• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBINGKAIAN BERITA PENYITAAN HARTA IRJEN DJOKO SUSILO OLEH KPK (Analisis Framing tentang Penyitaan Harta Irjen Djoko Susilo oleh KPK di Surat Kabar JawaPos dan Kompas Periode 12 Maret sampai 19 Maret 2013).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBINGKAIAN BERITA PENYITAAN HARTA IRJEN DJOKO SUSILO OLEH KPK (Analisis Framing tentang Penyitaan Harta Irjen Djoko Susilo oleh KPK di Surat Kabar JawaPos dan Kompas Periode 12 Maret sampai 19 Maret 2013)."

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

Kabar J awaPos dan Kompas Periode 12 Maret sampai 19 Maret 2013)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada

Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veteran” J awa Timur

Oleh :

TRISNANI HERDIYANTI NPM : 0843010159

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah,

rahmat dan segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi dengan judul “Pembingkaian Berita Penyitaan Harta Irjen Djoko

Susilo Oleh KPK”. Hasil skripsi ini bukanlah kemampuan dari penulis semata,

namun terwujud berkat bantuan dari Bapak Ir. H. Didiek Tranggono,M.Si selaku

Dosen Pembimbing, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik.

Dalam penulisan laporan ini penulis juga banyak mendapatkan

pengarahan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi

FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur.

3. Papa, Mama dan Keluarga tercinta yang senantiasa memberi dukungan

penuh.

4. Bapak Ir. H. Didiek Tranggono, M.Si selaku dosen pembimbing yang

(5)

iv

6. Teman-teman dan sahabat yang sudah membantu saya sampai skripsi ini

selesai.

7. My special one, Agung Prayogi yang telah memberikan dukungan dan semangatnya, serta kritik dan sarannya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka

kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah dibutuhkan guna

memperbaiki kekurangan yang ada. Akhir kata semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semua pembaca, khususnya untuk rekan-rekan Program Studi

Ilmu Komunikasi.

Surabaya, 03 Juli 2013

(6)

HALAMAN PERSETUJ UAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

ABSTRAKSI ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Kegunaan Penelitian ... 7

1.4.1 Secara Teoritis ... 7

1.4.2 Secara Praktis ... 7

BAB II KAJ IAN PUSTAKA ... 8

2.1 Penelitian Terdahulu ... 8

2.1.1 Penelitian Terdahulu Pertama ... 8

2.1.2 Penelitian Terdahulu Kedua ... 9

2.2 Landasan Teori ... 10

2.2.1 Interaksi Pers dan Pemerintah ... 10

2.2.2 Pers dan Fungsi-fungsinya ... 11

2.2.3 Media dan Konstruksi Realitas ... 13

2.2.4 Berita dan Ideologi Media ... 15

(7)

2.4 Kerangka Berpikir ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

3.1 Definisi Operasional ... 27

3.2 Subjek dan Objek Penelitian ... 28

3.3 Unit Analisis ... 28

3.4 Korpus ... 29

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 30

3.6 Metode Analisis Data ... 31

3.7 Langkah-langkah Analisis Framing ... 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 36

4.1.1 Gambaran Umum Surat Kabar JawaPos ... 36

4.1.2 Gambaran Umum Surat Kabar Kompas ... 39

4.2 Hasil dan Pembahasan ... 48

4.2.1 Analisis Framing Berita JawaPos ... 48

4.2.1.1 Judul:Giliran tiga SPBU milik Irjen Djoko disita KPK...48

4.2.1.2 Judul:Giliran empat Mobil Djoko Disita ... 52

4.2.1.3 Judul:Anas jadi saksi Kasus Simulator ... 56

4.2.1.4 Judul:Giliran enam bus milik Djoko disita KPK ... 60

4.2.1.5 Judul:KPK juga temukan villa dan sawah Djoko diBali..65

4.2.1.6 Judul:Aset Jenderal Djoko Tembus Rp 70 Miliar ... 70

(8)

4.2.2.3 Judul:Anas Tak Kenal Djoko ... 80

4.3 Perbandingan JawaPos dan Kompas dalam model Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki ... 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 86

5.1 Kesimpulan ... 86

5.2 Saran ... 87

DAFTAR PUSTKA ... 89

LAMPIRAN ... 90

(9)

sampai 19 Maret 2013)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana wartawan membingkai dan mengkonstruksi berita-berita tentang penyitaan harta Djoko Susilo oleh KPK. Karena saat ini masi banyak pemberitaan-pemberitaan yang simpang siur terhadap kasus tersebut. Analisis framing sebagai metode analisis teks, metode penelitian kualitatif dengan paradigma konstruksionis.

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah pers dan tanggung jawab sosial, wartawan dan media sebagai konstruksi realitas, analisis framing.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah media penelitian kualitatif menggunakan analisis faming Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosikci yaitu data yang terkumpul sesuai dengan populasi dan korpus yang telah dikumpulkan oleh peneliti yaitu JawaPos dan Kompas pada tanggal 12-19 Maret 2013. Data di analisis dengan menggunakan empat struktur teks berita sebagai perangkat framing, yaitu sintaksis, skrip, tematik, dan retoris.

Hasil dari penelitian ini, yaitu bahwa surat kabar JawaPos lebih menekankan frame aset-aset milik Djoko Susilo yang telah disita KPK, dan memberitakan tentang sikap negative dari Irjen Djoko Susilo. Sedangkan Kompas lebih menceritakan adanya saksi-saksi yang terkait kasus tersebut.

Kata Kunci : Analisis Framing, berita penyitaan harta Djoko Susilo oleh KPK, JawaPos dan Kompas.

ABSTRACT

TRISNANI HERDIYANTI, CONFISCATION OF NEWS FRAMING OF IRJ EN DJ OKO SUSILO by KPK (Study Analysis The Fr aming of The Confiscation of Irjen Djoko Susilo by KPK In Newspapers J awaPos and Kompas the Period 12 to 19 March 2013)

This study aims to determine how the journalists construct framing and news about the confiscation Djoko Susilo by KPK, because today there are a lot of confusing reporting on the case. Framing analysis as a method of text analysis, qualitative research method with a constructionist pradigm.

The foundation of the theory used in this study is the press and social responsibility, journalists and the media as the construction of reality, framing analysis.

The method used in this research is a qualitative study using analysis of media framing Zhongdang Pan and Gerald M. Kosikci, the data collected according to the population and the corpus has been collected by researchers tht JawaPos and Kompas on 12-19 March 2013. Data were analyzed by using four news text structure as a framing device syntax, script, thematic, and rhetorical.

The result of this study, namely that the newspaper emphasized JawaPos frame Djoko Susilo assets that have been seized KPK and preach about the negative attitude of Irjen Djoko Susilo. While Kompas is more telling the witnesses related to the case.

(10)

1.1 Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi dan demokrasi ini masyarakat bebas dalam

mengemukakan pendapat maupun apresiasnya,baik itu tingkah laku maupun

perkataan. Hal ini merupakan cerminan kebebasan demokratis,semenjak masa

reformasi terjadi. Kebebasan berpendapat atau demokrasi ini yang

dinanti-nantikan masyarakat Indonesia,yang di dapat setelah turunya zaman orde baru dan

berganti zaman reformasi demokrasi.

Didalam masyarakat modern manapun,media memainkan peran penting

untuk perkembangan politik masyarakatnya. Pers sering disebut-sebut sebagai

pilar demokrasi. Kebebasan berekspresi dan menyampaikan informasi merupakan

dasar penting untuk sistem demokratis dan telah dikukuhkan dalam semua

dokumen hak asasi manusia yang dikeluarkan setelah perang dunia kedua

(Sobur,2009:32).

Media sebagai sebuah sistem komunikasi manusia telah kian penting di

Dunia,dengan meminjam istilah dari C.Wright Milis yang mengatakan pengalaman primer telah digantikan oleh komunikasi sekunder, seperti : media

cetak,radio,televisi,elektronik dan film media telah memainkan peran penting

dalam merombak tatanan sosial menjadi masyarakat serba bisa (Rivers,

2003:323). Oleh sebab itu, komunikasi massa dapat diartikan dalam dua cara

(11)

komunikasi massa adalah komunikasi untuk setiap orang. Media tetap cenderung

memilih khalayak dan demikian pula sebaliknya khalayak memilih-milih media

(Rivers, 2003:18).

Media memiliki kemampuan dalam membeberkan suatu fakta bahkan

mampu membentuk opini masyarakat. Salah satu media yang secara gamblang

dan lebih rinci dalam peberitaanya adalah surat kabar. Sifatnya yang periodik dan

mudah disimpan sabagai dokumentasi, membuat peran surat kabar dalam

menyebarkan informasi bisa secara tepat mempengaruhi tingkat pengetahuan

masyarakat pembacanya. Bahkan bisa membentu opini dan pola pikir tertentu dari

masyarakat (Nurudin, 2003:252).

Oleh karena itu, kedudukan institusi surat kabar tidak bisa dianggap

sebagai sebuah salurn yang netral dan pasif dalam mengumpulkan dan

melaporkan realitas sosial. Bahwa realitas sosial dihadirkan secara subjektif oleh

wartawan melalui sudut pandang tertentu yang konstruktif.

