• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendidikan karakter pada pembelajaran matematika di kelas X SMA Negeri 10 Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pendidikan karakter pada pembelajaran matematika di kelas X SMA Negeri 10 Yogyakarta."

Copied!
167
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Riyan Andika Jaya. 121414103. 2016. “Pendidikan Karakter Pada Pembelajaran Matematika Kelas X SMA Negeri 10 Yogyakarta.”

Tujuan pada penelitian ini adalah untuk: 1) Mengetahui bagaimana keterlaksanaan penanaman nilai-nilai karakter dalam pembelajaran matematika di kelas X SMA Negeri 10 Yogyakarta; 2) Mengetahui bagaimana pendidikan karakter diterapkan dalam pembelajaran matematika di kelas X SMA Negeri 10 Yogyakarta; 3) Mengetahui proses integrasi pendidikan karakter dengan pembelajaran Matematika kelas X SMA Negeri 10 Yogyakarta. Responden meliputi kepala sekolah, wakasek kurikulum, guru mata pelajaran Matematika, serta siswa kelas X.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, serta dokumentasi. Metode validasi data dengan validitas menggunakan triangulasi sumber.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penanaman nilai-nilai karakter dalam pembelajaran Matematika di Kelas X SMA Negeri 10 Yogyakarta terlaksana pada nilai-nilai 1) Religius, 2) Disiplin, 3) Tanggungjawab, 4) Teliti, 5) Kreatif, 6) Jujur, 7) Menghargai, 8) Rasa Ingin Tahu, dan 9) Percaya Diri. Pendidikan karakter dalam pembelajaran Matematika di Kelas X SMA Negeri 10 Yogyakarta diterapkan dengan mengintegrasikan konten kurikulum pendidikan karakter yang telah dirumuskan ke dalam pembelajaran khususnya dalam RPP. Integrasi pendidikan karakter di dalam proses pembelajaran Matematika di SMA Negeri 10 Yogyakarta dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.

(2)

ABSTRACT

Jaya, Riyan Andika. 121414103. 2016. “Character Education on Mathematics Learning Process at Ten Grade Student of SMAN 10 Yogyakarta.”

The aims of this research are for: 1) understanding the character values which are impleme ted on Mathematics learning process; 2) understanding how character education on Mathematics learning process is implemented; and 3) understanding the process of character education that is integrated with mathematics learning process at ten grade students of SMA N 10 Yogyakarta. The respondents of this research are consists of the school's principal, the school's chief principal, the mathematics teacher, and also the ten grade students.

This research is qualitative descriptive research. The methods of data collection are observation, interview, and documentation. The method of data validation is source triangulation.

The results shows that there are some character values which are implanted on mathematics lerning process at ten grade students of SMA N 10 Yogyakarta. There are 1) Religious, 2) Discipline, 3) Responsibility, 4) Careful, 5) Creative, 6) Honest, 7) Respect, 8) Curiousity, and 9) Confidence. Character education on mathematics learning process at ten grade students of SMA N 10 Yogyakarta is implemented by integrating the content of character education curriculum. It had been formulated on learning process especialy on RPP. ahe integration of character education on mathematics learning process at ten grade students of SMAN10 Yogyakarta is started from the planning process, implementation process, and evaluation of learning process.

(3)

i

PENDIDIKAN KARAKTER PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS X SMA NEGERI 10 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun Oleh : Nama : Riyan Andika Jaya

NIM : 121414103

PROGRAM STUDI MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

MOTTO & PERSEMBAHAN

“LAMUNE TEMEN BAKAL TINEMU”

Dengan penuh syukur, karya ini ku persembahkan kepada orang-orang terkasih yang selalu ada dan selalu menjadi semangat hidupku. Semoga karya ini menjadi

simbol bakti dan hormatku.

Tuhan Yesus Kristus. Ibu Valentina Erna Sumarni.

Bapak Agung Suryatmaja. Kakek Darmo Suwito.

Nenek Ngadikem. Claudia Adelina Prasetyo. Saudaraku dan Sahabatku.

(7)
(8)
(9)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan atas kasih-Nya yang besar, sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENDIDIKAN KARAKTER PADA

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS X SMA NEGERI 10

YOGYAKARTA”.

Skripsi ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Matematika. Penulis menyadari bahwa keberhasilan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penyusun mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Hongkie Julie, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika dan dosen pembimbing skripsi yang telah berkenan meluangkan waktu memberikan pengarahan dan dengan penuh sabar membimbing penulis menyusun skripsi.

2. Segenap Dosen dan Staf Sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Drs. Basuki, selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 10 Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian di SMA Negeri 10 Yogyakarta.

4. Ibu Dra. Siti Fatimah, selaku guru matematika yang telah membantu dan memberikan pengarahan kepada penulis dalam melaksanakan penelitian di SMA Negeri 10 Yogyakarta.

(10)

viii

6. Seluruh keluargaku, kedua orangtuaku Ibu Valentina Erna Sumarni dan Bapak Agung Suryatmaja, serta kakek nenekku Bapak Darmo Suwito dan Ibu Ngadikem, terima kasih atas doa, semangat, dukungan materiil dan dukungan moral yang telah diberikan selama ini.

7. Claudia Adelina Prasetyo, terimakasih telah memberikan doa, mendampingi dan memberikan semangat dalam penulisan skripsi.

8. Sahabatku Nico, Anton, Agyl, Isman Badak, Dika, Catur, Dica Dedis, serta teman-teman Kos Dero yang lain, serta teman-teman Pendidikan Matematika 2012, untuk segala bantuan, semangat, motivasi, dukungan, doa, fasilitas dan akomodasi yang telah diberikan selama ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dan mendukung penulis selama penyusunan skripsi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis senantiasa menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak yang berkepentingan.

(11)

ix ABSTRAK

Riyan Andika Jaya. 121414103. 2016. “Pendidikan Karakter Pada Pembelajaran Matematika Kelas X SMA Negeri 10 Yogyakarta.”

Tujuan pada penelitian ini adalah untuk: 1) Mengetahui bagaimana keterlaksanaan penanaman nilai-nilai karakter dalam pembelajaran matematika di kelas X SMA Negeri 10 Yogyakarta; 2) Mengetahui bagaimana pendidikan karakter diterapkan dalam pembelajaran matematika di kelas X SMA Negeri 10 Yogyakarta; 3) Mengetahui proses integrasi pendidikan karakter dengan pembelajaran Matematika kelas X SMA Negeri 10 Yogyakarta. Responden meliputi kepala sekolah, wakasek kurikulum, guru mata pelajaran Matematika, serta siswa kelas X.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, serta dokumentasi. Metode validasi data dengan validitas menggunakan triangulasi sumber.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penanaman nilai-nilai karakter dalam pembelajaran Matematika di Kelas X SMA Negeri 10 Yogyakarta terlaksana pada nilai-nilai 1) Religius, 2) Disiplin, 3) Tanggungjawab, 4) Teliti, 5) Kreatif, 6) Jujur, 7) Menghargai, 8) Rasa Ingin Tahu, dan 9) Percaya Diri. Pendidikan karakter dalam pembelajaran Matematika di Kelas X SMA Negeri 10 Yogyakarta diterapkan dengan mengintegrasikan konten kurikulum pendidikan karakter yang telah dirumuskan ke dalam pembelajaran khususnya dalam RPP. Integrasi pendidikan karakter di dalam proses pembelajaran Matematika di SMA Negeri 10 Yogyakarta dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.

(12)

x ABSTRACT

Jaya, Riyan Andika. 121414103. 2016. “Character Education on Mathematics Learning Process at Ten Grade Student of SMAN 10 Yogyakarta.”

