ANALISIS DAN PENGUKURAN
FLEKSIBILITAS SUPPLY CHAIN
PADA PT. SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk.
SKRIPSI
DISUSUN OLEH :
KUSUMA DEWI WARDHANI
0632010008
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum WR. WB.
Alhamdulillah segala puja dan puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat yang telah di berikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS DAN PENGUKURAN FLEKSIBILITAS SUPPLY CHAIN
PADA PT. SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk.”. Tak ada kata yang pantas
untuk diucapkan selain rasa syukur atas nikmat yang diberikan oleh-NYA.
Maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana Teknik Industri pada Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Dalam kesempatan ini pula dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP. Selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Ir. Sutiyono, MT. Selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Ir. H. MT. Safirin, MT. Selaku Ketua Jurusan Teknik Industri Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
6. Bapak Ir. Rusindiyanto, MT dan Bapak Ir. Didi Samanhudi, MMT selaku dosen penguji seminar I.
7. Bapak Ir. Didi Samanhudi, MMT dan Bapak Ir. Irwan Soejanto, MT selaku dosen penguji seminar II.
8. Bapak Ir. H. Moch. Tutuk Safirin, MT, Ibu Ir. Endang P. W. MMT dan Bapak Ir. H. Tri Susilo, MM selaku penguji pada Ujian Negara/Lisan.
9. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Teknologi Industri khususnya Jurusan Teknik Industri yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.
10. Bapak Yudi Santoso selaku pembimbing pabrik yang telah membantu memberikan banyak informasi yang dibutuhkan oleh penulis.
11. Seluruh Pimpinan, Karyawan dan Staff PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi penulis.
12. Daddy and Mommy, terima kasih atas Do’a, semangat, serta nasehat yang selalu menyertaiku dan untuk keluargaku yang telah memberi dukungan dalam penyelesaian skripsi ini... Terima kasih banyak...
13. SomeOne special... Thanks a lot for your prayer, advice, always give me a spirit, support and everything... Terima kasih atas semuanya yah... 14. Teman-teman Gobel Community, yang telah menemani dalam suka dan
duka... Terima kasih dukungan dan semangatnya... Ayo kita harus lulus bareng tahun ini... Amin...
16. Buat Dina, terima kasih atas semuanya... Atas doa-doamu, bantuan, dukungan dan semangatnya yang selalu kamu berikan pada Uwie... Ayo segera menyusul ya...
17. Semua teman-teman TI khususnya angkatan 2006 paralel A, angkatan 2005-2007, teman-teman 1 kos, and all my friends every where, yang tidak bisa Uwie sebut satu-satu, terima kasih atas dukungannya hingga selesai skripsi ini.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan atas kebaikan yang telah diberikan. Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan. Akhir kata, semoga hasil pemikiran yang tertuang dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi setiap pembaca pada umumnya dan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. pada khususnya.
Wassalamualaikum WR. WB.
Surabaya, Mei 2010
DAFTAR ISI
Kata Pengantar... i
Daftar Isi... iv
Daftar Gambar... viii
Daftar Tabel... x
Daftar Lampiran...xiii
Abstraksi... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang..……… 1
1.2 Perumusan Masalah..……… 3
1.3 Batasan Masalah..………. 3
1.4 Tujuan Penelitian..……… 4
1.5 Asumsi...……… 4
1.6 Manfaat Penelitian…...……….. 5
1.7 Sistematika Penulisan…..………. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Supply Chain..……….………. 8
2.2 Fleksibilitas………….……….………. 13
2.3 Sistem Fleksibilitas Manufaktur………...…… 13
2.4 Tipe Fleksibilitas Manufakturing...………. 16
2.5 Fleksibilitas Supply Chain...….… 24
2.7 Pengukuran Fleksibilitas Supply Chain…………...………..……… 35
2.8 Perhitungan Skor GAP………..………….…… 37
2.9 Analitic Hierarchy Process (AHP)……….……….….……. 39
2.10 Program Expert Choice………..……….………... 45
2.11 Skala Servqual………... 46
2.12 Peneliti Terdahulu... 46
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian…...……….. 52
3.2 Identifikasi dan Definisi Operational Variabel…..……..……….. 52
3.2.1 Identifikasi Variabel………….………. 52
3.2.2 Definisi Operasional Variabel……….……….. 53
3.3 Metode Pengumpulan Data………....…… 56
3.3.1 Data Primer……….….. 62
3.3.2 Data Sekunder……….….. 57
3.4 Metode Pengolahan Data……..……….……… 57
3.4.1 Pembobotan ketiga Dimensi Parameter-parameter Supply Chain ………….………... 57
3.4.2 Perhitungan GAP... 58
3.4.3 Pemetaan (Mapping) Parameter-parameter Fleksibilitas.... 59
3.4.4 Metode Analisa Data... 59
3.4.5 Kesimpulan Dan Saran……….……….… 59
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengumpulan Data... 67
4.1.1 Penentuan Parameter – parameter Fleksibilitas Supply Chain... 68
4.1.2 Definisi Tiap-Tiap Parameter Yang Terpilih... 71
4.1.3 Data Kuesioner Pembobotan Fleksibilitas Supply Chain... 78
4.14 Penentuan Sampel……… 83
4.2 Pengolahan Data... 84
4.2.1 Uji Validitas dan Reliabilitas... 84
4.2.2 Data Kuesioner Kebutuhan dan Kemampuan Fleksibilitas Supply Chain... 86
4.2.3 Analisa Bobot Parameter Fleksibilitas Supply Chain... 88
4.2.4 Analisa Gap Kebutuhan dan Kemampuan Fleksibilitas Supply Chain... 92
4.2.5 Pembuatan Grafik Kebutuhan dan Kemampuan Parameter Fleksibilitas Supply Chain……… 94
4.26 Analisa Gap Terbobot dan Prioritas Perbaikan…………. 98
4.2.7 Pembuatan Grafik Terbobot Kebutuhan dan Kemampuan Parameter Fleksibilitas Supply Chain………... 102
4.2.8 Pembuatan Peta (Mapping) Kuadran Fleksibilitas…….... 109
Supply Chain………. 118
4.3 Pembahasan... 121
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan... 127 5.2 Saran... 128
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 3 Level dari Fleksibilitas 18
Gambar 2.2 Kategori Fleksibilitas Sel dan Sistem 18
Gambar 2.3 Rangkaian Supply Chain 24
Gambar 2.4 Hubungan antara level uncertainty demand dengan level
Fleksibilitas 33
Gambar 2.5 Kuadran Fleksibilitas Supply Chain 36 Gambar 3.1 Diagram Alir Langkah Pemecahan Masalah 60-61
Gambar 4.1 Bobot Dimensi 89
Gamabr 4.2 Grafik Kebutuhan dan Kemampuan Dimensi Utama 94 Gambar 4.3 Grafik Kebutuhan dan Kemampuan Sub Dimensi Supplier
System 95
Gambar 4.4 Grafik Kebutuhan dan Kemampuan Sub Dimensi Product
Design 96
Gambar 4.5 Grafik Kebutuhan dan Kemampuan Sub Dimensi
Production System 97
Gambar 4.6 Grafik Kebutuhan dan Kemampuan Sub Dimensi Delivery
System 98
Gambar 4.7 Grafik Terbobot Kebutuhan dan Kemampuan Dimensi
Utama 103
Gambar 4.8 Grafik Terbobot Kebutuhan dan Kemampuan Dimensi
Gambar 4.9 Grafik Terbobot Kebutuhan dan Kemampuan Dimensi
Product Design 106
Gambar 4.10 Grafik Terbobot Kebutuhan dan Kemampuan Dimensi
Production System 107
Gambar 4.11 Grafik Terbobot Kebutuhan dan Kemampuan Dimensi
Delivery System 109
Gambar 4.12 Fleksibilitas Supply Chain Dimensi Utama 111 Gambar 4.13 Fleksibilitas Supply Chain Sub Dimensi Supplier System 112 Gambar 4.14 Fleksibilitas Supply Chain Sub Dimensi Product Design 113 Gambar 4.15 Fleksibilitas Supply Chain SubDimensi Production System 114 Gambar 4.16 Fleksibilitas Supply Chain SubDimensi Delivery System 115 Gambar 4.17 Grafik Tingkat Fleksibilitas Supply Chain Dimensi Utama 119 Gambar 4.18 Grafik Tingkat Fleksibilitas Supply Chain Sub Dimensi
Supplier System 119
Gambar 4.19 Grafik Tingkat Fleksibilitas Supply Chain Sub Dimensi
Product Design 120
Gambar 4.20 Grafik Tingkat Fleksibilitas Supply Chain Sub Dimensi
Production System 120
Gambar 4.21 Grafik Tingkat Fleksibilitas Supply Chain Sub Dimensi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Gambaran Umum Perusahaan
Lampiran B Kuesioner Kebutuhan dan Kemampuan Fleksibilitas Supply Chain PT. Semen Gresik (Persero) Tbk.
