• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENDAPATAN PERKA (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENDAPATAN PERKA (1)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENDAPATAN PERKAPITA

KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2014, 2015, DAN 2016

(Berdasarkan analisis spasial geografi)

Dannis Ni’matussyahara

Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang Corresponding Email: [email protected]

Abstrak

Kabupaten ponorogo terletak di bagian tenggara Provinsi Jawa Timur, yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa tengah. Kabupaten Ponorogo ini terdiri dari 21 Kecamatan, dengan wilayah pertanian yang potensial berada di daerah ponorogo bagian selatan. Berdasarkan gambaran morfologi Kabupaten Ponorogo yang bervariasi, mengakibatkan kegiatan ekonomi masyarakat di Kabupaten Ponorogo ini berbeda-berbeda. Sektor ekonomi yang terdapat di Kabupaten Ponorogo terdiri dari 17 sektor. Sektor ekonomi tersebut, merupakan sumber Kabupaten Ponorogo dalam meningkatan kualitas pembangunan yang ada didalamnya.

Suatu daerah, dikatakan ekonominya maju atau masih tertinggal itu bisa dilihat dari PDRB setiap tahunnya, yang kemudian dibandingkan dengan daerah disekitarnya. Dari PDRB tersebut, maka akan diketahui pendapatan perkapita penduduk, index pembangunan manusianya dan identifikasi ekonomi di daerah administrasi Kabupaten Ponorogo. Hal ini diperlukan agar dapat terealisasikan strategi pembangunan ekonomi yang sesuai dengan kondisi spasial Kabupaten Ponorogo di masa mendatang. Karena, apabila kegiatan ekonomi masyarakat di Kabupaten Ponorogo tidak sesuai dengan kondisi wilayahnya, maka aktivitas ekonomi yang ada didalamnya tidak berjalan dengan baik karena terhambat dengan kondisi wilayahnya. Sehingga PDRB Kabupaten Ponorogo tidak tercapai secara maksimal. Pengembangan sektor ekonomi yang sesuai dengan Kabupaten Ponorogo ini perlu dilakukan. Agar tercapai tujuan yang diinginkan.

Keywords: Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Ekonomi Perkapita, Analisis Spasial Geografi Berdasarkan Sektor yang Sesuai Kondisi Wilayah Kabupaten Ponorogo

1. Latar Belakang

(2)

Ngebel sisanya merupakan area dataran rendah. Kabupaten Ponorogo ini dilewati 14 sungai dengan panjang antara 4 sampai dengan 58 Km sebagai sumber irigasi bagi lahan pertanian dengan produksi padi maupun hortikultura. Sebagian besar dari luas yang ada terdiri dari area kehutanan dan lahan sawah sedang sisanya digunakan untuk tegal pekarangan Kabupaten Ponorogo mempunyai dua musim yaitu penghujan dan kemarau. Kabupaten ini terletak di sebelah barat dari provinsi Jawa Timur dan berbatasan langsung dengan provinsi Jawa Tengah atau lebih tepatnya 220 km arah barat daya dari ibu kota provinsi Jawa Timur, Surabaya. Pada tahun 2015 berdasarkan hasil Sensus Penduduk, jumlah penduduk Kabupaten Ponorogo adalah jiwa 865.809 jiwa.

Pada suatu daerah pemerintahan, Suatu hal yang dibahas pasti tidak jauh-jauh dari masalah politik, ekonomi dan sosial. Karena tiga aspek ini penting dan tidak bisa lepas dari kegiatan pemerintahan daerah. Dari ketiga hal tersebut, permasalahan yang paling menonjol yang dialami oleh masing-masing sistem pemerintahan adalah bidang ekonomi. Bidang ekonomi ini, apabila dibahas tidak akan ada habisnya. Karena, manusia setiap harinya melakukan kegiatan ekonomi. Selama manusia melakukan kegiatan ekonomi maka pasti akan menemui permasalahan ekonomi dalam kehidupannya. Permasalahan ekonomi tersebut apabila tidak diselesaikan dengan baik maka akan berpengaruh terhadap pendapatan perekonomian daerah, sehingga akan menghambat pembangunan yang ada di daerah tersebut.

