• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI, VISUAL DAN INTELEKTUAL) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ARANSEMEN LAGU DAERAH SISWA KELAS X SMA SWASTA KATOLIK BUDI MURNI 3 MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI, VISUAL DAN INTELEKTUAL) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ARANSEMEN LAGU DAERAH SISWA KELAS X SMA SWASTA KATOLIK BUDI MURNI 3 MEDAN."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI, VISUAL DAN INTELEKTUAL) DALAM MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR ARANSEMEN LAGU DAERAH SISWA KELAS X SMA SWASTA KATOLIK BUDI MURNI 3 MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

LASRI SITANGGANG

209142028

JURUSAN SENDRATASIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat

waktu. Skripsi ini merupakan karya ilmiah yang harus diselesaikan sebagai syarat

untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Fakultas Bahasa dan Seni Unimed.

Disamping persyaratan akademis, adalah juga ungkapan tanggung jawab penulis

sebagai seorang akademisi, melalui usaha penelitian ilmiah yang diharapkan

bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Apa yang penulis lakukan ini mungkin belum mencapai hasil yang

maksimal, untuk itu saran dan masukan yang konstruktif dari pembaca sangat

diharapkan. Semoga skripsi ini bisa memberikan kontribusi terhadap khasanah

pengetahuan, dan semoga penelitian ini membantu terhadap kegiatan

penelitian-penelitian relevan selanjutnya.

Banyak sudah dukungan dan bantuan yang penulis dapatkan dalam

menyelesaikan skripsi ini. Tanpa bantuan, dukungan, dan kemudahan- kemudahan

yang diperoleh, sulit kiranya penulis menyelesaikan tugas ini. Untuk itu, rasa

hormat dan ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Prof.Dr.H.Ibnu Hajar,M.Si., selaku rektor UNIMED.

2. Ibu Dr.Isda Pramuniati, M.Hum., selaku Dekan Fakltas Bahasa dan

(7)

iii

3. Ibu Dra. Tuti Rahayu, M.Si., selaku Ketua Jurusan Seni Drama, Tari

dan Musik dan Bapak Panji Suroso S.Pd, M.Si., selaku Ketua Prodi

Pendidikan Seni Musik.

4. Ibu Dra. Theodora Sinaga M.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi 1

yang telah banyak memberikan masukan, arahan dan selalu sabar

membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik.

5. Ibu Uyuni Widiastuty M.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi 2 yang

telah banyak memberikan masukan dan arahan dalam penyelesaian

skripsi ini.

6. Bapak Lamhot B. Sihombing,S.Pd, M.Pd., selaku dosen pembimbing

Akademik dan Bapak Ibu Dosen Program Studi Seni Musik.

7. Bapak kepala sekolah dan Guru SMA Katolik Budi Murni 3 Medan

yang telah banyak memberikan kemudahan dalam mengumpulkan data

penelitian.

8. Teristimewa kepada ayahanda T.Sitanggang dan Ibunda M.Sinurat

yang selama ini telah meberikan dukungan baik moril dan materil

kepada penulis sehingga akademik penulis bisa berjalan dengan baik.

9. Saudara- saudaraku, ito Jalamar Sitanggang yang telah banyak

memberikan dukungan baik moril dan materil kepada penulis,

adek-adekku Rejeki Sitanggang, Redina Sitanggang, Martipan Sitanggang,

(8)

iv

10.Terkhusus buat adekku Defriyanti Ziraluo yang selama ini telah

banyak memberikan motivasi dan dorongan kepada penulis

11.Rekan- rekan di UK-KMK St.Martinus Universitas Negeri Medan

12.Teman-teman di Gelora Choir

13.Teman-teman stambuk 2009 Jurusan Sendratasik

14.Teman seperjuangan saya Rosenta Girsang, Maria F.Sibarani, dan

Desman Ambarita yang selama penyusunan skripsi selalu mendukung

dan memberi semangat

15.Seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu

Semoga semua bantuan, dukungan, dan kemudahan-kemudahan yang

Bapak dan Ibu berikan menjadi amal dan mendapat balasan yang setimpal dari

Tuhan yang Maha Kuasa.

Medan, Januari 2014

Penulis

(9)

i

ABSTRAK

Lasri Sitanggang. NIM: 209142028. Penerapan Model Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Aransemen Lagu Daerah Siswa Kelas X SMA Katolik Budi Murni 3 Medan. Skripsi. Program Studi Seni Musik. Jurusan Sendratasik. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Medan. 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dalam mengaransemen lagu daerah dengan menerapkan Model Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual).

