• Tidak ada hasil yang ditemukan

Volume 08 No. 01. Juni 2015 ISSN :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Volume 08 No. 01. Juni 2015 ISSN :"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI DESKRIPTIF PERKEMBANGAN BALITA USIA 12-24 BULAN DENGAN METODE DDST II di DESA PANCUR KECAMATAN MAYONG KABUPATEN

JEPARA

Devi Rosita1, Yayuk Norazizah2

Dosen Akademi Kebidanan Islam Al Hikmah Jepara,

Email: [email protected]

Abstract

Masa emas perkembangan otak atau Golden Years merupakan masa yang sangat penting. Pada masa inilah struktur perkembangan otak balita mengalami perkembangan yang sangat pesat. Nutrisi dan stimulasi yang diberikan pada masa ini akan berpengaruh besar pada kecerdasan, kreativitas, dan perilaku anak. Cakupan deteksi dini tumbuh kembang balita di Kabupaten Jepara sendiri pada tahun 2009 sebesar 69,99%,sedangkan SPM 2009 adalah 90%. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan di Desa Pancur dari 10 responden terdapat 3 balita dengan hasil meragukan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui

perkembangan balita usia 12 - 24 bulan dengan metode DDSTII.

Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif, dengan jumlah populasi sebanyak 102 balita. Sampel dalam penelitian ini adalah balita usia 12-24 di Desa Pancur Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara di ambil dengan rumus Nomogram harry king dengan tingkat kepercayaan 99%, dengan prosentase populasi yang di ambil 35% didapatkan hasil sampel 56 balita, dan diambil secara acak dengan teknik lotre. Data dikumpulkan dengan metode observasi langsung melalui uji penilaian dengan lembar DDST II. Data diolah secara editing, coding, tabulating dan

entry data, serta dianalisa secara univariat menggunakan distribusi frekuensi.

Kesimpulan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar perkembangan balita normal sebanyak 29 balita (51,8%), sektor personal sosial sebagian besar normal sebanyak 44 balita (78,6%), sektor motorik halus sebagian besar normal sebanyak 49 balita (87,55), sektor bahasa sebagian besar normal sebanyak 38 balita (67,95), sektor motorik kasar sebagian besar normal sebanyak 41 balita (73,2%).

Saran bagi masyarakat khususnya orang tua hendaknya lebih memahami dan memperhatikan perkembangan yang harus dicapai buah hati sesuai dengan pertumbuhan dan pertambahan usia, serta lebih berperan aktif untuk memberikan stimulasi baik dalam aspek sosial, motorik halus, bahasa, maupun motorik kasar, guna mendukung perkembanagan balita berjalan optimal.

Kata Kunci : DDST, perkembangan balita Pustaka : 23 pustaka (2006 s/d 2011)

(2)

PENDAHULUAN

Tahun tahun pertama merupakan kurun waktu yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan secara fisik, perkembangan kecerdasan, ketrampilan, motorik dan sosial emosional, yang menemukan masa depan anak, Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Tiga tahun pertama masa kehidupan anak merupakan masa paling rawan sebab gangguan yang terjadi pada masa ini dapat menyebabkan efek yang menetap. Masalah yang sering timbul dalam pertumbuhan dan perkembangan anak meliputi gangguan pertumbuhan fisik, perkembangan motorik, bahasa, emosi, dan perilaku.(Rini,2010)

Masalah komunikasi dan interaksi dengan orang tua memiliki peran yang penting dalam membuat anak mempunyai kemampuan berbicara dan berbahasa yang sangat baik. Banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa cara mereka berkomunikasi dengan anak-anak ikut

berperan dalam menambah

pembendaharaan kata, memacu untuk berpikir logis, menganalisis dan membuat kesimpulan dari kalimat-kalimat yang sangat sederhana sekalipun. Sebaliknya jika orang tua sering malas mengajak anaknya bicara panjang lebar dan hanya bicara satu dua patah kata saja.

