• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Histopatologi Organ Usus dan Jantung Anjing Terinfeksi Virus Parvo.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Histopatologi Organ Usus dan Jantung Anjing Terinfeksi Virus Parvo."

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Studi Histopatologi Organ Usus dan Jantung Anjing

Terinfeksi Virus Parvo

(STUDY OF HISTOPATOLOGY OF INTESTINE AND HEART IN PARVOVIRUS INFECTED DOG)

Ida Ayu Ary Purnamasari1, I Ketut Berata2, I Made Kardena2. 1

Mahasiswa FKH UNUD 2

Laboratorium Patologi FKH UNUD Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Jl. PB. Sudirman Denpasar, Bali Tlp. 0361-223791.

Email : ajeknajoo@yahoo.com

ABSTRAK

Parvovirosis pada anjing merupakan penyakit infeksius yang menyerang saluran pencernaan. Penyakit ini disebabkan oleh Canine Parvovirus tipe 2 (CPV-2). Secara klinis bentuk parvovirosis ada dua yaitu bentuk enteritis dan miokarditis. Telah dilakukan penelitian mengenai Studi Histopalogi Organ Usus dan Jantung Anjing Terinfeksi Virus Parvo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi tingkat keparahan lesi histopatologi pada usus dan otot jantung anjing terinfeksi virus parvo. Penelitian ini menggunakan 15 sampel organ (usus dan otot jantung) yang positif terinfeksi canine parvovirosis yang diperoleh dari Laboratorium Patologi Veteriner, Universitas Udayana, Denpasar selama periode 2010 -2012. Untuk perhitungan tingkat hemoragi dan peradangan organ usus dan otot jantung disajikan dalam bentuk persentase. Gambaran umum histopatologi hemoragi dan peradangan organ usus dan otot jantung dianalisis secara kualitatif, dengan membandingkan tingkat hemoragi dan peradangan organ usus dan otot jantung pada anjing yang berumur ≤ 2 bulan dan > 2 bulan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa lesi histopatologi usus berupa hemoragi dan peradangan pada infeksi parvovirus anjing umur > 2 bulan lebih parah dari pada umur ≤ 2 bulan. Lesi histopatologi otot jantung berupa hemoragi dan peradangan pada infeksi parvovirus anjing umur ≤ 2 bulan lebih parah dari pada umur > 2 bulan.

Kata kunci : Anak anjing umur ≤ 2 dan > 2 bulan, parvovirus, miokarditis dan enteritis.

ABSTRACT

Parvovirosis is a infectious disease of the gastrointestinal tract. The disease is caused by Canine Parvovirus tipe 2 (CPV-2). Parvovirosis is clinically divided into two forms namely enteritis and myocarditis. A research was done on histopatology of intestinal and heart parvovirus infected dog. This research aims to determine the severity of histopatology lesion in intestine and myocardium of parvovirus infected dogs. This research used 15 samples of (intestinal and myocardium), from does that were positively infected by canine parvovirus. The samples were obtained from Pathology Veterinary Laboratory, Udayana University, Denpasar during periode 2011-2012. Hemorrhage inflammation levels on intestine and myocardium and were quantified with percentage. In conclusion, histopatological changes of hemmorage and inflammation degress on intestine in dog with > 2 mount old is to be more severe than the dog that old ≤ 2 mount. According to the research, it can be concluded that intestine histopsthology lesion formed as hemorrhage and inflammation at dogs parvovirus infection > 2 months old is more danger than ≤ 2 months old. Histopathological changes of hemmorage and inflammation on intestine and myocardium were analyzed qualitatively, by comparing inflammation degrees based on the dog samples old (≤ 2 mount-old and > 2 mount-old).

(2)

PENDAHULUAN

Penyakit parvovirosis pada anjing disebabkan oleh Canine Parvovirus tipe 2 (CPV-2) merupakan salah satu penyakit virus yang bersifat sangat kontagius dan fatal. Canine Parvovirus termasuk dalam famili parvoviridae (Hagiwara et al., 1980).

Canine Parvovirus merupakan virus yang menyerang saluran pencernaan pada anjing.