Setiap daerah memiliki sektor penghasil yang berbeda-beda, dalam meningkatkan pendapatan daerahnya. Sektor tersebut diperoleh dari berbagai jenis penghasilan mata pencaharian masyarakatnya yang ada di wilayah Kabupaten Ponorogo. Dari berbagai mata pencaharian tersebut kemudian dikelompokkan berdasarkan jenis golongannya, kemudian dibentuklah dalam bentuk sektor ekonomi yang didalmnya terdapat sub-sektor ekonomi. Kabupaten Ponorogo memiliki 17 sub-sektor ekonomi. Sektor ekonomi tersebut, merupakan sumber pendapatan yang dimiliki oleh Kabupaten Ponorogo khususnya yang disebut dengan pendapatan regional bruto (PDRB). Berdasarkan PDRB tersebut, dapat dihitung pertumbuhan ekonomi, pendapatan perkapita, index pembangunan manusia (IPM) serta identifikasi tingkat status ekonomi yang ada di wilayah kabupaten Ponorogo.

(3)

penghitungan yang dilakukan, pertumbuhan ekonomi yang ada di Kabupaten Ponorogo ini termasuk dalam kriteria lamban. Karena, setiap tahunnya bertambah tidak lebih dari satu persen. Berdasarkan data penelitian yang ada, sebenarnya Kabupaten Ponorogo dapat mencapai angka pertumbuhan ekonomi yang tinggi apabila penghasilannya terkonsentrasi pada sektor yang dapat berkembang baik sesuai dengan kondisi spasial Kabupaten Ponorogo. Sehingga, penghasilan yang dihasilkan dari sektor tersebut menjadi maksimal. Apabila sektor ekonomi yang berada di Kabupaten Ponorogo itu tidak berkembang dengan baik maka akan berdampak juga dengan pertumbuhan ekonomi yang ada di Kabupaten Ponorogo. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, sektor mana yang potensial untuk dikembangkan di wilayah Kabupaten Ponorogo, berdasarkan kesesuaian spasial. Sehingga dapat berkembang dengan baik dan dapat meningkatkan ekonomi masyarakatnya, sehingga pertumbuhan ekonomi yang ada di wilayah Kabupaten Ponorogo.

2. METODE

Adapun jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian artikel ilmiah ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian kuantitatif tidak terlalu menitikberatkan pada kedalaman data, yang penting dapat merekam data sebanyak-banyaknya dari populasi yang luas. Pendekatan penelitian kuantitatif adalah penelitian yang identik dengan pendekatan deduktif, yaitu berangkat dari persoalan umum (teori) ke hal khusus sehingga penelitian ini harus ada landasan teorinya. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian jenis kualitatif ini adalah Ex Post Facto. Metode Ex Post Facto adalah metode yang digunakan dalam penelitian yang meneliti hubungan sebab akibat yang tidak dimanipulasi oleh peneliti. Adanya hubungan sebab akibat didasarkan atas kajian teoritis, bahwa suatu variable tertentu mengakibatkan variable tertentu. Tahapan penelitian secara rinci dapat dibagi menjadi beberapa tahap sebagai berikut: memilih permasalahan yang akan diteliti, pengumpulan dan persiapan data, pengolahan data, analisis data, penyajian hasil akhir.

Pertumbuhan ekonomi yang ada di Kabupaten Ponorogo yang berjalan lambat

merupakan permasalahan yang dipilih untuk topik penelitian ini. Basis data yang

(4)

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembahasan mengenai pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita kabupaten ponorogo pada tahun 2014, 2015, dan 2016 ini tidak lepas dari analisis spasial yang ada di Kabupaten Ponorogo. Setiap daerah memiliki karakteristik spasial yang berbeda-beda, sehingga kemampuannya pun dalam menghasilkan suatu barang juga akan berbeda-beda pula. Misalnya daerah A memiliki potensi dalam hal pertambangan, sedangkan daerah B memiliki potensi dalam hal pertanian. Maka berdasarkan hal tersebut, analisis spasialnya adalahcsebelum mengolah suatu daerah, alangkah baiknya kita harus mengenali dulu, potensi apa yang cocok untuk dikembangkan di darah tersebut. Sehingga strategi yang kita kembangkan dapat berjalan dengan baik dan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat yang ada di dalamnya.