Lampiran C Data Kuisioner Kebutuhan dan Kemampuan
Lampiran D Output SPSS Nilai Kebutuhan dan Nilai Kemampuan
Lampiran E Kuisioner Pembobotan Fleksibilitas Supply Chain PT. Semen Gresik (Persero) Tbk.
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Area Cakupan Supply Chain 12
Tabel 2.2 Tipe Fleksibilitas Supply Chain 16
Tabel 2.3 Parameter Fleksibilitas Supply Chain 31
Tabel 2.4 Skala Perbandingan Berskala 39
Tabel 2.5 Nilai Random Indeks 44
Tabel 3.1 Parameter-Parameter Fleksibilitas Supply Chain Di PT.
SEMEN GRESIK (PERSERO)Tbk. 54
Tabel 4.1 Parameter Fleksibilitas Supply Chain 68 Tabel 4.2 Parameter-Parameter Fleksibilitas Supply Chain Di PT.
Semen Gresik (Persero) Tbk. 70
Tabel 4.3 Definisi Tiap – Tiap Parameter Yang Terpilih 72 Tabel 4.4 Data Penilaian rata – rata Penilaian Tingkat Fleksibilitas Dimensi
Utama 78
Tabel 4.5 Data Penilaian Rata – rata Penilaian Tingkat Fleksibilitas Sub
Dimensi Supplier System 79
Tabel 4.6 Data Penilaian Rata – rata Penilaian Tingkat Fleksibilitas Sub
Dimensi Product Design 80
Tabel 4.7 Data Penilaian Rata – rata Penilaian Tingkat Fleksibilitas Sub
Tabel 4.8 Data Penilaian Rata – rata Penilaian Tingkat Fleksibilitas Sub
Dimensi Delivery System 82
Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas 84
Tabel 4.10 Data Nilai Rata –Rata Kebutuhan dan Kemampuan 86 Tabel 4.11 Bobot Dimensi Utama dan Sub Dimensi 90 Tabel 4.12 Nilai Gap Kebutuhan dan Kemampuan Fleksibilitas Supply Chain 92 Tabel 4.13 Nilai Gap Terbobot dan Prioritas Perbaikan 99 Tabel 4.14 Tabel Analisa kebutuhan dan Kemampuan Terbobot Dimensi
Utama 103
Tabel 4.15 Tabel Analisa Kebutuhan dan Kemampuan Terbobot Sub Dimensi
Supplier System 103
Tabel 4.16 Tabel Analisa Kemampuan dan Kebutuhan Terbobot Sub Dimensi
Product Design 105
Tabel 4.17 Tabel Analisa Kebutuhan dan Kemampuan Terbobot Sub Dimensi
Production System 106
Tabel 4.18 Tabel Analisa Kebutuhan dan Kemampuan Terbobot Sub Dimensi
Delivery System 107
Tabel 4.19 Hasil Analisa Total Nilai Gap Terbobot dan Tingkat Fleksibilitas
Supply Chain 116
Tabel 4.20 Hasil Analisa Total Nilai Gap Terbobot danTingkat Fleksibilitas
Supply Chain Sub Dimensi 117
ABSTRAKSI
Saat ini konsep tentang Supply Chain telah banyak dibicarakan oleh pakar-pakar manajerial perusahaan, hal ini dimulai dengan adanya suatu kesadaran bahwa Supply Chain (rantai pengadaan) merupakan suatu bagian yang sangat penting bagi perusahaan. Untuk dapat bersaing dengan para pesaing-pesaingnya, suatu perusahaan harus mempunyai profit dan selalu menjaga kepuasan konsumennya, Supply Chain itu sendiri didukung oleh faktor Internal dan faktor Eksternal. Faktor Internal yang mana didalamnya terdiri dari Supplier
Sistem, Product Design, Production Sistem, dan Delivery Sistem. Faktor Eksternal
yang didalamnya termasuk supplier dan distributor atau retailer yang merupakan konsumen dari perusahaan juga harus diperhatikan oleh perusahaan untuk dapat mendukung tercapainya 2 hal tersebut diatas.
PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. adalah pabrik semen yang terbesar di Indonesia yang memproduksi berbagai jenis semen. Semen utama yang diproduksi adalah Semen Portland Tipe I (OPC). Di samping itu juga memproduksi berbagai tipe khusus dan semen campur (mixed cement), untuk penggunaan yang terbatas dan dalam jumlah yang lebih kecil daripada OPC. Pada saat ini, penilaian fleksibilitas supply chain perlu dilakukan agar perusahaan dapat mengetahui level fleksibilitas supply chain. Selama ini perusahaan belum melakukan pengukuran kinerja, hanyalah penilaian secara subyektif dan fungsional dari pemimpin bagian tanpa suatu kerangka yang jelas. Pengukuran kinerja hanya diterapkan pada bagian produksi dengan indikator kinerja seperti efisiensi mesin dan efisiensi total.
Dengan adanya masalah tersebut maka dilakukan penelitian fleksibilitas supply chain yang mencakup empat dimensi yaitu Supplier System,
Product Design, Production System, dan Delivery System dengan harapan dapat
diketahui fleksibilitas supply chain yang ada di PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. dan parameter-parameter apa saja yang diprioritaskan untuk diperbaiki yang ada di PT. Semen Gresik (Persero) Tbk
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh di PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. menunjukkan bahwa tingkat fleksibilitas supply chain yang ada di perusahaan secara keseluruhan flesksibel (baik) dimana seluruh dimensi utama mencapai prosentase di atas 85%, secara berurutan prosentase dari yang terkecil hingga terbesar yang yaitu Supplier System 87,98%, Production System 88,07%,
Product Design 89%, dan Delivery System 89,64%.
Kata kunci : Fleksibilitas supply chain, supplier system, product design,
production system, delivery system, efisiensi, level, subyektif,
fungsional
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Saat ini konsep tentang Supply Chain telah banyak dibicarakan oleh pakar-pakar manajerial perusahaan, hal ini dimulai dengan adanya suatu kesadaran bahwa Supply Chain (rantai pengadaan) merupakan suatu bagian yang sangat penting bagi perusahaan. Untuk dapat bersaing dengan para pesaing-pesaingnya, suatu perusahaan harus mempunyai profit dan selalu menjaga kepuasan konsumennya, Supply Chain itu sendiri didukung oleh faktor Internal dan faktor Eksternal. Faktor Internal yang mana didalamnya terdiri dari Supplier
Sistem, Product Design, Production Sistem, dan Delivery Sistem. Faktor Eksternal
yang didalamnya termasuk supplier dan distributor atau retailer yang merupakan konsumen dari perusahaan juga harus diperhatikan oleh perusahaan untuk dapat mendukung tercapainya 2 hal tersebut diatas.
sedangkan untuk penilaian fleksibilitas di perusahaan yang mencakup empat dimensi yaitu Supplier System, Product Design, Production System, dan
Delivery System masih belum ada sehingga belum dapat menginformasikan
fleksibilitas supply chain secara menyeluruh.
Rantai pengadaan (supply chain) terdiri dari berbagai aspek yang secara langsung maupun tak langsung dapat memenuhi permintaan dari pelanggan, Supply Chain tidak terdiri dari manufaktur dan supplier tetapi juga termasuk di dalamnya transportasi, informasi, warehouse, retailer dan pelanggan itu sendiri. Fleksibilitas lebih menitik beratkan pada kemampuan perusahaan dalam mengalokasikan fluktuasi yang terjadi pada komponen-komponen dari Supply
Chain yaitu : supplier, distributor dan retailer.
Analisis fleksibiltas Supply Chain ini sangat diperlukan untuk mengetahui seberapa fleksibel suatu Supply Chain terhadap perubahan-perubahan dan fluktuasi-fluktuasi yang mungkin akan dihadapi oleh perusahaan. Semakin tinggi tingkat permintaan yang tidak tetap dan adanya perubahan permintaan yang cukup fluktuatif dari konsumen di tambah dengan banyaknya bahan baku yang diperlukan juga sangat dibutuhkan fleksibilitas perusahaan yang sangat tinggi, untuk mencapainya suatu perusahaan memerlukan dukungan dari seluruh komponen dalam Supply Chain yaitu Fleksibiltas dari supplier, distributor dan retailer.
Dengan adanya masalah tersebut maka dilakukan penelitian fleksibilitas
supply chain yang mencakup empat dimensi yaitu Supplier System, Product
Design, Production System, dan Delivery System dengan harapan dapat diketahui
parameter-parameter apa saja yang diprioritaskan untuk diperbaiki yang ada di PT. Semen Gresik (Persero) Tbk
1.2.Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas maka perumusan masalah yang dimunculkan pada penelitian ini adalah : “Berapa tingkat fleksibilitas supply chain di PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. dan parameter-parameter apa saja yang perlu diprioritaskan untuk diperbaiki?”.
