2. LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Store
Menurut Berman dan Evans, (2001, p. 164), ”store merupakan sebuah tempat tertutup yang di dalamnya terjadi kegiatan perdagangan dengan jenis benda atau barang yang spesifik, misalnya book store, fashion store, dan sebagainya”. Store juga lebih modern dalam hal barang-barang yang dijual, dan proses transaksinya lebih modern mengunakan machine bukan lagi hitung secara manual. Selain itu ditinjau dari bangunan fisiknya, store lebih terkesan mewah dan modern dalam arsitektur bangunannya daripada warung. Selain itu menurut Oxford English Dictionary, store merupakan where merchandise is sold maksudnya adalah store merupakan tempat dimana menjual barang dagangan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa store atau toko adalah suatu tempat dimana dilaksanakan kegiatan aktivitas bisnis meliputi menjual dan membeli produk untuk keperluan pribadi, keluarga, atau untuk persediaan keperluan rumah tangga.
Menurut Suskiyanto (1998), beberapa hal yang harus diperhatikan untuk menuju Arsitektur Berwawasan Lingkungan:
Dalam buku Dasar– dasar eko-arsitektur dijelaskan bagaimana konsep arsitektur berwawasan lingkungan serta kualitas konstruksi dan bahan bangunan untuk rumah sehat dan dampaknya terhadap kesehatan manusia. Dalam penerapannya, alam merupakan suatu pola perencanaan eko-arsitektur. Lingkungan alam sebagai makrokosmos dan lingkungan buatan (rumah) sebagai mikrokosmos. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pola perencanaan eko arsitetur antara lain : 1. Penyesuaian terhadap lingkungan alam setempat. Perencanaan pembangunan hendaknya mmperhatikan orientasi terhadap sinar matahari, arah angin, perubahan suhu siang dan malam serta penggunaan tumbuhan dan air sebagai pengatur iklim. Hal ini dilakukan sebagai suatu usaha untuk menghemat energi.
2 Menghemat sumber energi alam yang tidak dapat diperbaharui dan mengirit
penggunaan energi. Beberapa hal yang bisa dilakuan antara lain dengan
meminimalisasi penggunaan energi untuk alat pendingin, optimalisasi pada
penggunaan sumber energi yang tidak dapat diperbaharui, menggunakan energi alternatif dan energi surya.
3. Memelihara sumber lingkungan udara, tanah, dan air yaitu dengan memperhatikan berbagai aspek bahan pencemar yang bisa mengga nggu peredaran air, kebersihan udara dan tanah.
4. Memelihara dan memperbaiki peredaran alam. Setiap aktivitas manusia harus memperhatikan semua ekosistem yang harus dimengerti sebagai suatu peredaran di alam dan manusia tidak boleh merusaknya. Contoh : dalam kegiatan penggunaan bahan bangunan harus memperhatikan rantai bahannya sehingga tetap berfungsi juga sebagai peredaran.
5. Mengurangi ketergantungan pada sistem pusat energi (listrik, air) dan limbah (air limbah, sampah).
6. Penghuni ikut serta secara aktif pada perencanaan pembangunan, dan pemeliharaan perumahan.
7. Tempat kerja dan pemukiman dekat. Hal ini dimaksudkan agar akses atau pencapaian dari rumah ke tempat kerja bisa dilakukan dengan berjalan kaki atau bersepeda sehingga mampu mengurangi emisi atau gas buangan yang terlalu banyak dari kendaraan bermotor.
8. Kemungkinan penghuni menghasilkan sendiri kebutuhannya sehari – hari.
9. Menggunakan teknologi sederhana yaitu dapat dilakukan dengan cara menggunakan teknologi mudah dirawat dan dipe lihara serta sesuai dengan teknologi pertukangan.
Yang menjadi ciri dari sebuah green building di antaranya adalah lebih banyak ruang terbuka sehingga perbandingan antara bangunan dan ruang terbuka lebih harmonis. Fenestrasi pada massa bangunan baik yang bersifat visual (jendela dan pintu lebar).