Canine Parvovirus (CPV) sangat stabil pada pH 3 hingga 9 dan pada suhu 60°C selama 60 menit. Karena virus ini tidak beramplop maka virus ini sangat tahan terhadap pelarut lemak, tetapi virus CPV menjadi inaktif dalam formalin 1%, beta-propiolakton, hidroksilamin, larutan hipoklorit 3%, dan sinar ultra violet (Jhonson and Spradbrow, 1979).

Derajat keparahan manifestasi klinis infeksi CPV sangat tergantung pada umur anjing, infeksi parasit, stress, status imun, dan status vaksinasi. Makin muda umur anjing yang terinfeksi makin parah klinis yang dihasilkan (Dharmojono, 2001). Infeksi oleh CPV-2 akan memperlihatkan gejala yang digolongkan menjadi radang otot jantung (miokarditis) dan radang usus (enteritis). Gejala miokarditis terjadi pada anjing yang terinfeksi CPV sudah sejak kandungan dan terutama pada induk yang belum pernah divaksinasi parvovirus. Pada kondisi ini semua anak anjing sekelahiran akan menderita miokarditis. Infeksi CPV-2 menyebabkan pembengkakan atau pembesaran jantung sehingga jantung tidak mampu mengedarkan darah ke seluruh tubuh. Bentuk miokarditis umumnya terjadi pada anjing muda, terutama anjing berumur di bawah 4 minggu, yang ditandai dengan kematian anak anjing secara mendadak tanpa menimbulkan gejala klinis. Gambaran patologi anatomi akibat CPV-2 pada bentuk miokarditis yaitu gagal jantung yang ditandai dengan dilatasi ruangan jantung, edema pulmonum, dan kongesti pasif pada hati dan kadangkala terdapat ascites. Pada ventrikel dapat ditemukan garis putih akibat kematian jaringan otot jantung. Ventrikel kanan biasanya mengalami kerusakan yang

lebih parah. Pada pengamatan patologi anatomi, anak anjing yang mati mendadak tidak menunjukkan adanya kelainan yang berarti pada jantung, tetapi edema paru-paru sering tampak mulai dari derajat yang ringan hingga parah (Klinkam, 2006).

Infeksi parvovirus bentuk enteritis, sering juga disebut Canine parvovirus enteritis, atau infectious hemorrhagic enteritis, atau epidemic gastroenteritis atau

canine panleucopenia. Perubahan patologi terjadi secara segmental berupa perubahan warna pada usus akibat kongesti dan perdarahan lapisan luar usus. Limfonodus mesenterika membesar disertai perdarahan. Timus pada hewan muda mengecil dan terjadi nekrosa. Pada kasus yang berat, timus menjadi sangat tipis. Bentuk enteritis berjalan sangat cepat, terkadang dua hari pasca infeksi mengalami kematian. Gejala khas pada anjing yang terinfeksi CPV-2 yaitu muntah berat, diare, anorexia, dehidrasi, feses berwarna abu kekuningan kadang bercampur darah. Diare berdarah pada kasus parvo enteritis biasanya disertai bau yang khas (amis yang spesifik) yang membedakan dengan diare berdarah dari penyakit lain. Pada kasus yang berat, gejala klinis tersebut biasanya dibarengi dengan demam, leukopenia, dan limfopenia (Honkins, 1995).

Adanya variasi manifestasi klinis infeksi CPV berdasarkan umur anjing yang terinfeksi, kemungkinan juga disertai variasi lesi histopatologi. Tentang hal tersebut, belum ada yang melaporkan sehingga penting untuk diteliti.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi tingkat keparahan lesi histopatologi pada usus otot jantung anjing terinfeksi virus parvo.

MATERI DAN METODE

(3)

konfirmasi di Laboratorium Virologi Veteriner dengan uji PCR. Bahan lain yang digunakan adalah zat-zat untuk pembuatan preparat histopatologi seperti netral buffer formalin 10 %, alkohol berbagai konsentrasi (70%, 95% dan 100%). Selain itu juga diperlukan : xylol, granul parafin, entelan, haematoksilin dan eosin. Peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah staining jar, microtome, waterbath, mikroskop, gelas objek dan gelas cover .