The aims of this research are for: 1) understanding the character values which are impleme ted on Mathematics learning process; 2) understanding how character education on Mathematics learning process is implemented; and 3) understanding the process of character education that is integrated with mathematics learning process at ten grade students of SMA N 10 Yogyakarta. The respondents of this research are consists of the school's principal, the school's chief principal, the mathematics teacher, and also the ten grade students.

This research is qualitative descriptive research. The methods of data collection are observation, interview, and documentation. The method of data validation is source triangulation.

The results shows that there are some character values which are implanted on mathematics lerning process at ten grade students of SMA N 10 Yogyakarta. There are 1) Religious, 2) Discipline, 3) Responsibility, 4) Careful, 5) Creative, 6) Honest, 7) Respect, 8) Curiousity, and 9) Confidence. Character education on mathematics learning process at ten grade students of SMA N 10 Yogyakarta is implemented by integrating the content of character education curriculum. It had been formulated on learning process especialy on RPP. ahe integration of character education on mathematics learning process at ten grade students of SMAN10 Yogyakarta is started from the planning process, implementation process, and evaluation of learning process.

(13)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PESETUJUAN ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PENGESAHAN ...iError! Bookmark not defined. HALAMAN PERSEMBAHAN ... Error! Bookmark not defined.v LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... Error! Bookmark not defined.

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ... Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Batasan Istilah ... 10

BAB II ... 12

LANDASAN TEORI ... 12

A. Hakikat Karakter dan Pendidikan karakter ... 12

1. Definisi Pendidikan Karakter ... 12

(14)

3. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter ... 14

4. Prinsip-Prinsip Pendidikan Karakter ... 17

5. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter ... 19

6. Faktor yang Memengaruhi Keberhasilan Pendidikan Karakter ... 21

B. Konsep Pembelajaran ... 22

1. Pengertian Pembelajaran ... 22

2. Komponen Pembelajaran ... 23

C. Pembelajaran Matematika ... 26

1. Pengertian Pembelajaran Matematika ... 26

2. Proses Pembelajaran Matematika ... 27

D. Pendidikan Karakter Pada Proses Pembelajaran Matematika ... 31

1. Integrasi Nilai-nilai Pendidikan Karakter Pada Pembelajaran Matematika 31 2. Proses Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Matematika ... 33

E. Kerangka Berfikir ... 36

F. Hasil-hasil Penelitian Lain yang Relevan ... 38

BAB III ... 41

METODE PENELITIAN ... 41

A. Jenis Penelitian ... 41

B. Fokus Penelitian ... 41

C. Subjek Penelitian ... 42

D. Jenis dan Sumber Data ... 42

E. Teknik Pengumpulan Data ... 42

F. Instrumen Penelitian ... 43

(15)

H. Tekhnik Analisis Data ... 49

BAB IV ... 51

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51

A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 51

1. Keterlaksanaan Penanaman Nilai-Nilai Karakter Dalam Pembelajaran Matematika di Kelas X SMA Negeri 10 Yogyakarta ... 51

2. Penerapan Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Matematika di Kelas X SMA Negeri 10 Yogyakarta ... 57

3. Proses Integrasi Pendidikan Karakter Dengan Pembelajaran Matematika Kelas X SMA Negeri 10 Yogyakarta ... 61

B. Analisis Hasil Penelitian ... 69

1. Keterlaksanaan Penanaman Nilai-Nilai Karakter Dalam Pembelajaran Matematika di Kelas X SMA Negeri 10 Yogyakarta ... 69

2. Penerapan Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Matematika di Kelas X SMA Negeri 10 Yogyakarta ... 73

3. Proses Integrasi Pendidikan Karakter Dengan Pembelajaran Matematika Kelas X SMA Negeri 10 Yogyakarta ... 78

BAB V PENUTUP ... 96

A. Kesimpulan ... 96

B. Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 100

(16)
(17)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan karakter merupakan sebuah istilah yang semakin hari semakin mendapatkan pengakuan dari masyarakat Indonesia saat ini. Terlebih dengan dirasakannya berbagai ketimpangan hasil pendidikan dilihat dari perilaku lulusan pendidikan formal saat ini, semisal korupsi, perkembangan seks bebas di kalangan remaja, narkoba, tawuran, pembunuhan, dan perampokan oleh pelajar. Semuanya terasa lebih kuat ketika negara ini dilanda krisis dan tidak kunjung beranjak dari krisis yang dialami. Kepedulian terhadap pendidikan karakter telah dirumuskan pada fungsi dan tujuan pendidikan sebagai pembangunan berkelanjutan pada faktor pendidikan bangsa ini. Hal ini tersirat dalam bunyi Pasal 3 Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

(18)

harus mampu membentuk kepribadian bangsa melalui anak didik yang religius, berakhlak mulia, cendekia, mandiri, dan demokratis.

Penyelenggaraan pendidikan karakter bukanlah hal baru dalam sistem pendidikan nasional Indonesia. Pendidikan karakter telah menjadi program pendidikan nasional terutama dalam Kementrian Pendidikan Nasional Kabinet Indonesia Bersatu II dan kembali disuarakan oleh Menteri Pendidikan Anies Baswedan dalam Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kabinet Kerja.

Di sejumlah negara maju seperti Amerika Serikat, Kanada dan Inggris, pendidikan karakter seseungguhnya telah menjadi program kurikuler yang telah dipraktikkan dalam setiap lembaga pendidikan mulai tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Program pendidikan karakter telah menjadi kepedulian yang tinggi bagi masyarakat Amerika Serikat. Implementasinya ditangani oleh berbagai lembaga, beberapa diantaranya adalah Character Counts yang mewajibkan enam kebajikan yang harus diberikan kepada siswa, The School for Ethical Education (SEE), Character Education Partnership (CEP), Institut for Global Ethics (Samani & Hariyanto, 2013: 25). Lembaga tersebut memberikan pelatihan, lokakarya dan konferensi, serta penerbitan buku-buku dan jurnal-jurnal tentang pendidikan karakter.

(19)

pendidikan karakter secara psikologis mencakup dimensi moral knowing, moral feeling, dan moral acting” (Lickona, 1991: 21). Menurut Lickona, karakter mulia (good character) meliputi pengetahuan tentang kebaikan (moral knowing), lalu menimbulkan komitmen (niat) terhadap kebaikan (moral feeling), dan akhirnya benar-benar melakukan kebaikan (moral acting). Dengan kata lain, karakter mengacu kepada serangkaian pengetahuan (cognitives), sikap (attitudes), dan motivasi (motivations), serta perilaku (behaviors) dan keterampilan (skills). Secara praktis, pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai kebaikan kepada siswa di lingkungan sekolah dengan meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik dalam berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa (YME), sesama manusia, lingkungan, maupun nusa dan bangsa.

(20)

keteladanan, pembiasaan rutinitas, dan disiplin. Menurut Mendikbud, menumbuhkan karakter bukan melalui lisan melainkan perbuatan. Mendikbud mencontohkan, jika orang tua ingin anaknya mematuhi rambu lalu lintas, maka orang tua juga harus melakukannya dalam kehidupan sehari-haru dengan tidak melanggar peraturan selama di jalan raya. (www.kemdikbud.go.id, diakses tanggal 8/12/2015).