Setiap peristiwa yang di anggap penting dan dapat menarik perhatian

pembaca selalu diletakan pada halaman depan surat kabar. Pandangan ini

didasarkan dengan anggapan bahwa umumnya pembaca ketika akan membaca

surat kabar, yang pertama dilihat adalah berita halaman depannya. Hal ini

didukung oleh pendapat Rivers dan Mathews yang menyatakan bahwa sekitar 9%

dari semua pembaca surat kabar membaca berita yang terdapat d halaman muka

(Sobur, 2006:167).

Untuk membuat berita menjadi lebih menarik atau mampu mempengaruhi

(12)

menghilangkan bagian tertentu dan memutuskan fakta mana yang akan diambil

berdasarkan cara pandang media dan wartawan itu sendiri (Sobur, 2006:62).

Sejarah mdia massa memperlihatkan bahwa sebuah teknologi baru tidak pernah

menghilangkan teknologi yang sama, namun menstibtusinya. Radio tidak

menggantikan surat kabar, namun menjadi sebuah objektifitas yang absolute. Hal

tersebut menunjukan bahwa dibalik jubah kebesaran indpendensi dan objektifitas,

seorang jurnalis menyimpan paradox, tragedi bahkan ironi (Eriyanto, 2005 : v).

Hal ini yang mampu mempengaruhi masyarakat yang membacanya.

Membandingkan beberapa pemberitaan di media sangat mungkin akan

menemukan kesimpulan yang setara, bahwa tidak mungkin media apapun dapat

lepas dari proses bias-bias, baik yang berkaitan dengan ideologi, politik, ekonomi,

sosial dan budaya. Media tidak sepenuhnya sama persis seperti apa yang

digambarkan, memberitakan apa adanya, cerminan dari realitas yang terjadi alam

kehidupan sehari-hari. Media yang ada justru mengkonstruksi sedemikian rupa

terhadap media yang ada, ini semua terkait dengan bagaimana cara pandang

media untuk membingkai atau mengkonstruksi suatu realitas tertentu.

Penulis tertarik untuk meneliti bagaimana surat kabar JawaPos dan

Kompas dalam membingkai suatu peristiwa atau fakta, terutama dalam menulis,

menyajikan serta memberikan penekanan terhadap fakta. Dalam penelitian ini,

peneliti sengaja membatasi pemberitaan pada surat kabar JawaPos dan Kompas

yakni 12 sampai 19 Maret 2013, karena pada periode tersebut harian JawaPos dan

Kompas memuat berita-berita mengenai penyitaan harta Irjen polisi Djoko Susilo

(13)

Melalui penelitian ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana kedua surat

kabar tersebut, JawaPos dan Kompas mem-frame berita tentng kasus Irjen Djoko

Susilo. Selain itu, peneliti juga ingin mengetahui bagaimana kemampuan kedua

media tersebut dalam membangun sebuah realitas, karena dengan menggunakan

analisis framing akan jelas terlihat bahwa masing-masing media JawaPos dan

Kompas mempunyai penangkapan tersendiri tentang apa brita yang perlu

ditonjolkan dan dijadikan fokus dan mana yang harus disembunyikan atau

dihilangkan. Begitu pula dengan cara bagaimana sebuah isu dituturkan da

ditayangkan, pasti setiap mediia memiliki angle, cara dan gaya msing-masing

yang saling berbeda, meskipun perbedaan itu tidak selalu signifikan (Malik, 2001

:69).

Adanya banyak pemberitaan tersebut membuat masyarakat menjadi

bingung. Dugaan-dugaan lain mengatakan pemerintah terlibat dalam kasus ini,

sehingga harus segera diselesaikan. Dari segi materi isi pemberitan dapat

dikelompokan dalam berita politik dan berita utama. Mempunyai nilai berita

(news value) yang cukup tinggi, bersifat aktual, menarik perhatian serta dianggap

penting oleh sebagian besar khalayak pembaca (Sumandiria, 2005:67).

Menurut pengamatan peneliti, pemberitaan tentang Irjen Djoko Susilo ini

mendapatkan porsi dan perhatian yang cukup besar bagi masyarakat dan kedua

media tersebut. Dari berbagai fenomena dan kontroversi diatas maka sangatlah

menarik bagi media massa untuk memberitakannya sebagai berita yang layak

dikonsumsi masyarakat. Karena kasus ini banyak merugikan negara, dengan

(14)

tebukti diselewengkan semaki berkembang pula. Pemberitaan ini akan menambah

fakta-fakta kemana dan siapa saja yang telibat didalamnya.

Pada harian JawaPos , kasus Irjen Djoko Susilo diberitakan secara runtut.

Dalam hal ini JawaPos memberitakan tentang kronologis kasus tersebut. Hampir

setiap terbit, kasus tersebut menjadi headline ( berita utama lengkap dengan

penulisan judul memakai huruf tebal) pada JawaPos. Berbagai pemberitaan yang

ada pada surat kabar JawaPos, khususnya dalam hal ini, lebih menekankan isu-isu

yang juga terkait kasus tersebut.

Sedangkan pada harian Kompas, cenderung memberitakan tentang

pendapat dan opini pejabat pemerintah, elite politik serta pihak-pihak yang terkait

lainya mengenai kasus Irjen Djoko Susilo ini.

Alasan peneliti meneliti harian JawaPos dan Kompas adalah karena

adanya perbedaan antara surat kabar JawaPos dan Kompas dalam memberitakan

kasus Irjen Djoko Susilo yang sedang marak diperbincangkan saat ini. JawaPos

dan Kompas sama-sama memberitakan kasus tersebut dengan berbagai isu. Hasil

analisis terhadap teks berita memperlihatkan kedua surat kabar berbeda dalam

membingkai perbedaan kasus Irjen Djoko Susilo. Perbedaan itu tidak lepas dari

berbagai faktor yang mempengaruhi pers terutama sikap terhadap kasus ini.

Perbedaan harian JawaPos dan Kompas dalam mengkonstruksi atau

membingkai berita dikarenakan adanya perbedaan cara pandang wartawan dari

masing-masing media dalam mempersepsikan peristiwa tersebut. Karena media

bukanlah saluran yang bebas, media bukanlah seperti yang digambarkan,

(15)

justru mengkonstruksi sedemikian rupa realitas, untuk meneliti dua media

(JawaPos dan Kompas) tersebut di atas, peneliti memilih analiisis framming

sebagai metode penelitian. Senada dengan yang diungkapkan oleh Zhongdang Pan

dan Gerald M. Kosicki yang melihat framing sebagai sebuah cara untuk

mengetahui bagaimana suatu media mengemas berita dan mengkonstruksi realitas

melalui strategi kata, kalimat, lead, hubungan antar kalimat, foto, grafik dan

perangkat lainya untuk membantu dirinya mengungkapkan pemaknaan mereka

sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Karena alasan itulah maka dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan peangkat framing milik Zhongdang Pan dan

Gerald M. Kosicki, untuk mengetahui konstruksi berita tentang penyitaan harta

Irjen Djoko Susilo.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka

perumusan masalahnya adalah “Bagaimana JawaPos dan Kompas dalam

membingkai berita tentang penyitaan harta Irjen Djoko Susilo oleh KPK?”.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

untuk mengetahui konstruksi isu yang dibangun antara surat kabar JawaPos dan

Kompas terhadap pemberitaan tentang penyitaan harta Irjen Djoko Susilo oleh

(16)

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Secara Teoritis

Untuk memberikan ciri ilmiah pada sebuah penelitian dengan

mengapikasikan teori-teori khususnya teori komunikasi tentang

pemahaman pesan yang dikemas oleh media melalui media nalisi framing

sebagai fenomena komunikasi yang mempunyai signifikasi, teoritis,

metodologis dan praktis, studi analisis framing diharapkan dapat

berkembang pada disiplin ilmu komunikasi.

1.4.2 Secara Praktis

Sebagai evaluasi bagi pihak media dalam menyajikan berita dan

memberikan pengetahuan kepada masyarakat bahwa berita tidaklah

seobjektif seperti pandangan umum. Diperlukan kemampuan lebih untuk

memahami isi berita agar tidak terjadi kesalahpahaman yang dapat

menimbulkan konflik.

(17)

BAB II

KAJ IAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

2.1.1 Penelitian Terdahulu Pertama

Analisis framing mengenai wacana islam pada acara religi “Sound Of

Spirit” di radio remaja Mustang FM, Lucy Veronica, 2008. Ketika acara bertema

islami ditampilkan di media implikasi yang muncul adalah memahami dan

mendefinisikan ajaran islam seperti yang diingikan oleh media massa. Penelitian

ini bertujuan untuk memahami bagaimana realitas dikonstruksi oleh media massa,

misalnya tentang acara radio “Sound Of Spirit” (SOS) di radio Mustang FM.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori konstruksi, metode

yang digunakan adalah model analisis framing Gamson dan Modigliani dengan

pendekatan dan metode analisis kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa

program SOS cenderung mengarahkan dan menyorot sisi kehidupan yang terkait

dengan hubungan manusia. Dalam hal ini, islam sebagai wacana keagamaan yang

membawa perdamaian, agama cinta, kasih dan kehidupan beragama, program ini

dapat dianggap sebagai wujud tanggung jawab media (radio) kepada khalayak

terutama berkaitan dengan pendidikan moral. Namun sebagai progam radio

“SOS” tidak dapat dipisahkan dari kepentingan program komersial yang memang

(18)

2.1.2 Penelitian Terdahulu Kedua

Analisis framing berita meninggalnya mantan presiden Soeharto di

majalah Tempo dan Gatra, Nur Indah Yogadiasti dan Muzayin Nazaruddin,2008.