1.3.Batasan Masalah
Adapun batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Penelitian dilakukan pada Supplier System, Product Design, Production
System, dan Delivery System.
2. Penelitian dilakukan pada Intern perusahaan dan tidak melibatkan konsumen. 3. Penyebaran kuisioner dilakukan hanya pada staff departemen yang mengerti
tentang Supplier System, Product Design, Production System, dan Delivery
System sebagai objek penelitian ini.
4. Tidak dilakukan analisa biaya selama penelitian dan biaya dianggap tetap (tidak berubah).
1.4.Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengukur tingkat fleksibilitas supply chain.
2. Mengidentifikasi parameter-parameter yang diprioritaskan untuk diperbaiki.
1.5.Asumsi
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Data yang diperoleh dari kuesioner yang disebarkan diasumsikan dapat mewakili kinerja perusahaan.
2. Bahan baku yang dibutuhkan oleh perusahaan tersedia setiap saat dari supplier dengan kualitas yang dikehendaki oleh perusahaan.
3. Parameter-parameter fleksibilitas supply chain yang disusun dapat mewakili kinerja yang ada di perusahaan.
4. Kondisi manajemen yang menjalankan perusahaan berjalan dengan baik dan konstan untuk strategi produksi, promosi maupun strategi lainnya selama dilakukannya penelitian.
1.6.Manfaat Penelitian
Dari latar belakang yang telah dibahas diatas, maka dalam penelitian ini dapat diperoleh manfaat yaitu :
1. Bagi Perusahaan
Perusahaan mampu mengetahui fleksibilitas supply chain yang lebih terintegrasi, mampu mengetahui nilai pencapaian kinerja supply chain untuk setiap periode tertentu, serta mampu mengadakan perbaikan kinerja sesuai kerangka sistem pengukuran supply chain perusahaan.
2. Bagi Peneliti
Menambah wawasan tentang pengukuran fleksibilitas supply chain dan kemampuan dalam mengaplikasikan ilmu-ilmu dan memperoleh pengalaman praktis dalam mempraktekkan teori-teori yang pernah didapat, baik dalam perkuliahan maupun dalam literatur-literatur yang telah ada mengenai supply
chain.
3. Bagi Universitas
1.7.Sistematika Penulisan
Didalam penyusunan proposal ini penulis menggunakan sistematika sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang permasalahan yaitu kondisi yang menyebabkan penelitian dilakukan, pokok permasalahan, tujuan penelitian yaitu hasil akhir yang dicapai, batasan masalah yaitu agar penelitian yang dilakukan tidak menyimpang dari pokok permasalahan, serta sistematika penulisan yang mendiskripsikan isi laporan penelitian ini secara keseluruhan dan singkat.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini dijelaskan tentang teori-teori yang mendasari dan mendukung pokok bahasan yang diperlukan penelitian ini yang berhubungan dengan pendekatan AHP. Dimana nantinya tinjauan pustaka ini akan dijadikan referensi di dalam menyelesaikan permasalahan yang ada baik dalam pengolahan data maupun dalam menginterprestasikan hasil dari pengolahan data.
BAB III : METODE PENELITIAN
BAB IV : ANALISA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisikan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini dan pengolahan terhadap data-data tersebut untuk mencapai tujuan dari penelitian ini.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil pengolahan data akan didapatkan penyelesaian permasalahan sehingga dapat memberikan kesimpulan yang didapat dari penelitian ini dan sekaligus saran yang membangun untuk perusahaan yang bersangkutan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Supply Chain
Supply Chain (rantai pengadaan) adalah suatu sistem tempat organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada pelanggannya. Rantai ini juga
merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang saling berhubungan dan
mempunyai tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin menyelenggarakan
pengadaan atau penyaluran barang tersebut.
Konsep Supply Chain merupakan konsep baru dalam melihat persoalan
logistik. Konsep lama melihat logistik lebih sebagai persoalan intern
masing-masing perusahaan, dan pemecahannya di titikberatkan pada pemecahan secara
intern di perusahaan masing-masing. Dalam konsep baru ini, masalah logistik
dilihat sebagai masalah yang lebih luas yang terbentang sangat panjang sejak dari
bahan dasar sampai barang jadi yang dipakai konsumen akhir, yang merupakan
mata rantai penyediaan barang.
Oleh karena itu, Supply Chain manajemen dapat didefinisikan sebagai
berikut : Supply Chain Manajemen adalah sebuah rangkaian dari pendekatan
untuk mengefisiensi integrasi supplier, manufaktur, gudang dan pasar. Jadi semua
diproduksi dan didistribusikan pada jumlah dan waktu yang tepat agar
meminimalkan biaya dan kebutuhan kepuasan pelayanan (David Sinchi Levi,
2000).
Melihat dari definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa Supply Chain
merupakan perusahaan-perusahaan yang mempunyai kepentingan yang sama,
yaitu :
1. Suppliers;
2. Manufacturer;
3. Ditribution;
4. Retail Outlets;
5. Customers.
Adapun definisi dari supply chain itu sendiri menurut para ahli, antara
lain sebagai berikut :
1. Schroeder
“Supply chain adalah sebuah proses bisnis dan informasi yang berulang yang
menyediakan produk atau layanan dari pemasok melalui proses pembuatan
dan pendistribusian kepada konsumen.”
2. Beamon
“Supply chain adalah proses manufaktur yang terintegrasi mulai dari bahan
baku yang diproses menjadi produk jadi kemudian didistribusikan ke
konsumen.”
3. Indrajit dan Djokopranoto
“Supply chain adalah suatu tempat sistem organisasi menyalurkan barang
produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai ini juga merupakan
jaringan dari berbagai organisasi yang saling berhubungan dan mempunyai
tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaan atau
4. Dewan Supply Chain Management Professionals
"Supply Chain Management meliputi perencanaan dan pengelolaan semua
aktivitas yang terlibat dalam sumber dan pengadaan, konversi, dan semua
kegiatan pengelolaan logistik.”
5. Schroeder
“Supply Chain Management (SCM) adalah perancangan, desain, dan kontrol
arus material dan informasi sepanjang rantai pasokan dengan tujuan kepuasan
konsumen sekarang dan di masa depan.”
6. Simchi-Levi et al
“SCM adalah suatu pendekatan dalam mengintegrasikan berbagai organisasi
yang menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang, yaitu supplier,
manufacturer, warehouse dan stores sehingga barang-barang tersebut dapat
diproduksi dan didistribusikan dalam jumlah yang tepat, lokasi yang tepat,
waktu yang tepat dan biaya yang seminimal mungkin.”
Dalam penelitian terdahulu (Setiawan, Dwi, 2005 jurusan teknik industri,
UPN Jatim) juga disebutkan bahwa Supply Chain merupakan mata rantai
perusahaan dalam menerapkan konsep pengadaan barang yaitu mulai suplier
hingga retailer. Selain itu untuk menentukan tingkat kebutuhan dan kemampuan
perusahaan, diperlukan suatu metode yang memuat kinerja perusahaan dalam
Area cakupan Supply Chain apabila mengacu pada sebuah perusahaan
manufaktur, kegiatan-kegiatan utama yang masuk dalam klasifikasi Supply Chain
adalah :
1. Kegiatan merancang produk baru (product development)
2. Kegiatan mendapatkan bahan baku (procurement)
3. Kegiatan merencanakan produksi dan persediaan (planning and control)
4. Kegiatan melakukan produksi (production)
5. Kegiatan melakukan pengiriman/distribusi (distribution)
Kelima klasifikasi tersebut biasanya tercemin dalam bentuk pembagian
departemen atau divisi pada perusahaan manufaktur. Pembagian tersebut sering
dinamakan functional division karena mereka dikelompokkan sesuai dengan
fungsinya. Umunya sebuah perusahaan manufaktur akan memiliki bagian
pengembangan produk, bagian pembelian atau bagian pengadaan (dalam bahasa
Inggrisnya bisa disebut purchasing, procurement, atau supply function), bagian
produksi, bagian perencanaan produksi (sering dinamakan bagian production
planning and inventory control, PPIC), dan bagian-bagian pengiriman atau
distribusi barang jadi. Tabel 2.1 menguraikan lebih lanjut beberapa contoh
Tabel 2.1 Area Cakupan Supply Chain
Bagian Cakupan Kegiatan
Pengembangan Produk Melakukan riset pasar, merancang produk baru,
melibatkan supplier, dalam perancangan produk baru
Pengadaan Memilih supplier, mengevaluasi kinerja supplier,
melakukan pembelian bahan baku dan komponen,
memonitor supply risk, membina dan memelihara
hubungan dengan supplier.
