PENGARUH MASSASE EKSTRIMITAS DAN MUSIK KLASIK (RINDIK) TERHADAP
TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI PRIMER
Effect Of Massage Ekstrimitas and Classical Music (Rindik) On Blood Pressure Of
Primary Hypertension Patients
Rizky Ade Kurniawan¹, I Dewa Putu Gede Putra Yasa², I Made Duita³ 1STIKes Wira Medika PPNI Bali
2Poltekkes Depkes Denpasar 3RSUD Wangaya Denpasar
ABSTRAK
Pendahuluan: Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan diastolik >90 mmHg, banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut salah satunya penatalaksanaan terapi nonfarmakologi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh massase ekstrimitas dan musik klasik (rindik) terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi primer. Metode: Desain penelitian ini menggunakan Pra-eksperimental dengan rancangan One Group Pretest-Posttest. Studi dilakukan di Puskesmas Sukawati I dengan jumlah sampel sebanyak 20 sampel dengan teknik Purposive Sampling. Responden diberikan massase ekstrimitas dan musik klasik (rindik) 15 menit tiga kali dalam satu minggu. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter digital. Hasil: Hasil menunjukan rata-rata tekanan darah sistolik pretest adalah 160.40 mmHg, rata-rata tekanan darah diastolik pretest adalah 93.00 mmHg, rata-rata tekanan darah sistolik posttest
adalah 146.80 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastolik posttest 87.30 mmHg. Hasil analisis uji dengan paired t-test pada tekanan darah sistolik didapatkan p=0.000<α (α=0.05) dan hasil analisis uji paired t-test pada tekanan darah diastolik didapatkan p=0.000<α (α=0.05) yang berarti ada perbedaan yang signifikan pemberian massase ekstrimitas dan musik klasik (rindik) terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi primer. Diskusi: Diharapkan bagi tenaga kesehatan agar dapat menerapkan massase ekstrimitas dan musik klasik (rindik) dalam penatalakasanaan tekanan darah tinggi.
Kata Kunci : Massase ekstrimitas, Musik klasik, Tekanan Darah
ABSTRACT
Introduction: Hypertension is tension systolic ≥ 140 mmHg and diastolic ≥ 90 mmHg many thing to do for handling hypertension of courding to non-pharmacological as one of the therapy giving. The purpose study to determine effect massage ekstrimitas and classical music (rindik) with blood pressure of primary hypertension patients. Method: Design of study pra-eksperiment with One Group Pretest-Posttest Design. Study was conducted at Puskesmas Sukawati I with twenty samples was taken by purposive sampling. Respondent therapy massage ekstrimitas and classical music (rindik) fifteen minute three times a week as treatment. Blood pressure measured by tensimeter digital. Result: Research of study showard mean of systolic blood pressure pretest is 160.40 mmHg, mean of diastolic blood pressure pretest is 93.00 mmHg, mean of systolic blood pressure posttest is 146.80 mmHg and mean of diastolic blood pressure posttest is 87.30 mmHg. The result of analysis with paired t-test systolic blood pressure obtained p=0.000<α (α=0.05) and result of analysis with paired t-test diastolic blood pressure obtained p=0.000<α (α=0.05), which means there is a significant effect of massage ekstrimitas and classical music (rindik) on blood pressure from the primary hypertension patiens. Discussion: Expected for medical team to provide a massage ekstrimitas and classical music (rindik) to intervension on high blood pressure.
Kata Kunci : Massage ekstrimitas, Classical Music, Blood pressure
Email : rizkyadekurniawan@yahoo.com
PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan tekanan darah persisten dengan tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Hipertensi menjadi silent killer karena pada sebagian besar kasus tidak menunjukan gejala apapun hingga pada suatu saat hipertensi menjadi stroke dan serangan jantung yang menjadikan penderitanya meninggal (Nurrahmani, 2012). Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi, lebih dari 90% diantara mereka menderita hipertensi primer dan sisanya mengalami hipertensi sekunder (Smeltzer & Bare, 2002).
