• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penilaian REBA dan Nordic Body Map pada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penilaian REBA dan Nordic Body Map pada"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

khususnya yang berkaitan dengan disiplin ilmu yang ditekuni.

Program Pendidikan S-1 memberikan kemampuan teoritis yang mencukupi kepada mahasiswa, namun kurang dalam pelaksanaan aplikatif dan praktek khususnya di lapangan sehingga timbul kesenjangan antara teori yang didapatkan saat perkuliahan dengan kondisi yang sebenarnya yang ada di lapangan. Oleh karena itu, Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang mewajibkan mahasiswanya untuk melaksanakan Kuliah Kerja Nyata - Praktek (KKN-P) sebagai suatu studi yang dilakukan pada perusahaan guna mengetahui pengimplementasian ilmu yang dimiliki sehingga mahasiswa mengetahui gambaran nyata aplikatif ilmu tersebut dalam dunia kerja.

Untuk memenuhi harapan tersebut, maka penulis melaksanakan kegiatan KKN-P di Koperasi Unit Desa (KUD) “DAU” yang belokasi di Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. KUD DAU ini mempunyai banyak unit usaha, yaitu Unit Usaha Industri, Unit Usaha Pemasaran, Unit Usaha Perkreditan, Unit Jasa Industri Unit Usaha Otonom, dan Unit Pelayanan Simpan Pinjam.

Dengan segala fasilitas yang diberikan oleh KUD DAU, adanya praktek kerja ini diharapkan dapat menjadi media bagi mahasiswa dalam menerapkan segala ilmu yang telah didapatkan di bangku perkuliahan kepada sistem industri yang nyata. Selain itu, dengan adanya kerjasama ini, mahasiswa dapat dengan menambah wawasan tentang industri diluar dari teori yang telah didapat selama ini.

(2)

1.2. Lingkup Observasi

Dalam kerja praktek dilakukan pengamatan secara singkat mengenai postur kerja para pekerja di KUD Dau Malang. Pengambilan data tersebut dilakukan pada Unit Usaha Industri, pada sub bidang proses produksi Formula Makanan Ternak DAU (FORMADA) dan dilakukan secara langsung.

1.3. Manfaat KKNP

Adapun manfaat yang dapat diambil dari pelaksanaan kegiatan Kuliah Kerja Nyata – Praktek dapat dirasakan oleh tiga pihak yang terkait, yaitu mahasiswa, perusahaan, dan pihak lain.

1.3.1 Manfaat Bagi Mahasiswa

Manfaat yang dapat diambil dari pelaksanaan KKN-P bagi mahasiswa antara lain :

a. Mahasiswa dapat menambah pengetahuan serta wawasan mengenai dunia produksi khususnya produksi Formula Makanan Ternak DAU (FORMADA) di KUD DAU Kabupaten Malang.

b. Mahasiswa bisa berlatih untuk menyesuaikan diri dan bekerja secara mandiri maupun kelompok di kondisi lapangan pekerjaan sebenarnya, serta memiliki sikap profesional yang dibutuhkan di dunia industri.

c. Mahasiswa mampu membandingkan dan memahami relevansi antara teori yang didapatkan di bangku perkuliahan dengan kenyataan yang sebenarnya di dunia kerja.

d. Memberikan kesempatan untuk mempelajari keterampilan dan pengetahuan baru melalui kegiatan kerjasama dengan para pakar industri yang telah berpengalaman di lapangan.

1.3.2 Manfaat Bagi Perusahaan

Manfaat yang dapat diambil dari pelaksanaan KKN-P bagi perusahaan antara lain :

(3)

a. KUD DAU Kabupaten Malang akan memperoleh masukan yang berkaitan dengan penerapan bidang ilmu yang diberikan saat perkuliahan sebagai bahan pertimbangan kemajuan dan perkembangan perusahaan.

b. Menjalin hubungan kerja sama dalam bidang penelitian dengan institusi badan pendididikan.

(4)

1.3.3 Manfaat Bagi Pihak Lain

Manfaat yang dapat diambil dari pelaksanaan KKN-P bagi pihak lain antara lain :

a. Sebagai sumber referensi apabila ingin mengangkat tema pengamatan yang bersangkutan atau hampir sama dengan tema pada laporan KKN-P ini.

b. Sebagai sumber informasi dan ilmu pengetahuan yang mengandung banyak manfaat.

(5)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Gambaran Umum Perusahaan

Koperasi Unit Desa (KUD) “DAU” terletak di Dusun Sengkaling, Desa Mulyoagung, Kecamatan Dau Kabupaten Malang. Luas wilayah kerja KUD “DAU” yaitu seluas 5.725.502 M2, meliputi 10 desa dan dengan letak geografs ketinggian 450 – 1100 M dari permukaan laut, dengan suhu 18 º – 30 ºC.

KUD DAU Malang didirikan dengan tiga tujuan, yaitu membantu masyarakat sekitar guna mengembangkan usaha ternak. Tujuan kedua untuk membantu msayarakat sekitar dalam pengelolaan hasil ternak. Tujuan ketiga sekaligus tujuan utama KUD DAU adalah meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar.

Daerah pemasaran susu pada Koperasi Unit Desa “DAU” meliputi daerah Jawa Timur dan Bali. Selain itu untuk memperluas usahanya Koperasi Unit desa “DAU” menjalin kerjasama dengan beberapa perusahaan, seperti : PT. PAL Surabaya, PT. Aneka Jasa Gresik, PT. Bharata Surabaya, PT. Sampurna Lamongan, serta beberapa perusahaan di daerah Bojonegoro, dan Jombang.

2.2 Sejarah Perusahaan

Berdasarkan Inpres nomor 4 tahun 1973 dan SK Bupati Daerah Tingkat II Kabupaten Malang No. 2075/k/1973 tanggal 20 Oktober 1973 didirikan BUUD (Badan Usaha Unit Desa) DAU yang masih berpusat pada pembinaan pertanian dan sarana pertanian berupa pupuk.

Berdasarkan persetujuan INPRES No 2/78, BUUD berubah menjadi KUD DAU (Koperasi Unit Desa). Pada tanggal 3 september 1979 KUD DAU pertama kalinya mengadakan rapat anggota yang menghasilkan beberapa keputusan sebagai berikut: Penunjukan 5 orang pengurus, yaitu:

(6)

2. Suharyono 3. Joni Subagio 4. Ramidjan

5. Sutrisno Adiwijaya

Pemberian nama “KUD DAU (Dadio Ayeming Urip)” pada tanggal 29 januari 1980. Dalam KUD DAU sendiri, Unit usaha terbaik terdapat pada unit Sapi Perah dengan hasil produksi mencapai 8500 liter per hari.

