• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN (EXPERIENTIAL LEARNING)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN (EXPERIENTIAL LEARNING)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

2penulis penanggungjawab

3penulis penanggungjawab

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS

PENGALAMAN ( EXPERIENTIAL LEARNING)

Ansi Anggraeni1, Etty Rohayati 2, Titing Rohayati3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia email: Ansi. Anggraeni@gmail.com

ABSTRAK

Salah satu hal yang dihadapi dalam pembelajaran di sekolah dasar yaitu rendahnya kemampuan siswa dalam menulis. Berdasarkan hasil observasi dilapangan, kemampuan menulis yang masih rendah tersebut terdapat dalam kemampuan menulis puisi. Sejauh ini kebanyakan guru masih kurang mampu dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran menulis yang tepat. Bertemali dengan permasalahan yang telah dipaparkan, penelitian ini bertujuan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi dengan menggunakan model pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning). Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas V Sekoah Dasar Negeri Cijati 01, dengan jumlah subjek penelitian sebanyak 42 orang siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menggunakan desain Elliot. Penelitian ini dilaksanakan tiga siklus yang setiap siklus terdiri dari tiga tindakan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen berupa lembar observasi, catatan lapangan, wawancara, dan dokumentasi. Data tersebut diolah dengan cara deskriptif, dan trianggulasi dilakukan dari penggabungan data kualitatif dan kuantitatif. Nilai rata-rata aktivitas menulis puisi pada siklus I : 60,35, siklus II : 70,32, dan siklus III : 80,05. Sedangkan rata-rata kemampuan siswa dalam menulis puisi pada siklus I : 60,64, siklus II : 67,78, dan siklus III 80,32. Setelah tiga siklus terencana, terlihat hasil aktivitas dan kemampuan siswa dalam menulis puisi meningkat. Bertemali dengan keberhasilan yang telah dicapai, peneliti dapat menyimpulkan bahwa: penggunaan model pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning) dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran, aktivitas siswa dalam pembelajaran, dan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis puisi. Model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan dalam menulis, maka untuk memperbaiki kemampuan siswa tersebut hendaknya guru mengaplikasikan pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning) ini dalam pembelajaran menulis di sekolah dasar.

Kata kunci : Model pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning), menulis puisi.

(2)

2penulis penanggungjawab

3penulis penanggungjawab

Ansi Anggraeni1, Etty Rohayati 2, Titing Rohayati3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia email: Ansi. Anggraeni@gmail.com

ABSTRACT

One of the things encountered in learning in primary schools as the low ability students in writing.

Based on observations in the field, which is still low writing skills are included on the ability to write poetry. So far most of the teachers are still less capable of carrying out learning by using a model of learning to write right. with respect to the issues that have been presented, this study aims to solve the problems with using a model of experience-based learning (experiential learning). This research was conducted at the fifth grade students of State Elementary School Cijati 01, with a number of research subjects were 42 students. The method used is the method of classroom action research (PTK) using the design Elliot. This research was conducted three cycles each cycle consisting of three acts. In this study, researchers used the instrument in the form of sheets of observation, field notes, interviews, and documentation. The data is processed in a descriptive way, and triangulation performed from the merger of qualitative and quantitative data. The average value of the activity of writing poetry in the first cycle: 60.35, the second cycle: 70.32, and the third cycle: 80.05. While the average student's ability to write poetry in the first cycle: 60.64, the second cycle: 67.78, and the third cycle 80.32. After three cycles of planned, visible results of the activity and students' skills in writing poetry increases. In connection with the successes that have been achieved, researchers can conclude that: the use of experience-based learning model (experiential learning) can improve the quality of the learning process, students in learning activities, and can enhance students' skills in writing poetry. This learning model allows students to develop skills in writing, to improve the ability of the student teachers should apply the experience-based learning (experiential learning) is in learning to write in elementary school.

Keywords : experience-based learning (experiential learning), write poetry.

(3)

2penulis penanggungjawab

3penulis penanggungjawab

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MENGGUNAKAN

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN (EXPERIENTIAL LEARNING)

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Cijati 01 Kecamatan Cileunyi Kabupaten

Bandung) ANSI ANGGRAENI

1203786

Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam menjamin kelangsungan hidup suatu bangsa dan negara. Karena penddidikan merupakan salah satu cara untuk mempertahankan sumber daya manusia yang berkualitas.

Dalam memperoleh pendidikan sebenarnya tidak sulit, sudah banyak cara untuk memperoleh pendidikan yang baik, hanya saja masih ada beberapa manusia yang tidak menyadari itu, karena sebenarnya disetiap waktu dan kondisi merupakan proses pendidikan.

Sesungguhnya pendidikan yang paling utama adalah pendidikan di dalam keluarga dan apabila disertai dengan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah itu akan menjadi lebih baik.

