendiri
baik secara lisan maupun tulisan siswa dapat mempertajam ide dan memperoleh
informasi dari orang lain. Sehingga pemahaman siswa terhadap konsep
matematika yang dipelajari akan meningkat. Hal ini serupa dengan pandangan
Huggins (Qohar, 2010) bahwa untuk meningkatkan pemahaman konseptual
matematis, peserta didik dapat melakukannya dengan mengemukakan ide-ide
matematisnya.
Berdasarkan pemaparan di atas tampak bahwa kemampuan komunikasi
dan pemahaman matematis mempunyai keterkaitan yang erat. Ketika siswa
mengkomunikasikan konsep-konsep matematika yang mereka pelajari, maka
mereka sedang meningkatkan kemampuan pemahaman matematisnya. Ketika
siswa telah memahami konsep-konsep matematika yang mereka pelajari, maka
mereka akan mempunyai dasar yang kuat dalam mengkomunikasikan
konsep-konsep yang dipelajarinya.
Terkait dengan kemampuan komunikasi, Baroody (1993) mengungkapkan
terdapat dua alasan penting mengapa pembelajaran matematika berfokus pada
komunikasi, yaitu:
1. mathematics is essentially a language; artinya matematika tidak hanya
sekedar alat bantu berpikir, alat untuk menemukan pola, menyelesaikan
masalah, atau membuat kesimpulan, tetapi matematika juga adalah alat yang
tak terhingga nilainya untuk mengkomunikasikan berbagai ide dengan jelas,
tepat, dan ringkas; dan
2. mathematics learning as social activity; artinya sebagai aktivitas sosial dalam
pembelajaran matematika, juga sebagai wahana interaksi antar siswa, seperti
komunikasi antara guru dan siswa.
Menurut NCTM (2000) kemampuan komunikasi matematis merupakan
salah satu kemampuan standar yang harus dicapai dalam pembelajaran
matematika. Merujuk pada NCTM, BSNP (2006) mencantumkan komunikasi
Arochfah, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penanaman, Komunikasi Dan Disposisi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Induktif, Deduktif, Dan Belajar Kooperatif Tipe Numbered-Heads-Together Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembelajaran matematika di sekolah menengah atas. Hal tersebut menunjukkan
bahwa kemampuan komunikasi matematis harus dikembangkan juga dalam
pembelajaran matematika di tingkat sekolah menengah atas.
Kemampuan yang harus dikembangkan dalam pembelajaran matematika
tidak hanya mencakup kemampuan kognitif tetapi juga kemampuan afektif.
Kemampuan afektif yang harus dimiliki dan dikembangkan oleh setiap siswa
sekolah menengah atas dalam pembelajar matematika adalah sikap menghargai
kegunaan matematika dalam kehidupan, sikap rasa ingin tahu, perhatian, dan
minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah (BSNP, 2006). Aspek afektif tersebut merupakan disposisi
matematis.
Disposisi matematis menurut NCTM dalam Standard 10 (NCTM, 1989)
menunjukkan: (1) rasa percaya diri dalam menggunakan matematika,
memecahkan masalah, mengkomunikasikan gagasan, dan memberikan alasan;
(2) fleksibilitas dalam menyelidiki gagasan matematik dan berusaha mencari
metoda alternatif dalam memecahkan masalah; (3) tekun mengerjakan tugas
matematik; (4) minat, rasa ingin tahu, dan daya temu dalam melakukan tugas
matematik; (5) cenderung memonitor dan merefleksikan kinerja dan penalaran
mereka sendiri; (6) menilai aplikasi matematika ke situasi lain dalam bidang
lainnya dan pengalaman sehari-hari; dan (7) penghargaan peran matematika dalam
kultur dan nilai matematika, sebagai alat dan bahasa. Sejalan dengan itu Sumarmo
(2012) menyatakan bahwa disposisi matematis merupakan keinginan, kesadaran,
dedikasi dan kecenderungan yang kuat pada diri siswa untuk berpikir dan berbuat
secara matematik dengan cara yang positif dan didasari dengan iman, taqwa, dan
ahlak mulia.
Selanjutnya Sumarmo (2012) menyatakan bahwa seseorang yang memiliki
disposisi matematis yang tinggi akan membentuk individu yang tangguh, ulet,
bertanggung jawab, memiliki motif berprestasi yang tinggi, serta membantu
individu mencapai hasil terbaiknya. Menurut Mullis, et al. (2012) terdapat
5
Arochfah, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penanaman, Komunikasi Dan Disposisi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Induktif, Deduktif, Dan Belajar Kooperatif Tipe Numbered-Heads-Together Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
matematika. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa kemampuan afektif dalam
hal ini disposisi matematis merupakan kemampuan yang harus dimiliki dan
dikembangkan oleh setiap siswa.
Namun demikian mengembangkan kemampuan pemahaman, komunikasi,
dan disposisi matematis dalam pembelajaran matematika pada siswa sekolah
menengah atas tidaklah mudah. Hal tersebut bisa dilihat dari hasil
penelitian-penelitian terdahulu. Pada penelitian-penelitian yang dilakukan Oktavien (2012) diperoleh
hasil rata-rata skor postes kemampuan pemahaman matematis siswa SMA melalui
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sebesar 59 % dari skor ideal, begitu juga
hasil penelitian Suwarni (2011) menunjukkan bahwa rata-rata skor postes
kemampuan komunikasi matematis siswa SMA yang mendapat pembelajaran
dengan berbantuan Wingeom sebesar 58,78% dari skor ideal. Sementara itu hasil
penelitian Sumaryati (2012) menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
disposisi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan
strategi think-pair-square-share dan pendekatan induktif-deduktif dengan siswa
yang mendapat pembelajaran biasa. Disposisi matematis kedua kelompok siswa
tersebut berada pada kategori netral.