Selama perjalanan pengelolaannya, KUD DAU telah memperoleh banyak prestasi antara lain:

1. Tahun 1982 sebagai KUD Percontohan 2. Tahun 1990 sebagai KUD Mandiri

3. Tahun 1991 sebagai KUD se-Kabupaten Malang

4. Tahun 1992 sebagai KUD terbaik Kedua tingkat provinsi jawa timur

5. Tahun 1995 sebagai KUD terbaik tingkat Nasional 6. Tahun 1996 sebagai KUD Teladan

7. Tahun 1997 sebagai KUD mandiri teladan nasional 8. Tahun 2002 sebagai KUD berprestasi Nasional

9. Tahun 2005 sebagai KUD dengan SOP terbaik Versi PT.Nestle

10. Tahun 2006 sebagai KUD Berprestasi Peringkat I JATIM Saat ini KUD DAU mempunyai anggota sebanyak 15.660 orang yang terbagi menjadi dua, yaitu anggota aktif sebanyak 850 orang dan anggota pasif sebanyak 14.810 orang. Anggota pasif anggota adalah anggota yang masih terdaftar tetapi tidak pernah berhubungan langsung dengan koperasi dan masih memiliki hak di koperasi seperti SHU (sisa hasil usaha). Dalam KUD DAU sendiri saat ini terdapat 94 orang pekerja yang dibagi menjadi dua yaitu pekerja tetap sejumlah 45 orang dan pekerja harian 44 orang.

(7)

Kekuasaan tertinggi pada badan usaha koperasi adalah rapat anggota. Rapat anggota dilaksanakan satu tahun sekali dengan jumlah minimal kehadiran anggota 50% + 1. Rapat anggota ini membahas tentang realisasi rencana usaha. Untuk merencanakan anggran belanja, dibuat pula RAB (Rencana Anggaran Belanja) yang dilaksanakan setiap satu bulan sekali.

KUD DAU memiliki beberapa unit usaha yang menjadi sumber ekonomi bagi anggotanya, diantaranya:

a. Unit Usaha Sapi Perah

- Menjalankan operasional pengumpulan hasil susu sapi perah - Supplai susu hanya untuk unit pengolahan susu

b. Unit Usaha “FORMADA”

- Memproduksi makanan untuk sapi perah

- Hasil produksi dijual untuk pihak luar namun diprioritaskan untuk KUD sendiri

c. Unit Usaha Pertokoan

- Berupa minimarket yang menyediakan sembako dan keperluan lain bagi masyarakat sekitar

d. Unit Usaha Pengolahan Susu

- Supplier bagi perusahaan pengolahan susu

- Produksi susu pasteurisasi untuk memenuhi pesanan pihak luar dan KUD sendiri

e. Unit Usaha Simpan Pinjam

- Menyediakan jasa keuangan bagi anggota dan karyawan f. Unit Usaha TRI (Tebu Rakyat Intensifkasi)

- Kerjasama penanaman tebu dengan pabrik gula Krebet yang disponsori oleh BRI

g. Unit Usaha CU (Cooling Unit)

(8)

- Panyembelihan sapi untuk kebutuhan masyarakat

2.4Organisasi dan Manajemen Perusahaan

Dalam menjalankan aktivitasnya, KUD DAU membentuk struktur organisasi untuk memudahkan sistem manajerial KUD. Sifat dari organisasi ini kekuasaan dan tanggung jawab berjalan dari puncak sampai bawah menurut garis oordina.

Kekuasaan tertinggi pada badan usaha koperasi adalah rapat anggota. Rapat anggota dilaksanakan satu tahun sekali dengan jumlah minimal kehadiran anggota 50% + 1. Rapat anggota ini membahas tentang realisasi rencana usaha. Untuk merencanakan anggaran belanja, dibuat pula RAB (Rencana Anggaran Belanja) yang dilaksanakan setiap satu bulan sekali.

2.4.1 Struktur Organisasi KUD DAU

Berikut ini adalah gambaran struktur organisasi dari KUD DAU Kabupaten Malang.

IIN HARI K. SEGENG S.

UNIT USAHA UNIT USAHA UNIT USAHA UNIT USAHA UNIT USAHA UNIT USAHA UNIT USAHA UNIT USAHA

Sapi Perah Pemotongan sapi Pertokoan Pengolahan Susu Simpan Pinjam TRI C.U RPH

(9)

Berikut ini adalah gambaran tugas tiap jabatan dan unit usaha di KUD DAU:

1. Rapat anggota

Merupakan pemegang kekuasaan dalam suatu koperasi. Dalam KUD DAU ini rapat anggota dilakukan sekali dalam satu tahun. Rapat anggota membahas realisasi usaha dan rencana pelaksanaan usaha berikutnya.

2. Pengurus

Susunan pengurus berisi tiga jabatan yaitu ketua pengurus, sekretaris dan bendahara. Ketua pengurus bertugas untuk mengkoordinasi anggotanya. Sekretaris bertugas untuk mengurusi administrasi umum KUD DAU. Bendahara sebagai pemegang keuangan KUD DAU secara umum. Pengurus bertanggung jawab kepada pengawas.

3. Pengawas

Berfungsi mengontrol jalannya usaha dengan kesesuaian dengan rancangan anggaran belanja yang telah dibuat.

4. Manager

Menjalankan tugas spesifk dari pengurus. 5. Staf Manager

Membantu manager dalam menjalankan tugasnya. Staf manager terdiri dari kasir, kredit, akuntansi dan personalia. Kasir bertugas untuk menerima dan koordinir keuangan bagi unit usaha. Akuntansi bertugas untuk membuat rekapitulasi data dari unit usaha untuk dibawa pada rapat anggota. Personalia berkaitan dengan ketenagakerjaan, termasuk asuransi dan upah tenaga kerja.

6. Unit Usaha

Bertugas untuk menjalankan operasional usaha berdasarkan bidang usahanya. Realisasi usaha harus disesuaikan dengan rancangan yang telah dibuat.

(10)

Berikut adalah struktur organisasi dari unit pengolahan pakan ternak pada KUD DAU, Kabupaten Malang.

KEPALA UNIT

KABAG DISTRIBUSI & PEMASARAN KABAG PRODUKSI

ADMINISTRASI UMUM DAN KEUANGAN

Gambar 2.2 Struktur organisasi Unit Pengolahan Makanan Ternak

Berikut ini merupakan gambaran tugas tiap jabatan unit pengolahan makanan ternak:

1. Kepala Unit

Mengatur jalannya unit usaha pengolahan makanan ternak. Keputusan tertinggi ada pada kepala unit usaha ini.

2. Administrasi Umum dan Keuangan

Menjalankan proses administrasi dan keuangan pada unit usaha pengolahan makanan ternak saja, termasuk menentukan jumlah gaji yang diterima pekerja.

3. Kepala Bagian Produksi

Bertanggung jawab atas jalannya proses produksi. Dalam menjalankan tugasnya, kepala bagian dibantu oleh staf produksi yang menjalankan proses produksi.

