Lampiran 3 Catatan Penelitian
Peneliti : Yuedi Kumariyanto
Identitas Responden
Nama / Jenis Kelamin/Umur : Ch/Pr/50 th
Alamat : Ponorogo
Status : Menikah / 2 anak
Pekerjaan : Guru TK
Pekerjaan Suami : PNS
Tanggal Waktu Wawancara : Selasa 24 Nopember 2015 Pukul 11.00 – 13.00
Tempat : Kantor sekolah TK
Pertanyaan Peneliti Jawaban Informan/Inforwoman
1 Selamat Siang Bu Ch, senang rasanya bertemu ibu di Sini? Bagaimana kabarnya hari ini Bu ?
: Slamat siang juga bapak, hari ini saya baik-baik saja. (sambil tersenyum).
Mari silahkan masuk, silahkan duduk.
2 Iya bu, trimakasih. Maaf bu Ch, saya mau ngrepoti sebentar,
: Ngrepoti apa pak?
3 Begini lho bu, saya kan beberapa hari lalu sudah menghubungi ibu, bahwa saya hari ini ingin mendengar kisah ibu Ch, mengapa kembali menjadi Kristen.
: Oh, tentang kisah itu to pak, ceritanya panjang lho pak, soalnya kembalinya saya menjadi warga gereja, butuh waktu kurang lebih .. tujuh tahun.
4 Wah ini menarik, bagaimana bu ceritanya?
: Begini pak, awalnya saya pacaran dengan mas Dd, setelah SMA saya kuliah di Jakarta, tapi baru masuk tahun ke dua, mas Dd menysul saya ke Jakarta, mengajak saya menikah, dan Bapak ibu saya mendukung, sehingga saya pulang ke ponorogo berhenti kuliah untuk menikah dengan mas Dd., karena Mas Dd beragama Islam, saya pun sebelum menikah di KUA belajar sedikit tentang agama Islam, dengan menghafal dua kalimat sahadat. Ayah tidak keberatan saya menikah dengan cara agama Islam.
perasaan Bu Ch? teman-teman gereja, tapi bapak bilang gak apa-apa, yang penting dijalankan dengan sungguh-sungguh.
6 Lalu bagaimana praktek kehidupan keagamaan (Islam), bersama suami ibu saat itu?
: Ya, saat itu kami beberapa tahun kan masih tinggal di rumah orangtua saya, dan saya
menyaksikan mas Dd, kesehariannya tidak pernah sholad, juga tidak pernah sembahyang Jumatan.
7 Setelah ibu tahu, suami tidak pernah sholat, atau Jumatan, apa ibu tidak menanyakannya?
: Semula perkara tersebut tidak saya tanyakan, karena saya pikir mas Dd sungkan sama orangtua saya yang rajin ke gereja, jadi saya diam saja. Baru setelah kami dikaruniai anak pertama (Gl), dan kami sudah punya rumah tinggal sendiri. Saya memberanikan diri bertanya pada suami, mengapa dia tidak pernah sholat, atau Jumatan. Dan suami saya memberikan jawaban, baginya yang penting bukan sholatnya, tapi kelakuan yang baik, dan tidak menyakiti orang lain.
8 Lalu apa tanggapan ibu, setelah suami memberikan jawaban seperti itu?
: Ya saya agak kecewa.
9 Apa yang membuat ibu kecewa? : Saya kan telah rela masuk Islam, meninggalkan iaman Kristen, dengan harapan dapat bimbingan agama Islam dari suami, tetapi ternyata suami tidak bersedia membimbing saya, rasa kecewa itu saya simpan dalam hati, dan saya jadi Islam KTP, di sisi yang lain merasa bersalah telah keluar dari iman Kristen.
10 Apa suami tahu kalau bu Chr, memendam rasa kecewa?
: Saya rasa tidak tahu, soalnya saya berusaha menjadi istri yang baik bagi suami dan menantu yang baik bagi mertua. Bahkan saya merasa disayangi mertua, tiap bulan keluarga kami ditambahi uang belanja, bahkan dibantu bahan-bahan pokok, seperti sembako, sabun dan lain sebagainya. Pokonya jadi menantu yang beruntung, dan saya berusaha menyenangkan hati mertua, dengan cara sering mengunjungi mertua, apalagi kalau sedang repot, atau sakit, sudah pasti saya yang disuruh mendampingi.
