• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Pembuatan Kebijakan Luar Negeri A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Proses Pembuatan Kebijakan Luar Negeri A"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Politik Pemerintahan Amerika

Serikat

Foreign Policy

DISUSUN OLEH:

Doni Sunendra

(135120418113020)

Erdita Vega Astarina(135120407113012)

Lukas Jalu Wicaksana

(135120418113004)

DOSEN PENGAMPU :

Karina Putri Indrasari, MA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

▸ Baca selengkapnya: proses pembuatan helium

(2)

DAFTAR ISI

BAB I...3

A. Latar Belakang...3

B. Rumusan Masalah...5

C. Tujuan Masalah...5

BAB II...6

2.1. Definisi dari Foreign Policy...6

2.2. Proses Pembuatan Kebijakan Luar Negeri AS...10

2.3. Tujuan Dari Kembuatan Kebijakan Luar Negeri AS...14

BAB III...17

3.1 Kebijakan Politik Luar Negeri Amerika Serikat Pada Tragedi 9/11...17

BAB IV...20

4.1. Kesimpulan...20

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Foreign Policy atau kita kenal dengan istilah kebijakan luar negeri merupakan kepanjangan dari politik domestik disuatu negara untuk dapat meranah kedalam ruang lingkup internasional1. Di dalam kebijakan luar negeri Amerika Serikat hal utama

yang harus diperhatikan adalah kepentingan nasional, seperti yang tertulis di dalam US konstitusi kebijakan luar negeri berfungsi sebagai cara untuk menjalin kerja sama dengan negara lain, serta menyebarkan faham dan nilai-nilai demokrasi secara internasional2. Selain itu di dalam kebijakan luar negeri Amerika Serikat juga

bertujuan untuk menciptakan kerjasama ekonomi yang menggelobal untuk memenuhi kepentingan nasional3.

Sejarah kebijakan luar negeri negara Amerika Serikat bersal dari Monroe Doktrin pada tahun 1823 oleh presiden James Monroe4. Doktrin Monroe menjelaskan

kebijakan luar negeri Amerika Serikat akan bersikap netral terhadap konflik-konflik yang ada di Eropa baik masa sekarang maupun di masa yang akan datang5. Kemudian

dilanjutkan dengan Koroler Roosevelt, kadang disebut Doktrin Roosevelt, yang diperkenaklan Theodore Roosevelt tahun 19046. Tradisi doktrin presiden pasca-Perang

Dunia II dimulai oleh Doktrin Truman tahun 19477. Berdasarkan doktrin Truman,

Amerika Serikat memberi bantuan lepada pemerintah Turki dan Yunani sebagai bagian dari strategi Perang Dingin agar kedua negara tersebut tidak masuk lingkup pengaruh Uni Soviet8. Doktrin Truman dilanjutkan oleh doktrin Eisenhower, doktrin

Kennedy, doktrin Johnson, doktrin Nixon, dan doktrin Carter9. Semua doktrin tersebut

menentukan pendekatan kebijakan luar negeri presiden Amerika Serikat terhadap tantangan-tantangan global terbesar yang dialami masa pemerintahannya. Ddktrin Reagan, meski sangat erat kaitannya dengan kebijakan luar negeri Ronald Reagan dan

1Singh, Robert. (2003). American Goverment and Politics, London: SAGE Publications Ltd . Chapter 12. hal: 262.

2Ibid.

3Ibid.

4Zinn, Howard. (2003). A People’s History of the United States, 1492-present, U.S.A, HarperCollins. hal. 137. 5Ibid.

6Ibid.

7Ibid.

8Ibid.

(4)

pemerintahannya, masih digunakan oleh pengganti Reagan, George H. W. Bush yang menjadi presiden Amerika Serikat pada bulan Januari 198910. George W. Bush,

lewat doktrin Bush yang menaikkan anggaran belanja militer pemerintah11. Doktrin

Bush juga mempertahankan keamanan domestik dan juga menyebarkan paham kebebasan12. Doktrin Obama, dimana hampir sama dengan presiden Bush dengan

meningkatkan anggaran militer yang harus diketahui oleh rakyat Amerika Serikat dan menggunakan kekuatan militer untuk alat diplomasi13.

Proses pembuatan kebijakan luar negeri sendiri lebih kompleks dari pada pembuatan kebijakan domestik, hal ini terjadi karena proses negosiasi yang dilakukan representasi dari suatu negara baik presiden atau diplomat memerlukan persetujuan dari anggota kongres, sedangkan di dalam kongres sendiri terdiri dari house representatif dan senat yang bertugas menyetujui suatu rancangan kebijakan14.

Mengingat jumlah anggota kongres yang terdiri dari Senat sebanyak 100 orang dan House Representatif 435 anggota, tentu banyak pemikiran-pimikiran yang berbeda dari masing masing anggota, selain itu juga terdapat pro dan kontra terhadap rumusan kebijakan yang akan dibuat15.

Pengaruh-pengaruh eksternal seperti INGO, MNC serta aktor-aktor internasional juga dapat mempengaruh dalam pembuatan kebijakan luar negeri Amerika Serikat16. Di dalam lingkup domestik, media dan opini publik juga

berpengaruh sebagai penghambat atau bahkan mempercepat proses pembuatan kebijakan luar negeri Amerika Serikat, selain itu CIA maupun departemen negara sebagai sumber informasi juga dapat memberikan masukan kepada sang pembuat kebijakan17. Amerika Serikat merupakan negara hegemon, maka dari itu setiap

kebijakan luar negeri dari Amerika juga berpengaruh bagi negara negara lain baik

10Zinn, Howard. (2003). A People’s History of the United States, 1492-present, U.S.A, HarperCollins. hal 277. 11Ibid.

12Storey, Will, (2007), US Government and Politics The Politics Study Guides Series, (Edinburgh), Edinburgh University Press, hal. 318.