Pemaparan di atas menunjukkan bahwa penelitian-penelitian terdahulu
belum memberikan hasil yang diharapkan. Sebagai peneliti pendidikan, guru
harus terus berupaya merancang pembelajaran yang dapat memberikan hasil yang
memuaskan. Dalam merancang pembelajaran guru tidak cukup hanya
memperhatikan aspek kognitif tetapi harus memperhatikan juga aspek afektifnya.
Selain itu guru harus mempertimbangkan juga bagaimana materi pelajaran
disajikan kepada siswa dan bagaimana aktifitas siswa selama pembelajaran.
Menyajikan materi pelajaran kepada siswa bisa diawali dengan pemberian
kasus, fakta, atau contoh yang bersesuaian dengan materi yang akan dipelajari,
dengan maksud siswa dapat menemukan aturan, generalisasi atau prinsip yang
luas dengan proses identifikasi, membedakan, interpretasi, generalisasi, dan
akhirnya membuat kesimpulan. Kemudian siswa memberi contoh atau
Arochfah, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penanaman, Komunikasi Dan Disposisi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Induktif, Deduktif, Dan Belajar Kooperatif Tipe Numbered-Heads-Together Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penyajian materi pelajaran seperti demikian merupakan penyajian materi
pelajaran dengan pendekatan induktif-deduktif, yang merupakan gabungan dari
pendekatan induktif dan pendekatan deduktif. Menurut Wahyudin (2008)
pendekatan induktif dimulai dari contoh-contoh spesifik menuju ke suatu aturan,
generalisasi, atau prinsip yang luas, sedangkan pendekatan deduktif dimulai dari
sebuah aturan, generalisasi, atau prinsip menuju ke contoh-contoh spesifik.
Selain mempertimbangkan bagaimana materi pelajaran disajikan kepada
siswa, hal lain yang harus dipertimbangkan juga adalah bagaimana aktifitas siswa
dalam pembelajaran. Pembelajaran yang sesuai dengan harapan Kurikulum 2006
adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa, berorientasi pada proses, guru
sebagai fasilitator, materi dikembangkan dan berfokus pada berfikir tingkat tinggi
(BSNP, 2006). Disamping itu Sullivan (Tandililing, 2011) mengatakan bahwa
peran dan tugas guru sekarang adalah memberi kesempatan belajar maksimal pada
siswa dengan jalan; (1) melibatkan secara aktif dalam eksplorasi matematika;
(2) mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan pengalaman yang telah ada pada
mereka; (3) mendorong agar mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai
strategi; (4) mendorong agar berani mengambil resiko dalam menyelesaikan soal;
(5) memberi kebebasan berkomunikasi untuk menjelaskan idenya dan mendengar
ide temannya. Oleh karena itu, dalam pembelajaran matematika guru harus
melakukan inovasi, sehingga pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru dan
materi yang dikembangkan tidak hanya berfokus pada berpikir tingkat rendah.
Guru dalam pembelajaran matematika harus berupaya agar proses pembelajaran
sesuai dengan harapan kurikulum dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan
baik.
Salah satu model pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa adalah
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered-Heads-Together (NHT).
Pembelajaran NHT pertama kali dikembangkan oleh Russ Frank (Slavin, 2009).
Dalam pembelajaran ini siswa bekerja dalam kelompok kecil yang heterogen.
Setiap siswa dalam kelompok mempunyai nomor dan mereka diberitahu bahwa
7
Arochfah, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penanaman, Komunikasi Dan Disposisi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Induktif, Deduktif, Dan Belajar Kooperatif Tipe Numbered-Heads-Together Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
individu mereka akan merasa bertanggungjawab untuk keberhasilan
kelompoknya. Oleh karena itu siswa akan termotivasi untuk menguasai materi
yang dipelajari dengan baik. Mereka akan semakin ulet, aktif, kreatif, saling
membantu, berdiskusi, dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang
mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman
masing-masing sampai merasa yakin bahwa setiap siswa dalam kelompok telah
menguasai materi yang dipelajari dengan baik.
Pembelajaran NHT memberi kesempatan kepada siswa untuk
merefleksikan pemahaman materi yang dipelajarinya dalam bentuk komunikasi.
Ketika ada siswa yang kesulitan dalam mempelajari materi yang ditugaskan maka
siswa yang lebih menguasai akan menjelaskan materi itu kepada temannya.
Begitu juga ketika siswa dipanggil untuk mewakili kelompoknya maka siswa
tersebut dituntut untuk mempresentasikan pemahaman terhadap materi tersebut
kepada teman sekelasnya. Dengan menjelaskan materi yang dipelajari kepada
temannya, kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis siswa dalam
pembelajaran NHT akan semakin terasah. Sejalan dengan ini Slavin (2009)
menyatakan bahwa para siswa yang menerima penjelasan elaborasi, belajar lebih
banyak dari mereka yang belajar sendiri, tetapi tidak sebanyak siswa yang
berperan sebagai pemberi penjelasan.
Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan di atas, penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian mengenai pendekatan induktif-deduktif dan pembelajaran
kooperatif tipe NHT untuk mengembangkan kemampuan pemahaman,
komunikasi, dan disposisi matematis siswa SMA. Penelitian ini penulis beri judul “Meningkatkan Kemampuan Pemahaman, Komunikasi, dan Disposisi Matematis Siswa SMA melalui Pendekatan Induktif-Deduktif dan Belajar Kooperatif tipe
Numbered-Heads-Together”. Dalam penelitian ini akan dianalisa juga apakah ada
asosiasi antara peningkatan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis,
peningkatan kemampuan pemahaman dan disposisi matematis, dan peningkatan
Arochfah, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penanaman, Komunikasi Dan Disposisi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Induktif, Deduktif, Dan Belajar Kooperatif Tipe Numbered-Heads-Together Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembelajaran melalui pendekatan induktif-deduktif dan belajar kooperatif tipe
numbered-heads-together.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah kemampuan pemahaman matematis siswa yang memperoleh
pembelajaran melalui pendekatan induktif-deduktif dan belajar kooperatif tipe
numbered-heads-together lebih baik dari siswa yang memperoleh
pembelajaran dengan cara biasa?
