• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN Formulasi Sediaan Krim Ekstrak Etanol Buah Asam Gelugur (Garcinia atroviridis Griff. et Anders) Sebagai Antibakteri Terhadap Staphylococcus aureus.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDAHULUAN Formulasi Sediaan Krim Ekstrak Etanol Buah Asam Gelugur (Garcinia atroviridis Griff. et Anders) Sebagai Antibakteri Terhadap Staphylococcus aureus."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Penyakit infeksi merupakan jenis penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk di negara berkembang, termasuk Indonesia (Radji, 2011). Infeksi merupakan suatu keadaan terjadinya invasi dan pembiakan mikroorganisme

dijaringan tubuh manusia yang dapat menimbulkan cidera seluler lokal (Dorland, 2002). Salah satu bakteri yang menyebabkan penyakit infeksi adalah Staphylococcus aureus.

Hampir semua orang pernah mengalami berbagai infeksi Staphylococcus aureus selama hidupnya, maupun dari keracunan makanan yang berat atau infeksi

kulit yang kecil, sampai infeksi yang tidak bisa disembuhkan (Jawetz et al., 2001). Staphylococcus aureus bisa juga menyebabkan pneumonia, meningitis, endokarditis, dan infeksi kulit (Jawetz et al., 2005).

Manusia berusaha mengembangkan obat-obatan untuk mengatasi penyakit

infeksi. Salah satu obat tradisional yang mempunyai efek antibakteri adalah asam gelugur (Garcinia atroviridis Griff. et Anders). Ekstrak etanol buah asam gelugur mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dengan menunjukan nilai konsentrasi hambat minimal (KHM) sebesar 0,08% dan nilai konsentrsi bunuh minimal (KBM) sebesar 0,56% (Hengsa, 2014). Untuk

meningkatkan efektivitas penggunaan ekstrak etanol buah asam gelugur pada kulit, maka dilakukan formulasi ekstrak buah asam gelugur dalam sediaan krim tipe A/M. Sediaan krim merupakan sediaan transdermal yang sering digunakan untuk pengobatan penyakit kulit, penyebarannya di kulit juga mudah, dan terdiri

dari beberapa zat tambahan yang bisa melindungi bahan aktif sehingga tidak terjadi peruraian zat aktif dan efeknya bisa lebih maksimal.

Krim merupakan suatu cairan kental atau emulsi setengah padat. Krim biasanya digunakan sebagai emolien atau pemakaian obat pada kulit (Ansel, 2005). Formulasi pada sediaan krim akan mempengaruhi jumlah dan kecepatan zat aktif yang diabsorbsi. Zat aktif dalam sediaan krim masuk ke dalam basis yang

(2)

merupakan pembawa obat berkontak dengan permukaan kulit. Bahan pembawa yang digunakan untuk sediaan topikal akan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap absorbsi obat (Wyatt et al., 2001). Krim tipe A/M mempunyai daya lekat

yang lebih lama dibandingkan krim tipe M/A, semakin lama waktu krim lekat pada kulit maka efek yang ditimbulkan juga semakin besar. Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan penelitian dengan bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri dari formulasi sediaan krim tipe A/M ekstrak etanol buah asam gelugur terhadap bakteri Staphylococcus aureus.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahannya yaitu bagaimana daya hambat ekstrak etanol buah asam gelugur terhadap bakteri Staphylococcus aureus setelah diformulasikan dalam sediaan

krim tipe A/M.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari latar belakang dan rumusan masalah, maka pada

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya hambat ekstrak etanol buah asam gelugur terhadap bakteri Staphylococcus aureus setelah diformulasikan dalam sediaan krim tipe A/M.

D. Tinjauan Pustaka

1. Tanaman asam gelugur (Garcinia atroviridis Griff. et Anders)

Klasifikasi tanaman asam gelugur sebagai berikut : divisi Angiospermae, kelas Magnoliopsida, anak kelas Rosidae, bangsa Guttiferales, suku Glusiaceae, marga Garcinia dan Jenis Garcinia atroviridis Griff. et Anders (Backer dan van den Brink, 1965). Asam gelugur adalah tanaman famili Guttiferae G. atroviridis,

(3)
[image:3.612.216.427.146.303.2]

oranye-kekuningan, bentuknya bulat dan bersegi-segi (Ridley, 1922). Buah muda berwarna hijau kekuningan, berdiameter 7-10 cm, beralur 12-16 (Heyne, 1987).

Gambar 1. Asam Gelugur (Alsarhan, 2014)

Garcinia atroviridis terbukti mengandung senyawa γ-lakton, atroviridin,

atrovirisidone, atrovirinone, vitamin C, pentadekanoat, oktadekanoat, nonadekanoat, asam dodekanoat, beberapa asam organik (Mackeen et al., 2002), flavonoid dan fenolik (Hengsa, 2014).

Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa asam gelugur mempunyai aktivitas sebagai antibakteri. Buah asam gelugur dapat menghambat bakteri E.

coli dan S. aureus, sedangkan akar pohon asam gelugur mempunyai daya hambat terhadap bakteri B. cereus dan S. aureus (Tongboon et al., 2012). Hengsa (2014) membuktikan bahwa senyawa flavonoid dalam asam gelugur dapat menghambat bakteri S.aureus sedangkan senyawa flavonoid dan fenolik dalam asam gelugur

dapat menghambatkan bakteri Shigella dysenteriae. Selain itu telah ditemukan bahwa asam gelugur menjadi sumber antinematoda, antitumor, antivirus (Alsarhan, 2014) dan antioksidan ((MacKeen et al., 2012).

2. Bakteri

Klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut: kingdom

Prothophyta , divisio Protozoa, kelas Schizomycetes, bangsa Eubacteriates, suku Micrococcaceae, marga Staphylococcus dan jenis S. aureus (Salle, 1961). Staphylococcus aureus (Gambar 2) merupakan bakteri Gram positif, berbentuk bulat, koloni mikroskopik cenderung berbentuk seperti buah anggur. Menurut bahasa Yunani, Staphyle berarti anggur dan coccus berarti bulat atau bola. Salah

(4)
[image:4.612.230.409.143.272.2]

aureus. Bakteri ini dapat tumbuh dengan atau tanpa bantuan oksigen (Radji, 2011). Diameter 0,8-1,0 mikron, tidak bergerak, dan tidak berspora (Radji, 2011).

Gambar 2. Staphylococcus aureus (Kurniawan, 2012)

Staphylococcus tumbuh dengan baik dalam kaldu pada suhu 37oC. Kisaran suhu pertumbuhan adalah 15-40oC dan suhu optimum adalah 35oC. dalam lempeng agar biasanya tumbuh dengan suasana aerob pada suhu 37oC, bakteri ini

tidak menghasilkan pigmen (Radji,2011). Staphylococcus aureus memfermentasi terhadap glukosa, laktosa, manitol, maltose, sukrosa (Poeloengan, 2007). Pada media mannitol salt agar (MSA) akan terlihat sebagai pertumbuhan koloni berwarna kuning dikelilingi zona kuning keemasan karena kemampuan memfermentasi manitol (Dewi, 2013)

3. Krim

Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi yang mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979). Sifat umum sediaan krim ialah mampu melekat pada permukaan tempat pemakaian dalam waktu yang cukup lama. Krim

mempunyai sifat mengkilap, berminyak, melembabkan, dan mudah tersebar merata, mudah berpenetrasi pada kulit, mudah/sulit diusap, mudah/sulit dicuci air (Anwar, 2012).

Jenis krim dibagi menjadi 2, yaitu :

a. Krim tipe M/A

(5)

mudah dibersihkan dari kulit. Apabila dioleskan pada kulit akan terjadi penguapan sehingga konsentrasi bahan obat akan naik dan mendorong penyerapannya ke dalam jaringan kulit (Aulton, 2003).

b. Krim tipe A/M

Krim tipe A/M (air dalam minyak) mempunyai sifat yang lebih berminyak dan mempunyai viskositas yang lebih besar dibanding tipe M/A (Aulton, 2003).

Pemerian bahan krim tipe A/M : a.Cera alba

Cera alba biasanya digunakan pada formulasi sediaan topikal, dengan konsentrasi 5-20 %, sebagai bahan pengeras pada salep dan krim. Titik lebur 61- 65ºC, berat jenis 0,95-0,96 g/cm3. Cera alba larut dalam kloroform, eter, minyak menguap, dan sedikit larut dalam etanol 95%, praktis tidak larut dalam air (Rowe et al., 2006).

b. Cetaceum

Cetaceum berfungsi sebagai emolien, zat pengeras, biasanya digunakan pada salep, krim dan suppositoria. Cetaceum bersifat hidrofobik. Titik lebur 44-52ºC. Cetaceum larut dalam kloroform, etanol (95 %) panas, eter, dan minyak

menguap, praktis tidak larut dalam etanol (95 %) dan air (Rowe et al., 2006). c.Na tetraborat

Natrium tetraborat digunakan sebagai zat pengalkalis, pengawet anti mikroba, disinfektan, zat pengemulsi, zat penstabil. Na tetraborat biasanya digunakan sebagai astringen dan zat pengemulsi pada krim. Na tetraborat larut

dalam 1:1 gliserin, 1:1 air panas, 1:16 akuades, praktis tidak larut dalam etanol (95 %), etanol (99,5 %), dan dietil eter (Rowe et al., 2006).

d.Paraffin cair

Paraffin cair lebih sering digunakan sebagai basis pada formulasi sediaan topikal. Penambahan paraffin cair pada sediaan salep dapat menurunkan

(6)

4. Uji Kualitas Krim

Uji kualitas krim merupakan uji yang dimaksudkan untuk mengetahui sifat fisika dari sediaan krim supaya mendapatkan krim yang baik.

a. Uji Organoleptik

Uji organoleptik dilakukan dengan mengamati bentuk krim, warna dan bau krim. Uji ini bertujuan untuk mengetahui krim yang dibuat sesuai dengan warna dan bau ekstrak yang digunakan

b. Uji Viskositas

Uji viskositas krim dilakukan untuk mengetahui besarnya tahanan suatu cairan untuk mengalir. Makin tinggi viskositas, makin besar tahanannya

c. Uji pH.