Pembicaraan orang tua lebih banyak instruksi daripada dialog. Anak yang tidak pernah diberi kesempatan untuk mengekspresikan diri sejak dini (lebih banyak menjadi pendengar pasif karena orang tua terlalu memaksakan dan

memasukkan segala instruksi, pandangan atau keinginan mereka sendiri tanpa memberi umpan balik juga menjadi faktor yang mempengaruhi kemampuan bicara serta menggunakan kalimat dan berbahasa.

(Sujadi,2010 ).

Tumbuh kembang setiap batita berbeda, sehingga orang tua harus yakin , bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak yang satu dengan anak yang lainnya berbeda. Anak dibawah tiga tahun masih harus senantiasa dalam pengasuhan orang tuanya.Tugas dari setiap orang tua atau orang dewasa di sekitarnya adalah mengoptimalkan tumbuh kembang anak–

anak batita, karena di masa golden age inilah otak mereka berkembang dengan sangat pesat. dan tidak akan pernah terulang lagi seumur hidupnya. Jika otak yang semakin hari semakin terus berkembang ini tidak di isi atau di beri asupan yang maksimal, otak itu akan mengecil dan memutuskan sambungan- sambungan yang ada di dalamnya sehingga otaknya tak lagi cerdas.Cara mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak batita adalah bukan hal yang mudah. Tapi juga bukan hal yang sulit, namun butuh pengorbanan yang cukup besar. Pengorbanan yang dilakukan adalah investasi untuk masa depan anak, agar anak menjadi anak yang cerdas, karena tugas tumbuh kembangnya berjalan optimal.(Anneahira,2009)

Masa golden years adalah masa ketika otak mengalami pertumbuhan dan perkembangan mengagumkan. Pada masa ini, yang berlangsung sejak dalam kandungan sampai berumur tiga tahun, sel sel syaraf otak balita berkembang sangat pesat. Masa emas perkembangan otak atau golden years merupakan masa yang sangat penting. Pada masa inilah struktur otak balita mengalami perkembangan yang

(3)

paling pesat. Nutrisi dan stimulasi yang diberikan pada masa ini akan berpengaruh besar pada kecerdasan,kreativitas dan perilaku anak. (Soetjatmiko,2010).

Selama masa trimester terakhir dari kehidupan bayi dan dua tahun pertama dalam masa balita, otak mengalami periode pertumbuhan yang pesat yang disebut dengan “brain growth spurt” atau masa emas pertumbuhan otak.(Anita,2010).

Dalam perkembangan anak terdapat masa kritis, dimana diperlukan rangsangan / stimulasi yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu mendapat perhatian.(soetjiningsih,2010).

Hal ini dapat diketahui dari penambahan berat otak ataupun lingkar kepala balita. Ketika bayi lahir, beratnya sekitar 25% dari otak orang dewasa.

Kemudian pada usia setahun beratnya

sudah mencapai 70% otak

dewasa.(Soetjatmiko,2010).

Setiap anak mengalami tumbuh kembang yang unik dengan kecepatan tumbuh kembang masing masing. Banyak faktor penting yang mempengaruhi seorang anak untuk dapat tumbuh menjadi suatu pribadi yang utuh. Beberapa faktor tersebut di antaranya :genetika, herediter, temperamental, intelektual, kesehatan dan nutrisi, budaya pengaruh lingkungan di mana si anak hidup, serta pengalaman pengalaman khusus dari masing masing tahap perkembangan yang dialami anak.

Semua faktor di atas sebaiknya dipertimbangkan secara menyeluruh dan tidak di kotak – kotakan. Apabila orang tua memandang anak sebagai suatu individu utuh dengan kemampuan, kompetensi dan kebutuhannya masing masing yang unik, maka diharapkan dapat memberikan dukungan dan bantuan kepada anak untuk dapat tumbuh kembang secara sehat.(Agnes,2007;h.3).

Pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan berkualitas yang diselenggarakan melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang balita dilakukan pada masa kritis yaitu masa sosialisasi dan kemandirian pada balita berlangsung secara optimal.(Depkes RI,2006).

Menurut Depkes RI,2006 bahwa 16% balita indonesia mengalami gangguan perkembangan, baik perkembangan motorik halus dan kasar, gangguan pendengaran, kecerdasan kurang dan keterlambatan bicara.(Depkes RI,2006).

Standart Pelayanan Minimal (SPM) menargetkan paling sedikit 2 kali pertahun balita dan pra sekolah mendapatkan pemantauan perkembangan setiap tahunnya. Cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah tingkat Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 sebesar 50,29%. Cakupan tersebut ini masih jauh dibawah target SPM 2010 sebesar 95%.(Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah,2009.h.54)

Cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah di Kabupaten Jepara sendiri pada tahun 2009 sebesar 69,99%, sedangkan untuk target SPM 2009 adalah 90%. Untuk itu perlu peningkatan kegiatan DDTK untuk Anak Balita dan Pra Sekolah.(Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara,2009.h.57)

Cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah di puskesmas Mayong I pada tahun 2010 sebesar 84,5%, sedangkan standart yang ditargetkan oleh Kabupaten Jepara adalah 90%.(Laporan Kepegawaian KIA Puskesmas Mayong I, 2010)

Dari hasil laporan Puskesmas Mayong I ditemukan 1 balita berusia 24 bulan dan 1 balita berusia 30 bulan yang mengalami gangguan perkembangan di

(4)

desa Pancur yang mana dilakukan rujukan atas kasus tersebut. (Laporan Kepegawaian KIA Puskesmas Mayong I, 2010)

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di desa Pancur tanggal 1-2 Mei 2015, didapatkan hasil jumlah balita usia 1-5 tahun sebanyak 387 balita, sedangkan balita yang berusia 12-24 bulan sendiri sebanyak 102 balita, serta 3 dari 10 balita yang dilakukan uji test dengan metode DDST II mengalami 2 keterlambatan dalam satu sektor, masing masing dalam sektor bahasa, dan sektor motorik kasar hingga didapatkan hasil meragukan. Hal ini menunjukkan adanya balita yang mengalami gangguan perkembangan dari deteksi tumbuh kembang balita di desa pancur.

METODE PENELITIAN

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita usia 12 sampai 24 bulan di Desa Pancur Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara, pada Bulan Mei Tahun 2015 sebanyak 102 Balita.

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian balita usia 12 sampai 24 bulan di Desa Pancur Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara. Untuk menentukan besar sampel dengan menggunakan rumus Nomogram Harry King dengan tingkat kepercayaan sampel terhadap populasi 99%, dan tingkat kesalahan 1% dengan prosentase populasi yang diambil sebagai sampel 35% (Sugiyono,2007;h.72). Rumus Nomogram Harry King. Dengan perhitungan rumus sebagai berikut : 0,35x1,573x102 = 56,1.

Maka didapatkan hasil sampel dalam penelitian sebesar 56 balita.

Teknik sampling yang digunakan adalah Probability Simple Random Sampling. Data dikumpulkan melalui observasi perkembangan anak dengan Instrumen checklist lembar DDST II.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Univariat

a. Perkembangan Balita dengan DDST II

Tabel.1.Distribusi frekuensi Perkembang- an Balita usia 12-24 bulan

DDST Frekuensi Prosentase (%)

Normal 29 51,8

Meragukan 23 41,1

Abnormal 4 7,1

Jumlah 56 100.0

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa dari 56 responden, sebagian besar perkembangan balita dengan DDST II termasuk dalam kategori Normal sebanyak 29 balita (51,8%), dan sebagian kecil perkembangan balita dengan DDST II termasuk dalam kategori Abnormal sebanyak 4 balita (7,1%).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami perkembangan yang normal sebanyak 29 balita (51,8%). Hal ini disebabkan karena adanya faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan anak diantaranya faktor herediter, faktor lingkungan, internal, faktor eksternal (budaya lingkungan, sosial ekonomi, nutrisi, olah raga, posisi anak dalam keluarga), faktor pelayanan kesehatan (Sujono,2009).