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia indonesia. (Depdiknas, 2006:

83). Salah satu aspek dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran menulis. Menulis merupakan kegiatan

menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan. Menulis sebenarnya bukan untuk melatih siswa menjadi seorang penulis profesional, tetapi melatih dan membimbing siswa untuk gemar menulis dan dapat menuangkan ide dan gagasan yang mereka dapatkan ke dalam tulisan, karena tidak semua orang bercita-cita menjadi penulis.

Keterampilan menulis ini perlu dimiliki oleh peserta didik sekolah dasar. Baik menulis maupun membaca, berbicara dan menyimak merupakan salah satu wujud

tindakan manusia untuk

mengomunikasikan pesan melalui bahasa.

Syafi’ie (dalam Resmini dkk, 2006a, hlm.

297) menjelaskan bahwa pembelajaran menulis yakni ‘berupa ide, kemauan, keinginan, perasaan maupun informasi’.

Oleh karena itu, menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Tarigan (2008, hlm. 3) menyatakan bahwa “menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif.” Dalam praktiknya, pembelajaran menulis seyogyanya mampu menggiring peserta didik untuk menuangkan apa yang ada dalam pikirannya dengan runtut sesuai kaidah bahasa Indonesia.

Setiap manusia memiliki caranya masing-masing dalam menyampaikan pesan kepada seseorang salah satunya yaitu dengan menulis. Menulis merupakan kegiatan penyampaian pesan kepada orang lain ataupun pembaca baik berupa ide, perasaan, informasi ataupun gagasan dengan menggunakan lambang- lambang bahasa yang dilakukan dengan menggunakan bahasa tulisan Suparno dan Yunus (2006) menyatakan bahwa menulis adalah suatu kegiatan penyampaian informasi atau pesan untuk berkomunikasi dalam bentuk tulisan sebagai alat atau medianya.

(4)

2penulis penanggungjawab

3penulis penanggungjawab

Dengan menulis kita dapat mengungkapkan apa yang tidak dapat diungkapkan lewat lisan dengan cara-cara tersendiri, tetapi tidak jarang pula orang yang sulit dalam mernyampaikan pesannya melalui tulisan Akhadiah (dalam Abidin, 2012) memandang, menulis merupakan suatu proses, yaitu proses penyajian ide atau gagasan yang dituangkan ke dalam bentuk tulisan yang di dalam praktiknya proses menulis ditampilkan dalam beberapa tahapan suatu sistem yang utuh. Menulis mampu untuk mengungkapkan apa yang tidak mampu diungkapkan melalui mulut dengan cara-caranya tersendiri. Seperti yang diungkapkan oleh Abidin (2013, hlm. 3) bahwa “Menulis pada dasarnya merupakan suatu bentuk komunikasi berbahasa (verbal) yang menggunakan simbol-simbol tulis sebagai mediumnya dan menulis dapat diartikan pula sebagai suatu aktivitas menuangkan pikiran secara sistematis ke dalam bentuk tertulis”.

Seseorang dalam menulis juga bertujuan agar mempertanggungjawabkan tugas yang diberikan padanya baik itu tugas sebagai seorang pelajar, pekerja maupun sebgai individu. Selain untuk mempertanggungjawabkan tugas, disisi lain menulis bertujuan untuk menghibur dan untuk menyakinkan pembaca akan kebenaran gagasan ataupun ide yang diutarakannya melalui informasi atau keterangan berupa tulisan yang dapat dipertangungjawabkan. Alwasilah (2012) tujuan menulis yaitu menyampaikan suatu pesan atau informasi kepada pembaca.

Berdasarkan hasil dari kualitas tulisan tersebut, itu akan mencerminkan kepribadian dari seorang penulis, maka dari itu diperlukan suatu keberanian agar mampu menampilkan apa yang dalam dalam dirinya, termasuk di dalamnya suatu perasaan, pikiran, jiwa dan gayanya

yang mencerminkan dirinya sendiri serta menawarkannya kepada publik, Dunsmuir et al.,(2015) menulis sering disebut sebagai keterampilan penting yang memungkinkan orang untuk berpartisipasi penuh dalam masyarakat.

Hal tersebut tentu saja ada pertimbangan dan konsekuansi yang harus diambil, dia harus siap menerima kritikan dan penilaian apapun dari pembaca atau publik, mulai dari hal yang bersifat positif maupun hal yang bersifat negatif.

Menulis memiliki proses atau tahapan. Suparno dan Yunus (2006) menyatakan bahwa menulis merupakan serangkaian aktivitas atau kegiatan yang terjadi dan melibatkan beberapa proses, fase, atau tahapan menulis yaitu proses pramenulis (persiapan), penulisan (pengembangan isi tulisan), dan proses pasca menulis (telaah dan revisi atau penyempurnaan tulisan).