Perencanaan dan
Pengendalian
Demand planning, peramalan permintaan,
perencanaan kapasitas, perencanaan produksi dan
persediaan
Operasi atau Produksi Eksekusi produksi, pengendalian kuaitas
Pengiriman atau
Distribusi
Perencanaan jaringan distribusi, penjadwalan
pengiriman, mencari dan memelihara hubungan
dengan perusahaan jasa pengiriman, memonitor
service level di tiap pusat distribusi
2.2. Fleksibilitas
Fleksibilitas dapat dipertimbangkan sebagai sebuah faktor yang
menentukan dari persaingan dalam peningkatan pesaing di pasar. Fleksibilitas
sendiri berhubungan dengan mesin, proses, aliran bahan baku, tipe, pekerja, dan
semua digabung menjadi sebuah sistem manufaktur dan sistem produksi.
Fleksibilitas disini akan dijelaskan tentang sistem fleksibilitas menufaktur dan
sistem fleksibilitas Supply Chain.
2.3. Sistem Fleksibilitas Manufaktur
Pengertian Fleksibilitas pada Fleksibilitas manufaktur disini adalah
kemampuan untuk memproses bermacam-macam benda dengan bentuk yamg
berbeda-beda dan pada Sistem kerja yang berbeda-beda pula, Fleksibilitas juga
berarti kemampuan untuk mengubah bentuk benda produksi sesuai dengan
permintaan yang datang ( Groover 2000 ), Sedangkan menurut Zhang ( 2003 )
Fleksibilitas didefinisikan sebagai kemampuan Organisasi untuk memenuhi setiap
peningkatan Varietas dari ekspektasi yang dipunyai oleh konsumennya tanpa
menimbulkan pengurangan pada cost, waktu, dan perubahan pada organisasi,
sedangkan fleksibilitas manufaktur di definisikan sebagai kemampuan dari
organisasi untuk memanage sumber daya produksi dan ketidakpastian yang ada
untuk menemukan berbagai permintaan dari konsumennya, fleksibilitas
manufaktur sering kali diidentikkan dengan sistem fleksibel mesin (fleksible
Menurut Groover (2000) sebuah sistem manufaktur baru dapat dikatakan
Fleksibel jika :
1. Mempunyai kemampuan untuk mengidentifikasikan dan memisahkan proses
produksi yang mempunyai ciri yang berbeda ataupun benda yang berbeda
berdasarkan sistem.
2. Mampu dengan cepat mengubah instruksi operasi.
3. Mampu dengan cepat mengubah set up.
Sebenarnya Fleksibilitas dapat diterapkan baik itu pada sistem manual
maupun pada sistem otomatis. Pada sistem manual, karena sebagian besar operasi
dikerjakan oleh tenaga kerja manusia maka pekerjaannyalah yang memungkinkan
untuk difleksibilitaskan.
Agar bisa dikualifikasikan sebagai fleksibel, sebuah sistem manufaktur
harus memenuhi beberapa kriteria. Berikut ini akan disebutkan beberapa tes yang
dapat digunakan untuk menguji suatu Fleksibilitas dari sebuah sistem manufaktur
otomatis.
1. Part Variety Test
Pada tes ini akan dilakukan pengujian apakah sistem manufaktur dapat
memproses part dengan style yang berbeda-beda yang tidak berada pada
sekumpulan model.
Tipe fleksibilitas yang dihasilkan disini adalah : Machine Fleksibility,
2. Schedule Change Test
Pada tes ini akan dilakukan pengujian apakah sistem manufaktur siap
menerima perubahan pada jadwal produksi dan merubah kuantitas benda atau
produksi.
Tipe Fleksibilitas yang dihasilkan disini adalah : Mix Fleksibilitas, Volume
Fleksibilitas, Expansion.
3. Error Recovery Test.
Pada test ini akan dilakukan pengujian apakah sistem manufaktur mampu
merecover peralatan-peralatan yang tidak berfungsi dengan baik dan
membreak down nya, sehingga produksi secara umum tidak terganggu.
Tipe fleksibilitas yang dihasilkan disini adalah : Routing Fleksibilitas
4. New Part Test
Pada test ini akan dilakukan pengujian apakah sistem manufaktur dapat
mengidentifikasikan produk yang mempunyai desain yang baru yang belum
ada sebelumnya kedalam produk yang telah ada dilantai produksi dengan
baik, tipe fleksibilitas yang telah ada di lantai dengan baik.
Tipe fleksibilitas yang dihasilkan disini adalah : Product Fleksibility.
Terhadap beberapa tipe fleksibilitas manufacturing, suarez et al (1996)
dan Beamon (1999) membagi menjadi Aframe work yaitu : Mix Fleksibilitas, di
bawah ini akan disebutkan beberapa tipe fleksibilitas, dan definisi dari
2.4 Tipe Fleksibilitas Manufakturing
Tabel 2.2 Tipe Fleksibilitas Manufakturing Tipe
Kemampuan untuk menyesuaikan dengan
mesin (Stasiun kerja)pada system dengan
operasi produksi,dalam jumlah besar,semakin
besar range operasi dan bentuk benda, maka
semakin besar fleksibilitas mesin.
Waktu Set up atau waktu untuk
change over kemampuan dalam
banyak bidang yang dimiliki oleh
para pekerja.
Fleksibilitas
Produksi
Range / keseluruhan dari bentuk part yang
bisa diproduksi pada system
Fleksibilitas mesin dari individual
system kerja range dari fleksibilitas
mesin dari keseluruhan system
kerja yang ada pada system.
Fleksibilitas
Campuran
Kemampuan untuk mengubah campuran
produk dimana pada saat yang sama sehingga
menangani kualitas produk secara
keseluruhan, sehingga produk part yang sama
hanya berbeda pada proporsinya saja.
Kesamaan bagi pada pencampuran
Relative Work yang didalam nya
mengandung waktu yang
digunakan untuk memproduksi.
Fleksibilitas
Volume
Kemampuan untuk mengakomodasikan
produksi part yang tinggi dan merendahkan
kuantitas total pada produksi, memberikan
invers tatap pada system.
Peralatan yang umum, tingkat
performasi produksi dari manual
tenaga kerja, sejumlah investasi
Fleksibilitas
Biaya
Kemampuan dari system yang bisa
ekspansikan untuk menambah kuantitas total
produksi.
Biaya penambahan Stasiun kerja
Kemampuan dimana lay out bisa
diperluas, tipe dari system
perpindahan tambahan yang
digunakan, kemampuan untuk
melakukan tambahan pada tenaga
kerja yang dilatih.
Volume
Gambar 2.1 3 level dari Fleksibilitas Gambar 2.1 3 level dari Fleksibilitas
(Sumber : Automation, Production Systems, and Computer Integrated Manufacturing, Groover, P. Mikell (2000), , Prentice Hall International, Inc.)
(Sumber : Automation, Production Systems, and Computer Integrated Manufacturing, Groover, P. Mikell (2000), , Prentice Hall International, Inc.)
Costumer
Material Handling Fleksibility
Routing Fleksibility
Gambar 2.2 Kategori fleksibilitas sel dan sistem Gambar 2.2 Kategori fleksibilitas sel dan sistem
Zhang, Q., Vonderembse, M. A., Lim, J. (2003). Manufacturing flexibility ; defining and analyzing relationships among competence, capability, and customer satisfaction, Journal of Operations
Management, 173-191
Zhang, Q., Vonderembse, M. A., Lim, J. (2003). Manufacturing flexibility ; defining and analyzing relationships among competence, capability, and customer satisfaction, Journal of Operations
Management, 173-191
Gambar tersebut menggambarkan hubungan antara fleksibilitas
manufaktur dangan customer satisfaction.
Gambar tersebut menggambarkan hubungan antara fleksibilitas
manufaktur dangan customer satisfaction.
Keterangan :
H1a : Hipotesis Ia , Fleksibilitas manufacturing Competence mempunyai dampak
positif secara signifikan terhadap volume fleksibility.
H1b : Hipotesis 1b fleksibilitas manufacturing Competence mempunyai dampak
positif secara signifikan terhadap mix fleksibility.
H2a : Hipotesis 2a, Volume fleksibility mempunyai dampak positif terhadap
costumer satisfaction.
H2b : Hipotesis 2b mix fleksibility mempunyai dampak positif tehadap costumer
satisfaction.