Berita tentang sakit sampai kematian mantan presiden Soeharto diliput oleh

berbagai media cetak maupun elektronik. Hal ini menjadi laporan utama dan fitur

khusus di berbagai majalah juga, seperti Gatra dan Tempo. Ada tiga

pertimbangan dalam menentukan Gatra dan Tempo sebagai sumber belajar.

Pertama, Keduanya adalah majalah mingguan nasional, artinya kedua majalah

tersebut mengulas berita secara luas, sehingga dapat mempengaruhi pembaca.

Kedua, majalah tersebut memiliki perhatian yang besar terhadap kematian

Soeharto, hal ini dibuktikan dari edisi khusus tentang Soeharto yang dicetak oleh

Tempo, sementara Gatra mencetak berita Soeharto hingga 15 halaman. Ketiga,

pro dan kontra tentang Soehato yang dapat dilihat di Gatra dan Tempo. Metode

analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis framing

Zongdang Pan dan Gerald M. Kosikci. Dalam penelitian ini, peneliti menemukan

bahwa Gatra dan Tempo sangat berbeda dalam cara pemberitaan kematian

Soeharto. Dengan analisis bingkai kita dapat melihat bagaimana kedua majalah

membingkai berita mengenai Soeharto. Dan jelas bahwa Gatra cenderung mencari

aman dalam pemberitaan Soeharto, sementara Tempo berani dan lebih tajam

(19)

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Interaksi Pers dan Pemer intah

Hubungan antara pers dan pemerintah dalam kerangka mencari dan

membuat berita bukanlah hubungan sepihak, melainkan hubungan yang timbal

balik antara dua pihak. Berbagai pertimbangan dan tujuan dapat terjadi saat

pemerintah menyampaikan pesan agar diketahui, menyampaikan pesan untuk

memancing reaksi, untuk memulai proses pembentukan pendapat umum, untuk

peringatan bagi instansi-instansiyang bersangkutan, peringatan bagi masyarakat

untuk menetralisir suatu isu, dll ( Oetama, 2001:247).

Tentang pertanggung jawaban pers atas pemberitaan yang menyangkut

masyarakatpun tidak dapat dilepaskan keterkaitanya dengan interaksi antara pers

dan pemerintah, asumsinya, pemerintah sebagai instansiyang juga berkedudukan

sebagai pembina kehidupan pers. Bahkan dalam sistem pers di Indonesia sering

dikemukakan hubungan itu juga tidak terlepas dari masyarakat sebagai bagian dari

interaksi yang dituangkan dalam cita-cita terwujudnya interaksi antara

pemerintah,pers dan masyarakat.

Interaksi itu sendiri adalah bagian dari hidup manusia. Dengan interaksi

tiada henti dilakukan menyebabkan manusia terus bisa bertahan hidup dalam cita

dan citra kemanusiaanya. Interaksi dapat berlangsung dengan baik apabila ada

kesederajatan dari para pelakunya. Para pihak menyadari posisi dan selanjutnya

saling menghormati dan menghargai dengan sesamanya. Tanpa demikian interaksi

(20)

Dihubungkan dengan interaksi di antara pers dengan pemerintah juga

dapat terlaksana dengan baik apabila para pihak menyadari posisi masing-masing

dalam arti bahwa beranjak dari para posisi itulah para pihak melaksanakan

kewajiban sesuai dengan posisinya.

Bahasa yang sederhana untuk mewakili apa yang dimaksud interaksi

antara pemerintah dengan pers adalah sampai seberapa batas kebebasan pers

dalam menyajikan pemberitaanya. Pada sisi lain sampai dimana batas pemerintah

dalam memberi toleransi sehingga proses interaksi itu masih dikatakan positif.

Peran pemerintah dalam kaitannya dengan ini adalah sebagai institusi pengendali

(sturing) atau pengawasan terhadap lembaga kemasyarakatan termasuk pers. Bagi

pers pengawasan atau pengendalian tersebut akan menjadikannya tumbuh sehat

dan dinamis serta menjadikannya sebagai sarana kontrol sosial yang konstruktif

(Wahidin, 2006:101-104).

2.2.2 Pers dan Fungsi-fungsinya

Pers berasal dari bahasa Belanda, “pers” yang artinya menekan atau

mengepres. Kata pers merupakan padanan dari kata press dalam bahasa Inggris

yang juga berarti menekan atau mengepres. Secara harfiah kata pers atau press

mengacu pada pengertian komunikasi yang dilakukan untuk merujuk semua

kegiatan jurnalistik. Terutama kegiatan untuk menghimpun berita, baik oleh

wartawan media elektronik maupun wartawan media cetak.

Definisi pers dalam arti sempit, yaitu menyangkut kegiatan komunikasi

(21)

arti luas adalah menyangkut kegiatan komunikasi baik yang dilakukan dengan

media cetak maupun elektronik seperti radio, televisi maupun internet. (Hikmat

dan Purnama, 2005:17).Tugas dan fungsi pers antara lain:

1. Infor matif

Pers berfungsi memberikan berita atau informasi pada khalayak dengan cara

teratur. Pers menghimpun berita yang dianggap berguna dan penting bagi

banyak orang dan kemudian menuliskannya dalam kata-kata.

2. Kontr ol

Pers mempunyai peran memberikan kontrol sosial di masyarakat antara lain

termasuk kebalik panggung kejadian untuk menyelidiki pekerjaan pemerintah

atau perusahaan. Pers harus memberikan kejadian mana yang baik dan tidak

baik.

3. Interpretatif dan Direktif

Pers memberikan interpretasi dan bimbingan serta meceritakan pada

masyarakat tentang suatu kejadian.

4. Menghibur

Para wartawan menuturkan kisah-kisah dunia dengan hidup dan menarik.

Mereka menceritakan kisah lucu untuk diketahui walaupun kisah tersebut

(22)

5. Regeneratif

Pers membantu menyampaikan warisan sosial kepada generasi baru agar

tidak terjadi proses regenerasi pada angakatan yang sudah tua kepada yang

lebih muda.

6. Pengawalan hak-hak War ga Negara

Pers berperan mengawal dan mengamankan hak-hak pribadi. Pers yang

bekerja berdasarkan teori tanggungjawab harus dapat menjamin setiap pribadi

untuk didengar dan diberi penerangan yang dibutuhkan.

7. Ekonomi

Pers juga berfungsi melayani sistem ekonomi melalui ikan. Dengan iklan,

penawaran akan berjalan dari tangan dan barang produksipun dapat dijual.

8. Swadaya

Pers mempunyai kewajiban untuk memupuk kemampuannya sendiri agar ia

dapat membebaskan dirinya dari pengaruh serta tekanan dalam bidang

keuangan (Hikmat dan Purnama, 2005:27).

2.2.3 Media dan Konstruksi Realitas

Dalam pandangan konstruksionis, media diihat bukanlah sekedar saluran

yang bebas, ia juga subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan

(23)

menentukan sumber berita, melainkan juga berperan dalam mendefinisikan aktor

dan peristiwa lewat bahasa, lewat pemberitaan pula, media dapat membingkai

dengan bingkai tertentu yang pada akhirnyamenentukan bagaimana khalayak

harus melihat dan memahami peristiwa dalam kacamata tertentu (Eriyanto,

2004:24).

Isi media merupakan hasil para pekerja dalam mengkonstruksi berbagai

realitas yang dipilihnya untuk dijadikan sebagai sebuah berita, diantaranya realitas

politik. Disebabkan sifat dan faktanya bahwa pekerjaan media massa adalah

menceritakan peristiwa-peristiwa, maka dapat dikatakan bahwa seluruh isi media

adalah realitas yang dikonstruksi (constructed reality). Pembuatan berita di media pada dasarnya tak lebih dari penyusunan realitas-realitas hingga membentuk

sebuah cerita (Tuchman dalam Sobur, 2001:83).

Isi media pada hakikatnya adalah hasil konstruksi realitas dengan

menggunakan bahasa sebagai perangkat dasarnya. Sedangkan bahasa bukan hanya

sebagai alat realitas, namun juga bisa menentukan relief seperti apa yang

diciptakan oleh bahasa tentang realitas. Akibatnya media massa memiliki peluang

yang sangat besar untuk mempengaruhi gambar yang dihasilkan dari realitas yang

dikonstruksikanya ( Sobur, 2001:88).