2.2 Store Design 2.2.1 Pengertian Design
Menurut Veronika Wardhana, (2009, p. 15) ”desain memiliki tujuan
meningkatkan sebuah produk agar terlihat menarik”. Desain biasa diterjemahkan
sebagai seni terapan dan arsitektur. Kata "desain" bisa digunakan baik sebagai
kata benda maupun kata kerja. Sebagai kata kerja, "desain" memiliki arti "proses untuk membuat dan menciptakan obyek baru" dengan kata lain desain merupakan suatu kegiatan merancang. Sebagai kata benda, "desain" digunakan untuk menyebut hasil akhir dari sebuah proses atau karya yang berwujud sebuah rencana, proposal, atau berbentuk obyek nyata. Menurut Stephen Pite (2003), desain merupakan “practical and creativity activity, the ultimate intent of which is to develop a product that helps it users achieve their goals” dengan kata lain desain merupakan suatu praktek maupun aktivitas, yang dibangun untuk mencapai suatu tujuan tertentu yaitiu untuk memperidah atau mempercantik sesuatu.
Proses desain pada umumnya memperhitungkan aspek fungsi, estetik dan berbagai macam aspek lainnya, yang biasanya datanya didapatkan dari riset, pemikiran, brainstorming, maupun dari desain yang sudah ada sebelumnya.
Desain dirancangkan untuk suatu tujuan tertentu yang harus memiliki fungsi bagi perancangnya, memiliki estetika sebagai media apresiasi dari desainernya.
2.2.2 Store Design
Menurut Bollen, (1982, p. 115), ”store design merupakan desain suatu toko yang membedakan dengan toko yang lain”. Selain itu (Levy and Weitz, 2009, p. 509), juga mengatakan, store design merupakan salah satu faktor yang paling kompeten untuk menciptakan store image sedangkan, store image itu sendiri adalah gambaran atau deskriptif retail yang ada di benak konsumen yang membedakan satu retail dengan retail lainnya (Bellengerand Goldstrucker, 1983, p. 70). Tujuan strore design adalah untuk (1)implementasi dari strategi bisnis retail yaitu menjual barang dagangan, (2)mempengaruhi prosespengambilan keputusan membeli, dan (3) menyediakan kenyamanan. Menurut Dunne and Lusch, (2005, p. 473), ”store design dibagi menjadi 4 yaitu : eksterior design, interior design, lighting, sounds and smell”. Kesemua hal tersebut harus dapat bekerjasama dalam menciptakan ambiance toko bagi konsumen. Ambiance merupakan proyeksi dari suasana toko yang dapat ditangkap oleh pancaindera.
Berikut dijabarkan macam-macam komponen store design , yang meliputi
eksterior design, interior design, lighting, sounds and smell :
2.2.2.1 Eksterior Design
Menurut Dunne and Lusch (2005), eksterior design adalah tampilan terluar dari sebuah store yang berperan penting menarik minat konsumen untuk masuk dan melihat. Eksterior design terdiri dari storefront design (tampilan design luar toko itu sendiri), signage, dan entrance pintu masuk.
1. Storefront design
Storefont Design merupakan desain terluar yang tampak sebelum pengunjung masuk kedalam toko. Storefront design harus dibuat jelas, mudah diingat, dan mudah dikenali dengan mengidentifikasikan nama dan gambaran umum toko serta memberi petunjuk mengenai barang yang tersedia didalamnya. Berikut beberapa alternatif yang dapat digunakan retailer untuk mempertibangkan perencanan storefront :
• Modural Structure
Merupakan model yang berbentuk persegi atau lingkaran yang terdiri dari beberapa toko dite mpat tersebut.
• Prefabicated Stucture
Merupakan bentuk toko yang terletak dalam suatu lokasi yang bersebelahan dengan pabrik.
• Protoype Store
Merupakan model strorefont yang biasa digunakan oleh franchisor.
Storefront seragam dengan toko lain dan merupakan bagian dari desain yang sudah ditentukan dalam perjanjian franchisornya.
• Unique Building Design
Merupakan storefront yang mempunyai desain yang unik lain dari pada yang lain seperti penambahan pohon-pohonan, air mancur dan sebagainya yang menciptakan suas ana santai disekitar toko.
2. Signage atau Marquee
Signage atau marquee merupakan suatu tanda atau semacam symbol yang digunakan untuk memajang nama atau logo suatu toko. Marquee dapat dibuat dengan teknik penulisan huruf, pewarnaan, atau penggunaan lampu neon.