4. Kepala Bagian Distribusi dan Pemasaran

Tanggung jawab dimulai dari makanan ternak telah diproduksi dan mulai didistribusikan. Kepala bagian ini dibantu oleh kepala gudang fnishing produk dan koordinator driver.

2.5Ketenagakerjaan

(11)

barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang memegang peranan penting dalam peningkatan produktivitas.

Jumlah tenaga kerja di KUD DAU Malang secara keseluruhan berjumlah 94 orang dengan jumlah tenaga kerja untuk divisi pengolahan pengolahan makanan ternak berjumlah 9 orang.

Tabel 2.1 Rincian Tenaga Kerja Divisi Makanan Ternak DAU

N

o Jabatan Jumlah

1 Kepala Divisi FORMADA 1 orang

2 Staf Administrasi 2 orang

3 Kepala Bagian Produksi 1 orang

4 Karyawan Produksi 3 orang

5 Karyawan Pendistribusian 2 orang

2.5.1 Pengaturan Jam Kerja

Karyawan KUD DAU bekerja 6 hari kerja dalam satu minggu yaitu hari Senin sampai Sabtu dengan jam kerja adalah 6 jam. dimulai pukul 08.00 WIB sampai 14.00 WIB Proses produksi berjalan selama 3 periode dalam 1 bulan, yaitu pada tanggal 3, 12, dan 23.

2.5.2 Sistem Pengupahan

Koperasi Unit Desa “DAU” menggunakan sistem pengupahan sebagai berikut:

1. Upah bulanan

Diberikan kepada karyawan tetap yang besarnya disesuaikan dengan jabatan dan masa kerja. Upah bulanan ini diperuntukkan bagi semua pekerja tetap di KUD DAU, Malang.

2. Upah harian

(12)

3. Upah lembur

Diberikan kepada karyawan tetap yang bekerja diluar jam kerja dan dihitung berdasarkan jam lembur.

2.5.3 Kesejahteraan Tenaga Kerja

Selain upah, kesejahteraan tenaga kerja di KUD DAU, Malang juga diberikan dalam bentuk lain:

1. Jaminan Kesehatan

Jaminan ini diberikan berupa asuransi jiwa dan jaminan kesehatan dari Jamsostek dan Bringin Life. Jaminan ini diambil berasal dari 40% gaji pegawai dan 60% sisanya dari dana koperasi. Jaminan kesehatan ini diperuntukkan bagi semua karyawan di KUD DAU, Malang.

2. Bonus

Bonus ini diberikan apabila pegawai dapat melebihi target produksi yang telah ditentukan sebelumnya. Dapat pula berupa bonus ketika produk yang dikirim ke suatu instansi ternya dapat melebihi standar yang telah ditetapkan sebelumnya.

3. Tunjangan

Tunjangan yang diberikan berupa bahan makanan seperti beras dan gula.

2.6Proses Produksi

Proses produksi yaitu suatu kegiatan perbaikan terus-menerus yang dimulai dari sederet siklus sejak adanya ide-ide untuk menghasilkan suatu produk, pengembangan produk, proses produksi sampai distribusi kepada konsumen (V. Gaspersz, 2004).

(13)

produksi adalah suatu cara, metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang maupun jasa dengan mengunakan sumber-sumber (manusia, mesin, material dan uang) yang ada.

Proses produksi Formula Makanan Ternak DAU (FORMADA) di KUD DAU:

1. Formulasi

Formulasi adalah proses untuk menentukan kadar atau komposisi dari bahan-bahan yang akan digunakan dalam pembuatan Formula Makanan Ternak DAU (FORMADA).

2. Persiapan Bahan dan Peralatan

Dalam proses persiapan dilakukan penimbangan bahan-bahan yang akan diproses berdasarkan formulasi yang dilakukan diawal. Lalu dalam mempersiapkan peralatan yang akan digunakan dilakukan pemeriksaan dengan cara menghidupkan dan menjalankan mesin terlebih dahulu sebelum proses produksi benar-benar dilakukan.

3. Pencampuran Bahan Baku

Dimulai dengan membuka karung-karung bahan baku yang telah ditetapkan, kemudian bahan baku dimasukan ke mesin pencampur oleh 1 karyawan. Mesin pencampur bahan baku dengan kapasitas mesin 1200 kg yang dioperasikan oleh 1 orang karyawan. dengan kapasitas tersebut dihasilkan 24 karung Formula Makanan Ternak DAU. Untuk 1 kali proses produksi dalam sehari menghasilkan 70-75 karung

4. Pengemasan

Proses pengemasan menggunakan alat yang sederhana yaitu alat jahit karung semi otomatis yang dioperasikan oleh 1 orang karyawan.

5. Penyimpanan

(14)

berada dalam 1 ruangan dengan proses produksi. Semua perpindahan material dilakukan oleh manusia secara manual.

6. Pendistribusian

Proses pendistribusian ke pelanggan menggunakan bantuan 1 buah Truck dengan jumlah pegawai 2 orang dengan rincian 1 pengemudi, 1 karyawan penurunan karung. Proses pendistribusian ini ditujukan ke pelanggan tetap. Pelanggan tetap merupakan anggota dari Koperasi Unit Desa DAU yaitu peternak sapi perah.

2.7.1 Flowchart Proses Produksi Makanan Ternak DAU

(15)

Mulai

Persiapan Alat dan

Mesin

Bahan Baku FORMADA

Proses Pencampuran

Konsentrat

Proses Pengemasan

Proses Penyimpanan

Proses Pendistribusian

Selesai

Gambar 2.3 Flowchart Proses Produksi FORMADA

2.7Bahan Baku

(16)

setiap harinya untuk 1 ekor sapi dengan demikian sapi membutuhkan makanan yang tepat dan nyaman di pencernaan sapi guna menunjang kondisi kesehatan sapi agar setiap hari menghasilkan susu dalam jumlah optimal.

2.7.1 Bahan Baku Utama

Bahan baku merupakan salah satu aspek yang sangat penting karena keberadaannya sangat berpengaruh, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Dalam proses pembuatan makanan ternak bahan baku utama, yaitu polar, mineral, bekatul, kopra, dan campuran.

Komposisi dari keseluruhan bahan baku untuk 1 kali proses pencampuran adalah polar 200 kg, bekatul 400kg, bekatul kasar 200kg, kopra 200kg, campuran 100kg dan mineral 100kg total untuk satu kali proses pencampuran 1200kg, 1 hari dilakukan 2 kali proses produksi.

2.7.2 Bahan Pengemasan

Selain bahan baku utama diatas terdapat juga bahan baku tambahan yang menunjang proses produksi susu pasteurisasi. Bahan baku tambahan diperlukan untuk dapat memberikan variasi terhadap pilihan produk yang dihasilkan oleh KUD “DAU”. Bahan baku tambahan tersebut adalah :

2.8 Mesin dan peralatan

1. Mixer Machine

(17)

Gambar 2.4 Mixer

2. Alat Timbangan

Alat yang digunakan sebagai acuan utama dalam menentukan berat konsentrat dimana berat yang sudah ditetepkan adalah 50kg/karung.