13

Bettina, Rohl .(2015). bleibt die Obama-Doktrin?. Diakses dari :

http://www.wiwo.de/politik/ausland/bettina-roehl-direkt-wo-bleibt-die-obama-doktrin/10673146.html. pada : 25 Mei 2015.

14Constitutions of the United State. (1787) Articel. I. Section.1. 15Ibid.

16Eugene R. Wittkopf; Christopher M. Jones;Charles W. Kegley, Jr.,. (2003). American Foreign Policy Pattern and Process. Belmont: Thomson Wadsworth. hal. 133.

(5)

secara langsung maupu secara tidak langsung, sehingga dalam proses pembuatannya memerlukan informasi dan banyak aktor18.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari Foreign Policy ?

2. Bagaimana proses pembuatan kebijakan luar negeri Amerika Serikat? 3. Apa tujuan dari pembuatan kebijakan luar negeri Amerika Serikat? 4. Studi Kasus

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui definisi dari Foreign Policy

2. Untuk mengetahui proses pembuatan kebijakan luar negeri Amerika Serikat 3. Untuk mengetahui tujuan dari pembuatan kebijakan luar negeri Amerika Serikat 4. Untuk memahami Foreign Policy Amerika Serikat melalui studi kasus

BAB II

PEMBAHASAN

(6)

2.1. Definisi dari Foreign Policy

Kebijakan Luar Negeri (Foreign Policy) Negara Amerika Serikat.

Kebijakan Luar Negeri suatu negara dipastikan mengarah kepada promosi kepentingan nasional suatu negara termasuk juga negara Amerika Serikat19. Tindakan-tindakan Amerika Serikat tercermin dari

serangkaian kebijakan luar negerinya terkait kompetisi ekonomi, memperkuat pertahanan di perbatasan negara-negara, mewujudkan perdamaian , kebebasan, dan upaya perluasan ideologi demokrasi. Namun, pada dasarnya politik luar negeri tidak pernah pernah bersifat tetap, politik luar negeri harus merespon dan merumuskan kebijakan-kebijakan baru sesuai dengan kepentingan nasional dan peluang dalam Hubungan Internasional20.

Setiap negara memiliki hak untuk menentukan Kebijakan Luar Negeri negaranya sendiri. Ada beberapa definisi menurut para ahli mengenai kebijakan luar negeri secara umum :

Menurut Joshua Goldstein

Mengatakan bahwa Kebijakan Luar Negeri adalah strategi-stategi yang diambil oleh pemerintah untuk menentukan aksi terhadap peristiwa yang terjadi di Dunia Internasional. Foreign policy adalah suatu kebijakan yang diambil oleh suatu negara dengan tujuan utama memenuhi national interest dan meningkatkan Hubungan Internasional dengan negara lain21.

Menurut K.J. Holsti

Kebijakan Luar Negeri adalah tindakan atau gagasan yang dirancang untuk memecahkan masalah atau membuat perubahan dalam suatu lingkup internasional22.

19Singh, Robert. (2003). American Goverment and Politics, London: SAGE Publications Ltd.hal. 262. 20Ibid.

21Joshua Goldstein, International Relation, (New York :Longman, 1999), hal 147

(7)

Menurut James N. Rosenau

Berpendapat bahwa kebijakan luar negeri suatu negara diambil untuk memenuhi tujuan. Tujuan disini bermaksud dalam proses kenapa negara dibentuk. Hal ini, yang ingin dicapai agar negara diakui keberadaanya oleh negara lain di dunia23.

Menurut Marijke Breuning

Berpendapat kebijakan luar negeri adalah totalitas kebijakan suatu negara terhadap situasi internasional yang bertujuan untuk interaksi dengan lingkungan diluar batas wilayah kedaulatannya24.

Amerika Serikat merupakan negara kesatuan yang besar di dunia dan sering disebut dengan negara “mega power25. Amerika Serikat

mempunyai policy yang membuat negaranya menjadi negara besar dan negara terkuat di dunia. Sebelum itu, apa yang dimaksud policy. Policy

adalah sekumpulan keputusan yang diambil oleh seseorang pelaku yang memiliki kekuasaan besar atau kelompok politik untuk memilih tujuan dan bagaimana cara mencapi tujuan26. Setiap negara memiliki pemimpin

negara yang akan melindungi segenap rakyatnya dan menjaga keamanan negara melalui suatu pengambilan kebijakan. Kebijakan yang diambil oleh negara Amerika Serikat tertulis. Hasilnya kebijakan bisa berupa peraturan yang tertulis dan mengikat seluruh rakyat yang melanggar akan dapat sanksi27.

Di dalam pengambilan suatu kebijakan pemerintah juga ada pembagian (distribution) atau alokasi kebijakan28. Pembagian dan

penerapan nilai-nilai (values) di dalam masyarakat sangatlah penting. Karena setiap negara harus bisa membuat suatu kebijakan yang tepat

23James N. Rosenau. (1969) Internasional Politics and Foreign Policy: A Reader in Research and Theory (New York: The Free Press) hal-167

24Breuning , Marijke (2007). Foreign Policy Analysis : A Comparative Introduction. New York: Palgrave McMilan.hal-5

25Singh, Robert.2003. American Goverment and Politics, London: SAGE Publications Ltd. hal-262 26Budiarjo, Miriam. 2008 .Dasar- Dasar Ilmu Politik. Jakarta:PT.Gramedia Pustaka Utama. hal-20 27Ibid.

(8)

dengan kondisi negara dan bagaimana kebijakan itu bisa dilaksanakan serta dipatuhi oleh rakyat. Negara Amerika Serikat melakukan pengambilan kebijakan melalui congress29.