Marquee dapat dikombinasikan dengan slogan atau informasi lainnya untuk
menginterpretasikan model toko tersebut. Marquee juga mencakup jendela
display toko. Display barang didepan toko mampu menarik perhatian konsumen yang menyebabkan impulse buying tahap awal.
3. Entrance atau Pintu Masuk.
Entrance merupakan pintu masuk customer kedalam toko. Pintu masuk harus terlihat jelas untuk memudahkan pengunjung masuk. Pintu masuk juga jangan dibuat berbelit. Pintu masuk mempunyai tiga pertimbangan yang juga perlu diputuskan antara lain :
• Jumlah pintu masuk
Disesuaikan dengan besarnya bangunan toko. Perlu diperhitungkan juga faktor keamanan.
• Jenis pintu masuk yang akan digunakan
apakah akan menggunakan pitu otomatis atau pintu dorong.
• Lebar pintu masuk
Pintu masuk yang lebar akan menciptakan suasana dan kesan yang berbeda (misalnya lebih exclusive) dibanding dengan pintu masuk yang sempit. Selain itu juga untuk menghindari kemacetan arus lalu lintas orang yang keluar masuk toko.
2.2.2.2 Interior Design
Menurut Veronika Whardana, (2009) interior design merupakan desain yang disajikan didalam sebuah toko meliputi general interior dan display produk.
Seperti kita ketahui iklan dapat menarik pembeli untuk datang ke toko, namun yang paling utama yang dapat membuat penjualan setelah pembelian berada di toko adalah display. Display yang baik yaitu yang dapat menarik perhatian pengunjung dan membantu mereka agar mudah mengamati, memeriksa, dan memilih barang-barang itu dan akhirnya melakukan pembelian ketika konsumen masuk didalam toko.
1. General Interior
Yang dimaksud dengan general interior adalah komponen-komponen yang
didalamnya mencakup pemakaian lantai, dinding, dan plafon pada store tersebut
untuk membuat store lebih menarik dan nyaman. General interior juga
merupakan komponen yang perlu dipertimbangkan oleh pihak retailer. Adapun elemen-elemen tersebut:
• Flooring
Flooring merupakan penentuan jenis lantai (kayu, karpet, keramik), ukuran, desain, dan warna lantai. Pemilihan ini menjadi cukup penting untuk dipertimbangkan karena secara sadar atau tidak sadar akan mempengaruhi kenyamanan konsumen untuk berada di toko tersebut.
• Wallpaper
Wallpaper merupakan salah satu elemen yang akan mempengaruhi ambience toko yaitu proyeksi suasana toko yang ditangkap oleh pancaindera kons umen ketika berada didalam toko. Pemilihan wallpaper dapat dikategorikan sebagai pemilihan motif atau corak dinding dalam toko, mempengaruhi pandangan dan perasaan konsumen, misalnya soft wallpaper gambar daun dapat menimbulkan rasa nyaman, sebaliknya corak wallpaper lingkaran dapat membuat pusing.
• Plafon
Plafon merupakan salah satu elemen general interior yang tidak kalah penting, walau pada kenyataan plafon merupakan bagian yang jarang dilihat saat konsumen berada dalam toko. Namun dari kejauhan plafon, wall texture, dan flooring yang match akan mengundang ketertarikan konsumen masuk kedalam toko karena ada perasaan nyaman.
2. Display
Menurut Veronika Whardana (2009, p. 3), “display merupakan fasilitas untuk memamerkan sebuah produk atau tampilan yang dipamerkan dalam toko untuk membuat suatu ruangan lebih menarik”. Display sangat dibutuhkan dalam suatu store mengingat sasaran konsumen adalah pembeli eceran yang umumnya memiliki alasan personal untuk memutuskan saat membeli sebuah produk. Oleh karena itu, rancangan display yang unik dan mewakili karakter suatu produk dapat memberikan nilai tambah terhadap produk tersebut agar lebih menarik sehingga menumbuhkan minat pembelian. Bahkan dalam bukunya, penulis mengatakan
“Display sebuah ruang usaha seumpama magnet yang menarik pembeli untuk
datang berkunjung, melihat-lihat, dan pada akhirnya melakukan transaksi
pembelian”. Tampilan toko secara tidak langsung akan mempengaruhi ambience toko. Selain itu display ditujukan untuk memudahkan konsumen dalam memilih dan melihat barang baik merk, ukuran, maupun jenis barang.
