PENGARUH PERSEPSI PROFESI DAN KESADARAN ETIS TERHADAP KOMITMEN PROFESI AKUNTAN PUBLIK
(Survey Pada Kantor Akuntan Publik Wilayah Surakarta)
FAHALINA HERAWATI 3351402076
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Abstrak : Auditor sebagai sebuah profesi memiliki seperangkat kode etik dalam menjalankan profesinya. Terjadinya pelanggaran etika di lingkungan auditor menjadi issue yang menarik. Karena hal itu mengakibatkan menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap profesi auditor. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh persepsi profesi terhadap komitmen organisasi akuntan publik (2) pengaruh kesadaran etis terhadap komitmen profesi akuntan publik. Penelitian ini merupakan penelitin survey dengan menyebarkan kuesioner secara langsung kepada sampel. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor pada Kantor Akuntan Publik di Surakarta. Sampel yang diambil berjumlah 40 orang auditor yang diambil berdasarkan jumlah populasi yang ada sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) terdapat pengaruh positif yang signifikan antara persepsi profesi akuntan publik terhadap komitmen profesi akuntan publik. Artinya bahwa semakin tinggi persepsi profesi yang di miliki oleh seorang auditor akan berakibat pada peningkatan pemahaman terhadap profesi yang digelutinya sehingga akan berdampak pula pada peningkatan komitmen profesi yang membuat terciptanya profesionalisme yang tinggi, (2) tidak terdapat pengaruh positif yang signifikan antara kesadaran etis auditor terhadap komitmen profesi akuntan publik. Dengan demikian berarti tinggi atau rendahnya komitmen profesi seorang auditor tidak dipengaruhi oleh tingkat kesadaran akan etika dari seorang auditor. Implikasi dari penelitian ini adalah untuk peningkatan profesionalisme auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik sehingga mampu memberikan jasa yang diharapkan mayarakat. Dalam rangka peningkatan profesioalisme tersebut, maka diperlukan adanya peningkatan pemahaman terhadap profesi yang berdampak pada peningkatan persepsi profesi auditor melalui pelatihan-pelatihan maupun diskusi yang berkaitan dengan profesi auditor.
Kata kunci: Persepsi profesi, Kesadaran Etis, komitmen profesi Profesi Akuntan Publik diperlukan untuk
dapat memberikan penilaian dan
bertanggungjawab atas kewajaran laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak memberikan informasi yang
menyesatkan kepada masyarakat dan pemakainya. Masyarakat dan pemakai laporan keuangan mengharapkan agar auditor dapat memberikan jaminan mutlak (Absolute Assurance) mengenai hasil akhir proses audit yaitu laporan auditor (Efendi dan Sujiono, 2004). Komitmen organisasi dan komitmen profesi dalam profesi akuntansi ditelaah sejak lama.
profesi yang kuat, perilakunya lebih pengarah pada aturan dibandingkan akuntan dengan komitmen profesi yang rendah. Selanjutnya komitmen profesi yang kuat berhubungan conventional level pengembangan moral. Dalam
melaksanakan profesinya, seorang auditor diatur oleh suatu kode etik akuntan. Kode Etik Akuntan adalah norma perilaku yang mengatur hubungan antara akuntan dengan klien, antara akuntan dengan teman sejawatnya dan antara profesi dengan masyarakat (Sihwahjoeni dan Gudono, 2000). Profesi auditor akan selalu berhadapan dengan dilema yang mengakibatkan seorang auditor berada pada dua pilihan yang bertentangan. Sebagai contoh dalam proses auditing, seorang auditor akan mengalami suatu dilema ketika tidak terjadi kesepakatan dengan klien mengenai beberapa aspek dan tujuan pemeriksaan. Apabila auditor memenuhi tuntutan klien berarti akan melanggar standar pemeriksaan, etika profesi dan komitmen auditor tersebut terhadap profesinya, tetapi apabila tidak memenuhi tuntutan klien maka