(5)

Namun demikian, masih terdapat hasil penelitian yang menunjukkan perkembangan anak yang meragukan sebanyak 23 balita (41,1%). Hal ini disebabkan karena banyak menolak untuk melakukan pada sektor bahasa sebanyak 17 balita (30,4%), dan menyimpang sebanyak 1 balita (1,8%).

Menurut Sujadi (2010), bahwa masalah komunikasi dan interaksi dengan orang tua memiliki peran yang penting dalam membuat anak mempunyai kemampuan berbicara dan berbahasa yang sangat baik. masih banyak orang tua malas mengajak anaknya berbicara panjang lebar, anak yang tidak pernah diberi kesempatan untuk mengekspresikan diri sejak dini tanpa memberi umpan balik juga menjadi faktor yang mempengaruhi kemampuan bicara serta menggunakan kalimat dan berbahasa.

Menurut Agnes (2007), bahwa setiap anak mengalami tumbuh kembang yang unik dengan kecepatan tumbuh kembang masing masing, banyak faktor penting yang mempengaruhi seorang anak untuk dapat tumbuh menjadi suatu pribadi yang utuh. Beberapa faktor tersebut diantaranya: genetika, herediter, intelektual, kesehatan dan nutrisi, budaya pengaruh lingkungan dimana si anak hidup serta pengalaman pengalaman khusus dari masing masing tahap perkembangan yang dialami anak.

Menurut Soetjatmiko (2010), masa emas perkembangan otak atau Golden years merupakan masa yang sangat penting. Pada masa inilah struktur otak balita mengalami perkembangan yang paling pesat. Nutrisi dan stimulasi yang diberikan pada masa ini akan

berpengaruh besar pada kecerdasan, kreativitas, dan perilaku anak.

Sehingga dengan hasil penelitian yang menunjukkan perkembangan yang abnormal sebanyak 4 balita (7,1%) harus mendapatkan perhatian khusus berupa rujukan untuk mendapatkan therapi therapi serta stimulasi lebih.

Mengingat bahwa cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak propinsi Jawa Tengah masih jauh dibawah target SPM 2010 sebesar 50,29%, dan di DKK Jepara (2009) juga masih dibawah target SPM 2009 (69,99%) sehingga perlu peningkatan kegiatan DDTIK untuk anak balita dan pra sekolah.

Hasil penelitian ini sesuai dengan Depkes RI (2006) bahwa 16% balita Indonesia mengalami gangguan perkembangan motorik halus dan kasar, gangguan pendengaran, kecerdasan kurang dan keterlambatan bicara.

b. Perkembangan balita berdasarkan sektor personal sosial

Tabel.2.Distribusi frekuensi perkembang- an Balita usia 12 - 24 bulan berdasarkan sektor personal sosial.

Personal Sosial

Frekuensi Prosentase (%)

Normal 44 78,6

Meragukan 12 21,4

Abnormal - 0

Jumlah 56 100,0

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 2 terlihat bahwa dari 56 responden, sebagian besar perkembangan balita dengan DDST II berdasarkan sektor Personal Sosial termasuk dalam kategori Normal sebanyak 44 balita (78,6%). Hal ini disebabkan karena adanya faktor lingkungan baik internal maupun

(6)

eksternal, yang mana cara seorang anak dalam berinteraksi dengan orang tua akan berpengaruh interaksi anak di luar rumah. Karena terciptanya hubungan yang hangat dengan orang lain seperti ayah, ibu, teman sebaya, dan sebagainya akan berpengaruh besar terhadap perkembangan emosi, sosial, dan intelektual anak (Sujono, 2009).