Ada beberapa kemampuan daalam pembelajaran menulis yaitu salah satunya adalah kemampuan menulis puisi. Puisi merupakan perasaan atau ungkapan hati dan jiwa seseorang dengan menggunakan bahasa dan kata-kata yang indah yang dituangkan kedalam bentuk tulisan. Puisi biasanya dapat beirisi berupa ungkapan rasa empati kebahagian, kebencian, kekesalan, kekecewaan, kemarahan maupun kesedihan. Keindahan dalam penulisan puisi dapat terlihat dengan adanya penggunaan bahasa yang mengandung makna kiasan sebagai imajinasi yang di dalamnya dapat mengandung berbagai persepsi dan penafsiran makna dari pembacanya.

Wordworth (dalam Pradopo, 2010) mengemukakan bahwa puisi merupakan pernyataan perasaan yang bersifat imajinatif ataupun khayalan, yaitu perasaan yang diangankan atau direkakan. Berdasarkan hal tersebut bahwasannya puisi yang ditulis dapat

(5)

2penulis penanggungjawab

3penulis penanggungjawab

mengandung penafsiran makna yang multi interpretasi oleh pembacanya.

Experiential learning adalah salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada pengalaman siswa secara langsung, pada proses pembealajaan. (Sharlanova. 2004, hlm.37) mengungkapkan bahwa “dalam model ini mengetahui bagaimana pengalaman berubah melalui refleksi dalam ide dan konsep, yang pada gilirannya digunakan untuk aktif bercoba dan pilihan bagi pengalaman baru.”

Pengalaman yang dimaksud merupakan kegiatan yang dirancang oleh guru agar siswa dapat terbantu dalam mencari dan mengumpulkan pengetahuan baru.

Cahyani (2102, hlm 164) menjelaskan bahwa “Experiential learning adalah suatu model pembelajaran yang mengaktifkan siswa untuk membnagun pengetahuan dan keterampilan serta nilai- nilai juga sikap melalui pengalaman secara langsung.”

Dengan mengalami langsung apa yang sedang dipelajari siswa daripada sekedar mendengarkan penjelasan dari guru siswa akan lebih mudah mengerti dan memahami materi. Yamin dan Ansari (2009, hlm.53) menyebutkan bahwa

“pengalaman belajar dapat membantu siswa dalam mencapai kompetensi.” Agar siswa ikut terlibat dalam pembelajaran, guru harus dapat menyediakan beragam pengalaman belajar. Matsuo (2015, hlm.445) menyatakan bahwa “kritikus menyarankan agar belajar dari model experiential learning harus meliputi faktor sosial , kritis refleksi , dan meta- learning proses , yang dapat mendukung belajar dari pengalaman”, sejalan dengan Matsuo pengalaman belajar menurut Yamin dan Ansari (2009, hlm. 55) menyebutkan bahwa “ada tiga jenis pengalaman dalam belajar, yaitu 1) Pengalaman mental, 2)Pengalaman fisik, dan 3)Pengalaman social. “

Model pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning ) pun

memiliki beberapa langkah-langkah menurut David Kolb (Heny Pratiwi, 2009) yaitu:

a. Experience (mengalami)

Langkah yang pertama dalam pembelajaran eksperiensial adalah mengalami. Dalam hal ini yang dimaksud dengan mengalami adalah siswa mengalami sendiri suatu peristiwa atau kejadian dalam hidupnya, misalnya dalam pembelajaran menulis puisi, siswa mendengarkan dan atau membacakan puisi yang berkenaan dengan pengalaman.

b. Share (membagi)

Langkah selanjutnya adalah sharing atau berbagi, yaitu siswa mengemukakan pengalaman pribadi mengenai hal dan menuliskan pengalaman pribadi tersebut ke dalam puisi.

c. Process (analisis pengalaman)

Langkah ini adalah tindak lanjut dari langkah sebelumnya yaitu menganalisis pengalaman yang telah didapat. Siswa melakukan diskusi denan teman ataupun guru apabila kesulitan dalam menuangkan gagasannya. Siswa saling bertukar pikiran dalam menuliskan ide puisi.

d. Generalize (menghubungkan pengalaman dengan situasi nyata)

siswa menyusun semua ide puisi menjadi satu kesatuan utuh, dan siswa menuliskan kembali puisinya sampai dengan akhir.

e. Apply (menerapkan terhadap situasi yang serupa)

siswa mampu menuliskan kembali puisi sampai dengan akhir.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Cijati 01, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung. Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah peserta didik kelas V Sekolah Dasar Negeri Cijati 01dengan jumlah 42 siswa, yang terdiri

(6)

2penulis penanggungjawab

3penulis penanggungjawab

dari 26 siswa perempuan dan 16 siswa laki-laki.

Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penyusunan penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas sesuai untuk digunakan dalam mengatasi berbagai masalah yang terjadi pada proses pembelajaran dikelas terutama dalam perbaikan hasil belajar siswa. Sedangkan desain penelitian yang penulis gunakan untuk penelitian tindakan kelas adalah desain penelitian dari John Elliot. Desain penelitian menurut John Elliot ini sesuai untuk dilakukan karena desain ini terdiri dari tiga siklus dan masing-masing siklus terdiri dari tiga tindakan.

Model pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning) dalam penelitian ini adalah serangkaian kegiatan menulis yang memiliki tahapan pramenulis, menulis, dan pascamenulis dalam menulis puisi.

Proses menulis puisi dalam penelitian ini adalah segala bentuk kegiatan yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran menulis puisi berlangsung.

Kemampuan menulis puisi dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa menulis puisi sesuai dengan unsur-unsur puisi. Kemampuan ini dapat diukur melalui indikator (1) Pengimajian, (2) Diksi , (3) Rima dan (4) Gaya bahasa.

kemampuan ini diukur dengan menggunakan skoring rubrik dengan skor terendah adalah satu dan skor tertinggi adalah tiga.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui lembar penilaian, lembar observasi baik untuk guru maupun siswa, lembar catatan lapangan, dokumentasi, dan wawancara.

Teknik analisis data dilakukan dengan tiga cara yaitu dengan teknik kualitatif, teknik kuantitatif, dan teknik trianggulasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan penelitian ini diawali dengan perencanaan yaitu mempersiapkan berbagai perlengkapan penelitian. Hal-hal yang dipersiapkan antara lain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), alat dan media pembelajaran, serta berbagai instrumen penelitian.

Penelitian siklus I dilaksanakan pada tanggal 31 Maret, 1, dan 2 April 2016. Siklus II pada tanggal 28, 29 dan 30 April 2016. Siklus III pada tanggal 6, 7, dan 9 Mei 2016. Berdasarkan waktu tersebut, setiap siklus dilaksanakan selama 3 hari dengan setiap hari terdiri dari 1 tindakan. Setiap tindakan pada setiap siklus memiliki fokus bahan ajar yang berbeda. Tindakan 1 berfokus pada kegiatan menulis kata kunci, tindakan 2 berfokus pada kegiatan menulis puisi, dan tindakan 3 berfokus pada kegiatan merevisi puisi. Tindakan dilaksanakan dengan mengacu pada RPP yang terdiri dari kegiatan awal, inti, dan akhir.

Berbagai temuan esensial yang ditemukan pada setiap siklusnya adalah sebagai berikut. Proses pembelajaran pada siklus I dilaksanakan dengan tema masjid dengan media gambar. Pada kegiatan pembelajaran terlihat kemampuan siswa dalam menulis puisi, siswa masih belum mampu menulis puisi dengan memberikan diksi, rima, dan gaya bahasa pada puisi yang ditulisnya.

Kekurangan pada siklus I tersebut dikarenakan oleh beberapa sebab, di antaranya media yang digunakan dalam menulis puisi hanya terbatas pada gambar saja serta ukuran gambar tersebut terlalu kecil sehingga menyebabkan siswa hanya merasa tertarik sesaat ketika melihat gambar tersebut saja, dan siswa kurang mampu memunculkan ide lebih banyak ketika menulis puisi yang berdampak pada kurangnya siswa mengembangkan

(7)

2penulis penanggungjawab

3penulis penanggungjawab

puisi berdasarkan kata kunci yang didasari oleh gambar ke dalam beberapa bait puisi. Dalam merevisi puisi pun, beberapa siswa belum mampu memperhatikan diksi, rima, dan gaya bahasa ketika merevisi puisi tersebut, terlihat siswa masih merasa bingung dan belum terbiasa melakukan kegiatan pembelajaran menulis puisi dan juga belum mampu memahami penggunaan unsur-unsur puisi dalam merevisi puisi maupun dalam mengembangkan kemampuan menulis puisi. Selain itu guru kurang memberikan bimbingan secara optimal kepada siswa pada saat pembelajaran menulis puisi.

Menindaklanjuti kondisi di atas, maka pada siklus selanjutnya yaitu mengoptimalkan penggunaan media yang lebih menarik dan sesuai yang dapat memberikan motivasi belajar siswa serta dapat membangkitkan siswa dalam merangsang dan memunculkan pengalaman siswa dalam menuliskan kata-kata kunci sehingga mampu mengembangkannya ke dalam bentuk puisi. Selain itu dalam mengoptimalkan penggunaan media juga agar dapat memberikan kebebasan berekspresi kepada siswa ketika merevisi puisi dengan meggunakan unsur-unsur puisi sehingga siswa mampu menulis puisi dengan menggunakan diksi, rima dan gaya bahasa.