Gambar 2.5 timbangan

3. Bag Closing Machine / alat penjahit karung

Alat penjahit karung merupakan alat yang digunakan untuk menjahit bagian atas karung sebagai penutup. Alat ini tergolong semi otomatis dikarenakan pengoperasianya masih memerlukan bantuan pekerja. Dengan spesifkasi alat Tipe : NP-7A Listrik : 90

(18)

Gambar 2.6 Bag Closing Machine

4. Scooper / Sekop Pasir

Scooper merupakan alat bantu yang digunakan untuk membersihkan bahan baku yang berserakan dilantai kemudian dimasukan kembali ke mixer machine apabila saat proses produksi terdapat bahan baku yang tumpah.

Gambar 2.7 scooper

5. Pembersih Meterial

(19)

Gambar 2.8 Pembersih Material

6. Pengait Karung

Alat ini berfungsi untuk membantu memindahkan karung dari tempat ke tempat lain, total ada 2 buah pengait karung.

Gambar 2.9 Pengait Karung

7. Volt Stabilizier

(20)

Gambar 2.10 Volt Stabilizier

8. Pemadam Api

Alat Pemadam Api adalah alat yang digunakan untuk memadamkan api dengan mengeluarkan kabut air yang mengandung unsur kimia.

Gambar 2.11 Plate Pemadam Api

9. Truck

(21)

Gambar 2.12 Truck

2.9Sistem Pemasaran

Kegiatan pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang terpenting dalam setiap perusahaan. Karena pemasaran adalah kegiatan memasarkan sebuah produk yang akhirnya bertujuan mencari keuntungan yang sebesar-besarnya. Kegiatan pemasaran tidak dilakukan begitu saja tanpa suatu sistem dan perencanaan yang baik.

2.9.1 Bauran Pemasaran (Marketing Mix) 2.9.1.1 Produk

Salah satu produk dari KUD ”DAU” adalah Formula Makanan Ternak DAU (FORMADA), yang merupakan produk terpercaya untuk konsentrat tambahan untuk sapi perah dimana makanan utama sapi perah sendiri adalah rumput. Komposisi dari FORMADA merupakan campuran dari berbagai kandungan yang dibutuhkan sapi perah diantaranya adalah polar, bekatul, kopra dan mineral. Dengan adanya FORMADA untuk makanan pelengkap menjadikan produktivitas susu sapi perah menjadi meningkat dan stabil sehingga membantu memperlancar proses pengolahan susu yang disetorkan peternak ke KUD “DAU”.

(22)

Penetapan harga oleh KUD “DAU” dipengaruhi oleh faktor harga bahan baku dari supplier dan harga bahan bakar minyak, namun ada perbedaan harga yang telah ditetepkan perusahaan terhadap anggota KUD dan non anggota seperti tabel 2.2 berikut :

Tabel 2.2 Daftar harga makanan ternak KUD DAU N

o Konsumen Harga

1 Anggota KUD

“DAU” Rp.125.000/karung 2 Non Anggota KUD

“DAU” Rp.130.000/karung

2.9.1.3 Place

Saluran distribusi merupakan sarana dalam proses pendistribusian produk kepada konsumen yang lebih menekankan pada jaringan yang ada. Dalam hal ini meliputi wilayah-wilayah dimana terdapat peternak sapi perah anggota koperasi. Untuk penjualan non anggota perusahaan menetapkan kebijakan untuk memasarkan FORMADA di dalam lingkup perusahaan.

2.9.1.4 Promosi

Promosi yang dilakukan leh KUD “DAU” dilakukan dengan cara : 1. Pengiklanan

Kegiatan pengiklanan melalui website yaitu kuddaum4lang.jimdo.com

2. Publisitas

Kegiatan publisitas dilakukan melalui brosur. 3. Promosi penjualan

(23)

BAB III

PELAKSANAAN KULIAH KERJA NYATA - PRAKTEK

3.1Waktu Dan Tempat KKN-P

Pelaksanaan kegiatan KKN-P ini dilaksanakan pada:

Nama Perusahaan : Koperasi Unit Desa (KUD) DAU, Malang Alamat : Dusun Sengkaling, Desa Mulyoagung, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang

Unit Usaha : Unit Usaha Industri

Unit : Pengolahan Makanan Ternak

Waktu : 10 Maret 2014 – 10 April 2014

3.2Jurnal Kegiatan KKN-P

Selama pelaksanaan kegiatan KKN-P, peneliti telah melakukan beberapa kegiatan yang mendukung proses penyusunan dan penyelesaian KKN-P. Berikut rincian jurnal kegiatan yang dilakukan peneliti selama pelaksanaan kegiatan KKN-P.

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan KKN-P

(24)
(25)

3.3Metode Penelitian

Metode Pengumpulan data selama penyusunan laporan KKN-P yang digunakan sebagai berikut:

1. Metode Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Metode yang digunakan dalam mendapatkan data dengan jalan studi literatur di perpustakaan serta dengan membaca sumber-sumber data informasi lainnya yang berhubungan dengan pembahasan serta studi literatur yang sesuai di internet. Sehingga dengan penelitian kepustakaan ini, permasalahan yang dibahas dapat diselesaikan dengan teori yang ada.

2. Metode Penelitian lapangan (Field Research)

Metode ini digunakan dalam pengumpulan data, dimana peneliti secara langsung terjun pada proyek penelitian, sedangkan cara lain yang dipakai dalam Field Research ini adalah:

a. Interview, yaitu suatu metode yang digunakan dalam mendapatkan data dengan jalan mengajukan pertanyaan secara langsung pada saat perusahaan mengadakan suatu kegiatan. Disini penulis memperoleh data dengan cara melakukan Tanya-jawab secara langsung kepada kepala unit dan pekerja di unit pengolahan susu, sehingga penulis mendapatkan data dalam bentuk penjelasan yang akurat dari topik atau permasalahan yang dibahas dalam laporan ini. b. Observasi, yaitu suatu metode dalam memperoleh data

dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap keadaan yang sebenarnya dalam perusahaan. Disini penulis melakukan pengamtaan secara langsung, yaitu dengan melihat proses pembuatan susu pasteurisasi dan mencacat waktu produksi. Pada saat pengamatan penulis juga melakukan pencatatan dari data-data penting yang diperoleh.