Keuntungan dari fleksibilitas manufaktur (Groover 2000) :
a. Menambah Utilisasi mesin
b. Berkurangnya mesin yang membutuhkan perbaikan.
c. Mengurangi kebutuhan Factory floor space.
d. Lebih mudah untuk melakukan perubahan,
e. Mengurangi kebutuhan inventory
f. Mengurangi lead time manufacturing.
g. Mengurangi kebutuhan tenaga kerja langsung dan meningkatkan produktivitas
tenaga kerja.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa fleksibilitas tidak hanya
tersusun dari single variable, namun merupakan suatu multi-dimensi banyak teori
yang menyatakan dimensi-dimensi (type) apa saja yang menyusun fleksibilitas
manufaktur seperti dikutip oleh Duclos, yaitu teori Browne Dubois, et al (1984)
membagi fleksibilitas manufaktur menjadi 8 dimensi, Sethi dan Sethi (1990) 11
dimensi, Vokurka dan O’leary-kelly (2000) 15 dimensi, dan masih banyak lagi.
Menurut Tsourveloudis dan Phillpis (2000), terdapat 9 dimensi atau type, yaitu :
1. Fleksibilitas Mesin
Merupakan kemampuan membuat perubahan diantara operasi-operasi yang
memproduksi beberapa produk diukur dari jumlah operasi dan waktu yang
dibutuhkan untuk berpindah dari satu operasi ke operasi yang lain.
Parameter yang digunakan :
a. Setup atau chargeover time
Yaitu berhubungan dengan variasi persiapan seperti peralatan, positioning
part dan release, perubahan software dan lain-lain.
b. Versatility
Yaitu variasi operasi yng mampu dilakukan untuk mesin
c. Adjustability
Yaitu berhubungan dengan ukuran ruang kerja dan dimensi yang dapat
ditangani mesin.
2. Fleksibilitas Routing
Merupakan kemampuan sistem untuk memproduksi part dengan
menggunakan beberapa alternatif rute dan dibagi menjadi beberapa rute
professional, dan mesin cadangan untuk mengatasi terjadinya breakdown.
Parameter yang digunakan :
a. Operation Commonality
Merupakan jumlah operasi yang mampu dilakukan oleh sekelompok mesin
secara bersamaan untuk memproduksi satu set part.
b. Substitutability
Merupakan kemampuan sistem untuk mengatur kembali rute dan schedule
secara efektif pada saat terjadi kegagalan.
3. Fleksibilitas Material Handling System
Merupakan kemampuan sistem transportasi untuk memindah beberapa jenis
part dari suatu tempat ke tempat lain secara efisien.
Parameter yang digunakan :
a. Faktor Rerouting
Kemampuan material handling yang mengubah jalur perpindahan secara
otomatis atau hanya dengan sedikit setup delay dan biaya.
b. Variasi Lead
Batasan yang dimiliki oleh MHS mulai dari volume dimensi dan berat
untuk dapat memindahkan bawaannya yang ada, seperti work places,
c. Kecepatan Transfer
Fleksibilitas dari transportasi
4. Fleksibilitas Produk
Merupakan kemampuan dalam mengubah part ini dalam rangka produksi baru
secara kwantitatif dapat diukur melalui waktu dan cost yang diperlukan untuk
setiap perubahan yang terjadi.
Parameter yang digunakan :
a. Variasi Part
Jumlah produk baru pada sistem manufaktur yang mampu diproduksi
tanpa adanya tambahan investor namun cukup dengan menggunakan
mesin yang telah ada saat ini.
b. Chargeover Part
Menggambarkan kemampuan untuk menampung variasi yang menjadi
tuntutan pasar.
c. Part Commonality
Namun merupakan jumlah part yang sama, diassembly untuk
menghasilkan produk final. Hal ini juga menunjukkan kamampuan untuk
membuat produk baru dengan cepat dan ekonomis, dan juga
mengindikasikan perbedaan antara dua part.
5. Fleksibilitas Operasi
Merupakan kemudahan mengubah urutan operasi dari proses produksi. Dapat
diukur dengan mengatur jumlah urutan proses yang berbeda yang dapat
6. Fleksibilitas Proses
Merupakan kemampuan sistem manufaktur untuk memproduksi beberapa
jenis part tanpa melakukan konfigurasi ulang.
Parameter yang digunakan :
a. Set Tipe Part
b. Setup Cost
7. Fleksibilitas Volume
Merupakan kemampuan sistem untuk mengubah volume produksi dan tetap
mampu beroperasi untuk mencapai keuntungan.
Parameter yang digunakan adalah Range Volume
8. Fleksibilitas Ekspansi
Merupakan kemampuan sistem disusun dalam bentuk model-model dan
melakukan perluasan.
Parameter yang digunakan :
a. Modularity Index
Merepresentasikan kemudahan dalam menambah mesin-mesin pada sistem
produksi tanpa melakukan effort dan perubahan yang signifikan.
b. Kemampuan Ekspansi
Kemampuan untuk menambah kapasitas tanpa harus membutuhkan waktu
9. Fleksibilitas Labour
Merupakan kemudahan untuk menempatkan personel pada suatu departemen
yang dapat dicapai dengan adanya multi-trained off, sehingga mampu
melakukan berbagai macam tugas.
a. Trainning Level
b. Job Rotation
2.5 Fleksibilitas Supply Chain
Supply Manufacturing Distribution Customer
Gambar 2.3 Rangkaian Supply Chain
Keterangan :
Suppliers
Jaringan bermula dari sini, yang merupakan sumber yang menyediakan bahan
pertama, di mana mata rantai penyaluran barang akan mulai. Bahan pertama ini
bisa dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, bahan dagangan,
subassemblies, suku cadang, dan sebagainya. Sumber pertama ini dinamakan
suppliers. Dalam artinya yang murni, ini termasuk juga suppliers’suppliers atau
sub-suppliers. Jumlah suppliers bisa banyak atau sedikit, tetapi
suppliers’suppliers biasanya berjumlah banyak sekali. Inilah mata rantai pertama.
Manufacturer
Rantai pertama dihubungkan dengan ranatai kedua, yaitu manufacture. Hubungan
dengan mata rantai pertama ini sudah mempunyai potensi untuk melakukan
penghematan. Misalnya, inventories bahan baku, bahan setengah jadi, dan bahan
jadi yang berada di pihak suppliers, manufavturer,dan tempat transit merupakan
target untuk penghematan ini. Tidak jarang penghematan sebesar 40%-60%,
bahkan lebih, dapat diperoleh inventory carrying cost di mata rantai ini. Dengan
menggunakan konsep suppliers partnering misalnya, penghematan ini dapat
diperoleh.
Distribution
Barang sudah jadi yang dihasilkan oleh manufacturer sudah mulai harus
disalurkan kepada pelanggan. Walaupun tersedia banyak cara untuk menyalurkan
ditempuh oleh sebagaian besar supply chain. Barang dari pabrik melalui
gudangnya disalurkan ke gudang distributor atau wholesaler atau pedagang besar
dalam jumlah besar, dan pada waktunya nanti pedagang besar menyalurkan dalam
jumlah yang lebih kecil kepad retailers atau pengecer.
Customer
Dari rak-raknya, para pengecer atau retailers ini menawarkan barangnya langsung
kepada para pelanggan atau pembeli atau pengguna barang tersebut. Yang
termasuk outlets adalah toko, warung, toko serba ada, pasar swalayan, toko
koperasi, mal, club stores, dan sebagainya, pokoknya dimana pembeli akhir
melakukan pembelian. Walaupun secara fisik dapat dikatakan bahwa ini
merupakan mata rantai yang terakhir, sebetulnya masih ada satu mata rantai lagi,
yaitu dari pembeli (yang mendatangi retail outlet tadi) ke real customers atau real
user, karena pembeli belum tentu pengguna sesungguhnya. Mata rantai supply
baru betul-betul berhanti setelah barang yang bersangkutan tiba di pemakai
Rantai penyediaan (Supply Chain) terdiri dari berbagai aspek yang secara
langsung maupun tak langsung dapat memenuhi permintaan dari pelanggan,
Supply Chain tidak terdiri dari manufaktur dan supplier tetapi juga termasuk di
dalamnya transportasi, informasi, warehouse, retailer dan pelanggan itu sendiri.
Fleksibilitas di titik beratkan pada kemampuan mengalokasikan fluktuasi
yang terjadi pada komponen-komponen dari Supply Chain yaitu : supplier,
distributor dan konsumen.
Pengukuran fleksibiltas Supply Chain ini sangat diperlukan untuk
mengetahui seberapa fleksibel suatu Supply Chain terhadap perubahan-perubahan
dan fluktuasi-fluktuasi yang mungkin akan dihadapi.
Menurut Beamon (1999) Supply Chain adalah sebuah proses yang
terintegrasi dimana didalamnya bahan baku dikenai proses manufaktur untuk
dijadikan produk akhir, kemudian dikirimkan kepada konsumen (baik itu melalui
distribusi, retail, ataupun keduanya).