Berdasarkan refleksi pada siklus I, maka pembelajaran menulis puisi pada siklus II dilaksanakan menggunakan tema liburan dan menggunakan media gambar yang lebih besar. Melalui kegiatan ini, lebih mampu membangkitkan minat dan membuat siswa lebih fokus. Berdasarkan temuan dalam pembelajaran pada siklus II, kegiatan pembelajaran, masih memerlukan peningkatan, hal itu terlihat dari proses pembelajaran siswa dalam menulis kata kunci dan merevisi puisi yang secara umum banyak siswa yang benar-benar belum mampu atau cukup

mampu menulis puisi secara benar dan belum mengembangkannya ke dalam lebih dari satu atau dua sampai tiga bait puisi bahkan lebih dari tiga bait puisi.

Selain itu dalam memperbaiki puisi, masih terdapat siswa yang memperbaiki puisi tidak sesuai dengan petunjuk guru, hal itu terlihat pada puisi yang ditulisnya masih banyak siswa yang belum menggunakan unsur-unsur puisi berupa diksi, pengimajian, rima maupun gaya bahasa. Kekurangmampuan siswa dalam menulis kata kunci dan merevisi puisi tersebut disebabkan siswa sulit untuk menuliskan apa yang ingin mereka tulis dan ketika merevisi puisi siswa hanya melihat draf sehingga sulit untuk mendapatkan inspirasi ketika mengembangkan lebih banyak ide ke dalam puisi serta merasa sulit dalam merevisi puisi. Selain itu guru kurang memberikan bimbingan secara menyeluruh terhadap siswa ketika proses pembelajaran menulis puisi.

Pada aspek kemampuan siswa dalam menulis puisi, kekurangan yang ada masih sama seperti pada siklus I, hanya saja tidak semua aspek yaitu pada kemampuan memberikan gaya bahasa dalam menulis puisi yang peningkatannya hanya sedikit. Sedangkan pada aspek diksi dan rima secara umum siswa mengalami peningkatan yaitu siswa sudah mampu menggunakan diksi dan rima ketika menulis puisi

Menindaklanjuti berbagai kondisi di atas, maka pada siklus III, peneliti peneliti harus lebih membimbing siswa secara menyeluruh dalam melakukan proses pembelajaran menulis puisi khususnya pada saat siswa menulis kata kunci dan merevisi draf puisi. Selain itu media yang digunakan juga harus dapat digunakan pada setiap proses menulis mampu menarik minat siswa serta memberikan kenyamanan kepada siswa ketika menulis puisi sehingga siswa lebih berkonsentrasi dalam menulis puisi

(8)

2penulis penanggungjawab

3penulis penanggungjawab

dengan menikmati kenyamanan terhadap suasana yang ada.

Bertemali dengan pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus III, proses dan kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran berbasis pengalaman experiential learning sudah cukup baik. Dalam pelaksanaannya siswa terlihat sudah terbiasa melakukan proses pembelajaran menulis puisi di antaranya siswa terlihat sudah mampu menulis kata kunci secara benar. Selain itu siswa juga sudah mampu menuliskan puisi secara benar dan sesuai dengan isi kata kunci serta dikembangkan menjadi lebih dari tiga bait puisi. Dalam merevisi puisi juga mengalami peningkatan, hal tersebut terlihat dari sebagian besar siswa sudah cukup mampu memahami cara memberikan unsur-unsur puisi ketika merevisi puisi, walaupun dalam merevisi puisi masih terdapat beberapa siswa yang belum mampu merevisinya, tetapi itu hanya sebagian kecil saja. Sehingga sebagian besar siswa tidak terlalu membutuhkan bimbingan guru. Walaupun bimbingan tersebut harus tetap dilaksanakan karena pada dasarnya siswa Sekolah Dasar masih memerlukan bimbingan. Selain itu media yang digunakan lebih membuat siswa merasa nyaman dan menikmati pembelajaran.

Kemampuan menulis puisi pada siswa terlihat semakin meningkat hal tersebut menjadi lebih baik, baik dari penggunaan diksi, pemberian pengimajian, penggunaan rima, maupun penggunaan gaya bahasa dalam puisi, walaupun masih terdapat beberapa orang siswa yang kurang mampu menggunakan gaya bahasa dalam puisinya, tetapi itu hanya sebagian kecil saja. Bertemali dengan hal tersebut pada pembelajaran siklus III ini, siswa terlihat lebih senang, serta lebih berkonsentrasi dalam belajar

sehingga siswa terlihat lebih menikmati pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning) yang diiringi dengan audio.