Hasil penelitian juga menunjukkan adanya responden yang mengalami perkembangan yang Meragukan sebanyak 12 balita (21,4%). Hal ini disebabkan karena setiap anak mengalami tahap perkembangan yang berbeda beda, namun setiap orang tua dapat mengantisipasi dengan memberikan stimulasi untuk mengoptimalkan perkembangan balita.

stimulasi yang dapat diberikan diantaranya bermain dengan anak menyembunyikan mainan dan dan menemukannya kembali, mengajak anak makan bersama-sama anggota keluarga lainnya, mengajari anak mengambil dan menyimpan mainan, baju dan lain-lain miliknya, mula mula anak perlu di bantu, tetapi sedikit demi sedikit kurangi bantuan dan biarkan anak melakukannya sendiri, anak juga diminta membantu menyiapkan meja makan dan melakukan pekerjaan ringan di sekitar rumah, mengajak anak untuk bermain dengan teman sebayanya (Kementerian Kesehatan RI,2010).

Menurut Astuti (2011), ada juga batita yang tak kunjung mau mencoba melakukan hal-hal yang mengasah kemandiriannya. Sebaiknya pancing dengan lembut dan jadikan kegiatan itu sebagai aktivitas yang menyenangkan, dengan membawa anak ke lingkungan

teman-teman sebaya juga bermanfaaat untuk menantang anak melakukan hal- hal yang sudah bias dilakukan teman- temannya, orang tua bias memancing anak dengan menyontohkan apa yang dilakukan temannya.

c. Perkembangan balita berdasarkan sektor motorik halus

Tabel.3 Distribusi frekuensi perkembang- an Balita usia 12-24 bulan berdasarkan sektor motorik halus.

Motorik halus

Frekuensi Prosentase (%)

Normal 49 87,5

Meragukan 7 12,5

Abnormal - 0

Jumlah 56 100,0

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 3 terlihat bahwa dari 56 responden, sebagian besar perkembangan balita dengan DDST II berdasarkan sektor Motorik Halus termasuk dalam kategori Normal sebanyak 49 balita (87,5%).

Namun demikian masih terdapat hasil penelitian yang menunjukkan perkembangan anak yang meragukan sebanyak 7 balita (12,5%). Menurut Astuti (2011), stimulasi yang dapat diberikan untuk perkembangan motorik halus dapat berupa memberikan aneka mainan yang mengasah kemampuan- nya memilin, memutar dan menggeser.

Semakin sering jari-jarinya dilatih, kemampuan motorik halusnya semakin terasah. (Nakita,2011;h.20).

(7)

d. Perkembangan balita usia 12-24 bulan berdasarkan sektor bahasa

Tabel.4. Distribusi frekuensi perkembang- an Balita usia 12-24 bulan berdasarkan sektor bahasa.

Bahasa Frekuensi Prosentase (%)

Normal 38 67,9

Meragukan 17 30,4

Abnormal 1 1,8

Jumlah 56 100,0

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4 terlihat bahwa dari 56 responden, sebagian besar perkembangan balita dengan DDST II berdasarkan sektor Bahasa termasuk dalam kategori Normal sebanyak 38 balita (67,9%). Hal ini disebabkan karena adanya peran serta orang tua dan stimuasi yang diberikan, karena tugas dari setiap orang dewasa di sekitar adalah mengoptimalkan tumbuh kembang anak.

Menurut Sujadi (2010), masalah komunikasi dan interaksi dengan orang tua memiliki peran yang penting dalam membuat anak mempunyai kemampuan berbicara dan berbahasa yang sangat baik.

Namun demikian masih terdapat hasil penelitian yang menunjukkan bahwa perkembangan anak yang meragukan sebanyak 17 balita (30,4%), dan menyimpang sebanyak 1 balita (1,8%).