Setiap upaya ‘menceritakan’ sebuah peristiwa, keadaan, benda, atau

apapun, pada hakikatnya adalah usaha mengkonstruksikan realitas. Begitu pula

dengan profesi wartawan, pekerjaan utama wartawan adalah mengisahkan hasil

(24)

usaha-usaha mengkonstruksi realitas, yakni mennyusun fakta yang

dikumpulkanya ke dalam suatu bentuk laporan jurnalistik berupa berita (news), karangan (features), atau gabungan keduanya (news feature). Dengan demikian berita pada dasarnya adalah realitas yang telah dikonstruksikan (constructed reality).

Penggunaan bahasa tertentu jelas berimplikasi terhadap kemunculan

makna tertentu. Pilihan kata dan cara penyajian suatu realitas turut menentukan

bentuk konstruksi realitas yang sekaligus menentukan makna yang muncul

darinya, bahkan menurut Hamad dalam Sobur: bahasa bukan hanya mampu

mencerminkan realitas, tetapi sekaligus menciptakan realitas (2001 : 88,90).

Dalam rekonstruksi realitas, bahasa dapat dikatakan sebagai unsur utama,

ia merupakan instrumen pokok untuk menceritakan realitas, sehingga dapat

dikatakan bahwa bahasa adalah alat konseptualisasi dan alat narasi media (Sobur,

2001:91).

2.2.4 Berita dan Ideologi Media

Menurut Eriyanto berita adalah hasil akhir dari proses kompleks dengan

menyortir (memilah-milah) dan menentukan peristiwa dan tema-tema tertentu

dalam satu kategori tertentu (Eriyanto, 2005:102). Sehingga berita dalam

pandangan konstruksi soaial, bukan merupakan peristiwa atau fakta dalam arti

yang rill.

Oleh karena itu sebuah media dalam menyajikan berita pada pembacanya

(25)

khalayak disebut dengan unsur berita. Ahli jurnalistik menyebutkan unsur- unsur

berita adalah :

1. Aktualis/Timelines : berita baru yang masih hangat menarik perhatian pembaca daripada yang sudah basi. Oleh karena itu, aktualis menjadi nilai berita utama

yang harus dijaga.

2. Kedekatan/Proximity : kedekatan secara emosi dan fisik akan membuat berita menarik perhatian pembacanya.

3. Tokoh public/Prominence : peristiwa diseputar tokoh idola, panutan dan pemimpin masyarakat selalu menarik, karena dengan ketokohanya telah

menjadi public.

4. Konflik/Conflict : kontroversi antar tokoh, peristwa perang, bentrokan, peristiwa kriminal sangat menarik perhatian pembaca.

5. Kemanusiaan/Human Interest : berita-berita yang menyentuh rasa kemanusiaan seperti pegungsi dan kelaparan sangt bernilai untuk semua orang. Selain

dengan menggugah empati, juga membangunsikap simpatik.

6. Sensational/Unique : keanehan, keganjilan dan hal-hal yang spektakuler dalam kehidupan manusia, selain memiiki unsur hiburan dapat juga memberikan

dorongan prestasi sekaligus penyadaran dalam dinamika kehidupan.

7. Seks : seks merupakan unsur berita yang sngat diminati oleh khalayak

pembacanya, seks membuat produk pers dicari dan dibaca orang.

Pada proses produksi sebuah berita, sebuah media selalu melibatkan

pandangan dan ideologi wartawan, juga kepentingan media itu sendiri. Ideologi

(26)

Artinya jika seseorang wartawan menulis berita dari salah satu sisi, menampilkan

sumber dari satu pihak, dan memasukan opininya pada suatu berita, semua itu

dilakukan dalm rangka pembenara tertentu. Sehingga dapat dikatakan media

bukan sarana yang netral dalam menampilkan kekuatan dan kelompok dalam

masyarakat secara apa adanya.

Suatu konsep ideologi media juga dapat membantu menjelaskan mengenai

mengapa waktu memilih fakta tertentu untuk ditonjolkan, daripada fakta yang

lain, walaupun hal tersebut dapat merugikan pihak lain. Kemudian menempatkan

sumber beritanya yang satu lebih menonjol daripaa sumber berita yang lain

ataupun secara nyata atau tidak melakukan pemihakan kepada pihak-pihak

tertentu, artinya ideologi wartawan dan media bersangkutan erat yang secara

strategis menghasilkan berita-berita yang sesuai dengan karakter media tersebut.

Berdasarkan hal tersebut media merupakan ini instrumen ideologi yang tidak

dipandang sebagai zona netral, dimana berbagai kelompok dan kepentingan dapat

ditampung.

Akan tetapi media lebih sebagai subyek yang mengkonstruksikan realitas

atas penafsiran wartawan atau media sendiri untuk disebarluaskan kepada

khalayak (Eriyanto, 2000:92). Media massa sebagai pendefensi realitas tidak

dapat dipisahkan dari keterkaitan antara bahasa yang digunakan dalam

pemberitaanya. Dengan kata lain perbincangan mengenai media selalu berkaitan

tentang ideologi yang membentuknya, dimana pada akhirnya ideologi tersebut

akan mempengaruhi bahasa (gaya, ungkapan , dan kosa kata), serta pengetahuan

(27)

2.3 Analisis Fr aming Ter masuk Paradigma Konstruktivis

Analisis framing termasuk kedalam paradigma konstruktivis, dimana

paradigma ini mempunyai posisi dan pandangan tersendiri terhadap media dan

teks berita yang dihasilkan. Paradigma ini juga memandang bahwa realitas

kehidupan sosial bukanlah realitas yang natural, melainkan hasil dari konstruksi.

Sehingga konsentrasi analisisnya adalah menemukan peristiwa atau realitas

tersebut dikonstruksi dengan cara apa dibentuknya. Dalam studi komunikasi,

paradigma ini sering disebut sebagai paradigma produksi dan penukaran makna.

Konsep framing daripada konstruksionis dalam literatur sosiologi

memperkuat asumsi mengenai proses kognitif individual, perstruktran kognitif

dan teori proses pengendalian informasi dalam psikologi. Framing dalam konsep

psikologi dilihat sebagai penempatan informasi dalam konteks yang unik,

sehingga elemen-elemen tertentu suatu isu memperoleh alokasi sumber kognitif

individu yang lebih besar . Konsekuensinya, elemen-elemen yang terseleksi

menjadi penting dalam mempengaruhi penilaian individu atau penarikan

kesimpulan.

Paradigma konstruktivisme dalam ilmu sosial merupakan kritik terhadap

paradigma positivis. Menurut paradigma konstruktivisme, realitas soaial yang

diamati oleh seseorang tidak dapat digeneralisasikan pada semua orang yang bisa

dilakukan oleh kaum positivis. Paradigma konstruktivisme yang ditelusuri dari

pemikiran weber , menilai perilaku manusia secara fundamental berbeda dengan

(28)

realitas sosial mereka, baik itu melalui pemberian makna ataupun perilaku

dikalangan mereka sendiri.

2.3.1 Analisis Fr aming

Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis

untuk mengetahui bagaimana realitas ( peristiwa, aktor, kelompok atau apa saja)

dikonstruksikan oleh media. Dan bagaimana media memahami dan memakai

realitas, dan dengan cara apa realitas itu ditandakan, hal ini lah yang menjadi

pusat perhatian dari analisis framing. Praktisnya, ia digunakan untuk melihat

bagaimana aspek tertentu ditonjolkan atau ditekankan oleh media.Dalam analisis

framing kita juga melihat bagaimana cara media memakai, memahami, dan

mengkonstruksikan kasus atau peristiwa yang diberikan. Metode ini tentu saja

berusaha mengerti dan menafsirkan makna dari suatu teks dengan jalan

menguraikan bagaimana media mengkonstrksi isu.

Pada dasarnya framing adalah metode untuk melihat cara bercerita (story telling) media atas peristiwa. Cara bercerita ini tergambar pada “cara melihat” terhadap realita yang dijadikan berita, “cara melihat” ini berpengaruh pada hasil

akhir dri konstruksi realitas. Tiap hari kita membaca, menyaksikan bagaimana

peristiwa yang sama diberitakan secara berbeda oleh media, kenapa berbeda ?

Perbedaan ini terjadi kaena peristiwa tersebut dipahami dan dikonstruksikan

secara berbeda oleh media. Ada dua esensi utama dari framing. Pertama,

bagaimana peristiwa dimaknai, ini berhubungan dengan bagaimana yang diliput

(29)

berhubungan dengan pemakaian kata, kalimat, dan gambar untuk mendukung

gagasan (Eriyanto, 2002:10).

2.3.2 Pr oses Framing

Framing didefinisikan sebagai proses membuat pesan lebih menonjol,

menempatkan informasi lebih dari pada yang lain, sehingga khalayak lebih tertuju

pada pesn tersebut. Cara penyajian tersebut secara umum memiliki dua dimensi

dalam framing. Pertama, seleksi isu, dalam penyajian sebuah peristiwa, wartawan

atau awak media telah melakukan pemilihan terhadap fakta dilapangan, hal ini

diasumsikan bahwa pekerrjaan media tidak mungkin melihat peristiwa tanpa

perspektif. Kedua, penekanan isu, hal ini dapat teramati bagaimana pekerjaan

media menuliskan fakta, proses ini berhubungan dengan bagaimana fakta yang

dipilih, disajikan kepada khalayak.

