• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak terkontrol dari sel-sel

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak terkontrol dari sel-sel"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. KANKER PAYUDARA

1.1. Defenisi

Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak terkontrol dari sel-sel pada payudara. Munculnya sel kanker tersebut terjadi sebagai hasil dari mutasi atau perubahan yang tidak normal pada gen yang bertanggungjawab menjaga pertumbuhan sel dan menjaganya tetap normal (sehat). Gen di dalam setiap inti sel, yang bertindak sebagai ruang kontrol dari masing-masing sel. Biasanya, sel dalam tubuh kita berganti sendiri secara teratur. Proses pertumbuhan sel-sel sehat baru mengambil alih sel lama. Tapi seiring waktu, mutasi bisa menghidupkan beberapa gen dan mematikan bagian lain dalam sel. Sel yang berubah tersebut memiliki kemampuan untuk berpisah dan tanpa kontrol memproduksi lebih banyak sel-sel seperti itu dan membentuk tumor (Alamsyah, 2009).

Tumor bisa jinak (tidak berbahaya untuk kesehatan) atau ganas (memiliki potensi untuk menjadi berbahaya). Tumor jinak bukan merupakan kanker, memiliki kemiripan dengan sel normal, tumbuh perlahan, dan tidak menyebar ke jaringan atau bagian lain dari tubuh. Tumor ganas (malignan) disebut kanker. Sel- sel ganas tersebut dapat menyebar di luar tumor asal ke bagian atau jaringan lain dari tubuh (Nusaindah, 2003).

1.2. Etiologi

Belum diketahui secara pasti penyebab dari kanker payudara, tetapi ada beberapa faktor yang dianggap sebagai penyebab timbulnya karsinoma payudara

(2)

adalah virus, keturunan (Hanya 5-10% dari kanker diwarisi dari ibu atau ayah, kira-kira 90% dari kanker payudara adalah karena abnormalitas genetik yang terjadi sebagai hasil dari proses ketuaan dan lainnya), haid pertama terlali dini, menapouse lambat, tidak kawin, tidak pernah hamil, manikah terlalu muda yaitu usia sebelum usia 17 tahun dan trauma. Terdapat keyakinan bahwa ibu, anak, dan saudara dari penderita karsinoma payudara mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk menderita penyakit ini (Tambunan, 1993).

1.3. Klasifikasi kanker payudara

Berdasarkan gambaran histopatologinya, WHO (1981) mengklasifikasikan karsinoma payudara kedalam 3 jenis, yaitu karsinoma non invasif, karsinoma invasif dan karsinoma paget. Karsinoma noninvasif terdiri dari karsinoma intraduktus dan karsinoma intralobuler. Karsinoma invasif terdiri dari karsinoma duktur invasif, karsinoma lobuler invasif, karsinoma tubuler, moduler, papiler, mukoid dan sel squamos (Tambunan, 1993).

Stadium pada kanker payudara untuk kepentingan pengobatan dan prognosa kanker payudara dibagi 4 stadium, yaitu stadium I dimana ukuran tumor tidak lebih dari 2 cm dan tidak terdapat penyebaran ke organ lain maupun di kelenjar getah bening supra clavicula, stadium II dimana ukuran tumor antara 2-5 cm dan tidak terdapat penyebaran di organ lain maupun dikelenjar getah bening supra clavicula, stadium III dimana ukuran tumor lebih dari 5 cm dan tidak terdapat penyebaran di organ lain maupun getah bening supra clavicula, dan stadium IV terdapat penyebaran di organ tubuh lain atau di kelenjar getah bening supra clavicula abdomen (Dharmais, 1998).

(3)

1.4. Tanda dan gejala kanker payudara

Secara umum tanda fisik kanker payudara adalah berupa benjolan pada payudara. Pada pertumbuhan awal biasanya tidak ada keluhan sakit hanya berupa luka pada kulit. Pada karsinoma yang semakin membesar, akan timbul rasa sakit, edema pada kulit, ulserasi dan kadang menyerupai bisul. Pada stadium lanjut akan timbul sesak nafas dan batuk akibat metastase ke paru, nyeri punggung akibat metastasis pada corpus vertebrae, berat badan yang semakin turun dan anemia (Veronesi, 1997).

Tindakan pengobatan yang dilakukan pada kanker stadim lanjut memiliki prognosis yang buruk. Sehingga diperlukan usaha mendeteksi kanker payudara sedini mungkin. Usaha yang paling mudah dan murah untuk dilakukan adalah pemeriksaan payudara sendiri.

2. PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI)

2.1. Defenisi

Pemeriksaan payudara sendiri adalah usaha-usaha dari individu untuk menemukan adanya kelainan-kelainan pada payudara yang merupakan tanda- tanda tumor (Denogan, 1979). Pemeriksaan payudara sendiri sebaiknya dilakukan pada 7-10 hari setelah haid selesai karena pada saat itu payudara terasa lunak.

