• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) DAN MARKET VALUE ADDED (MVA) TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2017-2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) DAN MARKET VALUE ADDED (MVA) TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2017-2019"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal EMAS

E-ISSN : 2774-3020

PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) DAN MARKET VALUE ADDED (MVA) TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2017-2019

Arma Aprillia1, I Wayan Sukadana2, I Wayan Suarjana3

1,2,3Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mahasaraswati Denpasar Email: armaaprillia.sm@gmail.com

ABSTRAK

Posisi dan kinerja perusahaan sangat penting artinya bagi perusahaan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan serta menjadi sumber informasi bagi calon investor mengenai kondisi keuangan perusahaan dengan kaitannya terhadap harga saham yang akan dibeli oleh calon investor. Kinerja keuangan suatu perusahaan dapat dinilai dengan menggunakan beberapa alat analisis keuangan, salah satunya yaitu laporan keuangan dengan menggunakan metode Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) terhadap harga saham.

Penelitian ini dilakukan pada seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2017-2019 dengan jumlah sampel sebanyak 57 perusahaan sub sektor makanan dan minuman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan dari nilai Economic Value Added (EVA) tidak berpengaruh terhadap harga saham sedangkan perubahan nilai Market Value Added (MVA) memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham.

Kata Kunci: Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), Harga Saham ABSTRACT

Position and performance of the company is very important for the company to know the company's strengths and weaknesses as well as a source of information for potential investors regarding the company's financial condition in relation to the stock price to be purchased by potential investors . The financial performance of a company can be assessed using several financial analysis tools, one of which is financial statements using themethods Economic Value Added (EVA) and Market Value Added (MVA). This study aims to analyze the effect of Economic Value Added (EVA) and Market Value Added (MVA) on stock prices. This research was conducted on all manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange for the period 2017-2019 with a total sample of 57 companies in the food and beverage sub-sector. The results showed that changes in the value of Economic Value Added (EVA) had no effect on stock prices, while changes in the value of Market Value Added (MVA) had a negative and significant effect on stock prices.

Keywords: Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), Stock Price

(2)

Jurnal EMAS

E-ISSN : 2774-3020 I. PENDAHULUAN

Pandemi COVID-19 saat ini telah menyebabkan kemerosotan berbagai sektor di dunia, tidak terkecuali pasar modal sehingga memengaruhi investor maupun calon investor dalam membuat keputusan investasi. Meski pemerintah menerapkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang berdampak pada pemasukan masyarakat, fenomena yang terjadi di lapangan justru masyarakat tak kehilangan ide salah satunya mencoba mengikuti trend investasi akibat dari semakin marak iklan terkait investasi selama PSBB diberlakukan yang menawarkan masyarakat untuk mendapatkan return yang baik dari penanaman modal atau saham meski kondisi perekonomian mereka sedang menurun, hal ini diperkuat data yang dipublikasikan oleh Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (KSEI) menampilkan grafik jumlah investor pasar modal yang justru semakin meningkat pada masa pandemi.

Sumber: www.ksei.co.id, 2021

Data tersebut dapat menunjukkan tingkat kepercayaan masyarakat untuk berinvestasi masih tinggi meskipun pandemi tengah melanda Indonesia, ini berarti para investor tetap mendapatkan hasil menjanjikan

(keuntungan) dalam berinvestasi saham apabila setiap keputusan investasi dilakukan dengan perhitungan yang matang terutama pada masa pandemi ini.

Pasar modal memiliki peranan penting dalam membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi, emiten memperoleh dana untuk melakukan kegiatan perekonomian dengan cara jual beli saham. Pasar modal juga dapat digunakan para investor untuk melakukan diversifikasi investasi, membentuk portofolio sesuai dengan resiko yang bersedia mereka tanggung dan tingkat keuntungan yang diharapkan. Sebelum mengambil keputusan investasi, investor memerlukan transparansi dan kondisi keuangan yang baik untuk mengadakan penilaian terhadap kinerja keuangan perusahaan melalui laporan keuangan, dengan tujuan memaksimumkan tingkat kemakmuran pemilik perusahaan atau pemegang saham, menentukan besarnya balas jasa, menentukan harga saham, serta menilai kinerja perusahaan untuk memprediksi keadaan perusahaan di masa yang akan datang bagi para pemegang saham maupun calon pemegang saham. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi posisi keuangan, kinerja keuangan, dan laporan arus kas suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi (Ikatan Akuntan Indonesia, 2009:3). Kondisi keuangan menjadi cerminan bagaimana kondisi perusahaan di masa datang apakah memiliki kesempatan untuk berkembang atau mengalami kerugian akibat dari ketatnya persaingan.