Seperti isi konstitusi di Amerika Serikat, Congress merupakan badan legislatif di Amerika Serikat yang di dalamnya ada Senate dan House of Representative30. Ada 100 anggota Senate dan 435 anggota House of Representative31. Fungsi Congress sebagai lembaga legislatif di negara

Amerika serikat, Senate dan House of Representataive kedua lembaga negara mempunyai tugas merumuskan peraturan dan merumuskan kebijakan-kebijakan luar negeri baru untuk negara Amerika Serikat32. Jadi,

sebuah kebijakan yang diambil oleh Presiden Amerika Serikat harus disetujui oleh Congress dan sebaliknya jika ada usulan kebijakan luar negeri baru yang diusulkan oleh Congress harus disetujui Presiden33.

Berdasarkan sejarah ada empat tradisi Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat34. Walter Russell Mead (2001) berpendapat perbedaan pandangan

mengenai pengambilan Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat yaitu:

Hamiltonians melihat bahwa Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat adalah pada pembentukan aliansi atau kerjasama antara pemerintah federal dengan negara dengan tujuan untuk menciptakan bisnis dibidang ekonomi dalam memenuhi kebutuhan ekonomi domestik dan mencipatakan pasar ekonomi dunia, agar terciptanya integrasi ekonomi global Amerika Serikat35. Hal ini dilakukan oleh negara Amerika Serikat

untuk memenuhi kepentingan dalam pasar internasional36. Selain itu,

Amerika Serikat ingin memperluas ideologi pasar liberalis kapitalis dengan mencari keuntungan lewat kerjasama antar negara37. Amerka Serikat

29Ibid, hal-272

30Constitutions of the United State.(1787) Articel.I. Section.1. 31Ibid.

32Constitutions of the United State.(1787) Articel.I. Section. 8. 33Ibid.

34Singh, Robert. (2003). American Goverment and Politics, London: SAGE Publications Ltd . Chapter 12. hal: 265.

35Ibid.

36Ibid.

(9)

menggunakan cara aliansi atau kerjasama dalam membentuk strategi untuk menyatukan negara-negara bagiannya38.

Wilsonians melihat Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat harus fokus pada penyebaran ideologi demokrasi dan nilai-nilai sosial internasional. Maksudnya adalah ideologi demokrasi dan kebebasan yang dimiliki oleh negara Amerika Serikat disebarluaskan ke seluruh dunia melalui kebijakan luar negeri yang diambilnya. Menciptakan sebuah komunitas internasional yang cinta damai dan demokratis dalam menghormati aturan hukum39.

Amerika Serikat ingin membuat pemikiran negara-negara di dunia ini supaya tidak berkonflik atau perang. Jika perang terjadi, menurut Amerika Serikat akan sangat merugikan bagi negara40. Lebih baik membuat

komunitas negara yang cinta damai dan menciptakan rasa aman antar negara41.

Jeffersonians melihat bahwa Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat harus lebih peduli dalam mementingkan demokrasi domestik daripada mempromosikan demokrasi ke luar negeri, dan mengurangi ancaman terjadinya perang42. Kepentingan domestik merupakan hal utama yang

harus dipenuhi oleh negara Amerika Serikat43. Oleh karena itu, arah

kebijakan negara luar negeri Amerika Serikat mengarah pada kepentingan nasionalnya, dan mengurangi segala ancaman yang datang dari domestik maupun dari internasional44. Kepentingan nasional lebih utama daripada

kepentingan internasional45. Jadi, negara Amerika Serikat terjamin

keamanan domestiknya, maka bisa terjamin dari segala macam ancaman yang ada46.

Jacksonians melihat bahwa Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat memprioritaskan pada keamanan kedaulatan negara, keamanan

38Ibid.

39Ibid.

(10)

domestik, dan melakukan tindakan untuk mencapai sebuah kepentingan47.

Ketika posisi negara Amerika Serikat pada tempat yang menguntungkan, maka tidak ada kesempatan yang dilewatkan oleh Amerika Serikat untuk memenuhi segala kepentingan negaranya, pencapainnya dalam keamanan domestik, serta memperkuat kedaulatan antar negara bagiannya.

Pada intinya baik secara domestik maupun internasional negara Amerika Serikat berdasarkan kepentingan nasional, penyebaran ideologi demokrasi, kebebasan, kesetaraan, keamanan domestik, dan memperkuat wilayah-wilayah perbatasan negara. Secara tradisional dapat dilihat darikekuatan militer Amerika Serikat yang sangat besar dan terkuat di dunia. Hal ini digunakan oleh negara Amerika Serikat sebagai alat diplomasi untuk mengalahkan negara-negara berkembang. Dari sisi internasional, negara Amerika Serikat menyebarkan ideologi demokrasi keseluruh dunia dan penyebaran paham ekonomi liberalis kapitalis yang kuat serta menguntungkan bagi setiap negara yang menjalankannya.

Negara Amerika Serikat dalam pengambilan kebijakan luar negeri memiliki 3 tingkatan. Tingkat pertama, Structural policies merupakan kebijakan penggunaan sumber daya alam atau management tata kelola personalia48. Jadi, negara

memiliki hak untuk mengelola segala bentuk sumber daya alam yang ada di Amerika Serikat. Congress memiliki peran konvensional dalam mengatur pengalokasian pembuatan pangkalan militer baru, pembuatan pangkalan laut baru, perluasan persenjataan, penelitian manufaktur tanaman, dan kontrak pembangunan49. Kedua, Strategic policies

kebijakan ini diambil untuk mempercepat pemenuhan negara terhadap kepentingan kekuatan militer dan hubungan diplomatik. Pembuat kebijakan selalu mempertimbangkan hal-hal yang dicapai dalam memenuhi kepentingan negara. Contohnya : congress yang mengadakan sidang membahas diplomasi untuk kasus apartheid-era Afrika Selatan, orang latin melobi untuk dibuatnya undang-undang reformasi imigrasi,

47Ibid, hal. 273.