2. Apakah peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran melalui pendekatan induktif-deduktif dan belajar
kooperatif tipe numbered-heads-together lebih baik dari siswa yang
memperoleh pembelajaran dengan cara biasa?
3. Apakah kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh
pembelajaran melalui pendekatan induktif-deduktif dan belajar kooperatif tipe
numbered-heads-together lebih baik dari siswa yang memperoleh
pembelajaran dengan cara biasa?
4. Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran melalui pendekatan induktif-deduktif dan belajar
kooperatif tipe numbered-heads-together lebih baik dari siswa yang
memperoleh pembelajaran dengan cara biasa?
5. Apakah peningkatan disposisi matematis siswa yang mendapat pembelajaran
melalui pendekatan induktif-deduktif dan belajar kooperatif tipe
numbered-heads-together lebih baik dari siswa yang memperoleh pembelajaran dengan cara biasa?
6. Apakah terdapat asosiasi antara peningkatan kemampuan pemahaman dan
komunikasi matematis, antara peningkatan kemampuan pemahaman dan
disposisi matematis, dan antara peningkatan kemampuan komunikasi dan
9
Arochfah, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penanaman, Komunikasi Dan Disposisi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Induktif, Deduktif, Dan Belajar Kooperatif Tipe Numbered-Heads-Together Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pendekatan induktif-deduktif dan belajar kooperatif tipe
numbered-heads-together?
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, tujuan
penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang:
1. kemampuan pemahaman matematis siswa yang memperoleh pembelajaran
melalui pendekatan induktif-deduktif dan belajar kooperatif tipe
numbered-heads-together dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran
dengan cara biasa;
2. peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang memperoleh
pembelajaran melalui pendekatan induktif-deduktif dan belajar kooperatif tipe
numbered-heads-together dibandingkan dengan siswa yang memperoleh
pembelajaran dengan cara biasa;
3. kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran
melalui pendekatan induktif-deduktif dan belajar kooperatif tipe
numbered-heads-together dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran
dengan cara biasa;
4. peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh
pembelajaran melalui pendekatan induktif-deduktif dan belajar kooperatif tipe
numbered-heads-together dibandingkan dengan siswa yang memperoleh
pembelajaran dengan cara biasa;
5. peningkatan disposisi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran
melalui pendekatan induktif-deduktif dan belajar kooperatif tipe
numbered-heads-together dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran dengan cara biasa; dan
6. asosiasi antara peningkatan kemampuan pemahaman dan komunikasi
matematis, antara peningkatan kemampuan pemahaman dan disposisi
Arochfah, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penanaman, Komunikasi Dan Disposisi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Induktif, Deduktif, Dan Belajar Kooperatif Tipe Numbered-Heads-Together Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
matematis pada siswa yang memperoleh pembelajaran melalui pendekatan
induktif-deduktif dan belajar kooperatif tipe numbered-heads-together.
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yang berarti bagi
siswa, guru, dan peneliti. Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. bagi siswa, memberikan pengalaman baru dan mendorong siswa untuk
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran matematika di kelas sehingga selain
dapat meningkatkan kemampuan pemahaman, komunikasi, dan disposisi
matematis juga membuat pembelajaran matematika menjadi lebih variatif,
bermakna, dan bermanfaat;
2. bagi guru, dapat menjadi bahan informasi bahwa pembelajaran melalui
pendekatan induktif-deduktif dan belajar kooperatif tipe
Numbered-Heads-Together dapat diimplementasikan sebagai upaya meningkatkan kemampuan
pemahaman, komunikasi, dan disposisi matematis siswa; dan
3. bagi semua pihak yang berkepentingan, hasil penelitian ini dapat dijadikan
bahan rujukan dalam penelitian selanjutnya.
E. DEFINISI OPERASIONAL
Untuk menghindari penafsiran yang berbeda, beberapa istilah yang
digunakan dalam proposal penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan pemahaman matematis adalah kemampuan menyerap arti dari
konsep matematis yang dipelajari. Indikator kemampuan pemahaman
matematis yang dipakai dalam penelitian ini adalah: (a) menerapkan konsep
matematis secara algoritma; dan (b) mengaitkan berbagai konsep untuk
menyelesaikan permasalahan matematis.
2. Kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan mengekspresikan
ide-ide matematis secara lisan maupun tulisan. Indikator kemampuan
komunikasi matematis yang dipakai dalam penelitian ini adalah: (a)
11
Arochfah, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penanaman, Komunikasi Dan Disposisi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Induktif, Deduktif, Dan Belajar Kooperatif Tipe Numbered-Heads-Together Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
grafik atau model matematika lainnya; (b) kemampuan menjelaskan ide atau
situasi matematis dengan bahasa sendiri; dan (c) kemampuan menganalisis,
mengevaluasi, dan mengajukan pertanyaan terhadap suatu informasi yang
diberikan.