Adapun teori-teori yang digunakan untuk mendukung penelitian ini adalah teori mengenai model pembelajaran yang di dalamnya mencakup penjelasan mengenai model pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual), teori mengenai hasil belajar, teori mengenai unsur-unsur musik, teori aransemen, dan teori mengenai lagu daerah.

Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek di dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-A SMA Katolik Budi Murni 3 Medan, dan objek penelitian adalah model pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual dan Intelektual). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik pengumpulan data kuantitatif yaitu tes hasil belajar dan teknik pengumpulan data kualitatif yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi.

(10)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Lembar Observasi ... 42

Tabel 4.1. Rincian Waktu Penelitian... 49

Tabel 4.2. Perolehan Nilai Siswa Pada Pre-Test... 51

Tabel 4.3. Perolehan Nilai Siswa Pada Post Test I ... 55

Tabel 4.4. Perolehan Nilai Siswa Pada Post Test II ... 60

(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan

bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang produktif.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana yang dilakukan dalam proses belajar

mengajar agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, ahlak manusia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara.

Proses belajar mengajar pada dasarnya merupakan inti dari proses

pendidikan secara keseluruhan. Kelancaran proses pendidikan ditunjang oleh

komponen pendidikan yang terdiri dari peserta didik, tenaga pendidik, kurikulum,

sarana pembelajaran dan model pembelajaran yang digunakan guru dalam proses

belajar mengajar. Perkembangan yang pesat dalam dunia pendidikan

mengharuskan guru untuk berpikir mempertimbangkan bagaimana cara

meningkatkan kemampuan siswa tingkat demi tingkat hingga tahap maksimal

dengan usaha yang efektif dan efisien. Proses belajar mengajar yang kondusif dari

segi ruang dan waktu sangat diperlukan bagi siswa untuk memiliki suatu

keterampilan kecakapan dan pemahaman terhadap berbagai macam ilmu

pengetahuan yang diajarkan oleh guru termasuk bidang seni budaya.

Lembaga pendidikan formal merupakan sub sistem pendidikan nasional

(12)

2

untuk modal utama bagi pembangunan nasional. Untuk itu diperlukan upaya

meningkatkan kualitas pendidikan yang harus dilakukan oleh guru terhadap semua

mata pelajaran termasuk mata pelajaran seni musik.

Secara konseptual , pelajaran seni musik sangat besar peranannya bagi

proses perkembangan anak. Konsep pendidikan melalui seni juga seharusnya

menjadi alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan bukannya untuk kepentingan

seni itu sendiri. Maka melalui pendidikan dan melalui seni tercapailah tujuan

pendidikan yaitu keseimbangan rasional dan emosional , intelektual dan kesadaran

estetis.

Merujuk pada konsep pendidikan melalui seni, maka pelaksanaannya lebih

ditekankan pada proses pembelajaran dari pada produk. Pembelajaran pada

hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa, baik

interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak

langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media pembelajaran.

Dengan penekanan pada proses pembelajaran, maka sasaran belajar

pendidikan seni tidak hanya mengharapkan siswa pandai menyanyi , pandai

memainkan alat musik, pandai menggambar dan terampil menari, melainkan

sekaligus sebagai sarana ekspresi, imajinasi dan berkreativitas untuk

menumbuhkan keseimbangan rasional dan emosional ,intelektual dan kesadaran

estetis.

Kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai

(13)

3

dapat ditutupi dengan penggunaan berbagai media pembelajaran yang memadai,

penggunaan metode atau model pembelajaran yang menarik.

Seorang guru sebelum melakukan kegiatan pembelajaran terlebih dahulu

membuat desain / perencanaan pembelajaran . Dalam mengembangkan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), seorang guru harus menggunakan model

pembelajaran yang dianggap cocok untuk dikembangkan dan sesuai dengan gaya

belajar siswa.

Berdasarkan pengalaman peneliti ketika melakukan Praktek Pengalaman

Lapangan (PPL) di SMA St. Petrus Sidikalang, banyak dijumpai siswa yang

mempunyai nilai rendah dalam mata pelajaran Seni Musik terutama pada pokok

bahasan aransemen lagu daerah. Hasil belajar yang dicapai belum memuaskan,

mengingat masih banyak siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM (Kriteria

Kelulusan Minimal) yaitu nilai 70. Hal ini terjadi karena siswa tidak tertarik

dengan lagu- lagu daerah dan kurang mengerti apa itu aransemen. Selain itu,

kegiatan belajar hanya berpusat pada guru (teacher centre) sehingga siswa hanya

memiliki sedikit kesempatan untuk aktif di dalam kelas. Dalam hal ini,model

pembelajaran yang diterapkan guru tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan siswa.