48Singh, Robert. (2003). American Goverment and Politics, London: SAGE Publications Ltd. Chapter 12, Hal-273.

(11)

contoh koalisi kristiani50. Ketiga, Crisis policies kebijakan luar negeri ini

diambil dengan tujuan segala melindungi kepentingan negara Amerika Serikat terhadap ancaman tententu. Ancamanya bisa berasal dari domestik maupun dunia internasional51.

2.2. Proses Pembuatan Kebijakan Luar Negeri AS

Proses pembuatan kebijakan luar negeri Amerika Serikat berbeda dengan pembuatan kebijakan dalam negeri atau domestik, di dalam proses pembuatanya lebih memperhatikan beberapa kunci yaitu dimana otoritas presiden lebih besar, pengaruh kongres lebih terbatas dan lebih mengesampingkan masukan dari kelompok kepentingan domestik52. Presiden

memiliki otoritas lebih tinggi karena presiden memiliki lebih banyak informasi dari berbagai pihak seperti CIA, NSC serta departemen luar negeri, sehingga informasi serta kondisi eksternal dari Amerika Serikat menjadi kunci bahwa dalam pengambilan kebijakan luar negeri otoritas presiden lebih tinggi dari pada kongres53. Selain itu konstitusi Amerika Serikat

juga memiliki pengaruh penting dalam proses pembuatan kebijakan luar negeri, hal ini disebabkan karena di dalam konstitusi mengatur bahwa tujuan utama dari kebijakan luar negeri Amerika Serikat adalah untuk mencapai kepentingan nasionalnya atau natinal interest

yaitu untuk membangun dan mempertahankan sebuah dunia yang lebih demokratis, aman dan sejahtera untuk kepentingan rakyat Amerika Serikat serta masyarakat internasional54, dan

mengatur tentang wewenang dari legislatif atau kongres yang dijelaskan di dalam konstitusi Amerika Serikat pada bagian 1 artikel ke-255 maupun eksekutif yang dijelaskan pada bagian 2

artikel ke-256. Pembagian kewenangan kongres dan presiden dalam kebijakan luar negeri juga

akan kami jelaskan dalam bentuk tabel sebagai berikut :

Pembagian Wewenang Dalam Kebijakan Luar Negeri57

50Ibid.

51Ibid.

52Ibid., hal. 266. 53Ibid., hal. 268.

54Storey Wil, (2007), US Goverment and Politics Politic Study Guides, (Edinburgh), Edinburgh University Press, hal. 313.

55U.S. Goverment, (1787), Constitution of The United States of America. Literal Print, (Washington D.C.), hal. 8-9.

56Ibid.,hal. 13-14.

(12)

Wewenang Presiden Wewenang Kongres

Presiden sebagai komando tertinggi pasukan bersenjata58. Departemen Luar Negeri, Departemen Pertahanan, dan CIA62. mendukung angkatan bersenjata serta kapabilitas militer melalui peningkatan anggaran belanja militer65.

Didalam proses pembuatan kebijakan luar negeri Amerika Serikat melibatkan berbagai sumber yang saling terkait antara satu sama lain dan hal ini yang menyebabkan pembuatan kebijakan luar negeri lebih bersifat kompleks seperti di dalam kerangka analisis seperti yang dibuat oleh Eugene yang dibagi menjadi eksternal source, societal sources, govermental sources, role sources, individual sources66.

58Ibid.

(13)

External Sources67

Sumber eksternal diartikan sebagai pengaruh dari aktor-aktor non negara dalam sistem internasional yang memiliki peran sehingga dapat mempengaruhi pengambilan kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Aktor non negara ini dapat berupa I-NGO (International-Non Goverment Organization) maupun MNC (Multi National Corporation). Sumber eksternal juga dapat berupa permasalahan yang terjadi di dunia internasional atau tindakan dari aktor-aktor internasional yang mempengaruhi kebijakan Amerika Serikat68.

Societal Sources69

Societal Sources diartikan sebagai dua variabel yaitu opini publik dan politik dalam negeri yang dapat mempengaruhi proses pembuatan kebijakan itu sendiri, hal ini menjadi penting karena politik luar negeri

67Ibid., hal. 133.

68Eugene R. Wittkopf; Christopher M. Jones;Charles W. Kegley, Jr.,. (2003). American Foreign Policy Pattern and Process. Belmont: Thomson Wadsworth. hal. 133.

(14)

merupakan perpanjangan tangan dari kepentingan nasional yang ingin dicapai suatu negara.

Govermental Sources

Govermental Sources diartikan sebagai sumber-sumber dari pemerintahan merupakan aspek-aspek dari struktur pemerintah yang membatasi atau menabah pengaruh dalam pembuatan kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Sebagai contoh CIA dan Departemen Luar Negeri memiliki informasi penting terkait pembuatan kebijakan luar negeri70.

Role Sources

Di dalam proses pembuatan kebijakan luar negeri terdapat peran-peran penting, karena pembuat keputusan dipengaruhi oleh tingkah laku sosial dan norma-norma yang berlaku dalam peran yang dipegang oleh seseorang. Posisi pembuat keputusan dapat memberikan pengaruh terhadap masukan bagi kebijakan luar negerti Amerika Serikat71.

Individual Sources72

Karakteristik seorang pembuat kebijakan dapat menentukan arah dari kebijakan luar negeri Amerika Serikat, hal ini dikarenakan di dalam proses pembuatan kebijakan sifat dari presiden dapat mempengaruhi keputusan-keputusan dalam proses perumusan kebijakan luar negeri73.