dikhawatirkan akan berakibat pada penghentian penugasan oleh klien. Berbagai pelanggaran etika yang terjadi pada perusahaan go public di Indonesia juga sering terjadi padahal semestinya hal ini tidak perlu terjadi apabila setiap akuntan mempunyai pemahaman, kemampuan dan kemauan untuk menerapkan nilai-nilai moral dan etika secara memadai dalam melaksanakan profesinya (Ludigdo, 1999). Dikarenakan auditor selalu berada pada posisi seperti tersebut diatas,
maka diperlukan adanya suatu tanggapan (penerimaan) seseorang terhadap suatu peristiwa moral tertentu yang didasarkan pada pengalaman dan pembelajaran dari masing-masing individu sehingga dapat memutuskan tentang apa yang harus dilakukan dalam situasi tertentu atau yang biasa disebut dengan persepsi (Sihwajoeni dan Gudono, 2000). Dalam menjalankan profesinya, seorang akuntan harus
mengedepankan sikap dan tindakan yang mencerminkan profesionalisme dimana hal tersebut telah diatur dalam kode etik profesinya. Karena pertimbangan profesional berlandaskan pada nilai dan keyakinan individu, kesadaran moral memainkan peran penting dalam
pengambilan keputusan akhir (Harahap, 1991). Namun pada kenyataannya seorang auditor dalam menjalankan tugasnya masih banyak melakukan kesalahan yang melanggar kode etik profesi yang berlaku. Hal ini dapat dilihat dari beberapa contoh kasus yang terjadi di beberapa perusahaan di Surakarta yang diaudit oleh KAP dengan pendapat auditor wajar tanpa pengecualian tetapi pada kenyataannya perusahaan tersebut mengalami “kredit macet” (Yazid, 2006). Contoh kasus ini menunjukkan bahwa kompetensi dari seorang auditor telah mengalami penurunan dikarenakan kurangnya
kesadaran akan etika profesi yang dimiliki oleh auditor tersebut. Bagi profesi akuntan publik, persepsi profesi merupakan
pemahaman seorang auditor terhadap apa yang digelutinya. Pemahaman ini
berkaitan dengan faktor kognitif masing-masing individu auditor tersebut sehingga persepsi auditor satu dengan yang lain akan berbeda. Apabila seorang auditor memiliki persepsi atau pandangan positif terhadap profesinya, maka auditor tersebut akan memahami segala sesuatu yang berkaitan dengan profesi yang digelutinya dan beranggapan bahwa profesinya merupakan profesi yang sangat penting bagi pihak lain sehingga mereka akan melakukan apa yang harus dilakukan secara proporsional. Sementara itu, apabila seorang auditor memiliki persepsi negative terhadap profesinya maka auditor tersebut akan beranggapan bahwa profesi yang digelutinya harus menghasilkan bagi dirinya sendiri tanpa memikirkan
dampaknya bagi pihak lain apabila tidak dilaksanakan sesuai dengan kode etik yang berlaku. mengapa
perusahaan di Surakarta yang merupakan perusahaan keluarga sehingga berakibat pada pengelolaan managemen perusahaan yang masih sederhana. Dengan semakin berkembangnya sebuah perusahaan, otomatis harus diikuti pula dengan penambahan modal perusahaan yang menuntut perusahaan untuk berhubungan dengan pihak investor. Atas dasar inilah maka perusahaan membutuhkan jasa auditor independen untuk menilai kewajaran laporan keuangan yang disyaratkan
oleh investor. Dan sangatlah penting untuk dapat mengetahui seberapa besar
kompetensi dari auditor independen yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surakarta dalam menjalankan profesinya sebagai akuntan publik dimana profesi ini selalu dihadapkan pada dilema etis antara
kepentingan profesi dengan kepentingan klien.