3. Disposisi matematis adalah sikap keinginan, minat, dan kesungguhan yang
kuat dalam belajar matematika, serta apresiasi terhadap matematika dan
aplikasi di bidang lainnya. Adapun indikator untuk mengukur diposisi
matematis adalah:
a. rasa percaya diri dalam menggunakan matematika, memecahkan
masalah, mengkomunikasikan gagasan, dan memberikan alasan;
b. fleksibilitas dalam menyelidiki gagasan matematik dan berusaha mencari
metode alternatif dalam memecahkan masalah;
c. tekun mengerjakan tugas matematik;
d. minat, rasa ingin tahu, dan daya temu dalam melakukan tugas matematik;
e. cenderung memonitor dan merefleksikan kinerja dan penalaran mereka
sendiri;
f. menilai aplikasi matematika ke situasi lain dalam bidang lainnya dan
pengalaman sehari-hari;
g. penghargaan peran matematika dalam kultur dan nilai matematika,
sebagai alat dan bahasa.
4. Pendekatan induktif-deduktif adalah proses pembelajaran yang diawali
dengan pemberian kasus, fakta, atau contoh yang bersesuaian dengan materi
yang akan dipelajari, dengan maksud siswa dapat menemukan aturan,
generalisasi atau prinsip yang luas dengan proses identifikasi, membedakan,
interpretasi, generalisasi, dan akhirnya membuat kesimpulan. Kemudian
siswa memberi contoh atau menerapkan aturan, generalisasi, atau prinsip
yang telah ditemukannya itu.
5. Pembelajaran kooperatif tipe Numbered-Heads-Together adalah pembelajaran
dalam kelompok kecil dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Arochfah, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penanaman, Komunikasi Dan Disposisi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Induktif, Deduktif, Dan Belajar Kooperatif Tipe Numbered-Heads-Together Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pemberian nomor pada siswa dalam kelompok tersebut; (b) questioning
(pengajuan pertanyaan) yaitu guru mengajukan pertanyaan kepada siswa; (c)
head together (berpikir bersama atau thinking together) yaitu para siswa
berpikir bersama untuk mendiskusikan jawaban serta menyakinkan bahwa
setiap orang dalam anggotanya mengetahui jawaban pertanyaan tersebut; dan
(d) answering (pemberian jawaban).
6. Pembelajaran biasa adalah suatu pembelajaran di mana guru menjelaskan
materi pelajaran, siswa mendengarkan dan mencatat penjelasan yang
disampaikan oleh guru, siswa belajar secara individu, kemudian guru
29
Arochfah, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penanaman, Komunikasi Dan Disposisi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Induktif, Deduktif, Dan Belajar Kooperatif Tipe Numbered-Heads-Together Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji pembelajaran melalui
pendekatan induktif-deduktif dan belajar kooperatif tipe NHT terhadap
kemampuan dan peningkatan kemampuan pemahaman, komunikasi, dan disposisi
matematis. Oleh karena itu metode penelitian yang digunakan adalah metode
penelitian eksperimen. Dikarenakan pada saat penelitian peneliti tidak mungkin
mengambil sampel secara acak terhadap unit-unit penelitian, maka desain
penelitian yang digunakan adalah desain kuasi eksperimen. Pada desain kuasi
eksperimen peneliti mengambil sampel pada kelompok-kelompok yang sudah
ada. Kelompok-kelompok yang dimaksud adalah kelas-kelas di sekolah dimana
penelitian dilakukan.
Pada penelitian ini, pretes dan postes melibatkan dua kelompok yang
berbeda yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dengan demikian
desain kuasi eksperimen yang digunakan adalah desain kuasi eksperimen
berbentuk kelompok kontrol non-ekivalen. Menurut Sugiyono (2012) desain kuasi
eksperimen berbentuk kelompok kontrol non-ekivalen dapat digambarkan sebagai
berikut:
Pretes Perlakuan Postes
O X O
O O
dengan,
O = soal pretes, postes pada kelompok eksperimen dan kontrol
X = perlakuan dengan menggunakan pendekatan induktif-deduktif dan belajar
kooperatif tipe NHT
Arochfah, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penanaman, Komunikasi Dan Disposisi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Induktif, Deduktif, Dan Belajar Kooperatif Tipe Numbered-Heads-Together Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI program IPA di
salah satu SMA Negeri di Kabupaten Sumedang pada tahun ajaran 2012/2013.
Dipilihnya kelas XI program IPA sebagai populasi penelitian ini adalah karena:
(1) siswa kelas XI program IPA diasumsikan telah memiliki pengetahuan
matematika yang cukup serta siap dalam pembelajaran yang menggunakan
pendekatan induktif-deduktif dan belajar kooperatif tipe
numbered-heads-together; (2) siswa kelas XI program IPA diasumsikan telah cukup dewasa sehingga memiliki tanggung jawab dalam belajar; dan (3) siswa kelas XI program
IPA lebih memungkinkan untuk diteliti dikarenakan kegiatan belajar tidak terlalu
diganggu dengan aktivitas-aktivitas pendidikan seperti masa orientasi dan ujian
nasional.
Kelas XI program IPA di sekolah tempat penelitian mempunyai empat unit
kelas. Berdasarkan pada desain penelitian yang digunakan, yaitu desain kuasi
eksperimen berbentuk kelompok kontrol non-ekivalen, dari empat kelas yang ada
dipilih dua kelas sebagai sampel penelitian. Pemilihan sampel dilakukan dengan
menggunakan teknik Purposive Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang
berdasarkan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012). Sebagai penimbang pada
saat pemilihan sampel adalah wakasek kurikulum dan kepala sekolah, serta hasil
analisis terhadap dokumen siswa di kelas-kelas tersebut. Dari hasil analisis
diketahui bahwa keempat unit kelas XI program IPA di sekolah tersebut
mempunyai kemampuan matematis yang setara. Selanjutnya dipilih dua kelas
yang kondisinya paling memungkinkan untuk dilakukan penelitian, yaitu kelas XI
IPA-1 dan kelas XI IPA-2, dengan kelas XI IPA-1 sebagai kelas eksperimen dan
kelas XI IPA-2 sebagai kelas kontrol.