Menurut Sujadi (2010), banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa cara mereka berkomunikasi dengan anak-anak ikut berperan dalam menambah pembendaharaan kata, memacu untuk berpikir logis,

menganalisis dan membuat kesimpulan dari kalimat-kalimat yang sangat sederhana sekalipun. Sebaliknya jika orang tua sering malas mengajak anaknya bicara panjang lebar dan hanya berbicara satu dua patah kata saja. Pembicaraan orang tua yang lebih banyak instruksi dari pada dialog. Anak yang tidak pernah diberi kesempatan untuk mengekspresikan diri sejak dini lebih banyak menjadi pendengar pasif karena orang tua terlalu memaksakan dan memasukkan segala instruksi, pandangan atau keinginan mereka sendiri tanpa memberi umpan balik juga menjadi faktor yang mempengaruhi kemampuan bicara serta menggunakan kalimat dan berbahasa.

e. Perkembangan balita usia 12-24 bulan berdasarkan sektor motorik kasar

Tabel 5. Distribusi frekuensi perkembang-an Balita usia 12-24 bulan berdasarkan sektor motorik kasar.

Motorik kasar

Frekuensi Prosentase (%)

Normal 41 73,2

Meragukan 14 25,0

Abnormal 1 1,8

Jumlah 56 100,0

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5 terlihat bahwa dari 56 responden, sebagian besar perkembangan balita dengan DDST II berdasarkan sektor Motorik Kasar termasuk dalam kategori Normal sebanyak 41 balita (73,2%). Hal ini disebabkan batita pada masa ini memang sangat aktif bergerak, sebab

(8)

di usia ini perkembangan motorik mereka sedang pesat-pesatnya (Nakita,2011).

Namun demikian masih terdapat hasil penelitian yang menunjukkan perkembangan anak yang meragukan sebanyak 14 balita (25,0%), dan menyimpang sebanyak 1 balita (1,8%).

Menurut Stroppard (2011), anak berkembang dengan kecepatannya sendiri, jangan paksa anak untuk lebih cepat dari yang seharusnya, tugas orang tua hanya memberi dorongan atau stimulasi. Dengan mengetahui tahapan perkembangan motorik kasar di usia batita, orang tua bisa memberikan stimulasi yang tepat, stimulasi yang dapat diberikan berupa dengan menyediakan sebuah bola dan mengajarkannya bagaimana cara menendang bola, sesekali mengajak ke taman bermain yang menyediakan aneka permainan seperti kerangka besi yang bisa di panjat, mengajak bermain kejar-kejaran, menyediakan kursi atau sofa sesuai ukuran anak-anak yang mana dapat digunakan untuk mengasah kemampuannya menekuk punggung dan lutut karena ukurannya yang sesuai dengan tubuhnya, stimulasi yang diberikan adalah latihan duduk dan bangkit dari kursi, untuk memantapkan kemampuannya melangkah, orangtua dapat mengajak- nya bermain dorong-dorongan dengan cara orangtua mengambil posisi di depan anak, sedikit membungkukkan tubuh, lalu minta anak mendorong orangtua, sesekali orangtua bisa berpura-pura terdorong, ini akan membuat anak merasa bahagia, dan tanpa disadari sekaligus memantapkan kemampuannya melangkah.

SIMPULAN DAN SARAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar perkembangan balita usia 12-24 bulan dengan metode DDST II dalam kategori normal sebanyak 29 balita (51,8%), berdasarkan sektor personal sosial dalam kategori normal sebanyak 44 balita (78,6%), sektor motorik halus dalam kategori normal sebanyak 49 balita (87,5), sektor bahasa dalam kategori normal sebanyak 38 balita (67,9%), dan sektor motorik kasar dalam kategori normal sebanyak 41 balita (73,2%).

Sehingga diharapkan orangtua fokus pada masa emas perkembangan otak atau Golden years yang merupakan masa yang sangat penting. Karena pada masa inilah struktur otak balita mengalami perkembangan yang paling pesat. Nutrisi dan stimulasi yang diberikan pada masa ini akan berpengaruh besar pada kecerdasan, kreativitas, dan perilaku anak.