Kinerja keuangan suatu perusahaan dapat dinilai dengan menggunakan beberapa alat analisis keuangan, salah satunya yaitu

(3)

Jurnal EMAS

E-ISSN : 2774-3020 laporan keuangan dengan menggunakan

pendekatan rasio keuangan misalnya rasio profitabilitas, rasio likuiditas, rasio leverage dan lain-lain. Namun, pengukuran dengan menggunakan analisis rasio keuangan memiliki beberapa kelemahan, yaitu tidak memperhatikan biaya-biaya modal dalam perhitungannya. Perhitungan dengan rasio keuangan ini hanya melihat hasil akhir (laba perusahaan) tanpa memperhatikan risiko yang kemungkinan akan dihadapi perusahaan (Triatmojo, 2011). Kelemahan lain dari menggunakan analisis rasio keuangan: (1) rasio keuangan tidak disesuaikan dengan perubahan tingkat harga. (2) rasio keuangan sulit digunakan sebagai pembanding antara perusahaan sejenis, jika terdapat perbedaan metode akuntansinya. (3) rasio keuangan hanya menggambarkan keadaan sesaat, yaitu pada tanggal laporan keuangan dan periode pelaporan keuangan (Munawir, 2002: 110).

Seiring berkembangnya pemikiran- pemikiran untuk mengatasi hal tersebut, maka terciptalah suatu pendekatan atau metode baru untuk mengukur kinerja oprasional suatu perusahaan yang memperhatikan kepentingan dan harapan penyedia dana (kreditor dan pemegang saham), yang disebut dengan teknik pengukuran Economi Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA).

Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) diperkenalkan oleh Stern Stewart & Co, sebuah perusahaan di Amerika.

Economic Value Added (EVA) adalah perbedaan antara laba operasi setelah pajak dengan biaya modalnya. Economic Value Added (EVA) digunakan untuk mengukur kekayaan dari pemegang saham dalam periode tertentu. Pengukuran Economic Value Added (EVA) bertujuan untuk mengetahui

efisiensi perusahaan dalam menggunakan modalnya dalam menciptakan nilai tambah ekonomis. Economic Value Added (EVA) yang bernilai positif disebabkan karena tingkat return melebihi dari biaya modal perusahaan, oleh karena itu perusahaan memperoleh keuntungan dan membagikan laba sebagai deviden kepada investor.

Sehingga jika semakin tinggi laba perusahaan, maka akan semakin tinggi deviden yang akan diperoleh investor dan semakin tinggi capital gain dan deviden, maka harga saham akan semakin tinggi.

Selain metode Economic Value Added (EVA), dalam melakukan penilaian terhadap kinerja perusahaan dapat juga menggunakan Market Value Added (MVA) untuk mengukur kinerja perusahaan. Market Value Added (MVA) merupakan perbedaan antara nilai modal yang ditanamkan di perusahaan sepanjang waktu dari investasi modal, pinjaman, laba ditahan, dan uang yang bisa diambil sekarang atau sama dengan selisih antara nilai buku dengan nilai pasar perusahaan (Rahayu, 2007). Kemakmuran pemegang saham dengan memaksimalkan kenaikan nilai pasar melalui modal yang disetor kepada pemegang saham, kenaikan disebut Market Value Added (MVA). Market Value Added (MVA) merupakan hasil keseluruhan dari kinerja perusahaan yang dihasilkan melalui investasi yang telah dilakukan dan akan dilakukan. Peningkatan Market Value Added (MVA) menjadi keberhasilan bagi perusahaan dalam memaksimalkan harta pemegang saham dengan mengalokasikan sumber daya yang ada dengan tepat.

Harga saham adalah harga sebuah saham yang terjadi pada pasar bursa pada saat

(4)

Jurnal EMAS

E-ISSN : 2774-3020 tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar

dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang terkait di pasar modal.

Harga saham perusahaan di Bursa Efek Indonesia dapat dipengaruhi oleh faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal yang dimaksud adalah faktor yang berasal dari dalam perusahaan, seperti kinerja perusahaan, baik kinerja keuangan maupun manajemen. Sedangkan faktor eksternal adalah berbagai informasi dari luar perusahaan seperti ekonomi, politik dan kondisi pasar (Wijayanti dan Sulasmiyati 2018: 9). Berdasarkan pernyataan tersebut, maka melakukan pengukuran kinerja keuangan perusahan untuk mengukur laba ekonomis dalam suatu perusahaan dengan menggunakan metode Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) memungkinkan dapat berpengaruh terhadap harga saham.

Tempat dari penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman go public pada Bursa Efek Indonesia periode 2017-2019.