Berdasarkan serangkaian tindakan yang telah dilaksanakan, secara umum proses pembelajaran siswa dalam menulis puisi mengalami peningkatan dalam setiap siklusnya. Peningkatan proses pembelajaran siswa dalam menulis puisi dapat diketahui dari sajian gambar di bawah ini.

Gambar di atas memberikan keterangan peningkatan yang terjadi pada siklus I sampai siklus III tentang nilai proses menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning). Peningkatan terjadi pada semua aspek yang diteliti dalam proses pembelajaran yaitu pada aspek menulis kata kunci serta merevisi puisi.

Dari sekian aspek aktivitas yang diteliti aspek aktivitas menulis kata kunci mengalami peningkatan yang paling tinggi yakni sebesar 13.18. Aspek yang paling rendah peningkatannya adalah pada merevisi puisi dengan peningkatan hanya sebesar 9,87. Aspek menulis kata kunci mengalami peningkatan yang paling tinggi karena model pembelajaran

68.52

80.7 87.27 61.64

71.51 77.5

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Siklus I Siklus II Siklus III

Rekapitulasi Penilaian Proses Menulis Puisi pada

Siklus I Sampai Siklus III

Menulis Kata Kunci Merevisi Puisi 60,35

80,05 70,32

(9)

2penulis penanggungjawab

3penulis penanggungjawab

berbasis pengalaman (experiential learning) mendidik siswa untuk mampu berbuat sesuatu dengan berkaca pada apa yang siswa alami dan apa yang siswa ketahui. Hal tersebut disebabkan penulisan kata kunci disesuaikan dengan media yang digunakan dan pengalaman yang mereka miliki sehingga siswa merasa mudah ketika menentukannya serta pada saat pembelajaran berlangsung siswa mendapatkan arahan dari guru untuk menulis kata kunci. Dengan demikian aspek solusi adalah aspek yang mengalami peningkatan yang paling tinggi. Sedangkan aspek yang terlihat peningakatannya kecil, yaitu aspek merevisi puisi. Hal itu disebabkan siswa merasa kesulitan dalam memperbaiki puisi dengan menggunakan unsur-unsur puisi berupa diksi, pengimajian, rima, dan gaya bahasa karena sulit untuk memahami cara menggunakan unsur- unsur tersebut ketika memperbaiki puisi.

Bertemali dengan yang terjadi pada siklus II, pada siklus III aspek yang mengalami peningkatan paling tinggi pun masih sama yakni aspek menulis kata kunci. Aspek tersebut mengalami peningkatan sebesar 6.57. Aspek yang mengalami peningkatan paling rendah adalah aspek merevisi puisi dengan peningkatan hanya sebesar 6,1. Aspek menulis kata mengalami peningkatan yang paling tinggi, karena model pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning) mampu membuat menarik suatu pembelajaran sehingga membuat siswa termotivasi untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan serangkaian tindakan yang telah dilaksanakan. Apabila proses pembelajaran yang dijalani siswa dalam penelitian ini baik dan meningkat, maka sudah dipastikan bahwa nilai kemampuan menulis puisi siswa meningkat.

Peningkatan kemampuan menulis puisi dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar di atas memberikan keterangan akan peningkatan yang terjadi pada siklus I sampai dengan siklus III tentang nilai kemampuan menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran berbasisi pengalaman (experiential learning). Peningkatan terjadi pada semua indikator yang diteliti.

Indikator penilaian kemampuan menulis puisi yaitu pengimajian, diksi, rima dan gaya bahasa. Dari sekian indikator yang diteliti sampai siklus II, indikator unsur puisi diksi merupakan indikator yang mengalami peningkatan paling tinggi yakni sebesar 14,44. Dari sekian kemampuan menulis puisi yang diteliti sampai siklus II, indikator gaya bahasa adalah indikator yang paling rendah peningkatannya hanya sebesar 6,23.

Sejalan dengan siklus II, aspek yang paling meningkat pada siklus III adalah diksi dengan peningkatan sebesar 10,03. Hal itu disebabkan karena siswa melihat media yang diperlihatkan guru sehingga siswa mampu memilih kata-kata yang menarik sesuai dengan media yang digunakan serta membuat puisi indah dengan menggunakan rima. Sedangkan aspek yang mengalami peningkatan paling rendah adalah pengimajian sebesar 3,47 karena sebagian siswa masih belum memahami penggunaan unsur puisi berupa pengimajian sehingga sebagian siswa belum mampu menggunakan pengimajian dalam puisinya.