2.3. Tujuan Dari Pembuatan Kebijakan Luar Negeri AS

Tujuan dari kebijakan luar negeri sebenarnya merupakan tujuan dari suatu negara itu sendiri. Tujuan ini dapat dipengaruhi berdasarkan peristiwa masa lalu maupun dari masa yang akan datang. Tujuan dari kebijakan luar negeri dapat dibagi menjadi tiga, yakni tujuan jangka panjang, jangka menengah, serta jangka panjang. Pada dasarnya tujuan jangka panjang merupakan suatu keinginan dalam mencapai suatu keamanan, kekuasaan, dan perdamaian74.

70Ibid.

71Ibid.

72Ibid.

73Eugene R. Wittkopf; Christopher M. Jones;Charles W. Kegley, Jr.,. (2003). American Foreign Policy Pattern and Process. Belmont: Thomson Wadsworth. hal. 133..

74James N. Rossenau, (1996), International Politics and Foreign Policy: A Reader in Research and Theory,

(15)

Tujuan ini dipilih, dirancang, dan ditetapkan oleh pembuat keputusan dan dikendalikan untuk mempertahankan kebijakan luar negeri di lingkungan internasional dan mengubah kebijakan75. Berikut tujuan dari pembuatan kebijakan luar negeri Amerika Serikat:76

Tercapainya Kepentingan Nasional

Kepentingan nasional dianggap sebagai acuan dalam merumuskan suatu kebijakan pada suatu negara dengan berdasarkan usaha untuk memberikan rasa aman terhadap warga negaranya baik serta melindungi nilai-nilai dalam negara itu77. Kaum realis

menyamakan suatu kepentingan nasional dengan power, dimana hal ini dianggap sebagai sebuah alat yang dapat mengembangkan dan memelihara kontrol suatu hubungan negara dengan negara lain78.

Menurut Hans J. Morgenthau kepentingan nasional terdiri dari dua elemen yaitu didasarkan pada pemenuhan sendiri atau kebutuhan dalam negeri itu sendiri dan yang kedua adalah mempertimbangkan lingkungan strategis di sekitarnya atau kondisi di luar negaranya79. Suatu negara dapat mencapai kepentingan nasionalnya dengan cara

mengurangi rasa aman dan rasa kesejahteraan terhadap kompetitornya.

Miroslav Nincic berpendapat bawa terdapat tiga asumsi dasar pembuatan kepentingan nasional80, yakni pertama kepentingan tersebut bersifat vital yang dalam pencapaiannya

harus menjadi prioritas utama pemerinah dan masyarakat81. Kedua, kepentingan

tersebut harus melihat dari lingkungan internasional. Dan ketiga, kepentingan tersebut tidak boleh memihak kepada suatu instansi atau organisasi kelompok manapun, namun lebih melihat dari aspirasi bersama82.

Kepentingan nasional Amerika Serikat adalah mempromosikan kebebasan dan demokrasi kepada dunia dan menjalin kerja sama kepada negara-negara untuk menciptakan perdagangan bebas secara global83.

Banyak sekali kerugian selama Perang Dunia I yang menyebabkan semua orang di seluruh dunia dapat meninjau kembali bagaimana hubungan internasional dikelola. Proposal perdamaian yang dibuat oleh Presiden Woodrow Wilson tercermin dari

75Jack C. Plano dan Roy Olton, (1999), Kamus Hubungan Internasional, (Bandung), Abardin, hal. 6.

76Storey, Will, (2007), US Government and Politics The Politics Study Guides Series, (Edinburgh), Edinburgh University Press, hlm. 312.

77Banyu Perwita, Agung, dan Yanyan Mochamad Yani, (2006), Pengantar Ilmu Hubungan Internasional,

(Bandung), PT Remaja Rosdakarya, hlm. 35. 78 Ibid.

79Publikasi.umy.ac.id/index.php/hukum/article/view/1869/409 diakses pada 12 Mei 2001.

80Jemadu, Aleksius, (2008), Politik Global dalam Teori dan Praktik, (Yogyakarta), Graha Ilmu, hal. 67. 81Ibid.

82Ibid.

(16)

suasana hati dan menekankan kearah yang lebih moralistik dalam kebijakan luar negeri. Dia menginginkan pendekatan baru dalam hubungan internasional berdasar pada84 :

Sifat saling terbuka dan jujur dalam hubungan diplomasi antara negara-negara, daripada negosiasi yang dilakukan secara rahasia yang dapat menyebabkan permusuhan dan rasa tidak aman yang dapat memicu terjadinya perang85.

Perdagangan bebas yang dapat menjalin hubungan antar negara, daripada membuat persaingan dengan benteng ekonomi86.

Memulihkan lahan dari negara-negara yang telah kehilangan wilayah sebagai akibat dari perang, sehingga mengurangi kebencian yang mungkin dapat ditimbulkan dari konflik87.

Penentuan nasib sendiri, dimana orang dapat hidup di negara yang sama seperti orang lain yang memiliki kesamaan budaya dan bahasa, dan dapat memiliki kedaulatan sendiri. Yang berarti adanya perubahan dari kerajaan ke negara yang pertama-tama dilakukan Eropa dan kemudian dilakukan disekitarnya88.

Kebijakan Luar Negeri dalam Pemerintahan George W Bush

Kebijakan luar negeri suatu negara tidak terlepas dari adanya faktor kepeminpinan itu sendiri. Hal ini dikarenakan posisi pemimpin berperan aktif sebagai pembuat keputusan, posisi kunci, dan sekaligus sebagai obyek pencitraan negara yang bersangkutan89.

Sejak dekade 1980-an, posisi presiden sangat berpengaruh terhadap sukses tidaknya kebijakan-kebijakan luar negeri yang dikeluarkan. Pada masa pemerintahan presiden George Bush kebijakan luar negeri yang dikeluarkan cenderung lebih mengutamakan militer/hard power tanpa memperdulikan kecaman-kecaman yang datang dari domestik maupun negara-negara lain. George Bush sangat jelas mengenai prioritasnya90

Dia lebih mengutamakan kebijakan luar negerinya kedalam kepentingan nasional Amerika saja. Itu berarti tidak memerlukan ratifikasi dari Senat mengenai protocol

84Ibid. hal. 314. 85Ibid..