Perusahaan makanan dan minuman yakni salah satu dari sub sektor perusahaan manufaktur yang mampu bertahan di tengah kondisi perekonomian dunia khususnya Indonesia terutama pada masa ketidakstabilan perekonomian seperti pandemi Covid-19 yang sedang melanda dunia. Perusahaan makanan dan minuman tidak terpengaruh secara signifikan oleh dampak krisis global sebab tingkat konsumsi masyarakat terhadap barang yang dihasilkan oleh industri tersebut merupakan kebutuhan pokok dan relatif tidak berfluktuasi di keadaan perekonomian yang baik maupun buruk. Perusahaan manufaktur khususnya sub sektor makanan dan minuman

di Indonesia memiliki harapan yang positif dalam perkembangannya mengingat makanan dan minuman adalah salah satu kebutuhan primer masyarakat didukung oleh populasi penduduk terutama di Indonesia yang semakin meningkat sehingga daya beli dan kesadaran untuk mengonsumsi produk tersebut juga akan semakin tinggi. Lebih dari 50% produk domestik di Indonesia ada pada sub sektor makanan dan minuman (Rahayu, dkk. 2016).

Berdasarkan fenomena di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang: “Pengaruh Economic Value Added (EVA) Dan Market Value Added (MVA) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2017-2019.”

Adapun tujuan dari dilakukannya penelitian ini:

1) Untuk menganalisis serta mengetahui pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia perisode 2017-2019.

2) Untuk menganalisis serta mengetahui pengaruh Market Value Added (MVA) terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia perisode 2017-2019.

3) Untuk menganalisis serta mengetahui pengaruh Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) secara bersama-sama terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia perisode 2017-2019.

(5)

Jurnal EMAS

E-ISSN : 2774-3020 II. TINJAUAN PUSTAKA

Signaling Theory

Teori sinyal ini diciptakan oleh Spence yang melakukan penelitian dengan judul “Job Market Signaling” pada tahun 1973. Spence membuat suatu kriteria sinyal guna menambah kekuatan pada pengambilan keputusan. Teori sinyal ini menekankan pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan berinvestasi.

Hal ini menyatakan bahwa manajemen selalu mengungkapkan informasi yang di inginkan oleh investor, khususnya apabila informasi tersebut ada berita baik (good news).

Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat di perlukan oleh investor sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan berinvestasi. Signaling theory menjelaskan alasan perusahaan menyajikan informasi untuk pasar modal. Sinyal dapat berupa informasi bersifat financial maupun non financial yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Tujuan dari teori sinyal adalah menaikkan nilai suatu perusahaan saat melakukan penjualan saham. Perusahaan yang berkualitas baik dengan sengaja akan memberikan sinyal pada pasar, sehingga diharapkan dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk.

Economic Value Added (EVA) atau Nilai Tambah Ekonomi

Metode Economic Value Added (EVA) ini dikenal dengan sebutan metode NITAMI (Nilai Tambah Ekonomi) di Indonesia.

Menurut Sjarief (2004) perusahaan Coca Cola merupakan perusahaan pertama yang sukses mengimplementasikan metode Economic

Value Added (EVA) hingga dapat menaikkan harga sahamnya menjadi 14 kali lipat. Hal tersebut menjadikan perusahaan lain mulai perlahan mengikuti jejak Coca Cola Company untuk mengadopsi metode Economic Value Added (EVA), dan hasilnya sebagian besar dari perusahaan tersebut mampu menaikkan harga sahamnya secara signifikan. Secara teori, baiknya kinerja keuangan dari suatu perusahaan dapat meningkatkan nilai pemegang saham, yaitu harga pasar dari suatu saham. Berdasarkan pernyataan tersebut maka seharusnya hasil kinerja keuangan perusahaan yang baik melalui pengukuran metode Economic Value Added (EVA), akan memiliki pengaruh positif terhadap harga saham pada suatu perusahaan.

Economic Value Added (EVA) merupakan perbedaan dalam laba usaha bersih setelah pajak (Net Operating Profit After Tax atau NOPAT) dan biaya modal (Cost of Capital) untuk periode tersebut yaitu produk dari biaya modal perusahaan yang ditanamkan pada awal periode. Penjelasan lebih lanjut mengenai definisi dari Economic Value Added (EVA) menurut Stewart (1993), bahwa manajemen suatu perusahaan dapat meningkatkan nilai tambah ekonomis (EVA) dengan cara melakukan 3 hal: Meningkatkan laba operasional perusahaan tanpa adanya modal tambahan; Menginvestasikan modal yang baru ke dalam rencana kegiatan atau usaha dengan imbalan yang lebih tinggi dibandingkan dengan biaya modal; Menarik modal dari kegiatan atau usaha yang tidak menguntungkan.

Menurut Tunggal (2008), Economic Value Added (EVA) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

(6)

Jurnal EMAS

E-ISSN : 2774-3020 EVA = NOPAT – Capital Charges

Market Value Added (MVA) atau Nilai Tambah Pasar

Pendekatan metode Market Value Added (MVA) ini didasarkan pada nilai pasar dan digunakan oleh investor untuk dapat melihat nilai tambah pasar suatu perusahaan.

Nilai pasar merupakan nilai perusahaan berdasarkan pasar modal. Nilai perusahaan menjadi persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang nantinya akan meningkatkan kepercayaan pasar tidak hanya terhadap kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan di masa datang.