Pendidikan karakter yang secara sistematis diterapkan dalam pendidikan dasar dan menengah merupakan sebuah daya tawar berharga bagi seluruh komunitas. Para siswa mendapatkan keuntungan dengan memperoleh perilaku dan kebiasaan positif yang mampu meningkatkan rasa percaya dalam diri mereka, membuat hidup mereka lebih bahagia dan lebih produktif. Tugas-tugas guru menjadi lebih ringan dan lebih memberikan kepuasan ketika para siswa memiliki disiplin yang lebih besar di dalam kelas. Orang tua bergembira ketika anak-anak mereka belajar untuk menjadi lebih sopan, memiliki rasa hormat dan produktif. Para pengelola sekolah akan menyaksikan berbagai macam perbaikan dalam hal disiplin, kehadiran, pengenalan nilai-nilai moral bagi siswa maupun guru, demikian juga berkurangnya tindakan vandalisme di sekolah. (Koesoema, 2010: 116)

(21)

berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada tataran internalisasi dan pengamalan nyata dalam kehidupan siswa sehari-hari di masyarakat.

Agus Prabowo dan Pramono Sidi (2010) juga menekankan bahwa pembelajaran matematika tidak sekedar mengajarkan materi matematika, tetapi juga mendidik untuk membangun dan memahat karakter. Pembelajaran matematika dijadikan media dan wahana untuk pembentukan karakter, sehingga pembelajaran matematika tidak hanya untuk mendukung pengembangan ranah kognitif saja tetapi juga untuk mengembangkan ranah afektif dan psikomotor.

Matematika sebagai wahana pendidikan tidak hanya dapat digunakan untuk mencerdaskan siswa saja, tetapi juga mempunyai potensi untuk membentuk karakter siswa. Oleh banyak kalangan, pelajaran matematika diyakini memiliki nilai-nilai tertentu yang amat penting dalam membentuk dan mengembangkan karakter siswa. Namun sayang, dalam pelaksanaan pembelajaran matematika sehari-hari, sekolah lebih sibuk dengan aspek kognitif saja, sehingga aspek yang lebih mendasar, yaitu pembentukan dan pengembangan karakter siswa kurang tersentuh.

(22)

dalam pembentukan karakter siswa dapat benar-benar dirasakan dan diwujudkan.

Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi Mata Pelajaran Matematika menyatakan bahwa pembelajaran matematika SMA bertujuan agar para siswa SMA:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam memelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

(23)

masalah. Menurut Soedjadi “nilai-nilai yang terkandung dalam matematika

meliputi kesepakatan, kebebasan, konsisten dan kesemestaan” (Suyitno, 2004:23). Karakteristik mata pelajaran matematika dan nilai-nilai yang terkandung dalam matematika tersebut dapat ditumbuhkan pada proses pembelajaran dengan pemilihan metode dan materi yang tepat. “Ciri umum

matematika yaitu: (1) Objek matematika adalah abstrak; (2) Matematika menggunakan simbol-simbol yang kosong dari arti; (3) Berpikir matematika dilandasi aksioma; dan (4) Cara menalarnya adalah deduktif” (Hudojo dalam

Juhartutik, 2012: 18).

Atas dasar amanat pendidikan dan tujuan pendidikan nasional, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang studi kasus pendidikan karakter melalui proses pembelajaran matematika khususnya di SMA Negeri 10 Yogyakarta. SMA tersebut merupakan salah satu sekolah negeri di Yogyakarta yang sudah melaksanakan pendidikan karakter atau membangun karakter sekitar tiga tahun ini, seperti membangun budaya sekolah itu sendiri bahkan dalam sebagian mata pelajaran. Sudah lama ini sekolah tersebut menerapkan pendidikan karakter bahkan bukan hanya pada pembelajarannya tetapi juga budaya sekolah seperti menyanyikan lagu Indonesia Raya sebelum pelajaran dimulai dan lagu kebangsaan setelah selesai pelajaran.

Sehingga didasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik mengambil judul skripsi mengenai “PENDIDIKAN KARAKTER

(24)

B. Rumusan Masalah

Terdapat beberapa hal penting yang akan diungkap dalam skripsi ini terdiri dari Kajian Pengembangan pendidikan karakter, Pengembangan Pembelajaran Matematika, dan Kajian Pendidikan terintegrasi. Ketiganya dapat diposisikan sejajar dan memiliki keserasian, ataukah sama-sekali bertentangan. Melihat uraian dibagian pendahuluan, maka perlu dirumuskan sebuah masalah skripsi guna memberikan fokus kajian yang terarah, sebagai berikut:

1. Bagaimana keterlaksanaan penanaman nilai-nilai karakter dalam pembelajaran matematika di kelas X SMA Negeri 10 Yogyakarta?

2. Bagaimana pendidikan karakter diterapkan dalam pembelajaran matematika di kelas X SMA Negeri 10 Yogyakarta?

3. Bagaimanakah proses integrasi pendidikan karakter dengan pembelajaran Matematika kelas X SMA Negeri 10 Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui bagaimana keterlaksanaan penanaman nilai-nilai karakter dalam pembelajaran matematika di kelas X SMA Negeri 10 Yogyakarta. 2. Mengetahui bagaimana pendidikan karakter diterapkan dalam

pembelajaran matematika di kelas X SMA Negeri 10 Yogyakarta.

(25)

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, manfaat yang diharapkan adalah:

1. Manfaat teoritis

a. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan-masukan yang berharga untuk penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan

b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber bahan yang penting bagi para peneliti bidang pendidikan dan para pengembang kurikulum maupun para pakar teknologi pendidikan

c. Memberikan rekomendasi kepada para peneliti lain untuk melakukan penelitian sejenis secara lebih luas, intensif dan memudahkan

d. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber bahan yang penting bagi penelitian bidang pendidikan

2. Manfaat praktis

a. Bagi jajaran Dinas Pendidikan atau instansi terkait, hasil penelitian dapat bermanfaat sebagai bahan kajian untuk dasar menentukan kebijakan yang efektif untuk meningkatkan mutu pendidikan

b. Dengan hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi para guru di SMA N 10 Yogyakarta sebagai bahan untuk menentukan kebijakan dalam program pendidikan karakter

(26)

matematika di kelas dengan sikap percaya diri, disiplin serta penuh tanggung jawab

d. Bagi para guru, manfaat penelitian dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan dan bisa dijadikan bahan pertimbangan untuk melakukan pembenahan serta koreksi diri terhadap berbagai kekurangan dalam melakukan tugasnya secara professional

e. Bagi kepala sekolah bisa bermanfaat dalam membantu meningkatkan pembinaan dan supervisi kepada guru secara efektif dan efisien

f. Bagi peneliti diharapkan peneliti mengaplikasikan gagasan yang dimiliki sebagai proses pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pendidikan

E. Batasan Istilah

Agar tidak terjadi kesalahan dalam penafsiran terhadap istilah-istilah

dalam judul: “PENDIDIKAN KARAKTER PADA PROSES

PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS X SMA NEGERI 10

YOGYAKARTA” yang penulis ajukan, maka penulis memandang perlu

memberi penegasan arti dan batasan tentang arti dari isi penulisan tersebut:

1. Pendidikan Karakter

(27)

2. Pembelajaran

Pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan karena adanya usaha.

3. Pembelajaran Matematika

(28)

12 BAB II

LANDASAN TEORI A. Hakikat Karakter dan Pendidikan karakter

1. Definisi Pendidikan Karakter

Elkin dan Sweet (dalam Fathurrohman, Suryana, & Fenny, 2013), menjelaskan pendidikan karakter dimaknai sebagai, “Character education is the deliberate effort to help people understand, care about, and act upon core ethical values”. Pendidikan karakter adalah usaha yang sungguh-sungguh untuk membantu seseorang memahami, peduli, dan bertindak berdasarkan nilai-nilai etika inti.