Menurut Pan dan Kosicki ada dua konsep dari framing yang saling

berkaitan. Pertama, dalam konsep psikologis. Framing dalam konsep ini lebih

menekankan bagaimana seseorang memproses informasi dalam dirinya. Kedua,

konsep sosiologis. Pandangan ini lebih melihat bagaimana konstruksi sosial atas

realitas. Frame disini dipahami sebagai proses bagaimana seseorang

mengklasifikasikan, mengorganiasikan dan menafsirkan pengalaman sosialnya

untuk mengerti dirinya ke realitas menjadi teridentifikasi, dipahami dan dapat

dipahami karena sudah dilabeli dengan label tertentu (Eriyanto, 2002:252-253).

Dalam lingkup komunikasi, analisis framing mewakili tradisi yang

(30)

fenomena atau aktifitas komunikasi. Konsep tentang framing bukan murni dari

ilmu komunikasi itu sendiri tetapi meminjam dari ilmu kognitif (psikologi).

Analisis framing juga membuka pluang bagi implementasi konsep-konsep

sosiologis, politik, dan kultur untuk menganalisis fenomena komunikasi, sehingga

suatu fenomena dapat diapresiasikan dan dianalisis berdasarkan konteks

sosiologis, politis atau kultur yang melingkupinya (Sudibyo,1999:176).

Dalam perspekif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah

cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati

strategi seleksi, penonjolan dan pertautan fakta kedalam berita agar lebih

bermakna. Dalam mengkonstruksi suatu realitas, wartawan tidak hanya

menggunakan konsep yang ada dalam pikiranya semata. Pertama, proses

konstruksi juga melibatkan nilai sosial yang melekat dalm diri wartawan.

Nilai-nilai sosial yng tertanam mempengaruhi bagaimana kebenaran diterima secara

taken for granted oleh wartawan. Kedua, ketika menulis dan mengkonstruksi suatu berita, wartawan bukanlah berhadapan dengan public yang kosong. Bahkan

ketika peristiwa ditulis dan kata mulai disusun, khalayak menjadi pertimbangan

bagi wartawan. Hal ini disebabkan wartawan tidak menulis untuk dirinya sendiri,

melainkan untuk dinikmati dan dipahami oleh pembaca. Ketiga, proses kontruksi

itu juga ditentukan oleh proses produksi yang selalu melibatkan standar kerja,

(31)

2.3.3 Perangkat Framing

Analisis yang digunakan daam penelitian ini dikembangkan dari model

Zhongdang Pan dan Kosicki, model ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai

frame yang berfungsi sebagai pusat organisasi ide. Frame meruakan suatu ide

yang dihubungkan dengan makna (bagaimana seseorang memaknai suatu

peristiwa, dapat dilihat dari perngkat yang dimunculkan dalam teks).

Dalam pendekatan ini perangkat framing dibagi menjadi empat struktur

besaran . Pertama, struktur Sintaksis; kedua, struktur Skrip; ketiga, struktur

Tematik; keempat, struktur Retoris. (Sobur, 2006:175).

Sintaksis dalam pengertian umum, sintaksis adalah susunan kata atau

frase dalam kalimat. Dalam wacana berita, sintaksis menunjuk pada pengertian

susunan dari bagian berita headline, lead, latar belakang informasi, sumber, penutup dalam suatukesatuan teks berita secara keseluruhan. Bentuk sintaksis

yang paling populer adalah struktur piramida terbalik. Yang dimulai dengan judul

headline, lead, episode,latar, dan penutup.

Skr ip. Laporan berita sering disusun sebagai suatu cerita, hal ini karena

dua hal, pertama, banyak laporan berita yang berusaha menunjukan hubungan,

peristiwa yang ditulis merupakan kelanjutan dari peristiwa sebelumnya. Kedua,

berita umumnya mempunyai orientasi menghubungkan teks yang ditulis dengan

lingkungan komunal pembaca. Bentuk umum dari skrip ini adalah pola 5W+1H

(what, when, where, who, and how) atau dalam istilah jurnalistik dikenal dengan

(32)

Tematik. Salah satu perangkat yang termasuk dalam tematik adalah

koherensi, dimana koherensi merupakan pertalian atau jalinan antara kata,

proposisi atau kalimat.

Retoris. Strktur retoris dari wacana berita menggambarkan pilihan gaya

kata yang dipilih oleh wartawan untuk menekan arti yang ingin ditonjolkan oleh

wartawan (Eriyanto, 2005:257).

Perangkat framing Zhongdang Pan dan Kosicki

STRUKTUR PERANGKAT

FRAMING

UNIT YANG

DIAMATI

SINTAKSIS

Cara wartawan

menyusun fakta

1. Skema framing Headline, lead, latar

informasi, kutipan,

sumber, peryataan,

penutup

SKRIP

Cara wartawan

mengisahkan fakta

2. Kelengkapan berita 5W+1H

TEMATIK 3. Detail

4. Maksud

kalimat,hubungan

5. Nominalisasi antar

(33)

Cara wartawan menulis

fakta

kalimat

6. Koherensi

7. Bentuk kalimat

8. Kata ganti

RETORIS

Cara wartawan

menekankan fakta

9. Leksikon

10.Grafis

11.Metafor

12.Pengandaian

Kata, idiom, gambar

atau foto, garfik

(34)

2.4 Kerangka Berpikir

Dari uraian kerangka teori di atas, dapat diasumsikan bahwa ide dasar dari

model framing ini adalah bahwa setiap brita mempunyai frame yang berfungsi

sebagai pusat organisasi ide. Frame merupakan suatu ide yang dihubungkan

dengan elemen yang berbeda dalam teks berita, kutipan, sumber, latar informasi,

pemakaian kata atau kalimat tertentu dalam teks secara keseluruhan yang ada

dalam surat kabar JawaPos dan Kompas.

Pemuatan berita tentang kasus Irjen Djoko Susilo di media cetak

khususnya harian JawaPos dan Kompas yang cenderung berbeda sehingga dipilih

oleh peneliti sebagai subjek penelitian. Dasar dipilihnya surat kabar JawaPos dan

Kompas, dikarenakan JawaPos merupakan surat kabar terbesar di Jawa Timur,

dan memiliki kredibilitas dan kedalaman dalam menganaisis setiap kasus yang

menjadi berita di harian tersebut. Selain itu JawaPos merupakan surat kabar yang

memberikan frame berita dengan volume yang cukup lus dengan frekuensi yang

cukup banyak dalam menyajikan isu berita, dan hrian JawaPos merupakan surat

kabar yang memberikan frame berita dengan volume dan frekuensi berita yang

disesuaikan dengan isu yang ada saat itu.

Sedangkan Kompas merupakan harian nasional yang terbit di seluruh

Indonesia, yang memiliki keinamungan dan totalitas dalam setiap mengupas

masalah yang ada di Indonesia. Selain itu Kompas merupakan surt kabar yang

memberikan frame berita dengan volume yng cukup luas dengan frekuensi yang

(35)

memberikan berita yang berpengaruh terhadap khalayak, khususnya masyarakat

Surabaya.

Berita-berita tentang kasus Irjen Djoko Susilo yang muncul diharian

JawaPos dan Kompas tersebut, dianalisis menggunakan analisis framing model

Pan dan Kosicki, dimana model framing tersebut terbagi menjadi empat struktur

yaitu: Sintaksis, Skrip, Tematik, Retoris.

Adapun kerangka berikir dari penjelasan diatas dapat digambarkan sebagai

berikut:j

Gambar 1 : Bagan

Gambar 1 : Bagan kerangka berpikir penelitian tentang kasus penyitaan harta Irjen Djoko Susilo oleh KPK

Analisis framing menurut Zhongdang Pan dan Kosicki

1. Sint aksis

2. Skrip

3. Temat ik

4. Ret oris

Berita penyitaan harta Djoko Susilo oleh KPK di JawaPos dan Kompas

Analisis

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional

Penelitian yang peneliti lakukan menggunakan paradigma

konstruktivisme, maka penelitian ini akan bersifat kualitatif, dengan metode

analisis framing. Penelitian ini pada dasarnya mencoba untuk menangkap

perspektif pemberitaan dalam kaitanya dengan bagaimana pemberitaan itu

memperllihatkan orientasi sebuah media dengan cara tertentu memperlakukan

realitas atau fakta. Penelitian kualitatif adalah peneitian yang secara khas terkait

dengan observasi, menelaah terhadap teks-teks dari berbagai teknik kebahasaan

seperti percakapan dan analisis data.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,

persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain. Secara holistik dan dengan cara

deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks kasus yang

alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah

(Lexy.J.Moleong,2004:6). Metode penelitian kualitatif ini sering disebut dengan

metode penelitian naturalistik, karena penelitianya dilakukan pada kondisi yang

alamiah (natural setting) disebut juga sebagai metode ertnograpi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi

budaya, disebut metode kualitatif karena data yang dikumpulkan dan analisanya

(37)

Metode penelitian yang digunakan adalah analisis framing, yang memiliki

instrument metodologis atau perangkat framing yang dipakai untuk melihat cara

media mengkonstruksii sebuah wacana berita dengan melakukan

penonjolan-penonjolan tertentu. Metode analisis framing sangat tepat digunakan untuk

menangkap kecenderungan sikap dan perspektif media dalam cara

pemberitaannya.