METODE
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja pada KAP di wilayah Surakarta dengan jumlah auditor sebanyak 40 auditor untuk periode Desember 2006. Terdapat empat Kantor Akuntan Publik di wilayah Surakarta yang dijadikan objek penelitian, yaitu: KAP Drs. Soemantri, KAP Drs. Rachmad Wahyudi, KAP Drs. Payamta & Co, KAP Drs. Wartono & Co. Dari keseluruhan populasi sebanyak 40 auditor, maka peneliti mengambil sampel sebanyak 40 responden berdasarkan pada jumlah keseluruhan KAP dengan sepuluh kuesioner untuk masing-masing KAP. Oleh karena dari seluruh populasi auditor diambil sebagai objek penelitian maka penelitian ini merupakan penelitian populasi (Singarimbun, 1995: 170). Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket (kuesioner). Konsep dalam penelitian ini meliputi komitmen profesi akuntan publik sebagai variabel tak bebas sedangkan variabel bebas terdiri dari persepsi profesi
(X1) dan kesadaran etis (X2). Konsep-konsep tersebut diukur dengan
menggunakan aras pengukuran interval / skala interval.
Tabel : skor dari setiap jenis pernyataan dalam instrument penelitian
Variabel Jenis jawaban skor Persepsi
profesi
Sangat setuju (SS) 5 Setuju (S) 4 Ragu-ragu (RR) 3 Tidak setuju (TS) 2 Sangat tidak setuju (STS)
1
Kesadaran Etis
Sangat setuju (SS) 5 Setuju (S) 4 Ragu-ragu (RR) 3 Tidak setuju (TS) 2 Sangat tidak setuju (STS)
1
Komitme n profesi
Sangat setuju (SS) 5 Setuju (S) 4 Ragu-ragu (RR) 3 Tidak setuju (TS) 2 Sangat tidak setuju (STS)
1
kuesioner yang dikembalikan responden kepada peneliti sejumlah 40 kuesioner dan kuesioner yang tidak memenuhi syarat untuk dianalisa sebanyak 10 kuesioner karena ada beberapa item pertanyaan dalam kuesioner yang tidak dijawab. Berdasarkan hal tersebut maka dikembangkan kerangka pemikiran teoritis sebagai berikut:
Perumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah
H2 : Persepsi profesi dan Kesadaran etis secara parsial mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap komitmen profesi.
Model empiris yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis regresi linier berganda dalam penelitian ini
menggunakan metode statistik regresi sederhana dengan bantuan komputer melalui program SPSS 12.0 for Windows. Variabel Independen (Persepsi profesi dan kesadaran etis) dieskpektasikan dapat mempengaruhi variabel dependen (komitmen profesi).
Bentuk persamaan regresinya adalah sebagai berikut: Y = α + β1X1 + β2X2 + ε Keterangan:
Y = Komitmen Profesi
α = Konstanta (nilai Y apabila nilai X = 0) X1 = Persepsi profesi
β1 = Koefisien regresi Persepsi profesi X2 = Kesadaran etis
β2 = Koefisien regresi Kesadaran etis ε = eror (kesalahan residu)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Analisis regresi linier berganda ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Berikut hasil uji regresi dengan menggunakan bantuan program SPSS ver. 12.00
Coefficientsa
Model Unstandardiz ed Coefficients
Standa rdized Coeffi cients
t Sig.
B Std. Error
Beta
1 (Con stant)
48.97 0
18.23 2
2.68 6
.031
perse psi
.507 .130 .824 3.89 0
.006
kesad aran
.043 .120 -.076 -.36 0
.729
a. Dependent Variable: komitmen
Dari hasil regresi tersebut sebagaimana seperti pada tabel diperoleh persamaan sebagaimana regresi sebagai berikut:
Y = 48,970 + 0,507X1 - 0,403X2 Konstanta sebesar 48,97 memberikan arti bahwa apabila variabel predictor
diasumsikan = 0, maka komitmen profesi secara konstan bernilai sebesar 48,97. Koefisien regresi X1 sebesar 0,507 memberikan arti bahwa persepsi profesi berpengaruh positif terhadap komitmen profesi. Hal ini menunjukkan bahwa dengan penambahan satu satuan persepsi profesi maka akan akan terjadi kenaikan komitmen profesi sebesar 0,507. Dan begitu juga sebaliknya. Koefisien regresi X2 sebesar 0,403 memberikan arti bahwa kesadaran etis berpengaruh positif
terhadap komitmen profesi. Nilai ini memperlihatkan bahwa semakin tinggi nilai kesadaran etis sebesar satu satuan maka akan menyebabkan nilai komitmen profesi mengalami kenaikan sebesar 0,403. Begitu juga sebalikya. Hasil penelitian yang telah dilakukan untuk uji asumsi klasik diperoleh hasil maka data
heteroskedastistisitas. Nilai Adjusted R2 sebesar 0,596 berarti bahwa komitmen profesi akuntan publik dipengaruhi sebesar 59,6% oleh variabel persepsi profesi dan kesadaran etis. Sedangkan sisanya sebesar 40,4% dipengaruhi oleh variabel lain diluar
penelitian. Berdasar pada hasil analisis data, menunjukkan bahwa variabel
personalitas persepsi profesi dan kesadaran etis mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap komitmen profesi.