Lickona (dalam Samani & Hariyanto, 2013) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai upaya yang sungguh-sungguh untuk membantu seseorang memahami, peduli, dan bertindak dengan landasan inti nilai-nilai etis. Secara sederhana, Lickona mendefinisikan pendidikan karakter sebagai upaya yang dirancang secara sengaja untuk memperbaiki karakter para siswa. Williams & Schnaps (dalam Wangid, 2010) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai “Any deliberate approach by

which school personnel, often in conjunction with parents and community members, help children and youth become caring, principle and responsible.” Maknanya kurang lebih pendidikan karakter merupakan

(29)

membantu anak-anak dan remaja agar menjadi atau memiliki sifat peduli, berpendirian, dan bertanggungjawab.

Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada seseorang (peserta didik) sehingga mampu memahami, mengembangkan, dan menginternalisasikan nilai-nilai karakter dalam diri di kehidupan sehari-hari.

2. Tujuan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter mempunyai tujuan penanaman nilai dalam diri siswa dan pembaruan tata kehidupan bersama yang lebih menghargai kebebasan individu. Selain itu meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai dengan standar kompetensi lulusan (Asmani, 2011: 42- 43).

(30)

Pendidikan karakter pada tingkatan institusi mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, serta masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut dimata masyarakat luas.

3. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Nilai-nilai karakter berdasarkan kajian nilai-nilai agama, norma-norma sosial, peraturan/hukum, etika akademis, dan prinsip-prinsip HAM, telah teridentifikasi butir-butir nilai yang dikelompokan menjadi lima nilai utama yaitu, nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, dan lingkungan, serta kebangsaan (Aqib dan Sujak (2011: 6-8).

Berikut ini adalah nilai-nilai karakter yang dapat ditanamkan dan dikembangkan kepada siswa (Permendiknas nomor 23 tahun 2006):

1. Religius, yaitu ketaatan dan kepatuahan dalam memahami dan melaksanakan ajaran agama yang dianut, termasuk dalam hal ini adalah sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dan berdampingan.

(31)

menjadikan orang yang bersangkutan sebagai pribadi yang dapat dipercaya.

3. Toleransi, yaitu sikap dan perilaku yang mencerminkan penghargaan terhadap perbedaan agama, aliran kepercayaan, suku, adat, bahasa, ras, etnis, pendapat, dan hal-hal lain yang berbeda dengan dirinya secara sadar dan terbuka, serta dapat hidup tenang di tengah perbedaan tersebut.

4. Disiplin, yaitu kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala bentuk peraturan atau tata tertib yang berlaku.

5. Kerja keras, yaitu perilaku yang menunjukkan upaya secara sungguh-sungguh dalam menyelesaikan berbagai tugas, permasalahan, pekerjaan, dan lain-lain dengan sebaik-baiknya.

6. Kreatif, yaitu sikap dan perilaku yang mencerminkan inovasi dalam berbagai segi dalam memecahkan masalah, sehingga selalu menemukan cara-cara baru, bahkan hasil-hasil baru yang lebih baik dari sebelumnya.

(32)

8. Demokratis, yaitu sikap dan cara berpikir yang mencerminkan persamaan hak dan kewajiban secara adil dan merata antara dirinya dengan orang lain.

9. Rasa ingin tahu, yaitu cara berpikir, sikap, dan perilaku yang mencerminkan penasaran dan keingintahuan terhadap segala hal yang dilihat, didengar, dan dipelajari secara lebih mendalam.

10. Semangat kebangsaan atau nasionalisme, yaitu sikap dan tindakan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau individu dan golongan.

11. Cinta tanah air, yaitu sikap dan perilaku yang mencerminkan rasa bangga, setia, peduli, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, budaya, ekomoni, politik, dan sebagainya, sehingga tidak mudah menerima tawaran bangsa lain yang dapat merugikan bangsa sendiri.

12. Menghargai prestasi, yaitu sikap terbuka terhadap prestasi orang lain dan mengakui kekurangan diri sendiri tanpa mengurangi semangat berprestasi yang lebih tinggi.

13. Komunikatif, senang bersahabat atau proaktif, yaitu sikap dan tindakan terbuka terhadap orang lain melalui komunikasi yang santun sehingga tercipta kerja sama secara kolaboratif dengan baik.

(33)

15. Gemar membaca, yaitu kebiasaan dengan tanpa paksaan untuk menyediakan waktu secara khusus guna membaca berbagai informasi, baik buku, jurnal, majalah, koran, dan sebagainya, sehingga menimbulkan kebijakan bagi dirinya.

16. Peduli lingkungan, yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar.

17. Peduli sosial, yaitu sikap dan perbuatan yang mencerminkan kepedulian terhadap orang lain maupun masyarakat yang membutuhkannya.

18. Tanggung jawab, yaitu sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan dengan diri sendiri, sosial, masyarakat, bangsa, negara, maupun agama.

4. Prinsip-Prinsip Pendidikan Karakter

Pendidikan karaker di sekolah akan berjalan dengan lancar jika setiap guru memahami prinsip pendidikan karakter yang sesungguhnya. Kemendiknas (2010) menyatakan bahwa pendidikan karakter harus didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter;

b. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan, dan perilaku;

(34)

d. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian;

e. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan perilaku yang baik;

f. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses;

g. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta didik; h. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang

berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama;

i. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter;

j. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter;

k. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta didik

(35)

karakter, serta dilakukan evaluasi secara berkelanjutan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pendidikan karakter pada satuan pendidikan. 5. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter

Keberhasilan program pendidikan karakter dapat diketahui terutama melalui pencapaian butir-butir standar kompetensi lulusan oleh peserta didik yang meliputi sebagai berikut (Permendiknas nomor 23 tahun 2006):

a. Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja;

b. Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri; c. Menunjukkan sikap percaya diri;

d. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas;

e. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional;

f. Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif;

g. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif; h. Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan

potensi yang dimilikinya;

i. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari;

j. Mendeskripsikan gejala alam dan sosial;

(36)

l. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam negara kesatuan Republik Indonesia;

m. Menghargai karya seni dan budaya nasional;

n. Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya; o. Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan

waktu luang dengan baik;

p. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun;

q. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat;

r. Menghargai adanya perbedaan pendapat;

s. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana;

t. Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana;

u. Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah; dan

v. Memiliki jiwa kewirausahaan.

(37)

untuk memberikan pertimbangan penilaian tentang perilaku yang dimiliki peserta didik.

6. Faktor yang Memengaruhi Keberhasilan Pendidikan Karakter

Zubaedi (2012), mengutarakan beberapa faktor yang memengaruhi keberhasilan pendidikan karakter, yaitu:

a. Insting (naluri)

Aneka corak refleksi sikap, tindakan, dan perbuatan manusia dimotivasi oleh potensi kehendak yang dimotori oleh naluri seseorang. b. Adat atau kebiasaan

Adat atau kebiasaan adalah tindakan yang dilakukan secara berulang- ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan, seperti: berpakaian, makan, tidur, berolahraga, dan lain sebagainya.

c. Keturunan

Secara langsung atau tidak langsung faktor keturunan sangat memengaruhi pembentukan karakter seseorang. Secara alami sifat dan karakter seseorang akan diturunkan orang tua melalui sel-sel yang ada dalam sperma ayah dan sel telur ibu.

d. Lingkungan

(38)

Keempat faktor tersebut harus berjalan beriringan dan saling berkaitan demi terbentuknya pendidikan karakter yang sesuai dengan tujuan pendidikan.

B. Konsep Pembelajaran

1. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda.

(39)

lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan.

Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang memelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya, motivasinya, latar belakang akademisnya, latar belakang ekonominya, dan lain sebagainya.kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran.

Dari penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan karena adanya usaha.