Dari pemahaman inilah berkembang sebuah ide untuk menganalisa
tentang Supply Chain lebih jauh termasuk dalam hal ini melakukan pengukuran
terhadap Fleksibilitas Supply Chain tersebut.
Penyelesaian tentang Fleksibilitas dalam sistem Manufakturing diatas
sangat berhubungan dengan Fleksibilitas yang ada pada Supply Chain hal ini
dikarenakan fleksibilitas manufakturing mempunyai peranan yang sangat penting
dalam internal perusahaan sedangkan Supply Chain sendiri juga berpengaruh pada
internal perusahaan, sehingga pengaruh Fleksibilitas Manufakturing terhadap
Fleksibilitas dalam Supply Chain sangat luas dibandingkan dengan Fleksibilitas
dalam Supply Chain itu sendiri. Fleksibilitas Supply Chain dapat digunakan untuk
menganalisa terhadap kemampuan system secara keseluruhan untuk menghandel
fluktuatif yang bisa terjadi pada volume dan jadwal dari supplier, pabrik dan
konsumen yang merupakan rangkaian dari pada Supply Chain itu sendiri.
Fleksibilitas Supply Chain sangat memegang peranan penting dalam
keberhasilan Supply Chain itu sendiri, terlebih lagi pada perusahaan yang
mempunyai kondisi ketidak pastian yang sangat tinggi.
Fleksibilitas merupakan tanggung jawab setiap elemen yang berada
dalam Supply Chain, baik itu internal perusahaan, yakni departemen-departemen
yang ada dalam perusahaan maupun eksternal perusahaan mulai dari supplier,
distributor, retailer termasuk disini pihak yang membantu dalam penyediaan
informasi.
Komponen – komponen dari fleksibilitas yang mempengaruhi pada
aktivitas dalam Supply Chain, termasuk di dalamnya fleksibilitas untuk
memperoleh informasi mengenai permintaan dan selanjutnya digunakan sebagai
pertukaran informasi antar organisasi yang ada dalam Supply Chain tersebut.
Menurut Garavelli (2003) fleksibilitas dalam suatu Supply Chain sangat
kompleks dan terdiri dari multi dimensi konsep dan sangat sulit untuk diringkas.
Namun satu hal yang perlu ditekankan pada fleksibilitas dalam suatu Supply
Chain haruslah mempunyai kemampuan untuk merespon perubahan yang terjadi
baik itu perubahan yang datang dari dalam perusahaan sebaik dengan perubahan
Menurut Duklos et al (2001) enam komponen fleksibilitas Supply Chain
telah diidentifikasikan berdasarkan fleksibilitas manufacturing yang telah dibahas
sebelumnya, yaitu :
1. Production System Fleksibility
Kemampuan untuk menyusun modal dan operasi-operasi untuk melakukan
respon dari kecenderungan yang dimiliki oleh konsumen (perubahan produk,
volume) pada setiap titik dalam Supply Chain.
2. Market Fleksibility
Kemampuan untuk dapat melakukan produksi sesuai pesanan dan mampu
membangun hubungan dekat dengan konsumen dan melibatkan mereka
(konsumen) dalam design dan melakukan modifikasi produksi baru maupun
produksi yang telah ada.
3. Logistik Fleksibility
Kemampuan melakukan perubahan dalam penerimaan dan delivery produksi
baik dari pihak supplier maupun konsumen dengan pengeluaran biaya yang
seefektif mungkin ( perubahan lokasi konsumen, globalisasi dan penundaan).
4. Supply Fleksibility
Kemampuan untuk mengatasi perubahan permintaan supply, seiring dengan
5. Organizazional Fleksibility
Kemampuan untuk menggalang tenaga kerja ahli untuk kebutuhan Supply
Chain dalam menentukan permintaan dari konsumen.
6. Information Fleksibility
Kemampuan untuk menyusun struktur system informasi sesuai dengan
dinamika perubahan informasi yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam rangka
untuk memenuhi permintaan dari konsumen.
Penggambaran Fleksibilitas suatu Supply Chain pada dasarnya haruslah
meliputi secara keseluruhan dari pada sistem yang ada dalam Supply Chain itu
sendiri, yaitu dimulai dari Supplier sampai dengan konsumen, dimensi-dimensi
fleksibilitas yang ada dalam suatu Supply Chain haruslah mampu mencerminkan
seluruh elemen tersebut.
Kemudian model dan karakteristik tersebut dikembangkan oleh Swafort
yang menyatakan bahwa dimensi-dimensi fleksibilitas yang lebih umum namun
mencakup keseluruhan elemen dalam Supply Chain, dimensi-dimensi itu adalah:
Sourcing, produck, development, production, delivery.
Sourcing adalah penilaian yang diberikan pada kemampuan yang di
miliki dalam hal pengadaan bahan baku dan berkaitan dengan supplier system.
Product development merupakan penilaian yang diberikan atas kemampuan yang
dimiliki untuk membuat variasi produk dan melakukan perencanaan terhadap
adanya produk baru yang disebut juga sebagai produk design. Production adalah
penilaian yang diberikan atas kemampuan dari dalam perusahaan, yang pada
dikenal dengan production system. Delivery merupakan penilaian yang diberikan
atas kemampuan untuk hal yang berhubungan langsung dengan konsumen untuk
delivery system.
Penjelasan yang lebih lanjut dan untuk memudahkan melakukan
penilaian (assessment) terhadap fleksibilitas yang telah disebutkan diatas
diuraikan menjadi parameter-parameter yang lebih spesifik, seperti dapat dilihat
pada tabel 2.3 yang secara umum dapat dipakai untuk melakukan penilaian
terhadap target Fleksibilitas Supply Chain
Tabel 2.3 Parameter Fleksibilitas Supply Chain
No. Deskripsi
1. Supplier System (SS)
1.1 (SS1)
Perusahaan memiliki lebih dari satu pemasok untuk setiap produk
1.2 (SS2)
Biaya rendah untuk mengalihkan pembelian dari satu pemasok ke yang lainnya
1.3 (SS3)
Sebagian besar pemasok memiliki kemampuan produksi/memasok bermacam-macam tipe produk yang berbeda
1.4 (SS4)
Sebagian besar produk memiliki kapasitas persediaan yang besar
1.5 (SS5)
Sebagian besar pemasok mampu memproduksi produk dalam jumlah yang besar dalam waktu yang relatif singkat
1.6 (SS6)
Dengan biaya setup yang rendah, sebagian besar pemasok mampu memproduksi dalam jumlah yang kecil
1.7 (SS7)
Memiliki bermacam-macam model transportasi untuk pengiriman produk ke pemasok
1.8 (SS8)
Jumlah pesanan kecil maupun jumlah pesanan banyak selalu ada
1.9 (SS9)
Secara teknis dan ekonomis mampu mengirim beberapa produk dalam sekali pengiriman dari pemasok ke perusahaan
1.10 (SS10
)
Pemasok mampu mengirim permintaan yang mendesak dengan lebih cepat dan biaya murah
2. Product Design (PD)
2.1 (PD1)
Ketika produksi menurun, sebagian pekerja bisa difungsikan di divisi lain
2.2 (PD2)
2.3 (PD3)
Tim pengembangan produk memiliki kemampuan mengembangkan beragam produk dengan tipe dan spesifikasi yang berbeda
2.4 (PD4)
Memiliki software dan sumber daya lain untuk mempermudah membuat, memodifikasi, dan mensimulasi desain
2.5 (PD5)
Ketika desain produk melibatkan tim yang jauh lebih besar, ada jaringan untuk mempermudah berkomunikasi, tentang ide, desain dokumen, dsb 2.6
(PD6)
Tim mampu menghasilkan desain yang berbeda dalam jumlah besar
2.7 (PD7)
Ketika desain baru membutuhkan material baru, mudah untuk mendapatkan konfirmasi kemampuan pemasok untuk memasok material baru
3. Production System (PS)
3.1 (PS1)
Ada beragam fasilitas produksi yang terletak di lokasi yang berbeda
3.2 (PS2)
Memiliki kapasitas produksi yang besar sehingga mampu memenuhi permintaan konsumen yang tinggi
3.3 (PS3)
Ketika total permintaan tidak dapat dipenuhi oleh kapasitas/kemampuan gudang, mudah untuk melakukan outsourcing
3.4 (PS4)
Fluktuasi dalam permintaan dapat diatasi dengan kerja lembur
3.5 (PS5)
Sebagian besar pekerja adalah multi-terampil, sehingga mereka dapat mudah beralih dari satu pekerjaan/tugas lain
3.6 (PS6)
Mesin adalah peralatan mekanik yang berfungsi untuk melakukan pekerjaan sehingga dapat mengolah tugas/pekerjaan yang berbeda
3.7 (PS7)
Mampu mengakomodasi sampai batas waktu tertentu bila ada perubahan dari konsumen
3.8 (PS8)
Waktu setup untuk sebagian besar mesin rendah, sehingga untuk ukuran golongan rendah diproses secara ekonomis
3.9 (PS9)
Ada alternatif jalan yang ditempuh untuk menghasilkan produk
3.10 (PS10
)
Sistem perencanaan produksi mampu merubah jadwal produksi yang sudah ada
3.11 (PS11
)
Biaya merubah jadwal produksi rendah, sehingga perubahan jadwal dapat diselesaikan dalam waktu yang cepat
4. Delivery System (DS)
4.1 (DS1)
Memiliki model transportasi yang berbeda untuk pengiriman produk ke pelanggan
4.2 (DS2)
Secara teknis dan ekonomis mampu mengirim beberapa produk dalam sekali pengiriman dari perusahaan ke pelanggan
4.3 (DS3)
Jumlah pengiriman sangat kecil, sehingga pengiriman pemesanan ke pelanggan dapat dipenuhi
4.4 (DS4)
Dapat melakukan pengiriman walaupun dalam jumlah yang kecil
4.5 (DS5)
4.6 (DS6)
Dapat mengirimkan pesanan ke pelanggan lebih dari satu gudang atau pabrik, berguna untuk memuaskan pelanggan
4.7 (DS7)
Perusahaan merancang jadwal pengiriman lebih awal, sehingga pelanggan dapat mengubah jumlah, tipe, dan/atau tanggal jatuh tempo pengiriman dalam periode yang singkat
4.8 (DS8)
Biaya rendah untuk merubah jumlah, tipe dan/atau tanggal pengiriman
Sumber : “Assessing supply chain flexibility: a conceptual framework and case study", Pujawan, I Nyoman (2004), Int. J. Integrated Supply Management, Vol. 1, No. 1, pp.79–97
Tingkat fleksibilitas untuk tiap Supply Chain belum tentu sama hal ini
disebabkan pengaruh oleh tingkat ketidak pastian demand yang dialami tiap
supply chain, semakin tinggi tingkat ketidakpastian, maka Supply Chain harus
semakin Fleksibel, seperti ditunjukkan oleh gambar 2.4 berikut :
Low demand Somewhat Somewhat high demand
Uncertainty demand demand uncertainty
certainty uncertainty
1 2 3 4
Semakin Fleksibel
Gambar 2.4 Hubungan antara level uncertainty demand dengan level fleksibilitas
Keterangan :
1. Low demand uncertainty
Level dimana suatu Supply Chain perusahaan mengalami permintaan yang
rendah dengan tingkat ketidakpastian yang tinggi.