Asal sampel dikelompokan atas kelompok anjing umur (≤ 2 bulan) yang berjumlah 5 ekor dan umur (>2 bulan) yang berjumlah 10 ekor. Pemeriksaan preparat histopatologi dari organ anjing penderita canine parvo virus diamati pada mikroskop dengan pembesaran mulai dari 100x, 200x, 400x.

Data tentang histopatologi berupa hemoragi dan peradangan pada usus dan otot jantung sampel dari anjing terinfeksi virus parvo akan dianalisis secara deskriptif kualitatif.

Hasil

Pemeriksaan dilakukan dengan memeriksa adanya hemoragi dan peradangan pada sampel organ usus dan otot jantung anjing yang positif terinfeksi virus parvo. Hasil pemeriksaan histopatologi pada organ usus dan otot jantung anjing terinfeksi parvovirus ditemukan adanya perubahan seperti adanya infiltrasi sel-sel radang dan perdarahan. Setelah ditabulasi berdasarkan umur maka diperoleh hasil persentase seperti yang disajikan pada Tabel 1.

Pemeriksaan mikroskopis pada organ usus ditemukan sel-sel radang tersebar dari mukosa sampai di submukosa dan terlihat adanya perdarahan di submukosa. Nekrosis juga ditemukan pada kriptus liberkhun di daerah mukosa. Pada jantung ditemukan sel radang yang tersebar di miokardium juga dengan disertai perdarahan dan nekrosis.

Tabel 1. Persentase Derajat Keparahan Hemoragi dan Peradangan Pada Anjing Yang Terinfeksi Parvovirus Berdasarkan Umur

Organ Perubahan Tingkat Umur

≤ 2 virus parvo terdapat 5 sampel yang berumur

≤ 2 bulan dan 10 sampel yang berumur > 2

(4)

Pada anjing yang terinfeksi virus parvo, lesi hemoragi ringan pada usus anjing terinfeksi umur ≤ 2 bulan mencapai 100%, sedangkan pada anjing umur > 2 bulan hemoragi parah teramati pada 70% sampel. Peradangan usus ringan terjadi pada umur ≤ 2 bulan sebanyak 60% sampel dari pada umur > 2 bulan, peradangan yang berat terjadi pada 60% sampel. Pada anjing yang terinfeksi virus parvo, lesi hemoragi jantung kategori sedang lebih banyak (80%) terjadi pada umur ≤ 2 bulan dibandingkan pada umur > 2 bulan yaitu mencapai 30% dari jumlah sampel. Peradangan jantung kategori ringan lebih banyak (60%) dibandingkan dengan kategori berat (20%) pada umur ≤ 2 bulan dan pada umur > 2 bulan tidak teramati infiltrasi sel radang (70% sampel) . Gambar lesi hemoragi dan peradangan pada usus maupun otot jantung, disajikan pada Gambar 1, 2, 3, dan 4.

Gambar 1. Terjadi perdarahan serta peradangan pada vili usus (enteritis hemoragi). Hemoragi (tanda panah putih), sel radang (tanda panah hitam). (H & E ; 200x)

Gambar 2. Enteritis hemoragika et nekrotikan. Terjadi perdarahan dan nekrosis pada villi usus. Perdarahan (tanda panah putih), nekrosis (tanda panah hitam) ( H & E ; 200x).

Gambar 3. Miokarditis et nekrotikan. Sel radang (tanda panah putih), nekrosis (tanda panah hitam)

(H & E ; 400x).

Gambar 4. Miokarditis hemoragis. Perdarahan (tanda panah hitam), sel radang (tanda panah putih) (H & E ; 400x).

PEMBAHASAN

Pada anjing umur ≤ 2 bulan lebih banyak mengalami hemoragi dan peradangan pada jantung dibandingkan pada usus. Hal ini dapat disebabkan karena dari induk anjing penderita tidak divaksin sehingga anak anjing sekelahiran biasanya menderita parvovirus bentuk miokarditis (Honkins, 1995). Anjing berumur 3-6 minggu sel-sel jantungnya sedang aktif berkembang sehingga apabila pada umur tersebut anak anjing terinfeksi virus parvo, umumnya menyerang jantung. Hal ini dapat mengakibatkan kematian mendadak tanpa didahului dengan adanya gejala klinis, seperti : diare dan muntah pada anak anjing (Murphy et al., 2008).