2. Komponen Pembelajaran

(40)

a. Tujuan

Tujuan yang secara eksplisit diupayakan pencapaiannya melalui kegiatan pembelajaran adalah “instructional effect” biasanya berupa

pengetahuan, dan keterampilan atau sikap yang dirumuskan secara eksplisit dalam teknik pembelajaran khusus.

b. Subjek belajar

Subjek belajar dalam sistem pembelajaran merupakan komponen utama karena peranannya sebagai subjek sekaligus objek. Sebagai subjek karena peserta didik adalah individu yang melakukan proses belajar mengajar. Sebagai objek karena kegiatan pembelajaran diharapkan dapat mencapai perubahan perilaku pada diri subjek belajar. Untuk itu dari pihak siswa diperlukan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Partisipasif aktif subyek belajar dalam proses pembelajaran antara lain dipengaruhi oleh kemampuan yang telah dimilikinya hubungan dengan materi yang akan dipelajari.

c. Materi pelajaran

(41)

d. Strategi pembelajaran

Strategi pembelajaran menjadi pola umum dalam mewujudkan proses pembelajaran yang diyakini efektivitasnya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam penerapan strategi pembelajaran guru perlu memilih model-model yang tepat, metode yang sesuai dan teknik-teknik mengajar yang menunjang pelaksanaan. Untuk menentukan strategi pembelajaran yang tepat seorang guru perlu mempertimbangkan akan tujuan, karakteristik siswa, materi pelajaran dan sebagainya agar strategi pembelajaran tersebut dapat berfungsi secara maksimal.

e. Media pembelajaran

(42)

f. Penunjang

Komponen penunjang yang dimaksud dalam system pembelajaran adalah fasilitas belajar, buku sumber, alat pelajaran, bahan pelajaran, dan semacamnya. Komponen penunjang berfungsi memperlancar, melengkapi dan mempermudah terjadinya proses pemebelajaran. Sehingga sebagai salah satu komponen pemeblajaran

g. Evaluasi

Evaluasi diartikan sebagai suatu proses yang sistematis untuk menentukan sejauh mana tujuan pengajaran dicapai oleh para siswa. Dalam pembelajaran, evaluasi merupakan salah satu komponen penting dan tahap yang harus ditempuh oleh guru untuk mengetahui keefektifan pembelajaran. guru perlu memperhatikan, memilih, dan memanfaatkanya.

C. Pembelajaran Matematika

1. Pengertian Pembelajaran Matematika

Menurut pendapat Rahayu (2007: 2) pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana memungkinkan seseorang melaksanakan kegiatan belajar matematika dan pembelajaran harus memberikan peluang kepada siswa untuk berusaha dan mencari pengalaman tentang matematika.

(43)

kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep itu terbangun kembali.

Pembelajaran matematika adalah suatu proses atau kegiatan guru mata pelajaran matematika dalam mengajarkan matematika kepada para siswanya yang terkandung upaya guru untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa tentang matematika yang amat beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa dalam memelajari matematika (Suyitno, 2004: 2).

Dari penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu proses pembelajaran yang membantu siswa untuk membangun konsep-konsep matematika dengan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep itu terbangun kembali

2. Proses Pembelajaran Matematika

Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh guru sebagai pendidik dan siswa sebagai anak didik dalam kegiatan pengajaran dengan menggunakan sarana dan fasilitas pendidikan yang ada untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum.

(44)

pula dengan proses pembelajaran matematika yang dilakukan oleh guru melalui tiga tahap tersebut yaitu seperti dibawah ini:

a. Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan merupakan proses pemikiran terencana sebagai dasar untuk melakukan kegiatan di masa mendatang. Perencanaan pembelajaran perlu dilakukan untuk mengoordinasikan komponen pembelajaran yang meliputi tujuan pembelajaran, bahan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, metode, media, sumber dan evaluasi.

Pada tahap persiapan atau perencanaan ini seorang guru harus mempunyai persiapan sebelum proses pembelajaran berlangsung agar proses pembelajaran yang dilaksanakan tersebut dapat berjalan secara efektif dan efisien dan dapat diberikan sesuai dengan waktu yang tersedia.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (1994: 80) bahwa agar proses pembelajaran yang dilakukan antara guru dan murid dapat berjalan secara efektif dan efisien seyogyanya guru memperhatikan hal-hal yaitu 1) Tujuan pengajaran; 2) Ruang lingkup dan urutan bahan yang diberikan; 3) Sarana dan fasilitas pendidikan yang dimiliki; 4) Jumlah anak didik yang akan mengikuti pengajaran; 5) Waktu jam pelajaran yang tersedia; dan 6) Sumber bahan penagajaran yang bisa digunakan dan sebagainya.

(45)

secara tertulis dalam perencanaan pembelajaran yang dimulai dengan merumuskan program tahunan, program semester, analisis materi pelajaran, pengembangan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, program remedial dan program pengayaan. Kemudian merumuskan bahan pelajaran yang akan diajarkan. Bahan pelajaran tersebut harus diatur agar memberi motivasi pada siswa untuk aktif dalam belajar. Setelah proses pembelajaran ditetapkan dan diurutkan secara sistematis sehingga memberi peluang adanya kegiatan belajar bersama atau perorangan.

Penggunaan alat bantu dan metode mengajar diusahakan dan dipilih oleh guru agar menumbuhkan semangat siswa. Perumusan perencanaan pembelajaran yang terakhir tentang penilaian yang terdiri dari sejumlah pertanyaan yang problematis, sehingga menuntut siswa untuk berpikir secara optimal dan jika perlu diberikan tugas-tugas yang harus dikerjakan di kelas atau di rumah.

b. Pelaksanaan Pembelajaran

(46)

Pada prinsipnya pelaksanaan pengajaran berpegang pada yang tertuang dalam perencanaan, namun situasi yang dihadapi guru dalam melaksanakan pengajaran mempunyai pengaruh besar terhadap situasi yang dihadapi. Di samping itu guru harus melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

Dalam pelaksanaan pembelajaran ada tiga tahapan yang harus dilakukan guru, yaitu tahap pra instruksional, tahap instruksional dan tahap evaluasi atau tindak lanjut. 1) Tahap Awal (Tahap pra instruksional) yaitu tahap yang ditempuh pada saat memulai sesuatu proses belajar mengajar; 2) Tahap Inti (Tahap instruksional), yaitu tahap penyampaian pelajaran atau tahap inti. Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan tugas bagi seorang guru dalam menyalurkan ilmu pengetahuan; dan 3) Tahap Akhir (Tahap evaluasi atau tindak lanjut) yaitu tahap yang bertujuan untuk mengatahui tingkat keberhasilan siswa pada tahap sebelumnya, yaitu pada tahap instruksional.

c. Tahap penilaian/evaluasi

Menurut Muhibbin Syah (2003: 141) bahwa evaluasi adalah penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program.

Dalam kegiatan evaluasi ini, yang harus dilaksanakan guru adalah sebagai berikut.

(47)

3) Mengalihkan proses-proses pembelajaran dengan menjelaskan atau memberi bahan materi pokok yang akan dibahas pada pada pelajaran berikutnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa proses pembelajaran matematika adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh guru yang terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dalam kegiatan pembelajaran matematika. D. Pendidikan Karakter Pada Proses Pembelajaran Matematika

1. Integrasi Nilai-nilai Pendidikan Karakter Pada Pembelajaran Matematika

Mengintegrasikan nilai-nilai karakter pada setiap mata pelajaran degan tujuan untuk menanamkan nilai-nilai pada peserta didik akan pentingnya pendidikan karakter, sehingga diharapkan setiap peserta didik mampu menginternalisasikan nilai-nilai itu ke dalam tingkah laku sehari-hari melalui proses pembelajaran, baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai dan menjadikannya perilaku.