Uji pH dilakukan untuk mengetahui apakah sediaan krim yang dibuat mempunyai pH yang sesuai dengan pH kulit.

d. Uji Daya Sebar

Uji daya sebar dilakukan untuk mengetahui kecepatan penyebaran krim pada kulit.

e. Uji Daya Lekat

Uji daya lekat dilakukan untuk mengetahui kemampuan krim melekat pada kulit.

f. Uji Daya proteksi

Uji daya proteksi dilakukan untuk melihat kemampuan proteksi atau perlindungan terhadap pengaruh asing dari luar yang mengurangi efektifitas dari

salep tersebut.

5. Uji Aktivitas Antibakteri

Pengujian aktivitas antimikroba dapat dilakukan dengan dua metode yaitu :

a. Metode dilusi cair/ dilusi padat

(7)

Cara dilusi ini dapat digunakan untuk menentukan kadar hambatan minimum atau kadar bunuh minimum (KHM/KBM) (Jawetz, 1996).

b. Metode difusi

Metode ini diamati diameter daerah hambatan pertumbuhan bakteri. Metode ini dilakukan dengan cara menanam kuman pada media agar padat, kemudian diletakkan kertas samir atau disk yang mengandung obat atau dapat juga dibuat sumuran kemudian diisi obat. Setelah dieramkan 18-24 jam dibaca hasilnya, dalam metode ini dikenal dua pengertian yaitu zona radikal dan zone

irradikal. Zona radikal yaitu suatu daerah di sekitar disk atau sumuran tidak ditemukan adanya pertumbuhan kuman sama sekali. Sedangkan zona irradikal adalah suatu daerah di sekitar disk atau sumuran pertumbuhan bakterinya dihambat oleh antimikroba, tetapi tidak mematikan, terlihat pertumbuhan kuman yang kurang subur dibanding dengan daerah diluar pengaruh obat tersebut

(Jawetz, 1996).

E. Landasan Teori

Salah satu obat tradisionnal yang memilki aktivitas antibakteri adalah buah

asam gelugur. Tongboon (2012) mengatakan bahwa buah asam gelugur dapat menghambat bakteri S.aureus. Hengsa (2014) mengatakan bahwa KHM dan KBM ekstrak etanol buah asam gelugur memiliki aktivitas antibakteri terrhadap bakteri Staphylococcus aureus sebesar 0,08% dan 0,56%. Kandungan senyawa dalam ekstrak etanol buah asam gelugur yang mempunyai aktivitas sebagai

antibakteri adalah flavonoid dan fenolik.

Salah satu sediaan yang dapat digunakan untuk pengobatan antibakteri adalah krim. Formulasi pada sediaan krim akan mempengaruhi jumlah dan kecepatan zat aktif yang dapat diabsorbsi. Bahan pembawa yang digunakan untuk sediaan topikal akan memiliki pengaruh besar terhadap absorbsi obat. Secara

(8)

F. Hipotesis

Gambar

Gambar 1. Asam Gelugur (Alsarhan, 2014)
Gambar 2. Staphylococcus aureus (Kurniawan, 2012)

Referensi

Dokumen terkait

Untuk jenis penelitian, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif. Yang dimaksud penelitian deskriptif adalah penelitian yang mengungkapkan hukum yang hidup

ÐÛÍÛÎÌß Ü×Ü×Õ ÌËÒßÒÛÌÎß Ü× ÍÔÞ ó ß ÇÕßÞ ÍËÎßÕßÎÌß.

Status of Treaties Depositary Notifications Certified True Copies Opening for Signature UN Journal Photographs Reference-Links Titles and Recent Texts UNTS UNTS Database

WISNU PANCAPUTRA, D1512090 "ADMINISTRATION OF VEHICLE REGISTRATION EXTENSION IN SERVICE UNIT REVENUE AND ASSET AREA MANAGEMENT (UP3AD) ONE ROOF SYSTEM

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat hidayah dan petunjuk-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas akhir prarancangan pabrik

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka merupakan indikator utama ketenagakerjaan yang sering dipakai untuk melihat perkembangan di

skill (psychomotor), and attitude (affective) during the teaching and learning process. It is useful to know the students real ability and what they know and what they can

Faktor lain yang tidak kalah penting bagi perusahaan adalah faktor3.