11 Wah, enak ya jadi menantu kesayangan?
12 Oh ya bagaimana kisahnya ibu kembali menjadi Kristen?
: Ceritanya begini. Saaat itu saya mengalami sakit gatal-gatal yang luar biasa. Saya dan suami sudah berusaha berobat ke dokter, jamu tradisional, macam=macamlah, tapi sudah berbulan-bulan, bahkan lebih dari setahun tidak sembuh-sembuh, saat itulah saya mulai merenung dan bertanya-tanya pada diri sendiri. Mengapa ya sakit saya tak sembuh-sembuh? Di suatu malam saya berdoa sebisanya. Tuhan ampunilah dosa saya, kalau saya sembuh saya akan kembali ke gereja Tuhan.
Doa saya ternyata dijawab Tuhan, malam berdoa, kakak saya yang di Brebes datang ke Ponorogo, dan tahu saya sakit gatal, saya disuruh beli pil untuk gatal di took obat, dan saya langsung beli dan harganya murah, kemudian saya minum, dua hari setelah minum pil tersebut, sakit saya sembuh. Sejak sembuh itulah saya nekat kalau hari minggu saya ke gereja, di gereja saya terkejut ternyata anak saya yang sering bersama
eyangnya, berada di gereja bersama eyangnya, saya terharu. Apalagi beberapa minggu kemudian seorang ibu majelis (Bg) mendorong saya untuk menemui pendeta dan meminta pertobatan. Ringkasnya beberapa minggu kemudian saya mengikuti katekisasi pertobatan, selanjutnya dilayanai ibadah pertobatan, dan kembali menjadi warga gereja gkjw, pada saat itu dikonselingi oleh Pdt. Spj.
13 Apakah ibu beralih kembali ke agama Kristen, itu atas ijin suami?
: Tidak, suami semula keberatan, bahkan marah, reaksinya sering meninggalkan rumah tanpa sepengetahuan istri. Akibatnya hubungan kami saat itu kurang harmonis, padahal saat itu saya hami anak yang ke dua. Menyadari suami marah karena saya kembali ke Kristen, saya
memberanikan diri menantang suami untuk bercerai, tapi suami tidak merespon, bahkan ia mengatakan, sudahlah gak apa-apa kita beda agama.
14 Jadi suami ibu marah saat mengetahui ibu kembali ke Kristen?
keadaaan saya, bahkan kami pada akhirnya membuat kesepakatan tidak tertu;lis, tentang pembinaan agama anak diberi kebebasan, tapi anak-anak saya sekarang ikut saya semua, artinya mereka menganut agama Kristen, dan ayahnya menyadari bahwa ia tidak bisa membimbing dengan cara agama Islam.
15 Saya menghargai keputusan ibu kembali aktif sebagai warga gereja, tapi adakah keluarga, atau sahabat yang memengaruhi ibu untuk kembali ke agama Islam?
: Ya ada, bahkan teman-teman menyarankan saya agar tidak kembali ke Kristen, termasuk mertua mereka sering menanyakan mengapa saya kembali ke Kristen, tapi saya jawab bahwa
kembalinya saya ke Kristen bukan karena manusia tetapi karena Tuhan. Akhirnya mereka ya
memaklumi saja.
16 Menurut ibu siapa yang paling berpengaruh mengajak ibu untuk kembali menjadi warga gereja?
: Ya, banyak, bu Bg, teman-teman, gereja. Juga pak Pendeta yang memberikan katekisasi memberikan dorongan dan penguatan agar iman saya makin kuat.
17 Bagaimana perasaan ibu setelah kembali menjadi warga gereja?
: Saya merasa senang, merasa bebas tidak tertekan dengan perasaan saya sendiri, saya bersyukur walau banyak beban tapi saya merasa telah diselamatkan Tuhan.
18 Apa harapan ibu terhadap gereja? : Saya berharap gereja, dalam hal ini majelis senantiasa bersedia mendampingi warganya yang mengalami seperti saya ini. Kalaupun selama ini ada pelayanan untk warga seperti yang saya alami semoga terus ditingkatkan.
19 Apakah ketika masuk kembali ke agama Kristen, ibu lakukan dengan kemauan atau kesadaran sendiri?
: Ya, sudah tentu pak, artinya sudah saya
pertimbangkan masak-masak, dan atas kesadaran diri sendiri, bukan karena dipaksa orang lain, atau pihak gereja, tapi atas kesadaran sendiri, karena itu saya berani menanggung resiko.
21 Ya semoga semangat dan iman ibu dikuatkan oleh Tuhan., dan trimakasih atas semuanya ya bu? salam saya untuk pak Dd, (kemudian salaman, memohon pamit).
Amin,