• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan gurami (Osphrenemus gouramy)

2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi

Gambar 1. Ikan gurame (Sitanggang dan Sarwono, 2007)

Ikan gurami (Osphronemus gouramy) dapat diklasifikasikan sebagai berikut (SNI, 2000) :

Filum : Chordata Kelas : Actinopterygii Ordo : Perciformes Family : Osphronemidae Genus : Osphronemus

Spesies : Osphronemus gouramy

Berdasarkan Sitanggang dan Sarwono (2007), gurame mempunyai bentuk badan yang khas dengan bentuk tubuhnya agak panjang, pipih, dan lebar, serta badannya tertutupi oleh stenoid yang kuat dengan tepi yang kasar. Ikan ini memiliki ukuran mulut yang kecil yang letaknya miring tidak tepat di bawah ujung moncong.

Bibir bawah terlihat sedikit lebih maju dibandingkan dengan bibir atas dan dapat

(2)

disembulkan. Warna badan ikan gurame umumnya biru kehitam-hitaman, bagian perut berwarna putih, bagian punggung berwarna kecoklatan. Ikan gurame jantan memiliki tutup insang berwarna kekuningan, dasar sirip dada berwarna lebih putih, dan hitam terang. Pada ikan gurami betina, tutup insang berwarna putih kecoklatan, dengan dasar sirip dada berwarna kehitaman, warna badan yang relatif lebih terang.

(Risky, 2011).

Habitat asli gurame adalah perairan tawar yang tenang dan tergenang seperti rawa dan sungai dengan kadar oksigen yang cukup dan mutu air yang baik. Apabila dibudidayakan di daerah dataran rendah dengan ketinggian 50–600 m dari permukaan laut ikan gurame akan berkembang dengan baik. Ikan gurame juga akan menunjukkan pertumbuhan optimal apabila dikembangkan di dataran dengan ketinggian 50-400 m dari permukaan laut dengan suhu 24-28 °C (Agri, 2011).

2.1.2 Kebiasaan Makan

Jenis makanan yang dikonsumsi ikan gurami pada setiap fase pertumbuhannya berbeda. Puspowardoyo dan Abbas (1992) menyatakan larva gurami memakan kuning telur yang terdapat pada tubuhnya setelah menetas hingga usia antara 5-7 hari, kemudian beralih makan fitoplankton dan zooplankton hingga usia 1 bulan, setelah itu ikan gurami mulai memakan tumbuh- tumbuhan air.

Perubahan jenis makanan ikan gurami dari ikan karnivora ke omnivora hingga akhirnya menjadi herbivora mengakibatkan ikan gurami mengalami pertumbuhan yang lambat (Aslamsyah, 2009).

Ikan gurami dapat diberi pakan buatan pada usia satu bulan (Saparinto, 2008).

Pakan yang diberikan pada budidaya ikan gurami secara intensif adalah pakan

(3)

buatan berupa pelet guna mendukung kelangsungan hidup danpertumbuhan ikan gurami (Badan Standarisasi Nasional, 2009).

2.2 Pakan

Pakan merupakan salah satu faktor terpenting dalam menunjang keberhasilan budidaya. Fungsi utama pakan adalah sebagai penyedia energi bagi aktivitas sel-sel tubuh. Pakan memerlukan biaya kurang lebih 60% dari biaya operasional (Aslianti, 2010). Pakan ikan dapat digolongkan menjadi dua yaitu pakan ikan alami dan pakan ikan buatan. Pakan buatan merupakan makanan yang dibuat dari campuran bahan-bahan alami atau bahan olahan yang selanjutnya dilakukan proses pengolahan serta dibuat dalam bentuk tertentu sehingga menciptakan daya tarik (merangsang) ikan untuk memakannya (Abbas, 1995).

Pakan buatan yang tersebar di masyarakat lebih dikenal dengan sebutan pakan komersial. Pakan komersial adalah pakan yang dibuat dengan formulasi tertentu berdasarkan pertimbangan pembuatannya. Pembuatan pakan berdasarkan pada kebutuhan nutrien ikan, kualitas bahan baku dan nilai ekonomis. Pakan komersial untuk ikan sering ditemui dalam bentuk pelet. Pelet memiliki keunggulan yaitu mudah didapat, tidak tergantung musim, mudah dalam pemberian dan tidak mencemari media pemeliharaan (Soemardjati dkk., 2008).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan terhadap ikan peliharaan, yaitu (1) Berapa banyak kandungan energi dari pakan buatan tersebut yang dapat dimanfaatkan oleh ikan. (2) Pakan buatan yang tidak dikonsumsi akan menambah kandungan bahan organik sehingga dapat menimbulkan masalah

(4)

ketersediaan oksigen terlarut, penyakit, maupun senyawa toksik dan (3) Kualitas dan cara pemberian pakan dapat mempengaruhi jumlah pakan buatan yang akan dikonsumsi oleh ikan (Murtidjo, 2001)

Menurut Badan Standarisasi Nasional (2009), syarat mutu pakan ikan gurami yang baik adalah mencakup kadar airyang dimana diberikan pada ikan gurami yang memiliki pertumbuhan yang berbeda-beda (3cm- >15cm), kadar air yang diberikan 12%. Kadar abu yg diberikan pada setiap ikan gurami memiliki persentase yang berbeda, pada ikan gurami yang memiliki ukuran tubuh 3cm-15cm kadar abu yang diberikan 12%, sedangkan ikan gurami yang memiliki ukuran tubuh >15cm kadar abu yang diberikan 13%. Pada kadar protein ukuran ikan gurami 3cm-5cm diberikan kadar protein 38%, ukuran 5cm-15cm diberikan kadar protein 32% dan ukuran ikan gurami >15cm diberikan kadar protein 28%. Pada kadar lemak, ukuran ikan gurami 3cm-5cm diberikan kadar lemak 7%, ukuran 5cm-15cm 6% dan ukuran

>15cm 5%. Kadar serat kasar pada ikan yang berukuran 3cm-5cm diberikan 5%, ukuran 5cm-15cm 6% dan ukuran >15cm 8%. Kebutuhan nutrisi ikan gurami menurut Badan Standarisasi Nasional (2009) dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Syarat Mutu Pakan Ikan Gurame

Parameter

Persyaratan Ukuran Ikan 3–5 cm

Ukuran Ikan 5–15 cm

Ukuran Ikan

>15 cm

Kadar air (maksimal) 12% 12% 12%

Kadar abu (maksimal) 12% 12% 13%

Kadar protein (minimal) 38% 32% 28%

(5)

Parameter Persyaratan Ukuran Ikan 3–5 cm

Ukuran Ikan 5–15 cm

Ukuran Ikan

>15 cm

Kadar lemak (minimal) 7% 6% 5%

Kadar serat kasar (maksimal)

5% 6% 8%

Diameter pakan 1–2 mm 2–3 mm 3–6 mm

(Sumber : Badan Standarisasi Nasional, 2009)

2.3 Enzim Papain

Papain merupakan enzim protease yang terkandung dalam getah pepaya, baik dalam buah, batang dan daunnya. Enzim papain yang berkemampuan memecahkan molekul protein ini menjadi suatu produk yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia, baik di rumah tangga maupun industri (Moeksin, 2008).

Enzim yang bekerja sebagai katalis dalam reaksi hidrolisis protein disebut enzim proteolitik atau protease. Oleh karena yang dipecah adalah ikatan pada rantai peptida, maka disebut juga peptidase. Kespesifikan reaksi-reaksi enzimatik bergantung pada struktur sisi aktif. Agar suatu reaksi berlangsung, maka molekul pereaksi harus berada dalam ruangan sisi aktif apoenzim (bagian protein dari enzim). Selama reaksi enzim akan terlibat beberapa komponen : subtrat, molekul kofaktor, dan medium (seperti air) (Herdyastuti, 2006).

Enzim ini memiliki manfaat dan peran dalam berbagai bidang. Dalam industri makanan papain digunakan sebagai pengempuk daging dan konsentrat

(6)

protein, dalam industri pembuatan keju papain berfungsi sebagai penggumpal susu, di dalam detergen papain berfungsi menghilangkan sisa-sisa serat pada kain, dan dalam industri farmasi dan kosmetika papain digunakan untuk menurunkan viskositas bahan, berperan sebagai bahan aktif dalam pembuatan krim pembersih kulit, mencegah deformasi luka pada kornea mata dan pembersih lensa mata.

2.4 Retensi Ikan

Penggunaan energi pada ikan dipengaruhi oleh jumlah pakan yang dikonsumsi. Energi diperoleh dari perombakan ikatan kimia melalui proses reaksi oksidasi terhadap komponen pakan yaitu protein, lemak dan karbohidrat menjadi senyawa yang lebih sederhana (asam amino, asam lemak, dan glukosa) sehingga dapat diserap oleh tubuh untuk digunakan atau disimpan (Afrianto dan Liviawaty, 2005). Evaluasi pemanfaatan energi pakan oleh ikan gurami dapat diketahui perhitungan retensi protein dan retensi lemak.

Buwono (2000) menyatakan bahwa retensi protein merupakan gambaran dari banyaknya protein yang diberikan, yang dapat diserap atau dimanfaatkan untuk membangun maupun memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak serta dimanfaatkan tubuh ikan bagi metabolisme sehari-hari. Retensi lemak menggambarkan kemampuan ikan menyimpan dan memanfaatkan lemak pakan (Agustono dkk., 2007). Evaluasi pemanfaatan energi pakan yang dilakukan meliputi retensi protein, retensi lemak dan retensi energi. Retensi protein (RP) dan retensi energi (RE) yang dirumuskan oleh Thung dan Shiau (1991) sebagai berikut:

RP% = (𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑝𝑟𝑜𝑡𝑒𝑖𝑛 𝑡𝑢𝑏𝑢ℎ 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟−𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑝𝑟𝑜𝑡𝑒𝑖𝑛 𝑡𝑢𝑏𝑢ℎ 𝑎𝑤𝑎𝑙)

𝑡𝑜𝑡𝑜𝑙 𝑝𝑟𝑜𝑡𝑒𝑖𝑛 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛 (𝑔) × 100%

Retensi lemak (RL) dirumuskan oleh Viola dan Rappaport (1997) sebagai berikut:

(7)

RL% = (𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘 𝑡𝑢𝑏𝑢ℎ 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟−𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘 𝑡𝑢𝑏𝑢ℎ 𝑎𝑤𝑎𝑙)

𝑡𝑜𝑡𝑜𝑙 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑛 (𝑔) × 100%

2.5 Kualitas Air

Air merupakan faktor yang penting dalam budidaya, kualitas air akan mempengaruhi kelangsungan hidup ikan gurami yang dibudidayakan. Kualitas air yang diukur meliputi kandungan oksigen terlarut, kandungan CO2 terlarut, pH, suhu, kecerahan dan amoniak. Kualitas air sebagai media hidup ikan harus memiliki sifat yang cocok bagi kehidupan hewan akuatik, karena kualitas air dapat memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan makhluk hidup di air (Djatmika, 1986). Kualitas air merupakan salah satu faktor pembatas terhadap jenis biota yang dibudidayakan di suatu perairan (Kordi dan Tancung, 2007).

2.5.1 Suhu

Suhu merupakan salah satu parameter lingkungan yang memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap hewan akuatik. Ikan merupakan hewan poikilothermal yaitu hewan yang memiliki suhu tubuh yang sama dengan suhu lingkungan disekitarnya. Suhu sangat dipengaruhi oleh radiasi sinar matahari. Suhu dapat mempengaruhi kelarutan oksigen di dalam serta menyebabkan terjadi intraksi beberapa faktor lain dalam parameter kualitas air. Pengamatan suhu air pada kolam budidaya ikan gurami selama penelitian menggunakan alat ukur thermometer. Suhu yang optimal untuk budidaya ikan berkisar antara 25º-30ºC (Soetomo, 2000). Suhu air sangat penting bagi kelangsungan hidup ikan, yang dapat mempengaruhi proses- proses fisiologis seperti tingkat respirasi, efisiansi pakan, pertumbuhan, serta tingkah laku dan reproduksi.

(8)

2.5.2 DO (Oksigen Terlarut)

Oksigen terlarut adalah oksigen terlarut dalam bentuk didalam air karena ikan tidak dapat mengambil oksigen secara langsung dari udara (Gusrina, 2008). Tingkat konsumsi oksigen ikan bervariasi dan sangat bergantung pada suhu, konsentrasi oksigen terlarut, ukuran ikan, tingkat aktivitas, waktu setelah pemberian pakan dan lain sebagainya. Tingkat metabolisme ikan juga sangat bervariasi antar spesies dan dibatasi oleh rendahnya kandungan oksigen yang tersedia. Pada umumnya, ikan- ikan kecil akan mengkonsumsi oksigen per berat badan lebih banyak dibandingkan ikan besar dari satu spesies. Kandungan oksigen terlarut yang optimal dalam kegiatan budidaya adalah 5 ppm. Soetomo (2000)

2.5.3 pH

pH merupakan nilai dari asam basa suatu perairan, dimana kondisi dimana suatu perairan yang mempunyai nilai keasaman yang tepat bagi individu yang dapat mempercepat laju pertumbuhan individu tersebut, karena pH sangat berkaitan erat dengan proses metabolisme. pH optimal dalam kegiatan budidaya 7,5-8,5 (Soetomo, 2000).

Gambar

Gambar 1. Ikan gurame  (Sitanggang dan Sarwono, 2007)
Tabel 1. Syarat Mutu Pakan Ikan Gurame

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil di lapangan mengenai pengawas ruang Ujian Nasional yang dilakukan Kota Semarang dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pengawasan sudah berjalan

Gambar 6 menunjukkan bahwa nilai rerata MOR sambungan kayu P. xanthochymum pierre) kan bentuk sambungan dan macam alat sambung nilainya bervariasi, pada perlakuan sambungan bibir

Jumlah Guru Sekolah di Luar Lingkungan Dinas Pendidikan Nasional Menurut Kecamatan, Jenis dan Status Sekolah, 2012. Number of Teachers Administered by Non Education

Terkait penggunaan layanan ini jika kata sandi Lawson Bank Direct, kata sandi login atau kata sandi sekali pakai berbeda dengan yang didaftarkan nasabah atau yang diperuntukkan Bank

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pendidikan akhlak pada siswa di sekolah SMP Samakkee Islam Wittaya sudah mendidik dengan baik, tetapi secara

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan metode ekstraksi dsRNA secara sederhana untuk preparasi deteksi RT-PCR terhadap Rehmannia mosaic virus (ReMV), Cucumber mosaic virus

Sedangkan kapasitas ruang parkir semula untuk parkir karyawan adalah 32 kendaraan, kemudian ditambah lahan parkir mobil yang dijadikan parkir motor karyawan dan dosen

Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Johannes Kupang, yang terletak di jalan Mochamad Hatta merupakan salah satu pusat pelayanan kesehatan bagi masyarakat kota Kupang dan sekitarnya.