Pembahasan
Komitmen profesi akuntan publik Dari table dapat diketahui Partisipasi auditor dalam menghadiri setiap
pertemuan ternyata sangat sedikit hal ini terlihat dari jawaban
responden menjawab sangat tidak setuju 1 orang atau 3,3%, tidak setuju 10 orang atau 33,3%, ragu-ragu sebanyak 12 orang atau 40% dan setuju 5 orang atau 16,7% dan sangat tidak setuju 2 orang atau 6,7%. Tukar menukar auditor dari organisasi lain cukup baik hal ini dilihat dari jawaban responden yaitu sangat setuju 1 orang atau 3,3%, setuju 8 orang atau 16,7, ragu-ragu sebanyak 15 orang atau 50%, tidak setuju sebanyak 5 orang atau 16,7 dan sangat tidak setuju sebanyak 1 orang atau 3,3%. Kepercayaan auditor untuk mendukung Ikatan Akuntan Indonesia baik yang ini dilihat dari jawaban responden setuju sebanyak 8 orang atau 26,7%, ragu-ragu sebanyak 14 orang atau 46,7% dan tidak 8 orang atau 26,7%. Pendapat dari auditor mengenai peranannya didalam masyarakat adalah sangat penting jawaban dari
responden adalah sangat baik hal terlihat dari jawaban responden yang menjawab sangat setuju 1 orang tau 3,3%, setuju 8 orang atau 26,7%, ragu-ragu sebanyak 14 orang atau 46,7 dan tidak setuju 6 orang atau 20% dan sangat tidak setuju hanya 1 orang atau 3,3%. Dan peranan dari auditor yang dianggap terlalu berlebihan
berdasarkan dari frekuensi jawaban responden adalah cukup baik yaitu sangat setuju sebanyak 4 orang atau 13,3%, setuju
sebanyak 4 orang atau 13,3%, ragu-ragu sebanyak 13 orang atau 43,3% dan tidak setuju 8 orang atau 26,7% dan sangat tidak setuju 1 orang atau 3,3%. Standar profesi yang berlaku pada suatu organisasi belum tentu berlaku pada organisasi lain menurut jawaban responden adalah tidak
menyetujui hal tersebut yaitu sangat setuju 2 orang atau 6,7%, setuju 5 orang atau 16,7%, ragu-ragu 12 orang atau 40%, tidak setuju 10 orang atau 33,3% dan sangat tidak setuju 1 orang atau 3,3%. Auditor memiliki cara yang berbeda dalam menilai kompetensi sesama rekan auditor menurut jawaban banyak yang tidak setuju hal ini dilihat dari jawaban responden yang setuju hanya 1 orang atau 3,3%, setuju 7 orang atau 23,3%, ragu-ragu sebanyak 7 orang atau 46,7% dan tidak setuju sebanyak 8 orang atau 26,7% dan yang menjawab sangat tidak setuju tidak ada atau 0%. Berdasarkan hasil penelitian dapt diketahui Pertanyaan mengenai komitmen profesi berdasarkan pada kompetensi profesi auditor yang terdiri dari 8 pertanyaan yaitu pertanyaan nomor 11 – 18. Bahwa ikatan akuntan seharusnya mempunyai kekuatan melaksanakan standar yang harus
dilakukan auditor adalah diragukan hal ini dilihat dari jawaban responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 3 orang atau 10%, setuju 5 orang atau 16,7%, ragu-ragu sebanyak 12 orang atau 40%, tidak setuju 8 orang atau 26,7% dan sangat tidak setuju sebanyak 2 orang atau 6,7%. Prestasi auditor sebaiknya dinilai oleh rekan profesinya daripada supervisornya cukup diragukan karena jawaban
responden yang ternyata seimbang antara ragu-ragu sebanyak 10 orang atau 33,3%, tidak setuju 10 orang atau 33,3 dan setuju sebanyak 10 orang atau 33,35.