Menurut Young dan O’Byrne (2001:26), Market Value Added (MVA) merupakan perbedaan antara nilai pasar saham pada perusahaan yang termasuk ekuitas dan hutang, serta modal keseluruhan yang telah diinvestasikan ke perusahaan. Para pemegang saham dapat meraih kemakmuran dengan cara memaksimumkan perbedaan antara nilai pasar ekuitas dengan ekuitas sendiri (modal sendiri) yang diserahkan ke perusahaan oleh pemegang saham. Perbedaan ini yang disebut sebagai Nilai Tambah Pasar atau Market Value Added (MVA) (Pudjiastuti, 2004).

Market Value Added (MVA) dapat diperoleh dengan mengalikan selisih antara harga saham per lembar saham (Stock Price

Per Share) dengan nilai buku per lembar saham (Book Value Per Share) (Aferi, 2016).

Semakin tinggi nilai dari Market Value Added (MVA), maka semakin baik kinerja yang telah manajemen dalam mengelola perusahaan bagi para pemegang saham.

Menurut Siti (2011), Market Value Added (MVA) dapat dihitung dengan rumus:

MVA = (Harga Saham x Jumlah Saham Beredar) – Total Ekuitas

Harga Saham

Harga saham adalah harga yang dibentuk dari interaksi para penjual dan pembeli saham yang dilatar-belakangi oleh harapan mereka terhadap profit perusahaan.

Menurut Houston dan Bigham (2014) harga saham menentukan kekayaan pemiliknya (stockholders). Hal ini dilakukan dengan cara yaitu memaksimalkan kekayaan pemegang saham atau memaksimalisasi harga saham biasa perusahaan. Terbentuknya harga saham terjadi karena adanya mekanisme permintaan dan penawaran pada pasar modal (Sartono, 2008). Apabila suatu saham mengalami kelebihan permintaan, maka harga saham cenderung naik. Sebaliknya, apabila suatu saham kelebihan penawaran maka harga saham cenderung turun. Harga saham yang digunakan pada penelitian ini yaitu diambil dari data Closing Price harga saham.

(7)

Jurnal EMAS

E-ISSN : 2774-3020 III. HIPOTESIS

Berdasarkan pada landasan teori di atas mengenai pengaruh antara Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) terhadap harga saham, maka dapat dibuat hipotesis:

Gambar 1

H1: Economic Value Added (EVA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Harga Saham.

H2: Market Value Added (MVA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Harga Saham.

H3: Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) secara simultan (bersama- sama) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Harga Saham.

IV. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data sekunder yang diperoleh dari website resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) dengan obyek penelitian ini yaitu laporan keuangan tahunan periode 2017 hingga 2019 dari perusahaan manufaktur, sektor barang konsumsi, subsektor makanan dan minuman, meliputi Laporan Laba Rugi, Neraca dan Catatan Laporan Keuangan. Jenis data yang digunakan penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif dengan sumber data yaitu data sekunder menggunakan informasi laporan keuangan dari website Bursa Efek Indonesia.

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2017 hingga 2019 yaitu 182 perusahaan dengan sampel sebanyak 19 perusahaan sehingga total sampel amatan selama 3 tahun yakni 57 data.

Teknik sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah purposive sampling yaitu sampel yang ditarik dengan menggunakan pertimbangan. Purposive sampling yang juga disebut sebagai sampel penilaian atau pakar adalah jenis sampel nonprobabilitas. Tujuan utama dari teknik purposive sampling untuk menghasilkan sampel yang secara logis dapat dianggap mewakili populasi.

Teknik Analisis Data 1) Persamaan Regresi

Untuk menguji hipotesis yang dari pengaruh variabel Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman digunakan analisis regresi linear berganda, yaitu hubungan secara linear antara dua atau lebih variabel independen (X1, X2,….Xn) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dan variabel dependen Market Value Added (MVA)

(X2)

Economic Value Added (EVA)

(X1)

Harga Saham (Y) H1

H2

H3

(8)

Jurnal EMAS

E-ISSN : 2774-3020 apakah masing-masing variabel independen

berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan.

Persamaan regresi linear berganda dapat dirumuskan sebagai berikut :

HS = α + β1 EVA+ β2 MVA + Ɛ

2) Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas

Uji normalitas data dilakukan untuk melihat data yang dianalisis menggunakan regresi terdistribusi secara normal atau tidak.

Langkah pengujian uji normalitas dilakukan yaitu dengan cara uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Adapun dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas K-S: Jika nilai dari signifikansi (Asymp. Sig.)

> 0,05 maka data berdistribusi normal sedangkan jika nilai dari signifikansi (Asymp.

Sig.) < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.

Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah sebuah situasi yang menunjukkan adanya korelasi kuat antara dua variabel bebas atau lebih dalam sebuah model regresi berganda.