2.2.2.3 Lighting
Menur ut Mark Karlen (2004, p. 125), “lighting merupakan salah satu unsur dalam store design yang memegang peranan penting dalam mewujudkan karakter bangunan dan atmosfer ruangan”. Pada dasarnya pencahayaan dapat dibedakan menjadi pencahayan alami dan pencahayaan buatan dimna pencahayaan alami adalah pencahayaan secara nature sedangkan buatan merupakan pencahayaan yang dibuat oleh manusia atau pada umumnya disebut lampu. Pencahayaan buatan inilah yang dapat digunakan sebagai permainan warna untuk membuat objek te rlihat lebih hidup (Wardhana, 2009). Menurut Levy and Weitz (2009, p. 508), “a good lighting helps create a sense of excitement in the store”. Dimana setiap toko harus mempunyai pencahayaan yang baik untuk mengarahkan atau menarik perhatian konsumen ke daerah tertentu. Tata cahaya yang baik mempunyai kualitas dan warna yang dapat membuat produk- produkyang ditawarkan terlihat lebih menarik, lebih berbeda bila dibandingkan dengan keadaan yang sebenarnya (misalnya warna kuning atau emas membuat ruangan lebih elegan dan mewah). Adapun pencahayaan atau lighting menurut Levy and Weitz (2009, p. 508) dalam suatu ruangan terdapat komponen sebagai berikut:
1. Primary lighting
Primary lighting merupakan pencahayaan utama yang menerangi seluruh ruangan. Pencahayaan utama dapat terlihat dari luar toko. Biasa primary lighting mengunakan bias cahaya atau sumber cahaya yang netral (tidak berwarna-warni/ satu warna), seperti lampu neon.
2. Accent or secondary lighting
Accent atau secondary lighting adalah pencahayaan yang sekunder yang
dibuat dengan tujuan untuk menyorot suatu objek tertentu. Biasa
digunakan untuk menunjang display produk. Secondary lighting
biasanya dipasang pada rak-rak tempat produk, pada sudut ruangan
untuk menerangi bagian ruangan yang tidak terkena lamou utama, dan pada meja cashier.
3. Atmosphere lighting
Atmosphere lighting adalah pencahayaan yang secara menyeluruh, kombinasi dari primary and secondary lighting bertujuan untuk membentuk atmosfer ruangan yang eksotis (enak dipandang), selain itu atmosphere lighting juga bertujuan untuk membuat pengunjung merasa lebih nyaman berada di toko tersebut.
2.2.2.4 Sounds and Smell
Menurut Levy and Weitz (2009), sounds atau music merupakan faktor yang dapat menambah atau mengurangi penilaian customer terhadap store tersebut. Musik dapat berpengaruh pada process decision making, mengontrol alur konsumen toko, menciptakan sebuah image, dan menarik customer untuk memberi perhatian lebih. Musik yang diputar dalam toko dapat menyenangkan atau menjengkelkan bagi pelanggan. Mix of classical music dapat mendorong customer untuk lebih tenang, santai, dan lebih baik dalam melihat-lihat produk.
Pilihan musik dapat mempengaruhi perilaku pelanggan, tingga l lebih lama atau segera meninggalkan tempat misalnya rock music dengan irama yang menghentak-hentak akan membuat customer tidak nyaman ketika ia harus berbicara atau bertanya informasi pada pramuniaga. Sedangkan smell atau aroma merupakan salah satu rangs angan emosi yang memiliki pengaruh besar misalnya rasa lapar, rasa jijik, atau nostalgia. Dengan kata lain smell dapat merangsang atau menggangu penjualan. Menurut Levy and Weitz (2009) sounds berhubungan positif dengan smell memiliki pengaruh atau impact pada keputusan pembelian.
Hal tersebut karena sounds and smell sama-sama merupakan faktor stimuli atau perangsang indera. Aroma harus diseduaikan dengan tujuan pemakaian ruangan dan aktifitas ruangan.