C. Variabel Penelitian
Variabel pada penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu variabel bebas dan
variabel terikat. Variabel bebas pada penelitian ini adalah pendekatan
pembelajaran induktif-deduktif dan model pembelajaran kooperatif tipe NHT,
sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan pemahaman matematis,
31
Arochfah, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penanaman, Komunikasi Dan Disposisi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Induktif, Deduktif, Dan Belajar Kooperatif Tipe Numbered-Heads-Together Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
D. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data pada penelitian ini digunakan dua macam instrumen, yaitu instrumen tes dan instrumen non tes. Instrumen tes terdiri dari soal tes kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis, sedangkan instrumen non tes berupa skala disposisi matematis siswa dan observasi suasana kelas.
1. Soal Tes Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis
Soal tes kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis yang digunakan berbentuk uraian, hal ini bertujuan untuk melihat proses pengerjaan yang dilakukan oleh siswa supaya diketahui sampai sejauh mana kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis yang telah dimiliki siswa. Soal-soal tersebut dikembangkan dari indikator kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis yang diukur pada penelitian. Bahan tes diambil dari materi pelajaran matematika SMA kelas XI program IPA semester genap, yaitu pada materi turunan.
Untuk menilai kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis yang sudah dimiliki siswa, dilakukan penskoran terhadap jawaban siswa pada setiap butir soal. Kriteria penskoran untuk jawaban soal tes kemampuan pemahaman matematis berpedoman pada Holistic Scoring Rubrics yang dikemukakan oleh Cai, Lane, dan Jakabcsin (1996) yang kemudian dimodifikasi. Kriteria penskoran untuk jawaban tes ini dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1
Pedoman Penskoran Jawaban Tes Kemampuan Pemahaman Matematis
Skor Kriteria Penskoran
0 Tidak ada jawaban atau salah menginterpretasikan permasalahan. 1 Merumuskan hal-hal yang diketahui dan ditanyakan dengan benar.
2 Jawaban salah; mengandung konsep dan prinsip matematika yang sangat terbatas; mengandung perhitungan yang salah.
3
Jawaban salah; mengandung konsep dan prinsip matematika yang kurang lengkap; menggunakan algoritma namun mengandung perhitungan yang salah.
4
Arochfah, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penanaman, Komunikasi Dan Disposisi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Induktif, Deduktif, Dan Belajar Kooperatif Tipe Numbered-Heads-Together Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5
Jawaban benar; mengandung konsep dan prinsip matematika yang lengkap, penggunaan istilah dan notasi matematika secara tepat; penggunaan algoritma secara lengkap dan benar.
Kriteria penskoran untuk jawaban soal tes kemampuan komunikasi
matematis juga berpedoman pada Holistic Scoring Rubrics yang dikemukakan
oleh Cai, Lane, dan Jakabcsin (1996) yang kemudian dimodifikasi. Kriteria
penskoran untuk jawaban tes ini dapat dilihat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2
Pedoman Penskoran Jawaban Tes Kemampuan Komunikasi Matematis
Skor Kriteria Penskoran
0 Tidak ada jawaban atau salah menginterpretasikan permasalahan. 1 Merumuskan hal-hal yang diketahui dan ditanyakan dengan benar.
2
Jawaban mengandung sedikit unsur yang benar; gambar, diagram, atau model matematika lainnya tidak relevan dengan situasi soal atau tidak jelas dan sulit diinterpretasi; penjelasan atau deskripsi menunjukkan alur yang tidak benar.
3
Jawaban mengandung sebagian unsur yang benar; gambar, diagram, atau model matematika lainnya kurang jelas dan samar-samar sehingga sulit diinterpretasi; penjelasan atau deskripsi agak ambigu atau kurang jelas; argumen kurang lengkap atau mungkin didasarkan pada permis yang tidak dapat diterima secara logis.
4
Jawaban mengandung hampir semua unsur yang benar; dapat memasukkan gambar, diagram, atau model matematika lainnya hampir tepat dan lengkap; secara umum mampu mengkomunikasikan secara efektif kepada audiens; mengajukan argumen pendukung yang dapat diterima secara logis, tetapi mengandung beberapa kesalahan kecil.
5
Jawaban dengan jelas dan lengkap, penjelasan atau deskripsi tidak ambigu (bermakna ganda); dapat memasukkan suatu gambar, diagram, atau model matematika lainnya dengan tepat dan lengkap; mampu mengkomunikasikan secara efektif kepada audiens; mengajukan argumen pendukung yang kuat dan dapat diterima secara logis dan lengkap; dapat memasukkan contoh-contoh dan kontra contoh.
Selain berpedoman terhadap rubrik penskoran, penilaian kemampuan
pemahaman dan komunikasi matematis juga menggunakan bobot pada setiap butir
soal. Pemberian bobot dimaksudkan agar skor yang diberikan pada siswa dapat
menghargai hasil kerja siswa. Skor yang diperoleh siswa yang diberikan
berdasarkan rubrik penilaian dikalikan dengan bobot pada setiap butir soal,
selanjutnya dijumlahkan sehingga diperoleh skor mentah kemampuan pemahaman
33
Arochfah, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penanaman, Komunikasi Dan Disposisi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Induktif, Deduktif, Dan Belajar Kooperatif Tipe Numbered-Heads-Together Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bobot tersebut disesuaikan dengan tingkat kesukaran soal. Kriteria
pembobotan dapat dilihat pada tabel 3.3.