Framing memberi tekanan lebih pada bagaimana teks komunikasi

ditampilkan dan bagaimana yang ditonjolkan atau dianggap penting oleh pembuat

teks. Dengan menggunakan analisis framing, peneliti ingin melihat bagaimana

subyektifitas surat kabar JawaPos dan Kompas melakukan frame pemberitaan

dengan masing-masing dari surat kabar tersebut memberikan sebuah realitas yang

sama kasus Irjen Djoko Susilo.

3.2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah surat kabar JawaPos dan Kompas.

Sedangkan objek penelitian adalah berita-berita mengenai kasus Irjen Djoko

Susilo yang dimuat oleh kedua surat kabar tersebut, yaitu pada periode 12 Maret

sampai 19 Maret 2013 di surat kabar JawaPos dan Kompas.

3.3 Unit Analisis

Unit analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah unit reference, yaitu unit yang digunakan untuk menganalisis kalimat dan kata yang dimuat

dalam teks mengenai kasus Irjen Djoko Susilo di surat kabar JawaPos dan

(38)

Analisis teks media dengan melihat hubungan antar kalimat, foto,

ungkapan narasumber, untuk mengungkap pemaknaan terhadap prespektif yang

digunakan oleh media JawaPos dan Kompas dalam melihat suatu peristiwa yaitu

mengenai kasus Irjen Djoko Susilo pada periode 12 Maret sampai 19 Maret 2013.

3.4 Korpus

Korpus dalam penelitian ini adalah suatu himpunan terbatas atau berbatas

dari unsur yang memiliki sifat bersama atau tunduk pada aturan yang sama.

Pendapat lain juga ada yang mengatakan bahwa korpus adalah sekumpulan bahan

yang terbatas, yang ditentukan pada perkembangan oleh analisis dengan semacam

kesemenaan, bersifat sehomogen mungkin ( Kurniawan,2001:70). Sifat yang

homogeny itu dibutuhkan untuk memberi harapan yang beralasan bahwa

unsur-unsurnya dapat dianalisis secara keseluruhan.

Korpus dalam penelitian ini adalah berita-berita yang berkaitan dengan

kasus penyitaan harta Irjen Djoko Susilo oleh KPK di harian JawaPos dan

Kompas pada periode 12 Maret sampai 19 Maret 2013.

Korpus yang terdapat pada surat kabar JawaPos adalah sebagai berikut:

1. Berita 12 Maret 2013

Judul berita “ Giliran tiga SPBU milik Irjen Djoko Disita KPK”

2. Berita 13 Maret 2013

Judul berita “ Giliran 4 Mobil Djoko Disita”

3. Berita 14 Maret 2013

(39)

4. Berita 17 Maret 2013

Judul berita “ Giliran Enam bus milik Djoko disita KPK”

5. Berita 18 Maret 2013

Judul berita “ KPK juga temukan Villa dan sawah Djoko di Bai”

6. Berita 19 Maret 2013

Judul berita “ Aset Jenderal Djoko tembus Rp 70 Miliar”

Korpus yang terdapat pada surat kabar Kompas adalah sebagai berikut:

1. Berita 14 Maret 2013

Judul berita “ Aset Djoko Tersebar”

2. Berita 15 Maret 2013

Judul berita “ Aset Djoko Susilo dekati 100 Miliar”

3. Berita 16 Maret 2013

Judul berita “ Anas tak kenal Djoko”

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini didapat dari pengumpulan secara langsung dari

medianya dan mengidentifikasi isi berita yang berpedoman pada analisis

framing dari Zhondang Pan dan Kosicki. Data dari identifikasi tersebut

kemudian di analisis untuk mengetahui perspektif media dalam

(40)

berita tentang kasus Irjen Djoko Susilo yang dimuat surat kabar JawaPos dan

Kompas pada edisi 12 sampai 19 Maret 2013.

3.6 Metode Analisis Data

Pada penelitian ini metode analisis yang digunakan adalah dengan

menganalisis struktur sintaksis yang digunakan untuk mengamati dari bagan

berita. Sintaksis berhubungan dengan bagaimana penyusunan

peristiwa-peristiwa, opini, kutipan, pengamatan atas peristiwa kedalam bentuk susunan

kisah berita, seperti headline, yang dipilih, lead yang dipakai, latar informasi yang dijadikan sandaran, dan sumber yang dikutip. Selanjutnya menganalisis

struktur skrip yaitu melihat bagaimana strategi bercerita atau bertutur yang

dipakai dalam mengmas peristiwa dan kemudian menganalisis struktur yng

berhubungan dengan car mengungkapkan pandanganya atas peristiwa

kedalam proposisi, kalimat, atau hubungan antar kalimat yang membentuk

teks secara keseluruhan.Kemudian menganalisis struktur tematik dapat

diamati dari bagaimana peristiwa itu diungkapkan atau dibuat oleh wartawan.

Ada beberapa elemen yang dapat diamati dari perangkat tematik diantaranya

detail, maksud, nominalisasi, koherensi dan bentuk kalimat. Dan yang

terakhir menganalisis struktur retoris berhubungan dengan cara menekankan

arti tertentu. Dengan katalain melihat pemakaian peilihan kata, idiom, grafik,

(41)

3.7 Langkah-langkah Analisis fr aming

Dengan menggunakan perangkat framing model Zhongdang Pan dan

Kosicki maka analisis berita kasus Irjen Djoko Susilo berdasarkan pada

empat struktur besar yaitu :

a) SINTAKSIS adalah bagaimana surat kabar JawaPos dan Kompas

menyusun berita kedalam bentuk susunan umum berita, Sintaksis dapat

memaknai bagaimana wartawan memaknai suatu kasus dan hendak dibawa

kemana berita tersebut.

1. Headline : judul berita pada topik Irjen Djoko Susilo merupakan inti dari suatu berita, dengan disingkat , bentuk huruf mencolok untuk

menarik perhatian.

2. Lead : atau teras berita, menunjukan prespektif atau sudut pandang surat kabar JawaPos dan Kompas.

3. Latar : latar belakang atas berita Irjen Djoko Susilo, bagaimana JawaPos dan Kompas memberikan pemaknaan dan issu pada berita

tersebut.

4. Pengutipan sumber berita : pengutipan dari narasumber untuk membangun obyektifitas, prinsip keseimbangan agar khalayak tidak

memihak.

b) SKRIP adalah bagaimana surat kabar JawaPos dan Kompas mengisahkan

atau menceritakan tentang kasus dan juga kontrofersial dan issu kedalam

berita. Berkaitan dengan kaidah jurnalistik (Listening Formula) 5W + 1H

(42)

a. Who :siapa yang dijadikan berita ?

b. What :berita ttentang apa ?

c. When :kapan peristiwa yang diberitakan terjadi ?

d. Where :dimana peristiwa yang diberitakan terjadi ?

e. Why :mengapa peristiwa yang diberitakan terjadi ?

f. How :bagaimana peristiwa itu terjadi ?

c) TEMATIK adalah bagaimana harian JawaPos dan Kompas mengungkap

kasus Irjen Djoko Susilo bisa terjadi, siapa saja yang terlibat didalamnya,

dan juga mengenai kalimat dan hubungan antar kalimat yang membentuk

teks secara keseluruhan. Struktur TEMATIK terdiri atas :

1. Detail : Kontrol informasi yang ditampilkan JawaPos dan Kompas

mengenai kasus Irjen Djoko Susilo yang secara detail dan lengkap

merupakan penonjolan yang dilakukan secara sengaja agar terbentuk

citra pada masyarakat.

2. Maksud : Seputar pemberitaan kasus Irjen Djoko Susilo terhadap

issu yang beredar, yang dianggap menguntungkan akan diulas secara

detail, sedangkan yang tidak dianggap menguntungkan akan dibahas

secara tersamar.

3. Nominalisasi : Anggel berita pada surat kabar JawaPos dan Kompas terhadap suatu obyek sebagai sesuatu yang tunggal atau suatu

kelompok.

4. Koherensi : Jalinan antar kata, proposisi, atau kalimat dalam

(43)

5. Bentuk kalimat : Bagaimana kebenaran tata bahasa yang digunakan

oleh JawaPos dan Kompas dalam menulis berita dan bagaimana

pemaknaan dalam suatu berita terhadap kasus yang ditulis.

d) RETORIS adalah bagaimana surat kabar JawaPos dan Kompas

menekankan arti tertentu yang ingin ditonjolkan kedalam berita tentang

kasus Irjen Djoko Susilo.

Struktur Retoris terdiri atas:

1. Leksikon : pemilihan kata yang dipakai oleh harian JawaPos dan

Kompas menujukan bagaimana pemaknaan kedua media tersebut

dalam kaitanya dengan pemberitaan kasus Irjen Djoko Susilo.