86Ibid.

87Ibid.

88Ibid.

89Storey, Will, (2007), US Government and Politics The Politics Study Guides Series, (Edinburgh), Edinburgh University Press, hal. 317.

(17)

kyoto dalam perubahan iklim91. Sebab dia percaya dapat merusak ekonomi Amerika,

sementara bantuan sumbangan hanya di alokasikan pada lingkungan, dengan penarikan dukungan untuk Mahkamah Pidana Internasional karena dapat berpotensi untuk melanggar kedaulatan sistem dalam Peradilan Amerika (kebijakan ini dilaksanakan ketika ICC yang diadakan pada bulan Mei 2002); Penarikan dari Anti-Ballistic Missile Treaty, dimana kemapuan Amerika yang terbatas untuk membangun missile defence system (kebijakan ini dilaksanakan pada bulan Juni 2002); dan niat untuk menghindari makelar perdamaian transaksi di seluruh dunia, seperti konflik Israel –Palestina, jika tidak kepentingan Amerika Serikat yang akan melakukannya. Untuk beberapa pengamat ini mengingatkan isolasionisme yang didominasi oleh kongres kebijakan pada tahun 1930-an92.

Adapun tujuan dari kebijakan luar negeri amerika yang lain adalah sebagai berikut:93

Menjaga keamanan nasional Amerika Serikat94.

Mempromosikan perdamaian dunia dan sebuah lingkungan global yang aman95.

Menjaga keseimbangan kekuasaan antar bangsa96.

Bekerja dengan sekutu untuk memecahkan masalah-masalah internasional97.

Mempromosikan nilai-nilai demokrasi dan hak asasi manusia98.

Memajukan kerjasama perdagangan luar negeri dan global serta keterlibatan dalam organisasi perdagangan internasional99.

Memeriksa tujuan dengan seksama dengan memperlihatkan bahwa mereka didasarkan pada kerjasama dengan negara-negara lain, menimbulkan kemungkinan untuk berkompetisi dan konflik100.

91Ibid.

92Ibid.

93American History, (2014), Foreign Policy Goals, United States Organization. (Philadelphia). Diakses dari www.ushistory.org/gov/11a.asp pada 12 Mei 2015 pukul 23:55

94Ibid.

95Ibid.

96Ibid.

97American History, (2014), Foreign Policy Goals, United States Organization. (Philadelphia). Diakses dari www.ushistory.org/gov/11a.asp pada 12 Mei 2015 pukul 23:55.

98Ibid.

99Ibid.

(18)

BAB III

Studi Kasus

3.1 Kebijakan Politik Luar Negeri Amerika Serikat Pada Tragedi 9/11

Peristiwa serangan 9/11 di New York dan Washington D.C. pada tahun 2001 yang menargetkan dua simbol bangunan terpenting bagi aktivitas Amerika Serikat, yaitu : World Trade Center dan Pentagon telah membawa isu terorisme ke bagian terdepan para pemikir keamanan internasional dari barat dan telah mengahasilkan deklarasi ‘Global War on Teror’ (GWOT) oleh pemerintahan presiden George W.Bush101. Kejadian ini membuat dua negara

yaitu: Afghanistan dan Irak sebagai salah satu tersangka yang dituduh oleh negara Amerika Serikat dalam jaringan Al-Qaeda karena banyak permasalahan dari aspek keamanan dan kemanusian negara tersebut jadi sorotan negara di seluruh dunia102. Keadaan domestik negara

Amerika Serikat pada saat itu sangat kacau. Banyak timbul korban berjatuhan akibat serangan yang terjadi. Alasan penyerangan karena World Trade Center dianggap sebagai tempat memonopoli ekonomi pasar dunia.

Pada September 11 tahun 2001, 19 militan yang terkait dengan ekstremis Islam kelompok al-Qaeda membajak empat pesawat dan melakukan serangan bunuh diri terhadap sasaran-sasaran di Amerika Serikat. Dua pesawat diterbangkan ke Menara World Trade Center di New York City, pesawat ketiga menghantam Pentagon hanya di luar Washington, D.C., dan keempat pesawat jatuh dalam sebuah field di Pennsylvania103. Sering disebut

sebagai 9/11, serangan mengakibatkan luas kematian dan kehancuran, memicu inisiatif US utama untuk memerangi terorisme dan Presiden George W. Bush memberi informasi lebih dari 3.000 orang tewas saat penyerangan di New York dan Washington, D.C104. Serangan ini,

didesain untuk mendemonstrasikan kemampuan menyerang musuh yang ditujukan untuk Amerika Serikat dari jarak jauh. Maka Sekertaris Negara Amerika Serikat mendirikan Foreign Terrorist Organizations (FTO) yang merupakan organisasi internasional yang memiliki peran penting dalam perjuangan melawan terorisme dengan mengurangi dukungan untuk kegiatan teroris dan menekan kelompok untuk keluar dari organisasi teroris105. Usaha

101Williams, Paul D. 2008. Security Studies an Introduction. New York: Routledge. hal.171 102Ibid.

103A&E Television Networks, LLC. (2001) 9/11 Attacks. Diakses dari : http://www.history.com/topics/9-11-attacks . Pada: 11 Mei 2015

104Ibid.

(19)

melawan kelompok teroris dilakukan oleh Amerika Serikat dengan menambah kekuatan militer, diplomasi dengan negara-negara di dunia, melakukan aliansi bersama untuk melawan teroris, serta penekanan nilai hukum yang berlaku106.