2. Somewhat demand certainty
Level dimana suatu Supply Chain perusahaan mengalami permintaan yang
sedang dengan tingkat kepastian tinggi.
3. Somewhat demand uncertainty
Level dimana suatu Supply Chain perusahaan mengalami permintaan yang
sedang dengan tingkat ketidak pastian tinggi.
4. High demand uncertainty
Level dimana suatu Supply Chain perusahaan mengalami permintaan yang
tinggi dengan tingkat ketidak pastian yang tinggi pula.
2.6 Tingkat kebutuhan Fleksibilitas berdasarkan Demand
Perbedaan tingkat fleksibilitas pada Supply Chain berarti terjadi
perbedaan pada parameter-parameter fleksibilitas yang dijadikan acuan, tidak
semua parameter fleksibilitas yang disebutkan atas cocok untuk semua supply
chain itu sendiri, pada suatu supply chain suatu parameter bisa jadi merupakan
suatu faktor yang penting, namun pada model supply chain yang lain faktor
Menurut Beamon (1999) keuntungan dari fleksibilitas Supply chain
adalah :
Mereduksi jumlah backorder yang ada.
Mereduksi jumlah lost sales.
Mereduksi jumlah order yang terlambat.
Menambah kepuasan konsumen.
Memudahkan untuk merespon dan mengakomodasi variasi demand, misalkan Faktor musiman.
Memudahkan untuk merespon dan mengakomodasi berkurangnya performasi mesin (machine breakdown).
Memudahkan untuk merespon dan mengakomodasi berkurangnya performansi dari supplier.
Memudahkan untuk merespon dan mengakomodasi berkurangnya performasi pengiriman.
Memudahkan untuk merespondan mengakomodasi produk baru, pasar baru dan pesaing baru.
2.7 Pengukuran Fleksibilitas Supply Chain
Hal yang perlu diperhatikan saat melakukan analisa terhadap fleksibilitas
suatu supply chain adalah melakukan penilaian atau assessment mengenai
seberapa fleksibel suatu supply chain untuk memenuhi kebutuhan pasar
mengingat kebutuhan pasar yang sangat bersifat fluktuatif. Parameter-parameter
fleksibilitas supply chain lah yang digunakan ketika melakukan penilaian ini
kondisi perusahaan yang sedang diukur fleksibilitas supply chain yang dimilkinya
menurut Pujawan (2002) yang dikutip oleh Eunike (2002), identifikasi kondisi
fleksibilitas supply chain dapat digambarkan dalam kuadaran fleksibilitas sebagai
berikut :
Low matched Condition III
Unmatched condition Fleksibility is too low
IV I
Matched condition
Requirement hight II
Unmatched condition Over design system
Gambar 2.5 Kuadran fleksibilitas Supply Chain
(Sumber : Pujawan (2002)) A Coceptual Frame work for Assessing supply chain. Flexibility, ' Proceeding 7)
Kondisi I dan III adalah keadaan yang menunjukkan keadaan seimbang,
yakni antara kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki dan fleksibilitas sebanding,
kebutuhan yang tinggi akan mampu memenuhi (I) dan walaupun fleksibilitasnya
rendah, hal ini tidak menjadi masalah karena kebutuhan akan fleksibilitasnya juga
rendah.
Kondisi II dan IV menggambarkan keadaan yang bermasalah dan
fleksibilitas rendah namun kemampuan akan fleksibilitasnya tinggi, hal inilah
yang dinamakan Overdesign. Overdesign dapat mengakibatkan terjadinya ketidak
efisien dalam perusahaan dan akan memyebabkan pula banyaknya cost yang akan
terbuang secara sia-sia.
Kondisi IV merupakan kebalikan daripada kondisi II, pada kondisi IV ini
yang terjadi ketidakmampuan perusahaan untuk memenuhi tuntutan akan tingkat
fleksibilitas yang tinggi. Ketidakmampuan ini akan mengakibatkan terjadinya
Nervousness. Nervousness ini akan menyebabkan terjadinya Lost Oppurtunity yaitu kondisi dimana terjadi ketidakmampuan memenuhi permintaan yang ada,
dan lama kelamaan kondisi ini dapat mengakibatkan perusahaan tidak akan dapat
bersaing dipasar. Selanjutnya dapat diketahui tingkat fleksibilitas Supply Chain
sebagai berikut:
Tbk = x100%
Terbobot Kebutuhan
Nilai Total
Terbobot Kemampuan
Nilai Total
2.8 Perhitungan Skor Gap
Penilaian Fleksibilitas suatu Supply Chain berdasarkan perhitungan yang
merupakan perbedaan antara penilaian terhadap pasangan pernyataan untuk
requirement (kebutuhan) dan kapasitas untuk tiap parameter Fleksibilitas untuk
perhitungan ini perlu adanya suatu skala yang digunakan untuk menunjukkan
kedua kondisi tersebut, skala yang digunakan untuk menunjukkan kedua kondisi
tersebut skala yang digunakan untuk menunjukkan kedua kondisi tersebut yang
Definisi dari setiap skala untuk Kebutuhan adalah:
1. Elemen dan fleksibilitas tidak relevan untuk supply chain tersebut dan tidak
perlu dipertimbangkan.
2. Elemen dan fleksibilitas memiliki tingkat kepentingan yang rendah.
3. Elemen dan fleksibilitas memiliki tingkat kepentingan yang sedang.
4. Elemen dan fleksibilitas memiliki tingkat kepentingan yang tinggi.
5. Elemen dan fleksibilitas memiliki tingkat kepentingan yang sangat tinggi.
Definisi dari setiap skala untuk Kemampuan adalah :
1. Supply Chain tidak fleksibel untuk elemen fleksibilitas yang bersangkutan.
2. Supply Chain sangat memiliki fleksibel yang rendah untuk elemen fleksibilitas
yang bersangkutan.
3. Supply Chain memiliki fleksibilitas yang sedang untuk elemen fleksibilitas
yang bersangkutan.
4. Supply Chain memiliki Fleksibilitas yang tinggi untuk elemen fleksibilitas
yang bersangkutan.
5. Supply Chain memiliki Fleksibilitas yang sangat tinggi untuk elemen
fleksibilitas yang bersangkutan.