2. Gaya : bagaimana pesan yang disampaikan harian JawaPos dan

Kompas diringkas dalam bahasa tertentu untuk menimbulkan efek

tertentu pada khalayak.

3. Grafis : Untuk memeriksa apa yang ditonjolkan (yang dianggap

penting) oleh surat kabar JawaPos dan Kompas dalam pemberitaanya

tentang kasus Irjen Djoko Susilo, seperti pemakaian huruf tebal, huruf

miring,pemakaian garis bawah, huruf dengan ukuran lebih besar,

termasuk didalamnya pemakaian caption, raster, dan tabel untuk mendukung arti penting suatu pesan.

4. Pengandaian : merupakan pernyataan tentang adanya

perumpamaan didalam penulisan berita dalam mengungkap tentang

suatu kasus dalam mendukung suatu teks. Hal ini juga dimaksudkan

(44)

5. Metafora : kiasan, ungkapan, peribahasa, dan petuah luhur yang

dipakai oleh media tersebut untuk memperkuat suatu pesan. Pada

unsur ini digunakan untuk melihat bagaimana surat kabar JawaPos dan

Kompas menggunakan tatabahasa metafora yang ingin diungkapkan

(45)

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Sur at Kabar J awa Pos

Surat kabar JawaPos pertama kali diterbitkan pada tanggal 1 Juli 1949

oleh perusahaan bernama PT. JawaPos Concern Ltd. Berlokasi di jaan Kembang

Jepun 166-169. Pendirinya seorang warga negara Indonesia keturunan, kelahiran

Bangka, bernama The Chung Shen (Soeseno Tedjo), sebagai perintis berdirinya

JawaPos, Soeseno Tedjo mulanya bekerja di kantor film Surabaya, Soeseno Tedjo

bertugas untuk menghubungi surat kabar agar pemuatan iklan filmnya lancar dan

dari situ, ia mengetahui bahwa memiliki surat kabar ternyata menguntungkan,

maka pada tanggal 1 Juli 1949 surat kabar dengan nama JawaPos didirikan.

Pada saat itu The Chung Shen dikenal sebagai raja Koran karena memiliki

tiga buah surat kabar yang diterbitkan dengan tiga bahasa berbeda.Surat kabar

yang berbahasa Indonesia bernama JawaPost,yang berbahasa Tionghoa bernama Huo Chiau Shin Wan sedangkan DE Vrije Pers adalah terbitan bahasa Belanda. Pada tahun 1962 harian Van Vrije Pers dilarang terbit berkenaan dengan peristiwa Trikora untuk merebut kembali Irian Jaya dari tangan Belanda, sebagai gantinya

diterbitkan surat kabar berbahasa Inggris dengan nama Indonesia Daily News,

pada tahun 1981 terpaksa berhenti karena minimnya iklan, sedangkan meletusnya

G 30 S/PKI pada tahun 1965 menyebabkan pelarangan terbit pada harian Huo

(46)

untuk terbit dengan oplah yang sangat minim dan memprihatinkan hanya 10.000

eksemplar.

Pada awal terbitnya JawaPos memiliki ciri utama terbit pada pagi hari

dengan menampilkan berita-berita umum. Terbitan JawaPos pertama kali dicetak

di percetakan Aqil di jalan Kiai Haji Mas Mansyur Surbaya dengan oplah 1000

eksemplar. Sejak 1 April 1954 JawaPos dicetak di percetakan De Virje Pers di jalan Kaliasin 52 Surabaya dan selanjutnya dari tahun ke tahun oplahnya

mengalami peningkatan. Tercatat pada tahun 1954-1957 dengan oplah sebesar

4000 eksemplar dan mulai tahn 1958-1964 oplhnya mencapai 10.000 eksemplar.

Karena perubahan ejaan pada tahun 1958 JawaPos berganti menjadi Djawa Pos

dan mulai tahun 1961 berubah menjadi JawaPos. Pada periode tahun 1971-1981

oplah tercatat pada 10.000 eksemplar, namunpada tahun 1982 terjadi penurunan

oplah ke 6.700 eksemplar dengan jumlah pendistribusian 2.000 ekemplar pada

kota Surabaya dan sisanya pada kota lain. Penurunan tersebut terjadi karena

sistem manajemen yang semakin kacau, tiadanya penerus yang mengelola usaha

tersebut serta kemajuan teknologi percetakan yang tidak terkejar. The Chung Shen

alias Soeseno Tedjo sebagai pemilik perusahaan menerima tawaran untuk menjual

mayoritas dari sahamnya pada PT. Grafiti Pers (penerbit Tempo) pada tanggal 1

April 1982, pada tanggal itu juga Dahlan Iskan ditujuk sebagai pimpinan utama

dan pimred oleh dirut PT. Grafiti pers, Eric Samola, SH untuk membenahi kondisi

PT. JawaPos Concern Ltd. Hanya dengan waktu dua tahun oplah JawaPos

(47)

menakjubkan dan menjadi surat kabar terbesar yang terbit di Surabaya, pada tahun

1999 oplahnya meningkat lagi menjadi 320.000 eksemplar.

Pada tanggal 29 Mei 1985 sesuai dengan akta Notaris Lim Shien Hwa, SH

No. 8 Pasal 4 menyatakan nama PT. JawaPos Concern Ltd. Diganti dengan nama

PT. JawaPos dan sesuai dengan surat Menpen NO.I/Per 1/Menpen/84 mengenai

SIUPP, khususnya pemilikan saham, maka 20 persen dari saham harus dimiliki

karyawan untuk menciptakan rasa saling memiliki.

Salah satu hal yang benar-benar membuat kelompok JawaPos menjadi

sebuah kelompok media yang sangat besar adalah adanya JPNN (Jawa Pos News Nettworking). JPNN ini dibentuk sebagai salah satu sarana untuk menampung berita dari seluruh daerah di Inndonesia dan untuk keperluan sumber berita

berbagai media cetak yang berada dalam satu naungan dengan kelompok

JawaPos, sehingga berita luar daerah tidak perlu mengerjakan layoutnya di Surabaya dan mengirimkanya ke JPNN, ketika media online sedang berkembang,

JawaPos juga tidak mau ketinggalan ikut berpartisipasi dengan

www.JawaPos.co.id .

JawaPos edisi Surabaya beredar di daerah kota Surabaya dan sekitarnya

(Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Gresik), terbit dengan empat seksi utama:

1. JawaPos (utama), berisi berita-berita utama, politik, ekonomi/bisnis, Jawa

Timur, nasional, internasional, dan rubrik-rubrik tematik lainnya.

2. Metropolis, berisi berita kota Surabaya dan sekitarnya (Sidoarjo dan

(48)

3. Olahraga, berisi berita-berita olahraga, terutama ulasan mengenai sepak

bola dan balap(Formula 1, MotoGP). Seksi ini juga berisikan iklan baris.

4. Deteksi, berisi berita tentang kehidupan remaja, mulai dari otomotif, stlye,

techno, hingga anime. Terdiri dari 3 halaman yang disisipkan pada bagian

metropolis. Hingga kini deteksi JawaPos aktif mengadakan event seperti

Deteksi Basketball League, dan mading Championship. Halaman ini kini

telah menjadi bacaan wajib bagi remaja di Surabaya. Seksi ini smua

crew-nya masi berstatus mahasiswa, mulai dari reporter, editor, hingga

fotografer.

4.1.2 Gambaran Umum Sur at Kabar Kompas

Harian Kompas adalah nama surat kabar Indonesia yang berkantor pusat di

Jakarta. Kompas adalah bagian dari kelompok Kompas Gramedia. Untuk

memudahkan akses bagi pembaca di seluruh dunia, Kompas juga menerbitkan

edisi daring bernama Kompas Cyber Media, berisi berita-berita yang diperbarui

secara aktual.

Kompas adalah satu-satunya koran di Indonesia yang di audit oleh Audit

Bureau of Circulations (ABC) .

Ide awal penerbitan harian ini datang dari Jenderal Ahmad Yani, yang

mengutarakan keinginanya kepada Frans Seda untuk menerbitkan surat kabar

yang berimbang, kredibel, dan independen, Frans kemudian mengemukakan

keinginan itu kepada dua teman baiknya, P.K. Ojong (1920-1980) dan Jakob

(49)

sebagai editor in-chief pertamanya. Awalnya harian ini diterbitkan dengan nama Bentara Rakyat, atas usul Presiden Sukarno, namanya diubah menjadi Komps,

sebagai media pencari fakta dari segala penjuru. Kompas mulai terbit pada tanggal

28 Juni 1965 berkantor di Jakarta Pusat dengan tiras 4.800 eksemplar. Sejak tahun

1969, Kompas merajai penjualan surat kabar secara nasional, pada tahun 2004

tiras harianya mencapai 530.000 eksemplar, khusus untuk edisi minggunya malah

mencapai 610.000 eksemplar, pembaca koran ini mencapai 2,25 juta orang di

seluruh Indonesia.

Seperti kebanyakan surat kabar yang lain, harian Kompas dibagi menjadi

tiga halaman bagian, yaitu bagian depan yang memuat berita nasional dan

internasional, bagian berisi berita bisnis dan keuangan,serta bagian berita

olahraga.