Presiden George W.Bush yang menyampaikan kata-kata di ruang perjanjian Gedung Putih mengatakan107: “we strike military targets, we will also drop food’; the United States is

‘a friend to the Afghan people’ and ‘an enemy of those who aid terrorists’; ‘the only way to pursue peace is to pursue those who threaten it’. And once more, the ultimate either/or was issued: ‘Every nation has a choice to make. In this conflict there is no neutral ground”. Inti kata-kata dari Presiden George W.Bush di Afghanistan terdapat camp pelatihan teroris Al-Qaeda yang menjadikan reputasi Afghanistan menjadi buruk di mata dunia, ini menjadi indikasi terhadap tragedi penyerangan 9/11 sehingga militer Amerika Serikat dikerahkan untuk memerangi kelompok teroris tersebut108. Kepentingan bagi individu maupun negara

dapat menciptakan perang, dilihat bagaimana aktor melihat, merasakan, menggambarkan, membayangkan, merepresentasikan, dan mengkonstruksi aktor lain untuk ikut berperang109.

Setelah 14 tahun berlalu, telah terjadi peristiwa aneh di Amerika Serikat. Warga Amerika Serikat banyak sekali yang masuk Islam setelah peristiwa pengeboman World Trade Center pada 11 September 2001 yang dikenal dengan 9/11 yang sangat merugikan citra Islam110. Lepas era 9/11 ke era modern adalah era pertumbuhan Islam terbaik dalam sejarah

Amerika Serikat. Ada 8 juta orang Muslim yang kini ada di Amerika Serikat, dan 20.000 ribu orang masuk Islam setiap tahun setelah peristiwa pengeboman111. Kalimat syahadat pertanda

orang masuk Islam terus terdengar di kota-kota seperti New York, Los Angeles, California, Chicago, Dallas, Texas dan kota lainnya112.

Arah kebijakan presiden Bush setelah terjadinya 9/11 adalah posisi offensive

keamanan113. Dengan kekuasaannya, presiden Bush menguluarkan kebijakan perang terhadap

106The White House, 2011. National Strategy of Counterterrorism, hal 2. Diakses dari: http://www.whitehouse.gov/sites/default/files/counterterrorism_strategy.pdf, Pada: 11 Mei 2015

107Der Derain, James, 2009. Critical Practices in International Theory: Selected Essays, London and Newyork: Routledge. hal 273

108Council on Foreign Relations. (2001). How Did This Happen? Terrorism and the New War. Diakses dari http://www.cfr.org/terrorism/did-happen-terrorism-new-war/p4319 pada tanggal 25 Mei 2015.

109Op. Cit. Der Derain. hal 271

110Eka Putri, Septia.(2014) ISLAM BERKEMBANG PESAT DI AMERIKA. Diakses dari: http://mirajnews.com/id/artikel/opini/islam-berkembang-pesat-di-amerika/, Pada : 11 Mei 2015 111Ibid.

112Loc. Cit. Der Derain.

(20)

teroris dan memanfaatkan kekuatan militer negara114. Tujuannya adalah untuk mengamankan

kondisi domestik. Selain itu, ada juga faktor pemenuhan kepentingan negara Amerika yang tidak terpenuhi setelah terjadinya 9/11. Kebijakan luar negeri setelah 9/11 adalah promosi isu terorisme sebagai isu bersama dan dunia115. Presiden Bush mengidentifikasi 3 negara yang

kurang demokratis, yang mensuprot kelompok teroris yang berlawanan dengan kepentingan Amerika Serikat, seperti : Iran, Irak, Korea Utara116. Hal ini dilakukan oleh Amerika Serikat

dalam memperkuat pertahanan militer negara untuk menjaga kawasan perbatasan serta persiapan diplomasi denga negara lain dalam menangani isu teroris117. Amerika Serikat juga

menghimbau agar negara-negara demokrasi bersatu melawan para teroris yang mengancam keamanan negara118.

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa kebijakan luar negeri Amerika Serikat bertujuan untuk memenuhi kepentingan negara, mewujudkan perdamaian dunia, menyebarkan ideologi demokrasi, menyebarkan prinsip ekonomi liberalis kapitalis, serta untuk mencari peluang keuntungan dalam melakukan hubungan internasional. Amerika Serikat merupakan negara kesatuan dimana setiap pengambilan kebijakan luar negeri ada proses melalui Congress. Sedangkan Presiden Amerika Serikat memiliki wewenang tinggi dalam setiap pengambilan kebijakan luar negeri. Seorang presiden bisa menjadi representasi negaranya untuk perwakilan dalam negosiasi kebijakan.

Pada masa kepemimpinan Presiden George W. Bush yang mengeluarkan kebijakan luar negeri “War on Teror”. Isi kebijakan ini adalah mengenai penolakan

114Ibid.

115Ibid.

116Storey, Will. (2007). US Government and Politics The Politics Study Guides Series, (Edinburgh), EdinburghUniversity Press. hal: 319

117Ibid.

(21)

negara Amerka Serikat mengenai isu terorisme setelah tragedi 9 September 2001 atau lebih dikenal sebagai tragedi “9/11”. Tragedi ini memberikan dampak yang sangat luar biasa terhadap kondisi keamanan domestik negara Amerika Serikat. Banyak sekali timbul korban yang tidak berdosa akibat serangan pesawat terbang yang diterbangkan oleh kelompok teroris Al-Qaeda dengan sengaja menabrakkan diri ke gedung World Trade Center di New York dan gedung Pentagon.