Keberhasilan siswa dalam menulis puisi juga dipengaruhi oleh pengalaman yang siswa miliki sendiri agar dapat

67.94 74.6 78.07 54.33

68.77

78.82 56.84

67.13 75.02 49.17 55.4

65.3

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Siklus I Siklus II Siklus III

Rekapitulasi Penilaian Kemampuan Menulis Puisi pada

Siklus I Sampai Siklus III

Pengimajian Diksi Rima Gaya Bahasa

60,64 67,78 80,32

(10)

2penulis penanggungjawab

3penulis penanggungjawab

membantu siswa dalam membangun dan mendapatkan pemahaman guna menungkannya kedalam bentuk tulisan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Dalam hal ini model experiential learning menggunakan pengalaman sebagai katalisator untuk membantu siswa dalam mengembangkan kapasitas serta kemampuannya dalam proses pembelajaran Depdiknas, 2002 (dalam Cahyani, 2012 hlm. 170) menyatakan bahwa “siswa dapat menggunakan pengetahuan yang diperolehnya dari pengalaman yang dialaminya untuk membuat sebuah tulisan baru.” Dalam model pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning) ini siswa diajak untuk memandang secara kritis kejadian yang ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai sesuatu berdasarkan pengalaman yang secara terus menerus mengalami perubahan dalam meningkatkan keefektifan dari hasil belajar itu sendiri Hamalik (dalam cahyani, 2012 hlm. 170) menyatakan bahwa “pengajaran berdasarkan pengalaman memberi para siswa seperangkat atau serangkaian situasi belajar dalam bentuk keterlibatan pengalaman sesungguhnya yang dirancang oleh guru.”

Keberhasilan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning) pun, harus didukung dengan memberikan bimbingan dari guru, karena pada dasarnya seorang anak Sekolah Dasar masih memerlukan bimbingan. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Yusuf (2009) bahwa sampai kira-kira anak berumur 11,0 tahun anak masih membutuhkan bimbingan guru atau pun orang-orang dewasa disekitarnya untuk membantu serta membimbing menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Apabila dikaitkan dengan model yang digunakan

dalam kegiatan pembelajaran, media yang digunakan dapat merangsang siswa untuk memunculkan ide serta menstimulus pengalaman langsung yang dimiliki oleh siswa karena media yang digunakan untuk menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning) berupa media gambar dan media berupa teks yang akan didengarkan melalui media audio

Model pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning) memiliki lima langkah pembelajaran dalam menulis puisi yang dapat dilakukan dengan berbagai aktivitas menulis puisi. Langkah tersebut menurut Cahyani (2012, hlm. 173) yaitu:” 1) experience, 2) share (berbagi rasa/pengalaman), 3) procces (analisis pengalaman), 4) generalize (menghubungkan pengalaman dengan situasi senyatanya), 5) apply”. Berbagai langkah tersebut dapat dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran dengan berbagai proses aktivitas dan kemampuan menulis puisi di antaranya pada menulis kata kunci dan merevisi puisi, dapat dilakukan dengan melihat media yang digunakan serta dengan melakukan perenungan terhadap media tersebut yang dapat dituangkan kedalam kata kunci serta siswa juga diberikan kesempatan untuk mendengarkan dan membaca puisi.

Proses pembelajaran menulis puisi di atas di dasarkan pada pendapat Resmini dan Juanda (2007, hlm.120) yang mengungkapkan proses menulis yang terdiri dari beberapa tahapan: 1) pra menulis (prewriting), 2) menulis konsep (drafing), 3) merevisi (revising), 4) mengedit (editing), 5) publikasi (publishing). Bertemali dengan hal tersebut peneliti memodifikasi aktivitas pembelajaran menulis puisi yang disesuaikan dengan langkah model pembelajaran berbasis pengalaman

(11)

2penulis penanggungjawab

3penulis penanggungjawab

(experiential learning serta langah- langkah menulis.

KESIMPULAN

Proses pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning) yang terdiri atas proses menulis kata kunci dan merevisi mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan pemerolehan nilai proses menulis puisi pada setiap siklusnya. Pada siklus I, rata-rata nilai proses menulis puisi adalah sebesar 60,35. Hal tersebut terjadi karena siswa masih belum mampu menulis kata kunci yang sesuai dengan tema, selain itu siswa juga belum mampu merevisi puisi dengan benar. Pada siklus II rata-rata nilai proses menulis puisi adalah sebesar 70,32. Hal tersebut menunjukan bahwa sudah adanya peningkatan pada proses menulis puisi siswa namun peningkatannya masih sedikit. pembelajaran siswa. Pada siklus III rata-rata nilai proses menulis puisi adalah sebesar 80,05. Siswa terlihat sudah mampu melakukan proses menulis puisi yaitu menulis kata kunci serta merevisi puisi. Berdasarkan hal tersebut, pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning) dapat meningkatkan proses pembelajaran siswa dalam menulis puisi.

Kemampuan siswa dalam menulis puisi dengan menggunakan model pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning) mengalami peningkatan. Hal tersebut diketahui berdasarkan nilai rata-rata keseluruhan yang diperoleh siswa pada setiap siklus.