(48)

seperti jujur, demokrasi, bertanggungjawab, mandiri, disiplin, kerja keras, kreatif, rasa ingin tau dan sebagainya. Menurut Zubaedi (2012: 296) pengintegrasian nilai-nilai pendidikan karakter dapat ditempuh dengan langkah-langkah berikut:

a. Mengkaji Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada Standar Isi (SI) untuk menentukan apakah nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang tercantum itu sudah tercakup di dalamnya;

b. Menggunakan nilai-nilai budaya dan karakter yang memperlihatkan keterkaitan antara SK dan KD dengan nilai dan indikator untuk menentukan nilai yang akan dikembangkan;

c. Mencantumkan nilai-nilai budaya dan karakter itu ke dalam silabus; d. Mencantumkan nilai-nilai yang sudah tertera dalam silabus ke dalam

RPP;

e. Mengembangkan proses pembelajaran peserta didik secara aktif yang memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan melakukan internalisasi nilai dan menunjukkannya dalam perilaku yang sesuai; f. Memberikan bantuan kepada peserta didik, baik yang mengalami

kesulitan untuk menginternalisasi nilai maupun untuk menunjukkannya dalam perilaku.

(49)

pembelajaran siswa yang aktif diharapkan berkembangnya nilai-nilai karakter seperti disiplin, tanggungjawab, rasa ingin tahu, kreatif dan lain-lain. Penanaman karakter ini dilakukan secara terus menerus sehingga diharapkan menjadi suatu kebiasaan.

2. Proses Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Matematika

Integrasi pendidikan karakter di dalam proses pembelajaran dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran. Di antara prinsip-prinsip yang dapat diadopsi dalam membuat perencanaan pembelajaran (merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian dalam silabus, RPP, dan bahan ajar), melaksanakan proses pembelajaran, dan evaluasi adalah prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) yang selama ini telah diperkenalkan kepada guru. Berikut diuraikan prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual dan pelaksanaan pembelajaran dengan integrasi pendidikan karakter pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. 1. Perencanaan Pembelajaran

(50)

pembelajaran yang bersifat memfasilitasi dikenalnya nilai-nilai, disadarinya pentingnya nilai-nilai, dan diinternalisasinya nilai-nilai.

2. Pelaksanaan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dari tahapan kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup, dipilih dan dilaksanakan agar peserta didik mempraktikkan nilai-nilai karakter yang ditargetkan. Kegiatan pendahuluan, berdasarkan Standar Proses, pada kegiatan pendahuluan, guru harus: 1) Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran; 2) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari; 3) Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; dan 4) Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.

(51)

didik memperoleh umpan balik atas kebenaran dan kelayakan dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh oleh siswa.

Kegiatan penutup, dalam kegiatan penutup, guru: 1) membuat rangkuman/simpulan pelajaran; 2) Melakukan penilaian; 3). Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran dan 4) Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

3. Evaluasi Pencapaian Belajar

Teknik-teknik penilaian yang dimaksud dengan bentuk-bentuk instrumen yang dapat dikembangkan oleh guru antara lain tes tertulis, teslisan, penilaian tugas,penilaian diri dan lain sebagainya. Di antara teknik-teknik penilaian tersebut, beberapa dapat digunakan untuk menilai pencapaian peserta didik baik dalam hal pencapaian akademik maupun kepribadian. Teknik-teknik tersebut terutama observasi (dengan lembar observasi/lembar pengamatan), penilaian diri (dengan lembar penilaian diri/kuesioner), dan penilaian antarteman (lembar penilaian antar teman).

(52)

E. Kerangka Berfikir

Pendidikan karakter merupakan usaha yang dilakukan guru untuk membantu siswa dalam menanamkan nilai-nilai karakter. Penanaman pendidikan karakter oleh guru dapat ditunjukkan dengan memberikan keteladanan yang mencerminkan nilai-nilai karakter yang ingin ditanamkan kepada siswa dalam proses pembelajaran. Nilai-nilai karakter yang dapat ditunjukkan oleh guru misalnya datang tepat waktu (disiplin waktu), bekerja keras, sopan, jujur dan lain sebagainya. Sedangkan nilai-nilai karakter siswa dapat dilihat dari berbagai kegiatan siswa misalnya ketika guru memerintahkan siswa mengerjakan soal, siswa terlihat bekerja keras untuk memecahkan soal tersebut. Ketika ada tugas pekerjaan rumah, jika siswa lupa mengerjakan atau mengalami kesulitan maka akan berkata jujur kepada guru.

(53)

Komponen raw input (masukan mentah) merupakan faktor yang memengaruhi proses pembelajaran dalam hal ini adalah siswa. Siswa dinilai memiliki kemampuan awal (entry behavior) baik berupa minat, motivasi dan kebiasaan. Learning teaching process merupakan cara berlangsungnya belajar dan segala hal yang memengaruhi proses pembelajaran. Selain raw input ada faktor lain yang menunjang yaitu instrumental input dan enviromental input. Instrumental input yaitu berupa sarana dan prasarana, media, metode mengajar, guru. Arikunto (2006) juga menambahkan materi/kurikulum ke

Raw Input

 Minat  Motivasi  Kebiasaan

Instrumental Input

Sarana (alat/ media) Metode mengajar Materi/ Kurikulum Guru

Enviromental Input

 Lingkungan sekolah

Output

(Hasil Belajar)  Nilai karakter

Learning Teaching Process

(54)

dalam instrumental input. Sedangkan enviromental input berupa faktor lingkungan yaitu lingkungan sekolah.

Ketiga komponen tersebut, diolah dalam proses pembelajaran dengan harapan akan menghasilkan output dengan kualifikasi tertentu yaitu hasil belajar siswa. Hasil belajar yang diharapkan dalam penelitian ini adalah adanya nilai-nilai karakter yang muncul setelah adanya penanaman karakter pada siswa dalam proses pembelajaran berlangsung. Nilai-nilai karakter yang diharapkan akan muncul pada proses kegiatan pembelajaran menurut Kemendiknas (2010: 9-10), diantaranya adalah religius, kejujuran, teloransi, disiplin, demokratis, teliti, kerja keras, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu dan tanggung jawab. Begitu pula dalam proses pembelajaran matematika di kelas X SMA N 10 Yogyakarta, diharapkan nilai-nilai pendidikan karakter tersebut akan dapat ditanamkan oleh guru dengan baik.

F. Hasil-hasil Penelitian Lain yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Drs. Sucipto (2013).

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan model pendidikan karakter di SMA Negeri 1 Sidoarjo dan mengetahui hasil dari pendidikan tersebut. Penelitian ini bersifat ex post facto, dengan menggunakan rancangan deskriptif kuantitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, angket, dan wawancara.

(55)

semua kegiatan di sekolah baik kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikuler. Model pendidikan tersebut mampu membangun karakter religius, jujur, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, menghargai prestasi, cinta damai, peduli sosial, dan tanggung jawab peserta didik dengan baik. Karakter yang ditanamkan di sekolah masih melekat kuat pada diri peserta didik sampai mereka menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi dan berada di tengah-tengah masyarakat. Pendidikan karakter ternyata juga mampu meningkatan prestasi belajar di bidang akademik. Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa ketaatan menjalankan ibadah berpengaruh terhadap kesabaran, sopan santun, kejujuran, kerajinan dan ketekunan, sikap pantang menyerah, kemandirian, serta tanggung jawab. Sikap dan perilaku jujur berpengaruh terhadap kuatnya komitmen seseorang. Sikap menghargai prestasi, mau mengakui dan menghargai keberhasilan orang lain berpengaruh pada kreativitas seseorang. Sikap dan perilaku sabar, sopan santun, dan menghargai orang lain yang berbeda agama berpengaruh terhadap karakter cinta damai dan kepedulian sosial

2. Penelitian yang dilakukan oleh Ma’unah (2014).

(56)
(57)

41 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2009: 4) yang dimaksud “penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menggunakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati”.