2.3 Purchases Decision Making
Purchases decision making atau biasa disebut dengan proses pengambilan
keputusan merupakan pola paling sederhana yang mempengaruhi konsumen
membeli produk. Proses tersebut dimunculkan oleh motivasi yang diuraikan menjadi needs, wants, dan demands dimana:
• Needs : merupakan kebutuhan dasar manusia yang dipengaruhi oleh satatus sosial.
• Wants : merupakan tahap potensi untuk membeli muncul karena orang mendapat dorongan untuk memuaskan needs.
• Demands :tingkat dimana wants tadi disertai dengan kemampuan untuk membeli.
Selanjutnya proses pengambilan keputusan diuraikan secara jelas oleh Kotler (2004, p.198) dan Sutisna (2002, p.15) dalam bukunya yaitu, ”proses keputusan pembelian terdiri dari lima tahap mulai dari pengenalan masalah/ kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternative, keputusan pembelian, sampai perilaku pasca keputusan pembelian”
.
Gambar 2.1. Tahap-tahap Proses Keputusan Pembelian Sumber: Kotler (2004:198)
1. Pengenalan masalah/ kebutuhan
Proses pembelian diawali dengan pengenalan masalah / kebut uhan pembeli.
Pada tahap ini pemasar dituntut untuk dapat jeli melihat apa saja masalah/ kebutuhan yang muncul dan bagaimana cara mereka memenuhinya. Informasi ini dapat menjadi kesempatan bagi pemasar untuk mengembangkan pasarannya.
2. Pencarian Informasi
Setelah mengenal akan masalah/ kebutuhannya, konsumen akan tergerak untuk mencari informasi. pencarian informasi akan dipengaruhi oleh seberapa kuat doorngan untuk mencari informasi, seberapa banyak insormasi yang sudah dimiliki serta kemudahan mendapatkannya.
Sumber informasi biasanya terdiri dari empat kelompok yaitu sumbar pribadi seperti keluarga teman dll, sumbar komersial misalnya media iklan dll, sumber public, sumber pengalaman.
Problem recognition
Information search
Evaluation of alternatives
Purchases
decision
Post purchase
behaviour
3. Evaluasi Alternatif
Model yang terbaru memandang proses evaluasi berdasarkan orientasi kognitif yaitu mereka menganggap konsumen membentuk penilaian atas produk berdasarkan kesadaran dan ratio. Beberapa konsep dasar memahami proses evaluasi konsumen. Pertama konsumen berusaha memenuhi kebutuhannya. Kedua konsumen mencari manfaat dari solusi produk.
Ketiga konsumen memandang setiap produk sebagai atribut yang memberikan kemampuan yang berbeda -beda dala memberikan manfaat memenuhi kebutuhannya.
4. Keputusan pembelian
Tahap ini konsumen membentuk perferensi atas merek-merek dalam kumpulan pilihan. Konsumen juga mungkin membentuk niat terhadap produk yang paling disukai. Namun dua factor dapat berada diantara niat pembelian dan keputusan pembelian yaitu :
a. Pendirian orang lain
Semakin gencar sikap negative orang lain dan semakin dekat orang lain dengan konsumen , semakin besar pula konsumen akan menyesuaikan tingkat pembeliannya. Demikian pula sebaliknya.
b. Faktor situasi yang tidak diantipasi
Konsumen mungkin membentuk niat membeli sesuai dengan faktor -faktor seperti pendapata n yang diperkirakan, harga yang diharapkan, dan manfaat produk yang diharapkan. Namun kejadian-kejadian yang tidak diharapkan dapat mengubah niat pembelian tersebut.
5. Perilaku Pasca Pembelian
Setelah membeli produk , konsumen akan mengalami tingkat kepuasan atau ketidakpuasan tertentu.
a. Kepuasan pasca pembelian
Kepuasan membeli adalah fungsi seberapa dekat pembeli atas suatu produk
dengan kinerja yang dirasakan pembeli terhadap produk tersebut. Jika
kinerja atau manfaat produk sesuai dengan yang diharapkan maka
pembeli akan puas, demikian sebaliknya.
b. Tindakan pasca pembelian
Kepuasan dan ketidakpuasan konsumen akan mempengaruhi perilakunya, terutama dalam tingkat loyalitas pelanggan. Jika konsumen puas, ia akan menunjukkan kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli produk kembali.
c. Pemakaian dan pembuangan pasca pembelian
Pemakaian dan pembuangan tergantung pada masa hidup produk serta kegunaan produk tersebut. Intensitas emakaian menunjukkan tingkat kepuasan konsumen yang semakin tinggi.
Dalam penelitian ini faktor internal yang mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli suatu produk, yaitu buter characteristic tidak akan dibahas.
Peneliti hanya akan khusus membahas faktor eksternal yaitu store design yang sangat mempengaruhi pelanggan dalam mengambil keputusan membeli suatu produk. Seperti hasil dari Information & Management, May 2002 dalam Kotler (2004) menyatakan bahwa that the quality of store design has an effect on the consumer purchase decision, dimana maksudnya adalah store design memiliki effect atau pengaruh dalam membuat keputusan pembelian.
2.4 Hubungan Antar Konsep
Penelitian ini dumulai dengan latar belakang permasalahan yang
mengangkat fenomena pertumbuhan mall and retail yang semakin menjamur
dewasa ini. Melihat hal tersebut maka peneliti tertarik untuk lebih dalam meneliti
apakah ada pengaruhnya antara suatu konsep dalam mendesain sebuah ritail
dengan tingkat keputusan membeli produk yang dilakukan oleh customer. Karena
itu peneliti menjadikan The Body Shop Mall, Surabaya karena keunikannya
dalam mengkonsep sebuah design toko. The Body Shop merupakan satunya-
satunya ritail yang mendeklarasikan bahwa ritail nya adalah ritail yang cinta
lingkungan, mulai dari konsep store design-nya sampai pada produk yang
dipasarkan. Selain itu peneliti menjadikan The Body Shop Mall, Surabaya karena
setelah melakukan pengamatan dari beberapa gerai ritail The Body Shop yang ada
di Surabaya, peneliti menemukan bahwa store design The Body Shop Mall,
Surabaya paling mencerminkan konsep cinta lingkungan mulai dari eksterior
sampai sounds and smell-nya. Berawal dari uraian diatas maka hubungan antar
konsep dalam penelitian ini menghubungkan pengaruh store design yang
berkonsep cinta lingkungan dengan keputusan membeli produk di The Body Shop
Galaxy Mall, Surabaya. Mengingat bahwa keputusan pembelian juga dipengaruhi
oleh rangsangan yang berasal dari stimulasi indera misalnya penglihatan,
penciuman, dll yang berhubungan dengan panca indera kita. Store design
membentuk store image yang terdiri atas empat elemen yaitu eksterior design,
interior design, lighting, sounds and smell apabila direncanakan dan diolah secara
tepat akan menikmati suasana toko lebih lama, melihat-lihat dan menciptakan
tingkat penjualan yang lebih tinggi.
2.5 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran
2.6 Hipotesis
Dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan adalah :
Latar belakang permasalahan
a. Banyaknya pusat perbelanjaan yang lokasinya berada dalam satu kawasan yang sama mengakibatkan terjadinya persaingan yang ketat antara pusat perbelanjaan tersebut.
b. Store design yang berkonsep cinta lingkungan menjadi image value The Body Shop.
Value tersebut yang menjadikan The Body Shop satu-satunya retail berprinsip cinta lingkungan pada store designnya yang melingkupi eksterior designnya, interior, lighting, sounds, and smellnya.
c. Untuk itu penulis ingin meneliti bagaimana pengaruhnya antara store design yang mengacu pada prinsip cinta lingkungan dengan pengambilan keputusan pembelian
Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka identifikasi permasalahan yang muncul adalah sebagai berikut :
1. apakah ada pengaruh antara store design yang berkonsep pada cinta lingkungan dengan keputusan membeli produk di The Body Shop Galaxy Mall, Surabaya?
2. Variabel store design mana yang paling dominan berpengaruh dengan keputusan membeli produk di The Body Shop Galaxy Mall, Surabaya?
Store Design
Eksterior Design
• Storefront
• Signage/
marquee
• Entrance
Interior Design
• General Interior
• Display
Lighting
• Primary lighting
• Accent or secondary lighting
• Atmosphere lighting
Sounds and Smell
• Sounds concentration
• Volume of sounds
• Sources of smell
Keputusan Pembelian Produk