Kriteria untuk menentukan garis bawah nilai toleransi atau VIF yaitu jika nilai toleransi <

0,10 dan VIF > 10 maka menunjukkan adanya multikolinearitas signifikan. Sedangkan jika nilai toleransi > 0,10 dan VIF < 10 maka menunjukkan tidak adanya multikolinearitas signifikan.

Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan linear antara error serangkaian observasi yang diurutkan

menurut waktu. Metode yang digunakan untuk uji autokorelasi adalah Durbin Watson.

Dasar pengambilan keputusan menurut Santoso (2010): Jika nilai dW < dL atau dW

> (4-dL) maka artinya terjadi autokorelasi;

Jika nilai dU < dW < (4-dU) maka artinya tidak terjadi autokorelasi; Jika nilai dL < dW

< dU atau (4-dU) < dW < (4-dL) maka artinya tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.

Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas ini bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Cara untuk mendeteksi apakah pada penelitian ini terjadi heteroskedastisitas atau tidak dapat dilakukan dengan menggunakan Uji Glejser dengan melihat dari nilai probabilitas signifikansinya lebih tinggi dari tingkat kepercayaan 5%, maka hasil uji dapat dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas.

3) Analisis Korelasi Berganda

Uji ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana kekuatan dari hubungan variabel independen dengan variabel dependen. Untuk arah hubungan, nilai koefisien korelasinya dinyatakan dalam positif (+) dan negatif (- ).Untuk mengetahui suatu pengaruh kuat atau tidaknya maka dapat dilihat pada tabel di bawah ini dimana angka korelasi berkisar antara -1 s/d +1. Semakin mendekati 1 maka korelasi semakin mendekati sempurna.

Interval

Korelasi Tingkat Hubungan 0,000 – 0,199 Sangat Rendah 0,200 – 0,399 Rendah 0,400 – 0,599 Sedang

0,600 – 0,799 Kuat

0,800 – 1,000 Sangat Kuat

(9)

Jurnal EMAS

E-ISSN : 2774-3020 Interpretasi angka koefisien korelasi

(Sugiyono, 2017: 250):

Tabel 1

Interpretasi Koefisien Korelasi 4) Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi pada dasarnya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah diantara nol dan satu. Nilai (R2) yang kecil memperlihatkan kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang diperlukan dalam penelitian untuk memprediksi variabel dependen (Ghozali, 2016).

5) Uji t

Pengujian hipotesis secara parsial dilakukan dengan uji-t. Menurut Sekaran (2006), untuk melihat apakah ada perbedaan signifikan dari dua kelompok dalam variabel penelitian dilakukan dengan uji-t. Uji tersebut dapat dilakukan dengan melihat besarnya nilai probabilitas signifikansinya. Pengujian dilakukan dengan menggunakan signifikansi level 0,05 (α = 5%).

Ketentuan hipotesis:

a) Jika nilai –t hitung < -t tabel atau nilai t hitung > t tabel, maka variabel independen memiliki pengaruh terhadap variabel dependen;

b) Jika nilai –t tabel < nilai t hitung < nilai t tabel, maka variabel independen tidak memiliki pengaruh terhadap variabel dependen;

c) Jika nilai dari signifikan > 0,05 maka hipotesis tidak dapat diterima (koefisien regresi tidak signifikan). Ini berarti secara parsial variabel independen

tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen;

d) Jika nilai dari signifikan < 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi signifikan). Ini berarti secara parsial variabel independen tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

6) Uji Simultan (Uji F)

Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua dari variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen (Ghozali, 2016).

Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan signifikansi 0,05 (α = 5%).

Ketentuan hipotesis:

a) Jika nilai signifikansi > 0,05 maka hipotesis tidak dapat diterima. Ini berarti secara simultan variabel independen tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

b) Jika nilai signifikansi < 0,05 maka hipotesis diterima. Ini berarti secara simultan variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil uji dari penelitian ini tertera dalam tabel yang disajikan pada halaman lampiran, uji dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 25. Pembahasan dari masing-masing hasil uji dijelaskan sebagai berikut.

Analisis Statistik Deskriptif

Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif yang ditunjukkan:

a) Variabel Economic Value Added (EVA) (X1) memiliki nilai minimum sebesar

(10)

Jurnal EMAS

E-ISSN : 2774-3020 27,69 dan nilai maksimum sebesar 30,16.

Nilai rata-rata Economic Value Added (EVA) sebesar 28,2429 dengan nilai standar deviasi sebesar 0,27156.

b) Variabel Market Value Added (MVA) (X2) memiliki nilai minimum sebesar 28,18 dan nilai maksimum sebesar 30,44.

Nilai rata-rata Market Value Added (MVA) sebesar 30,1968 dengan nilai standar deviasi sebesar 0,34667.

c) Variabel Harga Saham (Y) memiliki nilai minimum sebesar 3,91 dan nilai maksimum 8,82. Nilai rata-rata Harga Saham sebesar 6,4699 dengan nilai standar deviasi sebesar 1,19345.