Ada banyak model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses

belajar mengajar untuk meningkatkan kualitas belajar siswa. Salah satu

diantaranya yaitu model pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual

Intelektual). Dave Meire (2002:91) mengemukakan bahwa, “model pembelajaran

SAVI merupakan singkatan dari Somatis, Auditori, Visual dan Intektual.” SAVI

(14)

4

yaitu tubuh – soma. Jika dikaitkan dengan belajar maka dapat diartikan belajar

dengan bergerak dan berbuat. Sehingga pembelajaran somatis adalah

pembelajaran yang memanfaatkan dan melibatkan tubuh (indera peraba,

kinestetik, melibatkan fisik dan menggerakkan tubuh sewaktu kegiatan

pembelajaran berlangsung). Auditori, belajar dengan berbicara dan mendengar.

Pikiran kita lebih kuat daripada yang kita sadari, telinga kita terus menerus

menangkap dan menyimpan informasi bahkan tanpa kita sadari. Ketika kita

membuat suara sendiri dengan berbicara beberapa area penting di otak kita

menjadi aktif. Hal ini dapat diartikan dalam pembelajaran siswa hendaknya

mengajak siswa membicarakan apa yang sedang mereka pelajari, menerjemahkan

pengalaman siswa dengan suara. Mengajak mereka berbicara saat memecahkan

masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, membuat rencana kerja,

menguasai keterampilan, membuat tinjauan pengalaman belajar, atau menciptakan

makna-makna pribadi bagi diri mereka sendiri. Visual, belajar dengan mengamati

dan menggambarkan. Dalam otak kita terdapat lebih banyak perangkat untuk

memproses informasi visual daripada semua indera yang lain. Setiap siswa yang

menggunakan visualnya lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang sedang

dibicarakan seorang penceramah atau sebuah buku atau program komputer.

Secara khususnya pembelajar visual akan memahami materi dengan baik jika

mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon dan

sebagainya ketika belajar. Intektual, belajar dengan memecahkan masalah dan

merenung. Tindakan pembelajar yang melakukan sesuatu dengan pikiran mereka

(15)

5

pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari

pengalaman tersebut. Hal ini diperkuat dengan makna intelektual adalah bagian

diri yang merenung, mencipta, dan memecahkan masalah. Pada umumnya

pembelajaran Seni Musik di sekolah masih secara konvensional. Guru lebih

banyak menjelaskan sedangkan siswa hanya diberi sedikit waktu untuk berkreasi

dalam materi tersebut sehingga banyak siswa yang kurang mengerti tentang

materi yang disampaikan oleh guru. . Hal ini berdampak buruk bagi kualitas

belajar siswa bahkan terhadap nilai siswa. Oleh karena itu, metode pembelajaran

seperti ini kurang sesuai dengan proses belajar mengajar, khususnya untuk mata

pelajaran Seni Musik. Hal ini dikarenakan dalam pelajaran Seni Musik siswa

dituntut lebih aktif dan lebih kreatif di dalam kelas. Misalnya, dalam materi

aransemen lagu daerah. Guru menjelaskan materi dan langkah-langkah dalam

mengaransemen lagu daerah, tetapi selanjutnya siswa yang lebih aktif di dalam

kelas serta berkreasi sendiri dalam mengaransemen lagu daerah tersebut.

Dalam silabus SMA kelas X terdapat pokok bahasan aransemen lagu

daerah. Pada kegiatan pembelajaran di kelas, aransemen kurang bisa dimengerti

siswa, hal ini disebabkan oleh berbagai hal baik faktor internal maupun faktor

eksternal. Misalnya, siswa tidak memilki ketertarikan dengan materi tersebut

sehingga siswa kurang mengerti dengan penjelasan yang telah disampaikan oleh

guru. Kemudian, guru tidak menyesuaikan cara menyampaikan materi dengan

kebutuhan siswa sehingga hal ini berdampak buruk terhadap hasil belajar siswa.

Aransemen berasal dari bahasa Belanda arrangement yang artinya

(16)

6

yang didasarkan atas sebuah komposisi yang telah ada sehingga esensi musiknya

tidak berubah.

Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa

aransemen dapat diartikan sebagai usaha menggubah lagu, yang terdiri dari

susunan melodi dan syair/ lirik asli menjadi suatu karya musik yang utuh dengan

cara menambahkan unsur-unsur iringan alat musik di dalamnya baik iringan alat

musik ritmis, melodis dan harmonis, sehingga lagu yang sebelumnya hanya terdiri

dari susunan melodi dan syair menjadi lagu yang lengkap sehingga menjadi musik

yang indah untuk dinikmati. Aransemen lagu daerah berarti kegiatan menggubah

lagu daerah yang didasarkan pada komposisi yang telah ada sehingga esensi

musiknya tidak berubah.

Model pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori , Visual dan Intelektual)

sangat baik dan tepat dalam mengajarkan materi aransemen lagu daerah. Hal ini

dikarenakan model pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori , Visual dan

Intelektual) dapat memenuhi kebutuhan gaya belajar siswa yang tidak hanya

mendengarkan penjelasan dari guru, melainkan juga dapat melihat langsung

contoh konkret penjelasan guru tersebut bahkan dapat ikut serta aktif di dalam

kelas. Dalam materi aransemen lagu daerah, guru tidak hanya menjelaskan

mengenai materi tersebut, tetapi juga memberikan contoh konkret lagu daerah

yang telah diaransemen sehingga siswa lebih mudah memahami penjelasan dari

guru dan dapat mengerjakan instruksi dari guru tersebut dalam mengaransemen

lagu daerah. Dengan model pembelajaran ini, maka nilai hasil belajar siswa bisa

(17)

7

terulang kembali. Ada tiga jenis gaya belajar berdasarkan modalitas yang

digunakan individu dalam memproses informasi menitikberatkan pada ketajaman

penglihatan. Pertama, gaya belajar visual artinya bukti-bukti konkret

harusdiperlihatkan terlebih dahulu agar mereka paham. Gaya belajar seperti ini

mengandalkan penglihatan atau melihat dulu buktinya untuk kemudian bisa

mempercayainya. Dalam hal ini, guru tidak hanya menjelaskan materi, melainkan

juga memberikan contoh konkret lagu daerah yang telah diaransemen sehingga

siswa mampu memahami materi tersebut dengan mudah. Kedua, gaya belajar

auditori yaitu mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan

mengingatnya. Karakteristik model belajar seperti ini benar-benar menempatkan

pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi atau pengetahuan. Jadi, guru

juga harus menyanyikan atau memutar rekaman lagu daerah yang telah

diaransemen sehingga siswa tidak bingung mengenai penjelasan guru tersebut.

Ketiga, gaya belajar kinestetik yaitu mengharuskan individu yang bersangkutan

menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar ia bisa

mengingatnya. Untuk gaya belajar seperti ini, guru dituntut agar dapat membuat

siswa aktif di dalam kelas dalam berbuat, misalnya dalam memainkan alat musik

ataupun menyanyikan kembali lagu tersebut yang sebelumnya telah dinyanyikan

oleh guru sehingga siswa lebih mudah mengingat materi tersebut. Jika model

pembelajaran ini diterapkan, maka hasil belajar siswa dalam pelajaran Seni Musik

khususnya materi aransemen lagu daerah dapat meningkat.

Berdasarkan penjelasan di atas, model pembelajaran SAVI (Somatis,

(18)

8

Siswa tidak hanya duduk mendengarkan guru, tetapi juga terlibat langsung secara

fisik dalam pelajaran tersebut, misalnya siswa mempraktekkan apa yang telah

diperagakan guru. Selain itu, siswa juga dapat melihat dan mengamati langsung

kegiatan yang dilakukan di dalam kelas. Selanjutnya, siswa menggunakan

intelektualnya untuk memecahkan masalah yang disajikan oleh guru berdasarkan

kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya.

Berdasarkan uraian di atas, ada beberapa permasalahan menarik

untuk diteliti yaitu bagaimana penerapan model pembelajaran SAVI (Somatis,

Auditori , Visual dan Intelektual) terhadap peningkatan hasil belajar siswa di

SMA Swasta Katolik Budi Murni 3 Medan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk

meneliti Penerapan model pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual,

dan Intelektual) untuk meningkatkan hasil belajar aransemen lagu daerah di kelas X SMA Swasta Katolik Budi Murni 3 Medan.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka penulis

mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana cara menerapkan model pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori,

Visual, dan Intelektual) dalam meningkatkan hasil belajar aransemen lagu

daerah siswa kelas X SMA Swasta Katolik Budi Murni 3 Medan dapat

dilaksanakan?