Tabel 3.3 Bobot Soal
Tingkat Kesukaran Bobot
Sukar 4
Sedang 3
Mudah 2
Sebelum diberikan kepada sampel penelitian, soal kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis yang telah disusun diujicobakan terlebih dahulu. Uji coba dilakukan di sekolah tempat penelitian, akan tetapi pada jenjang yang lebih tinggi dari sampel penelitian. Uji coba soal dilakukan di kelas XII IPA dengan jumlah siswa sebanyak 36 orang.
Soal kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis yang
diujicobakan sebanyak 14 butir soal, tujuh butir soal kemampuan pemahaman dan
tujuh butir soal tes kemampuan komunikasi. Hasil uji coba dianalisis validitas,
reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukarannya. Untuk menganalisis
validitas butir soal, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran, data hasil
uji coba diolah menggunakan software ANATES ver 4.0.7. Adapun tahapan yang
dilakukan pada analisis hasil uji coba soal kemampuan pemahaman dan
komunikasi matematis adalah sebagai berikut:
a. Analisis Validitas Tes
Suherman dan Kusumah (1990), menyatakan suatu alat evaluasi disebut
valid jika ia dapat mengevaluasi dengan tepat sesuatu yang dievaluasi itu. Sejalan
dengan hal tersebut, Ruseffendi (2010) menyatakan bahwa suatu instrumen
disebut valid bila instrumen itu, untuk maksud dan kelompok tertentu, mengukur
apa yang semestinya diukur.
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi, validitas
muka, validitas konstrak, dan validas butir soal.
1) Validitas Isi, Validitas Muka, dan Validitas Konstrak
Sebelum soal diujicobakan, terlebih dahulu soal-soal tersebut diuji
Arochfah, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penanaman, Komunikasi Dan Disposisi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Induktif, Deduktif, Dan Belajar Kooperatif Tipe Numbered-Heads-Together Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
evaluasi artinya ketepatan alat tersebut ditinjau dari segi materi yang
dievaluasikan, yaitu materi yang dipakai sebagai alat evaluasi tersebut merupakan
sampel representatif dari pengetahuan yang harus dikuasai. Sedangkan validitas
muka yaitu keabsahan susunan kalimat atau kata-kata dalam soal sehingga jelas
pengertiannya atau tidak menimbulkan pengertian lain (Suherman, 2003).
Sementara itu, suatu tes dikatakan memiliki validitas konstrak apabila butir-butir
soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir yang
disebutkan dalam indikator pembelajaran.
Untuk menguji validitas isi, validitas muka, dan validitas konstrak
soal-soal tersebut, peneliti meminta pertimbangan dari dosen pembimbing dan guru
matematika yang dianggap kompeten di bidangnya.
2) Validitas Butir Soal
Uji validitas butir soal yang digunakan pada penelitian ini adalah korelasi
Item-Total Product Moment. Rumus yang digunakan adalah korelasi Product
Moment Pearson (Arikunto, 2009), rumusnya sebagai berikut:
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
dengan,
koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan
jumlah peserta tes
skor siswa pada butir soal tertentu
jumlah skor siswa pada seluruh butir soal
Skor hasil uji coba soal tes kemampuan pemahaman dan komunikasi
matematis dihitung koefisien korelasinya. Hasil perhitungan koefisien korelasi
( ) dibandingkan dengan nilai kritis (nilai korelasi pada tabel R). Tiap
item tes dikatakan valid apabila memenuhi pada dengan
N = 36. Hasil uji validitas soal tes kemampuan pemahaman dan kemampuan
35
Arochfah, 2013
[image:32.595.112.511.183.668.2]Meningkatkan Kemampuan Penanaman, Komunikasi Dan Disposisi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Induktif, Deduktif, Dan Belajar Kooperatif Tipe Numbered-Heads-Together Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.4
Data Hasil Uji Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis
Soal Tes Kemampuan Pemahaman Matematis
Soal Tes Kemampuan Komunikasi Matematis
No. Urut
No. Soal
Koefisien (rxy)
Kriteria No. Urut
No. Soal
Koefisien (rxy)
Kriteria
1 1a 0,540 Valid 1 1 0,769 Valid 2 1b 0,593 Valid 2 2a 0,528 Valid 3 2 0,604 Valid 3 2b 0,656 Valid 4 3 0,630 Valid 4 3a 0,795 Valid 5 4 0,647 Valid 5 3b 0,738 Valid 6 5 0,793 Valid 6 4a 0,663 Valid 7 6 0,679 Valid 7 4b 0,803 Valid Catatan: rtabel(α = 5%) = 0,329 dengan N = 36
b. Analisis Reliabilitas Tes
Reliabilitas tes adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yaitu sejauh
mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg atau konsisten.
Untuk mencari reliabilitas butir soal tes berbentuk uraian menggunakan rumus
yang dikenal dengan rumus Alpha (Suherman, 2003), yaitu:
∑
dengan,
= koefisien reliabilitas = banyak butir soal (item)
∑ = jumlah varians skor setiap butir soal
= varians jumlah skor siswa pada seluruh butir soal
Skor hasil uji coba soal tes kemampuan pemahaman dan komunikasi
matematis dihitung koefisien reliabilitasnya ( ). Hasil perhitungan koefisien
reliabilitas ( ) dibandingkan dengan nilai kritis (nilai korelasi pada
Arochfah, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penanaman, Komunikasi Dan Disposisi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Induktif, Deduktif, Dan Belajar Kooperatif Tipe Numbered-Heads-Together Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diujicobakan reliabel. Dari perhitungan skor hasil uji coba diperoleh, nilai
koefisien korelasi ( ) soal tes kemampuan pemahaman adalah 0,75 dan nilai
koefisien korelasi ( ) soal tes kemampuan komunikasi adalah 0,84 dengan nilai
sebesar 0,329 pada dengan N = 36. Berdasarkan hasil analisis reliabilitas, dapat disimpulkan bahwa soal tes kemampuan pemahaman dan
komunikasi yang diujicobakan reliabel, sehingga tes tersebut memenuhi
karakteristik yang memadai untuk digunakan.