(5)

cukupnya antibodi yang dihasilkan untuk melindungi anjing dari infeksi Canine Parvovirus (Waner, 2007). Jika infeksi CPV terjadi pada anjing yang berumur lebih tua, maka pembelahan sel-sel pada jantungnya mulai menurun sedangkan pembelahan pada ususnya mulai meningkat. Hal ini yang menyebabkan anjing yang terinfeksi CPV pada umur > 2 bulan lebih banyak menderita bentuk enteritis dengan gejala seperti diare dan muntah (Klinkam, 2006)

Peradangan jantung pada anjing umur ≤ 2 bulan hanya 20%, sehingga lebih banyak yang tidak menimbulkan peradangan. Hal ini dapat disebabkan karena umumnya induk anjing telah divaksinasi, sehingga anak yang dilahirkan mempunyai maternal antibodi, yang rata-rata dapat bertahan hingga 6 minggu. Apabila anjing terinfeksi berumur lebih dari 6 minggu dan vaksinasi belum dilakukan, maka tipe enteritis umumnya lebih sering terjadi jika anjing tersebut terinfeksi CPV, mengingat pada umur tersebut derajat pembelahan sel meningkat di kripta usus sedangkan di jantung pembelahan sel-sel telah mengalami penurunan (Sendow, 2003).

Keparahan infeksi CPV sangat tergantung pada umur, infeksi parasit, stres, imunitas yang rendah, keadaan di dalam kandang yang terlalu padat, sanitasi yang buruk, titer antibodi induk rendah, kegagalan tubuh membentuk respon kekebalan, dan tidak divaksinasi. Semakin muda anjing yang terinfeksi CPV, maka gejala klinis yang dihasilkan semakin parah. Bentuk miokarditis terjadi pada anjing yang berumur ≤ 2 bulan ditandai dengan kematian mendadak. Hal ini disebabkan oleh dilatasi ruang pada jantung dan terjadi pembengkakan jantung kemudian kegagalan jantung yang mengakibatkan tidak berfungsinya peredaran darah. Bentuk miokarditis ini biasanya ditemukan pada anak anjing yang baru pertama kali terinfeksi CPV (Sajuthi, 2001).

Bentuk enteritis terjadi pada anjing yang berumur > 2 bulan ditandai dengan muntah dan diare. Hal ini disebabkan oleh CPV merusak villi usus dan kripta intestinal.

Bentuk enteritis infeksinya berjalan sangat cepat terkadang dua hari pasca infeksi, anjing sudah mengalami kematian. Di samping itu, ada faktor lain seperti komplikasi, malnutrisi, infeksi sekunder dan lain-lain yang dapat mempengaruhi kondisi tubuh anjing. Jika kondisi tubuh lemah maka virus akan mudah menginfeksi anjing tersebut (Honkins, 1995).

Hasil evaluasi gambaran umum histopatologi berupa hemoragi dan peradangan pada organ usus dan otot jantung pada anjing terinfeksi virus parvo pada pembesaran 200x terlihat adanya hemoragi pada dinding usus, adanya infiltrasi sel radang pada vili usus, yang disertai nekrosis. Vili usus memendek dan menyebabkan lapisan mukosa usus menghilang sehingga lapisan submukosa usus terangkat keluar pada daerah lumen usus (Dharmojono, 2001).

Faktor lain yang dapat mempengaruhi keparahan infeksi CPV selain umur yaitu dari ras anjing dan status vaksinasi (data tidak dipublikasi). Kemungkinan ada ras-ras anjing tertentu misalnya rottwailer, pomerian, minipincher, dan Chihuahua yang mempunyai genetic lineages yang sama dan rentan terhadap parvovirus dibandingkan jenis ras lain (Decaro et al., 2007). Pada status anjing yang tidak divaksin atau divaksin tetapi tidak lengkap berisiko 10 kali lebih tinggi terserang parvovirus dibandingkan dengan anjing yang memiliki vaksinasi lengkap. Kejadian parvovirus sangat tinggi pada anjing yang tidak divaksinasi atau tidak dilakukan booster vaksinasi. Vaksinasi dapat membantu mengontrol penyebaran virus parvo (Carter dan Wise, 2005).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

(6)

dan peradangan pada infeksi parvovirus anjing umur ≤ 2 bulan lebih parah dari pada umur > 2 bulan.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang hubungan infeksi parvo virus dengan faktor-faktor resiko lainnya, misalkan ras, status vaksinasi, jenis kelamin dan pakan.