(26)

3.4Sumber Data

Untuk menunjang kelengkapan pembahasan dalam penulisan laporan Kerja Praktik ini, penulis memperoleh data yang bersumber dari :

1. Data primer

Data primer adalah merupakan data yang diperoleh secara langsung dari perusahaan berupa hasil pengamatan setempat dan perolehan dokumen perusahaan serta wawancara langsung pada pimpinan perusahaan maupun pada karyawan yang bersangkutan.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah merupakan data yang tidak langsung yang diperoleh dari dokumen-dokumen. Dalam hal ini bersumber dari penelitian yang meliputi buku-buku bacaan yang berkaitan dengan judul penelitian dan data-data yang terkumpul.

3.5Diagram Alir KKN-P

(27)

Mulai

Pengenalan lingkungan perusahaan keseluruhan

Pengambilan data Penempatan mahasiswa

di Bidang tertentu

Penyusunan laporan

Selesai

(28)

BAB IV

PENILAIAN POSTUR TUBUH PEKERJA DENGAN

REBA & NORDIC BODY MAP PADA UNIT PRODUKSI

MAKANAN TERNAK DI KUD DAU, KABUPATEN

MALANG

4.1 Situasi Masalah

Produktivitas menunjukkan besarnya kemampuan proses yang dimiliki perusahaan dalam merubah input menjadi output. Beberapa hal yang menjadi input tersebut diantaranya ialah raw material,

sumber energi, informasi dan resources yang berupa manusia atau mesin, sedangkan output dapat berupa produk atau jasa. Sebagai salah satu yang terlibat dalam proses, manusia memegang peranan sangat penting, dimana ketika seorang pekerja melakukan kerja secara berlebihan serta terjadi human error atau bahkan kecelakaan kerja akan dapat menurunkan produktivitas.

Di dalam proses produksi, produktivitas ditopang oleh tiga pilar yaitu Kuantitas (Quantity), Kualitas (Quality) dan Keselamatan (Safety), dimana ketika salah satu tidak tercapai maka produktivitas juga tidak akan tercapai. Keselamatan pekerja ini harus diperhatikan karena menyangkut manusia sebagai pemegang peranan penting dalam proses produksi.

(29)
(30)

4.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang diambil pada studi kasus di KUD Dau, Kabupaten Malang ini adalah sebagai berikut:

1. Apa saja risiko bahaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang dapat terjadi pada unit produksi makanan ternak di KUD Dau, Kabupaten Malang? menggunakan metode REBA & Nordic Body Map terhadap risiko keluhan otot skeletal dan risiko bahaya pada unit produksi makanan ternak di KUD Dau, Kabupaten Malang.

2. Memberi solusi perbaikan berdasarkan hasil penilaian ergonomi (ergonomic assesment).

4.4 Batasan Masalah

Batasan yang digunakan dalam studi kasus di KUD Dau, Kabupaten Malang ini adalah sebagai berikut:

1. Data yang diolah hanya terbatas pada kegiatan proses produksi makanan ternak.

2. Dalam penelitian ini, penyusun tidak mempertimbangkan biaya mengenai solusi perbaikan yang diberikan.

4.5 Asumsi

Asumsi yang digunakan pada studi kasus ini adalah sebagai berikut:

(31)

4.6 Tinjauan Pustaka

4.6.1 Pengertian Ergonomi

Menurut Wignjosoebroto (2000), ergonomi atau ergonomics

(dalam bahasa inggris) berasal dari bahasa Yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Dengan demikian Ergonomi dimaksudkan sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaannya. Fokus perhatian dari Ergonomi ialah aspek-aspek manusia dalam perencanaan “ man-made objects” dan lingkungan kerja. Berangkat dari kenyataan bahwa manusia memiliki batas-batas kemampuan baik jangka pendek maupun jangka panjang pada saat berhadapan dengan keadaan lingkungan sistem kerjanya yang berupa perangkat keras/hardware (mesin, peralatan kerja, dll.) dan perangkat lunak/software (metode kerja, sistem dan prosedur, dll.). Sutalaksana (1979) mengelompokkan bidang kajian ergonomi menjadi berikut: 1. Faal Kerja, yaitu bidang kajian ergonomi yang meneliti energi

manusia yang dikeluarkan dalam suatu pekerjaan. Tujuan dan bidang kajian ini adalah untuk perancangan sistem kerja yang dapat meminimasi konsumsi energi yang dikeluarkan saat bekerja.

2. Antropometri, yaitu bidang kajian ergonomi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia untuk digunakan dalam perancangan peralatan dan fasilitas sehingga sesuai dengan pemakainya.

(32)

4. Penginderaan, yaitu bidang kajian ergonomi yang erat kaitannya dengan masalah penginderaan manusia, baik indera penglihatan, penciuman, perasa dan sebagainya.

5. Psikologi kerja, yaitu bidang kajian ergonomi yang berkaitan dengan efek psikologis dan suatu pekerjaan terhadap pekerjanya, misalnya terjadinya stres dan lain sebagainya.

4.6.2 Metode Analisis Postur Kerja

4.6.2.1 REBA (Rapid Entire Body Assesment)

REBA atau Rapid Entire Body Assessment dikembangkan oleh Dr. Sue Hignett dan Dr. Lynn Mc Atamney yang merupakan ergonom dari universitas di Nottingham (University of Nottingham’s Institute of Occuptaional Ergonomic). Rapid Entire Body Assessment adalah sebuah metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomi dan dapat digunakan secara cepat untuk menilai posisi kerja atau postur leher, punggung, lengan pergelangan tangan dan kaki seorang pekerja .Selain itu metode ini juga dipengaruhi faktor coupling, beban eksternal yang ditopang oleh tubuh serta aktiftas pekerja. Penilaian dengan menggunakan REBA tidak membutuhkan waktu yang lama untuk melengkapi dan melakukan scoring general pada daftar aktivitas yang mengindikasikan perlu adanya pengurangan resiko yang diakibatkan postur kerja pekerja (Mc Atamney, 2000).

(33)

dilakukan dalam bekerja. Hal ini berarti bahwa skor terendah akan menjamin pekerjaan yang diteliti bebas dari ergonomic hazard. REBA dikembangkan untuk mendeteksi postur kerja yang beresiko dan melakukan perbaikan sesegera mungkin.

REBA dikembangkan tanpa membutuhkan piranti khusus. Ini memudahkan peneliti untuk dapat dilatih dalam melakukan pemeriksaan dan pengukuran tanpa biaya peralatan tambahan. Pemeriksaan REBA dapat dilakukan di tempat yang terbatas tanpa menggangu pekerja. Pengembangan REBA dilakukan dalam empat tahap. Tahap pertama adalah pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan bantuan video atau foto, tahap kedua adalah penentuan sudut–sudut dari bagian tubuh pekerja, tahap ketiga adalah penentuan berat benda yang diangkat, penentuan coupling, dan penentuan aktivitas pekerja. Dan yang terakhir, tahap keempat adalah perhitungan nilai REBA untuk postur yang bersangkutan. Dengan didapatnya nilai REBA tersebut dapat diketahui level resiko dan kebutuhan akan tindakan yang perlu dilakukan untuk perbaikan kerja.