Auditor memiliki dorongan ketika melihat auditor yang idealis dengan pekerjaannya menurut jawaban responden banyak yang memilih tidak setuju yaitu sangat setuju 3 orang atau 10%, setuju 4 orang atau 13,3%, ragu-ragu sebanyak 12 orang atau 40%, tidak setuju 10 orang atau 33,35 dan sangat tidak setuju 1 orang atau 3,3%. Antusias para auditor terhadap pekerjaan yang dilakukan cukup meragukan hal ini dilihat dari jawaban responden yang menjawab setuju 10 orang atau 33,3%, ragu-ragu sebanyak 10 orang atau 33,3% dan tidak setuju 10 orang atau 33,3%. Komitmen untuk tetap bekerja sebagai auditor ketika dilakukan pemotongan gaji untuk kepentingan tugas auditor ternyata banyak yang menjawab tidak setuju hal ini dilihat dari jawaban responden yang menjawab sangat setuju 1 orang, setuju 7 orang atau 23,3%, ragu-ragu sebanyak 16 orang atau 53,35 dan tidak setuju 6 orang atau 20%. Pemberian kesempatan kepada auditor untuk membuat keputusan
terhadap apa yang diperiksanya ternyata banyak yang tidak menyetujuinya hal dilihat dari jawaban responden yang setuju 4 orang atau 23,3%, ragu-ragu sebanyak 14 orang atau 46,7% dan tidak setuju 9 orang atau 30%. Pertimbangan yang dilakukan oleh seorang auditor harus diikuti oleh pembuatan keputusan yang signifikan ternyata cukup meragukan hal ini dilihat dari jawaban responden yang menjawab sangat setuju 1 orang atau 3,3%, setuju 8 orang atau 26,7, ragu-ragu sebanyak 10 orang atau 33,3%, tidak setuju 10 orang atau 33,3% dan sangat tidak setuju sebanyak 1 orang atau 3,3%.
Persepsi Profesi
Berdasrkan hasil penelitian dapat diketahui Auditor yang harus menjamin bahwa laporan keuangan yang diaudit sesuai dengan standar akuntansi keuangan menurut jawaban responden banyak yang memilih tidak setuju yaitu sangat setuju 3 orang atau 10%, setuju 9 orang atau 30,0%, ragu-ragu sebanyak 14 orang atau 46,7%, tidak setuju 4 orang atau 13,3%
dan sangat tidak setuju 0 orang atau 0%. Auditor harus menjamin bahwa laporan yang diaudit tidak ada penyimpangan yang disengaja cukup meragukan hal ini dilihat dari jawaban
responden yang menjawab sangat setuju 2 orang atau 6,7%, setuju sebanyak 5
orang atau 16,7%, ragu-ragu sebanyak 12 orang atau 40,0% dan tidak setuju
10 orang atau 33,3%. Laporan yang dilakukan auditor harus efisien banyak yang menjawab ragu-ragu hal ini ditunjukkan sangat setuju 2 orang atau 6,7%, setuju 8 orang atau 26,7%, ragu-ragu sebanyak 14 orang atau 46,7% dan tidak setuju 6 orang
atau 20%. Auditor harus menjamin kecurangan yang material yang dapat dideteksi banyak yang ragu-ragu hal dilihat dari jawaban responden yang sangat setuju 1 orang atau 3,3%, setuju sebanyak 8 orang atau 26,7%, raguragu sebanyak 14 orang atau 46,7% dan tidak setuju 7 orang atau 23,3%. Berdasrkan hasil penelitian dapat diketahui Auditor harus menjamin bahwa pendapatnya sesuai dengan kriteria yang ditentukan hal ini dilihat dari
jawaban responden yang menjawab ragu-ragu hal ini nampak dari jawaban
responden sebanyak sangat setuju 2 orang atau 6,7%, setuju 9 orang atau 30,0, ragu-ragu sebanyak 12 orang atau 40%, tidak setuju 6 orang atau 20% dan sangat tidak setuju sebanyak 1 orang atau 3,3%. Auditor harus menjamin bahwa pemeriksaan dokumen perusahaan