Tujuan pemeriksaan payudara sendiri secara rutin adalah untuk merasakan dan mengenal lekuk payudara sehingga jika terjadi perubahan dapat segera diketahui (Anangargo, 2008)

(4)

Pada wanita yang dalam masa reproduksi, SADARI dilakukan antara hari ke-5 sampai ke-7 sesudah haid berhenti, setiap bulan (Tambunan, 1993).

Ketentuan ini berdasarkan pertimbangan bahwa payudara dipengaruhi oleh perubahan hormonal akibat siklus haid. Peningkatan kadar hormon estrogen dan progesteron selama fase luteal (hari ke 15-28 pada siklus haid 28 hari) akan menyebabkan payudara mengalami pembengkakan dan rasa nyeri. Hasil yang diperoleh akan menjadi biasa apabila dilakukan pemeriksaan. Sementara hari ke- 5 dan hari ke-7 setelah hari terakhir haid merupakan masa dimana pengaruh kedua hormon ini paling minimal pada payudara, sehingga payudara menjadi lebih lembek (http://situs.thebeelive).

2.2. Tahapan melakukan SADARI

Sadari dilakukan melalui 3 tahapan, yaitu melihat payudara di depan cermin secara teliti, meraba dan memijit putting susu.

2.2.1. Melihat payudara di depan cermin

Melihat payudara bertujuan untuk mengetahui adanya perubahan bentuk pada payudara, perubahan bentuk ataupun warna kulit, dan perubahan bentuk putting susu. Melihat payudara dilakukan dengan cara duduk atau berdiri di depan cermin dengan tubuh telanjang sampai batas pinggang dan tidak menggunakan BH. Kedua lengan sejajar disamping tubuh. Payudara diperhatikan dalam beberapa hal, seperti apakah payudara kanan dan kiri sejajar (simetris), apakah putting susu tertarik ke satu sisi, apakah terjadi perubahan pada warna kulit dan apakah kulit keriput. Kemudian mengangkat kedua lengan untuk melihat apakah

(5)

payudara tetap sejajar dan melihat poin pemeriksaan yang lain seperti pada saat tangan disamping (Gilbert, 1993).

Pada payudara yang normal, maka payudara kanan dan kiri atau sejajar dan sama ukurannya pada posisi tangan di samping maupun pada saat kedua tangan diangkat. Putting susu yang normal juga akan melihat sebagai bagian yang paling menonjol pada payudara, tidak tertarik kedalam ataupun ke satu sisi (Gilbert, 1993).

2.2.2. Meraba payudara

Meraba payudara bertujuan untuk menemukan benjolan yang abnormal dan adanya guratan-guratan kasar pada kulit payudara. Meraba dilakukan dalam posisi berbaring telentang dengan salah satu tangan dibawah kepala dan meletakkan bantalan kecil di bawah bahu. Dalam posisi seperti ini payudara akan tersebar ke permukaan dinding dada sehingga lebih tipis dan lebih mudah untuk menemukan adanya perubahan. Tangan yang dilipat adalah tangan pada sisi payudara yang akan diperiksa dan bantal juga diletakkan pada sisi payudara yang akan di periksa (Gilbert, 1993).

Perabaan dilakukan secara teratur pada semua area payudara, dari putting susu sampai mencapai ketiak, dengan gerakan melingkar sehingga tidak ada bagian yang terlewatkan. Bagian dari tangan yang melakukan perabaan adalah bagian ujung dari jari telunjuk, jari tengah dan jari manis. Yang perlu untuk mendapatkan perhatian ketika menemukan benjolan yang abnormal adalah ukurannya, gerakannya, dan ada tidaknya nyeri pada saat perabaan (Gilbert, 1993).

(6)

2.2.3. Memijat puting susu

Memijit putting susu bertujuan untuk melihat apakah ada pergetahan yang abnormal pada putting susu. Hal ini dilakukan karena salah satu tanda pada kanker payudara adalah keluarnya pergetahan yang abnormal pada payudara. Jumlah dan warna cairan yang keluar ketika memijit putting susu, merupakan dua hal yang harus menjadi perhatian. Cairan yang banyak dan berwarna seperti darah merupakan salah satu tanda kanker payudara (Gilbert, 1993).

2.3. Pemeriksaan lanjutan

Jika telah teraba yang mencurigakan, perlu ditentukan diagnosis yang tepat untuk dapat diberikan penanganan optimal dengan tindakan seminimal mungkin yaitu penangan dengan resiko yang kecil. Pemeriksaan lanjutan adalah mammogram (foto diagnostis) dan sitologis (Wim, 2005).