Penilaian postur dan pergerakan kerja menggunakan metode REBA melalui tahapan–tahapan sebagai berikut (Hignett dan McAtamney, 2000) :

1. Untuk mendapatkan gambaran sikap (postur) pekerja dari leher, punggung, lengan, pergelangan tangan hingga kaki secara terperinci dilakukan dengan merekam atau memotret postur tubuh pekerja. Hal ini dilakukan supaya peneliti mendapatkan data postur tubuh secara detail (valid), sehingga dari hasil rekaman dan hasil foto bisa didapatkan data akurat untuk tahap perhitungan serta analisis selanjutnya.

(34)

segmen tubuh yang meliputi punggung (batang tubuh), leher, lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan kaki. Pada metode REBA segmen – segmen tubuh tersebut dibagi menjadi dua kelompok, yaitu grup A dan B. Grup A meliputi punggung (batang tubuh), leher dan kaki. Sementara grup B meliputi lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan. Dari data sudut segmen tubuh pada masing–masing grup dapat diketahui skornya, kemudian dengan skor tersebut digunakan untuk melihat tabel A untuk grup A dan tabel B untuk grup B agar diperoleh skor untuk masing–masing tabel. Pada gambar 4.2 ditunjukkan worksheet pengambilan data REBA.

Gambar 4.1 Lembar Kerja Penilaian REBA 4.6.2.2 Nordic Body Map

Nordic Body Map digunakan untuk mengetahui keluahan

(35)

Gambar 4.2 Kusioner Nordic Body Map

(36)

4.7.1 Diagram alir Analisa dan Pembahasan

Data REBA & Nordic Body Map

Selesai Mulai

Identifikasi Masalah

Studi Pustaka

Merekam Proses kerja

Pengolahan Gambar Proses Kerja & Penyebaran

Kuisioner

Analisa dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Gambar 4.3 Flowchart Analisa dan Pembahasan REBA

4.7.2 Penilaian terhadap Postur Kerja

4.7.2.1 Penilaian Postur Kerja Menggunakan Metode REBA

Penilaian terhadap postur kerja dilakukan dengan menggunakan metode REBA (Rapid Entire Body Assesment). Metode ini mengevaluasi postur, kekuatan, aktivitas dan faktor coupling yang dapat menimbulkan cidera akibat aktivitas yang berulang-ulang. Penggunaan metode REBA pada studi kasus ini terjadi dalam dua tahap, yaitu sebagai berikut:

(37)

(a) (b) (c)

Gambar 4.4 Foto postur kerja pekerja

2. Tahap kedua adalah penentuan sudut-sudut dari bagian tubuh pekerja pada foto yang telah diambil serta penentuan berat benda yang diangkat, penentuan coupling dan penentuan risiko aktivitas pekerja.

3. Berikut ini merupakan penilaian postur tubuh pada pekerja yang meliputi ketiga aktivitas dalam proses produksi.

a. Step 1, Posisi Leher

Berikut klasifkasi skor untuk posisi leher yang akan disesuaikan dengan postur tubuh pekerja.

Tabel 4.1 Klasifkasi Posisi Leher

Posisi Leher Skor Perubahan Skor

0˚ - 20˚ flexion 1 +1 Jika memutar / miring kesamping > 20˚ flexion atau

extension 2

Tabel 4.2 Pemberian Skor Posisi Leher

Step 1 Aktivitas

(a) Aktivitas (b) Aktivitas (c)

Sudut Posisi

Leher 0˚ - 20˚ 0˚ - 20˚ (+1) 0˚ - 20˚

Skor 1 2 1

Posisi leher pekerja pada aktivitas (a) dan aktivitas (c) sama, yaitu 1. Sedangkan skor untuk aktivitas (b) adalah 2.

(38)

Setelah mengetahui sudut yang dibentuk dari posisi punggung pekerja, maka selanjutya adalah memberi skor dengan klasifkasi sebagai berikut.

Tabel 4.3 Klasifkasi Posisi Punggung Posisi Punggung Skor Perubahan Skor

Tegak/alamiah 1

Tabel 4.4 Pemberian Skor Posisi Punggung

Step 2 Aktivitas aktivitas (c) sama yaitu berada pada range 20˚ - 60˚, maka skor untuk aktivitas (a) dan (c) adalah 3. Sedangkan untuk aktivitas (b) yang berada pada range 0˚ - 20˚, maka skor untuk aktivitas (b) adalah 2.

c. Step 3, Posisi Kaki

(39)

Gambar 4.5 Klasifkasi pergerakan kaki

Tabel 4.5 Pemberian Skor Posisi Kaki

Step 3 Aktivitas (a)

Aktivitas

(b) Aktivitas (c)

Sudut Posisi Kaki 1 (+1) 2 (+1) 1 (+1)

Skor 2 3 2

Dapat dilihat bahwa posisi pergerakan kaki aktivitas (a) dan (c) pekerja tertopang dan kedua kaki berada pada range

sudut 30˚ - 60˚ sehingga skor untuk kedua aktivitas ini adalah 2. Sedangkan aktivitas (b) adalah 3.

d. Step 4, Pengisian Tabel A

Berikut merupakan klasifkasi Tabel A yang nantinya akan diisi oleh skor dari ketiga aktivitas di atas.

(40)

Tabel A berisi skor yang diperoleh dari posisi leher, punggung dan kaki sehingga didapatkan skor untuk tabel A adalah sebagai berikut.

Tabel 4.6 Pemberian Skor Tabel A

Step 4 Aktivitas

e. Step 5, Beban yang Diangkat

Foto postur tubuh pekerja pada ketiga gambar tersebut adalah saat proses pemindahan makanan ternak (50kg) ke

pallet.

Tabel 4.7 Klasifkasi Skor Beban

Beban

Karena beban yang diangkat pada ketiga aktivitas berada pada >10 kg dan tidak terdapat penambahan beban secara tiba-tiba atau secara cepat, maka ketiga aktivitas pada Step ini skornya adalah 2.

f. Step 6, Penambahan Skor Step 4 dan Step 5

Skor yang diperoleh pada Step 4 atau pada Tabel A akan ditambahkan dengan skor pada Step 5 untuk beban yang diangkat.

Tabel 4.8 Pemberian Skor Step 6

(41)

g. Step 7, Posisi Lengan Atas

Pemberian skor untuk posisi lengan atas adalah dengan membandingkan foto postur pekerja (a, b, c) dengan gambar

range pergerakan lengan atas.