sesuai dengan bukti yang sah banyak yang menjawab ragu-ragu hal ini dilihat dari jawaban responden yaitu sangat setuju 2 orang atau 6,7%, setuju 8 orang atau 26,7, ragu-ragu sebanyak 11 orang atau 36,7%, tidak setuju 8 orang atau 26,7% dan sangat tidak setuju sebanyak 1 orang atau 3,3%. Auditor harus menjamin sistem
tidak setuju 4 orang atau 13,3% dan sangat tidak setuju sebanyak 1 orang atau 3,3%. Auditor harus menjamin kelangsungan hidup perusahaan masa akan datang tidak diragukan banyak yang menjawab ragu-ragu hal ini dilihat dari jawaban responden yaitu sangat setuju 1 orang atau 3,3%, setuju 8 orang atau 26,7, ragu-ragu sebanyak 12 orang atau 40,0%, tidak setuju 8 orang atau
26,7% dan sangat tidak setuju sebanyak 1 orang atau 3,3%. Auditor harus menjamin semua tindakan yang salah telah
dikonfirmasikan secara signifikan terhadap lembaga banyak yang menjawab
ragu-ragu hal ini dilihat dari jawaban responden yaitu sangat setuju 2 orang atau 6,7%, setuju 5 orang atau 16,7, ragu-ragu sebanyak 12 orang atau 40,0%, tidak setuju 10 orang atau 33,3% dan sangat tidak setuju sebanyak 1 orang atau 3,3%. Auditor harus menjamin perusahaan berjalan secara efisien banyak responden yang menjawab ragu-ragu hal ini dilihat dari jawaban responden yaitu sangat setuju 1 orang atau 3,3%, setuju 7 orang atau 23,3, ragu-ragu sebanyak 14 orang atau 46,7%, tidak setuju 8 orang atau 26,7% dan sangat tidak setuju sebanyak 0 orang.
Kesadaran Etis
Berdasarkan hasil penelitian Kantor akuntan publik seharusnya memiliki kewajiban terbatas yang telah ditetapkan Undang-undang menurut jawaban responden banyak yang memilih setuju yaitu sangat setuju 5 orang atau 16,7%, setuju 14 orang atau 46,7%, ragu-ragu sebanyak 11 orang atau
36,7%, tidak setuju 0 orang dan sangat tidak setuju 0 orang atau 0%. Kantor akuntan publik dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan standar profesional akuntan publik yang berlaku setuju hal ini dilihat dari
jawaban responden yang menjawab sangat setuju 6 orang atau 20,0%, setuju sebanyak 15 orang atau 50,0%, ragu-ragu sebanyak 9 orang atau 30,0% dan tidak setuju 0
orang dan sangat tidak setuju 0. Akuntan publik auditornya harus sudah yang berpengalaman banyak yang menjawab setuju hal ini ditunjukkan sangat setuju 4 orang atau 13,3%, setuju 15 orang atau 50,0%, ragu-ragu sebanyak 10 orang atau 33,3% dan
tidak setuju 1 orang atau 3,3% dan sangat tidak setuju 0. Kantor akuntan publik seharusnya tidak mengaudit perusahaan klien yang masih ada hubungan saudara banyak yang setuju hal dilihat jawaban responden yang sangat setuju 4 orang atau 13,3%, setuju sebanyak 12 orang atau 40,0%, ragu-ragu sebanyak 13 orang atau 43,3% dan tidak setuju 1 orang atau 3,3% dan sangat tidak setuju 0. Auditor harus tidak boleh terlibat dalam usaha/pekerjaan lain yang bertentangan jawaban responden menjawab setuju hal ini nampak dari jawaban responden sebanyak sangat setuju 7 orang atau 23,3%, setuju 13 orang atau 43,3, ragu-ragu sebanyak 10 orang atau 33,3%, tidak setuju dan sangat tidak setuju 0.