c. Analisis Daya Pembeda
Daya pembeda butir soal adalah seberapa jauh kemampuan butir soal
tersebut mampu membedakan antara testi yang mengetahui jawaban benar dengan
yang tidak dapat menjawab soal tersebut (Suherman dan Kusumah, 1990). Sebuah
soal dikatakan memiliki daya pembeda yang baik jika siswa pada kelompok
pandai dapat menyelesaikan soal dengan baik, sedangkan siswa pada kelompok
rendah tidak dapat menyelesaikan soal tersebut dengan baik. Untuk menentukan
daya pembeda digunakan rumus (Suherman, 2003), yaitu:
A B A
JS JB JB
DP
dengan,
DP = daya pembeda
JBA = jumlah skor untuk kelompok atas
JBB = jumlah skor untuk kelompok bawah
JSA = jumlah siswa kelompok atas
Suherman (2003) mengemukakan interpretasi hasil perhitungan daya
[image:33.595.113.513.188.752.2]pembeda yang diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 3.5
Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda Besarnya Daya Pembeda Interpretasi
37
Arochfah, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penanaman, Komunikasi Dan Disposisi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Induktif, Deduktif, Dan Belajar Kooperatif Tipe Numbered-Heads-Together Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
[image:34.595.108.516.253.669.2]Oleh karena banyaknya subyek pada saat uji coba soal kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis lebih dari 30 yaitu 36 orang siswa, maka banyaknya sampel yang dianalisis daya pembedanya adalah 27% siswa untuk kelompok atas dan 27% siswa untuk kelompok bawah. Hasil perhitungan uji daya pembeda soal kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis disajikan pada tabel 3.6 berikut ini.
Tabel 3.6
Data Hasil Uji Daya Pembeda Soal Tes Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis
Soal Tes Kemampuan Pemahaman Matematis
Soal Tes Kemampuan Komunikasi Matematis
No. Urut
No. Soal
Daya
Pembeda Interpretasi No. Urut
No. Soal
Daya
Pembeda Interpretasi
1 1a 0,38 Cukup 1 1 0,43 Baik
2 1b 0,45 Baik 2 2a 0,25 Cukup
3 2 0,40 Cukup 3 2b 0,43 Baik
4 3 0,55 Baik 4 3a 0,40 Cukup
5 4 0,53 Baik 5 3b 0,65 Baik
6 5 0,50 Baik 6 4a 0,45 Baik
7 6 0,43 Baik 7 4b 0,50 Baik
d. Analisis Tingkat Kesukaran Soal
Menurut Suherman (2003), tingkat kesukaran pada masing-masing butir
soal dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
dengan,
IK = indeks kesukaran
JBA = jumlah skor untuk kelompok atas
JBB = jumlah skor untuk kelompok bawah
JSA = jumlah siswa kelompok atas
Arochfah, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penanaman, Komunikasi Dan Disposisi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Induktif, Deduktif, Dan Belajar Kooperatif Tipe Numbered-Heads-Together Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hasil perhitungan tingkat kesukaran diinterpretasikan dengan
menggunakan kriteria tingkat kesukaran butir soal (Suherman, 2003) sebagai
[image:35.595.110.519.172.613.2]berikut:
Tabel 3.7
Kriteria Indeks Kesukaran Indeks Kesukaran Interpretasi
IK = 0,00 Terlalu sukar 0,00 < IK ≤ 0,30 Sukar 0,30 < IK ≤ 0,70 Sedang 0,70 < IK < 1,00 Mudah
IK = 1,00 Terlalu Mudah
Hasil perhitungan uji tingkat kesukaran data hasil uji coba disajikan pada tabel 3.8 berikut ini.
Tabel 3.8
Data Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Tes Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis
Soal Kemampuan Pemahaman Matematis
Soal Kemampuan Komunikasi Matematis No. Urut No. Soal Indeks
Kesukaran Interpretasi No. Urut
No. Soal
Indeks
Kesukaran Interpretasi
1 1a 0,61 Sedang 1 1 0,51 Sedang
2 1b 0,65 Sedang 2 2a 0,83 Mudah
3 2 0,80 Mudah 3 2b 0,71 Mudah
4 3 0,59 Sedang 4 3a 0,63 Sedang
5 4 0,52 Sedang 5 3b 0,53 Sedang
6 5 0,60 Sedang 6 4a 0,63 Sedang
7 6 0,63 Sedang 7 4b 0,48 Sedang
Setelah berdiskusi dengan dosen pembimbing dan berdasarkan pada
beberapa pertimbangan, maka semua soal kemampuan pemahaman dan
komunikasi matematis yang diujicobakan dipakai semuanya. Hasil selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran B.
2. Skala Disposisi Matematis
Instrumen untuk mengukur disposisi matematis siswa pada penelitian ini
adalah skala disposisi matematis siswa. Pada skala disposisi matematis, siswa
39
Arochfah, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penanaman, Komunikasi Dan Disposisi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Induktif, Deduktif, Dan Belajar Kooperatif Tipe Numbered-Heads-Together Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
satu pilihan jawaban yang diberikan. Pilihan jawaban yang diberikan berpedoman
pada skala Likert, yang kemudian dimodifikasi menjadi empat opsi pilihan, yaitu;
sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).
Opsi pilihan ragu-ragu (R) tidak diberikan, hal ini bertujuan untuk menghindari
jawaban ragu-ragu dari siswa sehingga kecenderungan pendapat siswa dapat
dilihat apakah cenderung setuju atau tidak setuju. Pernyataan-pernyataan pada
skala disposisi matematis bersifat tertutup, ada pernyataan positif dan ada
pernyataan negatif.
Pernyataan-pernyataan yang sudah disusun diujicobakan terlebih dahulu.
Selanjutnya dilakukan uji validitas dan reliabilitas apakah layak untuk dijadikan
instrumen penelitian atau tidak. Uji validitas muka, validitas isi, dan validitas
konstrak dilakukan oleh dosen pembimbing dan rekan pendidik yang dianggap
kompeten di bidangnya. Kemudian dilakukan uji coba validitas butir soal dan uji
reliabilitas. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan dengan cara yang sama seperti
pada instrumen tes kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis.
Pemberian skor setiap opsi pilihan pendapat dari pernyataan skala
disposisi matematis ditentukan secara summated ratink, yaitu berdasarkan
distribusi jawaban responden atau dengan kata lain menentukan nilai skala dengan
deviasi normal (Azwar, 2010). Adapun langkah-langkah pemberian skor dengan
cara summated ratink adalah sebagai berikut:
a) hasil jawaban untuk setiap pernyataan dihitung frekuensi setiap pilihan
jawaban;
b) setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut
proporsi;
c) tentukan nilai proporsi kumulatif dengan jalan menjumlahkan nilai proporsi
secara berurutan perkolom skor;
d) tentukan nilai proporsi kumulatif tengah dengan menjumlahkan proporsi titik
tengah kumulatif dengan proporsi kumulatif secara berurutan perkolom skor;
e) hitung nilai Z untuk setiap proporsi kumulatif tengah yang diperoleh;
f) tentukan nilai Z* dengan menjumlahkan nilai Z masing-masing pilihan
Arochfah, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penanaman, Komunikasi Dan Disposisi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Induktif, Deduktif, Dan Belajar Kooperatif Tipe Numbered-Heads-Together Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu g) tentukan nilai skala skor dengan membulatkan nilai Z*.
Dengan cara summated ratink skor SS, S, TS, dan STS dari setiap
pernyataan dapat berbeda-beda tergatung pada sebaran respon siswa. Hasil
perhitungan pemberian skor setiap kategori SS, S, TS, dan STS dapat dilihat pada
lampiran B.
Selanjutnya pengolahan uji validitas dan reliabilitas skala disposisi
matematis dilakukan pada . Dari perhitungan uji reliabilitas skala
disposisi matematis, diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,918. Berdasarkan hasil
analisis reliabilitas, dapat disimpulkan bahwa skala disposisi matematis yang diuji
coba reliabel, sehingga tes tersebut memenuhi karakteristik yang memadai untuk
digunakan. Akan tetapi dari hasil perhitungan uji validitas, diketahui ada dua
penyataan yang tidak valid, yaitu pernyataan nomor 12 dan 13. Hal ini
dikarenakan nilai koefisien korelasi kurang dari , sedangkan pernyataan
yang koefisiennya negatif termasuk valid hanya saja korelasinya terbalik.
Selanjutnya skor skala disposisi matematis tersebut diuji kembali dengan
tidak menyertakan pernyataan-pernyataan yang tidak valid. Hasil pengolahan
menunjukkan seluruh pernyataan yang diuji valid. Dengan demikian skala
disposisi matematis yang diujicoba memenuhi karakteristik yang memadai untuk
digunakan, dengan pernyataan sebanyak 45 item. Pengolahan skala disposisi
matematis secara lengkap dapat dilihat pada lampiran B.
3. Lembar Observasi
Untuk memperoleh hasil penelitian yang optimal, dilakukan kegiatan
observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran di kelas eksperimen. Lembar
observasi digunakan untuk mengamati suasana kelas secara umum atas aktivitas
siswa dan guru selama pembelajaran melalui pendekatan induktif-deduktif dan
belajar kooperatif tipe NHT. Lembar observasi aktivitas siswa disusun
berdasarkan karakteristik aktivitas yang seharusnya terjadi selama pembelajaran
melalui pendekatan induktif-deduktif dan belajar kooperatif tipe NHT.
41
Arochfah, 2013
Meningkatkan Kemampuan Penanaman, Komunikasi Dan Disposisi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Induktif, Deduktif, Dan Belajar Kooperatif Tipe Numbered-Heads-Together Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bahan ajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kerja siswa
(LKS) untuk kelas eksperimen dan lembar soal untuk kelas kontrol. Isi dan cara
penulisan LKS untuk kelas eksperimen disesuaikan dengan pendekatan
induktif-deduktif, sedangkan lembar soal untuk kelas kontrol berisi soal-soal latihan yang
sama dengan soal yang diberikan pada kelas eksperimen. Bahan ajar yang
digunakan memuat materi matematika untuk kelas XI program IPA semester 2,
yaitu materi turunan. LKS disusun berdasarkan kurikulum yang berlaku di
lapangan, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
E. Teknik Analisis Data
1. Analisis Data Kualitatif
Data kualitatif diperoleh melalui lembar observasi. Hasil observasi diolah
secara deskriptif dan hasilnya dianalisis melalui laporan penulisan essay yang
menyimpulkan kriteria, karakteristik serta proses yang terjadi dalam
pembelajaran.
2. Analisis Data Kuantitatif
Analisis data hasil tes kemampuan pemahaman, komunikasi, dan disposisi
matematis siswa dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan uji statistik.
Analisis data hasil tes dimaksudkan untuk mengetahui besarnya kemampuan dan
peningkatan kemampuan pemahaman, komunikasi, dan disposisi matematis siswa.
Untuk mengetahui perbeda