Uji Normalitas

Hasil uji normalitas menunjukkan nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,096 dengan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,200 yang artinya nilai Asymp. Sig. 0,200 >

0,05 hal ini berarti data dalam penelitian ini berdistribusi normal.

Uji Autokorelasi

Berdasarkan hasil uji autokerlasi yang didapatkan, nilai dW (Durbin Watson) sebesar 1,748. Nilai Durbin Watson ini akan dibandingkan dengan nilai pada tabel dW menggunakan tingkat signifikansi 5%, jumlah data pada penelitian ini sebanyak 57 (n) dan jumlah variabel independen sebanyak 2 (k=2), maka pada tabel Durbin Watson akan didapatkan nilai: nilai dL = 1,5004 dan nilai dU = 1,6452 serta nilai (4-dL) = 2,4996 dan nilai (4-dU) = 2,3548.

Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa nilai Durbin Watson (dW/d) sebesar 1,748 yaitu lebih besar dari nilai dU sebesar 1,6452 dan nilai dU lebih kecil dari nilai 4-dU sebesar 2,3548 dengan kata lain salah satu kriteria dari dasar pengambilan keputusan

dalam uji autokorelasi terpenuhi, yakni dU <

d < (4-dU) atau nilai 1,6452 < 1,748 < 2,3548 sehingga dapat diartikan jika tidak terdapat autokorelasi pada persamaan regresi pada penelitian ini.

Uji Multikolinearitas

Berdasarkan hasil uji menunjukkan nilai toleransi masing-masing variabel EVA dan MVA sebesar 0,994 artinya lebih besar dari 0,10. Lalu nilai VIF masing-masing menunjukkan hasil 1,006 pada variabel EVA dan MVA artinya nilai tersebut lebih kecil dari 10,00. Dengan demikian, nilai toleransi 0,994

> 0,10 dan nilai VIF 1,006 < 10,00 dapat dinyatakan bahwa dalam model regresi penelitian ini tidak terjadi multikolinearitas.

Uji Heteroskedastisitas

Berdasarkan dari hasil uji dijelaskan bahwa nilai signifikan dari masing-masing variabel bebas yaitu Economic Value Added (X1) senilai 0,127 dan Market Value Added (X2) senilai 0,181 artinya kedua variabel tersebut memiliki nilai signifikan lebih besar dari 0,05. Sesuai dengan kriteria pada dasar pengambilan keputusan maka dapat diartikan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi pada penelitian ini.

Uji Analisis Regresi Linear Berganda Berdasarkan dari hasil analisis maka dibuat persamaan regresi linear berganda:

HS = α + β1 EVA+ β2 MVA + Ɛ

HS = 49,682 – 0,248 EVA – 1,199 MVA Model dari analisis regresi linear di atas dapat dijelaskan sebagai berikut.

a) Nilai konstanta diperoleh sebesar 49,682 hal ini berarti jika variabel independen yaitu EVA (X1) dan nilai MVA (X2) memiliki nilai sama dengan 0 (nol), maka harga saham (Y) menunjukkan nilai sebesar 49,682.

(11)

Jurnal EMAS

E-ISSN : 2774-3020 b) Nilai koefisien regresi EVA (X1) yaitu

sebesar -0,248 artinya setiap kenaikan 1 unit EVA (X1) maka akan mengakibatkan penurunan harga saham (Y) sebesar 0,248 dengan asumsi nilai MVA tetap.

Berdasarkan hal tersebut, EVA (X1) memiliki pengaruh negatif terhadap harga saham (Y).

c) Nilai koefisien regresi MVA (X2) yakni sebesar -1,199 menunjukkan arah yang berlawanan (hubungan negatif), artinya setiap kenaikan 1 unit MVA (X2) maka akan mengakibatkan penurunan harga saham (Y) dengan asumsi nilai EVA (X1) tetap. Hal tersebut berarti MVA (X2) memiliki pengaruh negatif terhadap harga saham (Y).

Analisis Korelasi Berganda

Hasil dari koefisien korelasi (R) yaitu 0,349. Nilai R = 0,349 berada di antara rentang nilai 0,200 – 0,399 yang artinya Economic Value Added (EVA) (X1) dan Market Value Added (MVA) (X2) dengan Harga Saham (Y) memiliki hubungan yang rendah.

Uji Koefisien Determinasi (R2)

Hasil dari nilai R square sebesar 0,122 dapat diartikan bahwa variabel terikat yaitu harga saham (Y) dipengaruhi oleh variabel bebas yakni EVA (X1) dan MVA (X2) sebesar 12,2%, sedangkan sisanya sebesar 87,8% dipengaruhi oleh variabel lain di luar model regresi dari penelitian ini.