Hasil dan pembahasan dapat diperinci berdasarkan bahasan tentang pertumbuhan ekonomi

Kabupaten Ponorogo, Korelasi pertumbuhan ekonomi dengan kemiskinan, Pendapatan Perkapita, Index pembangunan manusia serta analisis sektor ekonomi yang potensial berdasarkan hasil penemuan data yang ada di lapangan. Luarannya berupa analisis serta menampilkan sektor apa saja yang potensial dan perlu dikembangkan sesuai dengan analisis spasial di wilayah Kabupaten Ponorogo.

3.1 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ponorogo

Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah. Dari satu periode ke periode lainnya, kemampuan suatu daerah untuk menghasilkan barang dan jasa, Dalam hal ini faktor produksi akan selalu mengalami pertambahan dalam jumlah dan kualitasnya. Selain itu adanya investasi dari pihak lokal maupun non lokal akan menambah jumlah barang modal, sehingga banyak masyarakat yang menggunakan modal dari investasi tersebut untuk membuka ataupun membesarkan usaha mereka. Kemudian hal lain yang mempengaruhinya yaitu teknologi yang digunakan berkembang, sehingga dengan adanya teknologi tersebut akan membantu masyarakat untuk menghasilkan barang produksi. Disamping itu tenaga kerja bertambah sebagai akibat perkembangan penduduk, dan pengalaman kerja dan pendidikan menambah

(5)

Perkembangan kemampuan memproduksi barang dan jasa sebagai akibat pertambahan faktor-faktor produksi pada umumnya tidak selalu diikuti oleh pertambahan produksi barang dan jasa yang sama besarnya. Pertambahan potensi memproduksi kerap kali lebih besar dari pertambahan produksi yang sebenarnya. Dengan demikian perkembangan ekonomi adalah adalah lebih lambat dari potensinya.

Permasalahan yang terdapat dalam petumbuhan ekonomi ini dianggap sebagai masalah makroekonomi yang jangka panjang. Menurut Robert Solow (1987) berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi akan tercapai jika ada pertumbuhan output. Pertumbuhan output terjadi jika dua faktor input, yakni modal dan tenaga kerja dikombinasikan, sedangkan faktor teknologi dianggap konstan (tidak berubah). Adapun yang tergolong sebagai modal adalah bahan baku, mesin, peralatan, komputer, bangunan dan uang. Dalam memproduksi output, faktor modal dan tenaga kerja bias dikombinasikan dalam berbagai model kombinasi. Sehingga, bisa dituliskan dalam rumus sebagai berikut:

Q = f (C.L)

Keterangan:

Q = Jumlah output yang dihasilkan f = Fungsi

C = Capital (modal sebagai input) L = Labour (tenaga kerja, sebagai input)

Rumus di atas menyatakan bahwa output (Q) merupakan fungsi dari modal (C) dan tenaga kerja (L). Ini berarti tinggi rendahnya output tergantung pada cara mengombinasikan modal dan tenaga kerja.

(6)

Tabel 1: Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ponorogo Tahun 2014-2016

Berdasarkan data diatas, yang paling banyak menyumbangkan angka PDRB adalah sektor Transportasi, Penyediaan Akomodasi, Informasi dan komunikasi, Jasa Keuangan dan Jasa Pendidikan. Berdasarkan hal tersebut, menunujukkan bahwa banyak masyarakat Ponorogo yang mengalami mobillitas penduduk. Sehingga, penghasilan kotor yang didapatkan lebih banyak. Apabila dilihat, pertanian, dan pertambangan itu pertumbuhannya sangat sedikit dan tergeser dengan sektor ekonomi lainnya.