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2012, tiap tahunnya 972 juta orang atau 26,4% mengalami hipertensi. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta orang penderita hipertensi 333 juta orang diantaranya berada di Negara yang sedang berkembang. Penderita hipertensi mengalami peningkatan di Asia tenggara dilihat dari data yang ada ditahun 2012 tercatat 33.769 orang dan pada tahun 2013 tercatat 40.560 orang (Rifidan S, 2013). Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan pengukuran pada umur >18 sebesar 25,8% dan tertinggi di Bangka Belitung sebesar 30,9%, diikuti Kalimantan Selatan 30,8%, Kalimantan Timur 29,6% dan Jawa Barat 29,4%. Prevalensi hipertensi di Bali yang didapatkan sebesar 19,9% (Riskesdas, 2013). Menurut data Dinas Kesehatan Provinsi Bali penderita hipertensi sejak tahun 2011 tercatat 3.301 orang perbulan dan mengalami peningkatan pada tahun 2012 tercatat 3812 orang, dengan jenis kelamin laki-laki tercatat 1774 orang dan perempuan 1969 (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2012).
Hipertensi primer didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui penyebabnya (idiopatik). Beberapa
faktor diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi primer tersebut seperti genetik, jenis kelamin, usia, diet, obesitas, gaya hidup dan stres emosional (Udjianti, 2010). Hipertensi dapat terjadi karena peningkatan kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup akibat aktivitas susunan saraf simpatis (Smeltzer & Bare, 2002). Hal
tersebut mengakibatkan terjadinya
peningkatan kontraktilitas serat-serat otot jantung dengan cara vasokontriksi selektif pada organ perifer (Muttaqin, 2009). Apabila hal tersebut terjadi terus menerus, maka otot jantung akan menebal (hipertrofi) dan mengakibatkan fungsi jantung sebagai pompa tergangu (Muhammadun, 2010). Tingginya tekanan darah akan menimbulkan dampak pada pembuluh darah di seluruh tubuh, yang paling jelas pada mata, jantung, ginjal dan otak. Hipertensi yang tidak terkontrol akan menimbulkan komplikasi seperti oklusi koroner, gagal ginjal, gangguan penglihatan, strok bahkan kematian mendadak (Smeltzer & Bare, 2002).
Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan secara farmakologi dan nonfarmakologi. Penatalaksanaan farmakologi dapat dilakukan dengan menggunakan obat antihipertensi namun penggunaan jangka panjang akan menimbulkan efek samping seperti sakit kepala, pusing, lemas dan mual
(Knight, 2009). Penatalaksanaan
nonfarmakologi diupayakan melalui pencegahan dengan menjalani pola hidup sehat dan mengelola manajement stres. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa pengobatan dalam hal non farmakologi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap pengobatan hipertensi (Smeltzer & Bare, 2002).
memberi efek berupa menghilangkan kecemasan, memberikan rasa tenang dan kondisi yang rileks. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Heliawati (2012) terapi massase kaki dengan minyak essensial lavender yang dilakukan 15 sampai 20 menit setiap hari selama 7 hari dapat menurunkan rata-rata tekanan darah sistolik sebesar 10.75 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 6.48 mmHg. Massase sering dikombinasikan dengan beberapa tindakan lain dalam hal menurunkan tekanan darah. Terapi musik juga sedang dikembangkan dalam hal penurunan tekanan darah (Chafin, 2004). Musik yang terdiri dari kombinasi ritme, irama, harmoni dan melodi sejak dahulu diyakini mempunyai pengaruh terhadap pengobatan orang sakit. Musik klasik memiliki kesan dan dampak psikologis yang menimbulkan kesan rileks, santai, memberikan dampak menenangkan dan menurunkan stress. Nature sound music
merupakan bentuk integratif dari musik klasik dengan suara-suara alam. Salah satu contohnya adalah musik tradisional khas dari Bali yaitu rindik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Chafin (2004) mendengarkan musik klasik dapat mengurangi kecemasan dan stres sehingga tubuh mengalam relaksasi, yang mengakibatkan penurunan tekanan darah dan denyut jantung (Klementinasaing, salomata, 2010).
Data yang didapatkan dari dinas kesehatan Kabupaten Gianyar jumlah penderita hipertensi mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tercatat 1.009 orang tahun 2011 dan tahun 2012 tercatat 1.544 orang. Berdasarkan data yang didapat dari Puskesmas Sukawati I pada bulan Februari 2015 jumlah penderita hipertensi yang datang ke Puskesmas Sukawati I mencapai 138 orang. Namun belum pernah dilakukan penatalaksanaan dalam hal non farmakologi sebelumnya. Adapun penatalaksanaan yang umum diberikan pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Sukawati I yakni pemberian obat antihipertensi. Banyak
penderita hipertensi yang memerlukan kombinasi obat untuk mendapatkan kontrol tekanan darah yang kuat, sehingga sebagian penderita enggan untuk mengonsumsi obat secara teratur. Oleh sebab itu penelitan ini dilakukan untuk menganalisa pengauh massase ekstrimitas dan musik klasik (rindik) terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi primer di wilayah kerja Puskesmas Sukawati I.