Adapun alasan penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif adalah karena dalam penelitian ini data yang dihasilkan berupa data deskriptif yang diperoleh dari data-data berupa tulisan, kata-kata dan dokumen yang berasal dari sumber atau informan yang diteliti dan dapat dipercaya. Penelitian ini melihat realitas sosial di lapangan mengenai Pendidikan Karakter Pada Proses Pembelajaran Matematika Kelas X SMA Negeri 10 Yogyakarta.

B. Fokus Penelitian

Fokus dalam penelitian ini adalah;

1. Bagaimana keterlaksanaan penanaman nilai-nilai karakter dalam pembelajaran matematika di kelas X SMA Negeri 10 Yogyakarta?

2. Bagaimana pendidikan karakter diterapkan dalam pembelajaran matematika di kelas X SMA Negeri 10 Yogyakarta?

(58)

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dari penelitian ini adalah SMA Negeri 10 Yogyakarta. Peneliti memilih SMA N 10 Yogyakarta sebagai tempat penelitian karena sekolah tersebut yang sedang melaksanakan pendidikan karakter sejak 4 tahun terakhir ini serta membangun karakter pada budaya sekolah. SMA N 10 Yogyakarta juga menerapkan pengintegrasian pendidikan karakter dalam proses pembelajaran termasuk pada mata pelajaran matematika.

D. Jenis dan Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah: 1. Sumber data primer

Sumber data yang diperoleh dari lapangan. Data ini diperoleh melalui wawancara dengan responden maupun informan. Informan pada penelitian ini adalah Kepala Sekolah, Guru Matematika dan Siswa Kelas X di SMA Negeri 10 Yogyakarta.

2. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data dari buku yang terkait dan dokumen-dokumen dari sekolah yang berupa RPP dan Silabus.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut 1. Wawancara (interview)

(59)

menyampaikan informasi yang diperlukan kepada peneliti. Wawancara pada penelitian ini dilakukan kepada Kepala Sekolah, Guru Matematika dan Siswa kelas X SMA N 10 Yogyakarta.

2. Pengamatan (Observasi)

Dalam penelitian ini, peneliti hanya sebagai pengamat biasa yang melakukan observasi atau pengamatan terhadap proses pembelajaran di kelas X dan kondisi lingkungan sekolah SMA Negeri 10 Yogyakarta. 3. Dokumentasi

[image:59.595.85.513.184.626.2]

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa buku-buku kumpulan silabus, dokumen RPP, serta sumber lain berupa tabel nilai-nilai karakter yang ada di setiap kelas di SMA N 10 Yogyakarta guna untuk memperoleh informasi tentang pendidikan karakter.

F. Instrumen Penelitian

Berdasarkan teknik pengumpulan data, instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah pedoman wawancara, pedoman observasi, dan pedoman dokumentasi.

1. Pedoman Wawancara

(60)

a. Menganalisis setiap variabel yang hendak diteliti kemudian mengembangkannya menjadi indikator-indikator.

b. Menyusun kisi-kisi instrumen sebagai pedoman dalam merumuskan item instrumen. Kisi-kisi tersebut mencakup ruang lingkup materi variabel penelitian, jenis-jenis pertanyaan, serta banyaknya pertanyaan. Dalam kisi-kisi dimuat indikator dari setiap variabel yaitu tentang latar belakang, tujuan, persiapan, pelaksanaan, serta evaluasi pendidikan karakter.

c. Menyusun item pertanyaan berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat. Peneliti membuat lebih dari jumlah pertanyaan yang ditetapakan, atau pertanyaan cadangan. Setiap item pertanyaan yang telah dibuat, jawaban atau gambaran yang diinginkan dari pertanyaan tersebut juga dibuat oleh peneliti.

[image:60.595.86.521.243.752.2]

d. Melakukan validasi expert. Dalam hal ini peneliti berkonsultasi guna perbaikan isi dan pembahasan, menghilangkan instrumen yang tidak sesuai atau diganti dengan instrumen yang baru.

Tabel 3.1 Kisi Kisi Pedoman Wawancara

No Informan Indikator

1 Kepala Sekolah 1. Latar belakang pelaksanaan pendidikan karakter.

2. Tujuan pelaksanaan pendidikan karakter. 3. Persiapan sekolah dalam melaksanakan

pendidikan karakter.

(61)

5. Evaluasi pendidikan karakter dalam proses pembelajaran.

2 Guru Matematika 1. Pengetahuan guru terhadap pendidikan karakter.

2. Tujuan pelaksanaan pendidikan karakter. 3. Persiapan sekolah dalam melaksanakan

pendidikan karakter.

4. Sarana dan prasarana dalam proses pembelajaran dengan menerapkan pendidikan karakter.

5. Kondisi pembelajaran dalam kelas.

6. Evaluasi pendidikan karakter dalam proses pembelajaran matematika

3 Siswa 1. Pengetahuan siswa terhadap pendidikan karakter.

2. Kondisi pembelajaran dalam kelas.

3. Pelaksanaan pembelajaran yang menerapkan pendidikan karakter.

4. Kendala proses pembelajaran yang menerapkan pendidikan karakter.

2. Pedoman Observasi

(62)

a. Menganalisis setiap variabel yang hendak diteliti kemudian mengembangkannya menjadi indikator-indikator.

b. Menyusun item pengamatan berdasarkan indikator. Setiap item pengamatan diberikan disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran di dalam RPP guru yang bersangkutan.

[image:62.595.87.518.202.755.2]

c. Melakukan validasi expert. Dalam hal ini peneliti berkonsultasi guna perbaikan isi dan pembahasan, menghilangkan instrumen yang tidak sesuai atau diganti dengan instrumen yang baru.

Tabel 3.2 Kisi Kisi Pedoman Observasi

No

Kegiatan Nilai

Karakter

Guru Siswa

1 Guru memberikan salam kepada siswa dan perkenalan.

2 Guru mengajak siswa untuk berdoa dengan dipimpin ketua kelas.

3 Guru mempersilakan siswa untuk mempersiapkan diri dalam pembelajaran.

4 Guru mengingatkan siswa tentang materi yang sebelumnya telah diajarkan.

5 Guru bersama siswa menghitung jarak titik dan bidang pada bangun ruang.

(63)

berkelompok.

7 Guru mengajak siswa bersama– sama membahas soal latihan yang sudah dikerjakan.

8 Guru menanyakan kepada siswa apakah ada yang masih belum paham.

9 Guru menanggapi pertanyaan siswa dengan baik.

10 Guru mengajak siswa merangkum bersama–sama tentang materi yang telah di pelajari.

11 Guru mengingatkan siswa untuk belajar mempersiapkan materi pertemuan selanjutnya.

12 Guru mengajak siswa untuk

berdoa mengakhiri

pembelajaran.

3. Pedoman Dokumentasi

Dokumen yang dianalisis dalam penelitian ini adalah silabus, RPP, dan dokumen pendukung lainnya yang digunakan subjek dalam proses pembelajaran khususnya yang terkait dengan pendidikan karakter. Langkah-langkah yang ditempuh peneliti dalam menyusun instrumen penelitian adalah sebagai berikut:

(64)

b. Menyusun sasaran dokumentasi yang akan digunakan sebagai acuan dokumentasi.