Dilihat posisi Presiden George W. Bush yang mengeluarkan kebijakan luar negeri “War on Teror”. Sebagai cara untuk mempertahankan serta memperluas peran Amerika Serikat sebagai pahlawan dunia dalam memerangi terorisme secara global dan mengajak negara-negara untuk ikut andil dalam memerangi terorisme terutama di 3 negara yang terindikasi sebagai negara yang kurang demokratis seperti Korea Utara, Iran, dan Iraq. Jika dilihat dari individual sources, Presiden George W. Bush memiliki karakteristik yang menyelesaikan masalah melalui jalan terakhir yaitu perang terhadap teroris dan dengan mengajak seluruh negara untuk bergabung dengan logika

stick and carrot, yaitu siapa membantu maka akan mendapatkan apresiasi, dan siapa tidak membantu maka menjadi musuh. Dengan demikian maka tujuan dari kebijakan luar negeri Amerika Serikat untuk menciptakan demokrasi dan kebebasan secara global akan tercapai melalui kerjasama keamanan memerangi terorisme di dunia.

Daftar Pustaka

Al-Wa’ie. (2013). Iran-AS : “Kemesraan di Balik Layar”

BBC News. (2015) (Iran nuclear talks: 'Framework' deal agreed). Diakses dari:

http://www.bbc.com/news/world-middle-east-32166814. Pada : 10 Mei 2015 Bettina, Rohl .(2015). Bleibt die Obama-Doktrin?. Diakses dari :

http://www.wiwo.de/politik/ausland/bettina-roehl-direkt-wo-bleibt-die-obama-doktrin/10673146.html. pada : 25 Mei 2015

(22)

Breuning, Marijke (2007). Foreign Policy Analysis : A Comparative Introduction. New York: Palgrave McMilan.

Council on Foreign Relations. (2001). How Did This Happen? Terrorism and the New War.

Diakses dari http://www.cfr.org/terrorism/did-happen-terrorism-new-war/p4319 pada tanggal 25 Mei 2015.

Fuller, Graham E dan Lesser, Ian O. (1995). A Sense of Siege : The Geopolitics of Islam and the West, Boulder, CO : Westview Press

Gergez, Fawaz A. (2012). America and Political Islam : Clash of Civilization or Clash of Interest? (Edisi Indonesia : Amerika dan Politik Islam : Benturan Peradaban atau Benturan Kepentingan?), Jakarta: AlvaBet, Cet.1 diakses dari http://muzainiyeh---fisip09.web.unair.ac.id/artikel_detail-59281-MBP

%20Timur%20Tengah-Kepentingan%20Barat%20di%20Timur %20Tengah.html, pada tanggal 12 Mei 2015

Hunt, Michael H. (1987). Ideology and U.S. Foreign Policy,New Haven, CT : Yale University Press

Huntington, Samuel P. (2003). The Clash Civilizations and The Remaking of World Order (Edisi Indonesia : Benturan Peradaban dan Masa Depan Politik Dunia), Yogyakarta : Penerbit Qalam.

Irdayanti. (2012). Kebijakan Penolakan Rusia terhadap Strategi Barat di Suriah .Jurnal Transnasional, Vol. 4, No. 1

Jillson, Cal. (2008). American Goverment “Political Change and Institutional Development”

New York: Taylor and Francis Group,LLC.

Joshua Goldstein, (1999). International Relation, New York :Longman

Kepel, (1994). “The Revenge of God : The Resurgence of Islam, Christianity and Judaism in the Modern World, terj. Alan Braley, University Park : Pennsylvania State University Press.

K.J. Holsti, (1983) International Politics : A Framework for Analysis, (New Jersey: Prentice-Hall.

(23)

Rodman, Peter W. (1994). “Policy Brief : Co-opt or Confront Fundamentalist Islam?”, (Middle East). Quarterly.

Rosenau, James N. (1969) Internasional Politics and Foreign Policy: A Reader in Research and Theory (New York: The Free Press).

Stanley. (1983). Dead Ends : American Foreign Policy in the New Cold War. Cambridge : Ballinger.

Storey, Will. (2007). US Government and Politics The Politics Study Guides Series, (Edinburgh), Edinburgh University Press

Tamburaka, Apriadi. (2011). Revolusi Timur Tengah Kejatuhan Para Penguasa Otoriter di Negara-Negara Timur Tengah. Yogyakarta : Penerbit Narasi.

U.S. Goverment, (1787), Constitution of The United States of America. Article. Literal Print, (Washington D.C.)

Wittkopf, Eugene R.; Christopher M. Jones;Charles W. Kegley, Jr.,. (2003). American Foreign Policy Pattern and Process. Belmont: Thomson Wadsworth.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran predisposing karakteristik (umur, pendidikan, pekerjaan, agama, suku), pengetahuan, sikap dalam penggunaan alat kontrasepsi

Pada data (20) terdapat kata belungguk, merupakan kosakata bahasa gaul dalam tayangan komedi PonTV “Kamil Onte” yang diserap dari bahasa Melayu yaitu dari kata belonggok

Secara amnya, jika dilihat purata min bagi setiap bahagian seperti dalam jadual 7, dapat digambarkan bahawa persepsi pelajar terhadap aktiviti kokurikulum berada dalam

Penelitian kuantitatif; yang mengacu pada context of justification, pada dasarnya menguji teori yangberkaitan dengan masalah penelitian melalui kerangka berpikir yang dirumuskan

The switching value analysis for the 10,000 bird capacity broiler production shows that the maximum increase in DOC price that generates a zero NPV is 5.91%. This

Penelitian ini menunjukan bahwa hasil pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) metode westergreen manual dengan metode automatic menggunakan alat Caretium XC- A30 dengan nilai p =

Berdasarkan rumusan masalah yang dirumuskan oleh peneliti dengan bunyi bagaimana representasi cross dresser pada identitas Muhammad Millendaru Prakasa dalam unggahan foto

Disarankan kepada rekan-rekan fisioterapi untuk menambahan jumlah subyek penelitian pada penelitian berikutnya, diupayakan dapat mengontrol aktivitas sampel penelitian yang dapat