Uji t

Nilai dari t tabel diketahui sebesar 2,00488 dan hasil dari uji t dapat dilihat pada lampiran yaitu nilai t hitung dari EVA (X1) sebesar -0,441 < t tabel 2,00488 dengan signifikansi sebesar 0,661 > α = 0,05 yang artinya Ha ditolak dan H0 diterima, ini

menunjukkan bahwa EVA (X1) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham (Y). Sedangkan nilai t hitung dari MVA (X2) sebesar -2,723 > t tabel sebesar 2,00488 dengan nilai signifikansi 0,009 < α = 0,05 sehingga dapat diartikan bahwa Ha ditolak dan H0 ditolak, ini menunjukkan variabel MVA (X2) memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham (Y).

Maka hasil uji t pada penelitian ini yaitu variabel EVA tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham sedangkan variabel MVA memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.

Uji Simultan (Uji F)

Hasil uji F dapat dilihat pada lampiran, berdasarkan hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa nilai F hitung sebesar 3,735 dengan signifikansi sebesar 0,030 < α = 0,05.

Hal ini menunjukkan variabel EVA dan MVA secara simultan (bersama-sama) berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.

Pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap Harga Saham

Berdasarkan hasil uji t diperoleh koefisien regresi EVA sebesar -0,248 dengan nilai signifikansi sebesar 0,661 yang lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti Ha ditolak dan H0 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa variabel EVA tidak berpengaruh terhadap harga saham.

Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa adanya peningkatan atau penurunan jumlah EVA tidak akan memiliki pengaruh terhadap harga saham dan tidak memberikan hasil yang serius bagi pertimbangan calon investor untuk menanamkan modalnya pada pasar modal. Hasil ini menjelaskan bahwa laba yang diperoleh perusahaan belum mampu menunjukkan pengembalian penuh

(12)

Jurnal EMAS

E-ISSN : 2774-3020 atas biaya modal yang dikeluarkan untuk

investasi.

Pengaruh Market Value Added (MVA) terhadap Harga Saham

Berdasarkan hasil uji t diperoleh koefisien regresi MVA sebesar -2,723 dengan signifikansi sebesar 0,009 < 0,05 sehingga Ha ditolak dan H0 ditolak ini berarti variabel MVA memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham.

Pada penelitian ini hasil menyatakan bahwa MVA memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham. Hal ini berarti dapat diartikan perusahaan belum berhasil memaksimalkan kekayaan pemegang saham, sehingga hasil dari variabel MVA pada penelitian ini perlu dikaji lebih dalam apabila akan digunakan sebagai pertimbangan bagi calon investor yang berencana menanamkan modalnya. Hasil ini juga menunjukkan bahwa MVA tidak bergerak searah dengan harga saham dan perusahaan dengan nilai MVA yang tinggi maka akan menurunkan suatu harga saham perusahaan.

Pengaruh Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) secara simultan terhadap Harga Saham

Berdasarkan hasil uji F diperoleh nilai F sebesar 3,735 dengan nilai signifikansi sebesar 0,030 yang artinya lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel EVA dan MVA secara simultan (bersama- sama) berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.

Metode Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) yakni salah satu metode pengukuran yang dapat digunakan untuk mencerminkan suatu kinerja perusahaan. Hasil dari Economic Value

Added (EVA) dapat menunjukkan kinerja internal perusahaan sedangkan

Market Value Added (MVA) menunjukkan kinerja perusahaan dari segi eksternal sehingga dapat memberikan informasi yang mendekati akurat untuk calon investor, maka dari itu hasil Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap harga saham.

VI. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil uji analisis data mengenai pengaruh Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2017-2019 dengan jumlah sample penelitian sebanyak 57 amatan maka dapat disimpulkan bahwa:

1) Economic Value Added (EVA) tidak memiliki pengaruh terhadap Harga Saham pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2017-2019.

2) Market Value Added (MVA) memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap Harga Saham perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2017-2019.

3) Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) secara bersama-sama memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Harga Saham pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2017-2019.

(13)

Jurnal EMAS

E-ISSN : 2774-3020 Saran

Berdasarkan dari hasil uji analisis pembahasan dan kesimpulan pada penelitian ini, adapun saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya:

1) Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan periode yang lebih panjang untuk mendapatkan pengaruh yang lebih konsisten dan hasil yang lebih komprehensif.

2) Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambah atau menggunakan sampel dari perusahaan manufaktur sub sektor lainnya atau secara keseluruhan perusahaan manufaktur agar dapat menemukan hasil yang lebih bervariasi dan dapat dijadikan perbandingan.

3) Berdasarkan keterbatasan penelitian ini, penelitian selanjutnya disarankan mampu untuk menunjukkan perubahan harga saham dari hasil perhitungan metode Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA).

4) Bagi perusahaan dan calon investor, dapat menggunakan penelitian ini sebagai masukan serta pertimbangan untuk penentuan strategis perkembangan investasi perusahaan dan penanaman modalnya di masa mendatang.