Proses perjalanan perkembangan Kompas Gramedia :

Kompas Gramedia sebagai salah satu perusahaan yang terkemuka di Indonesia

memiliki peristiwa-peristiwa penting yang menjadi tonggak perjalanan

perusahaan dari sejak berdiri sampai perkembanganya saat ini:

1963

Terbitnya majalah bulanan intisari pada tanggal 17 Agustus 1963 oleh Petrus

Kanisius (PK) Ojong dan Jakob Oetama (JO), bersama J. Adisubrata dan Irawati

SH. Majalah bulanan intisari bertujuan memberikan bacaan untuk membuka

cakrawala bagi masyarakat Indonesia. Pada saat itu, Intisari terbit dengan

(50)

halaman, majalah ini mendapat sambutan baik dari pembca dan mencapai oplah

11.000 eksemplar.

1965

Hampir 3 tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 28 Juni 1965, diterbitkan surat

kabar Kompas, yang berawal dari ide menerbitkan koran untuk melawan pers

komunis. Pada mulanya KOMPAS terbit sebagai surat kabar mingguan dengan 8

halaman, lalu terbit 4 kali seminggu, dan hanya dalam kurun waktu 2 tahun telah

berkembang menjadi surat kabar harian nasional dengan oplah mencapai 30.650

eksemplar.

1970

Melihat perkembangan usaha yang sangat baik dan dengan semangat membantu

meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembukaan lapangan kerja baru,

PK Ojong mulai melakkan diversifikasi usaha. Pada tanggal 2 Februari 1970

didirikan Toko Buku Gramedia untuk memperkuat penyebaran produk dan

menjual buku-buku yag berasal dari luar negeri, sebagai langkah awal, dibuka

sebuah toko kecil berukuran 25m2, di jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat.

1971

Pada awalnya harian KOMPAS di cetak di percetakan PT Keng Po. Seiring

perkembangan oplah yang semakin meningkat, dan agar dapat menjamin

KOMPAS dapat terbit pagi hari, dipandang perlu memiliki usaha perccetakan

sendiri. Pada tahun 1971 perusahaan mendirikan percetakan Gramedia di jalan

Palmerah Selatan, yang mulai beroperasi paa bulan Agustus 1972, dan diresmikan

(51)

saat itu. Dalam perkembanganya, pada tahun 1997 dibangunlah sistem cetak jarak

jauh ( remote printing) sebagai terobosan baru teknologi percetakan untuk

mempercepat distribusi koran harian KOMPAS di daerah, sistem cetak jarak jauh

yang pertama kali didirikan pada tahun 1997 di bawen, dan dilanjutkan dengan

kota-kota lainya seperti Makasar (Oktober 1998), Surabaya (November 1999),

Palembang ( Juni 2001), Medan (Juni 2003), Banjarmasin (Agustus 2002),

Bandung I (Februari 2006), Bandung II (Januari 2007), Bali (Maret 2009).

1972

Hampir bersamaan dengan mulai beroperasinya percetakan Gramedia, pada tahun

yang sama didirikan unit bisnis Radio Sonora, berkedudukan di jaan Gajah

Mada,Jakarta Pusat. Radio Sonora didiriikan oleh para pendiri Kompas Gramedia

untuk memberikan layanan informasi bagi masyarakat melalui media elektronik,

selain melalui media tertulis.

1973

Untuk mengisi kekosongan bacaan khusus anak-anak, diterbitkanlah majalah

anak-anak Bobo pada tanggal 14 April 1973. Sebelum majalah Bobo terbit, harian

KOMPAS menerbitkan sisipan halaman khusus untuk anak-anak, seirring dengan

respon yang positif dari pembaca terhadap sisipan halaman khusus anak-anak di

harian KOMPAS teersebut, perusahaan bekerja sama dengan penerbit majalah

Bobo di Belanda, untuk menerbitkan majalah Bobo di Indonesia. Pada awalnya,

majalah Bobo terdiri dari 16 halaman kertas koran, dengan oplah mencapai

50.000 eksemplar, dan menjadi majalah anak-anak pertama yang berwarna di

(52)

merambah ke segmen remaja, wanita, pria, otomotif, pengetahuan, teknologi dan

umum, yang semuanya tergabung dalam unit bisnis kelompok majalah.

1974

Pada tahun 1974 didirikan unit bisnis PT. Gramedia Pustaka Utama (GPU)

sebagai penerbit buku umum. Buku pertama yang diterbitkan adalah novel

Karmila karya Marga T, yang sebelumnya merupakan cerita bersambung di harian

KOMPAS. Produk penerbitan buku GPU mendapatkan respon yang positif di

masyarakat, maka usaha penerbitan buku merambah ke berbagai segmen, seperti

buku anak-anak,novel,buku resep makanan, buku nonfiksi seperti buku seri

manajemen, budaya, filsafat, sains, buku perguruan tinggi, dan lain sebagainya.

1975

Untuk menjawab kebutuhan masyarakat yang terus semakin berkembang

berkaitan dengan beragamnya jenis buku, pada 15 Januari 1975 didirikan unit

usaha khusus untuk menerbitkan buku-buku elektronik, buku komputer, yang

kemudian juga merambah ke buku-buku komik, yaitu PT. Elexmedia

Komputindo. Khusus untuk buku-buku ajar, khususnya untuk pendidikan dasar

dan menengah, pada 20 September 1990 didirikan penerbit PT. Gramedia

Widiasarana Indonesia (Grasindo), dan kemudian pada 1 Juni 1996 juga didirikan

Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), kemudian penerbit buku Kompas, yang

antara lain mendaur ulang tulisan-tulisan yang pernah dimuat di harian KOMPAS.

1976

Pada tahun 1976, Kompas Gramedia mendirikan unit bisnis PT. Gramedia Film.

(53)

film cerita, salah satu film cerita yang berprestasi adalah Suci Sang Pimadona

yang mendapat Piala Citra, penghargaan tertinggiperfilman Indonesia, hanya saja

Gramedia Film tidak bberumur panjang, karena kalah bersaing dengan produksi

film lainya yang lebih mengutamakan konten hiburan.

1981

Perusahaan juga melakukan diversifikasi usaha d luar core business dengan

membangununit bisnis perhotelan, yang dimulai dengan didirikanya PT.

Grahawita Santika (PT. GWS) pada tanggal 22 Agustus 1981. PT. GWS pertama

kali membeli Hotel Soeti di Jl. Sumatera, Bandung, yang kemudian di renovasi

dan diganti menjadi Hotel Santika Bandung hingga saat ini. Usaha di bidang

perhotelan berkembang sanga pesat dan Hotel Santika telah hadir di berbagai kota

besar di Indonsia. Kompas Gramedia kembali mengembangkan produk yang

dimilikinya dengan menerbitkan rubrik BOLA pada tanggal 3 Maret 1984 sbagai

sisipan harian KOMPAS setiap hari Jumat. Rubrik BOLA dicetak pertama kali

sebanyak 421.000 eksemplar sesuai dengan oplah KOMPAS pada saat itu, dan

mendapat respon yang sangat baik dari para pembaca dan pemasang iklan., atas

gagasan Jakob Oetama, selaku pemimpin redaksi KOMPAS pada waktu

itu,bahwa pada setiap rubrik KOMPAS yang digemari pembaca dapat

dikembangkan menjadi terbitan tersendiri, maka 4 tahun kemudian tepatnya pada

bulan April 1988, BOLA dil

Gambar

9. Leksikon Kata, idiom, gambar 10. Grafis atau foto, garfik
Gambar 1 : Bagan kerangka berpikir penelitian tentang kasus penyitaan harta Irjen Djoko Susilo oleh KPK

Referensi

Dokumen terkait

dilakukan pada waktu yang lain ( ditunda) maka akan lebih maksimal hasil. yang didapat (Ferrai,

Hasil yang didapatkan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan sistem CPS berbasis HTC maka dapat meminimalisir biaya dengan menggunakan kontroler hybrid dengan kerja sama

i) All financial transactions of Islamic MFB shall be in accordance with the injunctions of Shariah. ii) Every Islamic MFB shall be required to appoint a Shariah Advisor who

Untuk aplikasi di bagian admin kantor, aplikasi di bagian ini bisa mengisi data kapal dan data penyewa kapal, admin kantor juga dapat melihat laporan dokumen

Melakukan sindiran dengan memberikan pernyataan yang dianggap sebagai feedback untuk tim oposisi seperti, “dewan juri yang terhormat dan audience yang saya banggakan,

Selain hasil penelitian dari kuesioner juga dapat dilihat pada hasil penelitian Uji hipotesis menggunakan korelasi Kendall Tau menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000

bimbingan belajar dan lembaga bimbingan konseling psikologis, dianalisa dan disusun kemudian dibandingkan dengan teori yang telah dikemukakan sehingga diperoleh solusi

ÉLABORATION D’UN DICTIONNAIRE THÉMATIQUE ET ILLUSTRÉ POUR LES APPRENANTS DU FLE NIVEAU A2.. Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu TABLE