[image:64.595.94.512.233.622.2]

c. Melakukan validasi expert. Dalam hal ini peneliti berkonsultasi guna perbaikan isi dan pembahasan, menghilangkan instrumen yang tidak sesuai atau diganti dengan instrumen yang baru.

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Pedoman Dokumentasi

No Indikator Sasaran

1 Profil Sekolah Dokumen Profil Sekolah

2 Sarana dan Prasarana Sekolah Dokumen Profil Sekolah

3 Pelaksanaan Pembelajaran Silabus, RPP

4 Perencanaan Pendidikan Karakter RPP

5 Pelaksanaan Pendidikan Karakter RPP

6 Evaluasi Pendidikan Karakter RPP

G. Keabsahan Data

Untuk mengabsahkan data diperlukan teknik pemeriksaan data. Teknik keabsahan data atau biasa disebut validitas data didasarkan pada ”empat kriteria yaitu kepercayaan, keterlatihan, ketergantungan, dan kepastian” (Moleong,

2004 : 324). Teknik yang digunakan untuk menetapkan keabsahan data dalam penelitian dilapangan salah satunya adalah teknik triangulasi. Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2004: 330).

(65)

pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.

Teknik triangulasi yang digunakan oleh peneliti adalah teknik triangulasi sumber. Proses triangulasi sumber yang dilakukan peneliti adalah melalui 3 sumber data yaitu data hasil wawancara, data hasil observasi dan data hasil dokumentasi. Langkah pertama adalah membandingkan hasil wawancara dari kepala sekolah, guru dan siswa dengan hasil pengamatan di lingkungan SMA Negeri 10 Yogyakarta serta pengamatan di dalam kelas ketika pembelajaran Matematika. Langkah ke dua adalah membandingkan hasil wawancara antara informan satu dengan informan lain misalnya informasi dari guru peneliti bandingkan dengan keterangan dari kepala sekolah dan siswa. Langkah ketiga adalah membandingkan data hasil wawancara dengan isi dokumen yang dimiliki oleh SMA Negeri 10 Yogyakarta misalnya keterangan dari guru bahwa nilai-nilai karakter di sisipkan dalam RPP dan silabus maka peneliti melihat dokumen (RPP dan Silabus) untuk menguji kebenaran tersebut.

H. Tekhnik Analisis Data

Proses analisis data dimulai dengan menelaah semua yang tersedia dari berbagai sumber yaitu wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan sebagainya” (Moleong, 1990: 190). Setelah data sudah terkumpul cukup

(66)

kesimpulan akhir dapat dilakukan berdasarkan data tersebut. Pengolahan data dilakukan dalam empat tahap yaitu:

1. Pengumpulan Data

Peneliti mencatat semua data wawancara dan observasi secara objektif dan apa adanya sesuai dengan yang terjadi di lapangan berdasarkan instrumen yang telah disusun sebelumnya serta perkembangannya menyesuaikan dengan kebutuhan penelitian.

2. Reduksi Data

Peneliti merangkum hasil observasi dan wawancara berdasarkan indikator yang telah disusun sebelumnya. Hasil rangkuman tersebut kemudian dideskripsikan kembali dengan dipandu rumusan masalah yang hendak dijawab. Data yang tidak sesuai dan tidak berpengaruh terhadap hasil penelitian akan dihilangkan.

3. Penyajian Data

Peneliti menyajikan data dalam bentuk deskripsi lengkap berdasarkan data yang telah direduksi. Peneliti menyajikan data dengan 3 bagian sesuai dengan rumusan masalah yang akan dijawab. Analisis dari 3 bagian tersebut disajikan selanjutnya dengan kesimpulan pada setiap bagiannya. 4. Pengambilan Keputusan atau Verifikasi

(67)

51 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian

Deskripsi data hasil wawancara dalam penelitian ini adalah sumber data primer yang akan dianalisis. Pemilihan informan sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah berdasarkan pada asas subyek yang menguasai permasalahan, memiliki data, dan bersedia memberikan imformasi lengkap dan akurat. Informan yang bertindak sebagai sumber data dan informasi harus memenuhi syarat, yang akan menjadi informan narasumber (key informan) dalam penelitian ini adalah Guru Matematika kelas X sebagai informan utama, Kepala Sekolah, dan 4 siswa kelas X sebagai informan pendukung yang dipilih 2 laki-laki dan 2 perempuan dengan jenjang prestasi berbeda. Berdasarkan hasil penelitian dari lapangan atau informan, maka berikut ini ada data temuan di lapangan yang diperoleh dari wawancara dan observasi.

1. Keterlaksanaan Penanaman Nilai-Nilai Karakter Dalam Pembelajaran Matematika di Kelas X SMA Negeri 10 Yogyakarta

(68)

Nilai karakter yang menjadi pedoman SMA Negeri 10 Yogyakarta untuk mendidik siswa agar menjadi insan yang mulia dipaparkan oleh kepala sekolah sebagai berikut:

“Salah satu indikator untuk menuju kepada tercapainya visi SMA N

10 Yogyakarta adalah memiliki karakter yang baik. Nah, karakter apa sajakah yang ingin dicapai oleh SMA N 10 Yogyakarta atau karakter apa saja yang harus dimiliki oleh siswa SMA N 10 Yogyakarta yang pertama adalah yang berkaitan dengan religius, yang kedua adalah jujur, yang ketiga toleran, yang keempat disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menggapai prestasi, bersahabat atau komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.” (Kepala

Sekolah, Lampiran 6: 1)

Nilai karakter tersebut di atas adalah nilai karakter yang ingin dicapai sekolah secara komprehensif oleh semua mata pelajaran. Secara khusus untuk matematika kelas X nilai karakter yang ditanamkan oleh guru adalah sebagai berikut:

“Dalam Matematika ya menurut saya selama ini ma

Gambar

tabel nilai-nilai karakter yang ada di setiap kelas di SMA N 10 Yogyakarta
Tabel 3.1 Kisi Kisi Pedoman Wawancara
Tabel 3.2 Kisi Kisi Pedoman Observasi
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Pedoman Dokumentasi
+3

Referensi

Dokumen terkait

pembelajaran matematika berbasis kurikulum 2013 pada siswa kelas X. SMA Negeri

Arsana (2013) Penanaman nilai nasionalisme dan patriotisme untuk mewujudkan pendidikan karakter pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan siswa kelas X SMA Negeri

Penelitian ini bertujuan untuk (1) memaparkan penanaman dan pengembangan nilai-nilai pendidikan karakter bangsa pada perencanaan pembelajaran matematika, (2)

Penelitian tersebut memberikan tiga kesimpulan yaitu: 1) Penanaman dan pengembangan nilai-nilai pendidikan karakter bangsa pada perencanaan matematika dapat dilihat pada

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Karakter pada Proses Pembelajaran PKn Kelas X SMA (Studi Kasus Di SMA Muhammadiyah 4 Kartasura Tahun

Judul : Pengembangan model pembelajaran matematika dalam penanaman karakter siswa SMA Negeri 6 Surakarta. Dengan ini kami menilai tesis tersebut dapat disetujui pada

pendidikan nilai-nilai disiplin, kreatif, berpikir kritis, rasa ingin tahu, dan teliti dalam.. pembelajaran matematika kelas X Ilmu Alam SMA Negeri 1 Surakarta,

Kegiatan pembiasaan dalam penanaman nilai karakter kearifan lokal di SMA Muhammadiyah Kasongan beragam, bisa di dalam kelas maupun di luar kelas, seperti yang dijelaskan