2. Apa kendala yang dihadapi peneliti dalam menerapkan model pembelajaran

(19)

9

3. Apa kendala yang dihadapi siswa dalam mempelajari aransemen lagu daerah

dengan menggunakan model pembelajaran SAVI (Somatis,

Auditori,Visual,danIntelektual)?

4. Bagaimana tanggapan peserta didik dengan penerapan model pembelajaran

SAVI (Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual)?

5. Apakah para siswa dapat memahami kegunaan model pembelajaran SAVI

(Somatis, Auditori , Visual dan Intelektual) dalam meningkatkan hasil belajar

aransemen lagu daerah?

6. Bagaimanakah hasil belajar aransemen lagu daerah dengan penerapan model

pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori , Visual dan Intelektual) di kelas X

SMA Swasta Katolik Budi Murni 3 Medan?

C.Batasan Masalah

Agar dalam mengadakan penelitian dapat lebih efektif dan efisien, maka

perlu adanya pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah yang dikaji

dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana penerapan model pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual,

dan Intelektual) dalam meningkatkan hasil belajar aransemen lagu daerah

siswa kelas X SMA Swasta Katolik Budi Murni 3 Medan dapat terlaksana?

2. Apakah para siswa dapat memahami kegunaan model pembelajaran SAVI

(Somatis, Auditori , Visual dan Intelektual) dalam meningkatkan hasil belajar

aransemen lagu daerah di kelas X SMA Swasta Katolik Budi Murni 3

(20)

10

3. Apakah manfaat penerapan model pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori ,

Visual dan Intelektual).

4. Apakah kendala yang dihadapi melalui penerapan model pembelajaran SAVI

(Somatis, Auditori , Visual dan Intelektual).

5. Bagaimanakah hasil belajar aransemen lagu daerah dengan penerapan model

pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori , Visual dan Intelektual) di kelas X

SMA Swasta Katolik Budi Murni 3 Medan?

D. Rumusan Masalah

Sugiyono (2009:55) mengatakan bahwa, “ rumusan masalah itu merupakan

suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan

data.”Sesuai dengan pendapat dan pembatasan masalah di atas, maka yang

menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah dengan

menerapkan model pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, dan

Intelektual) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi aransemen lagu

daerah kelas X SMA Swasta Katolik Budi Murni 3 Medan?

E. Tujuan Penelitian

Setiap aktivitas atau kegiatan yang dilakukan tentunya harus memiliki

tujuan yang hendak dicapai. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori,

Visual, dan Intelektual) dalam meningkatkan hasil belajar aransemen lagu

daerah siswa kelas X SMA Swasta Katolik Budi Murni 3 Medan.

2. Untuk mengetahui apakah siswa dapat memahami kegunaan model

(21)

11

meningkatkan hasil belajar aransemen lagu daerah di kelas X SMA Swasta

Katolik Budi Murni 3 Medan.

3. Untuk mengetahui manfaat melalui penerapan model pembelajaran SAVI

(Somatis, Auditori , Visual dan Intelektual).

4. Untuk mengetahui kendala yang terjadi melalui penerapan model

pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori , Visual dan Intelektual).

5. Mengetahui peningkatan hasil belajar aransemen lagu daerah dengan

penerapan model pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori , Visual dan

Intelektual) di kelas X SMA Swasta Katolik Budi Murni 3 Medan.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:

1. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis bahwa dengan menggunakan

metode pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual dan Intelektual) akan

dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti yang akan melakukan penelitian

berikutnya dengan topik yang relevan dengan penelitian ini

3. Memberikan sumbangan pemikiran baik dalam usaha meningkatkan kualitas

pembelajaran di sekolah dan upaya meningkatkan hasil belajar siswa dan

meningkatkan keterampilan guru dalam menerapkan pendekatan SAVI

(22)

68

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dan penelitian tindakan kelas yang

dilakukan dengan metode SAVI (Somatis, Auditori,Visual dan Intelektual) dapat disimpulkan yaitu :

1. Pembelajaran dengan metode SAVI (Somatis, Auditori,Visual dan

Intelektual) dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas X SMA

Swasta Katolik Budi Murni 3 Medan Tahun Ajaran 2013/2014.

2. Siswa kelas X SMA Swasta Katolik Budi Murni 3 Medan Tahun Ajaran

2013/2014 dapat memahami kegunaan Penerapan metode SAVI (Somatis,

Auditori,Visual dan Intelektual).