DAFTAR PUSTAKA

Carter GR, Wise DJ, and Flores EF(Eds). 2005. Parvoviridae. In: A Concise Review of Veterinary Virology. New York. Vet. J., 34:105

Decaro N, Desario C, Addie DD, Martella V, Vieira MJ, Elia G, Zicola A, Davis Thompson G, Thiry’s C, Truyen U, and Buonavoglia G. 2007. Molecular Epidemiology of Canine Parvovirus, Europe. University of Bari, Bari, Italy; University of Glasgow, Glasgow, Scotland, UK; University of Porto, Porto, Portugal; University of Liege, Liege, Belgium; and University of Leipzig, Leipzig, Gemany. Vol. 13, No. 8. pp 1222-1224.

Dharmojono, H. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Hewan Veteriner (Hewan Kecil). Pustaka Populer Obor. Jakarta.

Hagiwara MK, July JR., Baccaro MR. and Angelo MJO. 1980. Enterite

Hemoraghi caes a associada

infeccao por um parvovirus.

Arquivos do instituto de biology. Vol 12, No.7. pp.47- 49.

Honkins, J. D., 1995 Canine Parvo-virus, the evolving syndrome. Journal of Infectious Disease Bulletin. Vol 19., No 8.

Johnson, R.H and P.B. Spradbrow. 1979. Isolation from dogs with severe enteritis of a parvovirus related to feline panleucopenia virus. Aust. Vet. J., 55: 151

Klinkam M. 2006. Parvo and Parvovirus of the Canine Dog. NorthWest K9 Training. NorthWest. Hal 1.

Murphy, F. A.,E.P.J. Gibbs, M.C. Horzinek, M. J. Studdert. 2008. Veterinary Virology. Ed 3th. Academic Press. USA.

Sajuthi CK. 2001. Diagnosa dan pengobatan Infeksi Virus Parno pada Anjing. Di dalam : Dunia Veteriner Indonesia. Edisi 4. PDHI. Jakarta. 16- 17.

Sendow, I. 2003. Canine parvovirus pada anjing. Balai Penelitian Veteriner, Bogor. Vol 13(2):56-64.

Gambar

Tabel 1. Persentase Derajat Keparahan Hemoragi dan Peradangan Pada Anjing Yang Terinfeksi Parvovirus Berdasarkan Umur
Gambar 3. Miokarditis et nekrotikan. Sel radang

Referensi

Dokumen terkait

Hasil ANACOVA faktorial 2×2 menunjukkan bahwa pada pengaruh interaktif antara model pembelajaran dan motivasi belajar terhadap pemahaman konsep IPA tampak

Pada contoh numerikyang dibahas dengan model program computer, dapat diketahui bahwa penggunaan base isolator akan memperpanjang waktu getar struktur, sehingga mereduksi

Sedangkan air, tempurung, dan sabut sebagai hasil samping ( by product ) dari buah kelapa juga dapat diolah menjadi berbagai produk yang nilai ekonominya tidak kalah dengan

Berbagai upaya yang dapat ditempuh untuk menumbuhkembangkan kewirausahaan di kalangan mahasiswa adalah: (1) dicantumkan mata kuliah kewirausahaan dalam kurikulum

Berisi proses untuk menampilkan menu mandi, buang sampah, memakai baju, sikat gigi, dan benda berbahaya.. 06 Tampil

Artinya, di buku siswa kelas IV telah terdapat instruksi bagi siswa untuk membuat kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan atau pengukuran yang dilakukan dan pertanyaan

Pengujian hipotesis yang dilakukan dengan menggunakan model persamaan struktural (PLS), hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komitmen manajemen puncak memiliki