Gambar 4.7 Range pergerakan lengan atas

Klasifkasi skor posisi lengan atas sesuai dengan ketentuan berikut:

Tabel 4.9 Klasifkasi Skor Posisi Lengan Atas Posisi Lengan

Atas Skor Perubahan Skor

20° extension

sampai 20° flexion 1 +1 Jika posisi lengan:

- - Abducted

Tabel 4.10 Pemberian Skor Lengan Atas

Step 7 Aktivitas (a)

Aktivitas

(42)

Sudut Lengan

Dapat dilihat posisi lengan atas pekerja pada aktivitas (a) dan (c) berada pada range 20°-45° terhadap pusat tubuh, maka skor untuk kedua aktivitas ini adalah 2. Sedangkan untuk aktivitas (b) berada pada range 45°-90° dan terlihat bahwa bahu sedikit ditinggikan untuk menahan beban karung pakan ternak, sehingga skor ditambahkan 1. Sehingga skor untuk aktivitas (b) adalah 4.

h. Step 8, Posisi Lengan Bawah

Pemberian skor untuk posisi lengan atas adalah dengan membandingkan foto postur pekerja (a, b, c) dengan gambar

range pergerakan lengan bawah.

Gambar 4.8 Range pergerakan lengan bawah

Klasifkasi skor posisi lengan bawah sesuai dengan ketentuan berikut:

Tabel 4.11 Klasifkasi Skor Posisi Lengan Bawah Posisi Lengan Bawah Skor

60°-100° flexion 1 <20° flexion atau > 100°

flexion 2

Tabel 4.12 Pemberian Skor Posisi Lengan Bawah

Step 8 Aktivitas (a)

Aktivitas

(43)

Sudut Lengan Bawah

60° - 100° 60° - 100° 60° - 100°

Skor 1 1 1

Dapat dilihat bahwa posisi lengan bawah pekerja pada ketiga aktivitas berada pada range sudut 60° - 100°. Sehingga skor untuk posisi lengan bawah pekerja adalah 1.

i. Step 9. Posisi Pergelangan Tangan

Pemberian skor untuk posisi pergelangan tangan adalah dengan membandingkan foto postur pergelangan tangan pekerja (a, b, c) dengan gambar range pergerakan pergelangan tangan di bawah.

Gambar 4.9 Range pergerakan pergelangan tangan

Klasifkasi skor posisi pergelangan tangan sesuai dengan ketentuan berikut:

Tabel 4.13 Klasifkasi Skor Posisi Pergelangan Tangan Posisi Pergelangan

Tangan Skor Perubahan Skor

0°-15° flexion/extension 1 pergelangan tangan+1 Jika menyimpang/

berputar 15° flexion/ extension 2

Tabel 4.14 Pemberian Skor Posisi Pergelangan Tangan

(44)

Skor untuk posisi pergelangan tangan aktivitas (b) dan (c) berada pada range 0°-15°, maka skor untuk kedua aktivitas ini adalah 1. Sedangkan skor untuk aktivitas (a) adalah 3.

j. Step 10, Pengisian Tabel B

Berikut merupakan klasifkasi Tabel A yang nantinya akan diisi oleh skor dari ketiga aktivitas di atas.

Gambar 4.10 Tabel B REBA

Tabel B berisi skor yang diperoleh dari posisi lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan sehingga didapatkan skor sebagai berikut.

Tabel 4.15 Pemberian Skor Tabel B

Step 10 Aktivitas (a)

Aktivitas

(b) Aktivitas (c)

Tabel B (2, 1, 3) (4, 1, 2) (2, 1, 1)

Skor 3 5 1

k. Step 11, Penilaian Coupling

Berikut ini merupakan syarat-syarat coupling pada tabel REBA. Nilai untuk pekerja saat membawa/ mengambil benda adalah Unacceptable.

Tabel 4.16 Penilaian Coupling

0 – Good 1 – Fair 2 - Poor 3 - Unacceptable

(45)

dan tepat

l. Step 12, Pengisian Tabel C

Berikut merupakan klasifkasi Tabel C yang nantinya akan diisi oleh hasil skor Tabel A dan Tabel B di atas.

Gambar 4.11 Tabel C REBA

Pengisian tabel C diperoleh dari skor pada Tabel A dan (Tabel B + Penilaian Coupling), sehingga diperoleh skor untuk Tabel C adalah sebagai berikut.

Tabel 4.17 Pemberian Skor Tabel C

(46)

m.Step 13, Activity Score

Setelah diperoleh skor pada Tabel C, langkah selanjutnya adalah menambahkan skor pada Tabel C dengan skor pada

Activity Score. Berdasarkan ketiga aktivitas yang dilakukan pekerja, skor akan ditambah 1 karena aktivitas tersebut menyebabkan perubahan atau pergeseran postur yang cepat dari posisi awal.

Tabel 4.18 Klasifkasi Activity Score

Activity Score

Tabel 4.19 Pemberian Skor Aktivitas

Step 13 Aktivitas selanjutnya adalah menentukan aktivitas tersebut termasuk dalam kategori sesuai dengan tabel resiko sebagai berikut.

Tabel 4.20 Tabel Resiko Ergonomi metode REBA Skor

REBA LevelRisk Tindakan

(47)

Berikut merupakan rekapitulasi hasil penilaian REBA dari ketiga aktivitas (a, b, c) di atas.

Tabel 4.21 Hasil pengolahan REBA

Aktivit as

Rapid Entire Body Assesment (REBA) Asessment

Score

A ScoreB ScoreC ActivityScore ScoreFinal Kesimpulan

a 4 3 6 1 7 medium risk

b 5 5 8 1 9 high risk

c 4 1 4 1 5

medium risk

Hasil penilaian postur kerja pekerja dengan REBA untuk aktivitas (b) adalah termasuk kategori high risk yang berarti diperlukan tindakan perbaikan segera. Adapun high risk pada aktivitas ini dipengaruhi oleh posisi lengan atas yang memiliki skor 4 dan juga penambahan skor 3 pada penilaian coupling yang berarti pegangan pada barang yang dibawa pekerja Unacceptable. Jadi, perlu ada perbaikan segera pada posisi lengan atas dan coupling. Sedangkan untuk aktivitas (a) dan aktivitas (c) termasuk dalam kategori medium risk yang berarti diperlukan perbaikan pada postur ini. Postur kerja yang kurang baik tersebut dilakukan dalam intensitas yang cukup tinggi dalam satu hari. Jika hal ini dibiarkan saja secara terus menerus, maka potensi resiko pekerja menderita cedera tulang belakang dan cedera pada bagian lengan dan bahu akan semakin tinggi.

(48)

Data yang diperoleh untuk mengetahui jenis dan tingkat keluhan MSDs merupakan data primer dari pengisian kuisioner

Nordic Body Map. Jumlah kuisioner yang disebar disesuaikan dengan jumlah operator pada unit produksi makanan ternak yaitu sebanyak tiga orang. Dari data tersebut dapat diketahui tingkat keluhan muskuloskeletal pada setiap bagian tubuh dengan cara melakukan pembobotan pada masing-masing kategori rasa sakit. Nilai bobot untuk setiap kategori rasa sakit tersebut adalah sebagai berikut.