Kantor akuntan publik seharusnya melarang anggotanya menerima
keuntungan dari pekerjaan profesionalnya selain dari honorium banyak responden yang menjawab setuju hal ini dilihat dari jawaban responden yaitu sangat setuju 4 orang atau 13,3%, setuju 13 orang atau 43,3%, ragu-ragu sebanyak 10 orang atau 33,3%, tidak setuju 3 orang atau 10,0% dan sangat tidak setuju 0. Kantor akuntan publik seharusnya melarang anggotanya menetapkan honorium berdasar manfaat yang akan diperoleh kliennya banyak yang menjawab setuju hal ini dilihat dari jawaban responden yaitu sangat setuju 5 orang atau 16,7%, setuju 13 orang atau 43,3, ragu-ragu sebanyak 9 orang atau 30,0%, tidak setuju 3 orang atau 10,0% dan sangat tidak setuju 0. Kantor akuntan publik seharusnya tidak boleh
50,0%, ragu-ragu sebanyak 8 orang atau 26,7%, tidak setuju 3 orang atau 10,0% dan sangat tidak setuju sebanyak 1 orang atau 3,3%. Kantor akuntan publik
seharusnya tidak menerima pemberian jasa dari
klien banyak yang menjawab setuju hal ini dilihat dari jawaban responden yaitu sangat setuju 4 orang atau 13,3%, setuju 14 orang atau 46,7, ragu-ragu sebanyak 12 orang atau 40,0%, tidak setuju dan sangat tidak setuju 0. Kantor akuntan publik seharusnya tidak boleh menawarkan jasanya secara tertulis kepada calon klien, kecuali atas permintaan calon klien yang bersangkutan banyak responden yang menjawab setuju hal ini dilihat dari jawaban responden yaitu sangat setuju 9 orang atau 30,0%, setuju 14 orang atau 46,7%, ragu-ragu sebanyak 6 orang atau 20,0%, tidak setuju 1 orang atau 3,3% dan sangat tidak setuju sebanyak 0 orang.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa Adanya pengaruh positif dan signifikan untuk variabel persepsi profesi terhadap komitmen profesi akuntan publik, kesadaran etis tidak mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap komitmen profesi akuntan publik, komitmen profesi akuntan publik dipengaruhi sebesar 59,6% oleh variabel persepsi profesi dan kesadaran etis. Sedangkan sisanya sebesar 40,4% dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian. Bagi auditor mengetahui persepsi profesinya sebagai seorang auditor adalah sangat penting sekali dan perlu ditingkatkan karena dengan mengetahui persepsi tersebut maka komitmen auditor juga akan semakin baik kinerjanya hal ini terbukti bahwa persepsi profesi berpengaruh positif terhadap komitmen profesi akuntan publik di wilayah Surakarta, Kesadaran etis bagi auditor juga merupakan hal yang penting
karena kinerja dari para auditor didasarkan pada undang-undang dan peraturan yang berlaku supaya kesadaran etis sebisa mungkin terus ditingkatkan untuk menjaga komitmen profesi dari para auditor itu sendiri, Bagi kantor akuntan publik diharapkan lebih selektif dalam menerima auditor baru yang benar-benar berkualitas dan profesional terhadap profesinya sehingga dapat memberikan hasil kerja yang maksimal bagi pengguna dan masyarakat.
DAFTAR RUJUKAN
Anik & Arifuddin. 2003. Jurnal Analisis Pengaruh Komitmen Organisasi dan Keterlibatan Kerja Terhadap Hubungan Antara Etika Kerja IslamDengan Sikap Perubahan Organisasi. Vol. 6 No. 1 Hal 43 (23 Desember 2010)
Aprilla, Nila. 2010. Pengaruh Independensi, Gaya
Kepemimpinan, Komitmen
Organisasi, Dan Pemahaman Good Governance Terhadap Kinerja Auditor Pemerintah (Studi Pada Auditor Pemerintah Di BPKP Perwakilan Bengkulu). Skripsi Fakultas Ekonomi pada Universitas Bengkulu.