3.2 Pendapatan Perkapita Kabupaten Ponorogo

(7)

informasi yang objektif untuk menentukan langkah pemerintah dalam pembangunan ekonomi daerah. Pendapatan perkapita ini di peroleh dari hasil sensus ekonomi yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah setempat. Sensus ekonomi ini dilakukan untuk seluruh sektor ekonomi di derah tersebut, tanpa terkecuali. Karena, pendapatan sekecilpun dari masyarakat itu berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah dan juga mempengaruhi pendapatan perkapita masing-masing masyarakat. Adapun cara untuk mencari pendapatan perkapita daerah yaitu dengan rumus

Pendapatan perkapita tahun X = Jumlah penduduk pada tahun XPDRB tahun X

Dari rumus tersebut diperoleh angka pendapatan perkapita Kabupaten Ponorogo adalah seperti berikut ini yaitu

Tabel 2. Pendapatan Perkapita Kabupaten Ponorogo Pada Tahun 2014, 2015 dan 2016

1 2 3

Pendapatan Perkapita kabupaten ponorogo pada tahun 2014, 2015, dan 2016

Tahun

Jumlah Penduduk Tahun Per tahun

Pendapatan perkapita pada tahun tertentu

Sumber: Penghitungan Penulis

(8)

sekarang memiliki interval yang tidak berbeda jauh. Kabupaten Ponorogo pada tahun 2014 dengan jumlah penduduk 861.806 jiwa memiliki pendapatan perkapita yaitu sebesar 12,826 juta dalam setiap tahunnya. Pada tahun 2015 dengan jumlah penduduk 867.393 jiwa memiliki pendapatan perkapita sejumlah 13,475 juta setiap tahunnya dan pada tahun 2016 dengan jumlah 868. 814 jiwa memiliki penghasilan sekitar 14,168 setiap tahunnya.

Jika dilihat dari tabrl tersebut, maka dietahui yaitu setiap jumlah penduduk yang bertambah pada setiap tahunnya, juga diikuti dengan pertambahan hasil dari pendapatan perkapita dari masyarakat. Apabila dilihat dari pertambahan penduduk dan dibandingkan dengan pendapatan perkapita masyarakat setiap tahunnya, sebenarnya Kabupaten Ponorogo tidak mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya atau bisa disebut dengan konstan. Karena setiap mengalami pertambahan 1000 penduduk, maka pendapatan perkapita masyarakat mengalami pertumbuhan sekitar 1 juta. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pendapatan perkapita asli Kabupaten Ponorogo itu pada aslinya masih tetap konstan, walaupun telah mengalami peningkatan setiap tahun pada jumlahnya.

3.3 Index Pembangunan Manusia (IPM) Serta Identifikasi Status Ekonomi

(9)

Menurut Rana dan Dzathor (2008) terdapat empat teori yang menjelaskan hubungan antara pendapatan nasional dan pembangunan manusia yang masing-masing teori didukung oleh hasil penelitian empiris. Teori pertama menyatakan bahwa perubahan pendapatan nasional tidak berhubungan dengan perubahan pembangunan manusia. Karena dapat saja pertumbuhan ekonomi tidak mampu meningkatkan kesejahteraan individu. Teori kedua menyatakan bahwa pembangunan manusia dan perubahan pendapatan nasional mempunyai hubungan timal balik. Teori ketiga sesuai dengan pandangan ekonom neoklasik yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi membawa perbaikan pembangunan manusia. Teori keempat menyatakan bahwa pembangunan manusia berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi, karena peningkatan pembangunan manusia akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi pada masa yang akan datang.

Adapun IPM kabupaten Ponorogo menurut data BPS, daerah tersebut setiap tahunnya mengalami peningkatan, yaitu hampir satu persen setiap tahunnya. Pada tahun tahun 2014 IPM nya sekitar 67,4% , tahun 2015 angka IPM nya sekitar 68,16% , tahun 2016 angka IPM nya sekitar 68,93%. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa index pembangunan manusia (IPM) di Kabupaten Ponorogo termasuk dalam golongan atau tingkat status menengah keatas. Jadi, apabila dilihat dari sumberdaya manusianya cukup potensial dalam pengembangan wilayahnya. Hal tersebut juga dapat diketahui dari tabel pendidikan yang setiap tahunnya mengalami peningkatan. Ditambah lagi sekarang ini, masyarakat Kabupaten Ponorogo yang semakin banyak belajar di perguruan tinggi. Sehingga akan meningkatkan nilai IPM Kabupaten Ponorogo.