3. USIA REMAJA

3.1. Defenisi

Secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, masa dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama. Masa remaja dianggap setelah anak matang secara seksual dan berakhir sampai matang secara hukum. Secara umum masa remaja dibagi menjadi dua bagian yaitu dewasa awal dan dewasa akhir, garis pemisah antara dewasa awal dan dewasa akhir terletak disekitar usia tujuh belas tahun, usia saat remaja memasuki sekolah menengah tingkat atas. Awal masa remaja berlangsung dari tiga belas tahun

(7)

sampai enam belas tahun atau tujuh belas tahun, dan akhir masa remaja bermula dari usia tujuh belas tahun sampai delapan belas tahun yaitu usia matang secara hukum, dengan demikian akhir masa remaja merupakan periode yang sangat singkat (Hulock, 1999).

3.2. Ciri-ciri masa remaja

3.2.1. Masa remaja sebagai periode yang penting dan periode peralihan Pariode remaja merupakan periode yang sangat penting karena mulai terjadi perubahan baik secara fisik, psikologis dan sosial. Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental terutama pada awal masa remaja. Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental, sikap dan minat terhadap sesuatu hal yang dianggap baru oleh remaja terutama remaja awal (Tunner dalam Hurlock, 1999).

Periode remaja juga merupakan periode peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, apa yang terjadi di masa anak-anak biasanya meninggalkan bekas pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang. Perubahan fisik yang terjadi selama awal masa remaja mempengaruhi tingkat prilaku individu dan mengakibatkan diadakannya penilaian kembali penyesuaian nilai-nilai. Dalam setiap periode peralihan, status individu tidak jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan, dan remaja selalu mencoba gaya hidup yang berbeda serta menentukan sendiri pola prilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya (Hulock, 1999).

(8)

3.2.2. Masa remaja sebagai periode perubahan dan usia bermasalah

Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Ada empat perubahan yang sama yang hampir bersifat universal yang pertama adalah meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Kedua, perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial. Ketiga, dengan berubahnya minat dan pola prilaku, maka nilai-nilai juga berubah.

Keempat, sebagian besar remaja bersifat ambivalen terhadap setiap perubahan, mereka menginginkan dan menuntut kebebasan tetapi mereka sering takut bertanggung jawab (Hulock, 1999).

Masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi, karena remaja merasa mampu mangatasi masalahnya sendiri menurut cara yang mereka yakini sehingga kadang-kadang masalah itu selesai dengan cara yang tidak sesuai dengan nilai sosial. Rentannya kehidupan remaja terhadap pengaruh lingkungan di luar keluarganya memudahkan remaja memilih gaya hidup yang sesuai dengan minat dan keinginan mereka (Hulock, 1999).

3.3. Perubaha fisik selama masa remaja

Pertumbuhan fisik masih jauh dari sempurna pada saat masa puber berakhir, dan juga belum sepenuhnya sempurna pada awal masa remaja.

Perbedaan fisik individu dipengaruhi oleh usia kematangan, anak perempuan yang matang lebih awal biasanya lebih berat, lebih tinggi dan lebih gemuk dibanding dengan anak yang matangnya terlambat. Penampilan fisik beserta identitas

(9)

seksualnya merupakan ciri pribadi yang paling jelas dan paling mudah dikenali oleh orang lain dalam interaksi sosial (Hulock, 1999).

Pertumbuhan organ seksual yang mengalami kematangan seiring dengan bertambahnya usia, seperti anak perempuan mengalami haid pada awal masa remaja biasanya tidak teratur tapi seiring bertambahnya kematangan organ seksual atau reproduksi haid menjadi teratur dan lancar. Pertumbuhan payudara yang membedakan dengan anak laki-laki mengalami pembesaran yang simetris antara kanan dan kiri (Hulock, 1999).

4. TINGKAT PENGETAHUAN

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu melalui proses belajar.

Pengetahuan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba serta pengetahuan di dapat di mana individu berada dan tinggal yaitu faktor budaya mempengaruhi individu berprilaku. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. Tetapi sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

Tingkat pengetahuan berorientasi kepada kemampuan berfikir, mencakup kemampuan intelektual yang paling sederhana, yaitu mengingat, sampai dengan kemampuan untuk memecahkan suatu masalah yang menuntut individu untuk menghubungkan dan menggabungkan gagasan, metode atau prosedur yang

(10)

sebelumnya dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut melalui informasi dan ilmu pengetahuan(Suciati, 2001).

Tingkatan pengetahuan meliputi:

4.1. Pengetahuan

Pengetahuan mencakup ingatan mengenai fakta dan informasi yang spesifik, pengetahuan mengenai cara untuk menghadapi sesuatu yang spesifik dan pengetahuan mengenai universal di dalam suatu bidang (Dorothy & Marilyn, 2002). Pengetahuan juga meliputi kemampuan peserta didik untuk menghafal, mengingat, mendefinisi, mengenali atau mengidentifikasi informasi tertentu seperti fakta, peraturan, prinsip, kondisi, dan syarat yang disajikan dalam pengajaran (Nurhidatah, 2009).

4.2. Pemahaman

Kemampuan peserta didik untuk memperlihatkan suatu pemahaman atau pengertian terhadap apa yang disampaikan dengan cara menafsirkannya ke bentuk lain atau mengenalinya dalam bentuk yang sudah diubah, misalnya menangkap suatu gagasan dengan cara mengidentifikasikan atau menyimpulkannya dengan kata-katanya sendiri (Nurhidayah, 2009). Menurut Bloom (1956) menyebutkan kategori pemahaman ini sebagai tingkat ketrampilan intelektual yang pertama, dimana individu mampu memperkirakan informasi lain di luar yang diberikan 4.3. Penerapan

Kemampuan peserta didik untuk menggunakan gagasan, prinsip, abstraksi, atau teori di dalam situasi khusus dan konkret, seperti menghitung, menulis, membaca, atau menggunakan peralatan (pengetahuan dan pemahaman merupakan

(11)

prasyarat). Kemampuan untuk menggunakannya memerlukan pengertian terhadap apa yang digunakan (Nurhidayah, 2009).

4.4. Analisis

Kemampuan individu untuk mengenali dan menyusun informasi dengan cara menguraikannya menjadi bagian-bagian konstituennya dan menentukan hubungan antara satu bagian dengan bagian lainnya (pengetahuan, pemahaman,dan penerapan merupakan prilaku prasyarat). Analisis melibatkan suatu pembagian materi menjadi bagian-bagian pembentuknya dan menentukan hubungan diantara bagian tersebut (Nurhidayah, 2009).

4.5. Sintesis

Kemampuan untuk menggabungkan bagian-bagian atau unsur-unsur menjadi satu kesatuan dengan cara membentuk satu produk unik yang ditulis, diucapkan dan digambar (pengetahuan, pemahaman, penerapan, dan analisis merupakan prilaku prasyarat). Kategori ini melengkapi pembelajaran kreatif yang paling jelas (Nurhidayah, 2009).

4.6. Evaluasi

Kemampuan untuk menentukan nilai sesuatu, seperti esai, desain, atau tindakan dengan cara menerapkan standar atau kriteria yang tepat dengan pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis dan sintesis merupakan prilaku prasyarat (Bastable, 2002)

Usia remaja merupakan tahap pembelajaran, dimana remaja mulai tertarik untuk mempelajari hal-hal yang dianggap baru oleh mereka. Media pembelajaran yang didapat oleh remaja melalui aktivitas penglihatan, pendengaran dan

(12)

tindakan, dimana sumber pembelajaran didapat dari media massa, proses belajar mengajar dan penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan di tempat mereka berada.

(Nurhidayah, 2009).

Pengetahuan remaja tentang pemeriksaan payudara sendiri dapat diperoleh dari petugas kesehatan, media massa dan lingkungan. Tingkat pengetahuan remaja dapat diukur dengan memberikan kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan tentang kanker payudara dan pemeriksaan payudara sendiri.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis kandungan nutrien BK, BO, PK dari berbagai jenis bahan penyusun pakan lengkap (PL) berupa bahan konsentrat yang dianalisis di Laboratorium Nutrisi dan Makanan

Pesan verba bisa berupa kalimat aktif, kalimat pasif, kalimat tung- gal, kalimat berita, kalimat perintah, ka- limat tanya, kalimat langsung, kalimat tid-

Hasil analisis uji Partial Adjustment Model (PAM) menunjukan bahwa variabel PDB dan Inflansi berpengaruh signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang

Sedangkan hadis mudalas adalah apabila seorang periwayat meriwayatkan (hadits) dari seorang guru yang pernah ia temui dan ia dengar darinya, (tetapi hadits yang ia

0DNVXGDO)ƗUƗEƯPHQJHPXNDNDQSDKDP emanasi ini adalah untuk menghindarkan arti banyak dalam zat Allah. Karenanya Allah tidak bisa secara langsung menciptakan alam yang

Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Diyan (2013) dalam tesisnya mengenai faktor-faktor resiko hipertensi grade II pada masyarakat di

Trakindo Utama Cabang Medan, produksi akan meningkat apabila seluruh personalia mampu dan mempunyai pemahaman terhadap desain pekerjaan yang dapat menciptakan kepuasan

Seorang anak yang lahir di negara penganut paham kewarganegaraan Ius Soli memiliki Ibu yang berasal dari negara penganut paham kewarganegaraan Ius Sanguinis,