Perhitungan Gap atau skor fleksibilitas untuk setiap pasangan pertanyaan
dihitung sebagai berikut :
Flexibilitas = Requirement Score – Capability Score
Jika hasil pengurangan positif, maka menunjukkan bahwa perlu untuk
dilakukan perbaikan terhadap elemen fleksibilitas yang bersangkutan, sedangkan
2.9 Analitic Hierarchy Process (AHP)
Pengertian AHP adalah merupakan model pengambilan keputusan yang
dikembangkan oleh Thomas L Saaty yang merupakan suatu model yang
komperhensif dan memperhitungkan hal-hal yang bersifat kuantitatif dan
kualitatif sekaligus.
Model AHP menggunakan persepsi manusia yang dianggap sebagai input
utamanya. AHP menggunakan model hierarkis yang terdiri dari satu tujuan (goal),
kriteria (atau beberapa sub criteria) dan alternatif untuk setiap masalah keputusan
dalam menentukan penelitian diantara alternatif digunakan skala tertentu agar
dapat dihasilkan bobot dari masing-masing alternatif keputusan, skala yang
dipakai dalam perbandingan berpasangan terdiri dari 9 angka yaitu:
Tabel 2.4 Skala Perbandingan Berkala
Intensitas kepentingan
Keterangan Penjelasan
1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen mempunyai
pengaruh yang sama besar
terhadap tujuan.
3 Elemen yang satu sedikit lebih
penting dari elemen yang lain
Pengalaman dan penilaian
sedikit menyokong suatu
elemen dibandingkan elemen
yang lain.
dari elemen yang lain sangat mendukung satu
elemen dibandingkan dengan
elemen yang lain.
7 Satu elemen jelas lebih mutlak
penting dari elemen yang lain.
Satu elemen yang kuat
didukung dan dominan
terlihat dalam praktek.
9 Satu elemen mutlak lebih penting
dari pada elemen yang lain.
Bukti yang mendukung
elemen yang satu terhadap
elemen lain dan memiliki
tingkat penegasan tertinggi
yang mungkin menguatkan.
2,4,6,8 . Nilai-nilai antara 2 nilai
pertimbangan yang berdekatan
Nilai diberikan bila ada 2
kompromi diantara 2 pilihan. Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibandingkan dengan
aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya Sumber : Pengambilan Keputusan ( bagi para pemimpin), Saaty, Thomas L,1993.
PT Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta
Kelebihan AHP
AHP mempunyai banyak keunggulan jika dibandingkan dengan proses
pengambilan keputusan yang lainnya antara lain adalah sebagai-berikut :
a. Konsistensi
AHP mempunyai kemampuan untuk melacak konsistensi langsung dari
b. Sintesis
AHP mampu menuntun kepada suatu taksiran yang bersifat menyeluruh
tentang kebaikan setiap alternatif.
c. Pengukuran
AHP mempunyai kemampuan untuk memberikan suatu skala yang digunakan
untuk mengukur hal yang tidak berwujud dan suatu metode untuk menetapkan
prioritas.
d. Kompleksitas
AHP mempunyai kemampuan untuk memadukan rancangan deduktif dan
rancangan berdasarkan system untuk memecahkan suatu permasalahan yang
kompleks.
e. Kesatuan
AHP mampu memberikan suatu model tunggal yang mudah untuk dimengerti,
luwes untuk digunakan pada aneka ragam persoalan yang tidak terstruktur.
f. Saling ketergantungan
AHP mampu menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam suatu
sistem dan tidak memaksakan pemikiran linier.
Salah satu keistimewaan dan keuntungan utama dari AHP yang berbeda
dengan model pengambilan keputusan yang lainnya adalah tidak adanya syarat
konsistensi mutlak, hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa keputusan yang
dibuat oleh manusia sebagian didasari atas logika dan sebagian yang didasari atas
Langkah-langkah AHP :
Model AHP memiliki pendekatan yang hampir identik dengan model
perilaku politis yaitu merupakan model keputusan (individual) dengan
menggunakan pendekatan kolektif dari proses pengambilan keputusan, pada
dasarnya langkah-langkah dalam melakukan metode AHP adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.
2. Membuat struktur hierarchy yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan
dengan subtujuan-subtujuan, criteria, dan kemungkinan alternatif-alternatif
pada tingkatan criteria yang paling bawah.
3. Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi
relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau
criteria yang setingkat diatasnya, perbandingan dilakukan berdasarkan
“judgement” dari pengambil keputusan dengan menilai target kepentingan
suatu elemen dibandingkan dengan elemen yang lainnya.
4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh judgement
seluruhnya sebanyak n x [ ( n-1 ) / 2 ] buah , dengan n adalah banyaknya
elemen yang dibandingkan.
5. Menghitung nilai Eigen (Eigen Value) dan menguji konsistensinya,jika tidak
konsisten maka pengambilan data diulangi.
6. Mengulang langkah 3,4,5 untuk seluruh tingkat hierarki .
7. Menghitung Vektor Eigen dari setiap matrik perbandingan berpasangan, riil
vector eigen merupakan bobot setiap elemen, langkah ini dilakukan untuk
mensintesis judgement dalam penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat
8. Memeriksakan konsistensi hierarki jika nilainya lebih besar dari 10%
maka penilaian data Judgement harus diperbaiki.
Untuk mengukur bobot prioritas setiap element dalam matrik
perbandingan maka digunakan operasi matematis berdasarkan operasi matrik dan
vector yang disebut eigenvektor. Eigenvektor adalah sebuah vector yang apabila
dikalikan dengan sebuah bilangan scalar / parameter yang tidak lain adalah eigen
value, persamaannya adalah sebagai berikut :
A ww
Dimana : w = Eigenvektor
= Eigenvalue
A = Matrik bujur sangkar
Pengukuran konsistensi dalam model AHP dilakukan dalam 2 tahap,
yaitu mengukur konsistensi setiap matriks perbandingan dan mengukur
konsistensi keseluruhan hierarki suatu matrik, misalnya dengan 3 unsur ( i, j, k )
dan setiap perbandingannya dinyatakan dengan a, akan konsistensi 100% jika
memenuhi syarat : aijajk= aik
Pengukuran konsistensi dari suatu matrik itu sendiri didasarkan atas suatu
eigen value maksimum dengan eigen value maksimum, inkonsistensi yang biasa
dihasilkan matriks perbandingan dapat diminimumkan. Rumus dari hierarki
konsistensi :
CI = ( maks – n ) / ( n – 1)
n = ukuran matrik
CI = Indek konsistensi
Indek konsistensi tersebut dapat diubah kedalam bentuk rasio konsistensi
dengan membaginya dengan suatu Indeks random, indeks random menyatakan
rata-rata konsistensi dari matriks perbandingan berukuran 1-10. yang
menunjukkan bahwa semakin besar ukuran matriksnya, makin tinggi tingkat
konsistensi yang dihasilkan.
Berdasarkan perhitungan saaty dengan menggunakan 500 sampel, jika
judgement numeric diambil secara acak diri skala 1/9, 1/8, …,1, 2,…,9 akan
diperoleh rata-rata konsistensi untuk matriks dengan ukuran yang berbeda, adapun
nilai indeks random dapat diperlihatkan pada tabel berikut ini :
Tabel 2.5 Nilai Random Indeks Nilai Random Indeks
Ukuran Matrik Random Indeks (inkonsisten)
1,2 0,00
3 0,58
4 0,90
5 1,12
6 1,24
7 1,32
8 1,41
9 1,45
10 1,49
11 1,51
12 1,48
13 1,56
14 1,57
15 1,59
Sumber : Pengambilan Keputusan (bagi para pemimpin), Saaty, Thomas L, 1993.
Perbandingan indeks konsistensi dibandingkan dengan indeks random
dapat dituliskan sebagai berikut :
CR = CI / RI
Dimana : CR = rasio konsistensi
CI = indeks konsistensi
RI = indeks random
Untuk model Analitycal Hierarchy Process, matrik dapat diterima jika
rasio konsistensi ( consistency ratio ) ≤ 0,1
2.10 Program Expert Choice
Untuk memudahkan pengolahan data pada proses analytic hierarcy
process maka digunakan software expert choice.
Expert Choice merupakan suatu software yang dipakai untuk melakukan
pembobotan berdasarkan metode analytic hierarchy process, dalam penelitian
tugas akhir ini pembobotan dilakukan dengan menggunakan expert choice agar
proses pembobotan yang dilakukan lebih cepat.
Keuntungan dengan menggunakan software ini adalah :
1. Proses pembobotan dapat dilakukan dengan cepat dari pada dengan proses
manual.
2. Nilai dari responden yang tidak konsisten bisa dicari sehingga hanya perlu
meminta pertimbangan lagi kepada responden untuk nilai-nilai yang tidak