3. Nilai rata-rata pada saat pre test sebelum diberikan tindakan sebesar 57,08 dengan tindakan ketuntasan belajar 25%, pada siklus I nilai rata-rata kelas

68,12 meningkat dengan ketuntasan belajar 54,16% dan pada siklus II

nilai rata-rata kelas lebih meningkat lagi menjadi 77,5 dengan tingkat

ketuntasan belajar 87,5%.

4. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari tes hasil belajar

siklus I ke siklus II diperoleh peningkatan. Hasil tes belajar inilah yang

menunjukkan bahwa hasil belajar siswa menjadi meningkat artinya terjadi

(23)

69

5. Dengan menggunakan model pembelajaran SAVI (Somatis,Auditori,

Visual dan Intelektual) terdapat peningkatan hasil belajar Seni Budaya

khususnya dalam materi Aransemen Lagu Daerah.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diambil peneliti memberikan saran

sebagai berikut :

1. Hendak setiap guru menggunakan metode SAVI (Somatis, Auditori,

Visual dan Intelektual) terkhusus untuk materi praktek dalam

meningkatakan hasil belajar siswa.

2. Bagi penelitian yang lain yang dapat mengembangkan penelitian ini lebih

lanjut dapat menjadi pedoman dan agar kiranya dapat melakukan dengan

(24)

70

DAFTAR PUSTAKA

Bailey, W. 2004. The Complete Marching Band Resource Manual.

Philadelphia:University of Pennsylvania Press

Hirchhorn, Joel. 2001. The Complete Idiot’s Guide to Songwriting. USA: Alpha

Joyce, Bruce and Weil M. 1998. Models of Teaching. USA: Prentice/ Hall

International,Inc.

Latupeirissa, N. 2011. Jurnal Makna Nyanyian Rakyat di Maluku. Perpustakaan Digital FMMI

Lydon, M. 2004. Songwriting Success. New York:Routledge

Meier, Dave. 2000. The Accelerated Learning Handbook. Rahmani Astuti. 2002. Bandung: Kaifa

Meier, Dave. 2000. The Accelerated Learning Handbook.USA: McGraw-Hill

Compainies

Mettetal, Gwinn. 2003. Journal Essays on Teaching Excellence, Vol. 14, No. 7, page 1

Priyadi, Slamet. 2013.Jurnal PTK Seni Musik. Jakarta

Rusman . 2010. Model – model Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada

Takari,M. 2005. Jurnal Studi Banding antara Tangga Nada Diatonik dan

Pentatonik. Etnomusikologi Vol. I No. 1

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:

Kencana.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. Alfabeta

Widodo, 2006. Jurnal Nuansa Laras Diatonik dalam Macapat Semarangan.

Harmonia Jurnal Pengetahuan dan Pengetahuan Seni. Vol. VII No. 1

http://simakfisika.blogspot.com/2012/12/model-pembelajaran-savi.html diakses 15 Juni 2013.

(25)

71

http://shandz280192.blogspot.com/2009/11/pengertian-aransemen.html diakses 3 Juli 2013

http://senibudayasmp32pwr.blogspot.com/2011/11/mengaransemen-lagu.html diakses 3 Juli 2013

Gambar

Tabel 3.1. Lembar Observasi  ..........................................................................

Referensi

Dokumen terkait

[r]

(5) Apabila fasilitas kesehatan tingkat pertama terdekat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah fasilitas Kesehatan yang tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan,

YURIDIS TERHADAP PUTUSAN PERKARA TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN YANG DILAKUKAN TERHADAP ANAK (STUDI PUTUSAN NOMOR.797/Pid.B/2014/PN.Rap)”, yang selanjutnya akan dibahas pada

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE BERMAIN PERAN MAKRO TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA ANAK DI TK AISYIYAH BUSTANUL ARHFAL 2 USIA 5-6 TAHUN.. Universitas Pendidikan Indonesia |

lateral pada mahasiswa Deutro Melayu FKG USU usia 20-25 Tahun.. Medan: Universitas Sumatera

Papan kunci sebagai penghubung antara pengguna dengan sistem mempunyai fungsi sebagai pengendali sistem dalam proses peng-aktif-an maupun pe-non aktif-an serta sebagai

Kesimpulan yang diperoleh atas penelitian yang telah dilakukan oleh penulis pada bulan januari, februari dan maret adalah diketahui persediaan akhir dengan menggunakan metode

[r]