3.4 Analisis Sektor Ekonomi yang Potensial Dalam Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ponorogo

(10)

akan tercukupi. Sehingga, mampu meningkatkan pendapatan PDRB kabupaten Ponororogo. Berdasarkan data yang diperoleh, Kabupaten Ponorogo bagian barat khususnya belum dibangun wilayah ekonominya dengan maksimal. Hal tersebut terjadi karena,wilayah bagian barat Kabupaten Ponorogo ini agak terjal. Akan tetapi masih bisa digunakan untuk lahan yang potensial apabila mau mengolahnya dengan baik.

Dari lahan yang belum terolah tersebut, bisa meningkatkan penghasilan masyarakatnya atau bisa disebut dengan pendapatan perkapita masyarakat dan juga berpengaruh terhadap PDRB daerah dan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Ponorogo. Pada daerah ini, selain cocok untuk wilayah pertanian juga dapat digunakan sebagai daerah untuk meningkatkan hasil peternakan, karena kebutuhan rumput dan air tercukupi. Hal tersebut bisa tercapai apabila pembangunannya sesuai dengan kondisi spasial dan potensi yang cocok diwilayah tersebut serta pengolahan lahan secara maksimal.

Selain potensi pertanian diwilayah barat, utara dan timur Kabupaten Ponorogo, sektor yang perlu ditingkatkan pada daerah bagian selatan yang sesuai dengan kondisi wilayahnya dan sumber daya yang tersedia yaitu pertambangan atau bahan galian. SDA bahan galian ini terdapat di wilayah karst dan daerah yang berada di bagian selatan dan timur dari Kabupaten Ponorogo. kandungan bahan tambang. Berdasarkan wilayah kecamatan jenis bahan tambang adalah : Kecamatan Ngrayun memiliki kandungan mangaan, oker dan tras (17.792 m2, Kecamatan Slahung memiliki kandungan seng,

mangaan, batu gamping (6.273 m2), kaolin bentonit (437 m2), zeolit (797 m2), gypsum

(26.000 ton), tras (1.305 m2). Kecamatan Bungkal memiliki kandungan seng,

(11)

ekonomi yang tepat pada suatu wilayah adalah sesuatu yang penting, agar keberhasilan pembanguan ekonomi akan tercapai.

4. Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil dan ppembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa PDRB kabupaten ponorogo setiap tahunnya mengalami penambahan, walaupun peningkatannya tidak tidak terjadi secara significant. Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Ponorogo tersebut berpengaruh terhadap pendapatan perkapita dari masyarakat. Pendapatan Perkapita masayarakat Kabupaten Ponorogo mengalami peningkatan setiap tahunnya, akan tetapi hal tersebut terbilang konstan. Karena setiap mengalami pertambahan 1000 penduduk, maka pendapatan perkapita masyarakat mengalami pertumbuhan sekitar 1 juta. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pendapatan perkapita asli Kabupaten Ponorogo itu pada aslinya masih tetap konstan, walaupun telah mengalami peningkatan setiap tahun pada jumlahnya. Pendapatan perkapita Kabupaten Ponorogo juga berpengaruh terhadap IPM di Kabupaten Ponorogo. Dari hasil data statistik nilai IPM masyarakat di Kabupaten Ponorogo termasuk dalam golongan menengah keatas. Jadi, SDM di Kabupaten Ponorogo ini sudah mampu dalam mengolah daerahnya dengan baik. Adapun SDA yang tersebar di Kabupaten Ponorogo sesuai dengan analisis spasial geografi yaitu potensi pertanian peternakan diwilayah barat, utara dan timur Kabupaten Ponorogo, serta potensi bahan galian atau bahan tambang di wilayah Kabupaten Ponorogo bagian selatan dan timur.

5. Saran

Dalam membangun sektor ekonomi di suatu wilayah alangkah baiknya kita mengenal dahulu kondisi Spsial yang ada di wiayah tersebut. Agar rencana serta strategi yang dilaksanakan dapat berhasil dan berjalan dengan maksimal. Karena apabila suatu rencana pengembangan sektor ekonomi tidak di dukung oleh kondisi fisik serta sosial suatu wilayah maka tidak akan tercapai dengan maksimal.