Pada siklus I nilai rata-rata keseluruhan kemampuan siswa yaitu 60,64. Hal itu disebabkan siswa belum memahami cara menggunakan unsur-unsur puisi pada saat menulis puisi tersebut. Selain itu juga karena siswa belum mampu menuliskan puisi dengan benar dan sesuai dengan isi

kata kunci yang sudah ditulisnya serta belum mampu mengembangkannya ke dalam beberapa bait puisi. Pada siklus II nilai rata-rata keseluruhan kemampuan siswa 67,78. Hal tersebut disebabkan siswa masih belum begitu mampu menulis puisi dengan menggunakan pengimajian dan gaya bahasa. Sedangkan pada siklus III nilai rata-rata keseluruhan kemampuan siswa 80,32. Siswa sudah cukup mampu menulis puisi dengan menggunakan diksi, pengimajian (imajinasi), rima, dan gaya bahasa.

Bertemali dengan hal tersebut, dengan menggunakan model pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis puisi.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, dkk. (2013). Kemampuan Menulis dan Berbicara Akademik. Bandung: Rizqi press.

Abidin, Y. (2012). Pembelajaran Bahasa berbasis Pendidikan Karakter.

Bandung: Refika Aditama

Alwasilah, A. Chaedar dan Alwasilah, Senny Suzzana. (2012). Pokoknya Menulis. Bandung: PT Kiblat Buku Utama.

Cahyani, I. (2012). Pembelajaran Menulis Berbasis Karakter Dengan Pen Dekatan Experiental Learning. Bandung: program Studi Pendidikan Dasar SPS Departemen Pendidikan Nasional.

(2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar. Jakarta: BP Dharma Bakti

Dunsmuir, S., Kyriacou, M., Batuwitage, S., Hinson, E., Ingram, V., &

(12)

2penulis penanggungjawab

3penulis penanggungjawab

O’Sullivan, S. (2015). An evaluation of the writing assessment measure (wam) for Heny Pratiwi (2009). Experiential

Learning. Diakses dari http://henypratiwi.wordpress.com/

2009/07/24/eksperiensial-

children’s narrative writing.

assessing writing, 23, 1–18.

http://doi.org/10.1016/j.asw.2014.

08.001.

learning/. pada tanggal 20 Maret 2015, Jam 15.20 WIB.

Matsuo, M. (2015). A framework for facilitating experiential learning.

Human Resource Development Review. 14(4). hlm.445

Pradopo, R. D. (2010). Pengkajian Puisi.

Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Resmini, (2006).Membaca dan Menulis di SD. Bandung: UPI Press

Sharlanova, V. (2004). Experiential learning. Trakia Journal of Sciences, 2 (4), hlm. 37.

Suparno dan Yunus. (2006).

Keterampilan Dasar Menulis.

Jakarta : Universitas Terbuka.

Tarigan, H. G. (2008). Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa.

Yamin dan Ansari. (2009). Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press.

Yusuf, S. (2009). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Gambar

Gambar  di  atas  memberikan  keterangan peningkatan yang terjadi pada  siklus  I  sampai  siklus  III  tentang  nilai  proses  menulis  puisi  dengan  menggunakan  model  pembelajaran  berbasis  pengalaman  (experiential  learning)
Gambar  di  atas  memberikan  keterangan akan peningkatan yang terjadi  pada  siklus  I  sampai  dengan  siklus  III  tentang  nilai  kemampuan  menulis  puisi  dengan  menggunakan  model  pembelajaran  berbasisi  pengalaman  (experiential  learning)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Informasi yang terdapat pada tabel routing dapat diperoleh secara static routing melalui perantara administrator dengan cara mengisi tabel routing secara manual

Kementerian Agama Tahun Anggaran 2017, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan memberikan.. kesempatan k e p a d a Warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat untuk mengikuti

Sepulang dari Canberra, Ustadz termasuk dalam daftar orang yang harus kutemui pertama kali, dan menyampaikan pikiranku yang sederhana itu, yaitu mendirikan pendidikan formal,

Penulisan ilmiah ini menjelaskan tentang mengenal huruf dan warna dalam bahasa Inggris untuk anak-anak usia 4 7 tahun dengan menggunakan Visual Basic 6.0. Manfaat dari aplikasi

PERBANDINGAN LEMPARAN ATAS, LEMPARAN BAWAH, LEMPARAN SAMPING TERHADAP AKURASI DAN KECEPATAN DALAM OLAHRAGA SOFTBALL Universitas Pendidikan Indonesia |. repository.upi.edu |

kinerja pegawai Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

a) Kondisi lingkungan kerja. Lingkungan pekerjaan adalah keseluruhan sarana dan prasana kerja yang ada disekitar karyawan yang sedang melakukan pekerjaan yang dapat memengaruhi