5) Bagi perusahaan sebaiknya dapat memperhatikan variabel Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA), karena hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham, maka perusahaan harus mempertahankan kedua rasio tersebut untuk melakukan penilaian dari kinerja perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Andika dan Witiastuti. 2017. Analisis Economic Value Added Dan Market Value Added Sebagai Alat Pengukur Kinerja Perusahaan Serta Pengaruhnya Terhadap Harga Saham. Management Analysis Journal. Vol 6, No. 3, pp. 247- 249.

Bursa Efek Indonesia. 2021. Laporan Keuangan Tahunan. http://www.idx.co.id(Diakses tanggal 15 Desember 2020).

Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hanafi dan Halim. 2007. Analisis Laporan Keuangan, Edisi Ketiga. Yogyakarta:

Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.

Hidayat, Akmal & Setyaningsih, Siti. 2011.

Pengaruh Economic Value Added, Market Share, Earnings dan Net Cash Flow terhadap Return Saham (Studi pada Perusahaan Manufaktur Jenis Consumer Goods di Bursa Efek Indonesia 2004 – 2007). Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil. Vol 1, No. 02, pp.

14-17.

Jogiyanto, 2008. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Kelima, BPFE.

Yogyakarta.

Kasmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan.

Edisi Keenam. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Manik, Antonia. 2018. Pengaruh Economic Value Added (EVA) Dan Market Value Added (MVA) Terhadap Harga Saham Studi Empiris Pada Perusahaan Kelompok Indeks LQ45 Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2016. Skripsi.

Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.

Munawir. 2002. Analisa Laporan Keuangan, Edisi Empat. Yogyakarta: Liberty.

(14)

Jurnal EMAS

E-ISSN : 2774-3020 Pudjiastuti dan Husnan, S. 2004. Dasar-dasar

Manajemen Keuangan. Yogyakarta:

Akademi Manajemen Perusahaan YKPN.

Rahayu, M. 2007. Analisis Pengaruh Economic Value Added Dan Market Value Added Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta. Skripsi. Yogyakarta:

Universitas Islam Indonesia.

Rosy, Meita. 2009. Analisis Pengaruh antara Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) terhadap Harga Saham pada Perusahaan Sektor LQ45 di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2007-2008. Skripsi. Fakultas Ekonomi. Yogyakarta: Universitas Gunadarma.

Shidiq, Niekie. 2012. Pengaruh EVA, Rasio Profitabilitas dan EPS terhadap Harga Saham pada Perusahaan Asuransi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2010. Skripsi. Semarang:

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Diponegoro.

Sjarief dan Wirjolukito. 2004. Pengaruh Economic Value Added (EVA) dan Faktor Lainnya Terhadap Harga Pasar Saham. Jurnal Umum dan Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol 4, No. 1, pp. 43-60.

Sitohang, Rommel. 2019. Akibat Economic Value Added Dan Market Value Added Terhadap Harga Pada Saham Perusahaan Ritel di BEI. Jurnal Stindo Profesional. , Vol. 5, No. 4, pp. 22-23.

Sonia R. Bergitta. 2013. Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA) dan Return On Invesment (ROI) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2012.

Skripsi. Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya: Malang.

Tunggal, Amin Wijaya. 2005. Memahami Konsep EVA (Economic Value Added) dan Value Based Manajement (VBM).

Jakarta: Havarindo.

Referensi

Dokumen terkait

ىتح اهبيلاسأو اهطامنأو ةيبرعلا ةيوحنلا دعاوقلا قيبطت ميلعت يف زكرتي ءاشنلإا وأ ةباتكلا ميلعت رثكأ نأ فورعلمابو دعاوقلا ةدام يف ةبلطلا ملعتي امم اراركت ميلعتلا

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga.. Tesis Kekuasaan Soeharto

Sistem akuntansi pajak terhadap pembelian yang dilakukan sudah hampir sesuai dengan ketentuan yaitu membeli barang Panel Tower dan include PPN 10% dan transaksi dicatat dengan benar

Proses kerja uji untai reaktor riset merupakan miniatur untuk mempelajari proses pendinginan primer dan sekunder sebuah reaktor , sehingga sistem pemipaan yang digunakan

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui efektifitas ekstrak bunga kecombrang ( Nicolaia speciosa Horan) terhadap pengendalian penyakit MAS ( Motile

Berdasarkan hasil analisis sensitivitas, inversi dan geostatistik pada formasi batu pasir Dakota, diketahui lokasi rekomendasi yang memiliki litologi dan parameter fisis baik

Dari sisi harga tekanan inflasi pada 3 bulan (Oktober) dan 6 bulan (Januari) mendatang diprediksi meningkat, tercermin dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) 3 dan 6 bulan

Pembantu Ketua II mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk menyusun rencana, merumuskan kebijakan, membantu tugas dan arahan, mengkoordinasikan, serta memantau