Tabel 4.22 Pembobotan Kategori Rasa Sakit Kategori Nilai bobot

Tidak sakit 1

Agak sakit 2

Sakit 3

Sangat sakit 4

Berdasarkan hasil pengisian 28 jenis keluhan pada kuisioner dan pembobotan tersebut, diperoleh rekapitulasi data keluhan MSDs dari kuisioner sebagai berikut.

Tabel 4.23 Rekapitulasi Pengolahan Kuisioner Nordic Body Map

Oper

1 : Sakit/kaku di leher bagian atas 2 : Sakit/kaku di leher bagian bawah 3 : Sakit di bahu kiri

4 : Sakit di bahu kanan

5 : Sakit pada lengan atas kiri 6 : Sakit di punggung

(49)

Gambar 4.12 Nordic Body Map

8 : Sakit pada pinggang 9 : Sakit pada pinggul 10 : Sakit pada pantat 11 : Sakit pada siku kiri 12 : Sakit pada siku kanan

13 : Sakit pada lengan bawah kiri 14 : Sakit pada lengan bawah kanan 15 : Sakit pada pergelangan tangan kiri 16 : Sakit pada pergelangan tangan kanan 17 : Sakit pada tangan kiri

18 : Sakit pada tangan kanan 19 : Sakit pada paha kiri 20 : Sakit pada paha kanan 21 : Sakit pada lutut kiri 22 : Sakit pada lutut kanan 23 : Sakit pada betis kiri 24 : Sakit pada betis kanan

25 : Sakit pada pergelangan kaki kiri 26 : Sakit pada pergelangan kaki kanan 27 : Sakit pada kaki kiri

28 : Sakit pada kaki kanan

(50)

Kabupaten Malang tersebut disebabkan oleh postur tubuh saat bekerja yang dirasa tidak ergonomis dan dilakukan secara berulang-ulang (repetitive) dalam waktu yang lama.

4.8 Pembahasan dan Perbaikan

Berdasarkan hasil penilaian ergonomi dengan cara analisis postur kerja, hasilnya berada pada kondisi yang tidak ergonomis. Terbukti bahwa indikasi tempat kerja yang tidak ergonomis adalah ketika pekerja mengeluhkan adanya nyeri atau sakit pada leher, bahu, punggung atau pinggang, postur kerja yang buruk yaitu sering membungkuk dan lain sebagainya. Oleh karena itu perlu adanya rekomendasi perbaikan untuk unit produksi makanan ternak di KUD DAU, Kabupaten Malang terkait K3 berdasarkan hasil penilaian produksi ini tidak berlaku. Penjadwalan waktu istirahat sebanyak 5 menit tiap jam juga dibutuhkan untuk memberikan kesempatan pekerja melepas lelah. Selain itu, untuk menekan keluhan MSDs dan menghindari postur kerja yang tidak aman, manajemen hendaknya memperbaiki prosedur kerja (Standard Operational Procedure) yang lebih aman serta melakukan pemeriksaan kesehatan pekerja secara berkala.

2. Pengendalian pada pekerja

(51)

belakang akibat aktivitas manual material handling, diperlukan alat pengangkut dalam proses tersebut. Alat tersebut bisa seperti gambar di bawah ini:

Gambar 4.13 Cart (gerobak dorong)

Adapun manfaat alat tersebut adalah untuk membawa karung makanan ternak dari proses packaging sampai pallet. Berikut contoh tampilan operator pada saat membawa karung makanan ternak (aktivitas b) dengan menggunakan Cart.

(52)

BAB V

PENUTUP

Pada bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dari pembahasan studi kasus dan saran dari penelitian yang telah dilaksanakan. Sehingga dapat bermanfaat bagi perusahaan maupun penulis.

5.1Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari pembahasan studi kasus adalah sebagai berikut:

1. Hasil penilaian postur kerja pekerja dengan REBA untuk ketiga aktivitas tersebut adalah diperlukan tindakan perbaikan segera pada aktivitas (b). Sedangkan aktivitas (a) dan aktivitas (c) masih dalam kategori medium risk. Postur kerja yang kurang baik tersebut dilakukan dalam intensitas yang cukup tinggi dalam satu hari. Jika hal ini dibiarkan saja secara terus menerus, maka potensi resiko pekerja menderita cedera tulang belakang dan cedera pada bagian lengan dan bahu akan semakin tinggi.

(53)

yang dirasakan sakit oleh seluruh pekerja yaitu nomor 2, 5 dan 7. Antara lain, bagian bahu kiri, punggung dan pinggang. Selain itu, terdapat 12 bagian tubuh yang dirasa agak sakit oleh seluruh pekerja.

3. Untuk mengurangi resiko cidera pada pekerja perlu adanya perbaikan pada posisi lengan atas dan juga pada coupling,

sehingga pemberian Cart untuk aktivitas (b) ini sangat memungkinkan untuk mengurangi resiko tersebut.

5.2Saran

Saran yang dapat diberikan untuk studi kasus selain dari saran perbaikan di bab 4 adalah sebagai berikut:

Gambar

Gambar 2.1 Struktur Organisasi KUD DAU
Gambar 2.2 Struktur organisasi Unit Pengolahan Makanan Ternak
Gambar 2.3 Flowchart Proses Produksi FORMADA
Gambar 2.4 Mixer
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui gangguan postur tubuh yang terjadi pada karyawan maka dipergunakan metode REBA (Rapid Entire Body Assessment) yaitu metode yang digunakan untuk menganalisa

REBA merupakan suatu metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomi dan dapat digunakan secara cepat untuk menilai posisi kerja atau postur leher, punggung, lengan,

Penelitian terdahulu yang menggunakan metode RULA berjudul evaluasi ergonomi menggunakan metode RULA (rapid upper limb assessment) untuk mengidentifikasi alat bantu

ANALISIS BEBAN KERJA MENGGUNAKAN PENDEKATAN CALORY EXPENDITURE DAN EVALUASI POSTUR TUBUH DENGAN RAPID ENTIRE BODY ASSESSMENT (REBA).. RAHMADITA FILAILI NRP 2512

Perlu adanya analisis dengan tujuan mengetahui postur kerja operator melalui metode RULA Rapid Upper Limb Assessment dan REBA Rapid Entire Body Assessment yang akan di jadikan sebagai

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis postur tubuh pekerja di lantai produksi di UKM Riau Jaya Paving dengan analisa Rapid Entire Body Assessment REBA sehingga dapat dilakukan usulan

Keluhan pekerja tersebut dianalisis menggunakan metode Rapid Entire Body Assessment REBA untuk mengetahui secara tepat dan cepat dan menilai posisi kerja atau postur leher, punggung,

1.2.4 Rapid Entire Body Assesment REBA Rapid Entire Body Assessment REBA merupakan suatu metode yang dikembangkan dalam ranah ergonomi dan dapat digunakan dengan cepat untuk