DAFTAR PUSTAKA

Agnes T H,dkk. Peranan Orang Tua dan Praktisi Dalam Membantu Tumbuh Kembang Anak Berbakat Melalui Teori dan Tren Pendidikan. Jakarta:

Prenada Media Group; 2007. h. 3 Anita. DHA dan Masa Emas Pertumbuhan

Otak. 2010 [Diakses tanggal 25 mei 2011]. Didapat dari : http://www.ibudanbalita.com/pojokcer das/dha-dan-masa-emas-

pertumbuhan-otak.

Anonymous.Pertumbuhan Balita Optimalkan Tumbuh Kembang Balita.

2009 [Diakses tanggal 28 februari

2011]. Didapat dari:

http:www.anneahira.com/pertumbuha n-batita.htm

Depkes RI.2006

(9)

Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2009. 2009. h. 57

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.

Profil Kesehatan 2009 Provinsi Jawa Tengah. 2009. h. 54

Donna L,dkk. Wong Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Volume I. Jakarta: EGC;

2009. h. 109

Gusti A P S. Pertumbuhan Balita Si Kecil Kok Belum Bicara?. 2010 [Diakses tanggal 28 februari 2011]. Didapat dari: http://ibudanbalita.com/

pojokcerdas/artikel 123/psikologi Kementerian Kesehatan RI. Pedoman

Pelaksanaan Stimulasi Deteksi dan Iintervensi Dini Tumbuh Kembang Aanak Ditingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta:Bakti Husada; 2010. h. 27

Laporan Kepegawaian KIA Puskesmas Mayong I Tahun 2010

Marimbi H. Tumbuh Kembang,Status Gizi &

Imunisasi Dasar Pada Balita.

Yogyakarta: Nuha Medika; 2010. h.1 Astuti M P. Inilah Perkembangan Motorik

Batita.Nakita 15 Mei 2011. h. 14 kolom 1-2.

Rini. Tumbuh Kembang Balita. 15 Mei 2010 [Diakses tanggal 28 februari 2011].

Didapat dari :

http://www.medicalera.com/index.php

?option=com_

myblog&show=tumbuh-kembang- balita.html&ltemid=314

Soedjatmiko. Berikan Nutrisi dan Stimulasi Terbaik Pada Masa Emas Perkembangan Otak (Golden Years).

2010 [Diakses tanggal 27 mei 2011].

Didapat dari :

http://www.ibu&balita.com/pojokcerda s/berikan-nutrisi-dan-stimulasi-terbaik- pada-masa-emas-perkembangan- otak-gold-years.

Soetjiningsih.Tumbuh Kembang Anak.

Jakarta: EGC; 2010. h. 71; 84

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Area cukup luas, diatur rapih dan teratur dengan rak-rak (shelves) Tersedia sistem sirkulasi udara yang menjaga suhu ruang dari kelembaban, Penyimpanan teratur

Mengetahui dan mengenal secara langsung proses belajar mengajar di sekolah latihan, mengetahui bagaimana seorang guru mempersiapkan perencanaan pembalajaran dan

3.207 Output Gaya Lintang Akibat Beban Hidup Pada Portal Memanjang 4-4.... 3.210 Output Gaya Normal Akibat Beban Kombinasi Pada Portal

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

Yang bertanda tangan dibawah ini saya, Alien Dayinta Mahendra, menyatakan bahwa skripsi dengan judul: “Pengaruh Faktor Atribut Produk, Persepsi Nilai dan

Rencana evolusi model bisnis Rencana evolusi model bisnis Rencana evolusi fungsi layanan Rencana evolusi fungsi layanan Perkiraan evolusi perilaku konsumen Perkiraan evolusi

Hasil Pengukuran Diameter Daerah Hambatan Pertumbuhan Salmonella typhi , Shigella dysenteriae, dan Escherichia coli oleh Ekstrak Etanol kulit buah manggis

Bahan makanan yang ditetesi dengan reagen biuret dan mengocoknya, berubah warna menjadiungu, maka bahan makanan tersebut mengandung protein.bahan makanan yang didenan