Jurnal Pengaruh Konflik Peran dan Stres Kerja
terhadap Komitmen Organisasi Studi Pada Kantor Akuntan Publik dan Akuntan Pemerintah di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2005.
Elfarini, Eunike Christina. 2007. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor
terhadap Kualitas Audit ( Study Empiris Pada Kantor akuntan Publik di Jawa Tengah. Skripsi Fakultas Ekonomi Pada Universitas Negeri Semarang.
Febrianty. 2012. Jurnal Pengaruh
Audit Atas Laporan Keuangan Vol.21 No. 1 ( Mei
2012 ).
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Herawati, Fahalina. 2007. Pengaruh Persepsi Profesi dan Kesadaran Etis terhadap Komitmen Profesi Akuntan Publik ( Survey pada Kantor Akuntan Publik Wilayah Surakarta).
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skrips i/archives/HASH29ce/b5239 486.dir/doc.pdf. (7 Juni 2010). Herawaty dan Susanto.2008. Jurnal
Profesionalisme, Pengetahuan Akuntan Publik dalam Mendeteksi Kekeliruan, Etika Profesi dan Pertimbangan Tingkat Materialitas. Vol 11 No 2 Hal 76:59.
Kharismatuti, Norma. 2012. Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi ( Studi Empiris pada Internal Auditor BPKP DKI Jakarta).
Kusbandiyah, Fifi. 2007. Pengaruh Locus of Control, Komitmen Profesi dan Ketidakpastian Lingkungan terhadap Perilaku Auditor dalam Situasi Konflik Audit dengan Kesadaran Etis sebagai Variabel Moderating
(Survey Pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Surakarta, Semarang
dan Yogyakarta).
Kusharyanti. 2003. Temuan Penelitian Mengenai Kualitas Audit dan Kemungkinan Topik Penelitian di Masa datang. Akuntansi
Manajemen (Desember). Vol. 9 No. 1 Hal. 25-60.
Libby, R. 1995. The Role of Knowledge and Memory in audit Judgment. In Judgment and Decision-Making
Research in Accounting and Auditing, edited by R. Ashton, and A. Ashton, NY : Cambridge University Press. New York.
Mardiasmo. 2000. Auditing. Edisi keenam. Jakarta: Salemba Empat
Muawanah dan Indriantoro. 2001. Jurnal Pengaruh Locus of Control, Komitmen Profesi dan Kesadaran Etis terhadap Perilaku Auditor dalam Situasi Konflik. Vol. 1 No. 1 Hal 46.
Mulyadi, 2002. Auditing, Edisi keenam. Jakarta : Salemba Empat
Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia Peraturan Kepala BPKP Nomor :
PER-1274/K/JF?2010. Pendidikan, Pelatihan dan Sertifikasi. Auditor APIP. Jakarta
Peraturan Pemerintah Rebuplik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Jakarta.
Pusdiklatwas BPKP-2008. Kode Etik dan Standar Audit. Edisi Keempat. Bogor : Diklat Pembentukan Auditor Ahli
Restuningdiah, Nurika. 2009. Jurnal Pengaruh Komitmen Profesional terhadap Kepuasaan Kerja Akuntan Pendidik Melalui Komitmen Organisasional. Vol 2 No 1 Hal 55 Saifuddin. 2004. Pengaruh Kompetensi
dan Independensi terhadap Opini Audit
Going Concern ( Studi
Kuasieeksperimen pada Auditor dan Mahasiswa). Semarang. Tesis Undip
60
Sujarweni, V. Wiratna. 2007. Belajar Mudah SPSS Untuk penelitian. Yogyakarta
: Ardana Media
Trisnaningsih, Sri. 2007. Independensi Auditor dan Komitmen Organisasi sebagai Mediasi Pengaruh
Organisasi terhadap Kinerja Auditor
http://www.docstoc.com/docs/downloaddo c.aspx?doc_id=25276152&r ef_url. Vol. 5 No. 2 Hal : 194 (20 September 2010)
Zuhri, Rahmatika. 2012. Pengaruh Pengalaman, Komitmen
Profesional, Orientasi Etis, dan Etika Organisasi terhadap