BAHAN DAN METODE
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pra experiment. Desain ini menggunakan pendekatan one-group pre-posttest design untuk melihat pengaruh massase ekstrimitas dan musik klasik (rindik) terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi primer. Tekanan darah pada penderita hipertensi primer diukur dengan cara sebelum dan sesudah dilakukan massase ekstrimitas dan musik klasik (rindik) dalam 15 menit selama 3x dalam seminggu.
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sukawati I yang dilaksanakan pada bulan Juni 2015 sampai bulan Juli 2015. Sampel penelitian ini dipilih sebanyak 20 oarang responden mengunakan teknik sampling non
probability sampling dengan purposive
sampling berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang sudah ditentukan. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tensimeter digital, stopwatch, mp3 player, minyak zaitun serta lembar observasi dan alat tulis. Data dianalisis mengunakan uji paired t-test.
HASIL
Analisa yang dilakukan memperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Tekanan darah sebelum pemberian massase ekstrimitas dan musik klasik (rindik) di wilayah kerja puskesmas sukawati I
TD Min Max Mean SD
Diastolik 81 107 93,00 8,182
Tabel 2. Tekanan darah sesudah pemberian massase ekstrimitas dan musik klasik (rindik) di wilayah kerja puskesmas sukawati I
TD Min Max Mean SD
Sistolik 133 159 146.80 11,546
Diastolik 74 99 87,30 8,182
Tabel 3. Analisis perbedaan tekanan darah pada penderita hipertensi sebelum dan sesudah perlakuan massase ekstrimitas dan musik klasik (rindik) di wilayah kerja puskesmas sukawati I
Tekanan Darah
Pretest-Posttest Rata-rata SE p
Sistolik 16.600 1.428 0.000
Diastolik 5.700 0.696 0.000
Berdasarkan hasil uji parametrik paired t-test pada tekanan darah sistolik didapatkan beda rata-rata sebesar 16.600 dengan nilai p-value 0,000 dengan probabilitas <0.05, maka Ho ditolak yang berarti bahwa ada pengaruh massase ekstrimitas dan musik klasik (rindik) terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi primer di wilayah kerja Puskesmas Sukawati I. Tekanan darah diastolik didapatkan beda rata-rata sebesar 5.700 dengan nilai p-value 0,000 dengan probabilitas <0.05, maka Ho ditolak yang berarti bahwa ada pengaruh massase ekstrimitas dan musik klasik (rindik) terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi primer di wilayah kerja Puskesmas Sukawati I.
PEMBAHASAN
Tekanan darah sebelum diberikan massase ekstrimitas dan musik klasik (rindik) memiliki nilai rata-rata nilai tekanan darah sistolik sebesar 163.40 mmHg dengan nilai terendah sebesar 146 mmHg dan tertinggi sebesar 182 mmHg. Tekanan darah diastolik
memiliki rata-rata nilai sebesar 93.00 dengan nilai terendah sebesar 81 mmHg dan tertinggi sebesar 107 mmHg. Hipertensi yang dialami responden terjadi karena dipengaruhi oleh berbagai macam faktor resiko baik yang bisa dikontrol seperti aktivitas olahraga, merokok, mengkonsumsi garam dapur, obesitas, dan stress serta faktor resiko yang tidak dapat dikontrol seperti usia, jenis kelamin, dan keturunan (genetik). Kurangnya aktivitas fisik dapat mengakibatkan hipertensi yaitu karena terjadinya penurunan cardiac output (curah jantung) sehingga pemompaan ke jantung menjadi lebih kurang. Kurangnya latihan aktvitas fisik dapat menyebabkan terjadinya kekakuan pembuluh darah, sehingga aliran darah tersumbat dan dapat menyebabkan hipertensi (Aisyah, 2009). Merokok menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Perokok dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis. Merokok meyebabkan hipertensi karena nikotin yang terkandung di dalam rokok memiliki kecenderungan untuk menyempitkan pembuluh darah dan arteri yang dapat menyebkan plak. Plak menyempitkan pembuluh darah. Nikotin juga memiliki kemampuan untuk merangsang produksi hormon epinefrin juga dikenal sebagai adrenalin yang menyebabkan pembuluh darah mengerut (Hopkinson, 2011).
dalam hal non-farmakologi khususnya pengobatan non-konvensional memiliki efek samping yang relatif lebih kecil atau bahkan tanpa efek samping dari pada obat modern. Pilihan penatalaksanaan pengobatan non-konvensional sekarang ini cukup banyak dalam mengatasi tekanan darah tinggi, salah satunya adalah massase ekstrimitas dan musik klasik (rindik).
Massase yang dilakukan secara rutin akan memberikan efek berupa memperlancar peredaran darah dan getah bening. Dimana massase akan membantu memperlancar metabolisme dalam tubuh. Treatment massase akan mempengaruhi kontraksi dinding kapiler sehingga terjadi keadaan vasodilatasi atau melebarnya pembuluh darah kapiler dan pembuluh getah bening. Aliran oksigen dalam darah meningkat, pembuangan sisa-sisa metabolik semakin lancar sehingga memacu hormon endorphin yang berfungsi memberikan rasa nyaman. Selain hal tersebut banyak sekali manfaat massase bagi peningkatan fungsi-fungsi fisiologis tubuh. Efek kesembuhan secara holistik pun bisa didapatkan dari massase yaitu menimbulkan relaksasi pada pikiran, menghilangkan depresi dan perasaan panik dengan meluangkan sedikit waktu untuk melakukan kontak khusus yang ditimbulkan dari sentuhan massase (Jurch, 2009).
Terapi musik klasik (rindik) dapat menurunkan tekanan darah dan stress diduga bahwa konsentrasi ketokolamin plasma mempengaruhi aktivitas simpatoadrenergik dan juga menyebabkan terjadinya pelepasan stress-released hormones. Pemberian musik dengan irama lambat akan mengurangi pelepasan ketokolamin kedalam pembuluh darah, sehingga konsentrasi ketokolamin dalam plasma menjadi rendah, hal ini akan mengakibatkan tubuh mengalami relaksasi, denyut jantung akan berkuran dan tekanan darah akan menjadi turun (Hatem TP, 2006).
Hasil analisa data tekanan darah pada penderita hipertensi primer sebelum dan
diatur oleh kapasitas HPA untuk mensekresikan hormon seperti kortisol dan endorphin yang mengurangi aktivitas sistem saraf simpatik dan meningkatkan respon saraf parasimpatis. Kortisol adalah hormon stress yang utama dan produk akhir dalam saraf simpatis. Sedangkan musik klasik bekerja menciptakan rasa tenang senhingga relaksasi tubuh akan terjadi kemudian akan timbul perasaan positif dan rileks. Dalam hal penurunan tekanan darah dan stress diduga bahwa konsentrasi ketokolamin plasma mempengaruhi aktivitas simpatoadrenergik dan juga menyebabkan terjadinya pelepasan stress-released hormones. Pemberian musik dengan irama lambat akan mengurangi pelepasan ketokolamin kedalam pembuluh darah, sehingga konsentrasi ketokolamin dalam plasma menjadi rendah, hal ini akan mengakibatkan tubuh mengalami relaksasi, denyut jantung akan berkuran dan tekanan darah akan menjadi turun (Hatem TP, 2006).
Terapi massase ekstrimitas dan musik klasik akan memberikan efek relaksasi pada tubuh dan menghilangkan stress yang nantinya tubuh akan mensekresikan hormone endorphin yang akan mengurangi aktivitas system saraf simpatik dan meningkatkan respon saraf parasimpatik. Peningkatan aktivitas system saraf parasimpatik akan menyebabkan penurnan kecepatan denyut jantung, curah jantung dan volume sekuncup yang nantinya akan memberikan efek berupa vasodilatasi pada pembuluh darah.
SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN
Nilai tekanan darah sebelum perlakuan massase ekstrimitas dan musik klasik (rindik) dengan tekanan sistolik memiliki nilai terendah sebesar 146 mmHg, nilai tertinggi sebesar 182 mmHg dengan nilai rata-rata sebesar 163.40 mmHg. Nilai tekanan darah diastolik memiliki nilai terendah sebesar 81 mmHg, nilai tertinggi sebesar 107 mmHg dengan nilai rata-rata
sebesar 93.00 mmHg. Nilai tekanan darah sesudah perlakuan massase ekstrimitas dan musik klasik (rindik) dengan tekanan sistolik memiliki nilai terendah sebesar 133 mmHg, nilai tertinggi sebesar 159 mmHg dengan nilai rata-rata sebesar 146.80 mmHg. Nilai tekanan darah diastolik memiliki nilai terendah sebesar 74 mmHg, nilai tertinggi sebesar 99 mmHg dengan nilai rata-rata sebesar 87.30 mmHg. Hasil analisis tekanan darah pre-test dan post-test didapatkan p value 0,000 < 0,05 untuk tekanan darah sistolik dan p value 0,000 < 0,05 untuk tekanan darah diastolik. Karena p value < 0,05.
SARAN
Masih diperlukan penelitian lebih lanjut tentang massase ekstrimitas dan musik klasik (rindik) sebagai salah satu terapi komplementer dapat hasil yang mempunyai tingkat keefektifan lebih baik serta peningkatan pelayanan oleh profesi keperawatan terkait hasil penelitian untuk dapat digunakan atau diaplikasikan dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi primer.
KEPUSTAKAAN
Anastasi, W. R., 2012. Tindakan Slow Stroke Back Massage dalam Menurunkan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi. Jurnal Stikes. 5(2), (Online), ( http://ced.petra.ac.id/index., diakses tanggal 5 Maret 2015, jam 14.00 WITA)
Chafin S., Roy M., Gerin W., 2004. Music Can Facilitate Blood Pressure Recovery From Stress. Br J Health Psychol. (Online), (http://onlinelibery.wiley.com/doi., diakses tanggal 16 Maret 2015, jam 13.00 WITA)
Christiane, Saraya, 2013. Pengaruh Musik Klasik Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Pra-Hemodialisis.
Depkes Provinsi Bali, 2012. Surveilans Terpadu Penyakit Berbasis Puskesmas. Denpasar: Depkes Bali.
Hatem T. P., Lira P. I., Mattos S. S., 2006. The Therapeutic Effect of Music in Children Following Cardiac Surgery. J Pediatr. (Online), (http://www.scielo.br/scielo.php., diakses tanggal 20 Maret 2015, jam 15.00 WITA)
Heliawati, 2012. Pengaruh Massase Kaki Dengan Minyak Essensial Lavender Terhadap Penurunan Tekanan Darah Penderita Hiprtensi Primer Usia 45-59 Tahun. Jurnal Dunia Kesehatan. (Online), (http://eprints.unsri.ac.id., diakses tanggal 5 Maret 2015, jam 14.00 WITA)
Holland, B. dan Pokorny, M., 2001. Slow Stroke Back Massage : Its Effect On Patientsin a Rehabilitation Setting.
Rehabil Nurs. (Online), (
http://onlinelibrary.wiley.com/doi., diakses tanggal 16 Maret 2015, jam 13.00 WITA)
Hopkinson, A., 2011. Risk For In High Blood Pressure. Blood Pressure England.
(Online), (
http://www.minusbloodpressure.com., diakses tanggal 20 Maret 2015, jam 15.00 WITA)
Jasmarizal, 2011. Pengaruh Terapi Musik Klasik (Mozart) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Sistolik Pada Lansia Dengan Hipertensi. Jurnal Dunia
Kesehatan. (Online), (
http://journal.mercubaktijaya.ac.id., diakses tanggal 6 Maret 2015, jam 14.00 WITA)
Jurch, S. E., 2009. Clinical Massage Therapy : Assessment and Therapy of Orthopedic Conditions. New York: McGraw-Hill
Klementinasaing, S., 2010. Pengaruh Musik Klasik Terhadap Penurunan Tekanan
Darah. Tesis tidak dipublikasikan.
Universitas Sumatra Utara
Knight, J. F., 2009. Jantung Kuat Bernapas Lega. Bandung: Indonesia Publishing House
Muttaqin dan Arif, 2009. Buku Ajar Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler dan Hematologi. Jakarta: Salmba Medika
Nurrahmani, U., 2012. Stop! Hipertensi. Jakarta: Familia
Rifdah, S., 2011. Libas Asam Urat. Yogyakarta: Galmas Publisher.
Riskesdas, 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar. (Online), ( http://www.litbang.depkes.go.id/sites., diakses tanggal 5 Maret 2015, jam 14.00 WITA)
Smeltzer dan Bare, 2002. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC
Udjianti, W. J., 2010. Keperawatan
Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika