UNI TED NATI ONS CONVENTI ON ON
THE LAW OF THE SEA
( UNCLOS)
HUKUM LAUT
INTERNASIONAL
PENGERTI AN NEGARA
Montevideo Convention on the Right s and
Duties of States 26 December 1933 ;
menyebutkan beberapa unsur suat u negara
sebagai subjek hukum Internasional :
permanent population;
a defined territ ory;
a Government; and
WI LAYAH LAUT I NDONESI A
Prinsip hukum int ernasional
ut i possidet is juris,
wilayah Indonesia adalah wilayah bekas kekuasaan
Hindia Belanda
.
UU Kolonial Belanda : St aat blad t ahun 1939 No. 442
mengenai ’
Territ oriale Zee en Marit ieme KringenOrdonant ie
’ (Ordonansi Laut Terit orial dan
Lingkungan Marit im).
Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957.
Konvensi Hukum Laut PBB ke 3 1982 (
Unit ed Nat ions Convent ion on t he Law of t he Sea/UNCLOS ’82).
UU No 5 Tahun 1983 : ZEE Indonesia.
Lanj ut an. . .
UU No 6 Tahun 1996 ttg Perairan Indonesia,
UU No 43 Tahun 2008 ttg Wilayah Negara,
UU No 21 Tahun 2009 ttg Perset ujuan
pelaksanaan ketentuan-ketentuan UNCLOS 3
(1982) t tg konservasi dan Pengelolaan
LATAR BELAKANG SEJARAH
HUKUM LAUT I NTERNASI ONAL
1.
Penemuan Benua baru pada Abad 15 dan 16
memerlukan bat as-bat as wilayah yang jelas
ant ara kekuasaan Spanyol dan Port ugis,
Bart holomeu Diaz berlayar ke Tanjung Harapan 1486 Christ opher Columbus menemukan Bahama 1492 Vasco Da Gama berlayar ke Hindia Tikur melalui
Tanjung Harapan 1497
Lanj ut an. . . .
3.
Pemikiran ahli filsafat klasik
Grot ius dalam karyanya De iure Belli Ac Pacis (1625), t erkenal dengan konsepnya MARE LIBERUM yait u asas kebebasan laut (freedom of t he sea), t erdapat 2 konsep Dominion dan Imperium,
Samuel Pufendorf dalam karyanya De iure Nat urae et Gent ium (1672) : dasar klaim kepemilikan
perikanan pant ai,
John Selden (1584-1654), konsep MARE CLAUSUM yait u laut dapat dimiliki,
Cornelius van Bynkershoek dalam karyanya De
Dominion Maris Disert at io : Asimilasi wilayah darat an dengan laut yang t ersambung dengan pant ai,
Lanj ut an. . . .
3.
Larangan Raja Inggris 1 (1609) : melarang
orang asing menangkap ikan di sepanjang
pant ai Inggris dan Irlandia; pada saat yang
sama negara-negara Eropa melakukan klaim
at as laut di sekit ar negaranya.
4.
Konferensi Kodifikasi Den Haag 1930 dalam
naungan Liga Bangsa-Bangsa;
membahas laut t erit orial
Dihadiri 47 negara
Tidak t ercapai kesepakat an bat as luar laut
UNCLOS 1
1. Resolusi Majelis Umum PBB No 1105 (XI) 21 Februari 1957,
2. Diselenggarakan di Genewa 24 Februari – 27 April 1958, dihadiri 86 negara,
3. Kesepakat an yang dihasilkan;
Konvensi t ent ang laut t erit orial dan jalur t ambahan
(convent ion on t he t errit orial sea and cont iguous zone) belum ada kesepakat an dan diusulkan dilanjut kan di
UNCLOS II,
Konvensi t ent ang laut lepas (convent ion on t he high seas)
Kebebasan pelayaran
Kebebasan menangkap ikan
Kebebasan melet akkan kabel di bawah laut dan pipa-pipa
Kebebasan t erbang di at as laut lepas
Konvensi t ent ang perikanan dan perlindungan sumber-sumber hayat i di laut,
UNCLOS 2
Pada 17 Maret – 26 April 1960
UNCLOS II,
membicarakan t entang lebar laut t erit orial
dan zona tambahan perikanan, namun masih
mengalami kegagalan untuk mencapai
UNCLOS 3
Dit anda t angani oleh 117 negara t ermasuk
Indonesia dan 2 sat uan bukan negara di
Mont ego Bay, Jamaica pada 10 Desember 1982,
Telah dirat ifikasi oleh 149 negara,
Berisi mengenai penet apan bat as-bat as t erluar
dan garis bat as ant ar negara dari berbagai zona
marit im sepert i: Perairan Dalam, Laut t erit orial,
Selat , ZonaTambahan, Zona Ekonomi Eksklusif,
Landas Kont inen, Laut Bebas/Lepas, dan
I st i l ah Negar a dal am UNCLOS 3
1. Coast al St at e (Negara Pant ai), semua bent uk negara yang memiliki pant ai, t ermasuk Negara Kepulauan.
2. Archipelagic St at e,
Suat u Negara yang seluruhnya t erdiri dari sat u at au lebih gugusan kepulauan dan dapat mencakup pulau-pulau lain.
gugusan kepulauan berart i suat u gugusan pulau-pulau t ermasuk bagian pulau-pulau, perairan diant ara gugusan pulau-pulau t ersebut dan lain-lain wujud alamiah yang hubungannya sat u sama lainnya demikian erat nya sehingga gugusan pulau-pulau, perairan dan wujud alamiah lainnya t ersebut
Lanj ut an. . . .
4. Landlocked St at e, Negara Tak Berpant ai, sudah t ent u t idak t ermasuk dalam Coast al St at es.
5. Geographical Disadvant age St at e
Art inya negara yang secara geografis t ak berunt ung, t ermasuk Negara pant ai yang berbat asan dengan laut t ert ut up at au set engah t ert ut up, yang let ak geografisnya membuat nya t ergant ung pada eksploit asi sumber kekayaan hayat i zona ekonomi eksklusif Negara lain di sub-region at au region unt uk persediaan ikan yang memadai bagi keperluan gizi penduduknya.
6. Flag St at e
Semua kapal wajib memiliki kebangsaan kapal. Hal ini selain menyangkut st at us hukum“ t erit ori” di at as kapal, juga
menyangkut pert anggunganjawab negara dalam
Lanj ut an. . . .
6.
Port St at e
Apabila suat u kendaraan air secara sukarela berada di suat u pelabuhan at au berada pada suat u t erminal lepas pant ai suat u Negara, maka Negara it u dapat
mengadakan pemeriksaan dan dimana t erdapat bukt i-bukt i yang cukup kuat , mengadakan penunt ut an
berkenaan dengan set iap pelepasan dari kendaraan air t ersebut di luar perairan pedalaman, laut t erit orial at au zona ekonomi eksklusif dari Negara it u yang melanggar ket ent uan-ket ent uan dan st andar-st andar int ernasional yang berlaku dan dit ent ukan melalui
I st i l ah Wi l ayah Laut
1.
Laut Teritorial / T
errit orial Wat ers
2.
Archipelagic Waters
3.
Economic Exclusive Zone
4.
Continental Shelf
Laut Ter i t or i al
1. Sovereign authority
2. Breadt h & Measurement
3. Rights of Ships (innocent passage/lintas
damai)
Sover ei gn aut hor i t y
Kedaulat an suat u Negara pant ai, selain wilayah
darat an dan perairan pedalamannya dan, dalam
hal suat u Negara kepulauan, perairan
kepulauannya, meliput i pula suat u jalur laut yang
berbat asan dengannya dinamakan laut t erit orial.
Kedaulat an ini meliput i ruang udara di at as laut
t erit orial sert a dasar laut dan t anah di bawahnya.
Kedaulat an at as laut t erit orial dilaksanakan
Br eadt h & Measur ement -
basel i ne
Setiap Negara berhak menet apkan lebar laut
teritorialnya hingga suatu bat as yang tidak
melebihi 12 mil laut, diukur dari garis pangkal
yang ditentukan sesuai UNCLOS 1982
Garis pangkal biasa untuk mengukur lebar
laut teritorial adalah garis air rendah
Ri ght s of Shi ps
1. Negara berpant ai at aupun Negara t ak berpant ai, menikmat i hak lint as damai melalui laut t erit orial.
2. Lint as berart i navigasi melalui laut t erit orial unt uk keperluan :
melint asi laut t anpa memasuki perairan pedalaman at au singgah di t empat berlabuh di t engah laut
(roadst ead) at au fasilit as pelabuhan di luar perairan pedalaman; at au
Lanj ut an. . .
Lint as harus t erus menerus, langsung sert a secepat mungkin. Namun demikian, lint as mencakup berhent i dan buang jangkar, t et api hanya sepanjang hal t ersebut berkait an dengan navigasi yang lazim at au perlu
Li nt as Damai
1. Lint as adalah damai sepanjang t idak merugikan bagi kedamaian, ket ert iban at au keamanan Negara pant ai. Lint as t ersebut harus dilakukan sesuai dengan ket ent uan Konvensi ini dan perat uran hukum int ernasional lainnya.
2. Lint as suat u kapal asing harus dianggap membahayakan kedamaian, ket ert iban at au Keamanan Negara pant ai, apabila kapal t ersebut di laut t erit orial melakukan salah sat u kegiat an sebagai berikut :
(a) set iap ancaman at au penggunaan kekerasan t erhadap kedaulat an, keut uhan wilayah at au
Lanj ut an. . .
(b) set iap lat ihan at au prakt ek dengan senjat a macam apapun;
(c) set iap perbuat an yang bert ujuan unt uk mengumpulkan informasi yang merugikan bagi pert ahanan at au
keamanan Negara pant ai;
(d) set iap perbuat an propaganda yang bert ujuan
mempengaruhi pert ahanan at au keamanan Negara pant ai;
(e) peluncuran, pendarat an at au penerimaan set iap pesawat udara di at as kapal;
Lanj ut an. . .
(g) bongkar at au muat set iap komodit i, mat a uang at au orang secara bert ent angan dengan perat uran
perundangundangan bea cukai, fiskal, imigrasi at au sanit er Negara Pant ai;
(h) set iap perbuat an pencemaran dengan sengaja dan parah yang bert ent angan dengan ket ent uan Konvensi ini;
(i) set iap kegiat an perikanan;
(j) kegiat an riset at au survey;
(k) set iap perbuat an yang bert ujuan mengganggu set iap sist em komunikasi at au set iap fasilit as at au inst alasi lainnya Negara pant ai;
Ri ght s and j ur i sdi ct i on of
coast al st at e
1. Negara pant ai dapat mengambil langkah yang diperlukan dalam laut t erit orialnya unt uk mencegah lint as yang t idak damai.
2. Negara pant ai, t anpa diskriminasi formil at au diskriminasi nyat a di ant ara kapal asing, dapat
menangguhkan sement ara dalam daerah t ert ent u laut t erit orialnya lint as damai kapal asing apabila
penangguhan demikian sangat diperlukan unt uk
Ci vi l Jur i sdi ct i on i n Rel at i on
t o For ei gn Shi ps
1. Negara pant ai seharusnya t idak menghent ikan at au merobah haluan kapal asing yang melint asi laut t erit orialnya unt uk t ujuan melaksanakan yurisdiksi perdat a bert alian dengan seseorang yang berada di at as kapal it u.
2. Negara pant ai t idak dapat melaksanakan eksekusi t erhadap at au menahan kapal unt uk keperluan proses perdat a apapun, kecuali hanya apabila berkenaan dengan kewajiban at au t anggung jawab gant i rugi yang dit erima at au yang dipikul oleh kapal it u sendiri dalam melakukan at au unt uk maksud perjalannya melalui
perairan Negara pant ai.
3. Ayat 2 t idak mengurangi hak Negara pant ai unt uk melaksanakan eksekusi at au penangkapan sesuai dengan undangundangnya dengan t ujuan at au guna keperluan proses perdat a t erhadap
Cr i mi nal Jur i sdi ct i on on Boar d
a For ei gn Shi p
1. Yurisdiksi kriminal Negara pant ai t idak dapat dilaksanakan di at as kapal asing yang sedang melint asi laut t erit orial unt uk menangkap siapapun at au unt uk mengadakan penyidikan yang bert alian dengan kejahat an apapun yang dilakukan di at as kapal selama lint as demikian, kecuali dalam hal yang berikut :
(a) apabila akibat kejahat an it u dirasakan di Negara pant ai; (b) apabila kejahat an it u t ermasuk jenis yang mengganggu
kedamaian Negara t ersebut at au ket ert iban laut wilayah; (c) apabila t elah dimint a bant uan penguasa set empat oleh
nakhoda kapal oleh wakil diplomat ik at au pejabat konsuler Negara bendera; at au
Ar chi pel agi c basel i nes
1. Suat u Negara kepulauan dapat menarik garis pangkal lurus kepulauan yang menghubungkan t it ik-t it ik t erluar pulaupulau dan karang kering t erluar kepulauan it u,
dengan ket ent uan bahwa didalam garis pangkal
demikian t ermasuk pulau-pulau ut ama dan suat u daerah dimana perbandingan ant ara daerah perairan dan daerah darat an, t ermasuk at ol, adalah ant ara sat u berbanding sat u dan sembilan berbanding sat u.
2. Panjang garis pangkal demikian t idak boleh melebihi 100 mil laut , kecuali bahwa hingga 3% dari jumlah seluruh garis pangkal yang mengelilingi set iap kepulauan dapat melebihi kepanjangan t ersebut , hingga pada suat u
Lanj ut an. . .
3. Garis pangkal demikian t idak boleh dit arik ke dan dari elevasi surut , kecuali apabila di at asnya t elah dibangun mercu suar at au inst alasi serupa yang secara permanen berada di at as permukaan laut at au apabila elevasi surut t ersebut t erlet ak seluruhnya at au sebagian pada suat u jarak yang t idak
melebihi lebar laut t erit orial dari pulau yang t erdekat .
4. Garis pangkal yang dit arik sesuai dengan ket ent uan pasal ini, harus dicant umkan pada pet a dengan skala at au skala-skala yang memadai unt uk menegaskan posisinya. Sebagai
gant inya, dapat dibuat daft ar koordinat geografis t it ik-t it ik yang secara jelas memerinci dat um geodet ik.
5. Negara kepulauan harus mengumumkan sebagaimana
Excl usi ve Economi c Zone
1. Specific legal regime – special nat ure
2. Breadt h
3. Rights, jurisdiction of coastal stat e
4. Rights and dut ies of other stat es
Speci f i c l egal r egi me and
Br eadt h
Zona ekonomi eksklusif adalah suat u daerah
di luar dan berdampingan dengan laut
teritorial, yang tunduk pada rejim hukum
khusus berdasarkan mana hak-hak dan
yurisdiksi Negara pantai dan hak-hak serta
kebebasan-kebebasan Negara lain,
Ri ght s, j ur i sdi ct i on and dut i es
of t he coast al St at e
1. Dalam zona ekonomi eksklusif, Negara pant ai mempunyai :
(a) Hak-hak berdaulat unt uk keperluan eksplorasi dan eksploit asi, konservasi dan pengelolaan sumber
kekayaan alam, baik hayat i maupun non-hayat i, dari perairan di at as dasar laut dan dari dasar laut dan t anah di bawahnya dan berkenaan dengan kegiat an lain unt uk keperluan eksplorasi dan eksploit asi
Lanj ut an. . . .
(b) Yurisdiksi dengan :
pembuat an dan pemakaian pulau buat an, inst alasi dan bangunan;
riset ilmiah kelaut an;
perlindungan dan pelest arian lingkungan laut ; (c) Hak dan kewajiban lain sebagaimana dit ent ukanLanj ut an. . .
2. Di dalam melaksanakan hak-hak dan memenuhi
kewajibannya berdasarkan Konvensi ini dalam
zona ekonomi eksklusif, Negara Pant ai harus
memperhat ikan sebagaimana mest inya hak-hak
dan kewajiban Negara lain dan harus bert indak
dengan suat u cara sesuai dengan ket ent uan
Konvensi ini.
3. Hak-hak yang t ercant um dalam pasal ini
berkenaan dengan dasar laut dan t anah di
bawahnya harus dilaksanakan sesuai dengan
Ri ght s and dut i es of ot her
St at es
1. Di zona ekonomi eksklusif, semua Negara, baik Negara berpant ai at au t ak berpant ai, menikmat i, dengan t unduk pada ket ent uan yang relevan Konvensi ini, kebebasan kebebasan pelayaran dan penerbangan, sert a kebebasan melet akkan kabel dan pipa bawah laut yang disebut
dalam pasal 87 (Laut Lepas) dan penggunaan laut lain yang sah menurut hukum int ernasional yang bert alian dengan kebebasan-kebebasan ini, sepert i penggunaan laut yang berkait an dengan pengoperasian kapal,
Lanj ut an. . .
2. Pasal 88 (pencadangan laut lepas ut k maksud damai) sampai 115 dan ket ent uan hukum int ernasional lain yang berlaku dit erapkan bagi zona ekonomi eksklusif sepanjang t idak bert ent angan dengan Bab ini.
3. Dalam melaksanakan hak-hak memenuhi
kewajibannya berdasarkan Konvensi ini di zona ekonomi eksklusif, Negaranegara harus
memperhat ikan sebagaimana mest inya hak-hak dan kewajiban Negara pant ai dan harus ment aat i
perat uran perundang-undangan yang dit et apkan oleh Negara pant ai sesuai dengan ket ent uan Konvensi ini dan perat uran hukum int ernsional lainnya sepanjang ket ent uan t ersebut t idak bert ent angan dengan
Enf or cement of l aws and r egul at i ons
of t he coast al St at e
1. Negara pant ai dapat , dalam melaksanakan hak
berdaulat nya unt uk melakukan eksplorasi, eksploit asi, konservasi dan pengelolaan sumber kekayaan hayat i di zona ekonomi eksklusif mengambil t indakan demikian, t ermasuk menaiki kapal, memeriksa, menangkap dan melakukan proses peradilan, sebagaimana diperlukan unt uk menjamin dit aat inya perat uran
perundang-undangan yang dit et apkannya sesuai dengan ket ent uan Konvensi ini.
Lanj ut an. . .
3. Hukuman Negara pant ai yang dijat uhkan t erhadap
pelanggaran perat uran perundang-undangan
perikanan di zona ekonomi eksklusif t idak boleh
mencakup pengurungan, jika t idak ada perjanjian
sebaliknya ant ara Negara-negara yang
bersangkut an, at au set iap bent uk hukuman badan
lainnya.
4. Dalam hal penangkapan at au penahanan kapal asing
Negara pant ai harus segera memberit ahukan
kepada Negara bendera, melalui saluran yang t epat ,
mengenai t indakan yang diambil dan mengenai
Cont i nent al Shel f
1. Measuring & isobath rule
2. Rights of coastal state
3. Legal status of waters and airspace
Measur i ng & i sobat h r ul e
1.
Landas kontinen suatu Negara pant ai
meliputi dasar laut dan tanah di bawahnya
dari daerah di bawah permukaan laut yang
terletak di luar laut teritorialnya sepanjang
kelanjut an alamiah wilayah darat annya
hingga pinggiran luar tepi kont inen, at au
hingga suatu jarak 200 mil laut dari garis
Lanj ut an. . . .
2. Negara pant ai akan menet apkan pinggiran luar t epian kont inen dalam hal t epian kont inen t ersebut lebih lebar dari 200 mil laut dari garis pangkal dan mana lebar laut t erit orial diukur, at au dengan :
suat u garis yang dit arik sesuai dengan ayat 7 dengan menunjuk pada t it ik t et ap t erluar dimana ket ebalan bat u endapan adalah paling sedikit 1% dari jarak t erdekat ant ara t it ik t ersebut dan kaki lereng
kont inen; at au
suat u garis yang dit arik sesuai dengan menunjuk pada t it ik-t it ik t et ap yang t erelt ak t idak lebih dari 60 mil
kaut dari kaki lereng kont inen.
3. Dalam hal t idak t erdapat nya bukt i yang bert ent angan, kaki lereng kont inen harus dit et apkan sebagai t it ik
Lanj ut an. . .
4. Titik-tit ik tetap yang merupakan garis bat as
luar landas kontinen pada dasar laut, yang
ditarik sesuai dengan ayat 4 (a)(i) dan (ii),
at au t idak akan boleh melebihi 350 mil laut
dari garis pangkal dari mana laut t erit orial
diukur atau tidak boleh melebihi 100 mil laut
dari garis batas kedalaman (isobat h) 2.500
meter, yaitu suatu garis yang
Ri ght s of t he coast al St at e over
t he cont i nent al shel f
1. Negara pant ai menjalankan hak berdaulat di landas
kont inen unt uk t ujuan mengeksplorasinya dan
mengekploit asi sumber kekayaan alamnya.
2. Hak yang t ersebut dalam ayat 1 di at as adalah
eksklusifnya dalam art i bahwa apabila Negara pant ai
t idak mengekplorasi landas kont inen at au
mengekploit asi sumber kekayaan alamnya, t iada
seorangpun dapat melakukan kegiat an it u t anpa
perset ujuan t egas Negara pant ai.
3. Hak suat u Negara pant ai at as landas kont inen t idak
t ergant ung pada pendudukan (okupasi), baik efekt if
at au t idak t et ap (not inal), at au pada proklamasi
Lanj ut an. . .
4. Sumber kekayaan alam t ersebut dalam Bab ini
t erdiri dari sumber kekayaan mineral dan sumber
kekayaan non hayat i lainnya pada dasar laut dan
t anah di bawahnya, bersama dengan organisme
hidup yang t ergolong jenis sedent er yait u
organisme yang pada t ingkat yang sudah dapat
dipanen dengan t idak bergerak berada pada
at au di bawah dasar laut at au t idak dapat
Legal st at us of t he super j acent
wat er s and ai r space and t he r i ght s
and f r eedoms of ot her St at es
1. Hak Negara pant ai at as landas kont inen t idak
mempengaruhi st at us hukum perairan di
at asnya at au ruang udara di at as perairan
t ersebut .
2. Pelaksanaan hak Negara pant ai at as landas
kont inen t idak boleh mengurangi, at au
mengakibat kan gangguan apapun yang t ak
beralasan t erhadap pelayaran dan hak sert a
kebebasan lain yang dimiliki Negara lain
Laut Bebas/ Lepas/
Hi gh Seas
1. Laut lepas t erbuka unt uk semua Negara, baik Negara pant ai at au t idak berpant ai. Kebebasan laut lepas, dilaksanakan berdasarkan syarat -syarat yang dit ent ukan dalam Konvensi ini dan ket ent uan lain hukum int ernasional. Kebebasan laut lepas it u meliput i, int er alia, baik unt uk Negara pant ai at au Negara t idak berpant ai :
(a) kebebasan berlayar;
(b) kebebasan penerbangan;
(c) kebebasan unt uk memasang kabel dan pipa bawah laut , dengan t unduk pada Bab VI (Landas Kont inen);
(d) kebebasan unt uk membangun pulau buat an dan inst alasi
lainnya yang diperbolehkan berdasarkan hukum int ernasional, dengan t unduk pada Bab VI;
(e) kebebasan menangkap ikan, dengan t unduk pada persyarat an yang t ercant um dalam bagian 2;
Lanj ut an. . . .
2. Kebebasan ini akan dilaksanakan oleh semua
Negara, dengan memperhat ikan
sebagaimana mestinya kepent ingan Negara
lain dalam melaksanakan kebebasan laut
lepas it u, dan juga dengan memperhatikan
sebagaimana mestinya hak-hak dalam
Hak dan Kewajiban Indonesia Menurut Konvensi Hukum Laut 1982 (United Nations Convention on the Law of the Sea)