6. Daftar Pustaka

BPS Kabupaten Ponorogo, 2017 (Online)

(12)

j&sa=U&ved=0ahUKEwiy0fHjtM7XAhXL, Diakses tanggal 20

Bappeda Ponorogo, 2013, Gambaran Umum Wilayah (Online)

https://www.google.co.id/url=http://bappeda.ponorogo.go.id/index.ph

p/data-info/dokumen- , Diakses 20 November 2017

7. Lampiran

Tabel 3. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ponorogo Tahun 2014- Sampai 2016

Jenis Penasilan

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 7,61 6,18

(13)

Jasa Perusahaan 6,00 5,87 Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 5,22 5,67

Jasa pendidikan 6,99 7,19

Jasa kesehatan dan kegiatan sosial 1,49 6,05

Jasa lainnya 4,17 4,81

Jumlah 5,03 5,72

Tabel 4. Pendapatan Perkapita Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 Sampai 2016

Tahun 2014 2015 2016

Jumlah Penduduk Tahun Per

tahun 865.809 867.393 868.814

Pendapatan perkapita pada

tahun tertentu 12,826 13,475 14,164

Tabel 5. Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ponorogo Dengan Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2015

Industri Pengolahan 6,05 11,32 Tertinggal

Pengadaan Listrik dan Gas 1,64 5,99 Tertinggal

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sepeda Motor 7,61 11,57 Tertinggal

Transportasi dan

Pergudangan 7,15 13,48 Tertinggal

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 8,02 14,42 Tertinggal

Informasi dan Komunikasi 8,09 10,31 Tertinggal

Jasa Keuangan dan Asuransi 6,85 12,72

Tertingg al

(14)

al

Jasa Perusahaan 6,00 11,17 Tertinggal

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib 5,22 9,76 Tertinggal

Jasa pendidikan 6,99 9,61 Tertinggal

Jasa kesehatan dan kegiatan

sosial 1,49 10,03

Tertingg al

Jasa lainnya 4,17 13,84 Tertinggal

Jumlah 5,03 10,08 Tertinggal

Tabel 6. Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ponorogo Dengan Provinsi Jawa Timur Tahun 2015-2016

Pengadaan Listrik dan Gas 4,02 4,25 Tertinggal

Pengadaan Air, Pengelolaan

Jasa Keuangan dan Asuransi 7,23 11,21 Tertinggal

(15)

Gambar

Tabel 1: Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ponorogo Tahun 2014-2016
Tabel 2. Pendapatan Perkapita Kabupaten Ponorogo Pada Tahun 2014, 2015 dan 2016
Tabel 3. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ponorogo Tahun 2014- Sampai 2016
Tabel 5. Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ponorogo Dengan ProvinsiJawa Timur Tahun 2014-2015
+2

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian laju pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota dengan nilai di bawah laju pertumbuhan rata-rata Provinsi Jawa Timur adalah Kabupaten Kediri, Kabupaten Malang, Kabupaten

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat namun tingginya pertumbuhan ekonomi suatu daerah tidak menjamin

Salah satu tujuan pembangunan daerah adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mengurangi angka kemiskinan pada daerah, Kabupaten Bengkayang merupakan daerah yang

Dan 25 Kabupaten/Kota yang lain bernilai positif yang menandakan laju pertumbuhan ekonominya pada sektor pertanian ini lebih cepat dari laju pertumbuhan

Dan 25 Kabupaten/Kota yang lain bernilai positif yang menandakan laju pertumbuhan ekonominya pada sektor pertanian ini lebih cepat dari laju pertumbuhan

Dan 25 Kabupaten/Kota yang lain bernilai positif yang menandakan laju pertumbuhan ekonominya pada sektor pertanian ini lebih cepat dari laju pertumbuhan

Selanjutnya muncul daerah yang relatif maju akan mempengaruhi daerah-daerah yang relatif pasif dalam industri (Arsyad, 1999) yaitu : adanya kelompok kegiatan ekonomi

“Analisis Konvergensi Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi” untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana